Anda di halaman 1dari 11

1

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TALKING


CHIPSBERBANTUAN MOLYMOD UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
SISWA

Eka Wulandari, Husna Amalya Melati, Rahmat RasmawanProgram Studi


Pendidikan Kimia FKIP Untan Pontianak
Email: wulan_eka22@ymail.com

Abstract:
The purpose of this research was to improve the activity and student
learning outcomes in learning chemistry material especially
hydrocarbons using cooperative learning model type chips talking
with media aided molymod simple. This research is a classroom action
research that teachers as teachers and researchers along with four
observers observe the process of learning that takes as much as two
cycles. Subjects in this study were class XB SMA Negeri 4 Sungai
Raya consists of 33 students. Data was collected by using a
measurement technique of learning outcomes and observations.
Indicators of success of this study of pre-action to do the first cycle
and the second cycle is an increase in activity and student learning
outcomes of ≥50%. The results showed that the use of cooperative
learning model talking chips aided simple molymod media can
increase the activity and student learning outcomes. The percentage of
student activity increased from 31.66% in the first cycle to 51.66% in
the second cycle. The percentage of student learning outcomes
increased from 48.48% in the first cycle to 84.84% in the second cycle.

Key Words:Talking chips, Molymod, Hidrokarbon,Activity, Student


learning.

Pengajaran adalah suatu sistem evaluasi pengajaran (Hamalik, 2015).


yang terdiri dari komponen-komponen Berbagai komponen tersebut harus ada
yang saling berinteraksi untuk dan saling berinteraksi untuk
mencapai tujuan pembelajaran. menunjang keberhasilan pendidikan.
Komponen tersebut meliputi tujuan Tolak ukur keberhasilan pendidikan
pendidikan dan pengajaran, siswa, yaitu adanya peningkatan mutu
guru, perencanaan pengajaran sebagai pembelajaran yang baik di kelas. Pada
suatu segmen kurikulum, strategi proses pembelajaran yang ada di
pembelajaran, media pengajaran, dan tingkat Sekolah Menengah, salah satu
2

mata pelajaran yang diajarkan adalah dengan rinci, namun hasil belajar
ilmu kimia. Siswa kesulitan belajar siswa masih rendah. Hal ini didukung
kimia karena karakteristiknya berbeda juga oleh hasil ulangan harian siswa
dengan ilmu lain diantaranya bersifat pada materi kimia lainnya, salah
abstrak. Menurut pendapat Ashadi satunya yaitu hidrokarbon. Pada tahun
(2009) bahwa kesulitan pada pelajaran ajaran 2014/2015, hanya ada 4 siswa
kimia disebabkan banyaknya konsep- yang mencapai Kriteria Ketuntasan
konsep yang abstrak. Hal ini Minimum (KKM) sebesar 75 dari 25
berdampak pada aktivitas dan hasil siswa, hal ini menunjukan bahwa
belajar siswa. materi hidrokarbon masih sulit bagi
Berdasarkan hasil wawancara siswa sehingga hasil belajarnya masih
dengan guru kimia SMA Negeri 4 di bawah KKM.
Sungai Raya, pembelajaran secara Berdasarkan wawancara lebih
diskusi pernah dilakukan namun guru lanjut dengan guru kimia pada tanggal
cenderung menggunakan metode 21 Februari 2016, guru menjelaskan
ceramah dalam proses pembelajaran bahwa penyebab rendahnya hasil
dan tidak menggunakan media sebagai belajar siswa yaitu siswa kesulitan
alat bantu saat mengajar. Rata-rata dalam menentukan tatanama senyawa
aktivitas awal siswa sebesar 12,5%. hidrokarbon. Selain itu, media belajar
Hal ini didukung oleh pendapat yang terbatas tentu akan membuat
Dimyati dan Mudijono (2009) bahwa siswa bosan dan guru memaparkan
siswa baru akan dikategorikan cukup bahwa guru menginginkan adanya
aktif jika ≥40% melakukan aktivitas model pembelajaran serta media yang
tersebut. Dari hasil refleksi dengan menarik, sehingga dapat efektif
guru setelah pembelajaran pada meningkatkan hasil belajar siswa pada
tanggal 10 Februari 2016, guru pembelajaran hidrokarbon, sebagai
menyadari bahwa metode ceramah tambahan sumber belajar siswa yang
yang digunakan tidak dapat nantinya akan meningkatkan kemauan
mengaktifkan siswa dalam siswa untuk bekerjasama dalam
pembelajaran dan guru menginginkan pembelajaran.
proses pembelajaran yang lebih baik Salah satu model pembelajaran
dari sebelumnya agar aktivitas di kelas yang membuat siswa lebih aktif adalah
XB lebih meningkat.Menurut Yanti pembelajaran kooperatif tipe talking
(2008) pembelajaran yang terpusat chips. Pembelajar kooperatif tipe
pada guru akan menyebabkan talking chips pertama kali
kurangnya interaksi guru dengan dikembangkan oleh Spencer Kagan
siswa, sehingga pemahaman siswa pada tahun 1992. Di dalam talking
kurang dan tidak terlibat secara aktif chips siswa dibagi dalam kelompok-
dalam membangun pengetahuan, kelompok kecil sekitar 4-5 orang
sikap, dan perilaku. perkelompok.Dalam kelompoknya
Selain aktivitas siswa, masalah para siswa diminta untuk
yang dihadapi oleh guru adalah mendiskusikan suatu masalah atau
ketuntasan hasil belajar siswa bahwa materi pelajaran.Kemudian setiap
lebih dari 70% siswa kelas X tidak kelompok diberikan 4-5 kartu yang
tuntas pada materi ikatan kimia. Guru digunakan untuk siswa
telah menjelaskan materi kimia berbicara.Setelah siswa
3

