Anda di halaman 1dari 14

“Give me a place to stand, and I will move the earth” – Archimedes

Siapa yang nggak kenal dengan Archimedes? Kalau gue sebut nama ini, hampir semua
orang bilang pernah denger namanya. Meskipun begitu, masih banyak yang nggak
yakin dia itu siapa dan apa kontribusinya dalam dunia ilmu pengetahuan. Padahal nih
ya, menurut gue Archimedes ini adalah salah satu orang paling jenius yang pernah
hidup. Menurut gue, doi bahkan jauh lebih keren dari sosok Einstein yang sering dipakai
sebagai simbol pemikir genius di masa kini. Galileo aja menyebut bahwa Archimedes
ini adalah “superhuman”. Seorang Leibniz, yang menemukan konsep kalkulus (turunan
dan integral), bahkan bilang bahwa orang yang mengenal karyanya Archimedes, nggak
akan terlalu kagum dengan pencapaian pemikir-pemikir setelahnya.

Emang kenapa sih Archimedes bisa dibilang hebat sama


mereka? Apa aja kontribusi Archimedes yang membuat dia
layak disebut sebagai orang paling jenius yang pernah hidup?
Archimedes ini lahir di Sirakusa, Sisilia (Syracuse, Sicily) pada tahun 287 Sebelum
Masehi. Meskipun itu kelihatannya tua banget (lebih dari 2300 tahun yang lalu bo), tapi
dia itu termasuk anak “muda” di peradaban Yunani kuno. Sebagai
perbandingan, Pythagoras itu lahir sekitar tahun 570 BC, hampir 300 tahun sebelum
Archimedes lahir. Sebagai perbandingan lagi, Euclid aktif sebagai pemikir Yunani kuno
sekitar 323–283 BC, saat Archimedes masih kecil.
Kontribusi Archimedes pada pengetahuan ini banyak sekali. Di bidang Fisika, dia
menemukan gaya angkat pada fluida. Di Matematika, dia sudah mengenal konsep
ketakhinggaan, yang merupakan bahan dasar dari kalkulus integral. Di bilang
Astronomi, dia membuat pemodelan tata surya. Di engineering, wah, ini banyak banget;
mulai dari penjelasan cara kerja tuas, katrol, bidang miring, yang
semuanya kepakai sampai sekarang, sampai dengan desain alat perang.
Banyak banget yah penemuannya. Saking banyaknya, pada saat gue menulis artikel ini,
gue juga bingung mau bahas yang mana aja, karena nggak mungkin di artikel yang
“singkat” ini gue bisa bahas semuanya. So, kita mulai dari yang kebanyakan orang
familiar aja deh, yaitu Hukum Archimedes. Salah satu alasan Archimedes ini terkenal
adalah karena namanya ada di buku Fisika pada saat kita mempelajari tentang tekanan
fluida. Di zenius.net, lo bisa lihat Hukum Archimedes di kelas 8 SMP, dan di kelas 10
SMA atau kelas 11 SMA. Nggak heran kan kalau nama Archimedes itu familiar di
telinga. Tapi apa sebenernya Hukum Archimedes itu sendiri? Coba kita ingat-ingat yuk.
 

Hukum Archimedes
Hukum Archimedes itu bunyinya kira-kira begini:

Suatu benda, jika dicelupkan ke dalam fluida (sebagian ataupun seluruhnya), akan
mengalami gaya angkat ke atas yang sama besar dengan berat fluida yang
dipindahkannya.
Kalau lo belum mengerti apa maksud dari hukum itu dari baca kalimat di atas, nggak
masalah kok. Lanjut aja baca artikelnya karena gue akan berusaha jelasin.
Coba iseng-iseng tanya sama orang di sekitar lo, “Kenapa batu tenggelam dalam air?”.
Banyak yang dengan spontan jawab, “karena berat”. Tapi sekarang coba pikir-pikir lagi,
kayu yang lebih berat daripada batu kok bisa mengapung? Kalau memang “karena
berat”, harusnya kayu juga tenggelam dong. Nah, dari sini kita bisa menyimpulkan
bahwa jawaban “karena berat” itu salah. Lalu, jawaban yang bener apa?
Singkatnya adalah karena massa jenis batu lebih besar dari pada massa jenis air. Eh, apa
tuh massa jenis?
 

