Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran kimia diarahkan pada pendekatan saintifik dimana ketrampilan proses
sains dilakukan melalui percobaan untuk membuktikan sebuah kebenaran sehingga
berdasarkan pengalaman secara langsung membentuk konsep, prinsip, serta teori yang
melandasinya (Magdalena, 2014). Dalam Kurikulum 2013, proses belajar-mengajar
mengarahkan siswa yang harus aktif dalam membangun pengetahuannya, sedangkan guru
lebih berperan sebagai fasilitator. Siswa tidak hanya mengetahui fakta, konsep atau prinsip,
tetapi harus terampil menerapkan pengetahuannya dalam menerapkan masalah kehidupan
dan teknologi. Siswa tidak hanya berperan aktif dari segi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi
tetapi siswa juga aktif dalam kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan data,
mengasosiasi dan mengkomunikasi dalam proses pembelajaran.
Larutan elektrolit dan non elektrolit merupakan salah satu materi pokok ilmu kimia
yang diberikan di kelas X SMA. Materi pokok ini memiliki beberapa karakteristik sebagai
berikut:
1. Bersifat abstrak, seperti pada teori ion SvanteArrhenius serta terurainya larutan menjadi
ion-ion yang dapat menghantarkan arus listrik.
2. Pemahaman konsep, yaitu konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit.
3. Penerapan konsep, yaitu saat menguji larutan untuk membedakan sifat-sifat larutan
elektrolit kuat, elektrolit lemah dan nonelektrolit. Materi pokok ini sebenarnya sangat
menarik dan akrab dengan kehidupan sehari-hari, sehingga proses pembelajaran dapat
lebih realistis.
Berdasarkan hal tersebut maka model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model
pengajaran yang berorientasi pada keaktifan siswa dan dalam proses pembelajaran dapat
mempererat sikap kerjasama siswa.
Berdasarkan observasi terhadap proses pembelajaran kimia, pada materi larutan
elektrolit dan non elektrolit diperoleh hasil observasi bahwa selama proses pembelajaran,

1
penyajian materi masih dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi yang menjadikan
guru sebagai pusat belajar (teacher centered).
Berdasarkan dari hasil observasi di lapangan diperoleh beberapa faktor yang
menyebabkan kurangnya minat belajar siswa yaitu:
- Kurangnya pemahaman siswa dengan materi yang disampaikan, hal ini terjadi karena
siswa tidak membaca materi terlebih dahulu sebelum pembelajaran, dan kurangnya
penjelasan guru terhadap materi yang disampaikan.
- Kurangnya perhatian siswa dalam pembelajaran, ini terjadi karena siswa banyak yang
menggunakan handphone saat pembelajaran, mengobrol dengan teman dan menggambar
saat pembelajaran berlangsung.

Menurut Rahmawati (2014) salah satu model pembelajaran yang berpusat pada
keaktifan siswa yang juga mencakup peningkatan aktifitas belajar siswa adalah model
pembelajaran inkuiri. Pembelajaran inkuiri diterapkan agar siswa bebas mengembangkan
konsep yang mereka pelajari bukan hanya sebatas materi yang dicatat saja kemudian
dihafal (Yulianingsih & Hadisaputro, 2013). Selain itu, menurut Damarsasi (2013) dalam
model pembelajaran inkuiri siswa secara langsung terlibat aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga mendorong siswa untuk lebih aktif, antusias dan menjadi daya
tarik bagi siswa.

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat dipahami bahwa banyak
sekali faktor yang dapat menumbuhkan atau membangkitkan minat belajar bagi siswa.
Tinggal bagaimana upaya yang harus kita lakukan sebagai seorang guru dalam
memecahkan masalah ini, sehingga siswa terbantu untuk menemukan minatnya dalam
mengikuti pembelajaran. Siswa yang memiliki karakter yang berbeda-beda memerlukan
penanganan yang berbeda pula, termasuk dalam hal menumbuhkan minat belajarnya.
Dengan adanya upaya dari guru dan pihak lain dalam menumbuhkan minat belajar bagi
siswa, diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang akhirnya tertuju pada
keberhasilan belajar siswa. Masalah yang timbul di kelas X MIA 3 SMA Negeri 1 Kota
Jambi dapat diatasi dengan cara mengelola kelas dengan baik, menerapkan sintak
pembelajaran dengan benar, dan melengkapi fasilitas sekolah yang ada.

