PROPOSAL PENELITIAN
OLEH:
WITDYA AYU SETIANINGSIH
NIM. 141620046
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang pada
awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun
pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan teori (deduktif). Kimia menjadi tempat bagi siswa untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
penerapan di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan
pada pembelajaran pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Achmad,B, 2005).
Kimia juga merupakan salah satu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) yang diajarkan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Mata pelajaran
kimia adalah salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa karena
bersifat abstrak dan harus diserap dalam waktu yang relatif terbatas. Mata
pelajaran kimia mengajarkan berbagai pengetahuan yang menggunakan daya nalar
(pikiran) dan analisa permasalahan yang timbul dalam kehidupan sehari – hari
(Wiseman dalam Rumansyah, 2002: 72).
Dari hasil wawancara dengan guru kimia di sekolah SMA N 2 Sungai
Raya didapat informasi bahwa konsep kimia bukan hanya sulit untuk diterima
oleh siswa tapi juga sulit untuk diajarkan oleh guru. Kesulitan ini berkaitan
dengan karakteristik materi kimia itu sendiri. Selain itu, waktu yang terbatas juga
menjadi salah satu kesulitan guru dalam menyampaian materi kimia, sedangkan
materi kimia yang harus diterima oleh siswa begitu rumit. Salah satu materi kimia
yang tergolong sulit tersebut adalah materi hidrolisis garam. Sulitnya materi ini
terlihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa tidak mencapai KKM yang telah
diterapkan. Dari hasil belajar yang diperoleh siswa tersebut menyatakan adanya
kesenjangan antara harapan dengan kenyataan pada pelajaran kimia. Hal tersebut
dapat terjadi karena metode pembelajaran yang digunakan guru hanya metode
ceramah. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran hanya berpusat pada guru
sehingga siswa kurang aktif dan tidak dapat berpikir kritis.
4
Masalah lain yang dapat timbul dari metode ceramah guru hanya
mengutarakan masalah satu kali saja. Akan tetapi guru juga harus
mempertimbangkan sejauh mana pemahaman siswa terhadap informasi yang telah
mereka peroleh. Ketika guru menjelaskan konsep bentuk molekul dengan metode
ceramah, tidak semua siswa dapat memahami bentuk molekul yang digambarkan
dengan tiga dimensi, maka guru dituntut untuk menggambarkan bentuk molekul
dengan satu dimensi. Jika guru hanya menggunakan media papan tulis, maka guru
akan mengalami kesulitan dalam menggambarkan bentuk molekul tersebut
dengan dengan satu dimensi (Kurniawati, 2013).
Kegiatan pembelajaran yang berlangsung di SMA Negeri 2 Sungai Raya
khususnya di kelas XC, siswanya hanya terpaku pada penjelasan guru dan LKS
dari penerbit. Guru kurang maksimal dalam mengajar dengan menggunakan
media pembelajaran, sehingga daya nalar siswa masih dapat dikatakan abstrak dan
kurang terbentuk. Penggunaan media pembelajaran dapat memperjelas penyajian
pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis, dapat mengatasi keterbatasan ruang,
waktu, dan daya indra, serta dapat mengatasi sikap pasif peserta didik karena
dapat menimbulkan kegairahan belajar, memungkinkan interaksi yang lebih
langsung antara peserta didik dengan lingkungan dan kenyataan, memungkinkan
peserta didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa di kelas XC SMA
Negeri 2 Sungai Raya siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari materi
Ikatan Kimia yaitu pada bagian rumus senyawa. Siswa juga mengatakan bahwa
kimia merupakan pelajaran yang membahas hal-hal abstrak yang sulit digunakan
secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar yang diperoleh siswa
pada materi ikatan kimia tersebut juga berada di bawah standar KKM yang telah
ditetapkan yaitu 75(tujuh puluh lima). Menurut pendapat beberapa siswa,
pemberian motivasi sangat penting dalam meningkatkan minat belajar terlebih
lagi pada materi yang cukup sulit salah satunya materi ikatan kimia. Sedangkan
dalam prakteknya, saat sebelum memulai pembelajaran guru tidak ada memberi
motivasi belajar terlebih dahulu kepada siswanya. Pemberian motivasi sangat
penting dalam meningkatkan minat siswa dalam belajar. Meningkatkan motivasi
siswa dalam belajar juga dapat dilakukan dengan penggunaan media pembelajaran
5
yang bervariasi sehingga membuat siswa termotivasi dalam belajar serta siswa
dapat lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
pengembangan pada media pembelajaran berupa alat peraga terintegrasi lembar
kerja siswa untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya pada
materi ikatan kimia di SMA Negeri 2 Sungai Raya.
