Anda di halaman 1dari 10

Filsafat Pengetahuan

Digunakan untuk memenuhi tugas matakuliah


Sejarah Fisika

Disusun Oleh:

Eka Anjarwati (120210102053)


Desi Q
Iradatul Hasanah (120210102125)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014
1.1   Latar Belakang
Fisika berasal dari bahasa yunani yang berarti alam, karena itu fisika
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-
gejala alam, kejadian-kejadian alam, serta interaksi antara benda-benda
tersebut. Gejala-gejala ini pada mulanya adalah apa yang di alami oleh
indra kita, misalnya penglihatan, sehingga menemukan optika dan
cahaya, pendengaran menemukan bunyi, dan indra perasa menemukan
panas. Sejarah Fisika di awali dari periode massa Yunani Kuno.
Yunani kuno sangat identik dengan filsafat. Ketika kata Yunani
disebutkan, maka yang terbesit di pikiran para peminat kajian keilmuan
bisa dipastikan adalah filsafat. Padahal filsafat dalam pengertian yang
sederhana sudah ada jauh sebelum para filosof klasik Yunani menekuni
dan mengembangkannya. Filsafat di tangan mereka menjadi sesuatu yang
sangat berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada generasi-
generasi setelahnya. Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin
ilmu yang pengaruhnya terasa hingga sekarang.
Demikian halnya dengan perkembangan sejarah fisika, konsep fisika
yang sampai saat ini telah banyak dipergunakan dan berkembang sangat
luas ini merupakan pengaruh dari hasil pemikiran para ilmuan Yunani
dalam menyempurnakan studi fisika. Ada beberapa tokoh yang sangat
berperan dalam membangun fondasi fisika diantaranya Pythagoras,
Euclid, Democritus, Archimedes, Aristoteles, Aristarcus dan masih
banyak tokoh lainnya yang juga ikut berperan dalam membangun studi
fisika.
2.1 Fisika Periode Yunani Kuno
Fisika pada zaman Yunani Kuno merupakan periode sangat penting
dalam sejarah peradaban manusia karena pada waktu ini terjadi
perubahan perubahan pola pikir manusia dari mitosentris menjad
ilogosentris. Pola pikir mitosentris adalah pola pikir masyarakat yang
sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti
gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak dianggap fenomena alam
biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang menggoyakan kepalanya.
Namun, ketika filsafat diperkenalkan ,fenomena alam tersebut tidak
lagi dianggap sebagai aktifitas dewa, tetapi aktifitas alam yang terjadi
secara kausalitas. Perubahan pola pikir tersebut kelihatannya sederhana,
tetapi implikasinya tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti dan
dijauhi kemudian didekati bahkan dieksploitasi. Pada zaman ini fisika
disebut sebagai filsafat alam (sekitarabad18). Orang Yunani awalnya
sangat percaya pada dongeng dan takhyul, tetapi lama kelamaan,
terutama setelah mereka mampu membedakan yang riil dengan yang
ilusi, mereka mampu keluar dari kungkungan mitologi dan mendapatkan
dasar pengetahuan ilmiah. Inilah titik awal manusia menggunakan rasio
untuk meneliti dan sekaligus mempertanyakan dirinya dan alam jagad
raya. Karena manusia selalu berhadapan dengan alam yang begitu luas
dan penuh misteri, timbul rasa ingin mengtahui rahasia alam itu. Lalu
timbul pertanyaan dalam pikirannya; dari mana datangnya alam ini,
bagaimana kejadiannya, bagaimana kemajuaannya dan kemana
tujuannya? Pertanyaan semacam inilah yang selalu menjadi pertanyaan
dikalangan filosof Yunani, sehingga tidak heran kemudian mereka juga
disebut dengan filosof alam karena perhatian yang begitu besar pada
alam. Para filosof alam ini juga disebut para filosof pra Sokrates,
sedangkan Sokrates dan setelahnya disebut para filosof pasca Sokrates
yang tidak hanya mengkaji tentang alam, tetapi manusia dan perilakunya.
Ilmuwan Fisika pada zaman Yunani Kuno Pada masa Yunani kuno,