mengemukakan pendapatnya, maka tersebut maka dapat digunakan


kartu disimpan di atas meja molymod sederhana yang dibuat
kelompoknya. Proses dilanjutkan dengan bahan yang mudah ditemukan,
sampai seluruh siswa dapat misalnya seperti plastisisin atau lilin
menggunakan kartunya untuk mainan dan dapat pula menggunakan
berbicara. Cara ini membuat tidak ada gabus atau sterofom yang ada terjual
siswa yang mendominasi dan tidak di sekitar sekolah. Molymod dapat
ada siswa yang tidak aktif,semua digunakan sebagai alternative alat
siswa harus mengungkapkan peraga bentuk molekul, melalui
pendapatnya.Teknik ini memberikan molymod sederhana ini diharapkan
kesempatan kepada siswa untuk lebih dapat membantu siswa meningkatkan
aktif berkomunikasi dengan guru atau pemahamannya tentang konsep dari
siswa lainnya di dalam kelas, sehingga hidrokarbon dan untuk
terjadilah suatu pembelajaran yang menggambarkan struktur molekul
hidup di dalam kelas.Talking Chips alkana, alkena, alkuna dan juga untuk
mempunyai dua proses yang penting, menjelaskan tentang tata nama
yaitu; proses sosial dan proses dalam senyawa hidrokarbon.
penguasaan materi. Proses sosial
berperan penting dalam talking chips
yang menuntut siswa untuk dapat METODE
bekerjasama dalam kelompoknya, Penelitian ini merupakan
sehingga para siswa dapat membangun Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
pengetahuan mereka di dalam suatu Menurut Kunandar (2010) PTK adalah
bingkai sosial yaitu pada penelitian tindakan yang dilakukan
kelompoknya. Para siswa belajar dengan tujuan memperbaiki mutu
untuk berdiskusi, meringkas, praktik pembelajaran di kelas. Subjek
memperjelas suatu gagasan dan pada penelitian ini adalah siswa kelas
konsep materi yang siswa pelajari, XB semester genap tahun pelajaran
serta dapat memecahkan masalah- 2015/2016 dengan jumlah siswa 33
masalah. orang yang belum pernah
Model pembelajaran kooperatif diberlakukan model pembelajaran
tipe talking chips saja tidak cukup kooepratif tipe talking chips dengan
untuk meningkatkan aktivitas dan berbantuan media molymod
hasil belajar siswa, model ini dapat sederhana. Teknik pengumpulan data
dibantu dengan media molymod pada penelitian ini adalah teknik
sederhana. Untuk membantu siswa pengukuran berupa tes tertulis
memahami konsep bentuk molekul berbentuk uraian sebanyak 2 soal
dibutuhkan media yang disebut postest untuk siklus I dan 4
molymod.Dengan menggunakan soalposttestuntuk siklus II. Instrumen
molymod siswa dapat lebih mudah penelitian yang digunakan yaitu
paham.Siswa juga diberi kesempatan lembar observasi dan tes hasil belajar
menggunakan molymod untuk yang soalnya telah divalidasi oleh 1
membentuk struktur sebuah orang dosen Pendidikan Kimia dan 1
molekul.Hanya saja molymod jarang orang guru kimia SMA Negeri 4
disediakan oleh sekolah dengan Sungai Raya.
berbagai pertimbangan.Menyiasati hal
4

