Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 15, No.

2, 2021, halaman 2813 – 2823 2813

PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) PADA TOPIK STRUKTUR ATOM:


KEAKTIFAN, KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Indah Langitasari1*, Titi Rogayah2, Solfarina3


1,3
Jurusan Pendidikan Kimia, FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jalan Raya Ciwaru No. 25 Serang
Banten, Indonesia
2
Sekolah Menangah Atas Negeri 3 Kota Serang, Jalan Raya Taktakan KM 0,5,Taktakan, Kota Serang
Banten
*Email: indahlangitasari@untirta.ac.id

ABSTRAK

Pembelajaran bermakna dalam kimia perlu memperhatikan karakter konten kimia dan
peserta didik. Problem Based Learning (PBL) memberikan lingkungan belajar yang erat kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari sehingga dapat mendukung tercapainya pembelajaran kimia yang
bermakna bagi peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keaktifan, kreativitas
dan prestasi belajar kimia siswa pada implementasi problem based learning (PBL) untuk topik
struktur atom. Penelitian ini merupakan penelitian best practice yang dilakukan di kelas X MIPA
disalah satu SMA di kota Serang. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif.
Instrumen penelitian terdiri dari lembar observasi keaktifan siswa, lembar penilaian proyek dan
30 soal tes struktur atom. Analisis data dilakukan dengan mengkonversi skor penilaian kedalam
nilai persentase kelas dan selanjutnya dikategorisasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata 78% siswa aktif selama pembelajaran dan kreativitas siswa terukur dalam kategori tinggi
dengan skor rata-rata 78. Implementasi PBL juga memberikan pengaruh pada peningkatan
prestasi belajar kimia siswa yang lebih baik dibandingkan pembelajaran sebelumnya.

Kata kunci: Problem-based Learning; Struktur atom; keaktifan; kreativitas; prestasi belajar

ABSTRACT

Meaningful learning in chemistry needs to consider the character of chemical content and
students. Problem-based learning (PBL) provides a learning environment that is related to daily
life and can support the achievement of meaningful learning for students in chemistry. This
research aims to describe the students' activity and creativity and students' chemistry learning
achievement in implementing problem-based learning (PBL). This research was a best practice
research that was implemented in the class of X MIPA at one of the high schools in the Serang
city. This research used the descriptive quantitative method. The research instrument consisted
of student observation sheets, project assessment sheets, and 30 items of atomic structure test.
Data were analyzed by convert the assessment scores to become the value of grade percentages
and then categorized. The results showed that an average of 78% of students active during
learning, and students' creativity was in the high category with an average score of 78. The
implementation of PBL can also improve the students' chemistry learning achievement better than
in previous learning.

Keywords: Problem-based Learning, Atomic Structure, activity, creativity, learning achievement

PENDAHULUAN Kimia sebagai produk mencakup ilmu kimia


Kimia merupakan cabang dari sains yang berupa fakta, konsep, prinsip, teori dan
yang mengkaji tentang struktur materi, hukum, sedangkan kimia sebagai proses
komposisi materi, sifat dan perubahan berhubungan dengan sikap dan kerja ilmiah.
materi, serta energi yang menyertai Oleh sebab itu, dalam penilaian dan
perubahan materi. Ilmu kimia memiliki pembelajaran kimia harus memperhatikan
karakteristik sebagai produk dan kimia karakteristiknya dimana konsep-konsep
sebagai proses (Herdiawan et al., 2019). kimia sangat erat kaitannya dengan
2814 Indah Langitasari et al., Problem-Based Learning (PBL) Pada Topik Struktur ….