B. Rumusan Masalah
1. Berapa besar efektivitas penggunaan media alat peraga lembar kerja siswa
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi hidrolisis garam Di
SMA Negeri 2 Sungai Raya?
2. Apakah terdapat perbedaan antara penggunaan media alat peraga lembar
kerja siswa dengan metode ceramah terhadap hasil belajar siswa dan motivasi
belajar siswa pada materi hidrolisis garam Di SMA Negeri 2 Sungai Raya.?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui berapa besar efektivitas penggunaan media alat peraga
lembar kerja siswa dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi
hidrolisis garam Di SMA Negeri 2 Sungai Raya.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara penggunaan media
alat peraga lembar kerja siswa dengan metode ceramah terhadap hasil belajar
siswa dan motivasi belajar siswa pada materi hidrolisis garam Di SMA
Negeri 2 Sungai Raya.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Bagi Siswa
Dapat membantu siswa untuk lebih termotivasi belajar kimia dan
membantu siswa meningkatkan hasil belajar khususnya materi ikatan
kimia.
6
b. Bagi Guru
1. Adanya pengalaman praktik dalam bidang penelitian yang bersifat
ilmiah dapat menambah wawasan berpikir dan memperdalam
kemampuan dalam penggunaan media pembelajaran yang efektif dan
efisien dalam proses pembelajaran.
2. Membantu guru untuk bisa lebih maksimal menggunakan media dalam
pembelajarn agar lebih mdah dalam penyampaian materi.
c. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam perbaikan proses
pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
khususnya, dan meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA Negeri 2
Sungai Raya
E. Definisi Operasional
Agar peneliti lebih mengarah dan mendalam serta dapat mencapai sasaran
yang diinginkan,maka harus ada pembatasan masalah. Adapun pembatasan
masalah itu sebagai berikut:
1. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah alat metode dan teknik yang digunakan dalam
rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa
dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Hamalik,1989). Penggunaan
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa
(Arsyad,1997). Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan penggunaan media
berupa alat peraga yeng terintegrasi dengan lembar kerja siswa yang dibuat
semenarik mungkin oleh pengajar.
7
2. Motivasi Belajar
Motivasi belajar didefinisikan oleh Winkel (1996) ialah keseluruhan daya
penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar.
Motivasi belajar merupakan suatu bentuk dorongan dari dalam diri siswa yang
ditampilkan dalam bentuk partisipasi aktif siswa untuk melakukan serangkaian
kegiatan guna memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman belajarnya yang menyangkut kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Media Pembelajaran
Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga
proses belajar terjadi (Sadiman,2010). Media pembelajaran adalah alat metode
dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan
interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah (Hamalik,1989). Menurut Hidayatullah dkk (2007), media pembelajarn
sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru memperkaya wawasan
anak didik. Media pembelajaran dapat membantu guru dalam menyajikan
pelajaran sehingga informasi yang disajikan lebih jelas dan lebih bervariasi.
Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa (Arsyad,1997).
B. Pengembangan
Pengembangan adalah suatu proses atau perbuatan mengembangkan.
Penelitian pengembangan ini merupakan suatu jenis penelitian yang tidak
dimaksudkan ntuk menguji teori, tetapi untuk menghasilkan atau mengembangkan
produk yaitu berupa media pembelajaran kimia berupa alat peraga yang
terintegrasi ke dalam lembar kerja siswa. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian dan pengembangan (Research and Development/ R&D). Menurut
Sugiyono (2013: 407) menyatakan bahwa metode penelitian dan pengembangan
atau yang dikenal sebagai Research and Development (R & D) adalah metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji
keefektifan penggunaan produk tersebut. Penelitian pengembangan ini bersifat
analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut, diperlukan
penelitian di masyarakat.
