Anda di halaman 1dari 7

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ZAT ADITIF

DAN ZAT ADIKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION


DI KELAS VIII.1 SMP NEGERI 1 KEMANG KABUPATEN BOGOR
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Mohammad Nasyir Ahyari
(SMP Negeri 1 Kemang Kabupaten Bogor, Email:nasyir1970@gmail.com)
Abstrak
Penelitian Tindakan kelas (PTK) ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat dan hasil
belajar IPA materi zat aditif dan zat adiktif melalui model pembelajaran Cooperative Learning tipe Group
Investigation pada siswa kelas VIII.1SMP Negeri 1 Kemang Kabupaten Bogor tahun pelajaran
2019/2020. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini
adalah guru mata pelajaran IPA dan siswa kelas VIII.1SMP Negeri 1 Kemang Kabupaten Bogor yang
berjumlah 40 siswa. PTK ini terdiri dari 2 siklus dimana setiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan
yang masing-masing terdiri dari 4 tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Teknik pengumpulan data menggunakan tes, angket, lembar observasi dan dokumentasi. Analisis data
yang digunakan peneliti adalah membandingkan pencapaian nilai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) dan ditandai dengan peningkatan Kriteria Ketuntasan Klasikal pada setiap siklusnya. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe group
investigation dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas VIII.1SMP Negeri 1 Kemang
Kabupaten Bogor materi zat aditif dan zat adiktif. Peningkatan minat belajar siswa terhadap pelajaran IPA
terlihat dari minat belajar siswa pada siklus I dimana siswa setuju terhadap penggunaan model
pembelajaran cooperative learning tipe group investigation. Sebanyak 23,3% memperoleh skor minat
belajar ≥ 60 dengan rata-rata 55,1. Pada siklus II sebanyak 90% yang memperoleh skor minat belajar ≥ 60
dengan nilai rata-rata 66,03 menunjukkan bahwa siswa sangat setuju terhadap penggunaan model
pembelajaran cooperative learning tipe group investigation. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa
dapat dilihat dari hasil Penelitian Tindakan Kelas pada siklus I yang mencapai KKM sebanyak 43,3% dari
100% dengan rata-rata 74,3. Sementara pada siklus II terdapat sebanyak 86,7% yang tuntas dari KKM
dan 13,3% yang tidak tuntas dari KKM dengan nilai rata-rata siswa 81,17.
Kata Kunci : Minat dan Hasil Belajar Siswa, Zat Aditif dan Adiktif, Group Investigation
Pendahuluan
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terpadu merupakan salah satu model implementasi
kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan dijenjang pendidikan menengah pertama yaitu SMP/MTs
sederajat. Pembelajaran selama ini cenderung hanya mengutamakan pengembangan aspek intelektual
dengan buku teks pegangan guru menjadi sumber belajar utama. Pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu
membutuhkan profesionalisme guru yang memadai. Guru harus memiliki cukup ilmu dalam
menyampaikan pengetahuan IPA secara utuh. Selain itu, dalam penyampaian IPA secara terpadu
diperlukan suatu sarana berupa metode dan model pembelajaran yang sesuai (Zaini, dkk, 2008). Pada
pelaksanaannya dilapangan terdapat beberapa guru yang belum sesuai dalam menggunakan metode
pembelajaran sehingga penyampaian materi banyak dilakukan dengan cara ceramah. Banyak teori yang
didapat oleh siswa akan tetapi masih kurang dalam prakteknya. Selain metode, pemilihan model
pembelajaran harus mendukung dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Hal tersebut dilakukan
untuk memudahkan siswa dalam memahami suatu materi pembelajaran.