Massa Jenis
Mana yang lebih berat, 1 kg besi atau 1 kg kapas? Ini adalah pertanyaan favorit gue di
kelas kalau lagi ngajarin tentang massa jenis. Banyak anak-anak yang kejebak dengan
jawab bahwa 1 kg besi lebih berat. Sebelum tulisan ini di-publish, gue iseng juga nanya
ini di twitter. Walaupun kebanyakan udah jawab bener, tapi masih ada aja tuh yang
kejebak jawab besi. Karena sama-sama 1 kg, ya harusnya berat keduanya sama dong

ya [1] 
Cuma bedanya: 1 kg besi itu volumenya kecil, sementara 1 kg kapas itu volumenya besar
banget.

1 kg besi
itu volumenya kecil, sementara 1 kg kapas itu volumenya besar. Tapi beratnya sama aja.
Kenapa bisa begitu? Karena massa jenis besi itu lebih besar dari pada massa jenis
kapas.

Massa jenis besi > Massa jenis kapas


Massa jenis itu adalah kerapatan massa (density). Massa pada besi itu sangat rapat
sementara massa pada kapas itu sangat renggang. Nah, secara matematis, kerapatan
massa ini bisa kita nyatakan dalam rumus ini:

Massa jenis (rho) sama dengan massa dibagi volume. Tapi inget sekali lagi. Kalau belajar
Fisika, jangan cuma inget rumusnya aja! Yang penting itu adalah pengertian di balik rumus
itu sendiri. Lo bisa baca lebih lanjut di sini kenapa menghafal rumus tanpa memahami
pengertiannya adalah cara yang keliru kalo belajar Fisika: Panduan Belajar SBMPTN
Fisika 2016.
Pada kasus besi dengan kapas tadi, lo bisa lihat bahwa massanya sama (1 kg).Tapi
karena volume besi lebih kecil dibanding volume kapas, maka massa jenis besi jadi
lebih besar dibanding massa jenis kapas.
 
Eureka!
Ada cerita menarik tentang Archimedes dan massa jenis ini. Lo mungkin pernah denger.
Pada waktu itu, Hiero II, raja Sirakusa, menyuruh seorang tukang emas untuk
membuatkannya mahkota dari emas milik sang raja. Selang beberapa waktu, tukang
emas kembali dengan mahkota yang di-request raja. Tapi, bukannya seneng, raja Hiero
malah menduga dia ditipu oleh tukang emas yang membuat mahkotanya. Mahkota
yang terbuat dari Emas itu seharusnya berat. Tapi Hiero merasa bahwa mahkota ini
lebih ringan daripada emas biasanya. Dia menduga bahwa si tukang emas telah
mengambil sebagian emas yang ia berikan, kemudian mencampurnya dengan bahan
lain sehingga berat mahkota berkurang. Hiero pun meminta Archimedes untuk
melakukan investigasi, pertanyaannya begini:
Bagaimana cara mengetahui apakah mahkota tersebut terbuat dari
emas murni atau campuran?
Coba lo pikir-pikir dulu. Kalau lo jadi Archimedes, apa yang akan lo lakukan?

Berhubung Archimedes sudah mengetahui konsep massa jenis, maka dia sebenarnya
tinggal:

 Cari emas asli yang massanya sama dengan massa mahkota


 Cari tahu apakah volume emas asli tersebut sama dengan emas mahkota
Untuk mencari emas asli yang massanya sama dengan massa mahkota itu nggak
susah. Tinggal ditimbang aja kayak gini:
Kalau seimbang, maka massanya sama.