10
C. Motivasi Belajar
Motivasi berpangkal dari kata motif yang diartikan sebagai daya
penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Adapun menurut Mc. Donald, motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari
pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga adanya
elemen atau ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawali
terjadinya perubahan energi, ditandai dengan perubahan feeling, dan dirangsang
karena adanya tujuan.
Kurt dan Boone (dalam Anik Suharyanti, 2006) menge-mukakan bahwa
motivasi merujuk pada pengerahan daya perilaku yang ditujukan pada pencapaian
kepuasan kebutuhan. Selanjutnya Widayatun (dalam Anik Suharyanti, 2006)
menga-takan bahwa motivasi itu mempunyai arti dorongan atau menggerakkan.
Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk berperilaku beraktivitas dalam
pencapaian tujuan. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan dorongan yang datang dari dalam pribadi seseorang (intrinsik) ataupun
datang dari luar pribadi (ekstrinsik) untuk mencapai tujuan sesuai dengan
keinginan pribadinya.
Menurut Hamzah Uno (2012 : 3) Istilah motivasi berasal dari kata motif
yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang
menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif adalah daya
penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi
mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang
terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan peubahan tingkah laku
yang lebih baik dalm memenuhi kebutuhannya.
Menurut Sardiman AM (2001: 75), motivasi dikatakan sserangkaian usaha
untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorangitu mau dan ingin
melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan
atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Motivasi adalah salah satu komponen
yang penting dalam belajar namun sering kali sulit diukur. Motivasi dibedakan
menjadi 2 yaitu motivasi intrinsik merupakan motivasi yang tumbuh dari dalam
11
D. Ikatan Kimia
Konfigurasi elektron yang stabil
Konsep ikatan kimia antar atom didasari oleh adanya segolongan unsur yang
memiliki kestabilan yang sangat tinggi, sehingga unsur-unsur ini sukar
berinteraksi dengan unsur lain. Golongan unsur-unsur yang sangat stabil ini
adalah golongan gas mulia (golongan VIIIA). Menurut Gilbert Newton Lewis dan
Albrecht Kossel, kestabilan dari unsur-unsur gas mulia ini disebabkan oleh
elektron valensinya yang berjumlah delapan kecuali He yang memiliki dua
elektron valensi.
18Ar 2 8 8 8
36Kr 2 8 18 8 8
54Xe 2 8 18 18 8 8
Pada struktur Lewis, setiap tanda (.) atau (x) melambangkan sebuah elektron,
dan yang digambarkan dalam struktur Lewis ini hanya elektron valensinya saja.
- See more at: http://dyka-note.blogspot.co.id/2013/11/materi-kimia-kelas-x-smk-
ikatan-kimia.html#sthash.ib3KuevZ.dpuf
Definisi Ikatan Kimia
Ikatan Kimia adalah ikatan yang terjadi antar atom atau antar molekul dengan cara
sebagai berikut :
a) Atom yang 1 melepaskan elektron, sedangkan atom yang lain
menerima elektron (serah terima elektron)
b) Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari masing-
masing atom yang berikatan
c) Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom
yang berikatan
Tujuan pembentukan ikatan kimia adalah agar terjadi pencapaian
kestabilan suatu unsur.
Elektron yang berperan pada pembentukan ikatan kimia adalah elektron
valensi dari suatu atom/unsur yang terlibat.
Salah 1 petunjuk dalam pembentukan ikatan kimia adalah adanya 1
golongan unsur yang stabil yaitu golongan VIIIA atau golongan 18 (gas
mulia).
Maka dari itu, dalam pembentukan ikatan kimia; atom-atom akan
membentuk konfigurasi elektron seperti pada unsur gas mulia.