Salah satu materi yang ada didalam Mata Pelajaran IPA kelas VIII semester 1 adalah Materi Zat
Aditif dan Zat Adiktif. Materi tersebut penting dan wajib dipelajari oleh seluruh siswa SMP Negeri 1
Kemang Kabupaten Bogor. Makanan yang tidak baik sebaiknya dihindari karena selain tidak
mengandung gizi, jika dikonsumsi akan merusak kesehatan tubuh. Makanan halal dan baik dapat kita
ketahui dengan adanya label halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) tetapi untuk jajanan yang ada di
sekolah terutama pedagang kaki lima masih belum ada label tersebut. Cara mudah mengetahui apakah
makanan itu baik untuk di konsumsi adalah mengetahui ciri-ciri zat yang terkandung didalamnya. Hal
tersebut dapat dipelajari pada mata pelajaran IPA materi Zat Aditif dan Zat Adiktif. Suatu pembelajaran
membutuhkan sebuah model pembelajaran efektif yang sesuai dengan kurikulum 2013 untuk
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

1
lain faktor eksternal dan internal. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor eksternal yang
berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar yang berasal dari luar diri siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas VIII.1
SMP Negeri 1 Kemang Kabupaten Bogor, ditemukan permasalahan terkait dengan pembelajaran IPA
dikelas VIII.1 yaitu rendahnya minat belajar dan rata-rata hasil belajar IPA. Rendahnya minat belajar
dapat dilihat ketika proses pembelajaran berlangsung. Sebagian siswa ada yang mengobrol dengan teman
sebangkunya, mengantuk, melamun ketika guru menjelaskan materi, serta mencoret-coret buku. Selain
aktivitas yang dilakukan sebagian siswa diatas, pemilihan motode ataupun model pembelajaran yang
kurang tepat menyebabkan siswa terlihat kurang memperhatikan aktivitas positif dalam proses
pembelajaran. Rendahnya minat belajar siswa dapat mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini
dapat diketahui ketika siswa diberikan soal, terlihat siswa kebingungan dalam menentukan jawaban yang
benar. Sebagian mereka bisa mengerjakan dengan benar, dan sebagian lainnya hanya menebak jawaban
tanpa memahami serta menganalisis soal yang diberikan, sehingga hasil belajar siswa masih banyak yang
mendapatkan nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 80.
Alasan minat dan hasil belajar IPA yang rendah, guru perlu menciptakan model yang tepat agar siswa
mempunyai minat dan hasil belajar yang tinggi. Salah satu alternatif dalam upaya peningkatan minat dan
hasil belajar, peneliti memilih model pembelajaran yang tepat dan menarik. Model pembelajaran yang
dipilih adalah Model pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigation.
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Group
Investigation akan menumbuhkan minat dan hasil belajar sehingga berdampak positif bagi proses
pembelajaran seperti yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya yaitu Hartoto (2016) menyatakan bahwa
pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigation dapat menjadikan siswa merasa dirinya
mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan.
Menurut Asthika (2005) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa model pembelajaran Cooperative
Learning tipe Group Investigation memiliki beberapa kelebihan antara lain melatih siswa
mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, melatih siswa menafsirkan dan mengevaluasi hasil
pengamatan dan pemahaman siswa terhadap suatu materi akan semakin mendalam karena siswa akan
dilibatkan penuh sejak awal pembelajaran. Sedangkan kelemahan model Cooperative Learning tipe
Group Investigation adalah membutuhkan keaktifan anggota kelompok dalam melakukan penyelidikan
atau investigasi, serta memerlukan waktu belajar lebih lama.
Penggunaan model pembelajaran group investigation dapat membuat siswa aktif dan
mengembangkan pengetahuan mereka. Cooperative learning tipe group investigation memungkinkan
siswa untuk saling bertukar pendapat, saling berinteraksi, bertukar pikiran mengenai materi yang mereka
pelajari. Siswa dibagi berkelompok-kelompok yang anggotanya empat sampai lima orang secara
heterogen, guru memberikan suatu masalah kemudian guru membagikan tugas pada setiap kelompok
untuk didiskusikan dan dianalisis, selanjutnya mereka mempresentasikan hasil diskusi mereka.