Nah, sekarang pertanyaannya adalah, bagaimana cara mengukur volumenya? Yang


satu kan bentuknya mahkota, sedangkan yang satu lagi bentuknya masih berupa
gundukan emas. Kan ga segampang kita cari volume kubus. Sebenernya, ada satu cara
untuk mengetahui volumenya, yaitu dengan melebur kedua benda emas tersebut. Tapi
tentunya raja Hiero nggak mau kalau harus sampai melebur mahkotanya untuk
mencari tahu hal ini. Trus gimana dong cara mengukur volume mahkota emas dan
gundukan emas tanpa harus meleburnya terlebih dahulu? Nah, sekarang coba lo pikir
dulu, solusinya apa ya? (jangan scroll down ke bawah sebelum lo bisa jawab)

Archimedes mendapatkan jawabannya ketika dia mandi. Ketika dia masuk ke dalam
bak mandi, dia melihat bahwa air pada bak mandi tersebut naik. Akhirnya dia sadar
bahwa volume air yang naik itu sama dengan volume badannya yang masuk ke dalam
air. Kalau begitu, dia sekarang bisa mendapatkan volume emas dan mahkota tersebut
dengan cara memasukkan keduanya ke dalam air. Kalau volumenya sama, maka
mahkota terbuat dari emas asli. Sementara kalau volume mahkota lebih besar, berarti
mahkota tersebut terbuat dari emas campuran.
Ketika Archimedes menemukan ide ini, apa yang dia lakukan coba? Dia keluar dari bak
mandi, kemudian lari-lari telanjang di jalan sambil teriak, “EUREKA!”, yang artinya kira-
kira “Aku menemukannya!”.

Archimedes kemudian mengabarkan penemuannya ini kepada Hiero. Setelah dicek,


ternyata volume mahkota lebih besar dibanding volume emas. Kesimpulannya,
mahkota tersebut dibuat dari emas campuran.

Gue suka banget dengan cerita di atas dan pengennya sih, cerita itu emang beneran
terjadi. Mungkin lu juga. Cuma masalahnya, cerita itu ternyata ditulis sekitar 200 tahun
setelah era Archimedes itu. Jadi, para ahli sejarah nggak yakin kalau itu bener-bener

terjadi. Tapi nggak apa-apa lah. Lumayan buat bahan ngajar. 


 

Kembali Lagi ke Hukum Archimedes


Dari tadi kita udah ngomongin tentang massa jenis. Tapi kok kalau kita baca lagi Hukum
Archimedes di atas, kelihatannya sama sekali nggak menyinggung tentang massa jenis.
Terus hubungannya di mana? Nah, coba kita baca lagi:
Suatu benda, jika dicelupkan ke dalam fluida (sebagian ataupun seluruhnya), akan
mengalami gaya angkat ke atas yang sama besar dengan berat fluida yang
dipindahkannya.
Air itu adalah salah satu contoh fluida. Ketika Archimedes masuk ke dalam bak mandi
yang berisi air, ada air yang dipindahkan oleh badan Archimedes tersebut. Air yang
dipindahkan ini memiliki berat. Nah itulah yang dimaksud dengan “berat fluida yang
dipindahkannya”.
Jadi, kalau kita tuliskan hukum tersebut dalam persamaan matematika, hasilnya begini:

Gaya angkat atau FA itu bisa juga disebut sebagai gaya angkat Archimedes (buoyant force).
Berhubung berat (W) dapat diperoleh dari massa dikali dengan gravitasi, rumusnya
menjadi begini:

Dan karena massa jenis itu adalah massa dibagi volume, berarti massa bisa dicari
dengan mengalikan antara massa jenis dengan volume fluida yang dipindahkan.

Biar lebih simple, biasanya ditulis gini aja sih:

dengan ρC itu massa jenis fluida dan VD adalah displaced volume (volume yang


dipindahkan).
Kenapa batu tenggelam di dalam air?
Sekarang coba kita balik lagi ke pertanyaan di atas, “Kenapa batu tenggelam di dalam
air?” dan “Kenapa kayu enggak?”. Kita lihat aja nih bagaimana analisis gayanya ketika
batu tersebut seluruhnya dimasukkan ke dalam air:
Kita sudah tau gimana cara menghitung F A. Sekarang bagaimana kita menghitung W
(berat batu)? W itu sama dengan massa kali gravitasi. Nah, berhubung massa itu adalah
ρ dikali V, maka kita dapat bahwa W adalah:

