Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu upaya guru untuk memperbaiki/meningkatkan hasil belajar dan

aktivitas siswa dalam pembelajaran tentang konsep mol adalah dengan

menggunakan metode pembelajaran problem solving.

Metode pembelajaran problem solving adalah suatu cara mengajar

denganmenghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan

ataudiselesaikan. Metode ini menuntut kemampuan untuk melihat sebabakibat,

mengobservasi problem, mencari hubungan antara berbagai data yang terkumpul

kemudian menarik kesimpulan yang merupakan hasilpemecahan masalah. Menurut

Jusuf Djajadisastra (1985 : 98) metode pembelajaran problem solving sebagai

metode berfikir yang merupakan suatu cara mengajar yang merangsang seseorang

untuk menganalisis dan melakukan sintesis dalam kesatuan struktur atau situasi di

mana masalah itu berada atas inisiatif sendiri. Sedangkan menurut Mu’Qodin

(2002) mengatakan bahwa problem solving adalah merupakan suatu keterampilan

yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisasituasi,

mengidentikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan,

kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang

dicapai dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan

yang tepat.

Metode pembelajaran problem solving dipilih dan digunakan sebagai solusi

dalam meningkatkan kemampuan dan aktivitas siswa dalam pembelajaran kimia

tentang materi konsep mol karena (a) dapat memberikan kemampuan siswa

1
bagaimana cara memecahkan masalah - masalah secara objektif dan tahu benar apa

yang dihadapi; (b) melatih siswa untuk bisa memecahkan soal - soal kimia secara

sistematis dan mampu mengaitkan konsep yang satu dengan yang lain; (c)

membantu siswa memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya dan

juga penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalm kehidupan sehari - hari dan

teknologi. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Sanjaya (2009) bahwa pemberian

masalah akan merangsang pemikiran siswa untuk membuktikannya. Dengan

demikian, siswa terdorong untuk mencari pemecahan masalah dengan cara

menentukan rumusan masalah yang akan dipecahkan, mencari teori - teori yang

mendukung untuk solusi pemecahan masalah, menguji sendiri kebenaran teori yang

telah dipilih sebagai solusi pemecahan masalah, serta menyimpulkan hasil

pembelajaran dalam bentuk konsep baru sebagai jawaban pemecahan masalah.

Demikian pula, hasil penelitian Fenty Indrayanti (2006) yang menyatakan bahwa

metode pembelajaran problem solving efektif meningkatkan kreatifitas siswa

sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Rendahnya kemampuan siswa pada “Konsep Mol” tersebut ditandai dengan

hal - hal berikut:

 Kurang perhatian saat mengikuti pembelajaran;

 Siswa tidak fokus saat pembelajaran berlangsung;

 Siswa tidak aktif, dan sebagian besar hanya diam mendengar penjelasan

guru;

 Siswa kurang respon ketika mengerjakan LKS;

 Siswa masih bingung melaksanakan perintah guru;

 Siswa tidak banyak yang mengajukan pertanyaan;

 Siswa tidak berani menjawab pertanyaan;

2
 Jawaban siswa masih jauh dari konsep yang tepat;

Menyadari belum optimalnya kemampuan siswa pada konsep mol yang

ditandai dengan rendahnya kemampuan siswa serta 68% siswa belum berhasil

mencapai KKM yang telah ditetapkan, menuntut guru melakukan perbaikan

pembelajaran, agar kemampuan siswa terhadap materi konsep konsep mol dapat

meningkat.

Selama ini, guru hanya menyajikan pembelajaran tentang konsep mol hanya

dengan menggunakan ceramah dan metode penugasan tanpa refleksi sehingga siswa

tidak aktif dan tidak mendapat pengalaman belajar yang bermakna sesuai dengan

konteks dan pengalamannya sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan dan aktivitas

siswa perlu ditingkatkan.

Berdasarkan pemikiran di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui efektivitas

penggunaan metode pembelajaran problem solving dalam meningkatkan hasil

belajar siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Dulupi pada materi konsep mol, dan

menuangkan dalam suatu laporan penelitian tindakan kelas Laporan PTK) dengan

judul “Penerapan metode pembelajaran problem solving untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada materi konsep mol di kelas X MIA SMA Negeri 1 Dulupi”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

a. Guru masih berperan dominan dalam kegiatan pembelajaran kimia.

b. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3
c. Siswa jarang bertanya pada guru walaupun mereka belum paham terhadap

suatu materi dan belum berani untuk mengungkapkan pendapat jika ditanya

oleh guru.

d. Siswa belum bisa melihat makna atau fungsi dari materi yang sedang

dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kurang berminat

terhadap pelajaran kimia.

e. Prestasi belajar kimia siswa khususnya pada materi konsep mol masih

rendah.

2. Rumusan Masalah

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti merumuskan masalah

dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa pada materi konsep mol

dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving di kelas X

MIA SMA Negeri 1 Dulupi?

b. Apakah penggunaan metode pembelajaran problem solving dapat

meningkatkan hasil belajar siswapada materi konsep mol di kelas X MIA

SMA Negeri 1 Dulupi?

C. Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah untuk meningkatkan masalah rendahnya hasil belajar

siswa pada materi konsep mol yang ditandai dengan rendahnya hasil belajar yang

mana 68% siswa belum berhasil mencapai KKM yang telah ditetapkan, yang akan

dilakukan peneliti adalah dengan menggunakan metode pembelajaran problem

solving.

4
Dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving tersebut

diharapkan adanya perbaikan proses pembelajaran sehingga hasil belajar serta

aktivitas siswa pada materi konsep mol dapat meningkat.

Metode pembelajaran problem solving dalam pembelajaran pada materi

konsep mol di kelas X MIA SMA Negeri 1 Dulupi dilaksanakan dengan tahapan-

tahapan sebagai berikut: (1) analisis, (2) perencanaan, (3) perhitungan, dan (4)

pengecekan.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

PTK ini secara umum bertujuan untuk mengetahui upaya guru dalam

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi konsep mol dengan menggunakan

metode pembelajaran problem solving di kelas X MIA SMA Negeri 1 Dulupi,

serta meningkatkan hasil belajar siswa pada materi konsep mol dengan

menggunakan metode pembelajaran problem solving.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

a) Mengetahui upaya peningkatan hasil belajar siswa pada materi konsep mol

dengan menggunakan metode pembelajaran Problem Solving di kelas X

MIA SMA Negeri 1 Dulupi.

b) Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi konsep mol dengan

menggunakan metode pembelajaran Problem Solving di kelas X MIA

SMA Negeri 1 Dulupi.

5
E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan

sekolah baik secara langsung atau tidak langsung dalam upaya peningkatan mutu

proses dan hasil belajar siswa, serta peningkatan mutu pendidikan pada umumnya.

1. Manfaat Bagi Siswa:

 Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

siswa dalam kegiatan pembelajaran.

 Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa agar dapat memahami

konsep materi pelajaran kimia secara optimal.

2. Manfaat Bagi Guru:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi / alternatif bagi guru

dalam memilih / menyiapkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan

kemampuan siswa sesuai dengan yang diharapkan dan juga untuk menumbuh

kembangkan potensi belajar kimia siswa.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran di dalam

kelas berupa peningkatkan kemampuan siswa pada mata pelajarankimia

maupun mata pelajaran yang lain dan dapat juga dipakai pada kelas - kelas

lainnya di SMA Negeri 1 Dulupi.

6
BAB II

KAJIAN TEORI/TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Kajian Teori Tentang Belajar dan Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar,

terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi:

1) Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang

belajar, maka responnya akan menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tak belajar

maka responnya menurun.

2) Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa:

“Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan

mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah

dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami

situasi tadi.

3) Menurut Piaget, pengetahuan dibentuk oleh individu, sebab individu melakukan

interaksi terus menerus dengan lingkungan.

Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata,

proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Belajar

juga merupakan suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan

hanya mengingat, akan tetapi lebih luas lagi dari itu, yakni mengalami.

Salah satu prinsip psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak begitu saja

memberikan pengetahuan kepada peserta didik, tetapi peserta didiklah yang harus

aktif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Belajar menurut teori

7
konstruktivisme adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang

kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah

seperangkat fakta - fakta, konsep - konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil atau

diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna

melalui pengalaman nyata.

Belajar merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk

memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan

belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau

kegiatan instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru. Anak

yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan - tujuan

pembelajaran atau tujuan - tujuan instruksional.

Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi

antara peserta didik dan guru dalam rangka mencapai tujuan. Peserta didik perlu

dibiasakan untuk memcahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi

dirinya. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada peserta

didik. Peserta didik harus mengkostruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, belajar merupakan suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Sebelum melakukan proses belajar mengajar seorang guru menentukan

pendekatan yang akan digunakan agar tujuan pembelajaran yang telah disusun dapat

tercapai. Pemilihan suatu pendekatan tentu harus disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran dengan sifat materi yang akan menjadi objek pembelajaran.

