Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 3 No.

1, ISSN 2338-6480
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KAPRA BERBASIS LITERASI SAINS
PADA MATERI LAJU REAKSI UNTUK KELAS XI SMA / MA

Baiq Chairun Nisa1, Suryati2, & Citra Ayu Dewi3


1
Pemerhati Pendidikan Kimia
2&3
Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FPMIPA IKIP Mataram
E-mail: baiqchairunnisa20@yahoo.co.id

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan kelayakan bahan ajar KAPRA
berbasis literasi sains pada materi laju reaksi untuk SMA/MA kelas XI yang telah dikembangkan.
Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4-D yang terbatas pada tahap
define, design, dan develop, dan tidak sampai tahap disseminate dengan beberapa penyesuaian
berdasarkan kebutuhan pengembangan. Hasil dari penelitian ini adalah sebuah produk yaitu Modul
KAPRA berbasis Literasi Sains yang mengacu pada silabus kurikulum 2006. Hal ini ditunjukkan
dari hasil validasi ahli oleh dosen kimia terhadap modul laju reaksi menunjukkan persentase
86,35% yang berarti sangat layak, hasil penilaian guru diperoleh persentase sebesar 98,75% dan
pada ujicoba kelompok terbatas terhadap 10 orang siswa SMAN 1 Gunungsari diperoleh rata-rata
persentase kelayakan sebesar 85,42% dengan kriteria sangat layak. Dilihat dari persentase uji
kelayakan bahwa produk pengembangan bahan ajar berupa modul yang dikembangkan layak
untuk digunakan dan produk yang dikembangkan layak untuk dipakai di SMA khususnya di
SMAN 1 Gunungsari.

Kata Kunci: Laju Reaksi, Bahan Ajar, KAPRA, Literasi Sains, Model 4D

ABSTRACT : This research was aimed at finding the forms and validation of KAPRA teaching
material based on science literation in reaction rate topic for the eleventh grade students at
SMA/MA that was developed. This research was research and development study with 4-D design
wich limited on Define, Design, and Develop; however the Disseminate was not done in this
research. The result of this research was a product in term of KAPRA module based on science
literation which appropriate with syllable in 2006 currikulum. Based on the data analysis, it was
found that the validation score of the Chemistry lecture expert toward reaction rate module was
86,35 % with very effective category, the validation score of the teacher was 98,75% and in
SMAN 1 Gunungsari was 85,42% with very effective category. According to the result of the data
analysis, it can be concluded that the development of KAPRA teaching material basedon science
literation rate topic was very effective to be used by the students in SMA/MA especially in SMAN
1 Gunungsari.

Key Word: Reakction Rate, Teaching Material, KAPRA, Science Literation, 4D Design.

PENDAHULUAN memperhatikan karakteristik ilmu kimia


Ilmu kimia adalah ilmu yang sebagai proses dan produk menurut
mempelajari tentang struktur, susunan, sifat, (BSNP,2006).
perubahan materi, serta energi yang Uraian diatas menunjukkan bahwa
menyertainya.Ilmu kimia juga tidak hanya perlunya mempelajari ilmu kimia pada tiga
mempelajari sifat zat, tetapi berusaha mencari aspek kajian kimia, yaitu makroskopis,
prinsip yang mengatur sifat-sifat materi mikroskopis dan simbolik serta melakukan
tersebut serta merumuskan materi untuk kegiatan ilmiah seperti praktikum. Pentingnya
menerangkan mengapa hal itu terjadi (Purba, mempelajari ilmu kimia dalam tiga aspek
2006). Mata pelajaran kimia sebagai salah satu kajian tersebut juga dikemukakan oleh ( Kirna,
cabang dari ilmu sains mempunyai dua hal 2010) menyatakan bahwa untuk bisa
yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai memahami kimia, pembelajar harus
produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, mempunyai pemahaman dan mampu
konsep, prinsip, hukum, dan teori) dan kimia mengaitkan tiga aspek kajian kimia, yaitu
sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh karena itu, makroskopis, mikroskopis, dan simbolik.
pembelajaran kimia dan evaluasi kimia harus Dimana menurut (Chittleborough, 2004)

