IDIK 4008
Penelitian Tindakan Kelas
Ucapaan syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Alloh karena berkat karunia dan
hidayahNYA penulis telah diberikan kesehatan, kesempatan untuk bisa menyelesaikan tugas
kuliah ini.
Ucapan terimakasih juga kepada keluarga kecil penulis, yaitu Suami, anak, dan mertua yang
telah memberikan pengertian serta support untuk menyelesaikan kuliah ini.
Tulisan ini berisi jawaban penulis atas tugas ketiga yang diberikan Dosen mata kuliah
Penelitian Tindakan Kelas dalam tutorial online Universitas Terbuka.
Kritik dan masukan penulis sangat harapkan agar tulisan penulis dapat dikembangkan lebih
baik lagi.
PEMBAHASAN
ABSTRAK
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan model problem
based learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan kelarutan dan hasil
kali kelarutan (Ksp). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dampak model pembelajaran
problem based learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan
kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa kelas XI IPA 2 MA Al-Hikmah 2 Benda. Sumber data
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 MA Al-Hikmah 2 Benda dengan jumlah siswa sebanyak
30 siswa. Waktu penelitian dilakukan pada semester 2 tahun pelajaran 2021/2022. Penelitian
dilakukan selama 2 siklus. Data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif adalah data yang diperoleh dari hasil tes formatif pada setiap siklus. Sedangkan data
kualitatif berupa hasil observasi pada tiap siklus pembelajaran. Data yang diperoleh kemudian
dikonsultasikan dengan kriteria keberhasilan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hasil belajar
siswa pada prasiklus sebesar 33,33% meningkat pada siklus 1 menjadi 73,33% dan mengalami
peningkatan menjadi 83,33% pada siklus 2. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
perbaikan pembelajaran menggunakan model problem based learning dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas XI IPA 2 MA AL-HIKMAH 2 Benda pada pelajaran kimia terhadap pokok
bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Kata kunci : Hasil Belajar, Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan, Problem Based Learning
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Chang (2003), ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu
sains yang mempelajari materi dan perubahannya. Beberapa karakteristik ilmu
kimia diantaranya adalah ilmu kimia dibangun dengan metode ilmiah, sebagian besar
kajian ilmu kimia bersifat abstrak dan dipelajari dalam urutan tertentu (Sukarna,
2000). Dengan demikian, konsep-konsep yang dikaji dalam ilmu kimia cukup
banyak dan kompleks.
Vos dan Pilot(1994); Kean dan Middlekamp (1985) menyatakan bahwa konsep-
konsep kimia mempunyai hubungan yang kuat dan saling berurutan. Saat siswa
mengalami kesalahan konsep pada satu materi, maka akan berpengaruh terhadap
pemahaman siswa pada konsep-konsep selanjutnya. Terkadang guru kurang peka dalam
mengetahui pemahaman konsep yang telah dicapai oleh siswa. Padahal ini pun akan
menghambat keefektifan pembelajaran sehingga dapat membuat guru kesulitan untuk
mengulang kembali penjelasan dikarenakan keterbatasan waktu pembelajaran. Untuk itu,
penting bagi guru untuk memperhatikan pemahaman konsep siswa.
Kelarutan dan hasil kali kelarutan yang dipelajari merupakan materi yang berupa
penggabungan konsep dan perhitungan matematika. Dalam mempelajari kelarutan dan
hasil kali kelarutan, siswa dituntut untuk menguasai beberapa konsep lain yang berkaitan,
seperti konsep tentang konsentrasi, reaksi pengionan (ikatan kimia), konsep mol,
stoikiometri, dan kesetimbangan kimia. Pemahaman konsep kelarutan dan hasil kali
kelarutan melibatkan tiga level kemampuan dalam menerjemahkan konsep, diantaranya
adalah: (1) Level makroskopik yang meliputi sifat-sifat yang teramati. (2) Level
mikroskopik (kadang disebut submikroskopik) yang merupakan identitas dari zat spesifik
yang terlibat. (3) Level simbolik, yang digunakan untuk memanipulasi dan memahami
persamaan hasil kali kelarutan (Johnstone, 1991; Justi dkk, 2009) sehingga siswa akan
mengalami kesulitan dalam memahami konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan jika
mereka tidak dapat menghubungkan ketiga representasi tersebut. Subbab menentukan
kelarutan dan merumuskan hasil kali kelarutan merupakan konsep dasar untuk
memahami subbab berikutnya yaitu pengaruh ion senama dan memperkirakan
pengendapan sehingga penguasaan siswa terhadap konsep subbab menentukan kelarutan
dan merumuskan hasil kali kelarutan dapat mempermudah siswa untuk menguasai
subbab berikutnya dan konsep-konsep kimia lainnya. Pemahaman konsep yang benar
pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sangat penting bagi siswa. Kesulitan yang
dialami siswa dalam memahami konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan dapat
menghasilkan pemahaman yang salah dan berpotensi menimbulkan miskonsepsi jika
terjadi secara konsisten.