Unsur gas mulia mempunyai elektron valensi sebanyak 8 (oktet) atau 2
(duplet, yaitu atom Helium).
14
Nomor
Periode Unsur K L M N O P
Atom
1 He 2 2
2 Ne 10 2 8
3 Ar 18 2 8 8
4 Kr 36 2 8 18 8
5 Xe 54 2 8 18 18 8
6 Rn 86 2 8 18 32 18 8
Lambang Lewis
Lambang Lewis adalah lambang atom yang dilengkapi dengan elektron
valensinya.
Lambang Lewis gas mulia menunjukkan 8 elektron valensi (4 pasang).
Lambang Lewis unsur dari golongan lain menunjukkan adanya elektron
tunggal (belum berpasangan).
Berdasarkan perubahan konfigurasi elektron yang terjadi pada
pembentukan ikatan, maka ikatan kimia dibedakan menjadi 4 yaitu : ikatan ion,
ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinat / koordinasi / dativ dan ikatan logam.
1). Ikatan Ion ( elektrovalen )
Terjadi jika atom unsur yang memiliki energi ionisasi kecil/rendah
melepaskan elektron valensinya (membentuk kation) dan atom unsur lain
yang mempunyai afinitas elektron besar/tinggi menangkap/menerima
elektron tersebut (membentuk anion).
Kedua ion tersebut kemudian saling berikatan dengan gaya elektrostatis
(sesuai hukum Coulomb).
Unsur yang cenderung melepaskan elektron adalah unsur logam
sedangkan unsur yang cenderung menerima elektron adalah unsur non
logam.
15
Contoh 2:
Ikatan antara atom C dengan C dalam etuna (asetilena, C2H2).
Konfigurasi elektronnya :
Atom C mempunyai 4 elektron valensi sedangkan atom H mempunyai 1
elektron.
Atom C memasangkan 4 elektron valensinya, masing-masing 1 pada atom
H dan 3 pada atom C lainnya.
Contoh 3 :
Meskipun atom-atom penyusun CH4 dan CO2 tidak sejenis, akan tetapi pasangan
elektron tersebar secara simetris diantara atom-atom penyusun senyawa, sehingga
PEI tertarik sama kuat ke semua atom (tidak terbentuk kutub).
Momen Dipol ( µ )
Adalah suatu besaran yang digunakan untuk menyatakan kepolaran suatu ikatan
kovalen.
Dirumuskan :
µ=Qxr ; 1 D = 3,33 x 10-30 C.m
keterangan :
µ = momen dipol, satuannya debye (D)
Q = selisih muatan, satuannya coulomb (C)
r = jarak antara muatan positif dengan muatan negatif, satuannya meter (m)
Resonansi
1. Suatu molekul atau ion tidak dapat dinyatakan hanya dengan satu struktur
Lewis.
2. Kemungkinan-kemungkinan struktur Lewis yang ekivalen untuk suatu
molekul atau ion disebut Struktur Resonansi.
Contoh :
1. Dalam molekul SO2 terdapat 2 jenis ikatan yaitu 1 ikatan tunggal () dan 1
ikatan rangkap ().
2. Berdasarkan konsep resonansi, kedua ikatan dalam molekul SO2 adalah
ekivalen.
3. Dalam molekul SO2 itu, ikatan rangkap tidak tetap antara atom S dengan
salah 1 dari 2 atom O dalam molekul itu, tetapi silih berganti.
4. Tidak satupun di antara ke-2 struktur di atas yang benar untuk SO2, yang
benar adalah gabungan atau hibrid dari ke-2 struktur resonansi tersebut.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian dan pengembagan (Research and Development). Menurut Brog dan
Gall (dalam Sugiyono, 2012) menyatakan bahwa, penelitian dan pengembangan
merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau
memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah alat peraga yang
terintegrasi dengan lembar kerja siswa.
B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini hanyalah berupa variabel
penelitian. Adapun variabel penelitian dalam penelitian ini adalah alat peraga
yang terintegrasi dalam lembar kerja siswa.
.
