Anda di halaman 1dari 19

Tugas III

IDIK 4008
Penelitian Tindakan Kelas

Mal Anul Aufiya


021533042
Pendidikan Kimia
UPBJJ Purwokerto

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Terbuka
2023.1
KATA PENGANTAR

Ucapaan syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Alloh karena berkat karunia dan
hidayahNYA penulis telah diberikan kesehatan, kesempatan untuk bisa menyelesaikan tugas
kuliah ini.
Ucapan terimakasih juga kepada keluarga kecil penulis, yaitu Suami, anak, dan mertua yang
telah memberikan pengertian serta support untuk menyelesaikan kuliah ini.
Tulisan ini berisi jawaban penulis atas tugas ketiga yang diberikan Dosen mata kuliah
Penelitian Tindakan Kelas dalam tutorial online Universitas Terbuka.
Kritik dan masukan penulis sangat harapkan agar tulisan penulis dapat dikembangkan lebih
baik lagi.
PEMBAHASAN

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil


Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
(Ksp) Siswa Kelas XI IPA 2 MA Al-Hikmah 2 Benda

ABSTRAK

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan model problem
based learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan kelarutan dan hasil
kali kelarutan (Ksp). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dampak model pembelajaran
problem based learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan
kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa kelas XI IPA 2 MA Al-Hikmah 2 Benda. Sumber data
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 MA Al-Hikmah 2 Benda dengan jumlah siswa sebanyak
30 siswa. Waktu penelitian dilakukan pada semester 2 tahun pelajaran 2021/2022. Penelitian
dilakukan selama 2 siklus.  Data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif adalah data yang diperoleh dari hasil tes formatif pada setiap siklus. Sedangkan data
kualitatif berupa hasil observasi pada tiap siklus pembelajaran. Data yang diperoleh kemudian
dikonsultasikan dengan kriteria keberhasilan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hasil belajar
siswa pada prasiklus sebesar 33,33%  meningkat pada siklus 1 menjadi 73,33% dan mengalami
peningkatan menjadi 83,33% pada siklus 2. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
perbaikan pembelajaran menggunakan model  problem based learning dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas XI IPA 2 MA AL-HIKMAH 2 Benda pada pelajaran kimia terhadap pokok
bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Kata kunci : Hasil Belajar, Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan, Problem Based Learning
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut   Chang   (2003),   ilmu   kimia merupakan  salah  satu  cabang  ilmu 
sains yang mempelajari materi dan perubahannya. Beberapa      karakteristik      ilmu     
kimia diantaranya   adalah   ilmu   kimia   dibangun dengan metode ilmiah, sebagian besar
kajian ilmu  kimia  bersifat  abstrak  dan  dipelajari dalam   urutan   tertentu   (Sukarna,  
2000). Dengan    demikian,    konsep-konsep    yang dikaji  dalam  ilmu  kimia  cukup 
banyak  dan kompleks.            
Vos dan Pilot(1994); Kean dan  Middlekamp  (1985) menyatakan bahwa  konsep-
konsep  kimia  mempunyai  hubungan  yang kuat dan saling berurutan. Saat siswa
mengalami kesalahan konsep pada satu materi, maka akan berpengaruh terhadap
pemahaman siswa pada konsep-konsep selanjutnya. Terkadang guru kurang peka dalam
mengetahui pemahaman konsep yang telah dicapai oleh siswa. Padahal ini pun akan
menghambat keefektifan pembelajaran sehingga dapat membuat guru kesulitan untuk
mengulang kembali penjelasan dikarenakan keterbatasan waktu pembelajaran. Untuk itu,
penting bagi guru untuk memperhatikan pemahaman konsep siswa.
Kelarutan dan hasil kali kelarutan yang dipelajari merupakan materi yang berupa
penggabungan  konsep  dan  perhitungan  matematika. Dalam mempelajari kelarutan dan
hasil kali kelarutan, siswa dituntut untuk menguasai beberapa konsep lain yang berkaitan,
seperti konsep tentang konsentrasi, reaksi pengionan (ikatan kimia), konsep mol,
stoikiometri, dan kesetimbangan kimia. Pemahaman konsep kelarutan dan hasil kali
kelarutan melibatkan tiga level kemampuan dalam menerjemahkan konsep, diantaranya
adalah: (1) Level makroskopik yang meliputi sifat-sifat yang teramati. (2) Level
mikroskopik (kadang disebut submikroskopik) yang merupakan identitas dari zat spesifik
yang terlibat. (3) Level simbolik, yang digunakan untuk memanipulasi dan memahami
persamaan hasil kali kelarutan (Johnstone, 1991; Justi dkk, 2009)  sehingga siswa akan
mengalami kesulitan dalam memahami konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan jika
mereka tidak dapat menghubungkan ketiga representasi tersebut. Subbab menentukan
kelarutan dan merumuskan hasil kali kelarutan merupakan konsep dasar untuk
memahami subbab berikutnya yaitu pengaruh ion senama dan memperkirakan
pengendapan sehingga penguasaan siswa terhadap konsep subbab menentukan kelarutan
dan merumuskan hasil kali kelarutan dapat mempermudah siswa untuk menguasai
subbab berikutnya dan konsep-konsep kimia lainnya. Pemahaman konsep yang benar
pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sangat penting bagi siswa. Kesulitan yang
dialami siswa dalam memahami konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan dapat
menghasilkan pemahaman yang salah dan berpotensi menimbulkan miskonsepsi jika
terjadi secara konsisten.
Berdasarkan hasil yang diperoleh siswa kelas XI IPA 2 MA AL-HIKMAH 2
Benda dalam pelajaran kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan menunjukkan
siswa yang tuntas sesuai dengan KKM sebanyak 10 orang dan yang belum tuntas sesuai
KKM sebanyak 20 orang. KKM yang telah ditentukan yaitu 72. Kemudian guru mencari
penyebab rendahnya hasil belajar siswa ini. Dari hasil refleksi guru, ditemukan bahwa
penyebab rendahnya hasil belajar siswa antara lain karena permasalahan yang terjadi  dan