kehidupan sehari-hari. Agar mahasiswa adalah level konkret yang menggambarkan


tidak hanya belajar memahami konsep dan fenomena alam yang dapat diamati siswa;
hafalan, tetapi juga memiliki sikap ilmiah, level submikroskopik melibatkan partikel-
mahasiswa harus dilibatkan langsung dalam partikel seperti ion, atom, dan molekul yang
proses pembelajaran dan pencarian tidak dapat diamati secara langsung; serta
pengetahuan untuk menemukan konsep, level simbolik berkaitan dengan simbol-
teori, aturan, atau pemahaman melalui simbol, persamaan matematika dan
fenomena yang dijumpai dalam kehidupan- persamaan kimia yang dapat menghubung-
nya. Namun Fakta di lapangan menunjuk- kan level makro dan submikro. Pentingnya
kan bahwa sebagian besar siswa hanya menggunakan tiga tingkat representasi
mempelajari konsep-konsep kimia dari buku dalam pembelajaran kimia adalah untuk
teks dan penjelasan guru serta belum membantu siswa belajar kimia dengan lebih
banyak mengaitkan konsep kimia dengan bermakna dan mengingat konsep-konsep
kehidupan sehari-hari siswa (Herdiawan et kimia dengan lebih mudah (Tuysuz et al.,
al., 2019). Hal tersebut menyebabkan kimia 2011; Majid & Prahani, 2017). Fakta
dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit menunjukkan bahwa pembelajaran kimia
oleh sebagian besar siswa. Disamping itu, yang dilakukan di sekolah menengah saat
pembelajaran kimia yang hanya melibatkan ini hanya melibatkan level makroskopik dan
transfer ilmu pengetahuan melalui metode simbolik saja dan level submikroskopik
ceramah, seringkali menyebabkan siswa cenderung diabaikan. Hal tersebut yang
mengalami kesulitan dalam memahami menjadi salah satu faktor mengapa materi
konsep dan menjawab permasalahan yang kimia sulit dipelajari. Faktor lain yang
ada (Putri et al., 2015). menyebabkan kimia sulit dipelajari oleh
Studi empiris peneliti melalui siswa adalah sifatnya yang berjenjang,
observasi dan wawancara yang dilakukan di artinya materi kimia satu dan yang lainnya
salah satu SMA di kota Serang khususnya di saling berkaitan. Satu konsep kimia tertentu
kelas X MIPA menemukan bahwa sebagian dapat menjadi dasar atau prasyarat untuk
besar siswa menganggap kimia sebagai mempelajari konsep kimia lanjut. Sebagai
mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari. contoh dalam mempelajari struktur atom
Hal ini berhubungan dengan karakteristik sebaiknya siswa sudah paham tentang
materi kimia yang bersifat abstrak, konkret, hukum dasar kimia dan stoikiometri. Ketika
konstektual, dan berjenjang. Karakter materi siswa kurang memahami materi prasyarat
kimia yang bersifat abstrak sering kali maka siswa akan mengalami kesulitan
membuat materi kimia sulit untuk dipelajari dalam mempelajari konsep kimia lanjut.
oleh sebagian besar siswa. Pembelajaran Berdasarkan studi empiris juga
kimia akan lebih mudah dipahami, jika di ditemukan bahwa siswa memiliki motivasi
dalam pelaksanaannya melibatkan tiga level yang beragam dalam belajar kimia. Salah
representasi yaitu makroskopik, submikros- satu faktor yang mempengaruhi motivasi
kopik dan simbolik. Level makroskopik siswa dalam belajar kimia adalah konten
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 15, No. 2, 2021, halaman 2813 – 2823 2815

kimia. Siswa yang suka dengan kimia akan dengan konten kimia yang akan diajarkan
memiliki motivasi dan antusiasme yang dan juga karakter siswa kelas X MIPA.
besar dalam belajar kimia. Sementara itu, Problem-based learning (PBL) merupakan
siswa yang menganggap kimia sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat
pelajaran yang sulit akan memiliki motivasi memfasilitasi siswa belajar kimia secara
yang rendah. Motivasi siswa dalam belajar kontekstual sehingga lebih mudah dipahami.
kimia juga dapat dipengaruhi oleh kegiatan PBL memberikan lingkungan belajar yang
pembelajaran yang kurang menarik dan erat kaitannya dengan kehidupan sehari-
terkadang dikemas hanya dengan metode hari sehingga PBL dapat mendukung
ceramah saja, sehingga siswa cenderung tercapainya pembelajaran yang bermakna
bosan dan sulit memahami konten yang (Abanikannda, 2016). PBL adalah
disampaikan. Pembelajaran kimia yang pembelajaran yang berpusat pada siswa
kurang menarik juga dapat menyebabkan yang memberdayakan siswa untuk
siswa tidak fokus dalam kegiatan melakukan penelitian, mengintegrasikan
pembelajaran sehingga terkadang membuat teori dan praktik, dan menerapkan
siswa sibuk sendiri dengan kreativitasnya pengetahuan dan keterampilan untuk
yang tidak ada kaitannya dengan mengembangkan solusi yang layak untuk
pembelajaran. Siswa kelas X MIPA juga masalah yang ditentukan (Gunter & Alpat,
merupakan siswa yang aktif, namun 2017). Pada Implementasi PBL, pengajar
keaktifan yang dimiliki siswa belum terarah mendorong siswa untuk menggunakan
dengan baik sehingga perlu adanya wadah pemikiran logis dalam memecahkan
atau media agar keaktifan siswa lebih masalah yang diberikan sehingga dapat
terarah khususnya dalam pembelajaran mengembangkan keterampilan berfikir
kimia. Kegiatan pembelajaran yang tingkat tinggi. PBL memberikan pengalaman
dilakukan terkadang kurang mewadahi yang nyata kepada siswa dalam
keaktifan dan kreativitas yang dimiliki siswa. menghadapi dan menyelesaikan masalah
Tidak terfasilitasinya keaktifan dan yang kompleks dan realistis (Abanikannda,
kreativitas siswa dapat disebabkan juga 2016). Hal ini sesuai dengan tujuan dari
karena pemilihan model pembelajaran yang kurikulum pendidikan Sekolah Menengah
kurang tepat. Dimana dalam memilih model Atas (SMA) yang menekankan pada cara
pembelajaran harus disesuaikan dengan mendorong siswa belajar untuk berpikir
karakteristik konten kimia yang akan kreatif agar memiliki kompetensi untuk
diajarkan dan juga mempertimbangkan bekerja sama, memahami potensi diri,
karakter peserta didik. meningkatkan kinerja dan berkomunikasi
Upaya yang dapat dilakukan untuk secara efektif dalam setiap pemecahan
memperbaiki pembelajaran kimia di kelas X masalah yang dihadapi (Muskitta & Djukri,
MIPA adalah dengan menggunakan model 2016).
pembelajaran yang tepat yang sesuai
2816 Indah Langitasari et al., Problem-Based Learning (PBL) Pada Topik Struktur ….