Penggunaan pembelajaran group investigation dapat melatih siswa berbicara di depan, melatih siswa
bertanggung jawab terhadap kelompoknya dan juga melatih kerjasama. Pelaksanaan proses belajar
mengajar dengan menggunakan model pembelajaran group investigation pada mata pelajaran IPA,
karena dengan menggunakan model group investigation guru dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memecahkan masalah bersama teman kelompoknya dengan mudah yaitu dengan saling
bertukar fikiran mengumpulkan informasi kepada teman sekelompoknya (Wahidin, 2019)
Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation merupakan pembelajaran yang
berorientasi pada siswa. Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi,
berargumentasi, dan mengasah pengetahuan. Pembelajaran group investigation melibatkan siswa sejak
perencanaan, baik dalam menentukan tujuan maupun cara untuk mempelajarinya. Siswa dituntut
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan menemukan konsep dari investigasi yang
mereka lakukan. Siswa mencari informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan, para siswa
bertukar pikiran, mendiskusikan, mengklarifikasi dan mensintesis ide-ide. Model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation merupakam pembelajaran yang aktif, sebab siswa lebih banyak
2
belajar melalui proses pembentukkan (contructing) dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi
pengetahuan serta tanggung jawab individu yang merupakan kunci keberhasilan pembelajaran (Rahayu,
2017).
Metode
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang memaparkan terjadinya sebab-
akibat dari perlakuan, sekaligus memaparkan apa saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan,
dan memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian perlakuan sampai dengan dampak dari
perlakuan tersebut. Pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas atau PTK
adalah jenis penelitian yang memaparkan baik proses maupun hasil, yang melakukan PTK
dikelasnya untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya (Arikunto dkk, 2015: 1). Desain
penelitian ini yaitu model spiral, yang dikemukakan oleh Hopkins, dilakukan dengan melalui 4
tahapan yaitu perencanaan (planning),tindakan (action), pengamatan (observing) dan melakukan
refleksi (reflecting) dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai
(kriteria keberhasilan).
Tindakan pada siklus I dan siklus II masing-masing dilakukan dalam rentang waktu satu
kali pertemuan. Setelah kegiatan pembelajaran siklus I dilaksanakan, maka hasilnya dianalisis
dan dilanjutkan pada kegiatan pembelajaran siklus II. Setelah pembelajaran siklus II, hasil
belajar siswa banyak yang mendapatkan nilai diatas KKM, maka siklus dapat berhenti. Siklus I
dilaksanakan pada materi zat aditif dengan cara menginvestigasi kandungan bahan kimia pada
bungkus makanan dan minuman kemasan yang dikonsumsi sehari-hari, sedangkan pada siklus II
adalah melanjutkan materi yaitu pada pokok bahasan zat adiktif dengan menginvestigasi
macam-macam zat adiktif dalam bentuk gambar dan menganalisis video dampak penggunaan
zat adiktif. Perbedaan pada tiap siklus terletak pada materi pembelajaran dan media yang
digunakan dalam setiap siklusnya.
Subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 1
Kemang Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2019/2020. Langkah-langkah dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang direncanakan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus,
dengan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan yaitu: planning (rencana), action (tindakan), observation
(pengamatan), reflection (refleksi). Penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahap seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas


3
Hasil dan Pembahasan
A. Siklus I
Pada siklus I, diperoleh hasil pembelajaran sebagai berikut:
Tabel 1. Data Hasil Belajar Siklus I
No Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase
Angka Ketuntasan
1 ≥ 80 Tuntas 16 43,3%
2 < 80 Tidak Tuntas 20 56,7%
Jumlah 36 100%
Pelaksanaan siklus I menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Group
Investigation masih mengalami beberapa kendala dan kurang dimengerti oleh siswa. Hal tersebut
dikarenakan ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap situasi
pembelajaran siklus I, ditemukan beberapa kekurangan sebagai berikut:
1. Siswa belum bisa memahami dan mengikuti langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation.
2. Kemampuan siswa dalam memahami materi belum maksimal dikarenakan kurangnya persiapan
sebelum pembelajaran sehingga guru harus mengulang-ulang materi yang telah disampaikan.
3. Hasil belajar siswa masih banyak yang belum tuntas KKM.
4. Siswa belum dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
5. Suasana kelas kurang kondusif sehingga siswa kurang memperhatikan materi yang disampaikan oleh
guru selama proses pembelajaran berlangsung.