Orang-orang yang senantiasa berfikir tentang alam dan begitu perhatian
terhadap alam disebut filosof alam.
Filosof alam pertama yang mengkaji tentang asal-usul alam adalah
Thales (624-546 SM), setelah itu Anaximandros (610-540 SM), Heraklitos
(540-480 SM), Parmenides (515-440 SM), dan Phytagoras (580-500). Thales,
yang dijuluki bapak filsafat, berpendapat bahwa asal alam adalah air.
Menurut Anaximandros substansi pertama itu bersifat kekal, tidak
terbatas, dan meliputi segalanya yang dinamakan apeiron, bukan air atau
tanah. Heraklitos melihat alam semesta selalu dalam keadaan berubah.
Baginya yang mendasar dalam alam semesta adalah bukan bahannya,
melainkan aktor dan penyebabnya yaitu api. Bertolak belakang dengan
Heraklitos, Parmenides berpendapat bahwa realitas merupakan
keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak dan tidak berubah. Phytagoras
berpendapat bahwa bilangan adalah unsur utama alam dan sekaligus
menjadi ukuran. Unsur-unsur bilangan itu adalah genap dan ganjil,
terbatas dan tidak terbatas. Jasa Phytagoras sangat besar dalam
pengembangan ilmu, terutama ilmu pasti dan ilmu alam. Ilmu yang
dikembangkan kemudian hari sampai hari ini sangat bergantung pada
pendekatan matematika. Jadi setiap filosof mempunyai pandangan
berbeda mengenai seluk beluk alam semesta. Perbedaan pandangan
bukan selalu berarti negatif, tetapi justeru merupakan kekayaan khazanah
keilmuan. Terbukti sebagian pandangan mereka mengilhami generasi
setelahnya.
2.2 Phytagoras
Phytagoras lahir pada tahun 570 SM, di pulau Samos, di daerah Ionia.
Pythagoras (582 SM – 496 SM, bahasa Yunani: Πυθαγόρας) adalah seorang
matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui
teoremanya. Dikenal sebagai "Bapak Bilangan", dia memberikan
sumbangan yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada
akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan ajarannya tidak begitu jelas akibat
banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan mengenai dirinya.
Phytagoras adalah seorang filsuf dan matematikawan yang lebih
dikenal sebagai penggagas filsafat bilangan dan juga sebagai pendiri
sekolah filsafat yang bertahan hingga 200 tahun lamanya, serta
berpengaruh kuat terhadap perkembangan pemikiran yunani. Pythagoras
percaya bahwa seluruh fenomena alam dapat dijelaskan melalui istilah
yang terdapat pada bilangan yang saling berkaitan.
Dalam tradisi Yunani, diceritakan bahwa ia banyak melakukan
perjalanan, diantaranya ke Mesir. Perjalanan Phytagoras ke Mesir
merupakan salah satu bentuk usahanya untuk berguru, menimba ilmu,
pada imam-imam di Mesir. Konon, karena kecerdasannya yang luar biasa,
para imam yang dikunjunginya merasa tidak sanggup untuk menerima
Phytagoras sebagai murid. Namun, pada akhirnya ia diterima sebagai
murid oleh para imam di Thebe. Disini ia belajar berbagai macam misteri.
Selain itu, Phytagoras juga berguru pada imam-imam Caldei untuk belajar
Astronomi, pada para imam Phoenesia untuk belajar Logistik dan
Geometri, pada para Magi untuk belajar ritus-ritus mistik, dan dalam
perjumpaannya dengan Zarathustra, ia belajar teori perlawanan.
Selepas berkelana untuk mencari ilmu, Phytagoras kembali ke Samos
dan meneruskan pencarian filsafatnya serta menjadi guru untuk anak
Polycartes, penguasa tiran di Samos. Kira-kira pada tahun 530, karena
tidak setuju dengan pemerintahan tyrannos Polycartes, ia berpindah ke
kota Kroton di Italia Selatan. Di kota ini, Phytagoras mendirikan sebuah
tarekat beragama yang kemudian dikenal dengan sebutan “Kaum
Phytagorean.”
Selain sebagai penggagas filsafat bilangan, Pythagoras juga dikenal
baik sebagai penemu hukum geometri atau teorema yang berguna untuk
menentukan panjang sisi miring dalam segitiga. Dia mengemukakan
