Anda di halaman 1dari 37

1

PENGEMBANGAN MEDIA ALAT PERAGA LEMBAR KERJA SISWA


DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA
MATERI IKATAN KIMIA DI SMA NEGERI 2 SUNGAI RAYA

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:
WITDYA AYU SETIANINGSIH
NIM. 141620046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2017
2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ 1


DAFTAR ISI ..................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 3
A. Latar Belakang ............................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
E. Definisi Operasional ........................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 9


A. Media Pembelajaran ................................................................ 9
B. Pengembangan .......................................................................... 9
C. Motivasi Belajar ....................................................................... 10
D. Ikatan Kimia ............................................................................. 12

BAB III METODELOGI PENELITIAN ........................................................ 22


A. Metode Penelitian .................................................................................. 22
B. Variabel Penelitian ................................................................................ 22
C. Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... 22
D. Teknik dan Alat Pengumpul Data ....................................................... 23
E. Prosedur Penelitian ............................................................................... 24
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 36


3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang pada
awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun
pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan teori (deduktif). Kimia menjadi tempat bagi siswa untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
penerapan di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan
pada pembelajaran pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Achmad,B, 2005).
Kimia juga merupakan salah satu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) yang diajarkan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Mata pelajaran
kimia adalah salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa karena
bersifat abstrak dan harus diserap dalam waktu yang relatif terbatas. Mata
pelajaran kimia mengajarkan berbagai pengetahuan yang menggunakan daya nalar
(pikiran) dan analisa permasalahan yang timbul dalam kehidupan sehari – hari
(Wiseman dalam Rumansyah, 2002: 72).
Dari hasil wawancara dengan guru kimia di sekolah SMA N 2 Sungai
Raya didapat informasi bahwa konsep kimia bukan hanya sulit untuk diterima
oleh siswa tapi juga sulit untuk diajarkan oleh guru. Kesulitan ini berkaitan
dengan karakteristik materi kimia itu sendiri. Selain itu, waktu yang terbatas juga
menjadi salah satu kesulitan guru dalam menyampaian materi kimia, sedangkan
materi kimia yang harus diterima oleh siswa begitu rumit. Salah satu materi kimia
yang tergolong sulit tersebut adalah materi hidrolisis garam. Sulitnya materi ini
terlihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa tidak mencapai KKM yang telah
diterapkan. Dari hasil belajar yang diperoleh siswa tersebut menyatakan adanya
kesenjangan antara harapan dengan kenyataan pada pelajaran kimia. Hal tersebut
dapat terjadi karena metode pembelajaran yang digunakan guru hanya metode
ceramah. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran hanya berpusat pada guru
sehingga siswa kurang aktif dan tidak dapat berpikir kritis.
4

Masalah lain yang dapat timbul dari metode ceramah guru hanya
mengutarakan masalah satu kali saja. Akan tetapi guru juga harus
mempertimbangkan sejauh mana pemahaman siswa terhadap informasi yang telah
mereka peroleh. Ketika guru menjelaskan konsep bentuk molekul dengan metode
ceramah, tidak semua siswa dapat memahami bentuk molekul yang digambarkan
dengan tiga dimensi, maka guru dituntut untuk menggambarkan bentuk molekul
dengan satu dimensi. Jika guru hanya menggunakan media papan tulis, maka guru
akan mengalami kesulitan dalam menggambarkan bentuk molekul tersebut
dengan dengan satu dimensi (Kurniawati, 2013).
Kegiatan pembelajaran yang berlangsung di SMA Negeri 2 Sungai Raya
khususnya di kelas XC, siswanya hanya terpaku pada penjelasan guru dan LKS
dari penerbit. Guru kurang maksimal dalam mengajar dengan menggunakan
media pembelajaran, sehingga daya nalar siswa masih dapat dikatakan abstrak dan
kurang terbentuk. Penggunaan media pembelajaran dapat memperjelas penyajian
pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis, dapat mengatasi keterbatasan ruang,
waktu, dan daya indra, serta dapat mengatasi sikap pasif peserta didik karena
dapat menimbulkan kegairahan belajar, memungkinkan interaksi yang lebih
langsung antara peserta didik dengan lingkungan dan kenyataan, memungkinkan
peserta didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa di kelas XC SMA
Negeri 2 Sungai Raya siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari materi
Ikatan Kimia yaitu pada bagian rumus senyawa. Siswa juga mengatakan bahwa
kimia merupakan pelajaran yang membahas hal-hal abstrak yang sulit digunakan
secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar yang diperoleh siswa
pada materi ikatan kimia tersebut juga berada di bawah standar KKM yang telah
ditetapkan yaitu 75(tujuh puluh lima). Menurut pendapat beberapa siswa,
pemberian motivasi sangat penting dalam meningkatkan minat belajar terlebih
lagi pada materi yang cukup sulit salah satunya materi ikatan kimia. Sedangkan
dalam prakteknya, saat sebelum memulai pembelajaran guru tidak ada memberi
motivasi belajar terlebih dahulu kepada siswanya. Pemberian motivasi sangat
penting dalam meningkatkan minat siswa dalam belajar. Meningkatkan motivasi
siswa dalam belajar juga dapat dilakukan dengan penggunaan media pembelajaran
5

yang bervariasi sehingga membuat siswa termotivasi dalam belajar serta siswa
dapat lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
pengembangan pada media pembelajaran berupa alat peraga terintegrasi lembar
kerja siswa untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya pada
materi ikatan kimia di SMA Negeri 2 Sungai Raya.

B. Rumusan Masalah
1. Berapa besar efektivitas penggunaan media alat peraga lembar kerja siswa
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi hidrolisis garam Di
SMA Negeri 2 Sungai Raya?
2. Apakah terdapat perbedaan antara penggunaan media alat peraga lembar
kerja siswa dengan metode ceramah terhadap hasil belajar siswa dan motivasi
belajar siswa pada materi hidrolisis garam Di SMA Negeri 2 Sungai Raya.?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui berapa besar efektivitas penggunaan media alat peraga
lembar kerja siswa dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi
hidrolisis garam Di SMA Negeri 2 Sungai Raya.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara penggunaan media
alat peraga lembar kerja siswa dengan metode ceramah terhadap hasil belajar
siswa dan motivasi belajar siswa pada materi hidrolisis garam Di SMA
Negeri 2 Sungai Raya.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Bagi Siswa
Dapat membantu siswa untuk lebih termotivasi belajar kimia dan
membantu siswa meningkatkan hasil belajar khususnya materi ikatan
kimia.
6

b. Bagi Guru
1. Adanya pengalaman praktik dalam bidang penelitian yang bersifat
ilmiah dapat menambah wawasan berpikir dan memperdalam
kemampuan dalam penggunaan media pembelajaran yang efektif dan
efisien dalam proses pembelajaran.
2. Membantu guru untuk bisa lebih maksimal menggunakan media dalam
pembelajarn agar lebih mdah dalam penyampaian materi.

c. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam perbaikan proses
pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
khususnya, dan meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA Negeri 2
Sungai Raya

E. Definisi Operasional
Agar peneliti lebih mengarah dan mendalam serta dapat mencapai sasaran
yang diinginkan,maka harus ada pembatasan masalah. Adapun pembatasan
masalah itu sebagai berikut:

1. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah alat metode dan teknik yang digunakan dalam
rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa
dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Hamalik,1989). Penggunaan
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa
(Arsyad,1997). Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan penggunaan media
berupa alat peraga yeng terintegrasi dengan lembar kerja siswa yang dibuat
semenarik mungkin oleh pengajar.
7

a. Media Alat Peraga


Alat peraga adalah salah satu media pembelajaran yang merupakan bentuk
penggambaran mekanisme kerja suatu benda. Alat peraga memiliki fungsi untuk
memperagakan peristiwa, kegiatan, fenomena, atau mekanisme kerja suatu benda.
Alat peraga dapat memuat ciri dan bentuk dari konsep materi ajar yang digunakan
untuk memperagakan materi yang berupa penggambaran mekanisasi, peristiwa
dan kegiatan sehingga materi bisa lebih mudah dipahami oleh siswa. Selain itu,
alat peraga dapat membuat interaksi antara siswa selama pembelajaran, karena
ikut menjelaskan ulang materi dengan menggunakan media sehingga lebih
dipahami.
Alat peraga adalah satu alternatif yang diharapkan dapat membantu siswa
dalam mempelajari konsepkonsep ikatan kimia yang abstrak ke arah gambaran
visualisasi konsep-konsep ikatan. Alat peraga yang dibuat menggunakan bahan
baku kayu limbah yang dibentuk menyerupai bola-bola dan berbentuk lingkaran
yang masing-masing membentuk model lambang atom, model elektron, model
bentuk molekul.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)


Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan berupa LKS non eksperimen.
LKS ini merupakan panduan bagi siswa dalam menggunakan alat peraga.
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga yang terintegrasi dengan
LKS dilakukan secara berkelompok dengan tujuan agar terjalin komunikasi antar
siswa dalam mendiskusikan materi yang dipelajarinya. LKS yang dirancang
berorientasi pada siswa sebagai subjek pembelajaran, sehingga diharapkan siswa
dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan memberikan pengalaman
belajar yang kreatif. Langkah – langkah dalam setiap kegiatan disusun secara
sistematik dan sederhana sehingga siswa mudah untuk memahaminya dan dapat
mengerjakan dengan baik. LKS yang dikembangkan disesuaikan dengan alat
peraga yang terdiri dari dua bagian. Pertama LKS ikatan kimia yang ditujukan
kepada siswa kelas X SMA pada standar kompetensi memahami struktur atom.
LKS kelas X yang dirancang terbatas pada satu kali pertemuan yaitu membahas
tentang proses pembentukan ikatan ion, dan ikatan kovalen.
8

2. Motivasi Belajar
Motivasi belajar didefinisikan oleh Winkel (1996) ialah keseluruhan daya
penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar.
Motivasi belajar merupakan suatu bentuk dorongan dari dalam diri siswa yang
ditampilkan dalam bentuk partisipasi aktif siswa untuk melakukan serangkaian
kegiatan guna memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman belajarnya yang menyangkut kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik.

3. Materi Ikatan Kimia


Materi ikatan kimia dalam penelitian ini meliputi konsep secara utuh yang
menjelaskan mulai dari kestabilan unsur, proses pembentukan ikatan ion, ikatan
kovalen, mengambarkan ikatan berdasarkan teori lewis dan bentuk molekul yang
mungkin dihasilkan dari proses pembentukan ikatan berdasarkan VSEPR.
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Media Pembelajaran
Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga
proses belajar terjadi (Sadiman,2010). Media pembelajaran adalah alat metode
dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan
interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah (Hamalik,1989). Menurut Hidayatullah dkk (2007), media pembelajarn
sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru memperkaya wawasan
anak didik. Media pembelajaran dapat membantu guru dalam menyajikan
pelajaran sehingga informasi yang disajikan lebih jelas dan lebih bervariasi.
Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa (Arsyad,1997).
B. Pengembangan
Pengembangan adalah suatu proses atau perbuatan mengembangkan.
Penelitian pengembangan ini merupakan suatu jenis penelitian yang tidak
dimaksudkan ntuk menguji teori, tetapi untuk menghasilkan atau mengembangkan
produk yaitu berupa media pembelajaran kimia berupa alat peraga yang
terintegrasi ke dalam lembar kerja siswa. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian dan pengembangan (Research and Development/ R&D). Menurut
Sugiyono (2013: 407) menyatakan bahwa metode penelitian dan pengembangan
atau yang dikenal sebagai Research and Development (R & D) adalah metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji
keefektifan penggunaan produk tersebut. Penelitian pengembangan ini bersifat
analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut, diperlukan
penelitian di masyarakat.
10

C. Motivasi Belajar
Motivasi berpangkal dari kata motif yang diartikan sebagai daya
penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Adapun menurut Mc. Donald, motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari
pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga adanya
elemen atau ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawali
terjadinya perubahan energi, ditandai dengan perubahan feeling, dan dirangsang
karena adanya tujuan.
Kurt dan Boone (dalam Anik Suharyanti, 2006) menge-mukakan bahwa
motivasi merujuk pada pengerahan daya perilaku yang ditujukan pada pencapaian
kepuasan kebutuhan. Selanjutnya Widayatun (dalam Anik Suharyanti, 2006)
menga-takan bahwa motivasi itu mempunyai arti dorongan atau menggerakkan.
Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk berperilaku beraktivitas dalam
pencapaian tujuan. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan dorongan yang datang dari dalam pribadi seseorang (intrinsik) ataupun
datang dari luar pribadi (ekstrinsik) untuk mencapai tujuan sesuai dengan
keinginan pribadinya.
Menurut Hamzah Uno (2012 : 3) Istilah motivasi berasal dari kata motif
yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang
menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif adalah daya
penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi
mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang
terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan peubahan tingkah laku
yang lebih baik dalm memenuhi kebutuhannya.
Menurut Sardiman AM (2001: 75), motivasi dikatakan sserangkaian usaha
untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorangitu mau dan ingin
melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan
atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Motivasi adalah salah satu komponen
yang penting dalam belajar namun sering kali sulit diukur. Motivasi dibedakan
menjadi 2 yaitu motivasi intrinsik merupakan motivasi yang tumbuh dari dalam
11

diri individu sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan kontruksi yang berkaitan


dengan sebuah aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan beberapa hasil karena
factor dari luar individu menurut Esa Nur Wahyuni (2010: 11)
Motivasi ada dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik
yaitu,motivasi Intrinsik timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan
dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri sedangkan motivasi
ekstinsi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena
adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan
demikian siswa mau melakukan sesuatu belajar.
Ada beberapa strategi yang biasa di gunakan oleh guru untuk menumbuhkan
motivasi belajar siswa, sebagai berikut :
a. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya seorang guru terlebih dahulu
menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya
kepada siswa. Makin jelas tujuan makin besar pula motivasi dalam belajar.
b. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu
semangat mereka untuk belajar lebih giat lagi. Disamping itu, siswa yang
belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang
berprestasi.
c. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan diantara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi
yang telah dicapai sebelumnya.
d. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan
atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
e. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses
belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa
tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
12

f. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.


Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta
didik.
g. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun
kelompok
h. Menggunakan metode yang bervariasi, dan menggunakan media yang baik
dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

D. Ikatan Kimia
Konfigurasi elektron yang stabil
Konsep ikatan kimia antar atom didasari oleh adanya segolongan unsur yang
memiliki kestabilan yang sangat tinggi, sehingga unsur-unsur ini sukar
berinteraksi dengan unsur lain. Golongan unsur-unsur yang sangat stabil ini
adalah golongan gas mulia (golongan VIIIA). Menurut Gilbert Newton Lewis dan
Albrecht Kossel, kestabilan dari unsur-unsur gas mulia ini disebabkan oleh
elektron valensinya yang berjumlah delapan kecuali He yang memiliki dua
elektron valensi.