2
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, penulis mencoba
untuk memperbaiki proses belajar di kelas X MIA 3 SMA 1 Kota Jambi guna
meningkatkan minat belajar siswa khususnya pada pelajaran kimia materi larutan
elektrolit dan non elektrolit melalui penelitian tindakan yang berjudul “Meningkatkan
minat belajar siswa dalam proses pembelajaran materi larutan elektrolit dan non elektrolit
menggunakan model pembelajaran Inquiry terbimbing kelas X MIA 3 SMA Negeri 1
Kota Jambi”.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah dan hasil analisis masalah diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana cara meningkatkan minat belajar peserta didik kelas X MIA 3 SMA Negeri 1
Kota Jambi pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit ?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran Inquiry terbimbing pada materi larutan elektrolit
dan non elektrolit dapat meningkatkan minat belajar siswa ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan minat belajar peserta didik kelas X MIA 3 SMA Negeri 1 Kota Jambi pada
materi larutan elektrolit dan non elektrolit
2. Mengetahui pengaruh model pembelajaran Inquiry terbimbing pada materi larutan
elektrolit dan non elektrolit terhadap minat belajar peserta didik

1.4 Fokus / Batasan


1.Meningkatkan minat belajar peserta didik pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit
2.Penerapan model pembelajaran Inquiry terbimbing pada materi elektrolit dan non
elektrolit

3
1.5 Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Dalam penelitian ini manfaatnya adalah untuk meningkatkan minat belajar peserta
didik kelas X MIA 3 SMA Negeri 1 Kota Jambi pada materi larutan elektrolit dan non
elektrolit dan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi elektrolit dan non elektrolit
dengan menggunakan model Inquiry terbimbing.
1. Bagi siswa dapat memberikan motivasi siswa, melatih keterampilan siswa,
mengembangkan sikap kritis dan dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa.
2. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai masukan serta bahan pertimbangan dalam memilih
model pembelajaran yang efektif dan inovatif dalam proses belajar mengajar.
3. Bagi sekolah, sebagai sumbangan pemikiran dalam perbaikan pengajaran serta referensi
untuk bahan pertimbangan agar penggunaan model dan media pembelajaran yang
diterapkan di sekolah lebih bervariasi.
4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan serta rujukan
dalam melakukan penelitian selanjutnya.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Yang Relevan


Menurut (Sumarni, dkk, 2017) Penggunaan model pembelajaran Inkuiri
Terbimbing secara signifikan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar kognitif peserta
didik pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan. Perbedaan hasil belajar
tersebut dapat terjadi karena dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran
inkuiri terbimbing lebih melibatkan peserta didik untuk aktif dan bekerja sama dalam
berdiskusi dan melakukan praktikum. Hal ini tentu dapat merangsang keterampilan berpikir
intuitif dan motivasi belajar peserta didik. Hasil belajar kognitif peserta didik yang
menerima pembelajaran dengan model Inkuiri Terbimbing lebih tinggi dibandingkan
peserta didik yang menerima pelajaran dengan model konvensional. Hal ini diketahui dari
nilai yang diperoleh oleh kelas eksperimen dan kelas kontrol, diantaranya: nilai maksimal
kelas eksperimen adalah 98. Sedangkan nilai maksimal kelas kontrol adalah 75.
Menurut (Aulia Sanova, 2013) Proses pembelajaran yang dilakukan oleh tenaga
pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan
pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan
pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru atau tidak melibatkan
siswanya secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru masih banyak memposisikan
dirinya sebagai “teacher centered learning” dimana dalam proses belajar mengajar guru
masih menggunakan metode konvensional dengan teknik ceramah. Pembelajaran inkuiri
terbimbing melalui metode eksperimen, siswa akan terlibat aktif melakukan percobaan
sendiri, mengamati, mencatat, mengolah data, menyimpulkan hasil eksperimen dan
membuat laporan.
Menurut (Hidya Septina, 2013) berdasarkan hasil uji-t pada taraf signifikansi α =
0,05 dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar kognitif antara siswa yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan siswa yang diajar dengan
model pembelajaran ceramah-praktikum. Nilai rata-rata siswa yang diajar dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing (92,97) lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan
model pembelajaran ceramah-praktikum (86,50). Rata-rata hasil belajar afektif siswa yang

5
diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing (77,53) lebih tinggi daripada
siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ceramah-praktikum (65,34). Rata-rata
hasil belajar psikomotor siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri
terbimbing (74,80) lebih tinggi daripada siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran ceramah-praktikum (68,33).
Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk
membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-
minat siswa yang telah ada. Menurut Tanner and Tanner (1975) menyarankan agar para
pengajar berusaha membentuk minat-minat baru pada siswa. Hal ini bisa dicapai melalui
jalan memberi informasi pada siswa tentang bahan yang akan disampaikan dengan
menghubungkan bahan pelajaran yang lalu, kemudian diuraikan kegunaannya di masa yang
akan datang. Roijakters (1980) berpendapat bahwa hal ini bisa dicapai dengan cara
menghubungkan bahan pelajaran dengan berita-berita yang sensasional, yang sudah
diketahui siswa.

2.2 Definisi Belajar


Belajar menurut pandangan Pavlov merupakan sebuah proses perubahan yang
terjadi disebabkan adanya syarat-syarat atau conditions, yang dapat berbentuk latihan yang
dilakukan secara kontinuitas atau terus menerus sehingga menimbulkan reasksi (response).
Kelemahannya adalah menganggap bahwa belajar adalah hanyalah terjadi secara otomatis
dan lebih menonjolkan peranan latihan-latihan, dimana keaktifan dan pribadi seseorang
tidak dihiraukan.
Belajar menurut pandangaan Skinneradalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar,
maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya
menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut :
a. Kesempatan terjadi peristiwa yang menimbulkan respons pembelajar
b. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadi pada
stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku responssi
pembelajar yang baik di beri hadiah. Sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi
teguran dan hukuman.

