Oleh
Serly Frida Silvia Rizki
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5, Malang
E-mail: p.bio_cserlyfrida@yahoo.co.id
Pembimbing: (I) Dr. Susriyati Mahanal, M.Pd,
Pembimbing (II) Dr. Murni Saptasari, M.Si
pembelajaran yang sesuai sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar dan
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri tanpa bergantung kepada guru (Setjo,
2004). Siswa yang memiliki motivasi rendah saat proses pembelajaran akan
berpengaruh pada hasil belajarnya.
Kenyataan yang didapatkan dari hasil observasi selama kegiatan Praktek
Pengalaman Lapangan (PPL) pada tanggal 07 Oktober - 16 November tahun 2013
di SMA Negeri 1 Tumpang kelas X-MIPA 2 menunjukkan bahwa motivasi
belajar siswa masih rendah. Rendahnya motivasi belajar siswa ini dapat diamati
ketika siswa mengikuti pelajaran Biologi. Motivasi belajar siswa yang diamati
kemudian dikaitkan dengan empat aspek motivasi berdasarkan Keller (2010) yaitu
attention (perhatian), relevance (keterkaitan), confidence (percaya diri) dan
satisfaction (kepuasan).
Berdasarkan aspek perhatian, siswa terlihat kurang memperhatikan
pelajaran, contohnya terdapat siswa yang sibuk berbicara dengan teman
sebangkunya dan mengerjakan tugas pelajaran lain saat pelajaran Biologi
berlangsung. Pada aspek keterkaitan, siswa terlihat belum dapat memahami apa
yang dipelajari dalam pembelajaran, contohnya ketika diberikan pertanyaan hanya
sedikit siswa yang dapat menjawab. Pada aspek percaya diri, siswa terlihat kurang
percaya diri dalam memahami pelajaran, contohnya hanya sedikit siswa yang
bertanya materi yang belum dipahami kepada guru. Pada aspek kepuasan, siswa
terlihat kurang puas dalam mengikuti pelajaran, contohnya saat pelaksanaan
diskusi kelompok hanya beberapa siswa yang aktif berkerja sedangkan yang
lainnya membicarakan topik diluar materi pelajaran dan bergurau dengan anggota
kelompok lainnya.
Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil belajar kognitif dapat
memenuhi standar ketuntasan minimal yang telah ditetapkan. Kriteria ketuntasan
minimal untuk ilmu pengetahuan Biologi di SMA Negeri 1 Tumpang sebesar 75,
namun kenyataan hasil belajar Biologi materi Ruang Lingkup Biologi di kelas X-
MIPA 2 SMA Negeri 1 Tumpang menunjukkan bahwa 16 siswa dari 36 siswa
dalam satu kelas memiliki nilai kurang dari KKM, atau sebanyak 55,56% siswa
tuntas dan sebanyak 44,44% siswa yang tidak tuntas. Ketuntasan belajar siswa
yang rendah diakibatkan dari kurangnya motivasi siswa dalam proses
pembelajaran.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan ketuntasan hasil belajar
Biologi di kelas X-MIPA 2 SMA Negeri 1 Tumpang diperlukan cara
pembelajaran di dalam kelas yang lebih baik agar siswa mampu memahami
konsep Biologi. Kreativitas guru diperlukan dalam menerapkan model
pembelajaran yang bersifat kooperatif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Model pembelajaran yang bersifat kooperatif mampu mengoptimalkan kegiatan
belajar mengajar. Siswa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap proses
belajarnya dan terlibat aktif serta memiliki usaha yang besar untuk berprestasi di
bidang akademik.
Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu
model dalam strategi pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Pembelajaran kooperatif ini memiliki langkah yang mengharuskan siswa untuk
melakukan diskusi bersama teman dalam satu kelompok untuk menyelesaikan
tugas. Siswa akan dilatih untuk berinteraksi dan bertukar pendapat dengan teman
dalam satu kelompok. Kelebihan dari pembelajaran kooperatif STAD yakni
mengubah kebiasaan siswa dari kegiatan pembelajaran berpusat pada guru
3
METODE
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif. Jenis penelitian ini mengadopsi model Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian ini terdiri atas dua siklus, tiap siklus terdiri atas enam kali
pertemuan. Masing-masing siklus terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan
tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation),
dan refleksi (reflection). Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi teknik
angket, soal tes dan observasi. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif yang terdiri atas paparan data, pembahasan, dan penarikan kesimpulan.