Beberapa penelitian tentang Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari 40


keberhasilan PBL dalam pembelajaran siswa yang mengikuti mata pelajaran kimia.
dimana implementasi PBL terbukti dapat Metode penelitian yang digunakan adalah
meningkatkan prestasi belajar siswa; kuantitatif deskriptif. Penelitian kuantitatif
melatih keterampilan berkomunikasi, digunakan untuk mengetahui tingkat
menganalisis, bekerjasama; meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa selama
kemampuan berpikir kreatif dan proses PBL dan untuk mengetahui
keterampilan pemecahan masalah; dan peningkatan prestasi belajar kimia siswa.
meningkatkan motivasi belajar siswa Penelitian Deskriptif digunakan untuk
(Overton & Randles, 2015; Abanikannda, mendeskripsikan bagaimana desain pem-
2016; Gunter & Alpat, 2016; Baran & belajaran dengan model PBL dalam
Sosbirin, 2017; Argaw et al., 2017; Priyani et memfasilitasi keaktifan dan kreativitas siswa
al., 2019). Berdasarkan uraian di atas, PBL serta membantu siswa meningkatkan
merupakan model pembelajaran yang cocok prestasi belajar kimia.
diterapkan untuk mengatasi permasalahan Instrumen penelitian yang digunakan
siswa kelas X MIPA seperti yang telah terdiri dari lembar observasi keaktifan siswa,
diuraikan sebelumya. PBL juga dirasa dapat lembar penilaian proyek untuk mengetahui
mewadahi keaktifan dan kreativitas yang kreativitas siswa dan soal tes struktur atom.
dimiliki siswa kelas X MIPA serta dapat Indikator keaktifan yang dinilai antara lain
memfasilitasi siswa dalam meningkatkan keaktifan dalam bertanya, keaktifan dalam
prestasi belajar kimia. Disamping itu, model mengungkapkan pendapat, dan keaktifan
PBL juga cocok dengan karakteristik topik dalam mengkomunikasikan hasil diskusi.
struktur atom khususnya perkembangan Soal tes struktur atom digunakan untuk
model atom. Struktur atom merupakan topik mengetahui prestasi belajar kimia siswa.
yang dipilih dalam penelitian ini karena Soal tes terdiri dari 30 soal Pilihan ganda.
sebagian siswa masih merasa kesulitan Data penelitian terdiri dari hasil penilaian
memahami topik tersebut karena sifatnya keaktifan siswa, penilaian proyek dan hasil
yang abstrak. Desain PBL dalam penelitian belajar. Data penilaian keaktifan dan proyek
ini yang membedakan dengan penelitian siswa dianalisis dengan mengubah skor
sebelumnya adalah adanya output penilaian ke dalam persentase siswa dan
pemecahan masalah berupa pemodelan kemudian hasilnya dikategorikan berdasar-
model atom yang bertujuan menjadikan kan Tabel 1. Hasil tes belajar siswa
konsep yang abstrak menjadi lebih konkrit dianalisis dan dibandingkan dengan hasil
dan lebih mudah dielajari. belajar pada materi sebelumnya untuk
mengetahui peningkatan prestasi belajar
METODE PENELITIAN kimia siswa yang dicapai setelah PBL.
Penelitian ini merupakan penelitian
best practice yang dilakukan di kelas X MIPA
di Salah satu SMA di kota Serang.
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 15, No. 2, 2021, halaman 2813 – 2823 2817

Tabel 1. Kategori penilaian kan konsep melalui pemecahan masalah.