6
Belajar menurut pandangan Gagne adalah kegiatan yang kompleks. Hasil belajar
berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan
nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut dari a) stimulasi yang berasal dari lingkungan dan b)
proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah stimulus linkungan, melewati pengolahan
informasi menjadi kapabilitas baru. Gagne berpendapat bahwa dalam belajar terdiri dari
tiga tahap yang meliputi Sembilan fase.Tahapan itu sebagai berikut :
1. persiapan untuk belajar
2. pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi)
3. alih belajar pada tahap persiapan dilakukan tindak mengarahkan perhatian,
pengharapan dan mendapatkan kembali informasi. Pada tahap pemerolehan dan
performansi digunakan untuk persepsi selektif, sandi semantic, pembangkitan kembali
dan respons, serta penguatan (Dimyati, 1994: 8-9).
Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :
1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan
(kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).
2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.
3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi
akibat interaksi dengan lingkungan.
4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak
karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

2.3 Minat Belajar


Menurut Buchori (1999:135) minat merupakan kesadaran seseorang, bahwa suatu
objek, seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkutpaut dengan dirinya. Jadi minat
harus dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar, kalau tidak demikian minat itu tidak
memiliki arti sama sekali.
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar. Menurut (Sardini, 2013:3 dalam
Dewi, 2016:3) “Minat belajar dapat kita definisikan sebagai ketertarikan dan kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan terlibat dalam aktivitas belajar karena menyadari

7
pentingnya atau bernilainya hal yang ia pelajari” Dengan demikian, minat belajar sangat
menentukan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.
Minat termasuk faktor intrinsik yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar
seseorang. Seseorang yang berminat pada suatu mata pelajaran, maka akan cenderung
bersungguh-sungguh dalam mempelajari pelajaran tadi. Sebaliknya, seseorang yang kurang
berminat terhadap suatu pelajaran, maka ia akan cenderung enggan mempelajari pelajaran
tadi (Slametto, 2003). Minat sangat berhubungan dengan sikap seseorang. Minat juga
merupakan suatu fungsi jiwa untuk mencapai sesuatu (Purwanto, 2000). Rumini (1995: 118)
mengemukakan bahwa minat sangat berhubungan erat dengan dorongan, motivasi dan reaksi
emosional. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan merangsang
berbagai kegiatan (Slametto, 2003 dalam Wahyudin, 2010: 59).

2.4 Macam-macam Minat Belajar


Jeanne Ellis Ormrod (2008: 101) mengatakan bahwa Para ahli psikologi membedakan
dua jenis minat, yaitu:
1). Minat situasional
Dipicu oleh sesuatu dilingkungan sekitar.Minat yang dipicu secara temporer
oleh sesuatu dilingkungan sekitar.
2). Minat pribadi
Minat ini terletak di dalam diri.Siswa cenderung memiliki preferansi pribadi
tentang topik – topik yang mereka kejar dan aktivitas yang mereka ikuti.Minat semacam
ini relatif stabil sepanjang waktu dan menghasilkan pola yang konsisten dalam pilihan
yang dibuat siswa.Seringkali minat pribadi dan pengetahuan saling menguatkan. Minat
dalam sebuah topik tertentu memicu semangat untuk mempelajari lebih dalam tentang
topik tersebut, dan pengetahuan yang bertambah sebagai akibat dari proses pembelajaran
itu pada gilirannya meningkatkan minat yang lebih besar.
Dewa ketut sukardi (1993:117) mengemukakan bahwa ada tiga cara yang dapat
digunakan untuk menentukan minat seperti berikut:
1. Minat yang diekspresikan (Expressedinterest)
Seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan kata-kata tertentu.
Misal: seseorang mungkin mengatakan bahwa dirinya tertarik dalam mengumpulkan

8
mata uang logam, perangko, dan lain-lain
2. Minat yang diwujudkan (Manifestinterest)
Seseorang dapat mengungkapkan minat bukan melalui kata-kata melainkan dengan
tindakan atau perbuatan, yaitu ikut serta dan berperan aktif dalam suatu kegiatan,
missal: kegiatan olahraga, pramuka dan lain sebagainya yang menarikperhatiannya.
3. Minat yang diinventarisasikan (inventorizedinterest)
Seseorang menilai minatnya agar dapat diukur dengan menjawab terhadap sejumlah
pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk aktivitas tertentu. Minat yang di
ekspresikan dan minat yang diwujudkan keduanya merupakan petunjuk yang
bermakna dari minat siswa.

