PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
peranan penting dalam pengembangan kualitas, hal ini terlihat dari usaha
masalah diperoleh informasi serta kebiutuhan yang relevan dengan masalah nyata
berdasarkan produk sekumpulan hukum, prinsip, teori, dan fakta. Kimia adalah
1
ilmu yang mencari jawaban atas apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam
yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan
Larutan elektrolit dan non elektrolit adalah materi yang diajarkan pada
terutama di kelas X ada beberapa persoalan yang ditemui peneliti dalam observasi
yang dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kimia
ditemukan pada saat proses pembelajaran diantaranya adalah siswa kurang aktif
tidak dapat diterima secara maksimal, pola pengajar kimia dalam ruangan, sedang
berfokus terhadap guru, siswa kurang fokus dan cenderung malu bertanya jika
kurang paham dengan penjelasan dari guru, keaktifan siswa di kelas kurang, siswa
berlangsung di kelas terdapat siswa yang enggan menyelesaikan soal latihan yang
2
dalam belajar. Pembelajaran berbasis masalah yang dilaksanakan di dalam kelas
bahwa siswa dibentuk kelompok serta dituntun, masalah yang nyata dapat
pembelajaran PBL sangat cocok digunakan karena berpusat pada siswa (Suryani,
kemampuan pemecahan masalah materi kimia pada larutan elektrolit dan non
elektrolit siswa (Septiwi Tri Pusparani, Tonih Feronika, (2018). Hal tersebut
dikarenakan sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan saat di berikan soal-
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah (D. D. Sari,
masalah dan merangsang siswa. Penguasaan materi larutan elektrolit dan non
3
Kemampuan pemecahan masalah adalah setiap orang dalam kehidupan
sehari-hari terus mendapatkan berbagai macam masalah karena itulah salah satu
disebabkan karena pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa diminta untuk
(PBL) berbasis lingkungan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
larutan elektrolit dan non. (2) (Rusmina Wati, Rusmansyah, 2014) yang
larutan elektrolit dan non elektrolit, untuk meningkatkan minat belajar siswa
masalah. Masalh mampu dipecahkan dapat dilihat hasil belajar siswa. Hal tersebut
4
penting karena menjadi salah satu solusi untuk guru, dalam pembelajaran agar
menjadi siswa yang lebih terlibat aktif sehingga mampu meningkatkan kualitas
Hal itu sesuai sebuah penelitian oleh (Wafik Khoiri et al, 2013),
hasil yang lebih baik. Kesimpulannya adalah jika kemampuan berpikir kreatif
tinggi.
investigasi terhadap problem yang disajikan dan pada akhirnya akan menemukan
sebuah penyelesaian kasus. PBL bisa juga diartikan sebagai sebuah proses inkuiri
2017).
5
B. Rumusan Masalah
Masalah Siswa?”.
C. Tujuan Penelitian
Siswa”.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi sekolah
2. Bagi guru
pembelajaran kimia dengan digunakan model bervariasi untuk hasil belajar siswa
yang meningkat.
3. Bagi siswa
suasana belajar menyenangkan agar siswa tidak jenuh dalam proses pembelajaran.
6
4. Bagi peneliti
pembelajaran kimia.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar ialah proses perbedaan yang terdapat pada perilaku individu serta
yang kompleks dan unik atau khusus artinya, seseorang yang belajar mengaitkan
segala aspek-aspek kepribadiannya, baik itu fisik maupun mental dan setiap orang
proses perubahan yang dimiliki siswa secara individu dalam berbagai bentuk
aspek kepribadiannya.
akan diperoleh. Belajar akan menghasilkan hasil yang baik, sebaliknya buruk
akan dihasilkan yang buruk atau kurang baik dan gagal dalam belajar (Mappeasse,
2009).
dicari, analisis data serta model yang dapat digunakan untuk mengatasi
8
Cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa bisa
pembelajaran berlangsung. Salah satu cara yang bisa mendorong siswa untuk
2019).