suatu dalil untuk segitiga siku-siku yang mengatakan bahwa sisi miring
kuadrat sama dengan jumlah kuadrat sisi siku-sikunya, Konon kabarnya
ia menemukan dalil itu ketika sedang mengamati ubin-ubin lantai rumah
salah seorang temannya. Teorema Pythagoras ini juga menjadi inspirasi
awal baik bagi Einstein dalam menyusun toeri relativitas umum maupun
bagi seluruh fisika modern yang mencoba menyusun teori terpadu
melalui manifestasi ruang waktu geometri.
Phytagoras percaya bahwa angka bukan unsur seperti udara dan air
yang banyak dipercaya sebagai unsur semua benda. Angka bukan anasir
alam. Pada dasarnya kaum Phytagorean menganggap bahwa pandangan
Anaximandros tentang to Apeiron dekat juga dengan pandangan
Phytagoras. To Apeiron melepaskan unsur-unsur berlawanan agar terjadi
keseimbangan atau keadilan (dikhe). Pandangan Phytagoras
mengungkapkan bahwa harmoni terjadi berkat angka. Bila segala hal
adalah angka, maka hal ini tidak saja berarti bahwa segalanya bisa
dihitung, dinilai dan diukur dengan angka dalam hubungan yang
proporsional dan teratur, melainkan berkat angka-angka itu segala
sesuatu menjadi harmonis, seimbang. Dengan kata lain tata tertib terjadi
melalui angka-angka.
Salah satu peninggalan Phytagoras yang terkenal adalah teorema
Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu
segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya
(sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak
diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan
kepada Pythagoras karena ia lah yang pertama membuktikan pengamatan
ini secara matematis.
Pemikiran lainnya yang tidak bisa dilupakan adalah gagasan
mengenai jagat raya bersifat harmoni ( cosmos ) atau tidak kacau ( chaos ).
Menurutnya keharmonisan alam memiliki kesesuaian dengan harmoni
pada musik. Harmoni suara musik ditentukan oleh pengaturan interval
dan panjang pendeknya senar. Konsep keharmonisan suara musik ini
kemudian dijadikan prinsip umum untuk menjelaskan gagasan tentang
keharmonisan jagat raya, dan semua gerakan planet menyuarakan suara
harmoni yang mewakili perbedaan notasi musik. Bahkan, Johannes
Kepler pada permulaan spekulasinya menganggap bahwa perbedaan
gerakan antar planet ditentukan oleh perbedaan oktaf yamg ada pada
skala musik. Ia mengemukakan bahwa bumi itu bulat dan tidak datar,
dan dia mengatakan bahwa benda bulat itu adalah bentuk yang sempurna
dan mengemukakan bahwa bumi di kelilingi oleh matahari, bintang-
bintang, dan planet-planet yang bergerak dengan lintasan berbenruk
lingkaran tetap dan bumi sebagai sumbunya.
Suatu hari ia melewati suatu bengkel pandai besi dan mampir melihat
pandai besi sedang kerja menggunakan martil. Hasil dari pengamatan itu
ditemukan bahwa semakin pendek pegangan martil itu, semakin tinggi
pula frekuensi nada yang dihasilkan. Dengan di ilhami olah hasil
pengamatan tadi, maka ia menemukan bahwa panjangnya dawai
mempunyai hubungan erat dengan nada.
Pythagoras dan murid-muridnya percaya bahwa segala sesuatu di
dunia ini berhubungan dengan matematika, dan merasa bahwa segalanya
dapat diprediksikan dan diukur dalam siklus beritme. Ia percaya
keindahan matematika disebabkan segala fenomena alam dapat
dinyatakan dalam bilangan-bilangan atau perbandingan bilangan. Ketika
muridnya Hippasus menemukan bahwa, hipotenusa dari segitiga siku-
siku sama kaki dengan sisi siku-siku masing-masing 1, adalah bilangan
irasional, Pythagoras memutuskan untuk membunuhnya karena tidak
dapat membantah bukti yang diajukan Hippasus
Dalam sejarah perkembangan fisika, khususnya mengenai studi
tentang bunyi, frekuensi, panjang gelombang dan getaran, pengaruh
pemikiran Pythagoras ini cukup terasa. Inilah gambaran umum mengenai
kontribusi Pythagoras dalam dunia fisika.