Berdasarkan hasil yang diperoleh siswa kelas XI IPA 2 MA AL-HIKMAH 2
Benda dalam pelajaran kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan menunjukkan
siswa yang tuntas sesuai dengan KKM sebanyak 10 orang dan yang belum tuntas sesuai
KKM sebanyak 20 orang. KKM yang telah ditentukan yaitu 72. Kemudian guru mencari
penyebab rendahnya hasil belajar siswa ini. Dari hasil refleksi guru, ditemukan bahwa
penyebab rendahnya hasil belajar siswa antara lain karena permasalahan yang terjadi dan
dihadapi dalam kegiatan belajar pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Beberapa permasalahan tersebut antara lain adalah: 1) Penyajian materi masih
sering dilakukan dengan metode ceramah yang menjadikan guru sebagai pusat
belajar, 2) Keterlibatan siswa yang masih rendah dalam kegiatan belajar, dimana
siswa terbiasa hanya mencatat dan mendengarkan guru, 3) Kurangnya
pemanfaatan laboratorium serta sarana prasarana lain yang ada, 4) Kurangnya referensi
dan sumber belajar yang baik bagi siswa, 5) Kurangnya motivasi siswa dalam
kegiatan belajar karena kegiatan yang berlangsung terkesan monoton dan
membosankan, 6) Konsep-konsep yang tertanam dalam diri siswa lemah, karena
mereka cenderung hanya menghafal konsep tanpa memahami, seperti konsep reaksi
pengionan dan penyetaraan reaksi yang siswa terima pada kelas X. Berdasarkan
permasalahan tersebut, maka diperlukan tindakan pada tahap eksplorasi untuk
memperbaiki kualitas dari proses dan produk belajar siswa agar menjadi lebih baik.
Salah satu cara untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar tersebut yaitu
dengan penerapan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
materi dan kondisi siswa.
Salah satu model pembelajaran ilmiah berlandasarkan teori
konstruktivisme yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran kelarutan dan
hasil kali kelarutan adalah Problem Based Learning (PBL). Pelaksanaan model
PBL terdiri dari lima langkah utama yaitu: orientasi siswa pada masalah,
pengorganisasian siswa untuk belajar, penyelidikan individu maupun kelompok,
pengembangan dan penyajian hasil, serta kegiatan analisis dan evaluasi.
Menurut Bridges dalam Ratna (2014), model PBL diawali dengan penyajian
masalah, kemudian siswa mencari dan menganalisis masalah tersebut melalui percobaan
langsung atau kajian ilmiah. Melalui kegiatan tersebut aktivitas dan proses berpikir
ilmiah siswa menjadi lebih logis, teratur, dan teliti sehingga mempermudah pemahaman
konsep. Model PBL dipilih karena mempunyai beberapa kelebihan, antara lain
adalah: 1) Pemecahan masalah yang diberikan dapat menantang dan
membangkitkan kemampuan berpikir kritis siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan suatu pengetahuan baru, 2) Pembelajaran dengan model PBL dianggap
lebih menyenangkan dan lebih disukai siswa, 3) Model PBL dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, dan 4) Model PBL dapat memberikan
kesempatan siswa untuk menerapkan pengetahuan yang mereka miliki ke dalam dunia
nyata. Kelebihan model PBL dalam pembelajaran ini juga didukung dengan beberapa
hasil penelitian antara lain adalah: 1) Suardana dalam Ratna berpendapat bahwa
kualitas kemampuan siswa dalam menemukan konsep dan melakukan pemecahan
masalah dapat ditingkatkan melalui pembelajaran PBL, 2)Lightner dalam Ratna
model PBL dapat membangun dan meningkatkan tingkat kerjasama dan
komunikasi antarsiswa, 3)Sahala berpendapat bahwa pada kegiatan pembelajaran
dengan pola pembelajaran berbasis masalah (PBL), siswa dibiasakan untuk
menemukan serta mengkontruksi pengetahuannya sendiri sehingga belajar akan
menjadi lebih bermakna, dan 4) Mergendoller dan Bellisimo berpendapat bahwa model
PBL dapat meningkatkan aktivitas siswa, dimana siswa yang mempunyai rata-
rata keterampilan dan pengetahuan rendah akan belajar lebih giat dan aktif. PBL
dapat diaplikasikan pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan untuk
memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna kepada siswa dengan
pelaksanaan fase yang sistematis dan tidak loncat-loncat, sehingga keaktifan dan
hasil belajar siswa dapat tercapai dengan baik. Keberhasilan model PBL ini
didukung oleh keaktifan siswa dalam membangun konsep, sedangkan guru juga
dituntut untuk memiliki keahlian dalam membimbing serta memfasilitasi
kegiatan belajar siswa dengan baik.