Peneliti bertindak sebagai pengamat Tahap pelaksanaan tindakan (action),


aktivitas yang dilakukan oleh guru, 3) Tahap observasi (Observe), 4)
guru kimia SMA Negeri 4 Sungai Tahap refleksi (reflection). Indikator
Raya sebagai pengajar, dan empat keberhasilan pada penelitian ini jika
orang observer sebagai pengamat aktivitas siswa ≥50% dan hasil belajar
aktivitas siswa pada penelitian ini. siswa sebesar ≥50%.
Prosedur penelitian ini terdiri dari 2 Adapun model siklus Penelitian
siklus yaitu siklus I dan siklus II. Tindakan Kelas dapat digambarkan
Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu: sebagai berikut:.
1) Tahap perencanaan (planning), 2)

Bagan 1. Model Tahapan-Tahapan Pelaksanaan PTK (Arikunto, 2006)

HASIL DAN PEMBAHASAN menyampaikan tujuan dan memotivasi


HASIL siswa, menyajikan informasi,
Siklus I mengorganisasikan siswa ke dalam
Pelaksanaan model pembelajaran kelompokkelompok belajar,
kooperatif tipe talking chips membimbing kelompok bekerja dan
berbantuan media molymod sederhana belajar, evaluasi, dan memberikan
terdiri dari 6 fase yaitu fase penghargaan. Fase-fase yang terdapat
5

pada pembelajaran kooperatif tipe aktivitas oral, aktivitas mental, dan


talking chips berbantuan media aktivitas motor. Hasil pencapaian
molymod meningkatkan aktivitas indikator aktivitas belajar siswa pada
siswa. Aktivitas siswa yang diamati siklus I terlihat pada Tabel 1.
dalam proses pembelajaran yaitu
Tabel 1 Pencapaian Indikator Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas Pencapaian Indikator Keberhasilan


Oral 42%
Mental 12%
Motor 41% ≥50%
Rata-rata 31, 66 %

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa 48,48%. .


aktivitas siswa pada siklus I belum Berdasarkan hasil observasi dan hasil
mencapai indikator keberhasilan, posttest Imasih banyak kendala yang
namun rata-rata aktivitas siswa yang dihadapi pada siklus I yaitu: 1) Kurang
diperoleh meningkat dari rata-rata kondusifnya suasana kelas saat
aktivitas awal siswa pada pra tindakan. pembelajaran, akibat kurang
Persentaserata-rata aktivitas siswa terkontrolnya siswa saat bertanya. 2)
mengalami peningkatan sebesar Waktu yang tidak sesuai dengan RPP
19,16% yaitu sebelum diberikan yang telah dirancang, sehingga
tindakan (pra siklus) hasil observasi memperanguhi waktu untuk fase
aktivitas rata-rata siswa yang berikutnya. 3) Tahapan-tahapan
diperoleh sebesar 12,5%, dan setelah pelaksanaan RPP yang belum
dilakukan tindakan pembelajaran berurutan. 4) Guru belum berkeliling
menggunakan model pembelajaran kelas secara menyeluruh 6)Guru
kooperatif tipe talking chips belum dapat mengatur waktu dengan
berbantuan media molymod sederhana baik dan melaksanakan setiap fase-
pada siklus I aktivitas siswa fase yang ada pada pembelajaran
meningkatmenjadi 31,66%. kooperatif tipe talking chips
Selain aktivitas, pelaksanaan berbantuan media molymod sederhana
pembelajaran menggunakan model sehingga dapat terlaksana
kooperatif tipe talking chips denganmaksimal dan tepat waktu.
berbantuan media molymod sederhana Kendala-kendala pada siklus I perlu
juga meningkatkan pemahaman dilakukan perbaikan diantaranya: 1)
konsep siswa terhadap materi Merancang kembali RPP model
hidrokarbon ditinjau berdasarkan hasil pembelajaran kooperatif tipe talking
belajar siswa pada posttest I. chips berbantuan media molymod
Ketuntasan hasil belajar siswa setelah sederhana. 2) LKS siswa telah
dilakukan pembelajaran kooperatif dibagikan sebelum pelaksanaan
tipe talking chips berbantuan media pembelajaran berlangsung, agar siswa
molymod sederhanamencapai sebesar dapat membaca terlebih dahulu materi
yang akan dipelajari. 3) Guru dapat
6