8
b. Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana, Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta

didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya Hasil belajar merupakan kemampuan

yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari

suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.

Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses

belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan

pengajaran. Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku pada peserta

didik. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang

kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Hasil belajar merupakan suatu parameter yang dapat digunakan dalam

menentukan berhasil atau tidaknya tujuan suatu pendidikan yang telah dilaksanakan

dalam satuan pendidikan. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan

pendidikan, baik kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil

belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah,

yaitu:

1) Ranah kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,

yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi.

2) Ranah afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Pada ranah afektif terdapat beberapa jenis

kategori, yaitu: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan

internalisasi.

9
3) Ranah psikomotorik

Ranah psikomotorik ini merupakan ranah yang berkenaan dengan hasil

belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranak

psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan

perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan

gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian

hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai

oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para peserta didik

dalam menguasai bahan pengajaran.

Jadi, hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar

setelah mengalami aktivitas belajar. Tingkah laku sebagai pengertian yang luas

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan sebagai hasil

proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengertian,

pemahaman, keterampilan, kecakapan serta aspek - aspek lain yang ada pada

individu yang belajar.

Hasil belajar yang dinilai dalam penelitian ini adalah ranah kognitif. Hasil

belajar kognitif diperoleh dari tes evaluasi tiap akhir siklus.

Ranah kognitif (Bloom, dkk) terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut:

1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari

dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta,

peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode.

2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal

yang dipelajari.

3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk

menghadapi masalah yang nyata dan baru.

10
4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian -

bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal

berdasarkan kriteria tertentu.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat terlepas

dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Untuk itu, Syah (2006:144)

“mengemukakan faktor - faktor yang mempengaruhi hasil siswa terdiri dari dua faktor

yaitu faktor yang datangnya dari individu siswa (internal factor), dan faktor yang

datang dari luar diri individu siswa (eksternal factor)”. Keduanya dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Faktor internal anak, meliputi:

a) Faktor psikis (jasmani). Kondisi umum jasmani yang menandai dapat

mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam mengikuti pelajaran.

b) Faktor psikologis (kejiwaan). Faktor yang termasuk aspek psikologis yang

dapat mempengaruhi kualitas perolehan hasil belajar siswa antara lain : (1)

Intelegensi, (2) Sikap (3) bakat, (4) minat, dan (5) motivasi.

2. Faktor eksternal anak, meliputi:

a) Faktor lingkungan social, seperti para guru, sifat para guru, staf adminitrasi dan

teman - teman sekelas.

b) Faktor lingkungan non-sosial, seperti sarana dan prasarana sekolah / belajar,

letaknya rumah tempat tinggal keluarga, keadaan cuaca dan waktu belajar yang

digunakan anak.

11
c) Faktor pendekatan belajar, yaitu cara guru mengajar guru, maupun metode,

model dan media pembelajaran yang digunakan

Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa disebut

sebagai hambatan/kesulitan belajar akibat kondisi keluarga yang kurang kondusif.

Terkait dengan hal ini, Ihsan (2005: 19) menyebutkan 7 hambatan - hambatan yang

dihadapi siswa akibat kondisi lingkungan keluarga, yaitu:

a) Anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tua.

b) Figur orang tua yang tidak mampu memberikan keteladanan kepada anak.

c) Kasih sayang orang tua yang berlebihan sehingga cenderung untuk memanjakan

anak.

d) Sosial ekonomi keluarga yang kurang atau sebaliknya yang tidak bisa

menunjang belajar.

e) Orang tua yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak, atau tuntutan

orang tua yang terlalu tinggi.

f) Orang tua yang tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak, dan

g) Orang tua yang tidak bisa membangkitkan inisiatif dan kreativitas kepada anak.

2. Kajian Teori Tentang Metode Pembelajaran Problem Solving

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur - unsur manusiawi

adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.Dalam

kegiatan belajar mengajar dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang menarik agar

siswa tidak merasa bosan dengan materi yang diajarkan oleh guru.

Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan

hubungan dengan siswa pada saat berlangsung pembelajaran (Sudjana, 2005:76).

12
Metode pembelajaran kimia adalah cara atau pendekatan yang dipergunakan dalam

menyajikan atau menyampaikan materi pelajaran kimia, menempati peranan yang tak

kalah penting dalam proses belajar mengajar. Dalam pemilihan metode apa yang tepat,

guru harus melihat situasi dan kondisi siswa serta materi yang diajarkan.

Dalam kegiatan belajar mengajar daya serap peserta didik tidaklah sama. Dalam

menghadapi perbedaan tersebut, strategi pengajaran yang tepat sangat dibutuhkan.

Strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru dan siswa dalam kegiatan

mewujudkan kegiatan belajar mengajar (Hasibuan, 2004:3). Metode pembelajaran

merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk

menghadapi masalah tersebut sehingga pencapaian tujuan pengajaran dapat tercapai

dengan baik. Dengan pemanfaatan metode yang efektif dan efisien, guru akan mampu

mencapai tujuan pengajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi

pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai alat untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

b. Metode Pembelajaran Problem Solving (Pemecahan Masalah)

Metode Pembelajaran Problem Solving adalah suatu cara mengajar dengan

menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan. Metode

ini menuntut kemampuan untuk melihat sebab akibat, mengobservasi problem, mencari

hubungan antara berbagai datayang terkumpul kemudian menarik kesimpulan yang

merupakan hasil pemecahan masalah.

Problem / masalah yang dihadapkan kepada siswa harus mengandung kesulitan

baik yang bersifat psikis atau fisis. Maksudnya persoalan itu memerlukan otak atau otot

untuk dapat memecahkannya. Problem / masalah yang dihadapkan siswa itu hendaklah:

a) Jelas, bersih dari kesalahan dan tidak memiliki dua pengertian yang berbeda

13
b) Sesuai dengan kemampuan anak, tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sulit

sehingga tidak bisa dipecahkan oleh para siswa

c) Menarik minat anak

d) Sesuai dengan pelajaran anak diwaktu yang lalu, sekarang maupundimasa

mendatang

Tujuan utama digunakannya metode ini adalah untuk memberi kemampuan dan

kecakapan praktis kepada siswa sehingga tidak takut menghadapi hidup yang penuh

problem serta mempunyai rasa optimis yang tinggi. Dalam kegiatan pembelajaran

problem solving dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah pribadi atau

perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama -

sama.

Metode Pembelajaran problem solving (metode pemecahan masalah) bukan

hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab

dalam problem solving dapat menggunakan metode - metode lainnya yang dimulai

dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Penggunaan metode ini

dengan mengikuti langkah - langkah sebagai berikut :

1) Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa

sesuai dengan taraf kemampuannya.

2) Pencarian data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah

tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku - buku, meneliti, bertanya,

berdiskusi, dan lain - lain.

3) Penetapan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja

didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua diatas.

4) Pengujian kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus

berusaha memecahkan masalah sehingga betul - betul cocok. Apakah sesuai dengan

14
jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jababan

ini tentu saja diperlukan metode - metode lainnya seperti demonstrasi, tugas diskusi,

dan lain - lain.

5) Penarikan kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir

tentang jawaban dari masalah tadi.

Metode pembelajaran problem solving mempunyai kelebihan dan kekurangan

sebagai berikut :

Kelebihan metode pembelajaran problem solving :

1) Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan

kehidupan dan lingkungan peserta didik.

2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa

menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi

permasalahan di dalam pembelajaran di kelas.

3) Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif

dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental

dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari

pemecahan.

Kekurangan metode pembelajaran problem solving

1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir

siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah

dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru. Sering

orang beranggapan keliru bahwa metode pemecahan masalah hanya cocok untuk

SLTP, SLTA, dan PT saja. Padahal, untuk siswa SD sederajat juga bisa dilakukan

dengan tingkat kesulitan permasalahan yang sesuai dengan taraf kemampuan

berpikir anak.

15
2) Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu

yang cukup banyak.

3) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi

dari guru menjadi belajar dengan banyakberpikir memecahkan permasalahan sendiri

atau kelompok, yang kadang - kadang memerlukan berbagai sumber belajar,

merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

Dengan demikian pembelajaran problem solving dalam pelajaran kimia dapat

tercipta suasana pembelajaran yang efektif dandapat meningkatkan belajar siswa.

3. Pembelajaran Kimia Dengan Metode Problem Solving

Di dalam pembelajaran kimia banyak materi - materi yang membutuhkan auatu

pemecahan masalah, baik yang bersifat eksperimen, perhitungan, maupun yang bersifat

teori. Untuk dapat memecahkan masalah tersebut, siswa harus menguasai konsep -

konsep yang berhubungan dengan soal yang akan dipecahkan.