9
Model Problem based learning (PBL) merupakan belajar mengajar
dihasilkan oleh program tersebut. Siswa yang lulus sekolah berbasis masalah,
sebagai pemecah masalah yang lebih baik dan lebih siap untuk belajar mandiri
(Rerung et al., 2017). Harapan ini didasarkan pada karakteristik khusus PBL
berpusat pada masalah yang relevan dengan bidang studi mereka, dan mereka
10
tugas belajar masing-masing masalah dan memilih
siswa dihubungkan dengan cara untuk menyelesaikan
pemecahan masalah. permasalahan.
Guru bertanya mengenai Siswa menanggapi
permasalahan yang muncul pertanyaan yang
dengan teori yang ada dalam diberikan guru.
buku.
Fase III Guru memotivasi siswa untuk Siswa mengumpulkan
(mendukung kelompok mengumpulkan informasi dan informasi mengenai
investigasi) melaksanakan eksperimen, dan pemasalahan dari
mencari penjelasan dan solusi sumber-sumber lain.
untuk memecahkan masalah. Siswa melakukan
tindakan untuk
memecahkan masalah.
Fase IV Guru siswa dibantu untuk Siswa mengembangkan
(mengembangkan dan mengembangkan dan dan menyimpulkan hasil
menyimpulkan hasil menyimpulkan yang telah belajar kelompok dan
diskusi kelompok) dilakukan dengan hasil diskusi disajikan dengan baik.
kelompok.
Fase V Guru membantu siswa untuk Siswa menyiapkan hasil
(menganalisis dan merencanakan dan menyiapkan diskusi kelompok berupa
mengevaluasi serta hasil diskusi kelompok yang akan laporan yang akan
menyampaikan proses disampaikan di dalam kelas. disampaikan di depan
penyelesaian masalah di kelas.
depan kelas
(Shofiyah & Wulandari, 2018)
pengembangan yaitu:
- Fasilitator adalah guru. Informasi berbentuk luas dengan relevan pada tujuan yang
- Siswa sangat memahami konsep yang diajarkan, karena mereka sendiri yang
- Ketertarikan siswa pada sebuah hal yang dipelajari untuk motivasi meningkat
suatu masalah.
- Siswa sangat dewasa dan mandiri, bisa memberikan sikap positif serta pendapat
berinteraksi terhadap teman yang lain dalam sebuah belajar kelompok (Hariyanto,
2011).
masalah.
12
- Kesulitan memecahkan persoalan manakala siswa tidak memiliki minat atau
diterapkan yang dipelajari siswa untuk pengalaman yang diberikan langsung serta
kemampuan pemecahan masalah kimia siswa yang belum tercapai secara optimal
berhubungan dengan dunia nyata. Selain itu, dengan aktivitas siswa dalam
13
pembelajaran. Salah satu faktor internal yang diperlukan dalam pembelajaran
secara matematis sangat diperlukan dalam studi kimia, terutama pada materi yang
sifat perhitungannya biasa dalam mata pelajaran kimia umum (Sugiharti, Hamid
pendekatan dan struktur metode PBL mungkin berbeda, tujuan umum cenderung
serupa. PBL dimulai dengan asumsi bahwa belajar adalah proses yang aktif,
a. Pengertian Larutan
Larutan ialah penyusunan suatu zat dibagian campuran tetapi bidang batas
dan sifat homogen tidak dimiliki. Larutan komponen yaitu zat terlarut dan pelarut.
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih (Yunita,
Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut
atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain
dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut
pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau
14
b. Larutan elektrolit dan larutan non elektrolit
Elektrolit yaitu larutan yang menghasilkan arus listrik ketika zat dilarutkan
ke dalam air. Non elektrolit ialah air saat dilarutkan tidak dapat dihantarkan arus
listrik. Daya hantarnya semakin kuat, jumlah ion makin banyak. Zat yang
berwujud molekul netral tidak bermuatan, karena larutan tidak menhantarkan arus
elektrolit kuat dan daya hantar besar. Basa kuat dan garam, larutan asam kuat
ialah contohnya. Kedua elektrolit lemah, yaitu larutan daya hantar lemah (Yuniar
yaitu partikel bermuatan listrik positif atau ion positif dan anion yakni partikel
bermuatan listrik negatif atau ion negatif (Felentina & Kembaren, 2022).
dilarutkan ke air tentu bergerak bebas. Pada saat itu, elektrolit wuwjud padat tidak
15
menhantarkan listrik. Senyawa ion yaitu elektrolit kuat, sebuah tanda panah ke
terpolarisasi molekul polar yang timbul karena besar keelektonegatifan pada dua
atom. Kutub positif dan negatif ialah dwikutub molekul (Ningsih R.S, Kuswati M.