Nilai (%) Kategori Model PBL cocok diterapkan pada
0-25 Sangat rendah pembelajaran topik struktur atom karena
26-50 Rendah karakteristik konsep struktur atom
51-75 Sedang
76-100 Tinggi berkembang sebagai akibat dari fenomena-
(Sumber: Rahayu & Anggraeni, 2017) fenomena yang ditemukan para ahli kimia
yang membutuhkan pemecahan masalah
HASIL DAN PEMBAHASAN
melalui serangkaian kegiatan eksperimen.
Problem-Based Learning (PBL)
Implementasi PBL pada pembelajaran kimia
merupakan pembelajaran yang menghadir-
topik struktur atom didesain untuk
kan masalah yang erat kaitannya dengan
mengatasi permasalahan terkait keaktifan,
kehidupan nyata siswa. PBL dapat
kreativitas dan prestasi belajar kimia siswa
mendukung tercapainya pembelajaran yang
kelas X MIPA. Implementasi PBL pada
bermakna karena PBL memberikan
pembelajaran kimia memberikan dampak
lingkungan belajar yang erat kaitannya
yang positif terhadap keaktifan (Gambar 1),
dengan kehidupan sehari-hari siswa
kreativitas (Gambar 2) dan perkembangan
(Abanikannda, 2016). Pembelajaran dengan
prestasi belajar kimia siswa kelas X MIPA
PBL menuntut siswa aktif dalam menemu-
(Tabel 2).

100
Presentasi siswa

80
60 78 81 76
40
20
0
Bertanya Mengungkapkan pendapat Mengkomunikasikan hasil
diskusi

Indikator keaktifan siswa

Gambar 1. Persentase keaktifan siswa selama problem-based learning

100
80
Rerata kelas

60 81 77 75 78
40
20
0
Kreatifitas Keaslian Produk Kesesuaian Estetika
Konsep

Kriteria produk pemodelan model atom

Gambar 2. Penilaian proyek pemodelan model atom sebagai bentuk


dari kreativitas siswa
2818 Indah Langitasari et al., Problem-Based Learning (PBL) Pada Topik Struktur ….