Dengan metode pembelajaran problem solving dalam pembelajaran kimia,

diharapkan siswa menjadi terlatih untuk bisa memecahkan soal - soal kimia secara

sistematis dan mampu mengaitkan konsep yang satu dengan yang lain. Hal ini sesuai

dengan tujuan dan fungsi ilmu kimia menurut Depdiknas yaitu memahami konsep -

konsep kimia dan saling keterkaitannya dan juga penerapannya untuk menyelesaikan

masalah dalam kehidupan sehari - hari dan teknologi. Sebagai contoh untuk dapat

memecahkan soal molaritas, siswa harus lebih dahulu menguasai konsep mol.

Contoh penerapan metode pembelajaran problem solving dalam stoikiometri :

jika 7 gram batu kapur (CaCO3) direaksikan dengan 500 ml HCl 0,2 M, tentukan

volume CO2 maksimum pada keadaan STP (Ar Ca = 40, C = 12, O = 16)

Berdasarkan metode pembelajaran problem solving , maka pemecahan masalah

soal di atas dapat dilakukan dengan tahap - tahap beriktu:

16
1) Tahap analisis

Setelah membaca soal dengan seksama, siswa membuat skema yang menunjukkan

gambaran dari yang diketahui dan ditanyakan dalam suatu sistem. Sistem tersebut

dilengkapi dengan semua data yang ada dengan satuan yang tepat, masalah yang

ditanakan dan estimasi jawaban. Dalam soal tersebut terdapat beberapa konsep

antara lain:

a) Persamaan reaksi :

A + B → AB

b) Mol yang didefenisikan sebagai jumlah zat yang mengandung sebanyak

kesatuan.

Dimana :

n = jumlah mol

m = massa zat

Mr = massa molekul relatif

c) Molaritas yaitu jumlah mol per liter larutan:

Dimana :

M = molaritas

n = jumlah mol

V = volume larutan dalam liter

d) V (STP) didefenisikan sebagai jumlah volume pada keadaan standar yaitu

22,4L

e) Data lain :

Massa batu kapur = 7 gram

17
Volume HCl = 500 ml

Massa atom relatif (Ar Ca = 40, C = 12, O = 16)

Yang ditanyakan :

Volume maksimum CO2 pada keadaan STP.

2) Tahap perencanaan

Pada tahap ini siswa berfikir ke arah:

a) Membuat persamaan reaksi yang setara :

CaCO3 + 2 HCl → CaCl + H2O + CO2

Satuan yang digunakan adalah mol, maka konversikan dahulu CaCO3 jumlah

massa menjadi mol dan HCl dari jumlah volume menjadi mol.

b) Menentukan reaksi pembatas dari hasil bagi jumlah mol dengan koefisien

masing-masing zat. Zat yang hasil baginya lebih kecil yang menjadi reaksi

pembatas

c) Menentukan jumlah mol CO2 bergantung pada zat yang menjadi reaksi

pembatas.

d) V CO2 = jumlah mol CO2 × V (STP)

Sebelum menentukan volume maksimum CO2 harus ditentukan dahulu zat

yang menjadi pereaksi pembatas dan sebelum menentukan pereaksi pembatas

harus ditentukan terlebih dahulu jumlah mol tiap - tiap pereaksi.

3) Tahap perhitungan

a) Mencari mol CaCO3 = g/mol = 7 g/100 g/mol = 0,07 mol

b) Mencari mol HCl = volume HCl × kemolaran HCl = 0,01 mol

c) Menentukan pereaksi pembatas

CaCO3 + 2 HCl → CaCl + H2O + CO2

18
mol awal : 0,07 mol 0,10 mol

pereaksi pembatas : 0,07/1 0,10/2

Yang menjadi pereaksi pembatas adalah HCl

d) Menghitung mol CO2 :

e) Menghitung volume CO2 = jumlah mol CO2 × V (STP)

= 0,05 mol × 22,4 L/mol

= 1,12 L

4) Tahap pengecekan

Satuan volume gas pada keadaan standar adalah L, jadi hasil akhir yang didapat

adalah 1,12 L

B. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dalam penelitian tindakan kelas ini

peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Meningkatkan hasil belajar siswa tentang materi konsep mol dengan

menggunakan metode pembelajaran problem solving di kelas X MIA SMA

Negeri 1 Dulupi terbukti efektif.

2. Penggunaan metode pembelajaran problem solving dapat meningkatkan hasil

belajar siswa tentang materi konsep mol di kelas X MIA SMA Negeri 1 Dulupi.

19
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting dan Objek Penelitian (Fokus)

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Dulupi pada

semester 2 tahun pelajaran 2021/2022 yaitu dari tanggal 10 Januari s/d 12 Februari

2022 sesuai dengan kalender pendidikan atau kalender akademik sekolah serta

Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang telah guru / peneliti buat.

B. Subjek Penelitian

Pada penelitian tindakan kelas ini, dilaksanakan di SMA Negeri 1 Dulupi

pada mata pelajaran kimia materi konsep mol. Subjek penelitian adalah siswa kelas

X MIA tahun pelajaran 2021/2022 yang berjumlah 25 orang.

C. Metode Penelitian

Pada penelitian ini, digunakan metode Penelitian Tindakan kelas (Classroom

Action Research). Metode PTK ini digunakan karena metode ini memiliki peranan

yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila

diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan benar

artinya pihak terlibat dalam PTK yang dalam hal ini adalah guru mencoba dengan

sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah -

masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang

diperhitungkan dapat memecahkan masalah atu memperbaiki situasi dan kemudian

secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.

Diimplementasikan dengan benar artinya sesuai dengan kaidah - kaidah PTK.

20
Menurut John Elliot (1991), penelitian tindakan kelas sebagi kajian dari

sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas

situasi sosial tersebut.

Siklus yang digunakan dalam penelitian ini adalah sangat bermamfaat bagi

guru untuk meningkatkan proses dan kualitas atau hasil pembelajaran di kelas.

Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru dapat menemukan penyelesaian

bagi masalah yang terjadi di kelasnya sendiri, dan bukan di kelas guru yang lain.

Tentu saja dengan menerapkan barbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang

relevan secara kreatif. Selain itu, peneliti praktis, PTK dilaksanakan bersamaan

guru melaksanakan tugas utama yaitu mengajar di dalam kelas, tidak perlu harus

meninggalkan siswa.

D. Prosedur (Langkah-langkah) Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang digunakan pada penelitian ini

adalah model John Elliot. Menurut John Elliot (1991), penelitian tindakan kelas

sebagi kajian dari sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tindakan untuk

memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut. Pada model ini tahapan penelitian

dibagi menjadi empat tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan

(4) refleksi, kemudian dilanjutkan ke siklus berikutnya.

21
Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus. Secara

visual hubungan keempat komponen dalam sistem siklus dapat di gambarkan

sebagai berikut :

Pelaksanaan

Perencanaan SIKLUS I Pengamatan

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan SIKLUS II Pengamatan

Refleksi

SIKLUS
Selanjutnya

Gambar 3.1 PTK Model John Elliot

Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dirancang dan akandilaksanakan

dalam 2 (dua) siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Pada siklus I dan siklus II terdiri

atas perencanaan,pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pelaksanaan tiap siklus

akandiambil satu kelas yang sama. Hal ini ditempuh untuk membandingkandan

menggambarkan proses pembelajaran pada tiap - tiap siklus. Sebagai langkah -

langkah besar yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

22
1. Siklus I

a. Perencanaan

Pada kegiatan ini guru melakukan :

1) Merencanakan pembelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RRP) dengan menggunakan metode pembelajaran

problem solving.

2) Menyiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang digunakan sebagai bahan

diskusi siswa.

3) Menyiapkan instrumen penelitian (lembar observasi, tes evaluasi dan

angket siswai)

b. Pelaksanaan

Pada kegiatan ini guru:

1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah

dibuat.

2) Melaksanakan tahapan - tahapan dalam pembelajaran menggunakan

metode pembelajaran problem solving.

c. Pengamatan

Pada kegiatan ini, kolaborator (observer) melakukan pengamatan

dengan mencatat :

1) Aktivitas dan gaya guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran problem solving

2) Aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsungdengan

menggunakan model pembelajaran problem solving dan melakukan

wawancara setelah pembelajaran selesai.

23
d. Refleksi

Pada kegiatan ini :

1) Guru dengan observer membahas tentang kelemahan atau keurangan

proses pembelajaran yang telah dilakukan

2) Menganalisis data yang diperoleh untuk memperbaiki dan

menyempurnakan tindakan pada siklus selanjutnya

3) Menganalisis temuan saat melakukan pengamatan proses pembelajaran

yang telah dilakukan menganalisis kelemahan dan kelebihan dari

proses pembelajaran yang berlagsung dan mempertimbangkan langkah

selanjutnya.

2. Siklus II

Pada siklus II, peneliti berdiskusi dengan observer melakukan revisi proses

pembelajaran, agar proses pembelajaran pada siklus II menjadi lebih baik.