228
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 3 No.1, ISSN 2338-6480
membedakan ketiga level representasi kimia daripada dimensi proses dan konteks.Artinya
mengenai materi dengan penjelasan sebagai materi ajar yang tersaji didalam buku ajar
berikut ; (1) level makroskopis terdiri dari hanya berupa definisi suatu konsep,
fenomena kimia nyata secara langsung atau sekumpulan rumus- rumus dan latihan soal.
tidak langsung pada pengalaman siswa sehari- Dimana, salah satunya yakni pada materi laju
hari, (2) level mikroskopis terdiri dari reaksi. Guru kimia yang ada di SMA Negeri 1
fenomena kimia nyata yang menunjukkan Gunungsari juga mengatakan bahwa
tingkat partikular, sehingga tidak dapat dilihat penguasaan konsep terhadap materi laju reaksi
seperti pergerakan elektron, molekul, partikel siswa masih sangat rendah dan sebagian siswa
atau atom, (3) level simbolik terdiri dari merasa kesulitan dalam memahami faktor-
fenomena kimia nyata dan dapat faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Ini
diimplementasikan ke dalam bentuk-bentuk disebabkan karena minat membaca siswa masih
berupa gambar, hitungan dan grafik. sangat kurang. Dimana, buku- buku kimia yang
Salah satu materi ilmu kimia di digunakan kurang menarik, hal ini berdampak
Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah laju pada hasil belajar siswa. Selain itu, guru tidak
reaksi.Laju reaksi merupakan salah satu kajian pernah mengembangkan perangkat
kimia yang sangat menuntut kajian aspek pembelajaran baik bahan ajar berupa modul,
makroskopis, mikroskopis, dan simbolis LKS ataupun lainnya yang menunjang pada
(Sudria dkk, 2011).Dimana, aspek secara proses pembelajaran.Maka dari itu, siswa harus
makroskopis dapat dilihat dari beberapa contoh dibekali dengan bahan ajar berupa modul yang
peristiwa seperti perkaratan besi, proses dapat digunakan untuk belajar secara mandiri.
pembakaran sate, dan proses pematangan buah Untuk pengembangan bahan ajar
dengan karbit. Secara mikroskopis dapat berupa modul perlu dilakukan pada materi
berupa proses kerja enzim dalam tubuh dan tertentu.Dimana pentingnya pengembangan
proses tumbukan yang dapat mempengaruhi yang dilakukan ini mengingat bahwa guru sains
laju reaksi. Secara simbolis dapat berupa dalam proses pembelajaran masih
perhitungan yang dapat menentukan kelajuan menggunakan bahan ajar baik itu berupa
suatu reaksi kimia baik melalui tabel maupun buku,modul,dan lain- lain. Oleh karena iti,
grafik.Kesulitan siswa dalam memahami ilmu salah satu bentuk pengembangan yang
kimia seperti laju reaksi ini dapat disebabkan diperlukan yaitu pengembangan bahan ajar
karena siswa harus memahami konsep lain KAPRA berbasis literasi sains pada materi laju
yang mendasari konsep laju reaksi seperti reaksi.Di mana pada model pembelajaran ini
konsentrasi dan stoikiometri (Suryati,2010). menekankan pada peran aktif siswa (hands-on
Selain itu, umumnya guru dalam pembelajaran & minds-on) dengan menggunakan tiga
membatasi pada level representasi pendekatan yakni pendekatan konstruktivistik,
makroskopik dan simbolik, sedangkan pendekatan inkuiri dan pendekatan kontekstual.
kaitannya dengan level mikroskopik diabaikan Secara garis besar, model pembelajaran
(Farida dkk, 2011). Sehingga permasalahan KAPRA terdiri dari komponen-komponen
utama terhadap pemahaman konsep kimia mengaitkan (kaitkan), mengalami (alami),
bukan dikarenakan sulitnya pemahaman ketiga merefleksikan (pikirkan), menegosiasi makna
aspek tersebut tetapi karena kebanyakan guru (rundingkan) dan menguatkan (aplikasikan).
tidak mengkaitkan konsep-konsep kimia seperti Sehingga model pembelajaran KAPRA ini
laju reaksi dan konsep lain yang harus membantu guru mengaitkan antara materi yang
dipahami siswa yakni konsentrasi dan diajarkannya yakni materi laju reaksi dengan
stoikimetri pada ketiga level kimia tersebut situasi dunia nyata dan mendorong siswa
serta mengaplikasikannya kedalam kehidupan membuat hubungan antara pengetahuan yang
sehari-hari. Hal ini mengakibatkan mereka dimilikinya dan penerapannya dalam
mengalami kesulitan dalam membuat kehidupan sehari-hari.Disamping itu, literasi
hubungan antara konsep materi pelajaran sains adalah pemahaman atas sains dan
dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari aplikasinya bagi kehidupan masyarakat.Literasi
dalam menggunakan sains untuk memecahkan sains ini bersifat multidimensional dalam aspek
berbagai permasalahan yang terjadi. pengukurannya yaitu dalam konten sains,
Berdasarkan hasil observasi di SMA proses sains, dan konteks aplikasi. Dimana, hal
Negeri 1 Gunungsari buku pelajaran yang tersebut akan memberikan makna dalam
digunakan oleh guru hanya berupa LKS dan pembelajaran sains. Berdasarkan hasil studi
berupa buku pelajaran kimia yang sudah lama. PISA pada tahun 2012, diketahui bahwa
Yang mana, buku-buku ajar yang ada selama kemampuan sains siswa Indonesia masih
ini lebih menekankan kepada dimensi konten rendah. PISA atau Programme for