Model pembelajaran Problem Based Learning dapat menjadi solusi yang cocok
untuk memaksimalkan pengembangan pada taraf berfikir pemahaman untuk
meningkatkan hasil belajar kimia siswa. Hal ini dikuatkan oleh penelitan Muhammad Ali,
dkk (2016) menurut penelitiannya model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada kelarutan dan hasil kali kelarutan di kelas
XI IPA SMAN 1 Kampar, hasil uji analisis data diperoleh thitung> ttabel yaitu
1,6923 > 1,68 artinya kategori peningkatan hasil belajar pada pokok bahasan kelarutan
dan hasil kali kelarutan di kelas XI IPA adalah kategori Tinggi. Hasil Penelitian lain oleh
Ratna, dkk (2012) menunjukkan bahwa: 1) Proses belajar yang ditinjau dari aktivitas
siswa (visual, oral, writing, listening, mental, dan emotional) dengan model PBL
dilengkapi dengan LKS dalam penerapan kurikulum 2013 dikategorikan baik dengan
dengan rata-rata 82,71 dan persentase ketercapaian sebesar 81,25%, 2) Hasil belajar
siswa pada ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa dengan model PBL
dilengkapi dengan LKS dalam penerapan kurikulum 2013 dikategorikan baik dengan
rata-rata nilai berturut-turut adalah 81; 83; dan 79, dan 3) Hasil belajar siswa pada ranah
pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa dengan model PBL dilengkapi dengan LKS
dikategorikan baik dengan persentase siswa yang mencapai kompetensi inti kurikulum
2013 berturut-turut adalah 78%, 81,24% dan 78,13%.
Dengan dukungan beberapa penelitian diatas, maka guru melakukan upaya
perbaikan tindakan kelas untuk meningkatan hasil belajar siswa di kelas XI IPA 2 pada
pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan penerapan model
pembelajaran PBL yang dilengkapi LKS di MA AL-HIKMAH 2 Benda.
A. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan metode Problem Based Learning (PBL) untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali
Kelarutan (Ksp) siswa kelas XI IPA 2 MA Al-Hikmah 2 Benda?
B. Tujuan Penelitian
Menganalisis dampak metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali
Kelarutan (Ksp) siswa kelas XI IPA 2 MA Al-Hikmah 2 Benda.
C. Manfaat Penelitian
Bagi Siswa
Bagi Guru
Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih bagi sekolah dalam penerapan
metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga sekolah dapat
berkembang menjadi lebih baik lagi dan pencapaian siswa dalam akademik dapat
semakin meningkat.
BAB II
LANDASAN TEORI
b. Tujuan PBL
Tujuan pembelajaran berdasarkan masalah ada tiga, yaitu membantu siswa
mengembangkan keterampilan-keterampilan penyelidikan dan pemecahan masalah,
memberi kesempatan kepada siswa mempelajari pengalaman-pengalaman dan peranperan
orang dewasa, dan memungkinkan siswa meningkatkan sendiri kemampuan berpikir
mereka dan menjadi siswa mandiri. Adapun tujuan PBL menurut Rusman (2010: 238)
yaitu penguasaan isi belajar dari disiplin heuristik dan pengembangan keterampilan
pemecahan masalah. PBL juga berhubungan dengan belajar tentang kehidupan yang lebih
luas (lifewide learning), keterampilan memaknai informasi, kolaborasi dan belajar tim,
dan keterampilan berpikir reflektif dan evaluatif.