dihadapi  dalam kegiatan belajar pada materi  kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Beberapa permasalahan tersebut  antara  lain    adalah: 1) Penyajian  materi  masih   
sering  dilakukan  dengan metode  ceramah yang  menjadikan  guru  sebagai  pusat 
belajar, 2) Keterlibatan  siswa  yang  masih  rendah  dalam  kegiatan  belajar,  dimana
siswa    terbiasa    hanya  mencatat  dan  mendengarkan guru,  3) Kurangnya 
pemanfaatan laboratorium  serta  sarana prasarana lain yang ada,  4) Kurangnya referensi
dan sumber belajar  yang  baik  bagi  siswa, 5) Kurangnya  motivasi  siswa  dalam 
kegiatan  belajar karena  kegiatan  yang  berlangsung  terkesan  monoton  dan 
membosankan, 6) Konsep-konsep   yang tertanam    dalam  diri  siswa    lemah, karena
mereka cenderung hanya menghafal  konsep tanpa  memahami, seperti konsep reaksi
pengionan dan penyetaraan reaksi yang siswa terima pada kelas X. Berdasarkan 
permasalahan  tersebut,  maka diperlukan  tindakan    pada  tahap  eksplorasi    untuk 
memperbaiki  kualitas    dari    proses dan produk  belajar  siswa agar menjadi lebih baik.
Salah satu cara untuk memperbaiki kualitas  proses  dan  hasil  belajar  tersebut  yaitu 
dengan  penerapan    suatu    model pembelajaran  yang sesuai dengan karakteristik
materi dan kondisi siswa. 
Salah  satu  model    pembelajaran  ilmiah  berlandasarkan  teori   
konstruktivisme yang  dapat  diterapkan  dalam    kegiatan  pembelajaran  kelarutan  dan 
hasil  kali  kelarutan adalah  Problem  Based  Learning (PBL).  Pelaksanaan  model 
PBL  terdiri  dari  lima langkah  utama  yaitu:  orientasi  siswa  pada  masalah, 
pengorganisasian  siswa  untuk belajar,  penyelidikan  individu  maupun  kelompok, 
pengembangan  dan  penyajian  hasil, serta kegiatan analisis dan evaluasi.
Menurut  Bridges  dalam  Ratna  (2014),  model  PBL  diawali  dengan  penyajian
masalah, kemudian siswa mencari dan menganalisis masalah tersebut melalui percobaan
langsung  atau  kajian  ilmiah.  Melalui  kegiatan  tersebut  aktivitas  dan  proses  berpikir
ilmiah siswa menjadi lebih logis, teratur, dan teliti sehingga mempermudah pemahaman
konsep. Model  PBL  dipilih  karena  mempunyai  beberapa  kelebihan,    antara  lain 
adalah: 1)   Pemecahan   masalah   yang   diberikan   dapat   menantang   dan  
membangkitkan kemampuan  berpikir  kritis  siswa  serta  memberikan  kepuasan  untuk 
menemukan  suatu pengetahuan  baru,  2)  Pembelajaran  dengan  model  PBL  dianggap 
lebih  menyenangkan dan  lebih  disukai  siswa,  3)  Model    PBL  dapat  meningkatkan 
aktivitas  siswa    dalam proses  pembelajaran,  dan  4)  Model  PBL  dapat  memberikan 
kesempatan  siswa  untuk menerapkan  pengetahuan yang mereka miliki ke dalam dunia
nyata. Kelebihan model PBL dalam pembelajaran  ini  juga  didukung dengan beberapa
hasil  penelitian  antara  lain  adalah:    1)    Suardana  dalam  Ratna  berpendapat  bahwa
kualitas  kemampuan  siswa  dalam  menemukan  konsep  dan  melakukan  pemecahan
masalah  dapat  ditingkatkan  melalui  pembelajaran  PBL,  2)Lightner  dalam  Ratna
model PBL   dapat   membangun   dan      meningkatkan      tingkat   kerjasama   dan  
komunikasi antarsiswa,  3)Sahala berpendapat  bahwa  pada  kegiatan  pembelajaran 
dengan  pola pembelajaran   berbasis   masalah   (PBL),   siswa   dibiasakan   untuk  
menemukan   serta mengkontruksi pengetahuannya sendiri sehingga belajar akan 
menjadi lebih bermakna, dan  4) Mergendoller dan Bellisimo berpendapat  bahwa model
PBL dapat meningkatkan aktivitas   siswa,   dimana   siswa      yang   mempunyai   rata-
rata   keterampilan      dan pengetahuan rendah akan belajar lebih giat dan aktif. PBL   
dapat  diaplikasikan  pada  materi  kelarutan  dan  hasil  kali  kelarutan  untuk
memberikan   pengalaman   belajar   yang   lebih   bermakna      kepada      siswa   dengan
pelaksanaan  fase  yang  sistematis  dan  tidak  loncat-loncat,  sehingga  keaktifan  dan 
hasil belajar  siswa  dapat  tercapai    dengan  baik.  Keberhasilan  model  PBL  ini 
didukung  oleh keaktifan   siswa   dalam   membangun   konsep,   sedangkan   guru   juga
dituntut   untuk memiliki   keahlian   dalam   membimbing   serta   memfasilitasi  
kegiatan   belajar   siswa dengan baik.
Model pembelajaran Problem Based Learning dapat menjadi solusi yang cocok
untuk memaksimalkan pengembangan pada taraf berfikir pemahaman untuk
meningkatkan hasil belajar kimia siswa. Hal ini dikuatkan oleh penelitan Muhammad Ali,
dkk (2016) menurut penelitiannya model  pembelajaran Problem  Based  Learning dapat 
meningkatkan  hasil  belajar  siswa pada  kelarutan  dan  hasil  kali  kelarutan  di  kelas 
XI  IPA  SMAN  1  Kampar, hasil  uji  analisis  data  diperoleh  thitung>  ttabel yaitu 
1,6923  >  1,68  artinya kategori peningkatan hasil belajar pada pokok bahasan kelarutan
dan hasil kali kelarutan di kelas XI IPA adalah kategori Tinggi. Hasil Penelitian lain oleh
Ratna, dkk (2012) menunjukkan bahwa: 1) Proses belajar yang ditinjau dari aktivitas
siswa (visual, oral, writing, listening, mental, dan emotional) dengan model PBL
dilengkapi dengan LKS dalam penerapan kurikulum 2013 dikategorikan baik dengan
dengan rata-rata 82,71 dan persentase ketercapaian sebesar 81,25%, 2) Hasil belajar
siswa pada ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa dengan model PBL
dilengkapi dengan LKS dalam penerapan kurikulum 2013 dikategorikan baik dengan
rata-rata nilai berturut-turut adalah 81; 83; dan 79, dan 3) Hasil belajar siswa pada ranah
pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa dengan model PBL dilengkapi dengan LKS
dikategorikan baik dengan persentase siswa yang mencapai kompetensi inti kurikulum
2013 berturut-turut adalah 78%, 81,24% dan 78,13%.
Dengan dukungan beberapa penelitian diatas, maka  guru melakukan upaya
perbaikan tindakan kelas untuk meningkatan hasil belajar siswa di kelas XI IPA 2 pada
pokok bahasan  kelarutan dan  hasil  kali  kelarutan  dengan  penerapan  model 
pembelajaran  PBL  yang  dilengkapi LKS di MA AL-HIKMAH 2 Benda.