T., 2016)
Senyawa itu dalam bentuk murni merupakan penghantar listrik yang buruk, tetapi
jikia senyawa tersebut dilarutkan dalam air maka akan menghasilkan larutan yang
dapat menghantarkan arus listrik dengan baik (Ningsih R.S, Kuswati M. T.,
2016). Senyawa kovalen polar sebagai ion positif dan negatif dapat dibantu untuk
16
B. Penelitian yang Relevan
1) Septiwi Tri Pusparini, Tonih Feronika, Evi Sapinatul Bahriah, (2018), pengaruh
kritis siswa pada materi sistem koloid. Sampel penelitian berjumlah masing-
masing 30 orang siswa pada kelas kontrol maupun eksperimen. Hasil penelitian
Learning (PBL) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sistem
koloid.
Populasi penelitian adalah semua siswakelas X SMA Negeri 9 Medan dan sampel
penelitian diambil dengan teknik random sampling terdiri dari dua kelas, yaitu
berjumlah 30 orang peserta didik. Hasil penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
siswa pada materi usaha dan energi di kelas X semester II SMA Negeri 9 Medan
T.P. 2017/2018.
17
3) Kompyang Selamet, I Nyoman Suardana, N L.Eka Sumiantari, (2018), pengaruh
posttest control group design. Siswakelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja ialah
populasi penelitian tahun ajaran 2017/2018 126 jumlah peserta didik. Siswayang
belajar model PBL yaitu hasil penelitian yang lebih baik dari model kooperatif
lainnya.
4) Kasmui, Antonius Tri Widodo, Mely Cholifatul Janah, (2018), Teknik sampling
yang digunakan yaitu cluster random sampling, dengan kelas XI MIPA 4 sebagai
kelas eksperimen dan kelas XI MIPA 5 sebagai kelas kontrol. Berdasarkan hasil
C. Kerangka Pikir
Larutan elektrolit dan non elektrolit adalah mata pelajaran yang bersifat
hafalan dan tidak ada hitungan, tentu ditemukan kesulitan pada siswa.
didapatkan bahwa kurang aktif siswa saat jalannya belajar, konsentrasi siswa
sangat rendah sehingga pembelajaran tidak dapat diterima secara maksimal, pola
pengajar kimia dikelas ini hanya fokus ke guru, siswa kurang fokus dan
cenderung malu bertanya jika kurang paham dengan penjelasan dari guru,
keaktifan siswa di kelas kurang, siswa lebih memilih cerita dengan teman
18
dalam berkonsentrasi, sehingga bingung pada saat mengerjakan soal, kurangnya
memahami konsep kimia dan mampu membuktikan konsep yang sudah ada
bermakna. Pada Pembelajaran kimia, siswa diharapkan untuk terlibat aktif pada
kegiatan belajar sehingga potensi yang dimilikinya dapat berkembang, dan siswa
Mengajak siswa untuk lebih berperan aktif dalam pembelajaran ialah cara
siswa rendah disebabkan siswa tidak fokus saat guru menyampaikan materi,
siswamelakukan kegiatan lain dan siswa kurang aktif. Solusi untuk mengatasi
masalah ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai. Model
pemecahan masalah.
pemecahan masalah siswa diukur pada penelitian ini. Pretest untuk mengetahui
19
keterampilan awal siswa dan posttest untuk melihat apakah terdapat pengaruh
Perlakuan Pretest
Posttest
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini ialah terdapat Pengaruh Model Pembelajaran
20
H o = Model pembelajaran problem based learning (PBL) tidak berpengaruh terhadap
kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi pokok larutan elektrolit dan non
kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi pokok larutan elektrolit dan non
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
O1 X O2
Keterangan:
O1 = nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)
yang disebut pretest dan sesudah perlakuan (O2) yang disebut posttest.
Spadem. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan april semester genap tahun
ajaran 2022/2023.