Siklus II ini dilaksanakan dengan mengikuti tahapan-tahapan seperti pada siklus

I. Tapi, pada siklus II ini dilakukan perbaikan atau penyempurnaan terhadap

pelaksanaan pembelajaran siklus I agar mencapai indikator keberhasilan yang

telah ditetapkan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini, pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan teknik :

1) Pengamatan (observasi)

Observasi merupakan kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk

mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. Observasi ini

menggunakan lembar observasi sistematis di mana observer menggunakan

pedoman observasi sebagi instrumen pengamatan. Observasi ini juga digunakan

24
untuk mengungkapkan sejauh mana metode pembelajaran Problem Solving

dapat diterapkan.

Lembar observasi siswa selama proses pembelajaran menggunakan

pendekatan Problem Solving dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Persentase Siswa
No. Aspek Yang Diamati Kurang Sekitar Lebih
dari 50% 50% dari 50%
Memperhatikan saat guru
1.
menjelaskan
Bertanya saat diberi
2.
kesempatan
Mengerjakan latihan soal
3.
yang diberikan
Berdiskusi dengan teman
4. sebangjunya saat
mengerjakan latihan soal
Mengerjakan soal dengan
5.
tahapan pemecahan masalah

Sedangkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru dapat

dilihat pada tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 : Lembar Observasi Aktivitas Guru

Skor
No. Aspek Yang Diamati
4 3 2 1
1. Membuka pelajaran & apersepsi
Menyampaikan tujuan pembelajaran
2.
dan mempersiapkan siswa
Mendemonstrasikan pengetahuan
3.
atau keterampilan
4. Membimbing pelatihan
Mengecek pemahaman dan
5.
memberikan umpan balik
Memberikan kesempatan untuk
6.
pelatihan lanjutan dan penerapan
Memberikan kesempatan untuk
7.
bertanya
8. Menutup pelajaran
Keterangan :

4 = Sangat Baik (SB), 3 = Baik (B), 2 = Cukup (C), 1 = Kurang (K)


25
2) Tes

Teknik tes dugunakan untuk mengumpulkan data dan gambaran tentang

kemampuan siswa memahami pelajaran selama proses pembelajaran, mengukur

hasil belajar siswa, dan mengetahui kemampuan siswa memecahkan masalah

terhadap soal-soal konsep mol. Tes berupa soal uraian yang tiap soalnya

mencakup jenjang C2. C3, C4 dan C5. Dari jawaban siswa dapat diperoleh

seberapa besar tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan.

Begitu pula dengan kemampuan pemecahan masalah terhadap soal tersebut.

3) Wawancara

Angket digunakan untuk mengukur sikap siswa dan memperoleh

gambaran data dari setiap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan Problem Solving. Angket yaang digunakan adalah angket

pertanyaan yang memiliki pilihan jawaban yang sesuai dengan yang dirasakan

siswa.

F. Teknik Analisa dan Pengolahan Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini, analisis data yang dilakukan adalah

analisis data kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis data kuantitatif yaitu nilai

hasil belajar siswa berupa post test tiap akhir siklus. Hasil belajar diberikan skor

untuk masing-masing soal. Skor - skor tersebut kemudian dikonversi ke dalam nilai

akhir. Nilai - nilai tersebut kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi untuk selanjutnya dilakukan perhitungan mencari nilai rata-rata dan

standar deviasi. Setelah didapatkan nilai rata - rata post test tiap siklus, dilakukan

pengujian dua sampel yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan

hasil belajar siswa antara siklus I dengan siklus II.

26
Adapun data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat

seperti data hasil observasi yang memberi gambaran tentang sikap guru dan siswa

terhadap pembelajaran kimia dengan menerapkan metode problem solving . data

yang berisi partisipasi keaktifan siswa dianalisis langsung menggunakan lembar

observasi di setiap siklus dengan skala <50%, 50%, dan >50%. Data kemudian

diinterprestasikan secara deskriptif sesuai dengan data yang ada pada lembar

observasi. Sedangkan data yang bersumber dari angket yang menunjukkan sikap

siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving

diperoleh dengan mencari persentase dari setiap pertanyaan pada lembar angket

kemudian diinterprestasikan dengan menggunakan grafik yang akan menunjukkan

apakah terjadi peningkatan atau penurunan persentase pada sikap siswa. Rumus

yang digunakan untuk menghitung persentase sikap siswa yaitu :

Keterangan :

f = frekuensi

N = jumlah siswa

P = angka presentase

G. Indikator Keberhasilan

Tujuan utama dari penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa

pada materi konsep mol di kelas X MIA SMA Negeri 1 Dulupi. Apabila peran guru

selama prosespembelajaran sesuai dengan skenario dan aturan-aturan dalam

prosespembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran problem solving,

sehinggamampu meningkatkan hasil belajar siswa denganindikator sebagai berikut:

Tercapainya ketuntasan hasil belajar siswa yang berupa nilai post test pada akhir

27
siklus yaitu telah mencapai rata-rata ≥75 dan secara klasikal ketuntasan belajar

siswa di kelas tersebut telah mencapai minimal 85% siswa mendapat nilai ≥70.

28
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 januari s/d 12 Februari 2022 di

SMA Negeri 1 Dulupi dengan subjek penelitian adalah siswa kelas X MIA yang

berjumlah 25 orang. Pada penelitian ini guru yang bertindak sebagai peneliti

mencoba menerapkan metode pembelajaran problem solving guna meningkatkan

hasil belajar kimia siswa. Tahap-tahap yang digunakan adalah tahap-tahap

pemecahan masalah Polya yang terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu analisis,

perencanaan, perhitungan, dan pengecekan. Secara garis besar penelitian tindakan

kelas yang telah dilaksanakan terdiri dari 2 (dua) siklus, masing-masing siklus

terdiri dari 4 (empat) tahapan yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan

refleksi.

Tindakan pembelajaran pada siklus I yakni mengkonversi jumlah mol ke

dalam jumlah partikel, jumlah massa, dan jumlah volume zat. Sedangkan tindakan

pembelajaran pda siklus II yakni mengenai rumus empiris, rumus molekul, dan

pereaksi pembatas. Adapun deskripsi tindakan yang telah dilakukan adalah sebagai

berikut:

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

 Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

menggunakan pendekatan problem solving.

29
 Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yang di dalamnya terdapat

ringkasan materi, contoh soal yang disertai dengan tahapan pemecahan

masalah, dan latihan soal.

 Membuat instrumen yang akan digunakan dalam siklus PTK seperti

instrumen tes, lembar observasi dan angket.

b. Tahap Pelaksanaan

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru yang bertindak

sebagai peneliti berusaha menerapkan kegiatan pembelajaran yang telah

disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pembelajaran

dalam kelas dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan yaitu pada tanggal 6,

17, dan 24 Januari 2022. Setiap pertemuan berlangsung selama 2 × 45

menit. Adapun materi yang disampaikan pada siklus I adalah mengkonversi

jumlah mol ke dalam jumlah partikel, mssa zat, dan volume zat serta

hipotesis avogadro.

Guru membimbing siswa dengan pendekatan pemecahan masalah

yaitu bagaimana siswa berfikir cara menyelesaikan maslah dengan

menggunakan 4 (empat) tahap pemecahan masalah yaitu menganalisis,

merencanakan, melakukan perhitungan, dan mengevaluasi jawaban. Pada

saat guru (peneliti) dan siswa melukan kegiatan pembelajaran, observer

atau kolaborator melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa

di kelas. Dengan menggunakan lembar observasi, observer mengamati

aktivitas siswa dan guru berdasarkan aktivitas-aktivitas yang tampak dan

berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditetapkan serta memberikan

catatan tambahan mengenai peroses pembelajaran berlangsung.

30
c. Pengamatan

Pada tahap pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut:

 Rata-rata skor post test siswa adalah 70,53, dari hasil tersebut

menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dan persentase masih 64,00%

siswa yang memperoleh nilai ≥70. Angka ini masih belum mencapai

target yang ditetapkan yaitu rata-rata hasil evaluasi harus mencapai ≥70

dan minimal 85% siswa yang mendapatkan nilai ≥70.

 Persentase tahap analisis siswa yaitu 95%, tahap perencanaan 84%,

tahap perhitungan 61% dan tahap pengecekan 64%

 Lembar observasi aktivitas siswa diperoleh data lebih dari 505 siswa

memperhatikan guru menjelaskan, kurang dari 50% siswa yang

bertanya ketika dipersilahkan, lebih dari 50% siswa mengerjakan soal

dengan tahapan pemecahan masalah, kuraang dari 50% berdiskusi

dengan teman sebangkunya dan sekitar 50% siswa mengerjakan latihan

soal yang diberikan.

 Pada pertemuan kedua siklus I, perubahan hanya terjadi pada kegiatan

mengerjakan latihan soal. Siswa yang langsung mengerjakan soal yang

diberikan oleh guru meningkat menjadi lebih dari 50%.

 Sebagian siswa masih belum tepat membuat suatu kesimpulan pada

tahap pengecekan

 Siswa masih sungkan untuk maju mengerjakan soal di papan tulis

 Hampir 50% siswa menyatakan bahwa penyampaian materi oleh guru

terlalu cepat

31
d. Refleksi

Persentase siswa yang mencapai indikator keberhasilan hasil belajar

belum mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 85%.