A. Rumusan Masalah 
Bagaimana penerapan metode Problem Based Learning (PBL) untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali
Kelarutan (Ksp) siswa kelas XI IPA 2 MA Al-Hikmah 2 Benda?
B. Tujuan Penelitian 
Menganalisis dampak metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali
Kelarutan (Ksp) siswa kelas XI IPA 2 MA Al-Hikmah 2 Benda.

C. Manfaat Penelitian 
Bagi Siswa 

Hasil penelitian ini bertujuan meningkatkan fokus, kemampuan berpikir kritis


serta siswa diharapkan lebih memahami konsep dan meningkat hasil belajarnya
dalam materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp).

Bagi Guru 

Hasil penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan guru mengelola


pembelajaran dengan menarik dan lebih melibatkan peran siswa.

Bagi Sekolah 

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih bagi sekolah dalam penerapan
metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga sekolah dapat
berkembang menjadi lebih baik lagi dan pencapaian siswa dalam akademik dapat
semakin meningkat.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. PEMAHAMAN KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN


Vivi Utari, Ahmad Fauzan, dan Media Rosha (2012: 34) mengemukakan bahwa
pemahaman konsep merupakan aspek yang sangat penting dalam pembelajaran.
Pemahaman konsep suatu materi pembelajaran adalah mengerti benar tentang konsep
materi pembelajaran tersebut, yaitu siswa dapat menerjemahkan, menafsirkan, dan
menyimpulkan suatu konsep materi pembelajaran berdasarkan pembentukan
pengetahuanya sendiri, bukan sekedar menghafal. siswa dapat menemukan dan
menjelaskan kaitan konsep dengan konsep lainnya. Dengan memahami konsep, siswa
dapat mengembangkan kemampuannya dalam pembelajaran, siswa dapat menerapkan
konsep yang telah dipelajarinya untuk menyelesaikan permasalahan sederhana sampai
dengan yang kompleks.
 Anderson dan Krathwol (2010: 44-45) menyatakan bahwa siswa dapat dikatakan
memahami bila siswa dapat mengkonstruksi makna dari pesan pesan pembelajaran, baik
yang bersifat lisan maupun tulisan, maupun grafis, yang disampaikan melalui
pembelajaran, buku atau layar komputer. Siswa memahami ketika siswa menghubungkan
pengetahuan “baru” dan pengetahuan “lama” siswa. Dasar untuk memahami adalah
pengetahuan konseptual. Proses-proses kognitif dalam kategori memahami meliputi
menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan,
membandingkan dan menjelaskan. 
Berikut ini adalah penjabaran proses kognitif yang dinyatakan oleh Depdiknas
(2004: 3). a) Menafsirkan
 Menafsirkan terjadi ketika siswa dapat mengubah informasi dalam satu bentuk
kedalam bentuk yang lain. Informasi yang disampaikan dalam satu bentuk, lalu siswa
diminta untuk menyusun atau memilih informasi yang sama dalam bentuk yang berbeda. 
b) Mencontohkan 
Mencontohkan terjadi apabila siswa dapat memberikan contoh tentang konsep
atau prinsip umum. Dalam proses kognitif mencontohkan, yang dilibatkan adalah proses
identifikasi ciri-ciri pokok dari konsep atau prinsip umum. 
c) Mengklasifikasikan 
Proses kognitif mengklasisfikasikan terjadi ketika siswa mengetahui bahwa
sesuatu yang diinformasikan termasuk dalam kategori tertentu. Mengklasifikasikan
adalah proses kognitif yang melengkapi proses mencontohkan, jika mencontohkan
dimulai dari konsep atau prinsip umum dan mengharuskan siswa menemukan contoh
tertentu, mengklasifikasi dimulai dari contoh tertentu dan mengharuskan siswa
menemukan konsep atau prinsip umum. 
d) Merangkum 
Merangkum adalah proses yang terjadi ketika siswa mengemukakan satu kalimat
yang mempresentasikan informasi yang diterima atau mengabstraksikan suatu tema.
Merangkum melibatkan proses membuat ringkasan informasi. 
e) Menyimpulkan 
Proses kognitif menyimpulkan menyertakan proses menemukan pola dalam
sejumlah contoh. Menyimpulkan terjadi ketika siswa dapat mengabstraksikan sebuah
konsep atau prinsip yang menerangkan contohcontoh tersebut dengan mencermati ciri-
ciri setiap contohnya dan yang terpenting dengan menarik hubungan diantara ciri-ciri
tersebut. Proses menyimpulkan melibatkan proses kognitif membandingkan seluruh
contohnya. 
f) Membandingkan 
Membandingkan melibatkan proses mendeteksi persamaan dan perbedaan antara
dua atau lebih obyek, peristiwa, ide, masalah atau situasi. Membandingkan juga
melibatkan proses menentukan keterkaitan antara dua atau lebih obyek, peristiwa atau ide
yang disuguhkan. 
g) Menjelaskan 
Proses kognitif menjelaskan berlangsung ketika siswa dapat membuat dan
menggunakan model sebab akibat dalam sebuah sistem. Tugas-tugas penalaran,
penyelesaian masalah, desain ulang dan prediksi bisa digunakan untuk menilai
kemampuan siswa dalam menjelaskan Mengkaji dari beberapa sumber, maka dapat
diketahui bahwa pemahaman konsep suatu materi pembelajaran adalah mengerti benar
tentang konsep materi pembelajaran tersebut, yaitu siswa dapat menafsirkan,
mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan
menjelaskan suatu konsep materi pembelajaran berdasarkan pembentukan pengetahuanya
sendiri, bukan sekedar menghafal. Proses-proses kognitif dalam kategori memahami
meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan,
membandingkan dan menjelaskan. 
Pemahaman konsep pada penelitian ini adalah pemahaman konsep dalam materi
pembelajaran konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan yang merupakan materi yang
berupa penggabungan  konsep  dan  perhitungan  matematika. Dalam mempelajari
kelarutan dan hasil kali kelarutan, siswa dituntut untuk menguasai beberapa konsep lain
yang berkaitan, seperti konsep tentang konsentrasi, reaksi pengionan (ikatan kimia),
konsep mol, stoikiometri, dan kesetimbangan kimia. Pemahaman konsep kelarutan dan
hasil kali kelarutan melibatkan tiga level kemampuan dalam menerjemahkan konsep,
diantaranya adalah: (1) Level makroskopik yang meliputi sifat-sifat yang teramati. (2)
Level mikroskopik (kadang disebut submikroskopik) yang merupakan identitas dari zat
spesifik yang terlibat. (3) Level simbolik, yang digunakan untuk memanipulasi dan
memahami persamaan hasil kali kelarutan (Johnstone, 1991; Justi dkk, 2009)  sehingga
siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami konsep kelarutan dan hasil kali
kelarutan jika mereka tidak dapat menghubungkan ketiga representasi tersebut. Subbab
menentukan kelarutan dan merumuskan hasil kali kelarutan merupakan konsep dasar
untuk memahami subbab berikutnya yaitu pengaruh ion senama dan memperkirakan
pengendapan sehingga penguasaan siswa terhadap konsep subbab menentukan kelarutan
dan merumuskan hasil kali kelarutan dapat mempermudah siswa untuk menguasai
subbab berikutnya dan konsep-konsep kimia lainnya. Pemahaman konsep yang benar
pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sangat penting bagi siswa. Kesulitan yang
dialami siswa dalam memahami konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan dapat
menghasilkan pemahaman yang salah dan berpotensi menimbulkan miskonsepsi jika
terjadi secara konsisten. Selain itu, siswa juga sering mengalami kesulitan untuk
menggunakan langkah matematika untuk menyelesaikan perhitungan kelarutan dan hasil
kali kelarutan. Kesulitan lainnya dalam mempelajari kelarutan dan hasil kali kelarutan
adalah memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam representasi
makroskopik, miskroskopik dan simbolik. Merujuk pada definisi yang diberikan oleh
Johsntone (1982), ketiga tingkat representasi dalam materi kelarutan dan hasil kali
kelarutan dicontohkan sebagai berikut: (a). Tingkat makroskopik yang meliputi
perubahan warna larutan belum jenuh, jenuh, dan lewat jenuh, serta terjadinya endapan;
(b). Tingkat submikroskopik meliputi gambaran mikroskopik yang terjadi saat larutan
belum jenuh, jenuh, dan lewat jenuh dan gambaran mikroskopik larutan terhadap
penambahan ion senama, serta gambaran mikroskopik pengendapan larutan ; (c). Tingkat
simbolik meliputi persamaan reaksi hasil kali kelarutan (Ksp) 2 ion, 3 ion dst, rumus
tetapan hasil kali kelarutan (Ksp), kuosien reaksi (Qsp), Memperkirakan pengendapan.
Salah satu cara untuk memperbaiki kualitas  proses  dan  hasil  belajar  tersebut  yaitu 
dengan  penerapan    suatu    model pembelajaran  yang sesuai dengan karakteristik
materi dan kondisi siswa. 

B. MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING


a. Pengertian Problem Based Learning
Menurut  Bridges  dalam  Ratna  (2014),  model  PBL  diawali  dengan  penyajian
masalah, kemudian siswa mencari dan menganalisis masalah tersebut melalui percobaan
langsung  atau  kajian  ilmiah.  Melalui  kegiatan  tersebut  aktivitas  dan  proses  berpikir
ilmiah siswa menjadi lebih logis, teratur, dan teliti sehingga mempermudah pemahaman
konsep. Model  PBL  dipilih  karena  mempunyai  beberapa  kelebihan,    antara  lain 
adalah: 1)   Pemecahan   masalah   yang   diberikan   dapat   menantang   dan  
membangkitkan kemampuan  berpikir  kritis  siswa  serta  memberikan  kepuasan  untuk 
menemukan  suatu pengetahuan  baru,  2)  Pembelajaran  dengan  model  PBL  dianggap 
lebih  menyenangkan dan  lebih  disukai  siswa,  3)  Model    PBL  dapat  meningkatkan 
aktivitas  siswa    dalam proses  pembelajaran,  dan  4)  Model  PBL  dapat  memberikan 
kesempatan  siswa  untuk menerapkan  pengetahuan yang mereka miliki ke dalam dunia
nyata. 
PBL adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
suatu konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan yang esensial dari mata pelajaran. PBL
memiliki gagasan bahwa pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan
pada tugas-tugas atau permasalahan yang autentik, relevan dan dipresentasikan dalam
suatu konteks. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa PBL merupakan
sebuah model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan oleh para pendidik. Guru
perlu mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan pertukaran ide secara
terbuka sehingga pembelajaran ini menekankan siswa dalam berkomunikasi dengan
teman sebayanya maupun dengan lingkungan belajar siswa, sehingga membantu siswa
menjadi lebih mandiri dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan fakta.
 Fokus pembelajaran ada pada konsep yang dipilih sehingga siswa tidak saja
mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Masalah yang dijadikan fokus pembelajaran dapat
diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-
pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam
kelompok. Keadaan tersebut menunjukan bahwa model PBL dapat memberikan
pengalaman yang kaya pada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan
mereka dapat menerapkannya dalam kondisi yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. 

b. Tujuan PBL 
Tujuan pembelajaran berdasarkan masalah ada tiga, yaitu membantu siswa
mengembangkan keterampilan-keterampilan penyelidikan dan pemecahan masalah,
memberi kesempatan kepada siswa mempelajari pengalaman-pengalaman dan peranperan
orang dewasa, dan memungkinkan siswa meningkatkan sendiri kemampuan berpikir
mereka dan menjadi siswa mandiri. Adapun tujuan PBL menurut Rusman (2010: 238)
yaitu penguasaan isi belajar dari disiplin heuristik dan pengembangan keterampilan
pemecahan masalah. PBL juga berhubungan dengan belajar tentang kehidupan yang lebih
luas (lifewide learning), keterampilan memaknai informasi, kolaborasi dan belajar tim,
dan keterampilan berpikir reflektif dan evaluatif. 
Trianto (2010:94-95) menyatakan bahwa tujuan PBL yaitu membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah, belajar
peranan orang dewasa yang autentik dan menjadi pembelajar yang mandiri. Sejalan
dengan pendapat tersebut, pemecahan masalah merupakan salah satu strategi pengajaran
berbasis masalah dimana guru membantu siswa untuk belajar memecahkan melalui
pengalaman-pengalaman pembelajaran hands-on (Jacobsen et al, 2009: 249), sehingga
pernyataan tersebut sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
pengaruh PBL terhadap kemampuan kognitif C3, C4, C5 dan C6 berdasarkan
keterampilan pemecahan masalah persoalan fisika siswa. 
c. Langkah-Langkah Problem Based Learning (PBL) 
Arends (2007: 56-60) menyatakan bahwa sintaks pembelajaran berdasarkan
masalah terdiri dari lima fase utama. Fase-fase tersebut merujuk pada tahapan-tahapan
yang praktis yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan PBL, sebagaimana
disajikan dalam Tabel 1. 
Tabel 2.1 Sintaks untuk PBL 

Fase Perilaku Guru

Fase 1. Guru membahas tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai


Memberikan orientasi kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa untuk terlibat
tentang permasalahan kepada dalam kegiatan mengatasi masalah.
siswa

Fase 2. Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan


Mengorganisasikan siswa mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan
untuk meneliti permasalahannya

Fase 3. Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat,


Membantu investigasi melaksanakan eksperimen dan mencari penjelasan dan solusi.
mandiri dan kelompok

Fase 4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan


Mengembangkan dan artefak-artefak yang sesuai seperti laporan, rekaman video, dan
mempresentasikan artefak modelmodel, serta membantu mereka untuk menyampaikannya
dan exhibit. kepada orang lain.

Fase 5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap


Menganalisis dan investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan.
mengevaluasi proses
mengatasi masalah.
(sumber: Arends, 2007: 56-60)

d. Keunggulan dan Kelemahan model Problem Based Learning (PBL)


Adapun keunggulan dari Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut: 
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran. 
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan
kepuasan 
untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. 
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siwa. 
4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer
pengetahuan 
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. 
5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Disamping itu, pemecahan masalah juga dapat mendorong untuk melakukan
evaluai sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya. 
6. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata
pelajaran pada dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus
dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dri buku-buku
saja. 
7. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa. 
8. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis
dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.
9. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. 
10. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-
menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Disamping dari keunggulan Problem Based Learning (PBL) juga memiliki
kelemahan, diantaranya: 
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa 
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa
enggan
untuk mencoba. 
2. Keberhasilan membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. 
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
C.  Hasil Belajar Kognitif 
Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan
kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan dari sejak penerimaan
stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi
informasi hingga pemanggilan kembali ketika informasi itu diperlukan untuk
menyelesaikan masalah (Purwanto, 2011: 50). 
Kemampuan yang menimbulkan perubahan perilaku dalam domain kognitif
meliputi beberapa tingkat atau jenjang. Banyak klasifikasi dibuat para ahli psikologi dan
pendidikan, namun yang digunakan yaitu taksonomi Krathwohl agar lebih cocok dengan
istilah yang sering digunakan dalam merumuskan tujuan belajar. Berikut ini Struktur dari
Dimensi Proses Kognitif menurut Taksonomi yang telah direvisi. 
a. Mengingat (remembering) yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang relevan
dari memori jangka panjang. Dalam taksonomi ini siswa dapat mengenali
(recognizing) dan menyebutkan kembali (recalling) pelajaran yang telah
diterimanya. 
b Memahami (understanding), yaitu menentukan makna dari pesan dalam pelajaran-
pelajaran. Dalam taksonomi ini siswa dapat menafsiri, mengartikan,
menerjemahkan (interpreting), memberi contoh (exemplifying), mengklasifikasi
(classifying), merangkum, meringkas (summarizing), menyimpulkan (inferring),
membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining) pelajaran yang telah
diterimanya. 
c. Menerapkan (applying), yaitu mengambil atau menggunakan suatu prosedur
tertentu bergantung situasi yang dihadapi. Dalam taksonomi ini siswa dapat
melaksanakan (executing) dan menerapkan (implementing) yang telah
diterimanya. 
d. Menganalisa (analysing), yaitu memecah-mecah materi hingga ke bagian yang
lebih kecil dan mendeteksi bagian apa yang berhubungan satu sama lain menuju
satu struktur atau maksud tertentu. Dalam taksonomi ini siswa dapat membedakan
(differentianting), menata atau menyusun (organizing), dan menetapkan sifat atau
ciri (attributing) pelajaran yang telah diterimanya. 
e. Mengevaluasi (evaluate), yaitu membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan
standar. Dalam taksonomi ini siswa dapat memeriksa (checking) dan mengkritisi
(critiquing) pelajaran yang telah diterimanya. 
f. Menciptakan (creating), yaitu menyusun elemen-elemen untuk membentuk sesuatu
yang berbeda atau membuat produk original. Dalam taksonomi ini siswa
menghasilkan (generating), merencanakan (planning), dan menghasilkan karya
(producing). 