22
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi ialah siswa kelas X di SMA Plus Muhammadiyah Merauke.
purposive sampling yaitu dipakai dalam pemakaian sampel, penelitian ini adalah
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian inti menggunakan dua variabel yaitu:
atau variabel dependen (Khoiroh dkk., 2017). Penelitian dalam variabel bebas
dampak dari variabel bebas (Khoiroh dkk., 2017). Penelitian pada variabel terikat
Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat diperlihatkan pada gambar3.2
(Sugiyono, 2014)
kimia. Tes tertulis digunakan untuk Teknik pengumpulan data. Soal uraian 5
F. Validitas Instrumen
Validitas ialah alat ukur untuk menunjukan pada keahlihan atau ketepatan
suatu objek penelitian (Sugiyono, 2014). Uji validitas instrumen adalah bagian
23
penting yang dapat menentukan dalam proses penarikan kesimpulan penelitian.
1. Statistik Deskriptif
24
a. Uji normalitas
normal. Rumus yang digunakan yaitu Shapiro-Wilk pada taraf signifikansi 5%.
dengan taraf signifikansi 5% ialah jika nilai sig < 0,05, sehingga data berdistribusi
tidak normal dan jika nilai sig ≥ 0,05, sehingga data berdistribusi normal. Jika
test) dan jika data tidak berdistribusi normal dapat dilakukan uji non parametrik
b. Uji Homogenitas
tidak. Uji homogenitas yang digunakan ialah statistic uji Levene dengan
ialah jika nilai sig < 0,05, sehingga data berasal dari populasi yang memiliki
varians tidak homogen dan jika nilai sig ≥ 0,05, sehingga data berasal dari
populasi yang memiliki varians homogen. Jika data berdistribusi normal dapat
dilakukan uji parametrik (independen sampel t-test) dan jika data tidak
berdistribusi normal dapat dilakukan uji non parametrik (uji Wilcoxon). Teknik
c. Uji Hipotesis
uji Wilcoxon, karena data tidak berdistribusi normal maka uji yang dipakai adalah
25
(Uji Wilcoxon). Uji Wilcoxon adalah uji nonparametric yang digunakan untuk
tetapi data berdistribusi tidak normal. Uji ini juga dikenal dengan nama uji match
pair test. Teknik pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan SPPS versi
Dimana:
W = statistik uji
Ri = peringkat i
1. Jika nilai signifikansi atau Asymp. Sig. (2-tailed) lebih kecil dari < 0,05
2. Jika nilai signifikansi atau Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari > 0,05
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitan
1. Deskripsi Data
Data awal adalah hasil pretest dan posttest siswa. Sebelum soal tersebut
diujikan kepada siswa, dilakukan uji validitas guru pelajaran disertai dosen
uji validitas rupa, didapatkan bahwa instrumen valid dan layak digunakan dalam
proses penelitian. Kategori baik mendapatkan konsistensi antar tiga ahli yaitu
Hasil perhitungan uji validasi dan uji reliabilitas inter-rater bisa dilihat di
27
didapatkan kelas X MIPA pada teknik pengambilan sampel. Siswa kelas X MIPA
diberikan pretest terlebih dahulu dalam mengetahui data awal hasil belajar siswa
dan peneliti memberikan atau mengetahui data hasil siswa digunakan untuk
parametrik dengan uji paired sample t-test untuk uji hipotesis, namun karena data
Data hasil pretest dan posttest yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.1.
70
60
50 46.96
40
30
20
10
0
28
Nilai Rata-rata Pretest Nilai Rata-rata Posttest
Gambar 4.1 Grafik Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X MIPA
46.96 ialah rata-rata nilai dengan 68 tingginya nilai dan nilai terendah 30
yakni nilai pretest hasil dihitung. Hal ini terjadi karena siswa belum mempelajari
rata-rata hasil belajar siswa sebesar 76,73 dengan nilai terendah 50 dan nilai
tertinggi 90 dari 26 siswa, dan 4 siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM.