memberikan instruksi secara jelas, siswa untuk berani bertanya dan


agar dalam mengerjakan soal diskusi menjawab pertanyaan yang diberikan.
tidak memakan waktu yang cukup
lama. 4) guru lebih dapat memancing
Siklus II dilakukan karena pada pada submateri hidrokarbon dengan
siklus I aktivitas siswa secara terlebih dahulu melakukan perbaikan-
keseluruhan belum mencapai indikator perbaikan berdasarkan refleksi pada
keberhasilan meskipun terjadi siklus I. Model pembelajaran
peningkatan.Selain aktivitas, hasil kooperatif tipe talking chips
belajar siswa juga masih banyak siswa berbantuan media molymod
yang belum tuntas. Selain itu, sederhanterdiri atas 6 fase, yaitu fase
pengalokasian waktu pada saat menyampaikan tujuan dan memotivasi
dilakukannya pembelajaran kooperatif siswa, menyajikan informasi,
tipe talking chips berbantuan media mengorganisasikan siswa ke dalam
molymod sederhana masih belum kelompokkelompok belajar,
sesuai dengan perencanaan, masih membimbing kelompok bekerja dan
banyak waktu yang telewat atau tidak belajar, evaluasi, dan memberikan
sesuai dengan RPP, sehingga waktu penghargaan.. Perangkat pembelajaran
jam pelajaran siswa bertambah. Maka yang dirancang yaitu RPP, LKS, soal
guru dan peneliti memutuskan untuk posttest II, lembar observasi aktivitas
melanjutkan ke siklus II. siswa, dan lembar observasi proses
pembelajaran. Perbaikan tersebut
Siklus II menyebabkan peningkatan baik pada
aktivitas maupun pemahaman konsep
Siklus II dilaksanakan siswa yang ditinjau berdasarkan hasil
menggunakan model pembelajaran belajar. Hasil pencapaian indikator
kooperatif tipe talking chips aktivitas siswa pada siklus II dapat
berbantuan media molymod sederhana dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Pencapaian Indikator Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas Pencapaian Indikator Keberhasilan


Oral 54%
Mental 33%
Motor 68% ≥50%

Rata-rata 51,66%

Aktivitas siswa siklus II pada Tabel 2 dengan model pembelajaran kooperatif


sudah mengalami peningkatan juga tipe talking chipsberbantuan media
sudah mencapai indikator molymod sederhana dapat diketahui
keberhasilan. Peningkatan aktivitas dari semakin banyaknya jumlah siswa
7

yang aktif dalam proses pembelajaran aktivitas siswa siklus I dan siklus II
yang diukur menggunakan lembar dapat dilihat pada Grafik 1.
observasi aktivitas. Peningkatan