Persentase siswa yang mencapai nilai ≥70 masih 64%. Hal ini dikarenakan

proses pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang

termotivasi untuk belajar lebih serius. Oleh karena itu hasil belajar dan

aktivitas siswa perlu ditingkatkan melalui tindakan pembelajaran pada

siklus II.

Sebagi langkah untuk menindaklanjuti proses pembelajaran pada

siklus I, perlu adanya perbaikan dengan tindakan pada siklus II. Adapun

perbaikan yang dilakukan pada siklus berikutnya adalah sebagai berikut:

1) Tindakan - tindakan pada siklus I yang sudah baik tetap dipertahankan.

2) Pada fase latihan terbimbing, peneliti mencoba memberikan tugas

kelompok dan diharapkan interaksi antar siswa menjadi meningkat dan

siswa lebih aktif membantu teman yang belum mengerti dalam

kelompok.

3) Guru lebih meningkatkan um;pan balik kepada siswa agar lebih

termotivasi dalam pembelajaran.

4) Lebih banyak memberikan soal - soal latihan untuk dikerjakan di

rumah.

5) Lebih menekankan penggunaan tahap - tahap pemecahan masalah

terutama dalam menganalisis soal.

32
2. Siklus II

Tahapan - tahapan siklus II diuraikan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Meninjau kembali rancangan pembelajaran yang disiapkan

untuksiklus II dengan melakukan revisi dan perbaikan - perbaikan sesuai

hasil siklus I.

b. Pelaksanaan

Dalam melaksanakan pembelajaran, guru berusaha menerapkan

kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP). Seperti halnya siklus I, pada siklus II ini pembelajaran

dilaksanakan di dalam kelas sebanyak 3 kali pertemuan dengan durasi

masing-masing 2 × 45 menit. Adapun materi yang disampaikan pada siklus

II adalah perhitungan rumus empiris, rumus molekul, kadar senyawa, dan

pereaksi pembatas beserta cara - cara penentuannya secara bertahap yang

diawali dengan pemberian materi, contoh soal, dan latihan soal.

Pada siklus II, guru memberikan latihan soal yang dikerjakan secara

berkelompok untuk meningkatkan aktivitas siswa yang mana diharapkan

akan adanya interaksi antar siswa dalam memahami materi yang diberikan

oleh guru sehingga siswa yang sudah paham dapat membantu temnnya

yang belum paham.

Tindakan siklus II ini diakhiri dengan mengulas materi dan

membahas soal bersama - sama, setelah itu guru memberikan post test

untuk mengetahui pengetahuan siswa setelah pembelajaran.

33
c. Pengamatan

Hasil observasi pada siklus II adalah sebagai berikut:

 Rata-rata skor post test siswa adalah 77,87, ini menunjukkan bahwa

indikator ketercaoaian hasil belajar yang ditetapkan sudah terpenuhi

yaitu ≥75.

 Persentase ketuntasan belajar siswa telah mencapai 88% sehingga

sudah melebihi target yang ditetapkan yaitu 85% siswa memperoleh

nilai ≥70.

 Pelaksanaan tahap-tahap problem solving sudah meningkat yaitu pada

tahap analisis meningkat menjadi 98% dari siklus I yaitu 95%.

 Tahap perencanaan meningkat menjadi 91% dari siklus I yaitu 84%.

 Tahap perhitungan dari 61% pada siklus I meningkat menjadi 71%

pada siklus II.

 Tahap pengecekan meningkat dari 64% pada siklus I menjadi 68%

pada siklus II.

 Pada pertemuan pertama siklus II, abru sekitar 50% siswa

memperhatikan guru menjelaskan. Sekitar 50% siswa yang bertanya sat

diberi kesempatan. Lebih dari 50% siswa mengerjakan soal latihan

yang diberikan. Sekitar 50% siswa berdiskusi saat mengerjakan soal.

Lebih dari 50% siswa mengerjakan soal dengan menggunakan tahapan

pemecahan masalah.

 Pada pertemuan kedua siklus II, siswa yang memperhatikan guru

menjelaskan masih sekitarn 50% sedangkan aktivitas siswa yang lain

seperti mengajukan pertanyaan dan berdiskusi meningkat menjadi lebih

dari 50% siswa. Aktivitas siswa yang mengerjakan latihan soal yang

34
diberikan dan mengerjakan dengan tahapan pemecahan masalah

menjadi lebih dari 50%.

d. Refleksi

Pada siklus II ini terjadi peningkatan rata-rata nilai hasil evaluasi

yaitu 77,87 dan 88% siswa yang memperoleh nilai ≥70. Dengan demikian

target yang telah ditetapkan oleh peneliti telah tercapai. Selain itu terdapat

peningkatan pemahaman mengenai tahap-tahap pemecahan masalah dari

siklus I ke siklus II. Sikap dan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II juga

meningkat.

Setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan menggunakan

metode problem solving pada siklus II diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Ketercapaian ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II telah

terjadi peningkatan pada siklus II.

2) Siswa sudah mampu menyelesaikan soal dengan metode problem

solving .

3) Siswa merasa senang selama proses pembelajaran dengan metode

problem solving karena mereka dapat meningkatkan kemampuan

mereka dengan latihan - latihan yang diberikan.

4) Pada siklus II diperoleh ketuntasan dan aktivitas belajar siswa yang

meningkat dan telah mencapai indikator keberhasilan yang telah

ditetapakan. Oleh karenan itu peneliti memutuskan untuk

menghentikan penelitian pada siklus II ini.

Berdasrkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode

pembelajaran problem solving, selama pembelajaran berlangsung secara

keseluruhan dari siklus I ke siklus II diperoleh data sebagai berikut:

35
1) Hasil belajar siswa

Berdasarkan hasil belajar siswa dari pada siklus I dan siklus II diperoleh data

seperti pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 : Hasil belajar siswa

Siklus Rata-rata nilai Persentase


I 70,53 64
II 77,87 88

2) Tingkat pemahaman pemecahan masalah siswa

Dari hasil pembelajaran pada siklus I dan siklus II terjadi peningkatan

pemahaman siswa dalam menerapkan tahap - tahap pemecahan masalah seperti

pada grafik 4.1 berikut.

Grafik 4.1 : Tingkat Pemahaman Siswa

100%

80%

60% Siklus I

40% Siklus II

20%

0%
Analisis Perencanaan Perhitungan Pengecekan

3) Sikap siswa

a) Sikap siswa terhadap proses pembelajaran

Peningkatan sikap siswa terhadap proses pembelajaran yang mereka ikuti

dari siklus I ke siklus II dapat di visualisasikan dalam bentuk grafik 4.2

berikut.

36
Grafik 4.2 : Sikap siswa terhadap proses pembelajaran

70%
60%
50%
40%
30% Siklus I
20% Siklus II
10%
0%
Menarik dan Cukup mudah Sulit dimengerti
mudah dimengerti
dimengerti

b) Sikap siswa terhadap materi pelajaran

Peningkatan sikap siswa terhadap materi pelajaran dari siklus I ke siklus II

dapat di visualisasikan dalam bentuk grafik 4.3 berikut.

Grafik 4.3 : Sikap siswa terhadap minat pada materi pelajaran

100%

80%

60% Siklus I

40% Siklus II

20%

0%
Senang Biasa saja Tidak senang

c) Sikap siswa terhadap cara guru menyampaikan materi pelajaran

Peningkatan sikap siswa terhadap cara guru menyampaikan materi pelajaran

dari siklus I ke siklus II dapat di visualisasikan dalam bentuk grafik 4.4

berikut.

37
Grafik 4.4 : Sikap siswa terhadap cara guru menyampaikan pelajaran

70%
60%
50%
40% Siklus I
30% Siklus II
20%
10%
0%
Baik Cukup baik Kurang baik

d) Sikap sikap terhadap pemahaman materi yang dipelajari

Peningkatan sikap siswa terhadap pemahaman materi yang dipelajari dari

siklus I ke siklus II dapat di visualisasikan dalam bentuk grafik 4.5 berikut.

Grafik 4.5 : Sikap siswa terhadap cara guru menyampaikan pelajaran

80%
70%
60%
50% Siklus I
40%
Siklus II
30%
20%
10%
0%
Baik Cukup baik Kurang baik

e) Sikap siswa terhadap evaluasi yang diberikan guru

Peningkatan sikap siswa terhadap evaluasi yang diberikan guru dari siklus I

ke siklus II dapat di visualisasikan dalam bentuk grafik 4.6 berikut.