229
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 3 No.1, ISSN 2338-6480
International Student Assessment sendiri dalam kurikulum serta sebagai rujukan bahan
merupakan sebuah program penilaian ajar yang digunakan oleh sekolah.
internasional yang dikembangkan dan diikuti Berdasarkan hal tersebut, maka
oleh negara-negara yang berpartisipasi pengembangan bahan ajar ini sebagai bentuk
didalamnya, dan diselenggarakan terhadap solusi yang ditawarkan untuk dapat
anak-anak usia 15 tahun. Hasil studi ini dapat menyelesaikan persoalan dalam kegiatan
dijadikan rujukanmengenai rendahnya belajar mengajar. Penyusunan bahan ajar
kemampuan sains anak-anak Indonesia KAPRA berbasis Literasi sains diharapkan
dibandingkan dengan Negara lain. Dalam dapat mengoptimalkan hasil belajar yang
laporan hasil PISA 2012 (OECD, 2013) diinginkan, maka dari itu penting dilakukan
dituliskan bahwa rata-rata nilai sains siswa penelitian dengan judul “Pengembangan Bahan
Indonesia adalah 382, dimana Indonesia Ajar KAPRA berbasis Literasi Sains pada
menempati peringkat 64 dari 65 negara peserta, materi Laju Reaksi”.
atau dengan kata lain menempati peringkat
kedua terbawah dari seluruh Negara peserta METODE
PISA. Rendahnya kemampuan literasi sains Model pengembangan yang digunakan
siswa Indonesia ini dipengaruhi oleh banyak dalam penelitian pengembangan model
hal, antara lain kurikulum dan sistem konseptual 4D (four D model) yang
pendidikan, pemilihan metode dan model dikembangkan oleh Thiagarajan, Semmel, &
pengajaran oleh guru, sarana dan fasilitas Semmel pada tahun 1974 (Trianto, 2010).
belajar, sumber belajar, bahan ajar, dan lain Perangkat pembelajaran yang dikembangkan
sebagainya.Dengan demikian, bahan ajar meliputi bahan ajar KAPRA berbasis Literasi
berupa modul yang dikembangkan ini akan Sains. Model pengembangan perangkat seperti
menjadi daya tarik siswa dan guru untuk yang di sarankan oleh Thiagarajan, Semmel, &
digunakan, sebagai sumber materi yang relevan Semmel (1974) adalah model 4-D dapat dilihat
pada gambar 1 berikut ini:

Gambar 1. Diagram Alir Perkembangan Perangkat Pembelajaran Modifikasi Dari 4-D

230
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 3 No.1, ISSN 2338-6480
HASIL DAN PEMBAHASAN yang hanya memuat tentang materi dan
A. Hasil soal-soal yang harus diselesaikan oleh
Hasil penelitian pengembangan ini siswa serta tidak melatih siswa dalam
adalah bahan cetak berupa bahan ajar menyelesaikan masalah yang dihadapi.
KAPRA berbasis literasi sains. Kegiatan Selain itu juga, kemampuan literasi sains
penelitian pengembangan dengan judul siswa Indonesia tergolong rendah
“Pengembangan bahan ajar KAPRA berdasarkan hasil studi PISA 2012.
berbasis literasi sains pada Materi Laju Dimana, rendahnya kemampuan literasi
Reaksi Untuk Kelas XI” telah dilaksanakan sains siswa Indonesia ini dipengaruhi oleh
pada bulan April sampai Mei 2015 di IKIP banyak hal salah satunya yakni bahan ajar
Mataram dan SMA Negeri 1 Gunungsari. dan sumber belajar.
Seluruh kegiatan yang dilaksanakan di Dari permasalahan di atas
kampus dan di sekolah melibatkan dosen diperlukan bahan ajar yang dapat
sebagai validasi ahli, guru sebagai validasi memberikan nuansa menyenangkan bagi
praktisi dan peserta didik sebagai ujicoba para peserta didik. Bahan ajar KAPRA
kelompok kecil. Pengembangan bahan ajar berbasis literasi sains ini merupakan bahan
KAPRA berbasis literasi sains ini bertujuan ajar yang dapat digunakan sebagai alat
untuk memperoleh bahan ajar yang layak, untuk memahami materi kimia sekaligus
praktis, dan efektif untuk digunakan. dapat memberikan kesenangan dalam
Produk ini diharapkan dapat dimanfaatkan belajar kimia. Dengan adanya
dalam upaya meningkatkan minat membaca Pengembangan Bahan Ajar KAPRA
peserta didik dan motivasi peserta didik berbasis Literasi Sains Untuk SMA/MA
dalam proses belajar berlangsung, sehingga Kelas XI Semester Ganjil ini, diharapkan
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan dapat meningkatkan minat membaca siswa
maksimal. dan motivasi belajar siswa dalam proses
Prosedur pengembangan yang belajar mengajar berlangsung khususnya
digunakan peneliti adalah prosedur pada materi laju reaksi. Tahap ini
penelitian pengembangan 4D Thiagarajan dilakukan analisis konsep dengan
yang melalui beberapa tahap, yakni tahap mengidentifikasi konsep-konsep utama
define (pendefinisian), tahap design dalam materi laju reaksi yang mengacu
(perancangan) dan tahap develop pada silabus dengan kompetensi dasar yang
(pengembangan) serta tahap disseminate akan diajarkan, sehingga perumusan tujuan
(penyebaran). pembelajaran dapat diidentifikasi. Analisis
Tahap pendefinisian pada kegiatan tugas dilakukan dengan merinci tugas isi
ini adalah dengan melakukan kegiatan mata pelajaran dalam bentuk garis besar.
analisis.Tujuan dari tahapan ini adalah Analisis ini mencakup analisis struktur isi.
menetapkan dan mendefinisikan syarat- Berdasarkan kurikulum KTSP SMA materi
syarat pembelajaran, yang diawali dengan “Laju Reaksi” dianalisis.
analisis kebutuhan dan analisis tujuan dari Tahap design diawali dengan
batasan materi yang dikembangkan. penyusunan modul. Modul disusun
Adapun tahapan dalam pendefinisian adalah berdasarkan indikator pencapaian
sebagai berikut: Tahap analisis awal-akhir kompetensi dasar dan indicator yang
dikaji masalah mendasar yang dihadapi termuat dalam penyusunan modul.
dalam kegiatan pembelajaran dan perlu Pemilihan format perangkat pembelajaran
adanya pengembangan bahan ajar. Hasil yang akan digunakan disesuaikan dengan
kajian peneliti tentang permasalahan- tahapan model pembelajaran KAPRA yang
permasalahan yang muncul dalam berbasis literasi sains . Silabus yang
pembelajaran kimia di kelas XI. Antara dikembangkan berbentuk tabel, dengan
lain, siswa merasa bahwa pembelajaran kolom kompetensi dasar, materi pokok,
kimia pada khususnya materi laju reaksi kegiatan pembelajaran, indikator, alokasi
merupakan salah satu materi yang sulit waktu, dan sumber belajar. RPP yang
dipelajari dikarenakan siswa harus disusun memuat identitas, standar
mempelajari materi lain yang berhubungan kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
dengan materi laju reaksi dan dilihat dari alokasi waktu, tujuan pembelajaran, materi
segi karekteristiknya yakni makroskopis, pembelajaran, metode dan strategi
simbolik, dan mikroskospis. Bahan ajar pembelajaran, media pembelajaran,
yang digunakan saat ini dominan mengacu langkah-langkah kegiatan, sumber belajar,
kepada bahan ajar yang kurang menarik dan penilaian. Langkah-langkah kegiatan