Albrecht Kossel menyatakan bahwa ada kecendrungan dari setiap atom


mengikuti susunan elektron seperti gas mulia, dengan cara melepaskan atau
menangkap elektron, sedangkan G.N.Lewis mengembangkan kaidah oktet dan
cara menggambarkan kedudukan elektron-elektron pada kulit terluarnya. Kaidah
oktet ini menyatakan bahwa atom-atom cenderung akan memiliki delapan
elektron di kulit terluarnya.
Dapat dilihat bahwa atom-atom gas mulia memiliki 8 elektron pada kulit
terluarnya (8 elektron valensi) kecuali helium (He) yang sudah sangat stabil
walaupun hanya memiliki 2 elektron valensi.
Lambang Jumlah elektron pada kulit Jumlah elektron
Atom K L M N O valensi
2He 2 2
10Ne 2 8 8
13

18Ar 2 8 8 8
36Kr 2 8 18 8 8
54Xe 2 8 18 18 8 8

Pada struktur Lewis, setiap tanda (.) atau (x) melambangkan sebuah elektron,
dan yang digambarkan dalam struktur Lewis ini hanya elektron valensinya saja.
- See more at: http://dyka-note.blogspot.co.id/2013/11/materi-kimia-kelas-x-smk-
ikatan-kimia.html#sthash.ib3KuevZ.dpuf
 Definisi Ikatan Kimia
Ikatan Kimia adalah ikatan yang terjadi antar atom atau antar molekul dengan cara
sebagai berikut :
a) Atom yang 1 melepaskan elektron, sedangkan atom yang lain
menerima elektron (serah terima elektron)
b) Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari masing-
masing atom yang berikatan
c) Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom
yang berikatan
 Tujuan pembentukan ikatan kimia adalah agar terjadi pencapaian
kestabilan suatu unsur.
 Elektron yang berperan pada pembentukan ikatan kimia adalah elektron
valensi dari suatu atom/unsur yang terlibat.
 Salah 1 petunjuk dalam pembentukan ikatan kimia adalah adanya 1
golongan unsur yang stabil yaitu golongan VIIIA atau golongan 18 (gas
mulia).
 Maka dari itu, dalam pembentukan ikatan kimia; atom-atom akan
membentuk konfigurasi elektron seperti pada unsur gas mulia.
 Unsur gas mulia mempunyai elektron valensi sebanyak 8 (oktet) atau 2
(duplet, yaitu atom Helium).
14

Nomor
Periode Unsur K L M N O P
Atom
1 He 2 2
2 Ne 10 2 8
3 Ar 18 2 8 8
4 Kr 36 2 8 18 8
5 Xe 54 2 8 18 18 8
6 Rn 86 2 8 18 32 18 8

 Kecenderungan unsur-unsur untuk menjadikan konfigurasi elektronnya


sama seperti gas mulia terdekat dikenal dengan istilah Aturan Oktet

 Lambang Lewis
Lambang Lewis adalah lambang atom yang dilengkapi dengan elektron
valensinya.
 Lambang Lewis gas mulia menunjukkan 8 elektron valensi (4 pasang).
 Lambang Lewis unsur dari golongan lain menunjukkan adanya elektron
tunggal (belum berpasangan).
Berdasarkan perubahan konfigurasi elektron yang terjadi pada
pembentukan ikatan, maka ikatan kimia dibedakan menjadi 4 yaitu : ikatan ion,
ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinat / koordinasi / dativ dan ikatan logam.
1). Ikatan Ion ( elektrovalen )
 Terjadi jika atom unsur yang memiliki energi ionisasi kecil/rendah
melepaskan elektron valensinya (membentuk kation) dan atom unsur lain
yang mempunyai afinitas elektron besar/tinggi menangkap/menerima
elektron tersebut (membentuk anion).
 Kedua ion tersebut kemudian saling berikatan dengan gaya elektrostatis
(sesuai hukum Coulomb).
 Unsur yang cenderung melepaskan elektron adalah unsur logam
sedangkan unsur yang cenderung menerima elektron adalah unsur non
logam.
15

Senyawa yang mempunyai ikatan ion antara lain :


a) Golongan alkali (IA) [kecuali atom H] dengan golongan halogen
(VIIA)
Contoh : NaF, KI, CsF
b) Golongan alkali (IA) [kecuali atom H] dengan golongan oksigen (VIA)
Contoh : Na2S, Rb2S,Na2O
c) Golongan alkali tanah (IIA) dengan golongan oksigen (VIA)
Contoh : CaO, BaO, MgS

Sifat umum senyawa ionik :


1) Titik didih dan titik lelehnya tinggi
2) Keras, tetapi mudah patah
3) Penghantar panas yang baik
4) Lelehan maupun larutannya dapat menghantarkan listrik (elektrolit)
5) Larut dalam air
6) Tidak larut dalam pelarut/senyawa organik (misal : alkohol, eter,
benzena)

2). Ikatan Kovalen


 Adalah ikatan yang terjadi karena pemakaian pasangan elektron secara
bersama oleh 2 atom yang berikatan.
 Ikatan kovalen terjadi akibat ketidak mampuan salah 1 atom yang akan
berikatan untuk melepaskan elektron (terjadi pada atom-atom non logam).
 Ikatan kovalen terbentuk dari atom-atom unsur yang memiliki afinitas
elektron tinggi serta beda keelektronegatifannya lebih kecil dibandingkan
ikatan ion.
 Atom non logam cenderung untuk menerima elektron sehingga jika tiap-
tiap atom non logam berikatan maka ikatan yang terbentuk dapat
dilakukan dengan cara mempersekutukan elektronnya dan akhirnya
terbentuk pasangan elektron yang dipakai secara bersama.
16

 Pembentukan ikatan kovalen dengan cara pemakaian bersama pasangan


elektron tersebut harus sesuai dengan konfigurasi elektron pada unsur gas
mulia yaitu 8 elektron (kecuali He berjumlah 2 elektron).

Ada 3 jenis ikatan kovalen :


a). Ikatan Kovalen Tunggal
b). Ikatan Kovalen Rangkap Dua
Contoh :
 Ikatan yang terjadi antara atom O dengan O membentuk molekul O2
 Konfigurasi elektronnya : O = 2, 6
 Atom O memiliki 6 elektron valensi, maka agar diperoleh konfigurasi
elektron yang stabil tiap-tiap atom O memerlukan tambahan elektron
sebanyak 2.
 Ke-2 atom O saling meminjamkan 2 elektronnya, sehingga ke-2 atom O
tersebut akan menggunakan 2 pasang elektron secara bersama.
Rumus kimia : O2
 Soal :
Tuliskan pembentukan ikatan kovalen dari senyawa berikut : (lengkapi dengan
rumus struktur dan rumus kimianya)
1) Atom C dengan O membentuk molekul CO2
2) Atom C dengan H membentuk molekul C2H4 (etena)

c). Ikatan Kovalen Rangkap Tiga


Contoh 1:
 Ikatan yang terjadi antara atom N dengan N membentuk molekul N2
 Konfigurasi elektronnya :
 Atom N memiliki 5 elektron valensi, maka agar diperoleh konfigurasi
elektron yang stabil tiap-tiap atom N memerlukan tambahan elektron
sebanyak 3.
 Ke-2 atom N saling meminjamkan 3 elektronnya, sehingga ke-2 atom N
tersebut akan menggunakan 3 pasang elektron secara bersama.
Rumus kimia : N2
17

Contoh 2:
 Ikatan antara atom C dengan C dalam etuna (asetilena, C2H2).
 Konfigurasi elektronnya :
 Atom C mempunyai 4 elektron valensi sedangkan atom H mempunyai 1
elektron.
 Atom C memasangkan 4 elektron valensinya, masing-masing 1 pada atom
H dan 3 pada atom C lainnya.