D. PENELITIAN YANG RELEVAN


Beberapa penelitian yang telah dilakukan, penggunaan model pembelajaran Problem
Based Learning dapat dijadikan model pembelajaran yang berpengaruh baik bagi
pembelajaran siswa. Diantaranya penelitian yang sejalan dengan penelitian ini seperti yang
dilakukan oleh Muhammad Ali, dkk yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning (Pbl) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kampar. Model 
pembelajaran Problem  Based  Learning dapat  meningkatkan  hasil  belajar  siswa pada 
kelarutan  dan  hasil  kali  kelarutan  di  kelas  XI  IPA  SMAN  1  Kampar, hasil  uji 
analisis  data  diperoleh  thitung>  ttabel yaitu  1,6923  >  1,68  artinya kategori peningkatan
hasil belajar pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan di kelas XI IPA adalah
kategori Tinggi.(Muhammad Ali, 2016)
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna, dkk yang berjudul penerapan model problem
based learning (PBL) pada pembelajaran hukum-hukum dasar kimia ditinjau dari aktivitas
dan hasil belajar siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014
hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Proses belajar yang ditinjau dari aktivitas siswa
(visual, oral, writing, listening, mental, dan emotional) dengan model PBL dilengkapi
dengan LKS dalam penerapan kurikulum 2013 dikategorikan baik dengan dengan rata-rata
82,71 dan persentase ketercapaian sebesar 81,25%, 2) Hasil belajar siswa pada ranah
pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa dengan model PBL dilengkapi dengan LKS
dalam penerapan kurikulum 2013 dikategorikan baik dengan rata-rata nilai berturut-turut
adalah 81; 83; dan 79, dan 3) Hasil belajar siswa pada ranah pengetahuan, sikap, dan
keterampilan siswa dengan model PBL dilengkapi dengan LKS dikategorikan baik dengan
persentase siswa yang mencapai kompetensi inti kurikulum 2013 berturut-turut adalah 78%,
81,24% dan 78,13%. (Ratna, 2014)
Begitu juga penelitian Rita Magdalena yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) serta Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa
SMA Negeri 5 Kelas XI Kota Samarinda Tahun Ajaran 2015. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning berpengaruh terhadap
hasil belajar biologi pada siswa SMA Negeri 5 kelas XI semester 1 materi sistem pencernaan
pada manusia dengan nilai t hitung 2,60 lebih besar dari t tabel dengan nilai 1,84. Adapun
hasil belajar yang diukur adalah kemampuan pemecahan masalah terkait masalah mengatasi
gangguan sistem pencernaan pada manusia. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan
bahwa sudah saatnya guru biologi di SMA 5 menerapkan model pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning), karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa-
siswa dapat mengikuti pembeajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning). (Rita Magdalena, 2016)

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN 

A. Subjek Penelitian 

Subjek dari penelitian ini adalah kelas XI IPA 2 MA Al-Hikmah 2 Benda pada
tahun pelajaran 2021/2022. Jumlah siswa  dalam satu kelas ini adalah 30 siswa
perempuan. Subjek penelitian ini dipilih karena permasalahan rendahnya hasil
belajar siswa yg beberapa penyebabnya adalah: 1) Penyajian  materi  masih    sering 
dilakukan  dengan metode  ceramah yang  menjadikan  guru  sebagai  pusat  belajar,
2) Keterlibatan  siswa  yang  masih  rendah  dalam  kegiatan  belajar,  dimana siswa   
terbiasa    hanya  mencatat  dan  mendengarkan guru,  3) Kurangnya  pemanfaatan
laboratorium  serta  sarana prasarana lain yang ada,  4) Kurangnya referensi dan
sumber belajar  yang  baik  bagi  siswa, 5) Kurangnya  motivasi  siswa  dalam 
kegiatan  belajar karena  kegiatan  yang  berlangsung  terkesan  monoton  dan 
membosankan, 6) Konsep-konsep   yang tertanam    dalam  diri  siswa    lemah,
karena mereka cenderung hanya menghafal  konsep tanpa  memahami, seperti
konsep reaksi pengionan dan penyetaraan reaksi yang siswa terima pada kelas X.
Berdasarkan  permasalahan  tersebut,  maka diperlukan  tindakan    pada  tahap 
eksplorasi    untuk  memperbaiki  kualitas    dari    proses dan produk  belajar  siswa
agar menjadi lebih baik. Salah satu cara untuk memperbaiki kualitas  proses  dan 
hasil  belajar  tersebut  yaitu  dengan  penerapan    suatu    model pembelajaran  yang
sesuai dengan karakteristik materi dan kondisi siswa. Guru mencoba menerapan
model Problem Based Learning (PBL), pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
berbasis masalah juga mendorong siswa untuk dapat menyusun pengetahuan
sendiri. 
Pelaksanaan perbaikan dilakukan dua kali, video yang pertama dilakukan
tanggal 20 April 2022 dan video  yang kedua tanggal 26 Mei 2022.
Adapun proses simulasi berjalan sama seperti aktivitas pembelajaran  biasanya
dilakukan di kelas, yaitu terdiri atas kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan 
kegiatan penutup. 

B. Deskripsi per siklus


1. Perencanaan 
Tahapan pertama yang dilakukan guru, yaitu merencanakan skenario
pembelajaran yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang ada, dengan
menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning, dan menyusun rencana
tindakan kelas yang dilakukan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
siklus 1. Pada siklus 2 rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menggunakan siklus
1 hanya saja motivasi yang disampaikan dilakukan pada saat kegiatan pendahuluan,
dan pada akhir  kegiatan inti  diberikan quizizz agar siswa langsung mengevaluasi
pembelajaran.