Kalau lu perhatiin, rumus ini mirip dengan rumus FA (gaya angkat). Kalau batunya
dicelupin semuanya, maka volume batu sama dengan volume fluida yang dipindahkan.
Terus, nilai g juga sama (10 m/s2). Volume sama, g sama, berarti yang beda apa?
Nah, satu-satunya pembeda adalah massa jenis. Jadi….
>> Karena massa jenis batu lebih besar dibandingkan massa jenis air, maka
batu tenggelam. <<
Nah, jadi bukan karena batu berat yah. Tapi karena massa jenisnya lebih besar. 

Massa jenis air itu sendiri besarnya 1 gr/cm3 atau sama dengan 1000 kg/m3. Dari sini
kita bisa ambil kesimpulan bahwa benda-benda yang mengapung di atas air itu pasti
massa jenisnya kurang dari 1 gr/cm3, sementara benda-benda yang tenggelam itu pasti
massa jenisnya lebih besar dari 1 gr/cm3. Contoh:
 Kayu itu mengapung, berarti massa jenisnya pasti kurang dari massa jenis air.
 Buah kelapa mengapung, berarti massa jenisnya pasti kurang dari massa jenis
air.
 Besi tenggelam, berarti massa jenisnya pasti lebih dari masa jenis air.
 dsb
Lo bisa juga iseng-iseng bikin percobaan begini:

Telur itu biasanya tenggelam di dalam air. Sekarang coba kalau kita larutkan beberapa
sendok garam ke dalam air. Ketika airnya menjadi pekat karena larutan garam
tersebut, maka telur akan mengapung. Hal ini bisa terjadi karena air garam yang pekat
tersebut memiliki massa jenis yang besar sehingga bisa membuat telur mengapung.

Prinsip yang sama yang bisa membuat kita bisa mengapung di air. Massa jenis manusia
adalah 0,985 gr/cm3, lebih kecil dari air pada umumnya. Kita bahkan bisa mengapung
dengan lebih mudahnya di Laut Mati seperti gambar di bawah.

Laut Mati atau Dead Sea itu memiliki kadar garam yang sangat tinggi. Massa jenisnya
itu sekitar 1,24 gr/cm3, sehingga badan kita bisa dengan mudah mengapung di sana. Lo
bisa baca-baca tentang Laut Mati ini di Wikipedia. Kalau lo mau belajar lebih banyak
lagi terkait Hukum Archimedes ini, lo bisa lihat teori dan berbagai latihan soalnya di
zenius.net. Berikut ini linknya:
 Fluida Statis – Fisika Kelas 11 KTSP
 Fluida Statis – Fisika Kelas 10 Kurikulum 2013
 Fluida Statis – Fisika Kelas 11 Kurikulum 2013 Revisi
(Kurikulum Nasional)
Penerapan Hukum Archimedes
Hukum Archimedes itu dikemukakan lebih dari 2000 tahun yang lalu, tapi kita sampai
sekarang masih mempelajarinya di sekolah. Hal itu menunjukkan bahwa hukum
tersebut masih kepakai sampai sekarang di berbagai macam bidang. Yang udah jelas
banget kepakai itu adalah ketika kita mendesain suatu kapal. Kapal itu hanya bisa
mengapung kalau dia bisa mengalami gaya angkat ke atas yang cukup besar, dan ini
dihitung menggunakan hukum Archimedes itu tadi. Berbagai macam kapal, mulai dari
yang sederhana hingga yang kompleks, pasti mempertimbangkan hukum ini ketika
didesain.