231
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 3 No.1, ISSN 2338-6480
disajikan dalam bentuk tabel dengan kompetensi, kunci jawaban, daftar pustaka,
distribusi waktu untuk kegiatan serta glusorium. Hasil pada tahap
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan perancangan ini disebut Draf-1. Selain
penutup. Modul dikembangkan untuk rancangan perangkat pembelajaran, juga
membimbing dan mempermudah siswa disiapkan instrumen penelitian, yakni
dalam memahami materi yang sedang lembar validasi beserta pedoman
dipelajari. Modul yang dikembangkan penskorannya Tahap pengembangan
memuat langkah-langkah dimulai dengan validasi perangkat
modelpembelajran KAPRA berbasis literasi pembelajaran oleh ahli, praktisi, dan
sains. Modul yang dikembangkan ujicoba terbatas. Validasi ini dilakukan
mempunyai tampilan seperti layaknya untuk melihat validitas isi dari Draf 1 yang
sebuah buku, mempunyai sampul/ cover, telah disusun.Hasil validasi ahli tampak
kata pengantar, peta konsep, daftar isi, pada Tabel 1 berikut:
uraian materi, contoh soal, latihan soal, uji
Tabel 1. Hasil validasi produk dari dosen ahli
Skor Skor
Penilaian Kategori Kategori
No perolehan perolehan
validator kelayakan kelayakan
R1 R2
1. V1 73,86 % Layak 90,90% Sangat layak
2. V2 48,86 % Cukup layak 81,81% Sangat layak
Rata-rata 61,36 Layak 86,35 Sangat layak
Keterangan : R2 = Revisi Kedua
V1 = Validator pertama yaitu Bapak Hasil validasi ini rata- ratanya
Ahmadi, M.Pkim dikategorikan sangat layak,sedangkan untuk
V2 = Validator kedua yaitu Bapak validasi praktisi dan uji coba terbatas dapat
Yusron Khery, S.Si.,M.Pd dilihat pada tabel dibawah ini :
R1 = Revisi Pertama
Tabel 2. Hasil validasi produk dari praktisi

No Penilaian Validasi Skor perolehan Kategori kelayakan

1.Bapak Suhirdi, S.Pd 97,50 % Sangat Layak


2.Ibu Pebrina Hirniawati, S.Pd 100% Sangat Layak
Rata-rata 98,75% Sangat Layak
Tabel 3. Hasil ujicoba produk oleh siswa
No Nama Siswa Skor Penilaian Modul Kategori
Kelayakan
1 Sandi Irawan 89,58% Sangat Layak
2 Muhammad Ridho Islami 87,58 % Sangat Layak
3 Haerunnisa’ 70,83 % Layak
4 Robi Cahyadi 89,58 % Sangat Layak
5 Deni Kurniawan 77,08 % Layak
6 Meshita Hidayati 93,75 % Sangat Layak
7 Nurul Jinan 87,50 % Sangat Layak
8 Baiq Erika Wulandari 72,91 % Layak
9 Susi Oktafia 93,75 % Sangat Layak
10 Muhammad Ardianfajri 91,66 % Sangat Layak
Rata-Rata 85,42 % Sangat Layak
Dari kedua tabel tersebut dapat sains untuk siswa kelas XI SMA pada
disimpulkan bahwa bahan ajar yang materi laju reaksi. Model pengembangan
dikembangkan sangat layak untuk yang digunakan yaitu 4-D yang
digunakan khususnya pada SMAN 1 dikemukakan oleh Thiagarajan, Semmel, &
Gunungsari. Semmel. Hasil penelitian dan pembahasan
sebagai berikut: terhadap prosedur
B. Pembahasan penelitian pengembangan model 4-D yang
Berdasarkan hasil penelitian yang dikembangkan oleh Thiagarajan, Semmel,
telah dilakukan menghasilkan produk utama & Semmel (1974) yang terdiri dari 4
berupa modul KAPRA berbasis literasi tahapan. Empat tahap tersebut adalah tahap