Berdasarkan Gambar 1 dapat di- Prestasi belajar kimia siswa setelah


ketahui bahwa model PBL dapat mewadahi penerapan PBL meningkat dari rata-rata 68
keaktifan yang dimiliki siswa. Ketiga menjadi 74. Hasil peningkatan prestasi
indikator keaktifan siswa yaitu: kemampuan belajar kimia siswa terlihat tidak signifikan.
bertanya (78%), menyampaikan pendapat Akan tetapi, peningkatan tersebut cukup
(81%) dan mengkomunikasikan hasil diskusi membuktikan bahwa PBL dalam membantu
(76%) terukur dalam kategori tinggi selama siswa mencapai prestasi belajar yang lebih
proses PBL. Hal ini dikarenakan PBL baik dari sebelumnya dan dapat meningkat-
menghadirkan suasana belajar yang kan kemampuan berkomunikasi siswa. Hasil
berpusat pada siswa dan memberikan ruang tersebut selaras dengan penelitian
pada siswa untuk aktif mengemukakan Abanikannda (2016) yang menyebutkan
pendapat dalam menyelesaikan permasala- bahwa implementasi PBL terbukti dapat
han yang diberikan (Desriyanti & Lazulva, meningkatkan hasil belajar siswa, melatih
2016). keterampilan-keterampilan dasar seperti
Kreativitas siswa pada pembelajaran keterampilan berkomunikasi, menganalisis,
PBL diwadahi melalui tugas proyek bekerjasama dan keterampilan pemecahan
pembuatan model atom sebagai output dari masalah.
kegiatan pemecahan masalah. Siswa-siswa Keaktifan, kreativitas dan prestasi
terlihat sangat kreatif menuangkan hasil belajar siswa yang terukur cukup bagus
diskusi mereka dalam bentuk pemodelan pada pembelajaran struktur atom ini sangat
atom dengan menggunakan bahan-bahan dipengaruhi oleh desain pembelajaran
yang ada di sekitar mereka. Kreativitas dengan model PBL yang telah dilaksanakan.
siswa diukur berdasarkan penilaian Hal tersebut dapat dijelaskan pada setiap
terhadap produk dari proyek yang dikerjakan langkah-langkah dari PBL yang didesain
siswa. Pada Gambar 2 dapat dilihat dari sedemikian untuk dapat mewadahi keaktifan
rerata nilai kreativitas siswa yang diambil dan kreativitas siswa dan juga untuk dapat
dari rerata penilaian produk (78) berada meningkatkan prestasi belajar kimia siswa
dalam kategori tinggi. Keaktifan dan kelas X MIPA. Langkah-langkah PBL yang
kreativitas siswa yang positif dalam diimplementasikan pada pembelajaran
pembelajaran dapat menjadi salah satu struktur atom mengikuti sintak PBL dari
faktor pendukung keberhasilan dalam Arends (2014: 214) yang terdiri dari lima
pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dari fase yaitu 1) pemberian orientasi permasa-
prestasi belajar siswa yang meningkat dari lahan kepada siswa; 2) Pengorganisasian
pembelajaran sebelumnya (Tabel 2). siswa untuk meneliti; 3) investigasi mandiri
dan kelompok; 4) Mengembangkan dan
Tabel 2. Prestasi belajar kimia siswa
mempresentasikan artefak dan hasil diskusi;
Prestasi belajar 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses
Rerata nilai
kimia siswa
Sebelum PBL 68 mengatasi masalah.
Setelah PBL 74
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 15, No. 2, 2021, halaman 2813 – 2823 2819

Fase 1 (pemberian orientasi per- pemecahan masalah. Pada kegiatan pe-


masalahan kepada siswa) didesain dengan mecahan masalah, siswa diberi kesempatan
menghadirkan masalah-masalah tentang untuk mengakses sumber informasi tidak
hasil-hasil eksperimen terkait perkembang- hanya dari buku namun juga dari internet
an model atom. Fase ini di awali oleh agar mereka mendapatkan informasi yang
pengajar dengan mengajak siswa untuk banyak dan luas terkait struktur atom. Dalam
menghubungkan ilmu kimia dengan proses pencarian informasi, guru berperan
kehidupan sehari-hari mereka dengan penting dalam membimbing siswa menentu-
tujuan untuk membangkitkan motivasi dan kan informasi mana yang layak dipakai dan
ketertarikan siswa dalam belajar kimia. mana yang tidak layak diambil. Penggunaan
Salah satu karakteristik kimia adalah bersifat teknologi informasi digital dalam pem-
konstektual dimana kimia sangat erat belajaran penting, karena ilmu pengetahuan
kaitannya dengan fenomena-fenomena sangat luas dan tidak cukup jika hanya
yang ada dalam kehidupan siswa. dipelajari dari buku saja.
Pembelajaran kimia dengan PBL dimulai Keberhasilan PBL sangat didukung
dengan mengaitkan ilmu kimia dengan oleh ketepatan pemilihan metode pembe-
kehidupan sehari-hari sehingga dapat lajaran. Duch et al. (2001) menjelaskan
memotivasi siswa dan memusatkan metode yang digunakan dalam PBL harus
perhatian siswa untuk belajar kimia. Dengan dapat mengembangkan keterampilan
cara ini diharapkan kimia menjadi sesuatu berfikir siswa, termasuk kemampuan untuk
yang menyenangkan dan menarik untuk berpikir kritis, menganalisis dan memecah-
dipelajari oleh siswa. kan masalah dunia nyata yang kompleks;
Fase 2 adalah tahap pengorganisasi- untuk menemukan, mengevaluasi, dan
an siswa untuk meneliti. Fase ini didesain menggunakan sumber belajar yang sesuai;
dengan memberikan arahan dan instruksi untuk bekerja secara kooperatif; untuk
terkait tugas-tugas yang harus dilakukan menunjukkan keterampilan komunikasi yang
siswa untuk dapat memecahkan masalah efektif; dan untuk dapat menggunakan
yang diberikan. Pada tahap ini, pengajar pengetahuan konten dan keterampilan
membantu dan membimbing siswa untuk intelektual agar menjadi pembelajar yang
mendefinisikan dan mengorganisasikan berkelanjutan. Proses pemecahan masalah
tugas-tugas terkait masalah yang akan dalam implementasi PBL ini (Fase 3)
dipecahkan (Arends, 2016: 214). Lingkung- didesain dengan menggunakan metode
an pembelajaran yang demikian dapat diskusi. Metode diskusi dapat meningkatkan
mendukung siswa dalam melatih dan keterampilan berkomunikasi dan proses
menggunakan keterampilan menganalisis berfikir. Siswa berdiskusi dalam kelompok
dan keterampilan pemecahan masalah. untuk memecahkan masalah yang diberi-
Fase 3 dari PBL yaitu investigasi kan. Melalui metode diskusi siswa dibimbing
mandiri dan kelompok merupakan tahapan untuk berpikir aktif, berdiskusi menganalisis
2820 Indah Langitasari et al., Problem-Based Learning (PBL) Pada Topik Struktur ….