6. Siswa belum dapat bekerja sama dengan baik dalam satu kelompok.
7. Keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru maupun bertanya masih sangat sedikit.
Adapun hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pelaksanaan siklus I, antara lain:
a. Mengkondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai.
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran.
c. Guru menekankan kembali langkah-langkah model pembelajaran cooperative learning tipe group
investigation.
d. Guru menyampaikan materi lebih dalam lagi supaya siswa mengetahui materi yang sedang dipelajari.
B. Siklus II
Pada siklus II, diperoleh hasil pembelajaran sebagai berikut:
Tabel 2. Data Hasil Belajar Siklus II
No Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase
Angka Ketuntasan
1 ≥ 80 Tuntas 31 86,7%
2 < 80 Tidak Tuntas 5 13,3%
Peningkatan minat belajar siswa sangat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Data analisis hasil penugasan dan tes siswa pada siklus II terlihat bahwa hasil tes siklus II menunjukkan
banyak siswa yang tuntas dari KKM yang telah ditentukan. 86,7% atau 26 siswa dikatakan tuntas dan
13,3% atau 4 siswa dikatakan tidak tuntas pada proses pembelajaran siklus II. Sudah ada 85% siswa
tuntas yang menjadi indikator keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas. Banyaknya siswa yang tuntas
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Siswa sudah berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sehingga ada interaksi baik antara siswa
dengan guru.
2. Kerjasama didalam kelompok sudah berjalan dengan lancar, saling membantu dan menularkan ilmunya
kepada siswa yang lain serta tidak terlihat sikap individualisme antar siswa.
3. Pemanfaatan media dan sumber belajar dengan baik, penyampaian materi lebih mudah dipahami siswa
sehingga hasil belajar siswa mengalami peningkatan walaupun masih ada 4 siswa yang nilainya masih
dibawah KKM.

4
Pada siklus I, berdasarkan hasil angket siswa, dalam proses pembelajaran dapat dikategorikan
siswa setuju dengan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation. Pada siklus I
diperoleh hasil bahwa persentase minat belajar siswa yang mendapatkan skor ≥ 60 ada 7 siswa atau
23,3% , sedangkan persentase minat belajar siswa yang mendapatkan skor ≤ 60 ada 23 siswa atau 76,7%.
Kriteria interpretasi angket didasarkan pada perhitungan dengan menggunakan skala likert yang memiliki
rata-rata mencapai 55,1. Hasil angket respon siswa pada siklus I tersebut dapat dikategorikan bahwa
siswa setuju (Setuju/baik/suka) dengan rentang persentase peringkat angka 41% - 60%.
Pada siklus II, berdasarkan hasil angket siswa, hasil minat belajar siswa pada siklus II mengalami
peningkatan dari siklus I. Pada proses pembelajaran dapat dikategorikan siswa sangat setuju dengan
model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation. Pada siklus II diperoleh hasil bahwa
persentase minat belajar siswa yang mendapatkan skor ≥ 60 ada 90% , sedangkan persentase minat
belajar siswa yang mendapatkan skor ≤ 60 ada 10%. Kriteria interpretasi angket didasarkan pada
perhitungan dengan menggunakan skala likert yang memiliki rata-rata mencapai 66,03. Hasil angket
respon siswa pada siklus II tersebut dapat dikategorikan bahwa siswa sangat setuju (Setuju/baik/suka)
dengan rentang persentase peringkat angka 61% - 80%. Peningkatan ini dikarenakan siswa sudah
memahami model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation yang diterapkan oleh guru
sehingga berdampak pada peningkatan minat belajar siswa.