60%
50% 51.66%
50%
aktivitas siswa

40%
31.66%
30%

20%

10%

0%
indikator keberhasilan siklus 1 siklus 2

proses pembelajaran

Grafik1. Persentase Aktivitas Belajar Siswa tiap Siklus

Grafik 1 diatas menunjukkan bahwa aktif dalam mengikuti kegiatan belajar


aktivitas belajar siswa dengan mengajar dan sudah mengetahui
pembelajaran kooperatif tipe talking pentingnya aktivitas dalam proses
chipsberbantuan media molymod pembelajaran. .
sederhanapada siklus I dan siklus II Selain aktivitas, pembelajaran
telah mengalami peningkatan dan kooperatif tipe talking chips dengan
sudah mencapai indikator berbantuan media molymod sederhana
keberhasilan. Pada aktivitas oral yang dilakukan pada siklus II ini hasil
meningkat dari 42% menjadi 54% belajar siswa juga diobservasi sebagai
pada siklus II.Padaaktivitas mental hasil dari tindakan yang dilakukan.
meningkat dari 12% menjadi 33% .
pada siklus II. Aktivitas motor Berdasarkan hasil posttest siklus
meningkat dari 41% menjadi 68% II terjadi peningkatan pada hasil
pada siklus II. Rata-rata aktivitas belajar siswa dengan menggunakan
siswa meningkat dari 31,66% menjadi pembelajaran kooperatif tipe talking
51,66% pada siklus II dengan kategori chips berbantuan media molymod
cukup aktif (Riduan 2015) hal ini sederhanayang dapat dilihat pada
menunjukan bahwa siswa telah cukup Grafik 2.
8

90% 84.84%
80%
70%
hasil belajar siswa
60% 50% 48.48%
50%
40%
30% Series1
20%
10%
0%
indikator keberhasilan siklus 1 siklus 2

proses pembelajaran

Grafik 2. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Grafik 2 menunjukkan bahwa diberikan pada tahap perencanaan. 3)


pembelajaran kooperatif tipe talking Guru telah melaksanakan setiap tahapan
chips berbantuan media molymod pembelajaran dengan model kooperatif
sederhana terlihat bahwa terdapat tipe talking chips berbantuan media
peningkatan persentase ketuntasan molymod sederhana dengan baik.5)
belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Siswa yang menanggapi presentasi
Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas teman sudah lebih banyak dibanding
sebanyak 16 orang dengan persentase siklus sebelumnya. .
ketuntasan belajar siswa sebesar Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II
48,48%. Pada siklus I persentase ini proses pembelajaran dengan model
ketuntasan belajar belum mencapai pembelajaran model kooperatif tipe
indikator ketuntasan yaitu ≥ 50%, talking chips berbantuan media
sedangkan jumlah siswa yang tuntas molymod sederhana mengalami
pada siklus II sebanyak 28 orang dengan keberhasilan atau sudah terlaksana
persentase ketuntasan belajar siswa pada dengan baik. Semua aktivitas dan hasil
siklus II sebesar 84,84%. Peningkatan belajar siswa telah mengalami
persentase ketuntasan belajar siswa dari peningkatan dan mencapai indikator
siklus I ke siklus II sebesar 36,36%.. keberhasilan sesuai dengan keinginan
Berdasarkan hasil observasi siklus II guru dan peneliti.
Hasil refleksi yang dilakukan oleh guru
dan peneliti yaitu: 1) Pemahaman PEMBAHASAN
konsep siswa terhadap materi
hidrokarbon sudah baik, dibuktikan Model pembelajaran kooperatif
dengan adanya peningkatan ketuntasan tipe talking chipsberbantuan media
hasil belajar siswa. 2) Pengalokasian molymod sederhana merupakan salah
waktu pelaksanaan proses pembelajaran satu model pembelajaran yang dapat
sudah sesuai dengan alokasi waktu yang membantu siswa memahami
kandungan pembelajaran secara utuh,
9