masalah, berkomunikasi, mencari dan kreativitas siswa. Pada tahap ini pengajar
mengolah data sampai membuat kesimpul- membimbing siswa merencanakan dan
an dari konsep yang dipelajari. Dengan membuat pemodelan model atom sebagai
demikian, keterampilan berkomunikasi, jawaban dari masalah yang telah dipecah-
menganalisis, bekerjasama dan keterampil- kan. Dalam kegiatan ini, siswa-siswa terlihat
an pemecahan masalah siswa dapat dilatih sangat kreatif menuangkan hasil diskusi
pada tahap ini. mereka dalam bentuk pemodelan atom
Metode diskusi juga merupakan salah dengan menggunakan bahan-bahan yang
satu cara untuk mewadahi keaktifan siswa di ada di sekitar mereka. Pembuatan pemodel-
dalam pembelajaran. Keaktifan siswa juga an model atom juga merupakan cara untuk
dibangun dalam bentuk presentasi kelas, membuat pembelajaran struktur atom yang
dimana setiap kelompok harus meng- bersifat abstrak menjadi lebih konkret.
komunikasikan hasil diskusinya di depan Pemodelan (gambar, animasi), eksperimen
kelas. Kelompok belajar siswa dibentuk dan demonstrasi merupakan strategi yang
dengan memperhatikan kemampuan awal dapat membuat konsep yang abstrak
siswa. Setiap kelompok terdiri dari siswa- menjadi konkret sehingga menghasilkan
siswa dengan kemampuan yang beragam pembelajaran yang bermakna (Tuysuz et al.,
(tinggi, sedang dan rendah). Tujuannya 2011). Topik struktur atom sebagian besar
adalah agar siswa dapat saling membatu melibatkan konsep-konsep yang bersifat
satu dengan yang lain. Siswa yang memiliki abstrak (tidak dapat di amati secara kasat
kemampuan awal tinggi dapat menjadi tutor mata). Melalui model atom yang dibuat
sebaya bagi siswa yang memiliki siswa, mereka dapat dengan mudah
kemampuan awal rendah. Dengan demikian mempelajari bagaimana sebenarnya struk-
setiap siswa memperoleh kesempatan yang tur atom dan partikel-partikel penyusun
sama untuk mudah memahami materi atom. Artefak (hasil proyek) dan hasil diskusi
struktur atom. Disamping itu, kelompok selanjutnya dipresentasikan oleh setiap
belajar siswa di label sebagai kelompok- kelompok di depan kelas dan ditanggapi
kelompok ilmuwan. Dengan pemberian label oleh kelompok lainnya. Pada kegiatan ini,
ilmuwan diharapkan akan memberikan rasa terlihat sekali keaktifan siswa untuk saling
bangga pada siswa dan memotivasi mereka bertanya dan berpendapat. Menurut
untuk serius dalam memecahkan per- Abanikannda (2016) Kegiatan diskusi dalam
masalahan yang diberikan dan pada PBL dapat melatih keterampilan inter-
akhirnya dapat menemukan konsep kimia personal siswa yang baik antara lain:
yang dipelajari. mendengarkan, bernegosiasi, kompromi,
Fase 4 dari kegiatan PBL didesain mendidik teman sebaya, memberi dan
melalui pemberian tugas proyek pembuatan menerima kritik dan memotivasi orang lain.
model atom sebagai output dari kegiatan Pada Fase 5 (menganalisis dan
pemecahan masalah. Pemberian tugas mengevaluasi proses mengatasi masalah)
proyek merupakan cara untuk mewadahi pengajar membimbing siswa untuk
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 15, No. 2, 2021, halaman 2813 – 2823 2821