Selisih rata-rata nilai pretest dan posttest sebesar 29,77 yang menunjukan adanya
peningkatan pemahaman materi larutan elektrolit dan non elektrolit dalam soal
yang dipelajari oleh siswa sesudah digunakan model pemebelajran problem based
5.3.
b. Data N-Gain
problem based learning (PBL) mengalami peningkatan dilihat dari selisih antara
nilai rata-rata pretest dan posttest yaitu sebesar 29,77. Data hasil pretest dan
siswa sebesar 0,61 termasuk dalam sedang. Perhitungan dari nilai N-Gain terdapat
dilampiran 5.7.
29
2. Pengujian Hipotesis
larutan elektrolit dan non elektrolit sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.
Sebelumnya, dilakukan terlebih dahulu uji normalitas dan uji homogenitas. Jika
data berdistribusi normal maka di pakai pre sampel t-test, jika data tidak
berdistribusi normal/ tidak homogen maka dilakukan uji non parametrik yaitu uji
Wilcoxon.
a. Uji Normalitas
dikatakan normal jika nilai sig < 0,05, sehingga data berdistribusi tidak normal
dan nilai sig ≥ 0,05, sehingga data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas data
Shapiro-Wilk
Df Sig.
Pretest 26 0,043
Posttest 26 0,030
kecil dari 0,05 dikatakan data pretest tidak normal. Uji normalitas posttest
30
diperoleh nilai 0,030 lebih kecil 0,05 sehingga data posttest tidak berdistribusi
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan ialah statistic uji Levene dengan taraf signifikansi 5%.
pretest dan posttest uji homogenitas diperoleh nilai signifikan 0,023 ≤ 0,05
sehingga data berasal dari populasi yang tidak memiliki varians homogen.
c. Uji Wilcoxon
jika nilai signifikansi atau Asymp. Sig. (2-tailed) lebih kecil dari < 0,05 maka
hipotesis “Ha diterima”, namun jika nilai signifikansi atau Asymp. Sig. (2-tailed)
lebih besar dari > 0,05 maka hipotesis atau “Ha ditolak”. Hasil uji Wilcoxon bisa
Test Statisticsb
Posttest – Pretest
Z -4.461a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test.
Hasil perhitungan uji Wilcoxon di atas diketahui bahwa nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu, sebagaimana dasar
diterima”. Dengan demikian dikatakan bahwa ada perbedaan nilai belajar kimia
antara pretest dan posttest. Karena ada perbedaan yang signifikan maka rumusan
masalah penelitian pun juga dapat terjawab yakni ada “pengaruh model
masalah siswa”.
Terdapat perbedaan nilai kimia antara pretest dan posttest yang signifikan
maka rumusan masalah penelitian pun juga dapat terjawab yakni ada “pengaruh
pemecahan masalah siswa pada materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit
32
kelas X MIPA SMA Plus Muhammadiyah Merauke”. Hasil perhitungan uji
B. Pembahasan
and posttest design. Sampel dilakukan tes kemampuan awal sebelum perlakuan
diterapkan berupa tes uraian sebanyak 5 nomor soal dan tes kemampuan akhir
setelah perlakuan diterapkan berupa tes uraian sebanyak 5 nomor soal. Hal ini
memiliki tujuan dalam mengetahui perbandingan hasil belajar kimia sebelum dan
sudah pernah dilakukan validitas uji oleh doses pembimbing dan guru mata
didapatkan hasil bahwa semua soal dalam pretest dan posttest valid untuk
diujikan.
1. Pelaksanaan Pembelajaran
Penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan yaitu pertemuan awal
a. Pretest
33
Siswa akan belajar bersama dengan kelompok yang telah ditentukan. Peneliti
menjelaskan tahap-tahap PBL kepada siswa, salah satunya ialah cara mengerjakan
Peneliti bekerja sama dengan wali kelas serta guru mata pelajaran untuk
dengan baik. Pertemuan awal pretest diberikan terhadap siswa diketahui dalam
jawaban pretest. Soal pretest yang diberikan berupa 5 soal uraian terdiri dari
peneliti. Soal pretest yang diujikan diperoleh hasil belum ada siswayang
mencapai nilai KKM. Hal ini terjadi karena sebagian besar siswa belum
mempelajari elektrolit dan non elektrolit. Memperoleh skor pada pretest yaitu
b. Pertemuan Pertama
PBL melibatkan siswa secara aktif dalam memahami konsep dan prinsip dari
kepada siswa. Masalah yang diberikan dapat melatih siswa dalam melakukan
34
kebiasan-kebiasan memecahkan masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
menarik kesimpulan).