232
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 3 No.1, ISSN 2338-6480
pendefinisian (define), tahap perencanaan layak sehingga dapat digunakan sebagai
(design), tahap pengembangan sumber belajar.
(development), dan tahap penyebaran Penelitian dan hasil penelitian
(disseminate). Pada penelitian sejalan dengan rumusan masalah dan tujuan
pengembangan ini terbatas pada tahap penelitian berupa bentuk dan kelayakan
define, design, serta develop, dan tidak bahan ajar. Kelayakan bahan ajar ini telah
sampai tahap disseminate dengan beberapa divalidasi oleh berbagai pihak yang
penyesuaian berdasarkan kebutuhan dipilih/direkomendasikan oleh lembaga
pengembangan. Alasan pemilihan model ataupun dosen ahli untuk menyelesaikan
4D dalam penelitian ini diantaranya adalah: penelitian tentang pengembangan bahan
(a) model 4D disusun dengan urutan ajar. Kelayakan bahan ajar tidak serta merta
kegiatan yang sistematis; (b) model 4D membuat konsep bahan ajar tanpa sumber
khusus dikembangkan untuk tujuan referensi dan panduan pengembangan.
pengembangan perangkat pembelajaran dan Kelayakan ini selain layak oleh uji ahli,
bukan rancangan pembelajaran; (c) model juga layak digunakan oleh guru dan siswa
4D sudah banyak digunakan dalam oleh penilaian mereka secara langsung
penelitian pengembangan perangkat melalui angket check list yang mewakili
pembelajaran. Bahan ajar berupa modul ini seluruh obyek penilaian kelayakan bahan
dapat digunakan dalam proses pembelajaran ajar.
baik oleh guru maupun oleh siswa secara Penelitian pengembangan ini juga
mandiri. Hal ini disebabkan karena melalui diperkuat dengan penelitian Rizky Arnadi
modul, siswa diarahkan untuk mampu Juan, Sri Rahayu, Prayitno (2012) bahwa
memecahkan masalah secara mandiri atau efektifitas model pembelajaran KAPRA
kelompok. pada materi asam basa dalam meningkatkan
Sebelum diujicobakan modul prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA
KAPRA berbasis literasi sains terlebih dapat terlaksana dengan baik dan lebih
dahulu di uji kelayakannya. Uji kelayakan efektif dikelas eksperimen daripada dikelas
dilakukan oleh 2 orang dosen kimia, 2 kontrol. Secara keseluruhan keterlaksanaan
orang guru kimia, dan 10 orang siswa. Hasil model pembelajaran KAPRA terlaksana
analisis data lembar validasi bahan ajar dengan baik di kelas eksperimen dengan
berupa modul yang dinilai oleh ahli (dosen) rata-rata 88,45%. Pada penelitian
mencakup 4 komponen. Keempat sebelumnya model pembelajaran KAPRA
komponen yang dinilai adalah kelayakan digunakan di dalam kelas dapat terlaksana
sampul, kelayakan isi, bahasa dan dengan baik dalam meningkatkan prestasi
keterbacaan serta kegrafisannya. Hasil belajar siswa. Selain itu juga, menurut
analisis terhadap lembar validasi didapatkan laporan hasil PISA 2012 (OECD, 2013)
nilai rata-rata dari kedua ahli sebesar 86,35 dituliskan bahwa rata-rata nilai sains siswa
%. Hal ini menunjukkan bahwa modul Indonesia adalah 382, dimana Indonesia
KAPRA berbasis literasi sains berada pada menempati peringkat 64 dari 65 negara
kategori sangat layak untuk digunakan peserta, atau dengan kata lain menempati
dalam proses pembelajaran kimia. peringkat kedua terbawah dari seluruh
Sedangkan hasil analisis data negara peserta PISA. Rendahnya
lembar validasi bahan ajar berupa modul kemampuan literasi sains siswa Indonesia
yang dinilai oleh guru kimia mencakup 2 ini dipengaruhi oleh banyak hal, salah
komponen. Kedua komponen yang dinilai satunya sumber belajar dan bahan ajar. Dari
adalah kelayakan sampul, kelayakan isi. kedua hal tersebut, maka model
Hasil analisis terhadap lembar validasi pembelajaran KAPRA yang dipadukan
didapatkan nilai rata-rata dari kedua praktisi dengan literasi sains dalam penelitian ini
sebesar 98,75%. Hal ini menunjukkan menjadi pengembangan bahan ajar KAPRA
bahwa modul KAPRA berbasis literasi berbasis literasi sains. Dengan adanya
sains berada pada kategori sangat layak bahan ajar KAPRA berbasis literasi sains
untuk digunakan dalam proses ini diharapkan dapat meningkatkan minat
pembelajaran kimia. Penilaian yang membaca siswa dan hasil belajar siswa
dilakukan oleh peserta didik sebagai melalui membaca.
ujicoba terbatas terhadap penilaian modul
hasil pengembangan mendapatkan nilai SIMPULAN
rata-rata 85,42% dengan kategori sangat Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : (1)