C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono,2012). Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh siswa
kelas X SMA Negeri 2 Sungai Raya
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Untuk menentukan teknik
pengambilan sampel dilakukan uji Barlett untuk mengetahui apakah
sampel memiliki varians yang sama. Jika hasil uji Barlett menunjukkan
ketiga kelas homogen yang artinya ketiga kelas memiliki peluang yang
sama untuk dilakukan penelitian, maka teknik pengambilan sampelnya
menggunakan Random Sampling (sampel acak) dengan cara pengundian.
23
Namun jika uji Barlett menunjukkan ketiga kelas tidak homogen (ketiga
kelas mempunyai peluang yang berbeda untuk dilakukan penelitian), maka
teknik pengambilan sampelnya menggunakan proposit sampling.
E. PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pengembangan
(development research) dengan model pengembangan 4-D rancangan
Thiagarajan, semmel, dan Semmel (4). Model ini terdiri dari 4 tahap
pengembangan yaitu define, design,develop,dan disseminate. Dalam penelitian ini,
hanya dilakukan hingga tahap ke tiga, yaitu tahap develop (pengembangan).
1. Define (Pendefinisian)
Pada tahapan pendefinisian dilakukan kegiatan analisis. Proses analisis
dalam penelitian ini dimulai dari menganalisis kebutuhan (need assessment). Need
assessment adalah proses mengumpulkan informasi tentang kesenjangan dan
menentukan prioritas dari kesenjangan untuk dipecahkan (Sanjaya, 2009).
Proses mengidentifikasi kebutuhan akan adanya media adalah sebagai berikut:
1) Analisis awal
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menetapkan arah dasar yang
dibutuhkan dalam pengembangan LKS dan alat peraga. Dalam melaksanakan
analisis ini ditinjau dari aspek kurikulum SMA 2006 (KTSP). Menurut kurikulum
SMA ilmu kimia berkembang berdasarkan hasil percobaan para ahli kimia untuk
menghasilkan fakta dan pengetahuan teoritis tentang materi yang kebenarannya
dapat dijelaskan dengan logika matematika. Sebagian aspek kimia bersifat kasat
mata, artinya dapat dibuat fakta kongkritnya dan sebagian aspek yang lain bersifat
abstrak, artinya tidak dapat dibuat fakta kongkritnya. Namun demikian, aspek
kimia yang tidak dapat dibuat fakta kongkritnya harus bersifat kasat mata, artinya
kebenaran dapat dibuktikan dengan logika matematika sehingga rasionalitasnya
dapat dirumuskan atau diformulasikan.
25
diskusi pendukung yang dianggap tepat adalah lembar kegiatan siswa. Dalam
lembar kegiatan siswa perlu dilengkapi petunjuk penggunaan alat peraga yang
dikembangkan, sehingga siswa akan lebih mudah melaksanakan kegiatan secara
berkelompok.
2) Analisis Siswa
Analisis siswa merupakan telaah yang meliputi tingkat perkembangan
kognitif, kemampuan, dan latar belakang pengetahuan siswa. Dari hasil analisis
ini akan dijadikan kerangka acuan dalam mengembangkan alat peraga. Dalam
penelitian ini, yang menjadi subjek adalah siswa SMA dengan tingkatan kognitif
pada tahap operasional formal, karena pada masa ini pola berpikir anak sudah
sistematik dan meliputi proses-proses yang kompleks. Pada masa ini siswa sudah
bisa menggunakan logika yang dapat terjadi ketika guru menjelaskan konsep
ikatan kimia dengan metode ceramah, maka akan terjadi kejenuhan pada siswa
karena siswa belum mampu untuk berfikir secara kongkret tentang kebenaran
adanya ikatan kimia dan bagaimana proses pembentukannya kalau hanya
dijelaskan secara teoritis. Ketika guru hanya menggunakan papan tulis untuk
menggambarkan bentuk molekul, ternyata banyak siswa yang belum mampu
memahami bentuk molekul tersebut secara tiga dimensi, siswa tidak dapat
membedakan bentuk molekul segitiga planar dan segitiga piramid, karena dalam
gambar bentuk molekul ini sangat mirip apalagi jika guru yang menggambar tidak
menguasai teknik menggambar tiga dimensi.