Selain itu, bahkan Hukum Archimedes ini pun kepakai di dapur. Serius. Misalnya, kalau
mau bikin bubur kacang ijo. Gimana cara memisahkan kacang ijo yang padat (gizi
tinggi) dengan kacang ijo yang nggak padat? Masukin aja ke air. Kacang ijo yang
mengapung itu pasti massa jenisnya rendah, gizinya rendah, dan rasanya kurang enak.
Bisa kita pisahkan, terus masak kacang ijo yang tenggelam aja.
Selain itu, ada lagi nggak? Masih banyak. Penjelasan gue dari tadi itu cuma penerapan
hukum Archimedes pada zat cair. Padahal, hukum ini juga berlaku pada udara.
Misalnya ketika kita merancang balon udara. Gimana tuh balon udara bisa terbang?
Jawaban simpelnya adalah karena massa jenis balon udara dibuat lebih kecil
dibandingkan massa jenis udara di sekitarnya, sehingga dia mengalami gaya angkat ke
atas yang besar.
Lo sendiri mungkin bisa coba pikirin hal ini:
Kenapa balon yang kita tiup itu nggak terbang ke atas, sementara balon
yang diisi dengan gas Helium itu bisa terbang ke atas?
Coba diskusikan di komentar di bawah yah.

Penemuan Archimedes Lainnya


Sampai di sini, lo bisa lihat bahwa dengan Hukum Archimedes-nya aja, si Archimedes
ini udah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi ilmu pengetahuan. Nah, tapi
sebenernya nih, Hukum Archimedes itu cuma sebagian kecil dari hal yang ditemukan
oleh Archimedes. Gue ulang lagi yah:
Hukum Archimedes itu cuma SEBAGIAN KECIL dari hal yang ditemukan oleh Archimedes
Kontribusi Archimedes pada ilmu pengetahuan itu ternyata masih jauh lebih banyak
lagi. Beberapa di antaranya kita bahas sekilas aja deh ya, supaya nggak kepanjangan.

1. Sebagai engineer, Archimedes membuat sekrup besar yang bisa dipakai untuk


mengangkat air dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi dengan
menggunakan prinsip bidang miring (salah satu contoh pesawat sederhana). Alat
ini sekarang disebut sebagai Archimedes’ screw.
2. Archimedes juga mendesain alat perang untuk mempertahankan Sirakusa.
Ketika kota ini diserang oleh kapal-kapal dari Romawi, Archimedes membuat
semacam “crane” untuk menghancurkan kapal-kapal tersebut. Nama alatnya
adalah Claw of Archimedes.
3. Archimedes membuat kapal yang super besar dengan nama Syracusia. Kapal ini
dibuat atas permintaan Raja Hiero II. Bisa dibilang ini adalah Titanic pada
jamannya, karena sebelumnya belum pernah ada yang membuat kapal sebesar
itu. Ada yang berpendapat bahwa cerita “Eureka” yang gue tulis di atas itu
sebenarnya bukan tentang massa jenis, tapi tentang Hukum Archimedes yang dia
temukan ketika mendesain kapal ini. Masuk akal juga sih.
4. Pemikir-pemikir sebelum Archimedes sudah banyak yang tahu bahwa rasio
antara keliling lingkaran dengan diameter itu adalah konstan. Sekarang ini, kita
mengenal konstanta itu dengan simbol π. Tetapi berapa nilai persisnya nggak ada
yang tahu. Nah, Archimedes adalah orang yang pertama kali mengusulkan suatu
algoritma yang tepat untuk menghitung nilai π ini. Caranya adalah dengan
membuat dua poligon yang menyinggung lingkaran di luar dan di dalam seperti
gambar di bawah ini. Dengan menghitung rasio antara keliling dan diameter dari
poligon, Archimedes melaporkan bahwa nilai π adalah 3,1408 < π < 3,1429. Presisi
banget yah? Tapi yang keren itu bukan tingkat presisi nilai π-nya sih,
melainkan algoritmanya. Ratusan tahun setelah Archimedes, algoritma ini masih
dipakai terus-terusan untuk mencari nilai π dengan lebih presisi lagi. Algoritma lain
baru ditemukan pada tahun 1699.