2. Pelaksanaan 
Siklus 1: 
Pelaksanaan perbaikan siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 20 April 2022. Pada
kegiatan awal, guru menunjukkan demonstrasi kelarutan gula dan garam lalu 
meminta siswa untuk mencoba bertanya mengenai demonstrasi yang ditunjukan.
Guru memberikan arahan tentang kelarutan kedua larutan tersebut dan memotivasi
siswa untuk mencari tahu lebih dalam pada pembelajaran hari tersebut. 
Setelah itu, guru membagi siswa kelompok yang terdiri dari 3 orang. Setiap
kelompok diberi kesempatan menganalisis teks fenomena hasil percobaan dalam
LKS. Guru membimbing dan mengarahkan diskusi setiap kelompok  secara
bergantian. Lalu memberikan kesempatan pada perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Guru memberikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk membandingkan hasil diskusi mengenai kelarutan lalu
memberikan umpan balik pada perbedaan hasil diskusi tersebut. Guru melanjutkan
memberi kesempatan pada kelompok lain untuk mempresentasikan hasil diskusi
mengenai hasil kali kelarutan (Ksp) lalu memberi kesempatan kelompok lain untuk
menanggapi. Pembelajaran terlaksana dengan siswa aktif berdiskusi dan bertanya
kepada guru atas pemahaannya, serta siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya.
Siklus 2: 
Pelaksanaan perbaikan siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2022.
Kegiatan pendahuluan hingga penutup hampir sama dengan siklus 1 hanya saja
pemberian motivasi dilakukan pada kegiatan pendahuluan dan pada akhir kegiatan
inti dilakukan quizizz untuk mengevaluasi pembelajaran serta siswa diberikan tugas
untuk lebih memahami pembelajaran.

3. Pengamatan 
Siklus 1: 
Pengamatan yang dilakukan pada siswa adalah penilaian dalam memecahkan
masalah dalam LKS beserta penilaian keterampilan siswa pada saat diskusi
berlangsung.
Siklus 2:

Guru menambahkan pembelajaran dengan latihan quizizz dengan tujuan agar siswa
lebih banyak berlatih untuk meningkatkan pemhamannya. Penilaian dalam
memecahkan masalah dalam LKS beserta penilaian keterampilan siswa pada saat
diskusi berlangsung juga dilakukan.

4. Refleksi 
Siklus 1:  
Pada akhir pembelajaran, guru merefleksi pembelajaran guna menganalisis
kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil analisis
yang dilaksanakan pada tahap inilah yang akan digunakan sebagai acuan untuk
merencanakan siklus berikutnya. Berdasarkan analisis hasil aktivitas siswa, kinerja
guru dan hasil belajar dari siklus 1, guru merumuskan keunggulan dan kelemahan
yang ada pada siklus 1, sebagai renungan untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam
pelaksanaan siklus 2. 

Siklus 2: 
Pada siklus 2  guru telah melakukan tindakan perbaikan pembelajaran dari
siklus 1 ke siklus 2,  yaitu pada siklus 2 guru telah memberi kesempatan siswa untuk
meningkatkan pemahamannya melalui quizizz yang belum dilakukan di siklus 1. Disini
siswa terlihat semakin antusias dengan pertanyaan yang disajikan serta meningkat rasa
ingin tahunya pada beberapa soal yang baru mereka temui, serta pada siklus 2 ini guru
sudah memberikan tugas kepada siswa guna melatih kemampuannya di rumah selain
peningkatan perbaikan pada siklus 2  guru melewatkan satu kegiatan menyimpulkan
pembelajaran pada kegiatan penutup, sehingga ini menjadi catatan untuk pembelajaran
selanjutnya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN SIKLUS
Pada pembelajaran prasiklus hasil belajar siswa yang diperoleh terdapat 20 orang
siswa yang nilainya masih di bawah KKM. Sehingga Guru merasa perlu untuk melakukan
kegiatan perbaikan pembelajaran melalui siklus 1 dan siklus 2 pada mata pelajaran kimia
dalam materi konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan. Pada saat praksiklus, hasil belajar
siswa rendah ini disebabkan beberapa permasalahan, yaitu: 1) Penyajian  materi  masih   
sering  dilakukan  dengan metode  ceramah yang  menjadikan  guru  sebagai  pusat  belajar,
2) Keterlibatan  siswa  yang  masih  rendah  dalam  kegiatan  belajar,  dimana siswa   
terbiasa    hanya  mencatat  dan  mendengarkan guru,  3) Kurangnya  pemanfaatan
laboratorium  serta  sarana prasarana lain yang ada,  4) Kurangnya referensi dan sumber
belajar  yang  baik  bagi  siswa, 5) Kurangnya  motivasi  siswa  dalam  kegiatan  belajar
karena  kegiatan  yang  berlangsung  terkesan  monoton  dan  membosankan, 6) Konsep-
konsep   yang tertanam    dalam  diri  siswa    lemah, karena mereka cenderung hanya
menghafal  konsep tanpa  memahami, seperti konsep reaksi pengionan dan penyetaraan
reaksi yang siswa terima pada kelas X. Sehingga guru perlu menggunakan alternatif
pembelajaran untuk menghadapi permasalahan yang terjadi, yaitu melalui penggunaan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Model PBL dapat meningkatkan aktivitas  
siswa,   dimana   siswa      yang   mempunyai   rata-rata   keterampilan      dan pengetahuan
rendah akan belajar lebih giat dan aktif. PBL    dapat  diaplikasikan  pada  materi  kelarutan 
dan  hasil  kali  kelarutan  untuk memberikan   pengalaman   belajar   yang   lebih  
bermakna      kepada      siswa   dengan pelaksanaan  fase  yang  sistematis  dan  tidak 
loncat-loncat,  sehingga  keaktifan  dan  hasil belajar  siswa  dapat  tercapai    dengan  baik. 
Keberhasilan  model  PBL  ini  didukung  oleh keaktifan   siswa   dalam   membangun  
konsep,   sedangkan   guru   juga   dituntut   untuk memiliki   keahlian   dalam   membimbing
serta   memfasilitasi   kegiatan   belajar   siswa dengan baik.
Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dipilih sebagai usaha
untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 MA AL-HIKMAH 2 Benda pada
pelajaran kimia  dalam materi konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan. 
Di bawah ini adalah data yang menunjukkan hasil belajar siswa sebelum penggunaan
model pembelajaran Problem Based Learning.