Trianto (2010:94-95) menyatakan bahwa tujuan PBL yaitu membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah, belajar
peranan orang dewasa yang autentik dan menjadi pembelajar yang mandiri. Sejalan
dengan pendapat tersebut, pemecahan masalah merupakan salah satu strategi pengajaran
berbasis masalah dimana guru membantu siswa untuk belajar memecahkan melalui
pengalaman-pengalaman pembelajaran hands-on (Jacobsen et al, 2009: 249), sehingga
pernyataan tersebut sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
pengaruh PBL terhadap kemampuan kognitif C3, C4, C5 dan C6 berdasarkan
keterampilan pemecahan masalah persoalan fisika siswa.
c. Langkah-Langkah Problem Based Learning (PBL)
Arends (2007: 56-60) menyatakan bahwa sintaks pembelajaran berdasarkan
masalah terdiri dari lima fase utama. Fase-fase tersebut merujuk pada tahapan-tahapan
yang praktis yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan PBL, sebagaimana
disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 2.1 Sintaks untuk PBL
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah kelas XI IPA 2 MA Al-Hikmah 2 Benda pada
tahun pelajaran 2021/2022. Jumlah siswa dalam satu kelas ini adalah 30 siswa
perempuan. Subjek penelitian ini dipilih karena permasalahan rendahnya hasil
belajar siswa yg beberapa penyebabnya adalah: 1) Penyajian materi masih sering
dilakukan dengan metode ceramah yang menjadikan guru sebagai pusat belajar,
2) Keterlibatan siswa yang masih rendah dalam kegiatan belajar, dimana siswa
terbiasa hanya mencatat dan mendengarkan guru, 3) Kurangnya pemanfaatan
laboratorium serta sarana prasarana lain yang ada, 4) Kurangnya referensi dan
sumber belajar yang baik bagi siswa, 5) Kurangnya motivasi siswa dalam
kegiatan belajar karena kegiatan yang berlangsung terkesan monoton dan
membosankan, 6) Konsep-konsep yang tertanam dalam diri siswa lemah,
karena mereka cenderung hanya menghafal konsep tanpa memahami, seperti
konsep reaksi pengionan dan penyetaraan reaksi yang siswa terima pada kelas X.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan tindakan pada tahap
eksplorasi untuk memperbaiki kualitas dari proses dan produk belajar siswa
agar menjadi lebih baik. Salah satu cara untuk memperbaiki kualitas proses dan
hasil belajar tersebut yaitu dengan penerapan suatu model pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik materi dan kondisi siswa. Guru mencoba menerapan
model Problem Based Learning (PBL), pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
berbasis masalah juga mendorong siswa untuk dapat menyusun pengetahuan
sendiri.
Pelaksanaan perbaikan dilakukan dua kali, video yang pertama dilakukan
tanggal 20 April 2022 dan video yang kedua tanggal 26 Mei 2022.
Adapun proses simulasi berjalan sama seperti aktivitas pembelajaran biasanya
dilakukan di kelas, yaitu terdiri atas kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup.
2. Pelaksanaan
Siklus 1:
Pelaksanaan perbaikan siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 20 April 2022. Pada
kegiatan awal, guru menunjukkan demonstrasi kelarutan gula dan garam lalu
meminta siswa untuk mencoba bertanya mengenai demonstrasi yang ditunjukan.
Guru memberikan arahan tentang kelarutan kedua larutan tersebut dan memotivasi
siswa untuk mencari tahu lebih dalam pada pembelajaran hari tersebut.
Setelah itu, guru membagi siswa kelompok yang terdiri dari 3 orang. Setiap
kelompok diberi kesempatan menganalisis teks fenomena hasil percobaan dalam
LKS. Guru membimbing dan mengarahkan diskusi setiap kelompok secara
bergantian. Lalu memberikan kesempatan pada perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Guru memberikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk membandingkan hasil diskusi mengenai kelarutan lalu
memberikan umpan balik pada perbedaan hasil diskusi tersebut. Guru melanjutkan
memberi kesempatan pada kelompok lain untuk mempresentasikan hasil diskusi
mengenai hasil kali kelarutan (Ksp) lalu memberi kesempatan kelompok lain untuk
menanggapi. Pembelajaran terlaksana dengan siswa aktif berdiskusi dan bertanya
kepada guru atas pemahaannya, serta siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya.
Siklus 2:
Pelaksanaan perbaikan siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2022.