3). Ikatan Kovalen Koordinasi / Koordinat / Dativ / Semipolar


 Adalah ikatan yang terbentuk dengan cara penggunaan bersama pasangan
elektron yang berasal dari salah 1 atom yang berikatan [Pasangan Elektron
Bebas (PEB)], sedangkan atom yang lain hanya menerima pasangan
elektron yang digunakan bersama.
 Pasangan elektron ikatan (PEI) yang menyatakan ikatan dativ
digambarkan dengan tanda anak panah kecil yang arahnya dari atom donor
menuju akseptor pasangan elektron.
4). Ikatan Logam
a. Adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya tarik-menarik yang
terjadi antara muatan positif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari
elektron-elektron yang bebas bergerak.
b Atom-atom logam dapat diibaratkan seperti bola pingpong yang terjejal
rapat 1 sama lain.
c Atom logam mempunyai sedikit elektron valensi, sehingga sangat mudah
untuk dilepaskan dan membentuk ion positif.
d Maka dari itu kulit terluar atom logam relatif longgar (terdapat banyak
tempat kosong) sehingga elektron dapat berpindah dari 1 atom ke atom lain.
e Mobilitas elektron dalam logam sedemikian bebas, sehingga elektron
valensi logam mengalami delokalisasi yaitu suatu keadaan dimana elektron
valensi tersebut tidak tetap posisinya pada 1 atom, tetapi senantiasa
berpindah-pindah dari 1 atom ke atom lain.
f Elektron-elektron valensi tersebut berbaur membentuk awan elektron yang
menyelimuti ion-ion positif logam.
18

g Struktur logam seperti gambar di atas, dapat menjelaskan sifat-sifat khas


logam yaitu :
a). Berupa zat padat pada suhu kamar, akibat adanya gaya tarik-menarik yang
cukup kuat antara elektron valensi (dalam awan elektron) dengan ion positif
logam.
b). Dapat ditempa (tidak rapuh), dapat dibengkokkan dan dapat direntangkan
menjadi kawat. Hal ini akibat kuatnya ikatan logam sehingga atom-atom
logam hanya bergeser sedangkan ikatannya tidak terputus.
c). Penghantar / konduktor listrik yang baik, akibat adanya elektron valensi
yang dapat bergerak bebas dan berpindah-pindah. Hal ini terjadi karena
sebenarnya aliran listrik merupakan aliran elektron.

Polarisasi Ikatan Kovalen


Suatu ikatan kovalen disebut polar, jika Pasangan Elektron Ikatan (PEI)
tertarik lebih kuat ke salah 1 atom.
Contoh 1 :
Molekul HCl
Meskipun atom H dan Cl sama-sama menarik pasangan elektron, tetapi
keelektronegatifan Cl lebih besar daripada atom H.
Akibatnya atom Cl menarik pasangan elektron ikatan (PEI) lebih kuat daripada
atom H sehingga letak PEI lebih dekat ke arah Cl (akibatnya terjadi semacam
kutub dalam molekul HCl).
Jadi, kepolaran suatu ikatan kovalen disebabkan oleh adanya perbedaan
keelektronegatifan antara atom-atom yang berikatan. Sebaliknya, suatu ikatan
kovalen dikatakan non polar (tidak berkutub), jika PEI tertarik sama kuat ke
semua atom.
Contoh 2 :
Dalam tiap molekul di atas, ke-2 atom yang berikatan menarik PEI sama kuat
karena atom-atom dari unsur sejenis mempunyai harga keelektronegatifan yang
sama. Akibatnya muatan dari elektron tersebar secara merata sehingga tidak
terbentuk kutub.
19

Contoh 3 :
Meskipun atom-atom penyusun CH4 dan CO2 tidak sejenis, akan tetapi pasangan
elektron tersebar secara simetris diantara atom-atom penyusun senyawa, sehingga
PEI tertarik sama kuat ke semua atom (tidak terbentuk kutub).

 Momen Dipol ( µ )
Adalah suatu besaran yang digunakan untuk menyatakan kepolaran suatu ikatan
kovalen.
Dirumuskan :
µ=Qxr ; 1 D = 3,33 x 10-30 C.m
keterangan :
µ = momen dipol, satuannya debye (D)
Q = selisih muatan, satuannya coulomb (C)
r = jarak antara muatan positif dengan muatan negatif, satuannya meter (m)

Perbedaan antara Senyawa Ion dengan Senyawa Kovalen


No Sifat Senyawa Ion Senyawa Kovalen
1 Titik didih Tinggi Rendah
2 Titik leleh Tinggi Rendah
Padat pada suhu Padat,cair,gas pada suhu
3 Wujud
kamar kamar
Padat = isolator
Padat = isolator
Lelehan = isolator
4 Daya hantar listrik Lelehan = konduktor
Larutan = ada yang
Larutan = konduktor
konduktor
5 Kelarutan dalam air Umumnya larut Umumnya tidak larut
Kelarutan dalam trikloroetana
6 Tidak larut Larut
(CHCl3)
20

Pengecualian dan Kegagalan Aturan Oktet


1). Pengecualian Aturan Oktet
a) Senyawa yang tidak mencapai aturan oktet
Meliputi senyawa kovalen biner sederhana dari Be, B dan Al yaitu atom-atom
yang elektron valensinya kurang dari empat (4).
Contoh : BeCl2, BCl3 dan AlBr3
b) Senyawa dengan jumlah elektron valensi ganjil
Contohnya : NO2 mempunyai jumlah elektron valensi (5 + 6 + 6) = 17

c) Senyawa dengan oktet berkembang


Unsur-unsur periode 3 atau lebih dapat membentuk senyawa yang melampaui
aturan oktet / lebih dari 8 elektron pada kulit terluar (karena kulit terluarnya M, N
dst dapat menampung 18 elektron atau lebih).
Contohnya : PCl5, SF6, ClF3, IF7 dan SbCl5

2). Kegagalan Aturan Oktet


Aturan oktet gagal meramalkan rumus kimia senyawa dari unsur transisi maupun
post transisi.
Contoh :
ü atom Sn mempunyai 4 elektron valensi tetapi senyawanya lebih banyak dengan
tingkat oksidasi +2
ü atom Bi mempunyai 5 elektron valensi tetapi senyawanya lebih banyak dengan
tingkat oksidasi +1 dan +3

Penyimpangan dari Aturan Oktet dapat berupa :


1) Tidak mencapai oktet
2) Melampaui oktet ( oktet berkembang )

Penulisan Struktur Lewis


Langkah-langkahnya :
1) Semua elektron valensi harus muncul dalam struktur Lewis
2) Semua elektron dalam struktur Lewis umumnya berpasangan
21

3) Semua atom umumnya mencapai konfigurasi oktet (khusus untuk H, duplet)