233
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 3 No.1, ISSN 2338-6480
Bentuk bahan ajar ini adalah berupa modul Suryati.2013. Pengaruh Model Pembelajaran
yang berisi materi dengan mengikuti sintaks LC Dipadu Diagram Alir Terhadap
dari model pembelajaran KAPRA. (2) Kualitas Proses Dan Hasil Belajar
Kelayakan bahan ajar hasil pengembangan Kimia Siswa.Jurnal Kependidikan
mengacu pada hasil penilaian validator. Skor Kimia “Hydrogen” (jurnal).Vol.1.No.1.
rata-hasil validasi ahli sebesar 86,35% dengan ISSN :2338-6480. Dosen Program Studi
kategori sangat layak sedangkan, hasil validasi Pendidikan Kimia IKIP Mataram
praktisi oleh guru kimia sebesar 98,75 % dan
hasil uji coba siswa sebesar 85,42% dengan
kategori sangat layak. Dengan demikian bahan
ajar dinyatakan layak untuk digunakan.

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka saran yang dapat diajukan
adalah Produk pengembangan bahan ajar
KAPRA berbasis literasi sains ini perlu
diujicobakan agar dapat mengetahui
keefektifan produk bahan ajar sebagai hasil
belajar siswa, dan Produk pengembangan
bahan ajar KAPRA berbasis literasi sains ini
perlu diujicobakan agar dapat mengetahui
keefektifan produk bahan ajar sebagai hasil
belajar siswa.

DAFTAR RUJUKAN
BNSP. 2006. Pengembangan Bahan Ajar
Kimia Berbasis Cerpen Untuk Sma / Ma
Kelas X Semester Genap (skirpsi). IKIP
MATARAM
Kirna, I Made. 2009. Determinasi Poposisi
Pembelajaran Pemahaman Konsep
Kimia Melalui Implementasi
Pembelajaran Sinkronisasi Kajian
Makroskopis dan Submikroskois. Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran. Jilid 43.
No.3. Hal 185- 191
Purba, Micheal. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas
X. Jakarta : Erlangga
Rahayu., Setyosari., dan Prayitno. 2006.
Efektifitas Model Pembelajaran KAPRA
pada materi asam basa dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas XI IPA SMA (artikel).Universitas
Negeri Malang.
Rizky, A., Sri R., dan Prayitno. 2012.
Efektifitas Model Pembelajaran KAPRA
pada materi asam basa dalam
meningkatkan prestosi belajar siswa
kelas XI IPA SMA (artikel). Universitas
Negeri Malang.
Rizky Kadhafi, Fauziatul Fajaroh, Dermawan
Afandy. Tanpa Tahun. Pengembangan
Modul Kesetimbangan Kimia Berbasis
Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Untuk SMK (artikel).Universitas Negeri
Malang

234

Anda mungkin juga menyukai