Grafik 4.6 : Sikap siswa terhadap cara guru menyampaikan pelajaran

38
60%
50%
40%
30% Siklus I
20% Siklus II
10%
0%
Sangat Mudah Sulit Sangat sulit
mudah dimengerti

39
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya,

dapat diambil kesimpulan bahwa setelah dilakukan kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan problem solving dengan 4 (empat) tahapan yaitu analisis

dimana siswa terlebih dahulu memahami masalah dengan mengumpulkan data yang

diperoleh dan menentukan inti permasalahan yang harus dipecahkan. Selanjutnya

membuat sebuah perencanaan dengan menentukan langkah - langkah ataupun rumus -

rumus yang akan digunakan untuk menyelesaikan permaslahan tersebut, selanjutnya

melakukan perhitungan sesuai dengan langkah - langkah ataupun rumus - rumus yang

digunakan, dan terakhir melakukan pengecekan untuk mengetahui ketepatan jawabaan

yang diperoleh. Hasil belajar kimia siswa pada materi konsep mol dari siklus I ke siklus

II mengalami peningkatan.

Dari proses pembelajaran pada siklus I dan II didapatkan nilai rata-rata hasil

belajar pada post test I adalah 70,53 dan persentase siswa yang mencapai nilai ≥70

adalah 64%. Setelah dilakukan perbaikan - perbaikan pada tahap - tahap penyelesaian

masalah, ringkasan materi yang diberikan kepada siswa, cara penyampaian materi oleh

guru, metode pembelajaran yang dilakukan pada siklus II, rata-rata hasil post test siswa

mencapai 77,87 dan persentase siswa yang mendapatkan nilai ≥70 adalah 88%. Angka

ini sudah cukup bahkan melebihi dari batas ketercapaian yang ditentukan. Artinya

bahwa penelitian ini dapat dikatakan berhasil.

40
B. Saran - saran

Sebagi tindak lanjut dari hasil penelitian ini, peneliti mencoba

mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran problem solving dapat diterapkan sebagai salah satu

alternatif dalam pelaksanaan pembelajaran kimia. Namun pembelajaran

problem solving ini harus disesuaikan dengan materi atau konsep yang dipilih.

2. Penerapan pembelajaran problem solving dapat dikolaborasikan dengan model

pembelajaran lain seperti pembelajaran kooperatif sehingga siswa dapat lebih

aktif dalam proses pembelajaran.

3. Kelengkapan media pembelajaran juga dapat membantu guru dalam

menerapkan pembelajaran problem solving ini sehingga tujuan pembelajaran

akan tercapai dengan lebih baik.

4. Mengingat penelitian ini masih sangat sederhana, apa yang didapat dari hasil

penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian lanjutan.

41
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dkk, (2008). Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Bumi Aksara)

Farkhatin, N, (2008). Efektifitas pembelajaran problem solving dengan menggunakan


alat peraga pada materi aritmatika soasial pada peserta didik kelas VII
semester I MTS NU 01 Tarub Tegal tahun ajaran 2008/2009. Skripsi sarjana
IAIN Walisongo Semarang. (Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo
Semarang, 2010)

Harjani, T, (2012). Kimia Untuk SMA/MA Kelas X, (Sidoarjo: PT. BuanaMasmedia


Pustaka)

Huda M.U, (2008). Model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan hasil
peserta didik pada materi pokok limit fungsi kelas XI semester II SMAN 1
Mranggen tahun pelajaran 2008/2009. Skripsi Sarjana IAIN Walisongo,
(Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang, 2010)

Rahmawati, N, (2009), Efektifitas model pembelajaran problem solving dalam materi


sistem persamaan linier dua variabel di kelas VIII MTsN Tanjung Tani
Prambon Nganjuk tahunajaran 2009/2010. (Semarang: Perpustakaan IAIN
Walisongo Semarang. 2010)

Slameto, (1995), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,(Jakarta:Rineka


Cipta)

Sugiyono, (2002), Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif


danR & B, (Bandung: Alfabeta)

Syaiful Sagala, (2003), Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta)

Suprihatiningrum, J, (2013). Strategi Pembelajaran : Teori dan Aplikasi,(Jogjakarta:


Ar-Ruzz Media)

Wiriaatmadja, R, (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya)

Yudhistira, D, (2013). Menulis Penelitian Tindakan Kelas Yang Apik (Asli PerluIlmiah
Konsisten), (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia)

42
Lampiran 1.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS I
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Dulupi
Kelas/Semester : X/2
Mata Pelajaran : Kimia
Materi Pokok : Hukum - hukum Dasar Kimia
Alokasi Waktu : 6 Jam Pelajaran (6 × 45 menit)
Jumlah Pertemuan : 3 kali pertemuan

A. Kompetensi Inti :
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
B. Kompetensi Dasar :
Menerapkan konsep massa molekul relatif, persamaan reaksi, hukum-hukum dasar kimia,
dan konsep mol untuk menyelesaikan perhitungan kimia.
C. Indikator Pencapaian :
Mengkonversi jumlah mol dengan jumlah partikel, massa zat, dan volume zat, serta
membuktikan hipotesis Avogadro.
D. Tujuan Pembelajaran :
 Siswa dapat mengkonversi jumlah mol ke dalam jumlah partikel.
 Siswa dapat mengkoversi jumlah mol ke dalam jumlah massa.
 Siswa dapat mengkonversi jumlah mol ke dalam jumlah volume zat.
 Siswa dapat menghitung volume gas ideal dan menghitung volume gas
berdasarkan hipotesis Avogadro.
E. Materi Pembelajaran :
Perhitungan Kimia :
 Konsep mol
 Hukum gas ideal
F. Metode Pembelajaran :
 Ceramah
 Diskusi
 Latihan penugasan
G. Pendekatan Pembelajaran :
Pendekatan Problem Solving
H. Langkah - langkah Pembelajaran :
Pertemuan pertama
Kegiatan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
 Menjawab salam  Berdoa sebelum belajar
 Mengkondisikan siswa untuk  Memberi salam kepada
belajar guru
Awal
 Mengabsensi siswa  Menkondisikan diri
(5 menit)
 Menympaikan tujuan untuk belajar
pembelajaran  Memperhatikan guru
 Apersepsi dan motivasi menerangkanGuru

43
dengan menanyakan tentang menyampaikan tujuan
satuan - satuan dalam fisika pembelajaran
 Menjawab pertanyaan
guru
 Menjelaskan defenisi mol  Memperhatikan
dalam senyawa atau reaksi penjelasan guru
kimia mengenai defenisi mol
 Menjelaskan hubungan mol dalam senyawa
dengan jumlah partikel atau  Memperhatikan
molekul penjelasan mengenai
 Memberikan contoh soal hubungan mol dengan
mengenai pengkonversian jumlah molekul dan
jumlah mol ke dalam jumlah memperhatikan tahap -
partikel dan menunjukkan tahap pengerjaan soal
tahap - tahap penyelesaian yang dicontohkan guru
dengan menggunakan  Mengerjakan soal
problem latihan pada LKS No. 1
 Memberikan latihan pada dengan menggunakan
LKS No. 1 pendekatan problem
 Menanyakan tingkat solving
kefahaman siswa  Bertanya bila masih
 Menjelaskan hubungan mol belum faham
dengan massa zat  Memperhatikan
Inti  Menjelaskan pengertian penjelasan guru
(80 menit) massa molar atau massa mengenai hubungan
molekul relatif (Mr) mol dengan massa
 Memberikan contoh soal molar dan massa zat
mengenai pengkonversian  Mengerjakan soal
jumlah mol ke dalam jumlah latihan pada LKS No. 2
massa dan menunjukkan dengan dengan
tahap - tahap penyelesaian menggunakan
dengan menggunakan pendekatan problem
pendekatan problem solving solving
 Memberika contoh soal  Bertanya bila belum
mengenai pengkoversian faham
jumlah mol ke dalam jumlah
massa dan menunjukkan
tahap - tahap penyelesaian
dengan menggunakan
pendekatan proble solving.
 Memberikan latihan pada
LKS No. 2
 Menanyakan tingkat
kefahaman siswa
 Meminta siswa untuk  Merapikan buku dan
mempelajari soal - soal yang posisi belajar
Penutup
terdapat pada buku paket atau  Mengucapkan salam
(5 menit)
LKS kepada guru
 Menjawab salam

44
Pertemuan kedua
Kegiatan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
 Menjawab salam  Berdoa sebelum belajar
 Mengkondisikan siswa untuk  Memberi salam kepada
belajar guru
Awal  Mengabsensi siswa  Menyiapkan diri untuk
(5 menit)  Meminta tugas yang diberikan ke belajar
siswa  Menunjukkan hasil
pekerjaan rumah
masing - masing
 Melanjutkan materi pelajaran  Memperhatikan
tentang mengkonversi jumlah mol penjelasan guru
ke dalam volume zat dan rumus gas mengenai hubungan
ideal antara mol dengan
 Menjelaskan pengertian volume volume zat
molar dan menentukan besarnya  Mengerjakan soal
 Menjelaskan hubungan mol dengan latihan pada LKS No. 3
volume zat dengan menggunakan
 Memberikan contoh soal pada LKS pendekatan problem
serta tahap - tahap penyelesaian solving
dengan menggunakan pendekatan  Bertanya bila masih
problem solving belum faham
Inti 
 Memberikan latihan soal dalam Memperhatikan
(80 menit) penjelasan guru
LKS No. 3
 Menanyakan tingkat kefahaman mengenai rumus
siswa volume gas ideal
 Menjelaskan pengertian volume gas  Mengerjakan soal
ideal latihan pada LKS No. 4
 Menyajikan cara mencari mol dengan dengan
dengan menggunakan persamaan menggunakan
gas ideal pendekatan problem
 Memberikan latihan pada LKS No. solving
4  Bertanya bila belum
 Menanyakan tingkat kefahaman faham
siswa
 Meminta siswa untuk  Menyimpulkan materi
menyimpulkan materi yang telah yang telah dipelajari
dipelajari  Merapikan buku dan
 Membagikan lembaran soal latihan posisi belajar
Penutup
untuk dikerjakan di rumah  Mengucapkan salam
(5 menit)
 Mengingatkan siswa belajar di kepada guru
rumah untuk evaluasi pada
pertemuan berikutnya
 Menjawab salam