Kegiatan pendahuluan hingga penutup hampir sama dengan siklus 1 hanya saja
pemberian motivasi dilakukan pada kegiatan pendahuluan dan pada akhir kegiatan
inti dilakukan quizizz untuk mengevaluasi pembelajaran serta siswa diberikan tugas
untuk lebih memahami pembelajaran.
3. Pengamatan
Siklus 1:
Pengamatan yang dilakukan pada siswa adalah penilaian dalam memecahkan
masalah dalam LKS beserta penilaian keterampilan siswa pada saat diskusi
berlangsung.
Siklus 2:
Guru menambahkan pembelajaran dengan latihan quizizz dengan tujuan agar siswa
lebih banyak berlatih untuk meningkatkan pemhamannya. Penilaian dalam
memecahkan masalah dalam LKS beserta penilaian keterampilan siswa pada saat
diskusi berlangsung juga dilakukan.
4. Refleksi
Siklus 1:
Pada akhir pembelajaran, guru merefleksi pembelajaran guna menganalisis
kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil analisis
yang dilaksanakan pada tahap inilah yang akan digunakan sebagai acuan untuk
merencanakan siklus berikutnya. Berdasarkan analisis hasil aktivitas siswa, kinerja
guru dan hasil belajar dari siklus 1, guru merumuskan keunggulan dan kelemahan
yang ada pada siklus 1, sebagai renungan untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam
pelaksanaan siklus 2.
Siklus 2:
Pada siklus 2 guru telah melakukan tindakan perbaikan pembelajaran dari
siklus 1 ke siklus 2, yaitu pada siklus 2 guru telah memberi kesempatan siswa untuk
meningkatkan pemahamannya melalui quizizz yang belum dilakukan di siklus 1. Disini
siswa terlihat semakin antusias dengan pertanyaan yang disajikan serta meningkat rasa
ingin tahunya pada beberapa soal yang baru mereka temui, serta pada siklus 2 ini guru
sudah memberikan tugas kepada siswa guna melatih kemampuannya di rumah selain
peningkatan perbaikan pada siklus 2 guru melewatkan satu kegiatan menyimpulkan
pembelajaran pada kegiatan penutup, sehingga ini menjadi catatan untuk pembelajaran
selanjutnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN SIKLUS
Pada pembelajaran prasiklus hasil belajar siswa yang diperoleh terdapat 20 orang
siswa yang nilainya masih di bawah KKM. Sehingga Guru merasa perlu untuk melakukan
kegiatan perbaikan pembelajaran melalui siklus 1 dan siklus 2 pada mata pelajaran kimia
dalam materi konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan. Pada saat praksiklus, hasil belajar
siswa rendah ini disebabkan beberapa permasalahan, yaitu: 1) Penyajian materi masih
sering dilakukan dengan metode ceramah yang menjadikan guru sebagai pusat belajar,
2) Keterlibatan siswa yang masih rendah dalam kegiatan belajar, dimana siswa
terbiasa hanya mencatat dan mendengarkan guru, 3) Kurangnya pemanfaatan
laboratorium serta sarana prasarana lain yang ada, 4) Kurangnya referensi dan sumber
belajar yang baik bagi siswa, 5) Kurangnya motivasi siswa dalam kegiatan belajar
karena kegiatan yang berlangsung terkesan monoton dan membosankan, 6) Konsep-
konsep yang tertanam dalam diri siswa lemah, karena mereka cenderung hanya
menghafal konsep tanpa memahami, seperti konsep reaksi pengionan dan penyetaraan
reaksi yang siswa terima pada kelas X. Sehingga guru perlu menggunakan alternatif
pembelajaran untuk menghadapi permasalahan yang terjadi, yaitu melalui penggunaan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Model PBL dapat meningkatkan aktivitas
siswa, dimana siswa yang mempunyai rata-rata keterampilan dan pengetahuan
rendah akan belajar lebih giat dan aktif. PBL dapat diaplikasikan pada materi kelarutan
dan hasil kali kelarutan untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih
bermakna kepada siswa dengan pelaksanaan fase yang sistematis dan tidak
loncat-loncat, sehingga keaktifan dan hasil belajar siswa dapat tercapai dengan baik.
Keberhasilan model PBL ini didukung oleh keaktifan siswa dalam membangun
konsep, sedangkan guru juga dituntut untuk memiliki keahlian dalam membimbing
serta memfasilitasi kegiatan belajar siswa dengan baik.
Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dipilih sebagai usaha
untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 MA AL-HIKMAH 2 Benda pada
pelajaran kimia dalam materi konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Di bawah ini adalah data yang menunjukkan hasil belajar siswa sebelum penggunaan
model pembelajaran Problem Based Learning.
Siklus 1
Untuk dapat menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning, guru
harus menguasai bagaimana menerapkan model pembelajaran tersebut dengan tepat
sehingga penerapannya dapat maksimal. Guru juga harus menguasai materi yang akan
disampaikan, menggunakan media pembelajaran yang menarik. Dengan cara ini, siswa
lebih dilibatkan secara aktif selama proses pembelajaran, tidak hanya sebagai pendengar
saja. Selain itu, guru dapat melibatkan siswa untuk lebih berperan aktif dalam
memberikan pendapatnya saat berdiskusi. Dengan demikian, siswa dilatih untuk lebih
berpartisipasi selama proses pembelajaran dan melatih kemampuan mereka untuk dapat
berkolaborasi dengan orang lain. Dengan adanya diskusi, siswa lebih aktif dan mau
terlibat dalam menjawab pertanyaan guru. Sehingga pusat pembelajaran tidak lagi hanya
pada guru, tetapi pada siswa.
Perbaikan pembelajaran siklus 1 dilaksanakan pada 20 April 2022 di kelas XI IPA
2 MA AL-HIKMAH 2 Benda sebanyak 30 orang siswa. sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam mengajarkan materi konsep
kelarutan dan hasli kali kelarutan.
Sebelum melaksanakan pembelajaran siklus 1, pada tahap persiapan guru telah
menyiapkan segala sesuatu keperluan untuk pelaksanan simulasi pembelajaran seperti
media, alat-alat untuk pelaksanaan pembelajaran konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan
dan instrumen pengumpulan data, perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, dan
rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Setelah semua dipersiapkan, guru masuk ke
kelas dengan penuh semangat.
Pada kegiatan pendahuluan, Guru menyiapkan siswa secara fisik, psikis dengan
mengucapkan salam, berdoa, mengecek kehadiran siswa, dan memberi apersepsi kepada
siswa. Pada kegiatan inti, guru memberi motivasi lalu menunjukkan demonstrasi
kelarutan gula dan garam lalu meminta siswa untuk mencoba bertanya mengenai
demonstrasi yang ditunjukan. Guru memberikan arahan tentang kelarutan kedua larutan
tersebut dan memotivasi siswa untuk mencari tahu lebih dalam dan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai siswa pada pembelajaran hari itu. Selanjutnya, guru
membagi siswa kelompok yang terdiri dari 3 orang. Setiap kelompok diberi kesempatan
menganalisis teks fenomena hasil percobaan dalam LKS Guru membagikan LKS. siswa
secara disiplin berdiskusi dan membagi tugas mencari data untuk menyelesaikan masalah
yang ada pada LKS. Guru membimbing jalannya diskusi. Perwakilan kelompok
mempresentasikan penyelesaian masalah yang ada di LKS. Guru mengevaluasi
pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa. Guru mengajak perserta didik
memberikan apresiasi berupa pujian (reward) kepada perwakilan kelompok yang telah
menyajikan hasil diskusinya. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan LKS.
Pada kegiatan penutup, Guru menginformasikan kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan pada pertemuan selanjutnya, yaitu tentang pengaruh ion senama pada kelarutan
dan memprkirakan pengendapan. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan memberikan
motivasi dan mengucapkan salam serta berdoa.
Di bawah ini adalah data yang menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa pada
siklus 1 setelah penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning, dimana
masih terdapat 8 siswa yang nilainya masih di bawah KKM.
Siklus 2
Perbaikan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan pada 26 Mei 2022 di kelas XI IPA
2 MA AL-HIKMAH 2 Benda sebanyak 30 orang siswa. sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam mengajarkan materi konsep
kelarutan dan hasli kali kelarutan.
Sebelum melaksanakan pembelajaran siklus 2, pada tahap persiapan guru telah
menyiapkan segala sesuatu keperluan untuk pelaksanan simulasi pembelajaran seperti
media, alat-alat, dan bahan-bahan untuk pelaksanaan pembelajaran konsep kelarutan dan
hasil kali kelarutan dan instrumen pengumpulan data, perangkat pembelajaran yang terdiri
dari silabus, dan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Setelah semua
dipersiapkan, guru masuk ke kelas dengan penuh semangat.