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar


Adapun menurut Crow and Crow (1975: 169) minat dipengaruhi oleh:
1. Faktor kebutuhan dari dalam, kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berkaitan dengan
jasmani dan kejiwaan, yaitu faktor yang berhubungan erat dengan kebutuhan fisik,
merangsang individu untuk mempertahankan diri dari rasa sakit, lapar dan hal yang
berkaitan dengan kebutuhan fisik.
2. Faktor motif sosial, merupakan faktor yang dapat membangkitkan minat melakukan
aktivitas-aktivitas sosial demi kebutuhan sosial.
3. Faktor emosional, yaitu faktor emosi perasaan yang erat hubungannya dengan minat
terhadap objek tertentu. Suatu aktivitas yang berhubungan dengan objek tertentu kemudian
dapat menimbulkan rasa senang atau puas.

2.6 Model Pembelajaran Inquiry.


Inkuiri berasal dari kata inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan atau
penyelidikan. Siswa diprogramkan agar selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang
disajikan guru bukan begitu saja diberikan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa diusahakan
sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka
“menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru (Ahmadi, 1997 dalam
Wahyudin, 2010: 59). Model inkuiri merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa

9
mengolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Dalam
model inkuiri siswa dirancang untuk terlibat dalam melakukan inkuiri. Model pengajaran
inkuiri merupakan pengajaran yang terpusat pada siswa. Dalam pengajaran ini siswa lebih
aktif belajar. Tujuan utama model inkuiri adalahmengembangan keterampilan intelektual,
berfikir kritis, dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah (Dimyati & Mudjiono, 1994
:10).
Dalam pembelajaran sains dengan pembelajaran inkuiri, guru harus membimbing
siswa terutama siswa yang belum pernah mempunyai pengalaman belajar dengan kegiatan-
kegiatan inkuiri. Atas dasar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, W.R Romey (1968: 22)
membedakan inkuiri menjadi dua tingkat, yang pertama inkuiri dengan aktivitas terstruktur,
dalam inkuiri dengan “aktivitas terstruktur” siswa memperoleh petunjuk-petunjuk lengkap
yang mengarahkan pada prosedur yang didesain untuk memperoleh sesuatu konsep atau
prinsip tertentu. Yang kedua, inkuiri dengan aktivitas tidak terstruktur. Dalam inkuiri dengan
“aktivitas tidak terstruktur”, hanya terdapat penyajian masalah, dan siswa secara bebas
memilih dan menggunakan prosedur-prosedur masing-masing, menyusun data yang
diperolehnya, menganalisisnya dan kemudian menarik kesimpulan.

2.7 Teori-Teori Pendukung Model Pembelajaran Inquiry


1. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori belajar konstruktivisme berkaitan erat dengan bagaimana seorang individu


memperoleh pengetahuan yang baru dengan cara menghubungkan pengetahuan yang
mereka miliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru mereka terima. Teori belajar
konstruktivisme juga mengandung prinsip-prinsip penting dalam pembelajaran siswa di
sekolah. salah satu prinsip penting teori belajar konstruktivisme adalah bahwa guru tidak
boleh hanya sekedar menyampaikan/menyajikan pengetahuan.kepada siswa namun siswa
juga harus terlibat dalam membangun pengetahuan mereka sendiri.
Salah satu prinsip teori belajar konstruktivisme adalah bahwa siswa tidak boleh
hanya sekedarmenerima begitu saja informasi, pengetahuan atau pun materi namun siswa
juga harus mampu menemukan dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Gulo dalam (Sudjana, 2009 : 16) bahwa

10
inquiry merupakan rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis sehingga siswa dapat merumuskan sendiri
penemuannya. Selain itu, teori konstruktivisme menyatakan bahwa seseorang memperoleh
pengetahuan tidak hanya dari melihat dan menerima apayang diberikan namun seseorang
membangun dan membentuk pengetahuan mereka sendiri menjadi suatu pemahaman yang
mendalam.
2. Teori Piaget
Implikasi dari teori piaget dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Memusatkan perhatian pada proses berpikir anak, bukan sekadar hasilnya.
2. Menekankan pada pentingnya peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatannya
secara aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran di kelas, pengetahuan diberikan
tanpa adanya tekanan, melainkan anak didorong menemukan sendiri melalui preses
interaksi dengan lingkungannya.
3. Memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan sehingga
guru harus melakukan upaya khusus untuk mengatur kegiatan kelas dalam bentuk
individu-individu atau kelompok-kelompok kecil.
Berdasarkan teori Piaget, pembelajaran inkuiri cocok bila diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran karena inkuiri menyandarkan pada dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi
proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir,
sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkontruksi pengetahuan dan penguasaan
materi pelajaran baru. Selain itu, yang dinilai dalam pembelajaran inkuiri adalah proses
menemukan sendiri hal baru dan proses adaptasi yang berkesinambungan secara tepat dan
serasi antara hal baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
3. Teori Gestalt
Teori Gestalt menekankan kepada proses-proses intelektual yang kompleks
seperti bahasa, pikiran, pemahaman, dan pemecahan masalah sebagai aspek utama dalam
proses belajar (Sudjana, 1991: 24). Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses
mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di
dalam suatu situasi permasalahan.Belajar terjadi karena kemampuan menangkap makna dan
keterhubungan antara komponen yang ada di lingkungannya.