45
Pertemuan ketiga
Kegiatan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
 Menjawab salam  Berdoa sebelum belajar
 Mengkondisikan siswa untuk  Memberi salam kepada guru
belajar  Menkondisikan diri untuk
Awal
 Mengabsensi siswa belajar
(5 menit)
 Mengingatkan siswa bahwa pada 1
jaam pelajaran teraakhir akan
diadakan evaluasi
 Menjelaskan pengertian hipotesis  Memperhatikan penjelasan
Avogadro guru mengenai hipotesis
 Memberikan contoh soal tentang Avogadro
hipotesis avogadro  Bersama - sama guru
 Menanyakan tingkat kefahaman menyelesaikan latihan soal
Inti siswa tentang hipotesis Avogadro
(80 menit)  Membagikan soal evaluasi  Bertanya bila masih belum
 Memperhatikan dan mengawasi faham
siswa mengerjakan soal evaluasi  Mengerjakan soal evaluasi
 Menerima lembar jawaban siswa dengan tenang dan tertib
 Mengumpulkan lembar
jawaban masing - masing
 Menyampaikan materi yang akan  Menyimak pengarahan guru
Penutup dipelajari pada pertemuan berikut  Mengucapkan salam kepada
 Menjawab salam guru
I. Alat dan Sumber Belajar :
1. Alat dan Bahan
 Notebook
 LCD Proyektor
2. Sumber Belajar
 LKS
 Buku kimia kelas X
J. Penilaian Hasil Belajar :
 Jenis Instrumen : Tes tertulis
 Bentuk Instrumen : Tes Uraian
 Contoh Instrumen :
Dalam 1 mol air terdapat 6,02 × 1023 molekul H2O. Jika dalam satu tetes air
hujan terdapat 2 mol air, berapakah jumlah molekul air hujan tersebut jika
tertampung sebanyak 10 tetes? Dan berapa pula jumlah partikel atomnya?

Mengetahui Dulupi, 8 Januari 2022


Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Dr. La Ode Sultan, S.Pd, M.Pd SRI RAHAYU IPILO, S.Pd


NIP. 19771128 200501 1 004 NIP.19940825 201903 2 015

46
Lampiran 2.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAHARAN (RPP)
SIKLUS II

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Dulupi


Kelas/Semester : X/2
Mata Pelajaran : Kimia
Materi Pokok : Hukum - hukum Dasar Kimia
Alokasi Waktu : 6 Jam Pelajaran (6 × 45 menit)
Jumlah Pertemuan : 3 kali perteemuan

A. Kompetensi Inti :
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
B. Kompetensi Dasar :
Menerapkan konsep massa molekul relatif, persamaan reaksi, hukum - hukum dasar kimia,
dan konsep mol untuk menyelesaikan perhitungan kimia.
C. Indikator Pencapaian :
 Menentukan rumus empiris, rumus molekul dan kadar zat dalam senyawa
 Menentukan pereaksi pembatas dalam suatu reaksi
D. Tujuan Pembelajaran :
 Siswa dapat menentukan rumus empiris suatu senyawa
 Siswa dapat menentukan rumus molekul melalui rumus empiris senyawa
 Siswa dapat menentukan kadar zat dalam suatu senyawa
 Siswa dapat menentukan pereaksi pembatas dalam suatu reaksi
 Siswa dapat menentukan banyak zat peraksi atau hasil reaksi yang terbentuk
E. Materi Pembelajaran :
Perhitungan Kimia :
 Rumus empiris
 Rumus molekul
 Kadar zat
 Pereaksi pembatas
F. Metode Pembelajaran :
 Ceramah
 Diskusi
 Latihan penugasan
G. Pendekatan Pembelajaran :
Pendekatan Problem Solving
H. Langkah - langkah Pembelajaran :
Pertemuan pertama
Kegiatan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
 Menjawab salam  Berdoa sebelum belajar
 Mengkondisikan siswa untuk  Memberi salam kepada guru
Awal belajar  Menkondisikan diri untuk
(5 menit)  Mengabsensi siswa belajar
 Menyampaikan tujuan  Memperhatikan guru
pembelajaran menyampaikan tujuan

47
 Apersepsi dan motivasi dengan pembelajaran
menanyakan rumus kimia karbon  Menjawab pertanyaan guru
dioksida
 Menjelaskan pengertian rumus  Memperhatikan penjelasan
empiris dan rumus molekul guru mengenai rumus empiris
senyawa dan menentukan rumus empiris
 Menyajikan cara menentukan  Mencoba menentukan rumus
rumus empiris senyawa empiris dan rumus molekul
menggunakan perbandingan mol senyawa dengan menggunakan
antar unsur dalam senyawa serta perbandingan mol dan tahap -
tahap - tahap pemecahan tahap pemecahan masalah
masalahnya  Mengerjakan soal latihan
 Memberikan latihan soal dalam dengan menggunakan tahap -
LKS No. 1 tahap pemecahan masalah
 Menanyakan tingkat kefahaman  Seorang siswa maju ke depan
siswa mengerjakan soal
 Menyajikan cara menentukan  Bertanya bila masih belum
rumus molekul faham
 Membimbing siswa menentukan  Memperhatikan penjelasan
Inti
kadar persen unsur dalam suatu guru mengenai rumus molekul
(80 menit)
senyawa dan cara menentukan rumus
 Memberikan kesempatan siswa molekul
untuk bertanya  Menyimak penjelasan guru
 Mengajak siswa untuk mengikuti tentang cara perhitungan kadar
permainan kecil yang bertujuan zat dalam senyawa
membangkitkan kembali  Bertanya bila belum faham
semangat belajar siswa  Mengikuti permainan yang
 Kembali meminta siswa ditunjukkan oleh guru dengan
mengerjakan soal untuk senang
menentukan rumus molekul  Mengerjakan soal latihan
senyawa dan kadar unsur dalam dengan pendekatan problem
senyawa solving
 Memberikan latihan pada LKS  Seorang siswa mengerjakan
No. 2 soal di papan tulis
 Menanyakan tingkat kefahaman  Bertanya apabila belum faham
siswa
 Meminta siswa untuk mempelajari  Merapikan posisi belajar
soal - soal yang terdapat pada  Menyimpulkan materi yang
buku paket atau LKS telah dipelajari
Penutup
 Meminta siswa menyimpulkan  Mengucapkan salam kepada
(5 menit)
materi guru
 Menutup pelajaran
 Menjawab salam

48
Pertemuan kedua
Kegiatan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
 Menjawab salam  Berdoa sebelum belajar
 Mengkondisikan siswa untuk  Memberi salam kepada guru
belajar  Menyiapkan diri untuk
 Mengabsensi siswa belajar
Awal  Meminta hasil pekerjaan rumah  Menyerahkan tugas rumah
(5 menit) siswa masing - masing
 Menanyakan kepada siswa apakah  Menyampaikan kepada guru
masih terdapat kesulitan dalam kesulitan - kesulitan yang
mengerjakan soal dihadapi ketika
mengerjakan soal
 Meminta siswa mengerjakan soal  Maju ke depan untuk
atau tugas rumah di papan tulis mengerjakan soal
 Mereview dan menegaskan materi  Mengikuti pembahasan
pada pertemuan sebelumnya selanjutnya
kemudian melanjutkan  Mengikuti tahap - tahap
pembahasan ke materi selanjutnya pengerjaan soal
yakni mengenai pereaksi  Bertanya bagi yang belum
pembatas. paham
 Menjelaskan cara penentuan  Membentuk kelompok yang
pereaksi pembatas dan beranggotakan 5 orang
memberikan contoh latihan soal  Mengerjakan soal/quiz yang
dengan menggunakan tahap - diberikan
tahap pemecahan masalah  Berdiskusi dengan teman
 Menanyakan tingkat pemahaman sekelompok dan bertanya
siswa pada guru apabila
 Meminta siswa membentuk menemukan kesulitandalam
Inti
kelompok yang beranggotakan mengerjakan soal
(80 menit)
masing - masing 5 orang  Mengumpulkan tugas
 Membagikan quiz kelompok kelompok masing - masing
untuk dikerjakan selama 30 menit  Tiap kelompok
 Berkeliling mengecek keaktifan mengirimkan perwakilan
kelompok dan kepahaman tiap untuk mengerjakan soal di
anggota serta membimbing papan tulis
apabila ada siswa yang
menghadapi kesulitan dalam
mengerjakan soal
 Meminta tiap kelompok untuk
menumpulkan tugas masing -
masing
 Secara bebas menawarkan kepada
kelompok untuk membahas salah
satu soal yang telah reard untuk
proses pembelajaran
 Meminta siswa untuk  Menyimpulkan materi yang
Penutup menyimpulkan materi yang telah telah dipelajari
(5 menit) dipelajari  Menerima lembaran quiz
 Membagikan quiz individu untuk individu untuk dikerjakan di

