Anda di halaman 1dari 14

FLUIDA STATIS

Menurut kamu, apa aspek tersulit dari berenang? Latihan mengambang? Meluncur?
Atau pada bagian menyelam? Ya, dibanding berbagai aspek berenang lain, menyelam
adalah kegiatan yang paling susah. Ketika menyelam, badan kita seolah terangkat ke
atas, sehingga kita membutuhkan “usaha lebih" untuk bisa mencapai dasar. Apalagi
kalau berenang di laut. Semakin dalam kamu menyelam, pasti akan merasa sakit di
kepala. Tidak jarang kuping terasa pengang karena tekanan di bawah air.

Kira-kira, kenapa ya hal itu bisa terjadi?

Jawabannya: tekanan hidrostatis.


Dari pengertian di atas, kita bisa tahu kalau kedalaman akan berpengaruh terhadap
tekanan yang dihasilkan. Hal lain yang perlu kamu perhatikan adalah, ketika sesuatu bisa
masuk ke dalam air, artinya massa jenis benda tersebut lebih besar dari massa jenis air
(1000kg/m3).

Di dalam fisika, kita bisa menentukan seberapa besar tekanan yang ada di dalam air.
Adapun rumus tekanan hidrostatis sebagai berikut:

Berdasarkan rumus tekanan hidrotatis itu, terlihat kalau semakin tinggi kedalaman air
(h), maka tekanan yang akan didapat juga makin tinggi. Makanya, ketika menyelam,
semakin ke bawah, kita semakin merasa ada tekanan yang membuat kepala kita sakit.
Sumber: Crash course via YouTube

Misalnya, kita punya kolam sedalam 3 meter. Lalu kita ingin menghitung perbedaan
tekanan saat berenang di kedalaman 0,5 m dan saat berada di dasar. Bagaimana
caranya? Apa kita perlu menyelam dan merasakan bedanya tekanan di kepala kita
antara di 0,5 m dan dasar secara langsung?

O tentu tidak. Tanpa berada di kolam renang pun kamu bisa melakukannya. Hal yang
perlu kamu lakukan hanya mencari selisih ketinggian antara di dasar dengan di 0,5 m,
kemudian memasukkannya ke dalam rumus tekanan hidrostatis tadi.

Lalu, untuk mencari selisih tekanannya, yang kita perlukan adalah:


 

Nah,  sekarang bayangkan di atas kolam tersebut diletakkan piston seukuran luas kolam
yang mendorong ke arah bawah. Maka, si air akan terjebak dan tidak punya jalan keluar.
Peristiwa terperangkapnya air ini disebut juga sebagai “cairan terkurung”.

Lalu, apa yang terjadi?

Blaise Pascal, seorang fisikawan asal Prancis, pada pertengahan 1600an sudah
memikirkan hal ini. Gile ya. Pemikirannya ini membuahkan hasil: Apabila kita
memberikan tekanan kepada “cairan terkurung” ini, maka tekanan dari setiap bagian
cairan itu juga akan meningkat, sesuai dengan besar tekanan yang diberikan.

Bingung?
Sumber: Crash Course via YouTube

Gini deh. Misalnya, ada gelas berisi air. Lalu di atasnya terdapat piston dengan ukuran
yang sama seperti luas permukaan gelasnya. Piston tersebut menekan si air dengan
gaya 5000 Pa, maka tekanan yang ada di air akan meningkat sebesar 5000 Pa.

Hal ini, disebut dengan hukum pascal.

Lalu, kira-kira apa gunanya hukum itu? Memangnya siapa, sih, yang iseng menekan
gelas dengan piston kayak gitu? Eits, jangan salah. Kalau kamu membuat sebuah tabung
berisi air yang di kedua ujungnya terdapat piston gimana?
Di situ lah fungsi hukum pascal. Ingat bahwa tekanan adalah gaya dibagi dengan luas
permukaan. Itu artinya, apabila kita “memperbesar” luas permukaan salah satu piston,
maka gaya yang dihasilkan pun akan bertambah besar juga.

Su
mber: Crash course via YouTube

Itu artinya, kita tidak perlu repot-repot memberikan gaya yang besar untuk mengangkat
mobil, misalnya. Atau segala hal yang menggunakan hidrolik.
HUKUM ARCHIMEDES

Teman-teman, coba deh bandingkan! Saat berada di dalam air, kita bisa lebih mudah
mengangkat beban yang berat lho, dibandingkan dengan saat kita berada di darat. Saat
berada di dalam air, menggendong teman jadi terasa lebih mudah daripada saat kita
menggendong teman kita di darat.

Hmm.. iya juga, ya? Kok bisa gitu, sih?