2.3 Archimedes
Archimedes lahir di Syracusa, Italia (sekitar 287 SM-212 SM). Setelah
mengenyam pendidikan di syracusa, dia mendapat kesempatan
melanjutkan studinya di alexandria, saat itu kota alexandria dibawah
pemerintahan suatu dinasti yang sangat mementingkan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Ia murid eucledes, ayahnya seorang ahli
bintang keturunan bangsawan. Pada waktu itu yang menjadi raja di
Syracusa adalah Hieron II, sahabat Archimedes. Archimedes sendiri
adalah seorang matematikawan, astronom, filsuf, fisikawan, dan insinyur
berbangsa Yunani.
Raja Hieron II yang berkuasa saat itu raja yang sangat kaya dan gemar
akan perhiasan-perhiasan. Sehingga dia memerintahkan pandai emas
untuk memuatkan mahkota, dan ternyata pandai emas ini tekenal
ketidakjujurannya, sehingga raja memerintahkan archimedes sebagai ahli
matematika dan fisika yang sangat terkenal saat itu untuk membuktikan
apakah mahkota itu terbuat dari emas murni atau campuran.
Behari-hari dia memikiran menemukan suatu cara untuk
membuktikan, kepalanya terasa panas. Kemudian dia pergi mandi dalam
bak yang penuh air, sehingga air bak meluap tumpah ke lantai. Kemudian
dia pulang dan berteriak kepada istrinya “ sudah kutemukan”. “sudah
kutemukan”. Ia menemukan dasar dari hukum yang kemudian terkenal
dengan nama “ hukum Archimedes” yang menetapkan tentang “
kehilangan berat suatu benda yang terendam di air”
Dasar pemikiran archimedes: “jika dalam sebuah tempat ada air dan
air dalam keadaan tenang, maka di seluruh bagian air tekanannya sama.
Kalau ada daerah yang tekanannya berbeda, maka air dari tempat yang
tekanannya tinggi mengalir ke arah yang tekanannya rendah. Andaikata
kedalam air dimasukkan benda, dan setelah airnya tenang kembali benda
ini terapung, keadaan ini menunjukkan bahwa tekanannya manjadi sama
kembali dimana-mana, juga ditempat benda itu berada. Ini berarti tekanan
yang diduduki benda itu seharusnya sama dengan tekanan di bagian air
yang lain atau air yang seharusnya ada disitulah yang sama dengan air
yang terdesak oleh benda.”
Kemudian terbukalah kemungkinan untuk menyusun percobaan yang
akan menguji benar atau tidaknya jalan pikiran itu. Dalam penyusunan
percobaannya archimedes menggunakan pengetahuan tentang
timbangan. Akhirnya dapat ditentukan bahwa teorinya sesuai dengan
hasil percobaan yaitu: “ benda yang terapung atau terendam dalam air
kehilangan berat sesuai dengan berat air yang terdesak.”
Pada masalah mekanika yang lain archimedes tentang pusat gaya
berat dan teori tentang pengungkit. Ia pernah mengatakan bahwa “
berilah bumi penggantung, maka saya dapat memindahkannya.” Ia juga
mengemukakan hukum paradoks hidrostatis yang menyatakan bahwa
besarnya gaya tekan zat cair dalam tabung dan luas alas tabung yang
ditempati air. Selain itu ia pernah mengatakan bahwa “ apabila dua buah
benda yang sama beratnya, jaraknya, tetapi berlawanan tempat ditinjau
dari titik kesetimbangan maka benda itu akan setimbang.”
Ia juga menemukan kerek/ bandrol berganda yang dapat digunakan
untuk mengengkat benda-benda yang berat. Juga alat “ sekrup
archimedes” yang dapat menaikkan air pada ketinggian tertentu, dan
sekarang sudah menjadi multifungsi.
Dalam bidang optika, dia pernah membuat lensa positif yang besar.
Dengan bantuan sinar matahari, maka lensa itu dapat digunakan untuk
membakar kapal-kapal perang musuh ynga sedang menuju syracuse.
Dalam matematika, dia menemukan cara menentukan luas lingkaran
setelah ia menentukan konstanta 
Ia hampir memformulasikan “ kalkulus integral” yang lebih dari 1800
tahun kemudian baru dikembangkan Issac Newton. Sehinggga dia
mendapat julukan “ bapak ilmu pengetahuan alam eksperimental”.
Karena mendasarkan penemuannya dari hasil eksperimen yang
dilakukan.
Archimedes adalah orang yang dikenal menemukan hukum apung
( hukum benda terapung ) atau lebih lazim dikenal dengan prinsip
Archimedes.
Archimedes merupakan tokoh Yunani yang berupaya
mengombinasikan teori dengan eksperimen, dengan sebuah prosedur
yang hampir sama dengan prosedur yang ada sekarang, namun ia belum
berhasil membangun sejumlah prinsip dasar fisika.
Sebagai ilmuan yang berkarakter, Archimedes diakui sebagai
eksperimentalis, sang penemu dan anak alam tulen. Bukti – buktinya
dapat dilihat dari hasil pencapaian Archimedes pada bidang matematika
dan penemuan lain. Archimedes juga mendemonstrasikan kemampuan
matematikanya, dalam usaha mencari nilai Pi secara akurat. Ia
melakukannya dengan memperkirakan luas lingkaran berbagai sisi
polygon, baik yang berada di dalam maupun di luar lingkaran. 
Penemuan-Penemuan Archimedes dibidang fisika;
-   Penemuan berbagai perangkat yang digunakan dalam membela
Syracuse ketika dikepung oleh Roma. Ini termasuk ketapel kuat, cermin
pembakaran dan sistempuli. Jika AC adalah sebuah diameter maka sudut
B adalah selalu sudut siku-siku
-   Sebuah segitiga terbentuk bila bagian dasarnya serta sudut-sudut yang
bersinggungan dengan bagian dasar tersebut telah ditentukan.
Ia dibunuh oleh seorang prajurit Romawi pada penjarahan kota
Syracusa, meskipun ada perintah dari jendral Romawi, Marcellus bahwa
ia tak boleh dilukai. Sebagian sejarahwan matematika memandang
Archimedes sebagai salah satu matematikawan terbesar sejarah, mungkin
bersama-sama Newton dan Gauss.

Anda mungkin juga menyukai