11
2.8 Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing
Carin dan Sund berpendapat bahwa pembelajaran model inkuiri mencakup inkuiri
induktif terbimbing dan tak terbimbing, inkuiri deduktif, dan pemecahan masalah. Diantara
model-model inkuiri yang lebih cocok untuk siswa siswa SMA adalah inkuiri induktif
terbimbing, dimana siswa terlibat aktif dalam pembelajaran tentang konsep atau suatu gejala
melalui pengamatan, pengukuran, pengumpulan data untuk ditarik kesimpulan. Pada inkuiri
induktif terbimbing, guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai
penerima informasi, tetapi guru membuat rencana pembelajaran atau langkah-langkah
percobaan. Siswa melakukan percobaan atau penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep
yang telah ditetapkan guru (Sanjaya, 2003: 96).
Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki tahapan-tahapan yang dapat
mendorong siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui kegiatan praktikum
atau pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diamati .
Model pembelajaran inkuiri adalah sebuah model pembelajaran yang mampu
menciptakan peserta didik yang cerdas dan berwawasan. Dengan model pembelajaran ini,
siswa dilatih selalu berpikir kritis, karena membiasakan siswa memecahkan suatu masalah
sendiri. Model pembelajaran ini bertujuan untuk melatih kemampuan peserta didik dalam
meneliti, menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara ilmiah. Pada proses
inkuiri, guru dalam hal ini hanya bertindak sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluh
kelompok.

2.9Langkah – Langkah Pelaksanaan Inkuiri Terbimbing


Langkah – langkah dalam pembelajaran inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut:
1. Perumusan Masalah
Langkah awal adalah menentukan masalah yang ingin di dalami atau
dipecahkan dengan metode inkuiri. Persoalan dapat disiapkan atau diajukan oleh guru.
Persoalan sendiri harus jelas seingga dapat dipikirkan, didalami, oleh guru. Persoalan
sendiri harus jelas sehingga dapat dipikirkan, didalami, oleh siswa. Persoalan perlu
diidentifikasi dengan jelas tujuan dari seluruh proses pembelajaran atau penyelidikan.
Bila persoalan di tentukan oleh guru perlu diperhatikan bawa persoalan itu real, dapat
dikerjakan oleh siswa, dan sesuai dengan kemampuan siswa. Persoalan yang terlalu

12
tinggi membuat siswa tidak semangat, sedangkan persoalan yang mudah yang suda
mereka ketaui tidak menarik minat siswa. Sangat baik bila persoalan itu sesuai dengan
tingkat hidup dan keadaan siswa.
2. Menyusun hipotesis
Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara
tentang masalah itu. Inilah yang disebut hipotesis. Hipotesis siswa perlu dikaji apakah
jelas atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru mencoba membantu memperjelas
maksudnya lebih dulu. Guru di harapkan tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah,
tetapi cukup memperjelas maksudnya saja. hipotesis yang salah, tetapi cukup
memperjelas maksudnya saja. hipotesis yang salah nantinya akan kelihatan setelah
pengambilan data dan analisis data yang di perolh .
3. Mengumpulkan data
Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak –
banyaknya untuk membuktikan apakahhipotesis mereka benar atau tidak. Dalam bidang
biologi, untuk dapat mengumpulkan data, siswa harus menyiapkan suatu peralatan untuk
pengumpulan data. Maka guru perlu membantu bagaimana siswa mencari peralatan,
merangkai peralatan, dan mengoperasikan peralatan sehingga berfungsi dengan baik.
Langkah ini adalah langkah percobaan atau eksperimen. Biasanya dilakukan di
laboratorium tetapi kadang juga dapat di luar sekolah. Setelah peralatan berfungsi, siswa
diminta untuk mengumpulkan data dan mencatatnya dalam buku catatan.
4. Menganalisis Data
Data yang suda dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan hipotesis
apakah benar atau tidak. Untuk memudakan menganalisis data, data sebaiknya
diorganisasikan, dikelompokan, diatur sehingga dapat dibaca dan dianalisis dengan
mudah. Biasanya disusun dalam suatu tabel.
5. Menyimpulkan
Dari data yang tela di kelompokan dan dianalisis, kemudian diambil kesimpulan
dengan generalisasi. Setelah diambil kesimpulan, kemudian dicocokan dengan hipotesis
asal, apaka hipotesa kita diterima atau tidak.

13
2.10 Kelebihan dan Kekurangan Model Inkuiri Terbimbing
Menurut Sanjaya (2010:208), ada beberapa keunggulan strategi pembelajaran inkuiri.
Beberapa keunggulan tersebut adalah:
a. Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang, seingga pembelajaran melalui
strategi ini dianggap lebih bermakna.
b. Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya mereka
c. Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern
yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman
d. Keuntungan ini adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan diatas rata – rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar
bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lema dalam belajar
Sedangkan keunggulan model inkuiri menurut Sahrul ( 2009 : 54 ) adalah sebagai berikut:
a. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
b. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang
seingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang tela di tentukan.
c. Selama kriteria keberasilan belajara di tentukan ole kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran, maka strategi ini akan sulit di implementasikan ole setiap guru.
Menurut Sanjaya (2010: 208), disamping keunggulan strategi pembelajaran inkuiri juga
memiliki kelemahan, yaitu :
1. Digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan
keberasilan siswa.
2. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran ole karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
3. Kadang–kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang
seihngga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah di tentukan.
4. Selama kriteria keberasilan belajar di tentukan oleh kemampuan- kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inkuiri akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru.