49
dikerjakan di rumah dan rumah
dikumpulkan pada pertemuan  Mengucapkan salam kepada
berikut guru
 Memberitahukan siswa untuk siap
kembaali menghadapi evaluasi
pada pertemuan berikutnya
 Menjawab salam

Pertemuan ketiga
Kegiatan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
 Menjawab salam  Berdoa sebelum belajar
 Mengkondisikan siswa untuk  Memberi salam kepada
siap menerima pelajaraan guru
 Mengabsensi siswa  Menkondisikan diri
Awal
(5 menit)  Meminta hasil quiz individu
untuk belajar
yang telah diberikan pada  Menunjukkan hasil
pertemuan sebelumnya pekerjaan quiz masing -
masing

 Meminta beberapa siswa  Beberapa siswa maju ke


untuk menunjukkan hasil depan mengerjakan
pekerjaan rumah mereka di hasil pekerjaan rumah
 Bertanya pada guru bila
papan tulis kemudian dibahas
bersama belum paham
Inti
 Bertanya tingkat pemahaman
 Berdo’a sebelum
(80 menit)
siswa memulai mengerjakan
 Mengkondisikan siswa untuk soal evaluasi
siap mengerjakan evaluasi Dengan tenang dan
 Membagikan soal evaluasi tertib mengerjakan soal
evaluasi
 Menerima lembar jawaban  Mengumpulkan lembar
siswa jawaban evaluasi
Penutup  Menutup pertemuan dan  Berdoa dan
menjawab salam siswa mengucapkan salam
kepada guru

I. Alat dan Sumber Belajar :


a. Alat dan Bahan
 Notebook
 LCD Proyektor
b. Sumber Belajar
 LKS
 Buku kimia kelas X
J. Penilaian Hasil Belajar :
 Jenis Instrumen : Tes tertulis
 Bentuk Instrumen : Tes Uraian
 Contoh Instrumen :

50
Ditemukan suatu senyawa terdiri dari 60% karbon, 5% hidrogen, dan sisanya
nitrogen. Jika Mr senyawa = 80 g/mol. Bagaimana rumus empiris dan rumus
senyawa tersebut? (Ar C = 12, H = 1, N = 14)

Mengetahui, Dulupi, 5 Februari 2022


Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Dr. La Ode Sultan, S.Pd, M.Pd SRI RAHAYU IPILO, S.Pd


NIP. 19771128 200501 1 004 NIP.19940825 201903 2 015

51
ANGKET WAWANCARA SISWA SIKLUS I/II
Nama Siswa : ..........................................
Jawaban pertanyaan berikut dengan memilih salah satu jawaban sesuai dengan
kesan atau yang kamu rasakan selama proses pembelajaran!
1. Bagaimana menurut pendapat kamu tentang proses pembelajaran yang baru kalian
ikuti?
A. Menarik dan mudah dimengerti
B. Cukup mudak dimengerti
C. Sulit dimengerti
2. Apakah kamu senang dengan pembelajaran yang baru kalian ikuti? Mengapa?
A. Senang
B. Biasa saja
C. Tidak senang
3. Bagaimana menurut pendapatmu tentang cara guru menerangkan materi pelajaran?
Jelaskan!
A. Baik
B. Cukup baik
C. Kurang baik
4. Apakah kamu dapat memahami materi pelajaran yang baru kalian ikuti? Jelaskan!
A. Mengerti
B. Kadang - kadang
C. Tindak mengerti
5. Bagaimana tes atau evaluasi yang diberikan oleh guru? Jelaskan!
A. Sangat mudah
B. Mudah
C. Sulit
D. Sangat sulit

52
HASIL OBSERVASI SIKLUS I
Hari/Tanggal : Senin, 10 Januari 2022
Pertemuaan Ke :1
AKTIVITAS SISWA
Kurang Sekitar Lebih dari
No. Aspek Yang Diamati
dari 50% 50% 50%
1. Memperhatikan saat guru menjelaskan √
2. Bertanya saat diberi kesempatan √
3. Mengerjakan latihan soal yang diberikan √
Berdiskusi dengan teman sebangjunya
4. √
saat mengerjakan latihan soal
Mengerjakan soal dengan tahapan
5. √
pemecahan masalah

AKTIVITAS GURU
Skor
No. Aspek Yang Diamati
4 3 2 1
1. Membuka pelajaran & apersepsi √
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa √
3. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan √
4. Membimbing pelatihan √
5. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik √
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan
6. √
penerapan
7. Memberikan kesempatan untuk bertanya √
8. Menutup pelajaran √
Keterangan : 4 = Sangat Baik (SB), 3 = Baik (B), 2 = Cukup (C), 1 = Kurang (K)

Dulupi, 10 Januari 2021


Observer

Abdul Rifaih, S.Pd

53
HASIL OBSERVASI SIKLUS I
Hari/Tanggal : Senin, 17 Januari 2022
Pertemuaan Ke :2
AKTIVITAS SISWA
Kurang Sekitar Lebih dari
No. Aspek Yang Diamati
dari 50% 50% 50%
1. Memperhatikan saat guru menjelaskan √
2. Bertanya saat diberi kesempatan √
3. Mengerjakan latihan soal yang diberikan √
Berdiskusi dengan teman sebangjunya
4. √
saat mengerjakan latihan soal
Mengerjakan soal dengan tahapan
5. √
pemecahan masalah

AKTIVITAS GURU
Skor
No. Aspek Yang Diamati
4 3 2 1
1. Membuka pelajaran & apersepsi √
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa √
3. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan √
4. Membimbing pelatihan √
5. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik √
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan
6. √
penerapan
7. Memberikan kesempatan untuk bertanya √
8. Menutup pelajaran √
Keterangan : 4 = Sangat Baik (SB), 3 = Baik (B), 2 = Cukup (C), 1 = Kurang (K)

Dulupi, 17 Januari 2022


Observer

Abdul Rifaih, S.Pd

54
HASIL OBSERVASI SIKLUS II
Hari/Tanggal : Senin, 07 Februari 2022
Pertemuaan Ke :1
AKTIVITAS SISWA
Kurang Sekitar Lebih dari
No. Aspek Yang Diamati
dari 50% 50% 50%
1. Memperhatikan saat guru menjelaskan √
2. Bertanya saat diberi kesempatan √
3. Mengerjakan latihan soal yang diberikan √
Berdiskusi dengan teman sebangjunya
4. √
saat mengerjakan latihan soal
Mengerjakan soal dengan tahapan
5. √
pemecahan masalah

AKTIVITAS GURU
Skor
No. Aspek Yang Diamati
4 3 2 1
1. Membuka pelajaran & apersepsi √
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa √
3. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan √
4. Membimbing pelatihan √
5. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik √
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan
6. √
penerapan
7. Memberikan kesempatan untuk bertanya √
8. Menutup pelajaran √
Keterangan : 4 = Sangat Baik (SB), 3 = Baik (B), 2 = Cukup (C), 1 = Kurang (K)

Dulupi, 07 Februari 2022


Observer

Abdul Rifaih, S.Pd

55
HASIL OBSERVASI SIKLUS II
Hari/Tanggal : Senin, 14 Februari 2022
Pertemuaan Ke :2
AKTIVITAS SISWA
Kurang Sekitar Lebih dari
No. Aspek Yang Diamati
dari 50% 50% 50%
1. Memperhatikan saat guru menjelaskan √
2. Bertanya saat diberi kesempatan √
3. Mengerjakan latihan soal yang diberikan √
Berdiskusi dengan teman sebangjunya
4. √
saat mengerjakan latihan soal
Mengerjakan soal dengan tahapan
5. √
pemecahan masalah

AKTIVITAS GURU
Skor
No. Aspek Yang Diamati
4 3 2 1
1. Membuka pelajaran & apersepsi √
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa √
3. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan √
4. Membimbing pelatihan √
5. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik √
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan
6. √
penerapan
7. Memberikan kesempatan untuk bertanya √
8. Menutup pelajaran √
Keterangan : 4 = Sangat Baik (SB), 3 = Baik (B), 2 = Cukup (C), 1 = Kurang (K)

Dulupi, 14 Februari 2022


Observer

Abdul Rifaih, S.Pd

56

Anda mungkin juga menyukai