C. Pembahasan
Suatu proses pembelajaran tidak akan terlepas dari peranan seorang guru. Guru mempunyai
peranan penting dalam mentransfer ilmu kepada siswa dalam mencapai tujuannya. Untuk dapat mencapai
tujuannya guru memerlukan suatu model pemebelajaran yang mudah dipahami oleh siswa. Keahlian bagi
seorang guru dalam mengajar tidak sekedar menyampaikan pengetahuan atau teori saja kepada siswa,
akan tetapi seorang guru perlu mengimbangi dengan pelaksanaan atau prakteknya. Selain itu guru perlu
memiliki kemampuan dalam memahamkan maupun memberi ketrampilan untuk bekal siswa dikemudian
hari. Kondisi di lapangan masih ditemukan seorang guru menyampaikan materi menggunakan metode
ceramah. Metode ceramah memiliki beberapa kekurangan diantaranya membuat siswa pasif,
pembelajaran cenderung membosankan dan materi yang disampaikan oleh guru tidak semuanya dapat
dipahami oleh siswa.
Merujuk pada permasalahan yang ada, dijelaskan kembali menurut Rusman (2011: 203)
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu
kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam proses belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja
sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar
untuk dirinya sendiri dan membantu anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam
sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri. Terdapat pengembangan lebih
lanjut dari cooperative learning diantaranya adalah cooperative learning tipe group investigation. Model
pembelajaran kooperatif tipe group investigation merupakan pembelajaran yang berorientasi pada siswa.
Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi, berargumentasi, dan mengasah
pengetahuan. Pembelajaran kooperatif dapat menjadi alternatif pembelajaran yang menarik yang dapat
mencegah timbulnya keagresifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan individual siswa tanpa
mengorbankan aspek kognitif yang dimiliki siswa tersebut.
Model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation membuat siswa aktif dan
menjadikan pembelajaran tidak monoton. Siswa juga terlibat langsung sejak awal perencanaan baik
dalam menentukan tujuan mapun dalam palaksanaannya. Pembelajaran IPA siswa kelas VIII.1dapat
meningkatkan pemahaman siswa pada materi zat aditif dan zat adiktif. Selain memahami materi, siswa
juga dapat menginvestigasi secara langsung macam macam zat aditif yang ada dalam kemasan makanan
yang biasa mereka konsumsi sehari-hari. Siswa lebih berhati-hati dalam memilah dan memilih makanan
yang bergizi dan tidak berbahaya bagi tubuh. Pembelajaran menggunakan group investigation ini
membuat ingatan siswa tidak mudah lupa karena siswa mampu membedakan macam macam zat aditif
tanpa harus melalui hafalan.

5
Data-data yang telah terkumpul dalam penelitian materi zat aditif dan zat adiktif, dapat diketahu
bahwa penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation dapat
meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa kelas VIII.9. Kemampuan siswa dilihat dari
meningkatnya hasil belajar siswa yang mencapai nilai indikator keberhasilan ≥80, seperti meningkatnya
diagram setiap siklus. Selain meningkatnya minat belajar, hasil belajar siswa juga mengalami
peningkatan karena minat belajar yang tinggi akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Setelah
melakukan berbagai kegiatan mulai dari siklus I dan siklus II diperoleh minat siswa dan data hasil belajar
IPA yang meningkat.
Berdasarkan uraian diatas, menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran cooperative
laearning tipe group investigation telah berhasil meningkatkan minat dan hasisl belajar siswa.
Perbandingan persentase ketuntasan yang diperoleh siswa kelas VIII.1d apat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 3. Peningkatan Persentase Hasil Belajar Siswa
Persentase
No Penelitian Rata-Rata Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas
1. Siklus I 74,3 43,3% 18 22
2. Siklus II 81,17 86,7% 34 6
Rekapitulasi persentase ketuntasan yang diperoleh setiap siklus juga mengalami peningkatan.
Kriteria yang digunakan penulis dalam penelitian materi zat aditif dan zat adiktif dengan model
pembelajaran cooperative learning tipe group investigation yaitu apabila persentase ketuntasan klasikal
mencapai ≥ 85%, maka penelitian dikatakan berhasil. Siklus I persentase ketuntasan yang diperoleh
mencapai 43,3%, sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas dalam pembelajaran mengalami
peningkatan menjadi 86,7%. Hal ini dapat dikatakan bahwa penggunaan model pembelajaran cooperative
learning tipe group investigation terbukti dapat meningkatkan hasil belajar dan proses pembelajaran
dikelas menjadi lebih efektif. Hasil persentase total dalam keseluruhan kelas tersebut telah melebihi
indikator keberhasilan klasikal yang telah ditentukan yaitu 85% , maka dapat dikatakan bahwa siklus
berhasil dan berhenti.