Untuk memecahkan masalah tersebut, maka dalam pembelajaran kimia
konsep ikatan kimia harus menggunakan alat peraga. Penggunaan alat peraga
dipilih karena pada dasarnya siswa kesulitan menghitung jumlah elektron valensi
yang berperanan dalam ikatan kimia dan bagaimana proses penyebarannya
menurut aturan lewis. Siswa juga merasakan kesulitan jika harus menghubungkan
teori lewis kedalam bentuk molekul yang dihasilkannya. Kesulitan siswa makin
bertambah ketika harus menghubungkan rumus penentuan bentuk molekul
kemudian membayangkan dan mengapresiasikan suatu bentuk molekul yang
sifatnya abstrak menjadi lebih nyata.
27
3) Analisis Tugas
Analisis tugas merupakan pemahaman tugas dalam pembelajaran yang
dilakukan untuk menidentifikasi pokok bahasan yang dipilih. Analisis tugas
digunakan untuk merinci isi mata pelajaran dalam bentuk garis-garis besar isi
pokok bahasan yang tertuang dalam Lembar Kegiatan Siswa sebagai perangkat
pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian.
Berdasarkan pada pada kurikulum konsep ikatan kimia dipelajari di kelas
X dengan standar kompetensi memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur
dan ikatan kimia. Kompetensi dasar membandingkan proses pembentukan ikatan
ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi dan ikatan logam serta
hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk. Pada kompetensi dasar
tersebut kemudian dikembangkan menjadi indikator - indikator yang harus dicapai
siswa setelah mempelajari ikatan kimia adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan tendensi atom yang membentuk ikatan.
2. Menggambarkan pembentukan ikatan ion.
3. Menggambarkan pembentukan ikatan kovalen
4. Menggambarkan pembentukan ikatan kovalen berdasarkan struktur lewis.
5. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion dan ikatan kovalen
6. Menggambarkan pembentukan ikatan koordinasi.
7. Menggambarkan pembentukan ikatan logam.
8. Menjelaskan sifat-sifat fisik senyawa yang terbentuk.
4) Analisis Konsep
Analisis konsep merupakan identifikasi konsep-konsep utama yang akan
diajarkan dan menyusunnya secara sistematis serta mengkaitkan satu konsep
dengan konsep lain yang relevan, sehingga membentuk peta konsep secara
klasikal. Hal ini akan mengakibatkan kejenuhan dan kesulitan siswa untuk
memahami konsep ikatan kimia. Berdasarkan hal ini peneliti mengembangkan
suatu alat peraga yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran. Alat peraga yang dikembangkan bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir abstrak siswa dengan bantuan visualisasi media.
Alat peraga yang dikembangkan peneliti berupa visualisasi dari
pembentukan ikatan kimia dan bentuk molekul yang dihasilkan dari ikatan kimia
tersebut. Alat peraga yang dipilih merupakan konsep utuh yang menjelaskan
mulai dari kestabilan unsur, proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen,
mengambarkan ikatan berdasarkan teori lewis dan bentuk molekul yang mungkin
dihasilkan dari proses pembentukan ikatan berdasarkan VSEPR.
Berdasarkan pada silabus yang dikembangkan BSNP, alat peraga ini dapat
digunakan untuk siswa SMA kelas X dan kelas XI serta tidak menutup
kemungkinan media ini juga dapat digunakan untuk siswa kelas XII. Alat peraga
yang dibuat menggunakan bahan baku kayu limbah yang dibentuk menyerupai
bola-bola dan berbentuk lingkaran yang masing-masing membentuk model
lambang atom, model elektron, model bentuk molekul. Adapun informasi yang
dapat diberikan oleh alat peraga dalam pembelajaran ikatan kimia antara lain :
29
2. Penyusunan LKS
Menyusun draft LKS yang dikembangkan berisi beberapa hal, antara
lain:
a. Judul LKS yang menggambarkan materi yang akan dituangkan.
b. Petunjuk Belajar (Guru / siswa)
c. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dicapai setelah
melakukan kegiatan.
d. Informasi pendukung.
e. Tugas-tugas dan langkah kerja.
Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan berupa LKS non eksperimen.
LKS ini merupakan panduan bagi siswa dalam menggunakan alat peraga.
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dan LKS dilakukan
secara berkelompok dengan tujuan agar terjalin komunikasi antar siswa dalam
mendiskusikan materi yang dipelajarinya. LKS yang dirancang berorientasi pada
siswa sebagai subjek pembelajaran, sehingga diharapkan siswa dapat
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan memberikan pengalaman belajar
yang kreatif. Langkah - langkah dalam setiap kegiatan disusun secara sistematik
dan sederhana sehingga siswa mudah untuk memahaminya dan dapat
mengerjakan dengan baik. LKS yang dikembangkan disesuaikan dengan alat
peraga yang terdiri dari dua bagian. Pertama LKS ikatan kimia yang ditujukan
kepada siswa kelas X SMA pada standar kompetensi memahami struktur atom.
LKS kelas X yang dirancang terbatas pada satu kali pertemuan yaitu membahas
tentang proses pembentukan ikatan ion, dan ikatan kovalen. Kedua LKS bentuk
molekul yang ditujukan kepada siswa kelas kelas XI. LKS untuk kelas XI juga
terbatas pada satu kali pertemuan yaitu untuk menjelaskan teori jumlah pasangan
elektron di sekitar inti atom sehingga dapat diperkirakan bentuk molekulnya.
3. Develop (Pengembangan)
Pada tahapan ini, dihasilkan prototype sebagai realisasi hasil perancangan.
Dalam pengembangan media, peneliti merangkum beberapa informasi yang
berkenaan dengan media yang dihasilkan yaitu berupa modifikasi media visual
tiga dimensi. Dalam pengembangan media, untuk membantu mencapai sasaran,
maka media yang dibuat harus mendukung kegiatan pembelajaran untuk mencapai
31
ES=
Keterangan:
ES = Effect Size
= rata-rata hitung posttest atau delayed test kelas
eksperimen
= rata-rata hitung posttest atau delayed test kelas
kontrol
Sc = standar deviasi hitung posttest atau delayed test
kelas kontrol
Kriteria besarnya effect size dapat diklasifikasikan dalam tabel 3.3
berikut(Sutrisno (1991 ):
Tabel 3.3 Kriteria Effect Size
Interval Kriteria
ES ≤ 0,2 Rendah
0,2 < ES ≤ 0,8 Sedang
ES > 0,8 tinggi
36
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arsyad., 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Esa Nur Wahyuni. 2009. Motivasi dalam Pembelajaran. UIN: Malang Press
Hamalik, Oemar. 1989. Media Pendidikan. Bandung: PT Aditya Bakti.
Hamzah B.Uno.2012.Teori Motivasi dan Pengukurannya.Jakarta: Bumi Aksara
Hidayatullah, Taufiq. 2007. Secara Mudah Membuat Objek Web dengan
Macrmedia Flash Profesional 8, Surabaya: Indah Surabaya.
Kurniawati., Wiwit yuni. 2013. Pengembangan Slat Peraga dan Lembar Kerja
Siswa Berorientasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kimia SMA.
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.
Purba, Michael dan Sunardi. 2012. Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta:
Erlangga.
Rumansyah, Y. I . (2002). “Penerapan Metode Latihan Berstruktur dalam
Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Konsep Persam aan Kimia”.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.
Sadiman, A,dkk. 2010. Media Pendidikan. Jakarta: Pustekkom Diknas & PT. Raja
Grafindo Perkasa.
Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktek
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta :
Kencana
Sardiman A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suharyanti. (2008). Pengantar Dasar Ilmu Perpustakaan. Cetakan 1. Surakarta:
LPP UNA dan UNS Press.
Widoyoko, S., E., P. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Winkel, W.S. 1996, Psikologi Pengajaran –Edisi yang Disempurnakan Cetakan
Ke- 4, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
37