dikarenakan pembelajaran kooperatif hakekatnya belajar adalah berbuat


tipetalking chips berbantuan media (learning to do). Belajar hanya
molymod sederhanaini dapat mungkin terjadi apabila anak aktif
menunjukkan aktivitas total masing- mengalami sendiri (Riyanto, 2012).
masing anggota kelompok dan setiap Aktivitas yang diamati yaitu oral,
anggota kelompok mendapatkan mental dan motor. Aktivitas belajar
tanggung jawab permasalahan, siswa siklus I dan siklus II telah
sehingga mendapatkan kesadaran mengalami peningkatan dan sudah
anggota kelompok untuk ikut mencapai indikator keberhasilan.Pada
berpartisipasi dalam kelompoknya. Aktivitas oral meningkat dari 42%
Model pembelajarankooperatif menjadi 54% pada siklus II.Pada
tipe talking chips mengurangi peranan Aktivitas mental meningkat dari 12%
guru di kelas dan siswa lebih aktif menjadi 33% pada siklus II. Aktivitas
menanyakan kesulitan materi yang motor meningkat dari 41% menjadi
dipelajari. Hal ini sejalan dengan 68% pada siklus II. Rata-rata aktivitas
penelitian yang dilakukan oleh siswa meningkat dari 31,66% menjadi
Meinarni yang menyatakan bahwa 51,66% pada siklus II dengan kategori
penggunaan metode kooperatif tipe cukup aktif (Riduan 2015) hal ini
talking chips menimbulkan keaktifan menunjukan bahwa siswa telah cukup
siswa dalam berkomunikasi pada saat aktif dalam mengikuti kegiatan belajar
proses pembelajaran. Siswa merasa mengajar dan sudah mengetahui
senang berbagi dan bekerja sama pentingnya aktivitas dalam
dalam kelompok dan dapat prosespembelajaran.
memudahkan siswa untuk memahami Selain aktivitas, terdapat
materi yang diajarkan. Sesuai pula peningkatan persentase ketuntasan
dengan penelitian yang dilakukan oleh belajar siswa dari siklus I ke siklus II.
Ria Diana Wati (2012) yang Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas
menyatakan bahwa model sebanyak 16 orang dengan persentase
pembelajaran kooperatif tipe talking ketuntasan belajar siswa sebesar
chips dapat meningkatkan aktivitas 48,48%. Pada siklus I persentase
belajar siswa.Secara keseluruhan dari ketuntasan belajar belum mencapai
hasil penelitian yang diperoleh, model indikator ketuntasan yaitu ≥ 50%,
pembelajaran kooperatif tipe talking sedangkan jumlah siswa yang tuntas
chips dengan berbantuan media pada siklus II sebanyak 28 orang
molymod sederhana dapat dengan persentase ketuntasan belajar
memperbaiki mutu proses siswa pada siklus II sebesar 84,84%.
pembelajaran yaitu meningkatkan Peningkatan persentase ketuntasan
keaktifan siswa dalam pembelajaran. belajar siswa dari siklus I ke siklus II
Pelaksanaan model pembelajaran sebesar 36,36%.
kooperatif tipe talking chips Peningkatan hasil belajar pada
berbantuan media molymod sederhana siklus II dikarenakan siswa dapat
menuntut aktivitas siswa dan mengerjakan soal posttest 2 dengan
pemahaman konsep siswa yang dilihat baik, hal ini dikarenakan semua
dari hasil belajarnya.Aktivitas aktivitas belajar siswa yang diamati
merupakan asas atau prinsip yang pada siklus II mengalami peningkatan
penting dalam belajar karena pada dari aktivitas belajar pada siklus I.
10