Gambar 4.1 Hasil Belajar Siswa Pada Pra siklus

Siklus 1
Untuk dapat menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning, guru
harus menguasai bagaimana menerapkan model pembelajaran tersebut dengan tepat
sehingga penerapannya dapat maksimal. Guru juga harus menguasai materi yang akan
disampaikan, menggunakan media pembelajaran yang menarik. Dengan cara ini, siswa
lebih dilibatkan secara aktif selama proses pembelajaran, tidak hanya sebagai pendengar
saja. Selain itu, guru dapat melibatkan siswa untuk lebih berperan aktif dalam
memberikan pendapatnya saat berdiskusi. Dengan demikian, siswa dilatih untuk lebih
berpartisipasi selama proses pembelajaran dan melatih kemampuan mereka untuk dapat
berkolaborasi dengan orang lain. Dengan adanya diskusi, siswa lebih aktif dan mau
terlibat dalam menjawab pertanyaan guru. Sehingga pusat pembelajaran tidak lagi hanya
pada guru, tetapi pada siswa.
Perbaikan pembelajaran siklus 1 dilaksanakan pada 20 April 2022 di kelas XI IPA
2 MA AL-HIKMAH 2 Benda sebanyak 30 orang siswa. sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam mengajarkan materi konsep
kelarutan dan hasli kali kelarutan.
Sebelum melaksanakan pembelajaran siklus 1, pada tahap persiapan guru telah
menyiapkan segala sesuatu keperluan untuk pelaksanan simulasi pembelajaran seperti
media, alat-alat untuk pelaksanaan pembelajaran konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan
dan instrumen pengumpulan data, perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, dan
rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Setelah semua dipersiapkan, guru masuk ke
kelas dengan penuh semangat.
Pada kegiatan pendahuluan, Guru menyiapkan siswa secara fisik, psikis dengan
mengucapkan salam, berdoa, mengecek kehadiran siswa, dan memberi apersepsi kepada
siswa. Pada kegiatan inti, guru memberi motivasi lalu menunjukkan demonstrasi
kelarutan gula dan garam lalu  meminta siswa untuk mencoba bertanya mengenai
demonstrasi yang ditunjukan. Guru memberikan arahan tentang kelarutan kedua larutan
tersebut dan memotivasi siswa untuk mencari tahu lebih dalam dan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai siswa pada pembelajaran hari itu. Selanjutnya, guru
membagi siswa kelompok yang terdiri dari 3 orang. Setiap kelompok diberi kesempatan
menganalisis teks fenomena hasil percobaan dalam LKS Guru membagikan LKS. siswa 
secara disiplin berdiskusi dan membagi tugas mencari data untuk menyelesaikan masalah
yang ada pada LKS. Guru membimbing jalannya diskusi. Perwakilan kelompok
mempresentasikan penyelesaian masalah yang ada di LKS. Guru mengevaluasi
pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa. Guru mengajak perserta didik
memberikan apresiasi berupa pujian (reward) kepada perwakilan kelompok yang telah
menyajikan hasil diskusinya. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan LKS.
Pada kegiatan penutup, Guru menginformasikan kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan pada pertemuan selanjutnya, yaitu tentang pengaruh ion senama pada kelarutan
dan memprkirakan pengendapan. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan memberikan
motivasi dan mengucapkan salam serta berdoa.
Di bawah ini adalah data yang menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa pada
siklus 1  setelah penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning, dimana
masih terdapat 8  siswa yang nilainya masih di bawah KKM. 

Gambar 4.2 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus 1

Siklus 2
Perbaikan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan pada 26 Mei 2022 di kelas XI IPA
2 MA AL-HIKMAH 2 Benda sebanyak 30 orang siswa. sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam mengajarkan materi konsep
kelarutan dan hasli kali kelarutan.
Sebelum melaksanakan pembelajaran siklus 2, pada tahap persiapan guru telah
menyiapkan segala sesuatu keperluan untuk pelaksanan simulasi pembelajaran seperti
media, alat-alat, dan bahan-bahan untuk pelaksanaan pembelajaran konsep kelarutan dan
hasil kali kelarutan dan instrumen pengumpulan data, perangkat pembelajaran yang terdiri
dari silabus, dan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Setelah semua
dipersiapkan, guru masuk ke kelas dengan penuh semangat.
Pada kegiatan pendahuluan, Guru menyiapkan siswa secara fisik, psikis dengan
mengucapkan salam, berdoa, mengecek kehadiran siswa, dan memberi apersepsi kepada
siswa, guru memberi motivasi.
Pada kegiatan inti, guru menunjukkan demonstrasi kelarutan gula dan garam lalu 
meminta siswa untuk mencoba bertanya mengenai demonstrasi yang ditunjukan. Guru
memberikan arahan tentang kelarutan kedua larutan tersebut dan memotivasi siswa untuk
mencari tahu lebih dalam dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai
siswa pada pembelajaran hari itu. Selanjutnya, guru membagi siswa kelompok yang
terdiri dari 3 orang. Setiap kelompok diberi kesempatan menganalisis teks fenomena
hasil percobaan dalam LKS Guru membagikan LKS. siswa  secara disiplin berdiskusi dan
membagi tugas mencari data untuk menyelesaikan masalah yang ada pada LKS. Guru
membimbing jalannya diskusi. Perwakilan kelompok mempresentasikan penyelesaian
masalah yang ada di LKS. Guru mengevaluasi pemecahan masalah yang dilakukan oleh
siswa. Guru mengajak perserta didik memberikan apresiasi berupa pujian (reward)
kepada perwakilan kelompok yang telah menyajikan hasil diskusinya. Guru meminta
siswa untuk mengumpulkan LKS. selanjutnya Guru memberikan latihan melalui quizizz
untuk memantapkan pemahaman siswa.
Pada kegiatan penutup, Guru bersama peserta didik menyimpulkan tentang materi
yang telah dipelajari.Guru menginformasikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
pada pertemuan selanjutnya, yaitu tentang pengaruh ion senama dan memperkirakan
pengendapan. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan memberikan motivasi dan
mengucapkan salam serta berdoa.
Di bawah ini adalah data yang menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa pada
siklus 2 dalam penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning, dimana masih
terdapat 5 orang siswa yang nilainya masih di bawah KKM. Meski demikian, sudah
terjadi peningkatan hasil belajar siswa mulai dari pra siklus, siklus 1 sampai ke siklus 2.
Pada prasiklus sebanyak 20 orang yang hasil belajarnya di bawah KKM, mulai meningkat
pada siklus 2, yaitu sebanyak 8 orang dan meningkat lagi ke siklus 2, yaitu hanya 5 orang
siswa yang nilainya masih di bawah KKM.

Gambar 4.3 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus 2

B. PEMBAHASAN DARI SETIAP SIKLUS


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan
hasil belajar siswa setelah penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning, mulai
dari siklus 1 sampai ke siklus 2, ini berarti kemampuan kognitif siswa pada pelajaran kimia
khususnya pada materi konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan mengalami peningkatan.
Siswa yang pada awalnya kurang aktif selama pelajaran berlangsung dan adanya siswa yang
nilainya masih di bawah KKM, menjadi mulai aktif dan dapat memahami materi tentang
konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Model pembelajaran Problem Based Learning dapat menjadi model pembelajaran
yang efektif yang dapat digunakan sebagai alternatif dalam belajar kimia. Pada penelitian ini,
model pembelajaran Problem Based Learning dapat membantu guru untuk mengajarkan
tentang pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan cara yang menyenangkan
dan tidak membosankan karena dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning ini siswa memperoleh pengalaman dalam menangani masalah yang realistis dan
menekankan pada penggunaan komunikasi, kerjasama, berdasarkan sumber-sumber yang ada
untuk memutuskan ide dan mengembangkan keterampilan penalaran. Selain itu model
pembelajaran Problem Based Learning juga dapat menerapkan pembelajaran yang
berdasarkan struktur masalah yang nyata dengan kehidupan sehari-hari dan berkaitan dengan
konsep-konsep kimia yang akan dibelajarkan. Dengan cara ini, siswa mengetahui mengapa
mereka belajar. Semua informasi akan mereka kumpulkan melalui penelaahan materi ajar,
eksperimen, ataupun melalui diskusi dengan temannya, untuk dapat memecahkan masalah
yang dihadapinya. 
Berdasarkan lembar observasi yang diberikan oleh pendamping melalui video
simulasi pembelajaran siklus 1 dan siklus 2, adapun perbandingan antara penelitian siklus 1
dan siklus 2 serta kelebihan dan kekurangan dari masing-masing siklus adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Perbandingan antara penelitian siklus 1 dan siklus 2 serta kelebihan dan
kekurangan

SIKLUS 1 SIKLUS 2

Kelebihan Pada kegiatan pendahuluan, guru Pada kegiatan pendahuluan, guru sudah
sudah memberikan acuan dan memberikan acuan dan melakukan apersepsi,
melakukan apersepsi serta motivasi.