4) Kadang-kadang terdapat ikatan rangkap 2 atau 3 (umumnya ikatan rangkap 2
atau 3 hanya dibentuk oleh atom C, N, O, P dan S)

Langkah alternatif syarat utama kerangka molekul / ion sudah diketahui


1) Hitung jumlah elektron valensi dari semua atom dalam molekul / ion
2) Berikan masing-masing sepasang elektron untuk setiap ikatan
3) Sisa elektron digunakan untuk membuat semua atom terminal mencapai oktet
4) Tambahkan sisa elektron (jika masih ada), kepada atom pusat
5) Jika atom pusat belum oktet, tarik PEB dari atom terminal untuk membentuk
ikatan rangkap dengan atom pusat

Resonansi
1. Suatu molekul atau ion tidak dapat dinyatakan hanya dengan satu struktur
Lewis.
2. Kemungkinan-kemungkinan struktur Lewis yang ekivalen untuk suatu
molekul atau ion disebut Struktur Resonansi.
Contoh :
1. Dalam molekul SO2 terdapat 2 jenis ikatan yaitu 1 ikatan tunggal () dan 1
ikatan rangkap ().
2. Berdasarkan konsep resonansi, kedua ikatan dalam molekul SO2 adalah
ekivalen.
3. Dalam molekul SO2 itu, ikatan rangkap tidak tetap antara atom S dengan
salah 1 dari 2 atom O dalam molekul itu, tetapi silih berganti.
4. Tidak satupun di antara ke-2 struktur di atas yang benar untuk SO2, yang
benar adalah gabungan atau hibrid dari ke-2 struktur resonansi tersebut.
22

BAB III
METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian dan pengembagan (Research and Development). Menurut Brog dan
Gall (dalam Sugiyono, 2012) menyatakan bahwa, penelitian dan pengembangan
merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau
memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah alat peraga yang
terintegrasi dengan lembar kerja siswa.

B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini hanyalah berupa variabel
penelitian. Adapun variabel penelitian dalam penelitian ini adalah alat peraga
yang terintegrasi dalam lembar kerja siswa.
.
C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono,2012). Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh siswa
kelas X SMA Negeri 2 Sungai Raya
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Untuk menentukan teknik
pengambilan sampel dilakukan uji Barlett untuk mengetahui apakah
sampel memiliki varians yang sama. Jika hasil uji Barlett menunjukkan
ketiga kelas homogen yang artinya ketiga kelas memiliki peluang yang
sama untuk dilakukan penelitian, maka teknik pengambilan sampelnya
menggunakan Random Sampling (sampel acak) dengan cara pengundian.
23

Namun jika uji Barlett menunjukkan ketiga kelas tidak homogen (ketiga
kelas mempunyai peluang yang berbeda untuk dilakukan penelitian), maka
teknik pengambilan sampelnya menggunakan proposit sampling.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DAN ALAT PENGUMPUL DATA


Adapun teknik dan alat pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah:
1. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu
objek dengan menggunakan alat indera. Penelitian ini menggunakan
metode observasi untuk mengetahui data-data yang dibutuhkan untuk
mendukung penelitian pengembangan. Metode penelitian ini adalah
observasi dalam menggunakan alat peraga sebagai penunjang
pembelajaran dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Angket
Angket (kuesioner) merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh sejumlah informasi dari responden.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket respon
siswa dan guru tentang alat peraga penunjang pembelajaran ikatan
kimia. Sehingga dari angket tersebut dapat diperoleh data peningkatan
motivasi siswa dan respon user (siswa dan guru) terhadap alat peraga.
Angket atau kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012).
Penyusunan angket bisa berbentuk skala Likert, daftar cek (chek list)
maupun skala lajuan (ratting scale) alternatif jawabannya merentang
dari setuju sampai sangat tidak setuju (Widoyoko, 2014). Angket yang
digunakan dalam penelitian ini berbentuk skala Likert dengan jumlah 4
pilihan jawaban. Untuk pilihan 4 mulai dari sangat setuju (SS), setuju
(S), kurng setuju (KS), dan tidak setuju (TS) (Widoyoko, 2014).
24

3. Soal Evaluasi (Soal pretest dan posttest)


Selain penilaian psikomotorik, dalam penelitian ini juga dilakukan
penelitian dalam aspek kognitif. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat kepahaman siswa terhadap materi pemisahan fraksi minyak
bumi yang telah diajarkan. Soal ini berupa soal menjodohkan sebanyak
5 butir soal yang diberikan pada pretes dan postes.

E. PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pengembangan
(development research) dengan model pengembangan 4-D rancangan
Thiagarajan, semmel, dan Semmel (4). Model ini terdiri dari 4 tahap
pengembangan yaitu define, design,develop,dan disseminate. Dalam penelitian ini,
hanya dilakukan hingga tahap ke tiga, yaitu tahap develop (pengembangan).
1. Define (Pendefinisian)
Pada tahapan pendefinisian dilakukan kegiatan analisis. Proses analisis
dalam penelitian ini dimulai dari menganalisis kebutuhan (need assessment). Need
assessment adalah proses mengumpulkan informasi tentang kesenjangan dan
menentukan prioritas dari kesenjangan untuk dipecahkan (Sanjaya, 2009).
Proses mengidentifikasi kebutuhan akan adanya media adalah sebagai berikut:
1) Analisis awal
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menetapkan arah dasar yang
dibutuhkan dalam pengembangan LKS dan alat peraga. Dalam melaksanakan
analisis ini ditinjau dari aspek kurikulum SMA 2006 (KTSP). Menurut kurikulum
SMA ilmu kimia berkembang berdasarkan hasil percobaan para ahli kimia untuk
menghasilkan fakta dan pengetahuan teoritis tentang materi yang kebenarannya
dapat dijelaskan dengan logika matematika. Sebagian aspek kimia bersifat kasat
mata, artinya dapat dibuat fakta kongkritnya dan sebagian aspek yang lain bersifat
abstrak, artinya tidak dapat dibuat fakta kongkritnya. Namun demikian, aspek
kimia yang tidak dapat dibuat fakta kongkritnya harus bersifat kasat mata, artinya
kebenaran dapat dibuktikan dengan logika matematika sehingga rasionalitasnya
dapat dirumuskan atau diformulasikan.
25