Pada kegiatan pendahuluan, Guru menyiapkan siswa secara fisik, psikis dengan
mengucapkan salam, berdoa, mengecek kehadiran siswa, dan memberi apersepsi kepada
siswa, guru memberi motivasi.
Pada kegiatan inti, guru menunjukkan demonstrasi kelarutan gula dan garam lalu
meminta siswa untuk mencoba bertanya mengenai demonstrasi yang ditunjukan. Guru
memberikan arahan tentang kelarutan kedua larutan tersebut dan memotivasi siswa untuk
mencari tahu lebih dalam dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai
siswa pada pembelajaran hari itu. Selanjutnya, guru membagi siswa kelompok yang
terdiri dari 3 orang. Setiap kelompok diberi kesempatan menganalisis teks fenomena
hasil percobaan dalam LKS Guru membagikan LKS. siswa secara disiplin berdiskusi dan
membagi tugas mencari data untuk menyelesaikan masalah yang ada pada LKS. Guru
membimbing jalannya diskusi. Perwakilan kelompok mempresentasikan penyelesaian
masalah yang ada di LKS. Guru mengevaluasi pemecahan masalah yang dilakukan oleh
siswa. Guru mengajak perserta didik memberikan apresiasi berupa pujian (reward)
kepada perwakilan kelompok yang telah menyajikan hasil diskusinya. Guru meminta
siswa untuk mengumpulkan LKS. selanjutnya Guru memberikan latihan melalui quizizz
untuk memantapkan pemahaman siswa.
Pada kegiatan penutup, Guru bersama peserta didik menyimpulkan tentang materi
yang telah dipelajari.Guru menginformasikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
pada pertemuan selanjutnya, yaitu tentang pengaruh ion senama dan memperkirakan
pengendapan. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan memberikan motivasi dan
mengucapkan salam serta berdoa.
Di bawah ini adalah data yang menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa pada
siklus 2 dalam penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning, dimana masih
terdapat 5 orang siswa yang nilainya masih di bawah KKM. Meski demikian, sudah
terjadi peningkatan hasil belajar siswa mulai dari pra siklus, siklus 1 sampai ke siklus 2.
Pada prasiklus sebanyak 20 orang yang hasil belajarnya di bawah KKM, mulai meningkat
pada siklus 2, yaitu sebanyak 8 orang dan meningkat lagi ke siklus 2, yaitu hanya 5 orang
siswa yang nilainya masih di bawah KKM.
SIKLUS 1 SIKLUS 2
Kelebihan Pada kegiatan pendahuluan, guru Pada kegiatan pendahuluan, guru sudah
sudah memberikan acuan dan memberikan acuan dan melakukan apersepsi,
melakukan apersepsi serta motivasi.
Pada kegiatan inti sudah Pada kegiatan inti guru sudah melakukan
memberikan motivasi, sudah demonstrasi yang sesuai, sudah melakukan
melakukan demonstrasi yang pemberian penguatan, dan memberikan
sesuai, sudah melakukan pemberian umpan balik, serta memberikan latihan
penguatan, dan memberikan umpan quizizz guna meningkatkan pembelajaran.
balik
Pada kegiatan penutup, guru Pada kegiatan penutup, guru sudah
menutup pembelajaran dengan melakukan semuanya sesuai dengan RPP,
berdoa dan salam. seperti menyimpulkan, memberikan latihan,,
menyampaikan materi pertemuan selanjutnya
hingga menutup pembelajaran dengan
berdoa dan salam.
Kelemahan Pada kegiatan pendahuluan, guru Tidak ada, kegiatan pendahuluan dilakukan
menuliskan pemberian motivasi sesuai dengan perbaikan siklus 1.
kepada siswa di kegiatan inti pada
RPP.