Saat berada di dalam air, kita jadi bisa mengangkat beban dengan lebih mudah akibat
adanya gaya angkat pada benda di dalam fluida, atau yang biasa disebut
dengan Gaya Archimedes. Nah, Gaya Archimedes inilah yang seolah membuat beban
terasa lebih ringan dan kita seolah menjadi lebih kuat.
"Ooohh.. kirain emang aku aja yang jadi punya kekuatan super kalau masuk ke dalam
air, ternyata berkat bantuan Gaya Archimedes toh.. Hehehe.."

Ngomong-ngomong, apa sih Gaya Archimedes itu?

Gaya Archimedes adalah gaya angkat ke atas pada suatu benda jika dimasukkan
ke dalam fluida (zat cair atau gas). Gaya Archimedes ini ditemukan oleh seorang
ilmuwan Yunani yang bernama sama yaitu Archimedes. Penemuannya ini kemudian
menjadi hukum yang berlaku di bidang fisika hingga saat ini yang kita kenal dengan
sebutan Hukum Archimedes.
Hukum Archimedes

Hukum Archimedes menjelaskan hubungan antara gaya berat dan gaya ke atas (gaya


apung) pada suatu benda jika dimasukkan ke dalam fluida. Akibat adanya gaya
angkat ke atas (gaya apung), benda yang ada di dalam fluida, beratnya akan berkurang.
Sehingga, benda yang diangkat di dalam fluida akan terasa lebih ringan dibandingkan
ketika diangkat di darat.

Bunyi Hukum Archimedes yaitu:

"Suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam fluida, akan
mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan
oleh benda tersebut."

Baca Juga: Elastisitas Zat Padat dan Hukum Hooke

Nah, sekarang kita masuk ke pembahasan selanjutnya yuk, yaitu menghitung Gaya
Archimedes.

Menghitung Gaya Archimedes

Untuk menghitung Gaya Archimedes, kamu bisa menggunakan rumus sebagai berikut:
Nah, selain rumus, kamu juga perlu tahu nih, bahwa ada tiga keadaan benda saat
berada dalam fluida. Apa saja itu? Yuk, kita bahas satu per satu!

Keadaan Benda Saat Berada Dalam Fluida


1. Benda Tenggelam

Keadaan ini terjadi saat massa jenis fluida lebih kecil dari massa jenis benda. Contohnya
besi atau baja akan tenggelam jika dimasukkan ke dalam air.
Benda tenggelam saat ρfluida < ρbenda (Sumber: fisikazone.com)

2. Benda Melayang

Keadaan ini terjadi saat massa jenis fluida sama dengan massa jenis benda. Contohnya
telur yang dimasukkan ke dalam air yang ditambahkan sedikit garam akan melayang
karena massa jenis keduanya sama.
 Benda melayang saat ρfluida = ρbenda (Sumber: fisikazone.com)

3. Benda Terapung

Keadaan ini terjadi saat massa jenis fluida lebih besar dari massa jenis benda.
Contohnya styrofoam atau plastik akan terapung jika dimasukkan ke dalam air.
Benda terapung saat ρfluida > ρbenda (Sumber: fisikazone.com)

Penerapan Hukum Archimedes

Kapal Selam

Kapal selam merupakan salah satu contoh penerapan Hukum Archimedes dalam
kehidupan sehari-hari. Kapal selam mampu mengatur massa jenisnya di dalam air agar
bisa menyelam, melayang, dan mengapung di permukaan air. Caranya adalah dengan
mengeluarkan atau memasukkan air untuk mengurangi atau menambah massa jenisnya.

Balon Udara

Penerapan Hukum Archimedes juga berlaku pada balon udara. Udara di dalam balon
udara dipanaskan agar massa jenisnya menjadi lebih kecil daripada massa jenis udara di
sekitarnya (atmosfer), sehingga balon udara dapat melayang di udara.

Kapal Laut

Kapal laut biasanya terbuat dari baja atau besi, tapi dapat mengapung di atas laut.
Mengapa demikian? Hal ini karena gaya angkat kapal sebanding dengan berat kapal.
Kapal laut memiliki bentuk berongga sehingga volume air yang dipindahkan akan lebih
besar dan gaya angkat ke atas pun juga menjadi lebih besar.

Untuk lebih memahami Hukum Archimedes, coba kerjakan contoh soal di bawah ini,
yuk!

Contoh Soal Hukum Archimedes

Sebuah benda memiliki massa sebesar 50 kg ketika berada di udara. Kemudian benda
tersebut diukur di dalam air dan hasil pengukurannya sebesar 25 kg. Jika benda tersebut
berada seluruhnya di dalam air dengan massa jenis sebesar 1000 kg/m 3, volume benda
tersebut adalah....

Penyelesaian:

Diketahui:

m1 = 50 kg

m2 = 25 kg

ρ = 1000 kg/m3

Ditanya: Fa dan V?

Jawab:

F1 = m1 x g = 50 x 10 = 500 N

F2 = m2 x g = 25 x 10 = 250 N

Fa = F1 - F2 = 500 – 250 = 250 N

Anda mungkin juga menyukai