14
2.11 Keterkaitan Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing dengan Minat
Pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap hasil belajar dan minat
belajar peserta didik. Pada kelas inkuiri terbimbing (eksperimen) menunjukkan bahwa minat
belajar peserta didik memiliki kategori sangat tinggi. Biasanya pembelajaran masih
cenderung berpusat pada guru, hal ini terlihat dari aktifitas peserta didik yang didominasi
dengan kegiatan mencatat, menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dan mendengarkan
penjelasan dari guru. Penjelasan materi disampaikan dengan ceramah, sehingga interaksi
antar guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik menjadi kurang.
Minat belajar peserta didik pada dapat dilihat dari keinginan/dorongan untuk belajar,
perhatian terhadap pembelajaran, respon terhadap pelajaran. Pada penelitian ini, minat
belajar peserta didik tercermin Ketika melakukan praktikum maupun diskusi pada kelas
eksperimen, peserta didik juga dapat mengembangkan kemampuannya untuk mengajukan
pendapat atau pertanyaan, memiliki rasa saling menghargai, mandiri, bertanggung jawab,
serta mampu saling bekerjasama dengan peserta didik lainnya untuk memecahkan suatu
masalah yang diberikan oleh guru. Peran Guru dalam pembelajaran inkuiri terbimbing
adalah sebagai fasilitator dan sebagai pembimbing ketika peserta didik praktikum maupun
diskusi. Adanya pola hubungan baik antara guru dengan peserta didik dalam proses
pembelajaran membuat proses pembelajaran menjadi menyenangkan. Guru memposisikan
diri sebagai mitra belajar peserta didik, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup
kemungkinan guru belajar dari peserta didiknya. Sebagaimana penjelasan (Sanjaya, 2003:
96) yang menyatakan bahwa suasana belajar yang menarik, adanya keterlibatan penuh
peserta didik dan perhatian peserta didik, lingkungan yang menarik, perasaan gembira, dan
konsentrasi yang tinggi merupakan proses pembelajaran yang menyenangkan. Pemberian
masukan yang positif dari guru dan suasana belajar yang menyenangkan membuat peserta
didik menjadi aktif, sehingga berdampak pada hasil belajar peserta didik. Berdasarkan
pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran inkuiri
terbimbing terhadap minat belajar peserta didik yaitu minat belajar peserta didik pada kelas
ekperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Dari penjelasan diatas terdapat keterkaitan yaitu bahawa model pembelajaran inquiry
ini lebih menekankan pada pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang

15
kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya
belajarnya dan sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yaitu belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman.

2.12 Konsep Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit


2.12.1 Pengertian Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Penjelasan mengenai larutan elektrolit dan non elektrolit pertama kali dijelaskan oleh
ilmuan asal Swedia, Svante August Arrhenius pada tahun1884.Menurut Arrhenius, zat
elektrolitdalam larutannya akan terurai menjadi partikel-partikel yang berupa atom atau
gugus atom yang bermuatan listrik yang dinamakan ion.Ion-ion zat elektrolit tersebut selalu
bergerak bebas dan ion-ion inilah yangsebenarnya menghantarkan arus listrik melalui
larutannya.
Sedangkan larutan nonelektrolit, ketika dilarutkan dalam air tidak terurai menjadi ion-
ion, tetapitetap dalam bentuk molekul yang tidak bermuatan listrik.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik karena dapat
terionisasi menjadi ion-ion bermuatan listrik.
2. Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapatmenghantarkan arus listrik karena
tidak dapat terionisasi menjadi ion- ion, tetapi tetapdalambentukmolekul.
2.12.2 Elektrolit Kuat, Elektrolit Lemah danNonelektrolit
Berdasarkan kuat-lemahnya daya hantar listrik, larutan elektrolit dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
a. Larutan elektrolit kuat, yaitu larutan elektrolit yang mengalamiionisasisempurna.Banyak

16
sedikitnya elektrolit yang mengion dinyatakan dengan derajat ionisasi atau derajat disosiasi
(α), yaitu perbandingan antara jumlah zat yang mengion dengan jumlah zat yang
dilarutkan.Larutan elektrolit kuat mengalami ionisasi sempurna sehingga derajat ionisasinya
(α) = 1.Indikator pengamatan: lampu menyala terang dan timbul banyak gelembung gas pada
elektrode.