Pada kegiatan inti, guru tidak Tidak ada, pada siklus 2 sudah dilakukan
menyimpulkan pembelajaran, dan tindakan perbaikan, diperkuat dengan
menyampaikan materi pertemuan memberikan latihan quizizz untuk
berikutnya. meningkatkan pemahaman.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada pelajaran
kimia dalam pokok bahasan kelarutan dan hasil kelarutan berjalan dengan lancar sesuai
dengan rancangan pembelajaran yang diterapkan guru pada siklus 1 dan siklus 2. Setelah
penerapan model pembelajaran Problem Based Learning ini kemampuan kognitif siswa
kelas XI MA Al-Hikmah 2 Benda mengalami peningkatan yang signifikan. Pada
prasiklus, hanya 10 orang yang sudah mencapai KKM meningkat pada siklus 1 menjadi
22 orang yang sudah mencapai KKM, yaitu 8 orang yang nilainya cukup KKM dan 14
orang yang nilainya di atas KKM, dan pada siklus 2 meningkat lagi menjadi 25 orang
yang sudah mencapai KKM, yaitu 8 orang yang nilainya cukup KKM dan 17 orang yang
nilainya di atas KKM. Berdasarkan hasil peningkatan kemampuan kognitif ini maka dapat
diambil kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning ini
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali
kelarutan. Dengan melihat langkah-langkah yang diterapkan oleh guru dalam model
pembelajaran Problem Based Learning maka terdapat beberapa kelebihan dalam
penggunaan model ini. Secara umum kelebihan- kelebihan tersebut diantaranya adalah
proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
ini kelas menjadi lebih hidup, komunikasi antara siswa terbangun, siswa lebih antusias
mencari pemahaman dalam konsep yang belum dimengerti, dan siswa muncul keberanian
diri untuk maju menjelaskan hasil diskusinya, serta perhatian siswa lebih meningkat.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, peneliti merekomendasikan kepada
guru bidang studi kimia agar model pembelajaran problem based learning dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif media pembelajaran untuk meningkatkan hasil
belajar siswa khususnya pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Selain itu guru juga harus memanajemen waktu pembelajaran dengan baik agar
proses pembelajaran berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
A. Jacobsen, David, dkk., Methods For Teaching Metode-metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa
TK-SMA, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009
Anderson, Lorin W dann David R. Krathwol (eds). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran,
dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Arends Richard. 2007. Learning to Teach. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Chang,R. 2003. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Jilid 1.Terjemahan oleh Muhamad Abdulkadir,
dkk . 2005.Jakarta: Penerbit Erlangga
Depdiknas.(2004). Kerangka Dasar Kurikulum 2004. Jakarta
Husni, Muhammad Ali, dkk. 2016.Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau : Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada pokok
bahasan kelarutan dan hasil kelarutan di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kampar.
Irawati, Ratna Kartika. 2019. Thabiea : Journal of Natural Science Teaching Program Studi Tadris Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Agama Islam Negeri Kudus Vol 2. No. 1 : Pengaruh Pemahaman
Konsep Asam Basa terhadap Konsep Hidrolisis Garam Mata Pelajaran Kimia SMA Kelas XI.
Johnstone, A.H., 2006. “Chemical education research in Glasgow in perspective.” Chemistry Education
Research and Practice. 7, No. 2. p. 49-63
Kean, E. dan Middlecamp, C. 1985. Panduan Belajar Kimia Dasar. Jakarta: PT
Gramedia
Mergendoller, M. & Bellisimo, J., 2006, The Interdisciplinary Journal of Problem-based
Learing,1(2), 49-69
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ratna Rosidah, 2014, Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 3: penerapan model Problem
Based Learning (PBL) pada pembelajaran hukum-hukum dasar kimia ditinjau dari aktivitas dan
hasil belajar siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014, ISSN
2337-9995.
Rita Magdalena, 2016, Jurnal UNS, Vol 13 No. 1: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) serta Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri 5 Kelas XI
Kota Samarinda Tahun Ajaran 2015, ISSN 2528-5742
Sahala, 2010, Jurnal Matematika dan IPA Vol. 1. No. 2: Penerapan model pembelajaran berbasis
masalah dalam pembiasan cahaya pada lensa terhadap hasil belajar siswa di kelas VIII SMP
Negeri 5 Ketapang.
Sukarna, I.M. 2000. Karakteristik Ilmu Kimia dan Keterkaitannya Dengan Pembelajaran di
Tingkat SMU. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri
Yogyakarta Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Tim FKIP. 2016. Materi Pokok Pemantapan Kemampuan Profesional PGSM. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka
Vivi Utari, Ahmad Fauzan, & Media Rosha. (2012). Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep
Melalui Pendekatan PMR dalam Pokok Bahasan Prisma dan Limas. Jurnal Pendidikan
Matematika, Volume 1 Nomor 1, 2012, hal: 33-38.
Vos,W. dan Pilot,A. 2001. Acids and Bases in Layers: The Stratal Structure of an Ancient Topic.
Journal of Chemical Education. 78(2): 494-498
DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI
Wardani, G.A.K & Kuswaya Wihardit. 2021. Penelitian Tindakan Kelas (Edisi 2). Tangerang
Selatan : Universitas Terbuka.