Dalam mempelajari ilmu kimia beberapa materi harus dipelajari secara


abstrak. Dalam hal ini terdapat pada pokok bahasan ikatan kimia. Pokok bahasan
yang bersifat abstrak merupakan kesulitan untuk guru dan siswa. Bagaimana
membayangkan bentuk atom yang ukurannya sangat kecil dan tidak dapat dilihat
walaupun dengan mikroskop elektron. Bagaimana membayangkan proses
terbentuknya sebuah molekul senyawa. Meskipun demikian, konsep ini harus
dipelajari karena diperlukan untuk menentukan sifat fisik dan kimia dari atom
tersebut. Dalam pembelajaran diperlukan sarana untuk membantu memberikan
informasi tentang gambaran abstrak tersebut.
Berdasarkan Silabus SMA dalam BSNP materi ini dipelajari di kelas X
dengan kompetensi dasar membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan
kovalen koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik
senyawa yang terbentuk. Kelanjutan dari pokok bahasan ini juga terdapat di kelas
XI dengan kompetensi dasar menjelaskan teori jumlah pasangan elektron di
sekitar inti atom dan teori hibridisasi untuk meramalkan bentuk molekul.
Berdasarkan pada standar kompetensi yang ada tersebut, maka
pembelajaran ini diperlukan media yang dapat membantu siswa dalam mencapai
standar kompetensi tersebut. Dipilihnya alat peraga bertujuan agar siswa dapat
lebih memahami konsep ikatan kimia yang bersifat abstrak dalam bentuk
visualisasi media. Alat peraga merupakan salah satu alternatif sarana
pembelajaran yang dapat melibatkan siswa menjadi lebih aktif. Berdasarkan
struktur isi, alat peraga ini dibuat untuk pembelajaran kelas X dan kelas XI,
karena materi ikatan kimia merupakan prasyarat untuk materi pelajaran yang
terdapat di kelas XI.
Metode pembelajaran dan media yang digunakan dalam aktivitas
pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis dipilih agar dapat mendukung
siswa dalam membangun pengetahuan dan keterampilan yang sedang dipelajari.
Penggunaan media pembelajaran perlu diikuti dengan kegiatan diskusi yang
memungkinkan siswa berinteraksi untuk membangun pengetahuan dan
keterampilan. Kegiatan diskusi perlu difasilitasi dengan adanya media yang
langsung bersentuhan dengan siswa yaitu alat peraga. Sebuah alat peraga akan
dapat berfungsi dengan baik jika dilengkapi pendukungnya. Dalam kegiatan
26

diskusi pendukung yang dianggap tepat adalah lembar kegiatan siswa. Dalam
lembar kegiatan siswa perlu dilengkapi petunjuk penggunaan alat peraga yang
dikembangkan, sehingga siswa akan lebih mudah melaksanakan kegiatan secara
berkelompok.
2) Analisis Siswa
Analisis siswa merupakan telaah yang meliputi tingkat perkembangan
kognitif, kemampuan, dan latar belakang pengetahuan siswa. Dari hasil analisis
ini akan dijadikan kerangka acuan dalam mengembangkan alat peraga. Dalam
penelitian ini, yang menjadi subjek adalah siswa SMA dengan tingkatan kognitif
pada tahap operasional formal, karena pada masa ini pola berpikir anak sudah
sistematik dan meliputi proses-proses yang kompleks. Pada masa ini siswa sudah
bisa menggunakan logika yang dapat terjadi ketika guru menjelaskan konsep
ikatan kimia dengan metode ceramah, maka akan terjadi kejenuhan pada siswa
karena siswa belum mampu untuk berfikir secara kongkret tentang kebenaran
adanya ikatan kimia dan bagaimana proses pembentukannya kalau hanya
dijelaskan secara teoritis. Ketika guru hanya menggunakan papan tulis untuk
menggambarkan bentuk molekul, ternyata banyak siswa yang belum mampu
memahami bentuk molekul tersebut secara tiga dimensi, siswa tidak dapat
membedakan bentuk molekul segitiga planar dan segitiga piramid, karena dalam
gambar bentuk molekul ini sangat mirip apalagi jika guru yang menggambar tidak
menguasai teknik menggambar tiga dimensi.
Untuk memecahkan masalah tersebut, maka dalam pembelajaran kimia
konsep ikatan kimia harus menggunakan alat peraga. Penggunaan alat peraga
dipilih karena pada dasarnya siswa kesulitan menghitung jumlah elektron valensi
yang berperanan dalam ikatan kimia dan bagaimana proses penyebarannya
menurut aturan lewis. Siswa juga merasakan kesulitan jika harus menghubungkan
teori lewis kedalam bentuk molekul yang dihasilkannya. Kesulitan siswa makin
bertambah ketika harus menghubungkan rumus penentuan bentuk molekul
kemudian membayangkan dan mengapresiasikan suatu bentuk molekul yang
sifatnya abstrak menjadi lebih nyata.
27

3) Analisis Tugas
Analisis tugas merupakan pemahaman tugas dalam pembelajaran yang
dilakukan untuk menidentifikasi pokok bahasan yang dipilih. Analisis tugas
digunakan untuk merinci isi mata pelajaran dalam bentuk garis-garis besar isi
pokok bahasan yang tertuang dalam Lembar Kegiatan Siswa sebagai perangkat
pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian.
Berdasarkan pada pada kurikulum konsep ikatan kimia dipelajari di kelas
X dengan standar kompetensi memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur
dan ikatan kimia. Kompetensi dasar membandingkan proses pembentukan ikatan
ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi dan ikatan logam serta
hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk. Pada kompetensi dasar
tersebut kemudian dikembangkan menjadi indikator - indikator yang harus dicapai
siswa setelah mempelajari ikatan kimia adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan tendensi atom yang membentuk ikatan.
2. Menggambarkan pembentukan ikatan ion.
3. Menggambarkan pembentukan ikatan kovalen
4. Menggambarkan pembentukan ikatan kovalen berdasarkan struktur lewis.
5. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion dan ikatan kovalen
6. Menggambarkan pembentukan ikatan koordinasi.
7. Menggambarkan pembentukan ikatan logam.
8. Menjelaskan sifat-sifat fisik senyawa yang terbentuk.

Adapun kelanjutan dari ikatan kimia adalah bentuk molekul yang


dipelajari di kelas XI SMA pada standar kompetensi memahami struktur atom
untuk meramalkan sifat-sifat periodik unsur, struktur molekul dan sifat-sifat
senyawa. Kompetensi dasar yang diharapkan adalah menjelaskan teori jumlah
pasangan electron di sekitar inti atom dan teori domain elektron untuk
meramalkan bentuk molekul. Dari kompetensi dasar tersebut kemudian
dikembangkan menjadi indikator - indikator yang harus dicapai siswa setelah
mempelajari bentuk molekul adalah sebagai berikut:
28

1. Mengidentifikasi jumlah pasangan atom ikatan dan atom pusat.


2. Menentukan jumlah pasangan elektron bebas dalam suatu ikatan yang
terbentuk
3. Menentukan jumlah pasangan elektron sunyi dalam suatu ikatan yang
terbentuk
4. Menentukan bentuk ikatan kimia yang tidak memiliki elektron sunyi
5. Menentukan bentuk ikatan kimia yang memiliki elektron sunyi
6. Menentukan geometri molekul dengan teori VSEPR

4) Analisis Konsep
Analisis konsep merupakan identifikasi konsep-konsep utama yang akan
diajarkan dan menyusunnya secara sistematis serta mengkaitkan satu konsep
dengan konsep lain yang relevan, sehingga membentuk peta konsep secara
klasikal. Hal ini akan mengakibatkan kejenuhan dan kesulitan siswa untuk
memahami konsep ikatan kimia. Berdasarkan hal ini peneliti mengembangkan
suatu alat peraga yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran. Alat peraga yang dikembangkan bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir abstrak siswa dengan bantuan visualisasi media.
Alat peraga yang dikembangkan peneliti berupa visualisasi dari
pembentukan ikatan kimia dan bentuk molekul yang dihasilkan dari ikatan kimia
tersebut. Alat peraga yang dipilih merupakan konsep utuh yang menjelaskan
mulai dari kestabilan unsur, proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen,
mengambarkan ikatan berdasarkan teori lewis dan bentuk molekul yang mungkin
dihasilkan dari proses pembentukan ikatan berdasarkan VSEPR.
Berdasarkan pada silabus yang dikembangkan BSNP, alat peraga ini dapat
digunakan untuk siswa SMA kelas X dan kelas XI serta tidak menutup
kemungkinan media ini juga dapat digunakan untuk siswa kelas XII. Alat peraga
yang dibuat menggunakan bahan baku kayu limbah yang dibentuk menyerupai
bola-bola dan berbentuk lingkaran yang masing-masing membentuk model
lambang atom, model elektron, model bentuk molekul. Adapun informasi yang
dapat diberikan oleh alat peraga dalam pembelajaran ikatan kimia antara lain :
29