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa tipe talking chips dengan berbantuan
keaktifan siswa dalam pembelajaran media molymod sederhanadapat
berkaitan erat dengan hasil belajar. meningkatkan aktivitas belajar siswa
Hasil observasi menunjukkan dalam mengikuti proses pembelajaran
bahwa siswa yang diajarkan dengan pada materi hidrokarbon sebesar 20%
metode kooperatif tipe talking chips dengan persentase ketuntasan
berbantuan media molymod sederhana 31,66%pada siklus 1 menjadi 51,66%
memiliki penguasaan materi yang pada siklus II dan telah mencapai
lebih baik jika dibandingkan dengan indikator aktivitas yaitu ≥50%.
siswa yang diajarkan dengan metode
biasa. Pemberian metode ini memicu Selain aktivitas, model
siswa dapat belajar dari temannya dan pembelajaran kooperatif tipe talking
sekaligus membelajarkan temannya, chips dengan berbantuan media
sehingga saling timbul ketergantungan molymod sederhana dapat
positif. meningkatkan hasil belajar siswa
Salah satu peningkatan hasil dalam mengikuti proses pembelajaran
belajar siswa disebabkan terjadinya pada materi hidrokarbon sebesar
diskusi antar kelompok.Hal ini 36,36% dengan persentase ketuntasan
dikarenakan pembentukan kelompok 48,48% pada siklus 1 menjadi 84,84%
yang heterogen berdasarkan perbedaan pada siklus II dan telah mencapai
kemampuan akademis dan jenis indikator ketuntasan hasil belajar yaitu
kelamin.Pembentukan kelompok ≥ 50%.
heterogen memberikan dampak positif
karena dalam pembelajarannya terjadi SARAN
beberapa interaksi antar siswa yang Berdasarkan tindakan yang telah
dapat menguntungkan baik untuk guru dilakukan pada saat penelitian
maupun untuk siswa.Yang pertama, tindakan kelas, agar dapat menjadi
kelompok heterogen memberikan perbaikan-perbaikan untuk peneliti
kesempatan untuk saling mengajar dan yang berikutnya, maka saran-saran
saling mendukung.Kedua, kelompok dari peneliti adalah: 1) Pembelajaran
ini meningkatkan relasi dan interaksi model kooperatif tipe talking chips
antar ras, etnik dan gender. dengan berbantuan media molymod
Berdasarkan hasil penelitian dan sederhana dapat menjadi salah satu
secara keseluruhan penelitian tindakan alternatif bagi guru untuk
kelas menggunakan model menyampaikan materi hidrokarbon
pembelajaran kooperatif tipe talking karena dapat meningkatkan aktivitas
chips dengan berbantuan media dan hasil belajar siswa. 2) Pada
molymod sederhana dapat pelaksanaan pembelajaran dengan
meningkatkan aktivitas dan hasil model kooperatif tipe talking chips
belajar siswa. dengan berbantuan media molymod
sederhana, guru benar-benar harus
SIMPULAN DAN SARAN aktif berkeliling dan mengontrol siswa
SIMPULAN sehingga guru dapat dengan mudah
Berdasarkan hasil penelitian yang menjawab semua pertanyaan yang
telah dilakukan dapat disimpulkan diajukan siswa. 3) Pengalokasian
bahwa model pembelajaran kooperatif waktu untuk setiap tahap pembelajaran
11

menggunakan model kooperatif Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar


tipetalking chips dengan berbantuan dan Pembelajaran. Jakarta:
media molymod sederhana harus Rineka. Nostrand Company.
diperhitungkan secara tepat sehingga Djamarah, SB dan Zain, A 2006.
setiap tahap dapat terlaksana dengan Strategi Belajar Mengajar (Edisi
baik. 4) Guru sebaiknya lebih sering Revisi). Jakarta: PT. Rineka Cipta.
memotivasi dan mengarahkan siswa Hamalik, Oemar. 2015. Belajar dan
agar lebih aktif dalam mengajukan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
pendapat disaat proses diskusi Aksara.
berlangsung. Kunandar. 2010. Langkah Mudah
Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
DAFTAR PUSTAKA Riduwan. 2008. Metode Dan Teknik
Arikunto, Suharsimi. 2007Dasar- Menyusun Tesis. Bandung:
dasar Evaluasi Pendidikan, Alfabheta.
Jakarta: Bumi Aksara, Rianto, Yatim. 2012. Paradigma Baru
Arsyad, A. 2002.Media Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Pembelajaran.Jakarta: PT Raja Media Group.
Grafindo Persada. Yanti, D.P. 2008. Teacher Centered.
Ashadi.2009. Kesulitan Belajar Kimia (online).
bagi Siswa Sekolah Menengah. (http://bintangbangsaku.com/artike
(Online) l/teacher-centered, diakses tanggal
(http://pustaka.uns.ac.id/include/in 5 Januari 2016).
c_pdf.php?nid=198. di akses 5
Januari 2016).

Anda mungkin juga menyukai