Gambar 4. Larutan NaCl


Contoh:
larutan H2SO4, larutan NaOH,
larutan NaCl. Reaksi ionisasi:
H2SO4(aq) → 2H+(aq) + SO42-(aq)
b. Larutan elektrolit lemah, yaitu larutan elektrolit yang mengalami sedikit ionisasi (terion tidak
sempurna), sehingga derajat ionisasinya (α) adalah 0 ≤ α ≤ 1. Indikator pengamatan: lampu
tidak menyala atau menyala redup dan timbul sedikit gelembung gas padaelektrode.

Contoh: larutan CH3COOH dan larutan


c. Larutan elektrolit lemah, yaitu larutan elektrolit yang mengalami sedikit ionisasi (terion tidak
sempurna), sehingga derajat ionisasinya (α) adalah 0 ≤ α ≤ 1. Indikator pengamatan: lampu
tidak menyala atau menyala redup dan timbul sedikit gelembung gas pada elektrode.

Contoh: larutan CH3COOH dan larutan NH4OH.


d. Larutan Nonelektrolit, yaitu larutan yang tidak mengalami ionisasi sehingga derajat ionisasi
(α) = 0. Indikator pengamatan: lampu tidak menyala dan tidak timbul gelembung gas pada
elektrode.

17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian


Adapun tujuan penelitian tindakan kelas secara umum adalah untuk memperbaiki dan
meningkatkan kondisi- kondisi belajar serta kualitas pembelajaran, serta dapat memberikan
kesempatan guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan pembelajaran yang
direncanakan secara tepat waktu dan sasaranya.
Metode metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi dan data- data yang
diperlukan adalah :
 Metode observasi , melalui metode ini kami melakukan obsevasi langsung di SMA
Negeri 1 Kota Jambi, observasi dilakukan guna melihat langsung proses kegiatan
pembelajaran yang sedang berlangsung
 Studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan berbagai sumber- sumber referensi baik
berupa buku, jurnal di internet dan sumber sumber lainya sebagai acuan dalam
penyusunan laporan.
3.2. Tempat dan Waktu
3.2.1 Tempat
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dikelas X MIA 3 SMA Negeri 1
Kota Jambi
3.2.2 Waktu
Waktu penelitian, Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yang lalu, dilakuan pada
tanggal 09 bulan Februari tahun 2018.

3.3 Subjek
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X MIA 3 SMA
Negeri 1 Kota Jambi Tahun ajaran 2017/2018 yang terdiri 35 siswa dengan komposisi 18
perempuan dan 17 laki-laki.

18
3.4 Variabel yang diselidiki

Dalam penelitian tindakan kelas ini,variabel yang diselidiki adalah:


Variabel input : Siswa Kelas X MIA 3 SMA Negeri 1 Kota Jambi
Variabel proses : Model Inquiry Terbimbing
Variabel output : Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

3.5 Langkah – langkah Penelitian

3.5.1 Perencanaan (Planning)


Pada tahap ini penulis melakukan :
1. Menyiapkan materi bahan ajar : materi larutan elektrolit dan non elektrolit
2. Menemukan solusi yang diambil, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran
Inquiry terbimbing
3. Menentukan langkah / skenario belajar berdasarkan model pembelejaran inquiry

19
4. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan materi “ larutan
elektrolit dan non elektrolit ”
5. Menyusun instrumen berupa lembaran observasi, baik terhadap guru maupun siswa.

3.5.2.Impementasi / pelaksanaan
Pada implementasi ini yakni menjalankan proses pembelajaran sesuai dengan model
pembeleajaran inquiry terbimbing, dan menjalankan tindakan yang sudah direncanakan.
3.5.3 Pengamatan
Kegiatan mengamati, observasi, atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau
kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat mengamati pengamat haruslah
mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian yang tercantum pada lembar
obsevasi, baik observasi siswa maupuan observasi guru yang mmengajar. Pada tahap ini yakni
mengisi lembar observasi guru dan lembar observasi siswa yang sudah disiapkan.
3.5.4 Evaluasi
Mengevaluasi lembar observasi guru dan lembar observasi siswa yang telah diisi
tadi.Proses Penilaian terhadap aktivitas/keaktifan yang dilakukan pada saat proses peembelajaran
dengan menggunakan lembar observasi baik itu lembar observasi siswa maupun lembar
observasi guru yang disusun berdasarkan model pembelejaran inquiry terbimbing.
3.5.5 Analisis
Analisis hasil observasi terhadap aktivitas guru dan siswa dilakukan untuk mengetahui
aktivitas dalam proses pemblajaran. Setelah melakukan observasi, maka peneliti melakukan
diskusi dengan rekan sejawat (sesama guru) yang melakukan kolaborasi tentang hasil yang sudah
di dapat. Diskusi tersebut meliputi hasil evaluasi dari lembar observasi guru dan lembar
observasi siswa. Dari hasil analisis ini, peneliti akan mengetahui prosedur model pembelajaran
Inquiry sudah berhasil atau belum.
3.5.6 Refleksi
Setelah menganalisis hasil belajar siswa dan hasil pengamatan aktivitas guru, serta
menyesuaikan dengan ketercapaian indikator kinerja maka peneliti melakukan refleksi dan
menyusun rekomendasi untuk siklus berikutnya. Perencanaan Tindak Lanjut dilakukan Bila
hasil perbaikan yang diharapkan belum tercapai pada Siklus I, maka tindakan masih perlu
dilanjutkan pada Siklus II. Pada Siklus kedua ini perlu dilakukan perencanaan kembali. Siklus

20
ini merupakan kesatuan dari kegiatan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
interpretasi, analisis dan evaluasi, serta refleksi.