Peraga keadaan kestabilan


Untuk mencapai keadaan stabil suatu atom cenderung membentuk
konfigurasi seperti gas mulia dengan cara melepaskan elektron atau menerima
elektron dari atom lain. Cara memperagakan keadaan kestabilan dengan
menyusun bulatan yang menggambarkan elektron pada papan magnet yang
menggambarkan orbital. Pencapaian kestabilan diperagakan dengan cara
melepaskan atau menambahkan elektron pada kulit luarnya sehingga
konfigurasinya menyerupai gas mulia. Langkah selanjutnya adalah
membandingkan atom tersebut dengan konfigurasi gas mulia.
Peragaan pembentukan ikatan ion
Pembentukan ikatan ion diperagakan dengan cara menyusun konfigurasi elektron
yang berperanan dalam ikatan ion pada papan magnet, kemudian dengan cara
melepaskan elektron pada atom yang kelebihan elektron dan menyerahkannya
pada atom yang kekurangan electron sehingga konfigurasi gas mulia dari masing-
masing atom yang terjadi serah terima elektron terpenuhi.
Peragaan struktur lewis dalam pembentukan ikatan kimia
Pada papan magnet diletakkan sedemikian rupa lambang atom yang bertindak
sebagai atom pusat dan atom ikatan. Kemudian berdasarkan struktur lewis
elektron valensi dari setiap atom dihitung dan disebarkan secara merata pada
setiap atom yang berikatan.
Peragaan Bentuk molekul
Berdasarkan struktur lewis dapat diperkirakan bentuk geometri molekulnya.
Bentuk geometri molekul dibedakan berdasarkan keberadaan elektron sunyi
yang dapat diketahui dengan struktur lewis.
Bentuk molekul diperagakan dengan cara memasangkan pengait antara atom pusat
dengan atom ikatan. Atom pusat dalam media permainan edukatif digambarkan
dengan bola-bola yang terdiri dari 2 lubang untuk bentuk linear, 3 lubang untuk
segitiga planar, 4 lubang untuk tetrahedral, 5 lubang untuk trigonal piramida, dan
6 lubang untuk bentuk oktahedral.
Alat peraga ini dirancang dengan tujuan meningkatkan aktivitas siswa, maka
dalam operasionalnya media ini perlu dipandu dengan Lembar Kerja Siswa
30

2. Penyusunan LKS
Menyusun draft LKS yang dikembangkan berisi beberapa hal, antara
lain:
a. Judul LKS yang menggambarkan materi yang akan dituangkan.
b. Petunjuk Belajar (Guru / siswa)
c. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dicapai setelah
melakukan kegiatan.
d. Informasi pendukung.
e. Tugas-tugas dan langkah kerja.
Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan berupa LKS non eksperimen.
LKS ini merupakan panduan bagi siswa dalam menggunakan alat peraga.
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dan LKS dilakukan
secara berkelompok dengan tujuan agar terjalin komunikasi antar siswa dalam
mendiskusikan materi yang dipelajarinya. LKS yang dirancang berorientasi pada
siswa sebagai subjek pembelajaran, sehingga diharapkan siswa dapat
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan memberikan pengalaman belajar
yang kreatif. Langkah - langkah dalam setiap kegiatan disusun secara sistematik
dan sederhana sehingga siswa mudah untuk memahaminya dan dapat
mengerjakan dengan baik. LKS yang dikembangkan disesuaikan dengan alat
peraga yang terdiri dari dua bagian. Pertama LKS ikatan kimia yang ditujukan
kepada siswa kelas X SMA pada standar kompetensi memahami struktur atom.
LKS kelas X yang dirancang terbatas pada satu kali pertemuan yaitu membahas
tentang proses pembentukan ikatan ion, dan ikatan kovalen. Kedua LKS bentuk
molekul yang ditujukan kepada siswa kelas kelas XI. LKS untuk kelas XI juga
terbatas pada satu kali pertemuan yaitu untuk menjelaskan teori jumlah pasangan
elektron di sekitar inti atom sehingga dapat diperkirakan bentuk molekulnya.
3. Develop (Pengembangan)
Pada tahapan ini, dihasilkan prototype sebagai realisasi hasil perancangan.
Dalam pengembangan media, peneliti merangkum beberapa informasi yang
berkenaan dengan media yang dihasilkan yaitu berupa modifikasi media visual
tiga dimensi. Dalam pengembangan media, untuk membantu mencapai sasaran,
maka media yang dibuat harus mendukung kegiatan pembelajaran untuk mencapai
31

kompetensi yang diinginkan. LKS yang akan dikembangkan adalah berupa


serangkaian kegiatan siswa tentang materi ikatan kimia yang dipelajari dengan
melibatkan alat peraga. Berdasarkan petunjuk penyusunan LKS, maka LKS yang
dikembangkan oleh peneliti berupa isian yang diberikan kepada siswa untuk
melaksanakan kegiatan berdasarkan pada petunjuk isian yang terdapat pada LKS
tersebut.
Hasil-hasil dari konstruksi ini kemudian diteliti kembali apakah teori-teori
yang mendukung materi pada alat peraga dan LKS yang dikembangkan dapat
memfasilitasi siswa belajar dalam mengkonstruksi pengetahuan siswa dalam
materi ikatan kimia. Setelah prototipe dirancang kemudian dilakukan tahap
berikut:
1. Validasi perangkat (alat peraga dan LKS) oleh para pakar diikuti dengan revisi.
2. Uji coba terbatas.
3. Uji coba lapangan (pembelajaran sebenarnya)
Kegiatan validasi dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli dan
praktisi untuk mengisi lembar validasi yang telah disediakan dan diskusi sampai
diperoleh produk yang layak digunakan di sekolah. Validasi produk, untuk
mendapatkan pengakuan validasi dilakukan dengan melibatkan para praktisi yang
ahli dalam bidangnya. Adapun pihak-pihak yang yang memberikan validasi,
antara lain ahli substansi untuk isi dan materi, ahli media untuk konstruksi media,
dan ahli dibidang desain pembelajaran. Setelah validasi dari para ahli diharapkan
produk yang dihasilkan layak dan cocok untuk digunakan dalam kegiatan
pembelajaran ikatan kimia. Hasil validasi dari para ahli digunakan untuk
penyempurnaan produk yang akan dihasilkan.
Penilaian ahli (validator) digunakan untuk menguji validasi perangkat
pembelajaran yang akan digunakan. Validasi perangkat yang dimaksud adalah
validasi isi yang mencakup perangkat yang telah dikembangkan pada tahap
perancangan, yaitu alat peraga dan lembar kegiatan siswa yang dilengkapi tes
hasil belajar. Para validator memberikan pendapat: perangkat layak digunakan
tanpa perbaikan, ada perbaikan atau mungkin akan dirombak total. Sedangkan
instrument penilaian perangkat sebelumnya juga telah di validasi oleh validator
32

yang ahli dalam penyusunan instrumen. Berdasarkan penilaian dari validator,


maka dapat dikemukakan hasil penilaian umum sebagai berikut:
1) Alat peraga, dengan penilaian umum, dapat digunakan dengan revisi.
2) Lembar Kegiatan Siswa, dengan penilaian baik, dan dapat digunakan dengan
revisi