melakukan refleksi terhadap hasil inves- mendapatkan pembelajaran yang bermakna


tigasi dan kegiatan pemecahan masalah dimana siswa dapat menghubungkan dan
yang telah dilakukan. Pada tahap ini menggunakan pengetahuan yang didapat
pengajar juga memberikan penguatan untuk mengatasi permasalahan/memecah-
konsep struktur atom dan melakukan kan masalah yang ada di dalam kehidupan
evaluasi terhadap hasil belajar melalui kuis. sehari-hari yang berhubungan dengan
Evaluasi kecil setelah pembelajaran di struktur atom. Menurut Arkandannda (2016)
lakukan dengan memberikan kuis secara PBL memberikan pengalaman yang nyata
online kepada siswa dengan memanfaatkan kepada siswa dalam menghadapi dan
aplikasi Quizizz yang hasilnya dapat menyelesaikan masalah yang kompleks dan
langsung dilihat oleh siswa. Dengan cara ini, realistis.
pembelajaran menjadi lebih menarik dan
siswa menjadi lebih termotivasi. Salah satu SIMPULAN
tuntutan untuk menghadapi revolusi industri Best Practice implementasi Problem-
4.0 adalah penggunaan teknologi dalam Based Learning (PBL) pada konsep struktur
pembelajaran. atom di kelas X MIPA terbukti dapat
Desain pembelajaran dengan PBL mengembangkan keaktifan dan kreativitas
seperti yang telah diuraikan di atas terbukti siswa ke arah yang positif yang dapat
dapat mewadahi keaktifan dan kreativitas mendukung pembelajaran kimia. Selama
siswa yang sangat mendukung dalam proses pembelajaran, keaktifan dan
peningkatan prestasi belajar kimia siswa kreativitas siswa terfasilitasi dengan baik.
dan ketertarikan siswa dalam belajar kimia. Keaktifan dan kreativitas siswa selama
Beberapa penelitian yang selaras juga proses pembelajaran dengan PBL terukur
menyebutkan bahwa implementasi PBL dalam kategori yang tinggi. Kegiatan pem-
dalam pembelajaran dapat meningkatkan belajaran dengan model PBL juga dapat
prestasi belajar siswa, peningkatan pe- meningkatkan prestasi belajar kimia siswa
mahaman konsep siswa, kemampuan dibandingkan dengan pembelajaran se-
berkomunikasi, ketrampilan memecahkan belumnya. Siswa menjadi lebih mudah
masalah dan tumbuhnya sikap posistif mempelajari konsep-konsep kimia yang
terhadap kimia (Senocak et al., 2007; abstrak melalui pemodelan sehingga siswa
Tarhan et al., 2008; Kelly dan Oezden, 2009; mendapatkan pembelajaran yang bermak-
Hicks dan Bevsek, 2012; Abanikannda, na. Implementasi PBL juga terbukti dapat
2016; Gunter & Alpat, 2016). Melalui meningkatkan motivasi dan ketertarikan
implementasi PBL siswa dapat memahami siswa pada mata pelajaran kimia.
dengan baik materi struktur atom yang Implikasi dari penelitian ini adalah
bersifat abstrak. Pengalaman-pengalaman Problem-Based Learning (PBL) merupakan
yang diperoleh selama proses pembelajaran salah satu model pembelajaran yang dapat
dengan PBL dapat mendukung siswa mewadahi keaktifan dan kreativitas siswa
2822 Indah Langitasari et al., Problem-Based Learning (PBL) Pada Topik Struktur ….

sehingga dapat diterapkan pada pembela- Education Research and Practice.