Pada kegiatan inti sudah Pada kegiatan inti guru sudah melakukan
memberikan motivasi, sudah demonstrasi yang sesuai, sudah melakukan
melakukan demonstrasi yang pemberian penguatan, dan memberikan
sesuai, sudah melakukan pemberian umpan balik, serta memberikan latihan
penguatan, dan memberikan umpan quizizz guna meningkatkan pembelajaran.
balik
Pada kegiatan penutup, guru Pada kegiatan penutup, guru sudah
menutup pembelajaran dengan melakukan semuanya sesuai dengan RPP,
berdoa dan salam. seperti menyimpulkan, memberikan latihan,,
menyampaikan materi pertemuan selanjutnya
hingga menutup pembelajaran dengan
berdoa dan salam.

Kelemahan Pada kegiatan pendahuluan, guru Tidak ada, kegiatan pendahuluan dilakukan
menuliskan pemberian motivasi sesuai dengan perbaikan siklus 1.
kepada siswa di kegiatan inti pada
RPP.

Pada kegiatan inti, guru tidak Tidak ada, pada siklus 2 sudah dilakukan
menyimpulkan pembelajaran, dan tindakan perbaikan, diperkuat dengan
menyampaikan materi pertemuan memberikan latihan quizizz untuk
berikutnya. meningkatkan pemahaman.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada pelajaran
kimia dalam pokok bahasan kelarutan dan hasil kelarutan berjalan dengan lancar sesuai
dengan rancangan pembelajaran yang diterapkan guru pada siklus 1 dan siklus 2. Setelah
penerapan model pembelajaran Problem Based Learning ini kemampuan kognitif siswa
kelas XI MA Al-Hikmah 2 Benda mengalami peningkatan yang signifikan. Pada
prasiklus, hanya 10 orang yang sudah mencapai KKM meningkat pada siklus 1 menjadi
22 orang yang sudah mencapai KKM, yaitu 8 orang yang nilainya cukup KKM dan 14
orang yang nilainya di atas KKM, dan pada siklus 2 meningkat lagi menjadi 25 orang
yang sudah mencapai KKM, yaitu 8 orang yang nilainya cukup KKM dan 17 orang yang
nilainya di atas KKM. Berdasarkan hasil peningkatan kemampuan kognitif ini maka dapat
diambil kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning ini
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali
kelarutan. Dengan melihat langkah-langkah yang diterapkan oleh guru dalam model
pembelajaran Problem Based Learning maka terdapat beberapa kelebihan dalam
penggunaan model ini. Secara umum kelebihan- kelebihan tersebut diantaranya adalah
proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
ini kelas menjadi lebih hidup, komunikasi antara siswa terbangun, siswa lebih antusias
mencari pemahaman dalam konsep yang belum dimengerti, dan siswa muncul keberanian
diri untuk maju menjelaskan hasil diskusinya, serta perhatian siswa lebih meningkat.

B. SARAN
Berdasarkan  kesimpulan  yang  diperoleh,  peneliti  merekomendasikan  kepada
guru  bidang  studi  kimia  agar  model  pembelajaran problem  based  learning dapat
dijadikan  sebagai  salah  satu  alternatif  media  pembelajaran  untuk  meningkatkan  hasil
belajar  siswa  khususnya  pada  pokok  bahasan  kelarutan  dan  hasil  kali  kelarutan. 
Selain itu  guru  juga  harus  memanajemen  waktu  pembelajaran  dengan  baik  agar 
proses pembelajaran berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

A. Jacobsen, David, dkk., Methods For Teaching Metode-metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa
TK-SMA, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009 
Anderson, Lorin W dann David R. Krathwol (eds). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran,
dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Arends Richard. 2007. Learning to Teach. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Chang,R.   2003. Kimia   Dasar:   Konsep-Konsep  Inti  Jilid  1.Terjemahan  oleh Muhamad Abdulkadir, 
dkk  .  2005.Jakarta: Penerbit Erlangga
Depdiknas.(2004). Kerangka Dasar Kurikulum 2004. Jakarta
Husni, Muhammad Ali, dkk. 2016.Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau : Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada pokok
bahasan kelarutan dan hasil kelarutan di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kampar.
Irawati, Ratna Kartika. 2019. Thabiea : Journal of Natural Science Teaching Program Studi Tadris Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Agama Islam Negeri Kudus Vol 2. No. 1 : Pengaruh Pemahaman
Konsep Asam Basa terhadap Konsep Hidrolisis Garam Mata Pelajaran Kimia SMA Kelas XI. 
Johnstone, A.H., 2006. “Chemical education research in Glasgow in perspective.” Chemistry Education
Research and Practice. 7, No. 2. p. 49-63
Kean,    E.    dan    Middlecamp,    C.    1985. Panduan     Belajar     Kimia     Dasar. Jakarta: PT
Gramedia
Mergendoller,  M.  &  Bellisimo,  J.,  2006, The  Interdisciplinary  Journal  of  Problem-based
Learing,1(2), 49-69
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 
Ratna  Rosidah,  2014,  Jurnal  Pendidikan  Kimia  (JPK),  Vol.  3  No.  3:  penerapan  model Problem
Based Learning (PBL) pada pembelajaran hukum-hukum dasar kimia ditinjau  dari  aktivitas  dan 
hasil  belajar  siswa  kelas  X  IPA  SMA  Negeri  2 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014, ISSN
2337-9995.
Rita Magdalena, 2016, Jurnal UNS, Vol 13 No. 1: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) serta Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri 5 Kelas XI
Kota Samarinda Tahun Ajaran 2015, ISSN 2528-5742
Sahala, 2010, Jurnal Matematika dan IPA Vol. 1. No. 2: Penerapan model pembelajaran berbasis 
masalah  dalam pembiasan  cahaya  pada  lensa  terhadap  hasil  belajar siswa di kelas VIII SMP
Negeri 5 Ketapang.
Sukarna,   I.M.   2000. Karakteristik   Ilmu Kimia   dan   Keterkaitannya   Dengan Pembelajaran     di    
Tingkat     SMU. Yogyakarta:  Departemen  Pendidikan Nasional         Universitas         Negeri
Yogyakarta  Fakultas  Matematika  dan Ilmu Pengetahuan Alam
Tim FKIP. 2016. Materi Pokok Pemantapan Kemampuan Profesional PGSM. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka
Vivi Utari, Ahmad Fauzan, & Media Rosha. (2012). Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep
Melalui Pendekatan PMR dalam Pokok Bahasan Prisma dan Limas. Jurnal Pendidikan
Matematika, Volume 1 Nomor 1, 2012, hal: 33-38. 
Vos,W. dan Pilot,A. 2001. Acids and Bases in  Layers: The Stratal Structure of an Ancient  Topic.
Journal  of  Chemical Education. 78(2): 494-498

DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI

Wardani, G.A.K & Kuswaya Wihardit. 2021. Penelitian Tindakan Kelas (Edisi 2). Tangerang
Selatan : Universitas Terbuka.

Laporan PKP Mal anul Aufiya

Purwokerto, 5 Juni 2023

Mal anul Aufiya

Anda mungkin juga menyukai