F. TEKNIK ANALISIS DATA


Analisis data dalam penelitian ini adalah :
1. Pengolahan data hasil pretest dan posttest yang dilakukan yaitu :
Memberikan skor pada hasil pretest siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol sesuai dengan kriteria penskoran yang tercantum dalam kunci
jawaban soal pretest, postest dan delayed test siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
2. Menguji normalitas distribusi masing-masing kelompok pretest
dengan menggunakan SPSS 17,0 for windows
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
terdistribusi normal atau tidak. Penelitian ini menggunakan uji Kolmogrov-
Smirnov denga taraf signifikansi 0.05. Data dikatakan terdistribusi normal
jika signifikansi lebih besar daripada 5% atau 0.05.
a. Menentukan hipotesis
Ho : Data terdistribusi normal
Ha : Data tidak terdistribusi normal
b. Kriteria pengujian berdasarkan probabilitas atau signifikansi :
Ho diterima jika P value > 0.05
Ha ditolak jika P value < 0.05
3. Jika pretest kedua kelas berdistribusi normal, maka dilanjutkan
dengan menguji homogenitas dua varians dengan F test dengan
menggunakan SPSS 17,0 for windows.
a. Menentukan hipotesis
Ho : kedua varian adalah sama (varian kelompok kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah sama)
33

Ha : kedua varian adalah berbeda (varian kelompok kelas


eksperimen dan kelas kontrol adalah beda)
b. Kriteria pengujian berdasarkan probbablitas atau signifikansi :
Ho diterima jika P value > 0.05
Ha ditolak jika P value < 0.05
4. Jika varians kedua kelas homogen, dilanjutkan dengan uji-t. Uji-t
merupakan teknik statistik parametrik. Uji ini dilakukan bila kedua
data terdistribusi normal dan variansnya homogen. Jika varian sama
maka uji-t menggunakan Equal Varians Assumed (diasumsikan varian
sama) dan jika varians berbeda menggunakan Equal Varians Not
Assumed (diasumsikan varians berbeda).
a. Menentukan hipotesis
Ho : tidak ada perbedaan antara kemampuan awal siswa pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen
Ha : ada perbedaan antara kemampuan awal siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol
b. Menentukan t tabel
Tabel distribusi dicari pada α = 5%, dengan derajat kebebasan (df)
n-2 atau dapat dicari di Ms Excel dengan cara pada kotak kosong
ketik =tinv(0.05,n-2) lalu enter
c. Kriteria pengujian berdasarkan probablitas atau signifikansi :
Ho diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
Ho ditolak jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
Berdasarkan signifikansi:
Ho diterima jika P value > 0.05
Ho ditolak jika P value < 0.05
5. Jika pretest salah satu atau kedua kelas tidak berdistribusi normal,
maka dilanjutkan dengan uji statistik non parametrik menggunakan uji
U Mann-Whitney dengan program SPSS 17,0 for windows
a. Menentukan hipotesis
Ho : hasil belajar siswa kelas kontrol sama dengan hasil belajar
siswa kelas eksperimen
34

Ha : hasil belajar siswa kelas kontrol berbeda dengan hasil belajar


siswa kelas eksperimen.
b. Membandingkan Z hitung dengan Z tabel
Ho diterima jika -Z hitung ≥ -Z tabel atau Z hitung ≤ Z tabel
Ho ditolak jika –Z hitung ≤ - Z tabel atau Z hitung ≥ Z tabel
c. Kriteria pengujian berdasarkan probablitas atau signifikansi :
Ho diterima jika P value > 0.05
Ho ditolak jika P value < 0.05
6. Jika tidak terdapat perbedaan kemampuan awal siswa untuk kelas
kontrol dan kelas eksperimen, maka dilanjutkan dengan menguji
hipotesis, yaitu :
a. Hipotesis 1, yaitu menganalisis data posttest kelas eksperimen dan
kelas kontrol untuk melihat apakah terdapat perbedaan hasil
belajar siswa pada kelas kontrol dan eksperimen dengan langkah-
langkah seperti pretest
b. Hipotesis 2, yaitu menganalisis data delayed test, untuk melihat
apakah terdapat perbedaan retensi belajar siswa pada kelas kontrol
dan eksperimen dengan langkah-langkah seperti posttet
7. Jika terdapat perbedaan kemampuan awal siswa maka dilanjutkan
dengan menghitung gain (selisih data). Kemudian dilanjutkan dengan
menguji hipotesis 1, yaitu menganalisis gain pretest-posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol untuk melihat apakah terdapat
perbedaan hasil belajar pada pretest, jika terdapat perbedaan hasil
belajar siswa maka dilanjutkan dengan meguji hipotesis 2, yaitu
menganalisis data gain pretest-delayed test, untuk melihat apakah
terdapat perbedaan retesi belajar siswa pada kelas kontrol dan
eksperimen dengan langkah-langkah seperti posttest.
8. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh pengembangan media alat
peraga terintegrasi lembar kerja siswa dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa pada materi ikatan kimia di sekolah SMA Negeri 2
Sungai Raya, maka digunakan Effect Size. Rumus dan kriteria
besarnya Effect Size yang digunakan adalah (Arikunto, 2006) :
35

ES=
Keterangan:
ES = Effect Size
= rata-rata hitung posttest atau delayed test kelas
eksperimen
= rata-rata hitung posttest atau delayed test kelas
kontrol
Sc = standar deviasi hitung posttest atau delayed test
kelas kontrol
Kriteria besarnya effect size dapat diklasifikasikan dalam tabel 3.3
berikut(Sutrisno (1991 ):
Tabel 3.3 Kriteria Effect Size
Interval Kriteria
ES ≤ 0,2 Rendah
0,2 < ES ≤ 0,8 Sedang
ES > 0,8 tinggi
36

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arsyad., 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Esa Nur Wahyuni. 2009. Motivasi dalam Pembelajaran. UIN: Malang Press
Hamalik, Oemar. 1989. Media Pendidikan. Bandung: PT Aditya Bakti.
Hamzah B.Uno.2012.Teori Motivasi dan Pengukurannya.Jakarta: Bumi Aksara
Hidayatullah, Taufiq. 2007. Secara Mudah Membuat Objek Web dengan
Macrmedia Flash Profesional 8, Surabaya: Indah Surabaya.
Kurniawati., Wiwit yuni. 2013. Pengembangan Slat Peraga dan Lembar Kerja
Siswa Berorientasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kimia SMA.
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.
Purba, Michael dan Sunardi. 2012. Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta:
Erlangga.
Rumansyah, Y. I . (2002). “Penerapan Metode Latihan Berstruktur dalam
Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Konsep Persam aan Kimia”.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.
Sadiman, A,dkk. 2010. Media Pendidikan. Jakarta: Pustekkom Diknas & PT. Raja
Grafindo Perkasa.
Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktek
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta :
Kencana
Sardiman A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suharyanti. (2008). Pengantar Dasar Ilmu Perpustakaan. Cetakan 1. Surakarta:
LPP UNA dan UNS Press.
Widoyoko, S., E., P. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Winkel, W.S. 1996, Psikologi Pengajaran –Edisi yang Disempurnakan Cetakan
Ke- 4, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
37

Anda mungkin juga menyukai