5. Seperti para matematikawan Yunani pada jamannya, Archimedes juga jago


Geometri. Di kalkulus Integral, lo belajar bahwa luas area di bawah kurva itu bisa
dihitung dengan menggunakan integral. Kalau lupa, tonton lagi kalkulus integral di
zenius.net. Kalkulus Integral itu adalah matematika yang lumayan advanced, baru
ditemukan oleh Newton dan Leibniz sekitar abad 17, hampir 2000 tahun setelah
Archimedes lahir. Nah, salah satu bahan dasar untuk bisa menemukan kalkulus
integral ini adalah konsep deret tak hingga. Luas area di bawah kurva dari kurva
yang melengkung bisa dihitung dengan memotong-motong area di bawah kurva
tersebut sebanyak tak hingga bagian, kemudian seluruh bagian tersebut
dijumlahkan. Archimedes sudah bisa melakukan ini. Dia bisa menghitung luas area
di bawah kurva parabola dengan menggunakan deret tak hingga. Nggak heran
kalau Leibniz nge-fans berat sama ini orang.
6. Dan lain-lain.
By the way, salah satu yang bikin gue heran dengan matematikawan Yunani seperti
Archimedes ini adalah, mereka melakukan matematika dengan sistem bilangan yang
ribet banget. Mirip dengan sistem bilangan Romawi: I, II, III, IV, V, VI, dst.. yaitu sistem
bilangan non-basis yang pernah gue singgung sedikit di artikel Bisa nggak sih 2+2=10?.
Dengan sistem bilangan yang seribet itu aja mereka udah bisa menemukan macem-
macem. Gimana kalau pakai sistem bilangan yang modern ya?

Archimedes Mengangkat Dunia


Sebelum gue menutup artikel ini, gue mau balik lagi dengan kutipan kata-kata
Archimedes yang ada di bagian paling atas artikel ini, yang artinya kira-kira, “Berikan aku
tempat untuk berpijak, maka aku akan mengangkat Dunia!”. Wih, apa nih maksudnya
mengangkat dunia? Untuk mengerti hal ini, sekarang gue mau mengajak lo
memahami konsep tuas (pengungkit).
Misalnya kita punya suatu benda yang beratnya 50 Newton (5 kg). Bisa nggak sih kita
mengangkat benda tersebut hanya dengan menggunakan gaya 12,5 Newton. Dengan
prinsip tuas/pengungkit, bisa. Caranya adalah dengan membuat tuas/pengungkit
dengan perbandingan 1:4 seperti berikut:

Kalau mau mengangkat benda tersebut dengan gaya yang lebih kecil lagi, tinggal buat
pengungkit dengan rasio yang sepadan dengan rasio beratnya tersebut. Dengan
prinsip ini, benda seberat apapun bisa diangkat oleh Archimedes. Jadi, kalau dia mau
mengangat bumi, dia tinggal mencari tahu perbandingan antara berat bumi dengan
berat badannya, kemudian bikin pengungkit dengan perbandingan yang sama. Dengan
berdiri di ujung papan yang lebih panjang, maka Archimedes akan mengangkat Dunia.
Well, tentu Archimedes nggak pernah benar-benar mengangkat Dunia. Lagi pula, belum
tentu Archimedes beneran ngomong gitu karena kutipan itu baru muncul di sebuah
buku ratusan tahun setelah Archimedes meninggal. Hehe… Tapi meskipun dia belum
pernah mengangkat Dunia secara harafiah, bisa dibilang dia beneran udah
“mengangkat Dunia” dengan ilmu-ilmu yang dia berikan.
Referensi

[1] Asumsi keduanya berada di medan gravitasi yang sama

Sumber gambar besi: https://www.totalweighing.co.uk/weights/45-1kg-stainless-steel-cylindrical-calibration-weight.html

Sumber gambar kapas: http://www.readersdigest.ca/home-garden/tips/5-things-do-cotton-balls/

Sumber gambar emas dan mahkota: https://www.math.nyu.edu/~crorres/Archimedes/Crown/CrownIntro.html

Dibunuh Tentara Romawi


Biografi Archimedes, diketahui ia pun akhirnya terbunuh oleh pasukan Romawi. Saat
tewas Archimedes sedang mengerjakan persoalan geometri dengan menggambarkan
lingkaran-lingkaran di atas tanah. Sebelum dibunuh ia meneriaki pasukan Romawi yang
lewat “Jangan ganggu lingkaranku.”

hydrometer

Anda mungkin juga menyukai