menganalisis terjadinya larutan elektrolit dan non elektrolit yang disajikan dalam
LKS dan menulis ringkasan dari hasil bacaan mengenai hal yang menyebabkan
siswa kedalam beberapa kelompok kecil (4-5 orang), kemudian membagikan LKS
pada masing-masing kelompok diskusi yang telah dibentuk dan siswa diharapkan
LKS.
menanggapi pertanyaan yang telah diberikan oleh peneliti dengan cara membaca
sumber lain selain buku teks dan mencatat semua informasi yang diperoleh saat
oleh peneliti dituntut siswa mendapat sendiri informasi, ketika siswa terbiasa
untuk mencari jawaban mereka sendiri maka dengan demikian siswa belajar untuk
35
kemampuan pemecahan masalah untuk menanggapi masalah yang diberikan oleh
peneliti.
yang merminta siswa didskusi grup untuk mempresentasikan didepan kelas akan
diwakili oleh salah satu teman kelompok. Peneliti bersama siswa membahas
jawaban dan soal-soal pada materi yang telah dikerjakan oleh masing-masing
kelompok.
dan non elektrolit. Pada pertemuan pertama ini siswa masih kurang paham dan
learning (PBL), karena PBL merupakan model pembelajaran yang baru bagi
siswa sehingga butuh waktu untuk siswa menyesuiakan diri dengan model
pembelajaran.
c. Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua, proses pembelajaran berlansung dengan
36
pembelajaran dengan PBL juga diduga karena model PBL didasarkan pada
prinsip bahwa siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan tetapi juga bahwa
percobaan dan ditentukan larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non
siswa kedalam beberapa kelompok kecil (4-5 orang), kemudian membagikan LKS
siswa untuk percobaan daya hantar listrik hasil dicatat dalam beberapa larutan.
yang akan diwakili oleh salah satu teman kelompok berdasarkan hasil percobaan.
pertemuan kedua ini para siswa mulai berusaha belajar untuk menyesuaikan
dengan model pembelajaran problem based learning tersebut, namun masih ada
37
beberapa fase dalam model pbl sering ditanyakan siswa di kelas secara langsung
d. Posttest
materi yang sudah diberikan serta menjelaskan posttest kepada peserta didik. Pada
pertemuan akhir semua siswa mengikuti tatap muka yang berlansung di dalam
kelas. Setelah itu peneliti mengarahkan siswa untuk membuka soal posttest yang
diberikan. Posttest yang diberikan bertujuan untuk mendapat nilai akhir setelah
diberikan perlakuan. Nilai Posttest yang diperoleh siswa menunjukkan hasil yang
memuaskan, tertinggi nilai yang didapat 90 dan nilai terendah sebesar 58 dengan
dikerjakan soal posstest ditunjukan rata-rata serta tidak tuntas 4 siswa dari
hasilnya.
38
pemecahan masalah cukup, 14 siswa dengan kategori kurang pemecahan masalah,
dan 10 siswa dengan kategori sangat kurang pemecahan masalah, sedangkan hasil
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dilihat bahwa hasil pretest kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan hasil pretest
disebabkan karena model PBL lebih menuntut siswa untuk bekerja secara mandiri
membantu siswa berinteraksi dengan guru dan teman sekelas pada saat proses
Wilcoxon. Uji prasyarat dilakukan langkah pada hipotesis, yaitu uji normalitas
dan uji homogenitas. Hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu, sebagaimana dasar
39
diterima” Dengan demikian dikatakan bahwa ada perbedaan nilai conversation
kimia antara pretest dan posttest. Karena ada perbedaan yang signifikan maka
rumusan masalah penelitian pun juga dapat terjawab yakni ada pengaruh model
masalah siswa.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
pemecahan masalah siswa pada materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit
belajar, N-Gain 0,61 (sedang), Hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai Asymp. Sig.
B. Saran
Terdapat saran hasil penelitian ialah berikut ini:
40
1. Model pembelajaran problem based learning dapat diterapkan guru karena model
2. Membangun komunikasi yang baik dengan siswa sehingga siswa menjadi tertarik
41