3.6 Teknik Analisi Data


1. Data kualitatif
Data kualitatif yaitu hasil pengamatan aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran, dianalisis dengan metode deskriptif persentase. Selanjtutnya berdasarkan
hasil analisa tersebut dilakukan tindak lanjut. Data yang diproleh dari ujian harian siswa
akan digunakan untuk mengmbil kesimpulan terhadap hasil penelitian tindakan kelas.

2. Data kuantitatif
a. Rata-rata hasil belajar
Untuk menilai tes formatif peneliti melakukan penjumlahan nilai yang
diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada dikelas
sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan sebagai berikut :
_ X = Ʃ X/ Ʃ N _
Keterangan : X = Nilai Rata-rata
Ʃ X = Jumlah Semua Nilai Siswa
Ʃ N = Jumlah Siswa
b. Ketuntasan Belajar
Untuk ketuntasan belajar ada dua kategori ketuntasan belajar, yaitu secara
perorangan dan secara klasikal. Data hasil belajar siswa dianalisis secara deskriptif
dengan melihat persentase nilai ketuntasan belajar siswa. Menurut Sudjono Anas
(1999:61) dapat dihitung dengan teknik analisis deskriptif persentase berikut :
P = X/N X 100 %
Keterangan : P = tingkat ketuntasan belajar secara klasikal
X = Jumlah siswa yang tuntas belajar secara individual
N = Jumlah total Siswa

21
3.7 Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan sebagai berikut :
1. Dalam melakukan aktivitas belajar sekurang –kurangnya 75 % siswa active.
2. Kondisi dalam proses pembelajaran sekurang-kurangnya 75% siswa dapat menjawab
kuis dan pertanyaan yang diberikan tentang kimia unsur.
3. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) siswa 75 .

22
Lembar Observasi
LEMBAR OBSERVASI MINAT BELAJAR SISWA
Nama siswa :
Hari/ tanggal :
Siklus / pertemuan :
Berilah tanda ceklis (v) pada salah satu kolom 4/3/2/1 dan berikanlah keterangan pada kolom
“keterangan” jika diperlukan !
Keterangan :
4 : sangat baik
3 : baik
2 : tidak baik
1 : Sangat tidak baik

N Variabel Indicator Hal yang diamati Skor ket


N 1 2 3 4
o. 1 2 3 4
11 Minat Perhatian  Siswa tidak berbicara sendiri ketika
guru mengajar
belajar dalm
 Siswa tidak mengantuk ketika guru
KBM mengajar
 Siswa suka dengan media yang
digunakan oleh guru
 Siswa tidak bermain sendiri ketika
guru mengajar
Partisipas  Siswa menjawab pertanyaan yang
diberikan guru
i dalam
 Siswa bertanya kepada guru jika
KBM tidak bisa menjawab soal
 Siswa selalu maju di depan kelas
jika disuruh guru
 Siswa aktif dalam diskusi kelompok
Perasaan  Siswa merasa senang ketika guru
menggunakan percobaan dalam
senang
pembelajaran
terhadap  Siswa senang jika guru mengajar
KBM dengan menggunakan media
praktikum

23
 Siswa merasa gembira ketika guru
memperkenalkan media tersebut
Interaksi  Penggunaan objek kontekstual yang
disediakan atau objek belajar di
dengan
lingkungannya
sumber  Interaksi dengan guru
belajar  Interaksi dengan teman sekelompok
 Penggunaan buku teks belajar atau
buku catatannya
 Penggunaan bahan-bahan belajar
yang dirancang guru
 Kelengkapan catatan pelajaran pada
buku tulis
Spontanit  Kecepatan menyelesaikan tugas
as dalam  Kecepatan merespon instruksi guru
 Kemauan mengajukan diri pada
tugas- kesempatan menyajikan /
tugas menampilkan hasil pekerjaannya

belajar

Jambi, Mei 2018

Observer

24
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati & Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hidya Septina. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil
Belajar Siswa Materi Larutan Elektrolit Dan Larutan Non Elektrolit Kelas X Sma Negeri 2
Malang. Malang: Universitas Negeri Malang

Nana, Sudjana. 2003. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sanova, Aulia. 2013. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Melalui Metode Eksperimen Dan
Demonstrasi Ditinjau Dari Gaya Dan Minat Belajar. Jambi: Universitas Jambi

Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:


Kencana.

Sumarni, dkk. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar
Kognitif Peserta Didik Di Sma Negeri 01 Manokwari (Studi Pada Pokok Bahasan
Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan). Papua Barat: Universitas Papua Manokwari

Slameto. 2003. Belajar dan FaktorFaktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

25

Anda mungkin juga menyukai