Issue 1: 78-98.
jaran kimia untuk konten-konten kimia yang
sesuai selain struktur atom. Karakteristik Herdiawan, H., Langitasari, I. & Solfarina.
2019. Penerapan PBL untuk Mening-
konsep kimia yang bersifat abstrak, konkret
katkan Keterampilan Berpikir Kreatif
dan kontekstual, mengharuskan perlunya Siswa pada Konsep Koloid. Edu-
chemia, 4(1): 24- 34.
melibatkan tiga level representasi yaitu
makroskopik, submikroskopik dan simbolik Hicks, R.W. and Bevsek, H.M. 2012.
Utilizing Problem-Based Learning in
dalam pembelajaran kimia. Oleh karena itu,
Qualitative Analysis Lab Experiments.
perlu dilakukan penelitian terkait efektivitas Journal of Chemical Education. 89(2):
254-257.
PBL dalam memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan kemampuan interkoneksi Kelly, O.C. and Finlayson, O.E. 2007.
ketiga level representasi dalam belajar dan Providing Solutions through Problem-
Based Learning for the Undergraduate
memahami konten-konten kimia. 1(St) Year Chemistry Laboratory.
Chemistry Education Research and
Practice, 8(3): 347-361.
DAFTAR PUSTAKA
Majid, A., & Prahani, B.K. 2017. Analyze of
Abanikannda, M.O. 2016. Influence of Students’ Learning Outcomes Based
Problem-Based Learning in Chemistry on Mental Models of Atomic Structure.
on Academic Achievement of High IOSR Journal Of Research & Method In
School Students in Osun State, Nigeria. Education (IOSR-JRME), 7(1):120-124.
International Journal of Education,
Learning and Development, 4(3): 55-63. Muskitta, M. & D. Djukri. 2016. Pengaruh
Model PBT terhadap Kemampuan
Argaw A.S., Haile B.B., Ayalew B.T., & Berpikir Kritis dan Kemampuan Berpikir
Kuma S.G. 2017. The Effect of Kreatif Siswa SMA. Jurnal Inovasi
Problem-Based Learning (PBL) Ins- Pendidikan IPA, 2(1): 58-65.
truction on Students’ Motivation and
Problem Solving Skills of Physics. Oezden, M. 2009. Enhancing Prospective
EURASIA Journal of Mathematics Teachers’ Development through
Science and Technology Education, Problem-Based Learning in Chemistry
13(3): 857-871. Education. Asian Journal of Chemistry,
21(5): 3671–3682.
Baran M. & Sozbilir M. 2017. An Application
of Context- and Problem-Based Overton, T.L., & Randles, C.A. 2015.
Learning (C-PBL) into Teaching Beyond Problem-Based Learning:
Thermodynamics. Res Sci Educ. DOI Using Dynamic PBL in Chemistry.
10.1007/S11165-016-9583-1 Chem. Educ. Res. Pract., DOI 10.1039/
C4rp00248b.
Duch, B.J., Groh, S.E. and Allen, D.E. 2001.
Why Problem Based Learning?: A Case Priyani, Y., Martuti, N.K.T., & Rudyatmi, E.
of Institutional Change in Under- 2019. Penerapan Problem-Based
graduate Education, the Power of Learning Berpendekatan Saintifik
Problem Based Learning: A Practical dalam Meningkatkan Kemampuan
“How To” for Teaching Undergraduate Berpikir Kreatif Siswa Materi
Courses in Any Discipline, Stylus Perubahan Lingkungan. Bioma, 8(1):
Publishing, LLC. First Edition, 2001. 337- 350.

Günter T. & Alpat S. K. 2017. The Effects of Putri, A.F.A., Ut, i ,B., dan Nugroho, A.N.C.
Problem-Based Learning (PBL) on the 2015. Penerapan Model Pembelajaran
Academic Achievement of Students Problem-Based Learning (PBL)
Studying ‘Electrochemistry’. Chemistry Disertai Eksperimen untuk Meningkat-
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 15, No. 2, 2021, halaman 2813 – 2823 2823

kan Interaksi Sosial dan Prestasi Research In Science Education, 7:


Belajar Siswa pada Materi Pokok 279–290.
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan di
SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tarhan, L., Kayalı, A.H., Ürek, Ö.R., and
Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Acar, B. 2008. Problem-Based Lear-
Pendidikan Kimia (JPK), 4(4): 27-35. ning in 9th Grade Chemistry Class:
Intermolecular Forces. Research In
Rahayu, A.H., & Anggraeni, P. 2017. Science Education, 38: 285-300.
Analisis Profil Keterampilan Proses
Sains Siwa Sekolah Dasar di Tuysuz, M., Ekiz, B., Bektas, O., Uzuntiryaki,
Kabupaten Sumedang. Jurnal E., Tarkin, A., & Kutucu, E.S. 2011. Pre-
Pesona Dasar, 5(2): 22-23. Service Chemistry Teachers’ Under-
standing of Phase Changes and
Şenocak, E.,Taşkesenligil, Y. and Sözbilir, Dissolution at Macroscopic, Symbolic,
M. 2007. A Study on Teaching Gases to and Microskopic Levels. Procedia
Prospective Primary Science Teachers Social And Behavioral Sciences, 15:
through Problem-Based Learning. 152-455.

Anda mungkin juga menyukai