Berdasarkan data hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan minat dan hasil
belajar siswa materi zat aditif dan zat adiktif. Siswa yang pada awalnya memiliki minat dan hasil belajar
yang relatif rendah dan masih banyak yang mendapatkan nilai dibawah KKM. Kegiatan proses
pembelajaran, siswa menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigation
telah meningkatkan minat dan hasil belajar siswa serta proses pembelajaran dikelas lebih aktif.
Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan melalui dua siklus, dari seluruh
pembahasan serta analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan
model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation dapat meningkatkan minat dan hasil
belajar IPA materi zat aditif dan zat adiktif pada siswa kelas VIII semester I SMP Negeri 1 Kemang
Kabupaten Bogortahun pelajaran 2019/2020. Peningkatan minat belajar siswa terhadap pelajaran IPA
terlihat dari minat belajar siswa pada siklus I dimana siswa setuju terhadap penggunaan model
pembelajaran cooperative learning tipe group investigation. Sebanyak 23,3% memperoleh skor minat
belajar ≥ 60 dengan rata-rata 55,1 Pada siklus II sebanyak 90% yang memperoleh skor minat belajar ≥
60 dengan nilai rata-rata 66,03 menunjukkan bahwa siswa sangat setuju terhadap penggunaan model
pembelajaran cooperative learning tipe group investigation. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa
dapat dilihat dari hasil Penelitian Tindakan Kelas pada siklus I yang mencapai KKM sebanyak 43,3%
dari 100% dengan rata-rata 74,3. Sementara pada siklus II terdapat sebanyak 86,7% yang tuntas dari
KKM dan 13,3% yang tidak tuntas dari KKM dengan nilai rata-rata siswa 81,17.

6
Daftar Pustaka
Andini, GD. 2016. Pengaruh Cooperative Learning Tipe Group InvestigationTerhadap
Aktivitas danHasil Belajar Kimia Siswa SMA N 1 Ambarawa. Skripsi.
Semarang: Jurusan Kimia UNNES.
Baharudin & Esa, NW. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: AR-Ruzz Media.
Daryanto. 2009. Panduan proses pembelajaran kreatif dan inovatif. Jakarta: AV Publisher.
Dewi, RP, R. Sri Iswari, R. Susanti. 2012. Penerapan Model Group Investigation Terhadap
Hasil Belajar Materi Bahan Kimia Di SMP. Semarang: Unnes Science Education
Journal 1 (2) (2012).
Gusmawati, Z & Wati. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation. Banjarmasin: Berkala Ilmiah
Pendidikan Fisika Vol. 1 no, 1.
Hartoto, T. 2016. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Sejarah. Jurnal HISTORIA Volume 4,
Nomor 2, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728).
Pramuningtyas, A, S. Joyoatmojo & Kristiani. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Group
Investigation (Gi) Dengan Mind Mapping Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Ekonomi Siswa Sma Negeri 5 Surakarta tahun Ajaran 2014/2015. Surakarta: FKIP
Universitas Sebelas Maret.
Rahayu,TM. 2017. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berbasis
Observasi Gejala Fisis Pada Pembelajaran IPA-Fisika di SMP. Jember: Program Studi
Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember. Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 1.
Restianingsih. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) Dan Literasi
Sains Terhadap Penguasaan Konsep Materi Gerak Lurus (Gl) Smp It Robbani Kendal.
Skripsi UIN Walisongo.
Uno, HB. 2014. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahidin. 2019. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation pada Siswa Kelas V MIN Semanu Gunungkidul.
Yogyakarta: Jurnal Pendidikan Madrasah, Volume 3, Nomor 1, Mei 2019 P-ISSN:
2527-4287 - E-ISSN: 2527-6794.
Zaini, H, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran aktif. Yogjakarta: Pustaka Insan Madani.

Anda mungkin juga menyukai