Instrumen penelitian yang digunakan antara lain: (1) angket motivasi belajar
siswa yang disusun mengacu pada empat aspek yakni attention, relevance, confidence
dan satisfaction; (2) soal tes akhir siklus beserta rubric jawaban; dan (3) lembar
observasi keterlaksanaan pembelajaran kooperatif NHT dipadu dengan STAD beserta
catatan lapangan. Data diperoleh dari teknik angket, soal tes dan observasi. Data hasil
belajar kognitif dianggap tuntas apabila sesuai dengan yang ditetapkan oleh sekolah
yaitu dengan Kriteria Ketuntasan Klasikal (KKK) sebesar 85% dan Kriteria Ketuntasan
4
Minimal (KKM) sebesar 75. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dikatakan berhasil
apabila ada peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar siswa dari siklus I ke
siklus II.
HASIL
Motivasi Belajar Siswa
Motivasi belajar siswa selama kegiatan pembelajaran diketahui dari hasil
angket yang diisi oleh siswa pada awal sebelum pelaksanaan tindakan dan akhir
setelah pelaksanaan tindakan. Berdasarkan analisis data, terjadi peningkatan
motivasi belajar sebelum tindakan dan setelah tindakan dilakukan. Peningkatan
skor motivasi pada awal sebelum tindakan ke akhir setelah tindakan sebesar
26,88%. Peningkatan motivasi belajar siswa dari awal sebelum dilakukan tindakan
ke akhir setelah dilakukan tindakan dapat dilihat pada Tabel 1.
Keterlaksanaan Pembelajaran
Data yang diperoleh pada siklus I dan siklus II tampak bahwa
keterlaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan. Rata-rata skor
keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I sebesar 96,67% meningkat menjadi
100% pada siklus II atau mengalami peningkatan sebesar 3,33%. Peningkatan
keterlaksanaan pembelajaran kooperatif NHT dipadu dengan STAD dapat dilihat
pada Tabel 3.
5
Keberhasilan Tindakan
Penerapan pembelajaran kooperatif NHT dipadu dengan STAD dinyatakan
berhasil karena dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Motivasi
belajar sebelum dilakukan tindakan ke akhir setelah dilakukan tindakan
mengalami peningkatan sebesar 26,88%, sedangkan hasil belajar kognitif siswa
secara klasikal pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 11,11%.
PEMBAHASAN
Penerapan Pembelajaran Kooperatif NHT Dipadu dengan STAD dapat
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.
KESIMPULAN
Implementasi pembelajaran kooperatif NHT dipadu dengan STAD dengan
langkah-langkah sebagai berikut: 1) presentasi kelas; 2) pembentukan kelompok;
3) penomoran (numbering); 4) pemberian tugas kelompok; 5) penyelesaian tugas
melalui kegiatan diskusi kelompok; 6) pemberian pertanyaan individu secara
lisan; 7) evaluasi dan 8) pemberian penghargaan. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penerapan pembelajaran kooperatif NHT dipadu dengan STAD dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa. Peningkatan motivasi dapat diketahui
dari hasil angket motivasi belajar siswa yang menunjukkan bahwa motivasi
belajar siswa sebelum diberikan tindakan sebesar 51,29% meningkat menjadi
78,17% setelah diberikan tindakan. Peningkatan motivasi belajar memiliki
selisih sebesar 26,88%.
2. Penerapan pembelajaran kooperatif NHT dipadu dengan STAD dapat
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Peningkatan hasil belajar dapat
diketahui dari ketuntasan belajar kognitif siswa secara klasikal pada siklus I
sebesar 83,33% meningkat menjadi 94,44% pada siklus II. Peningkatan hasil
belajar siswa memiliki selisih sebesar 11,11%.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diberikan
adalah penelitian ini dapat dikembangkan untuk penelitian lebih lanjut dengan
menerapkan pembelajaran kooperatif NHT dipadu dengan STAD untuk mengukur
10
DAFTAR RUJUKAN
Astrawan. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams
Achievement Divisions terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar
IPA. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar. Volume 3 Tahun 2013.
Daud, F. & Fausan, M. M. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar pada Konsep Ekosistem bagi Siswa Kelas VII.A, SMPN 5
Takalar. Jurnal Chemica, (12). (Online),
(https://www.google.co.id/.unm.ac.id%2Findex.php%2Fchemica%2Farti
cle%2Fview%2F138%2Fpdf) diakses 15 Mei 2014.
Ersanto, G. F. 2013. Penerapan pembelajaran Kooperatif Teams Games
tournament Dipadu dengan Inkuiri Terbimbing Melalui Lesson Study
Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X.10 SMA
Negeri 1 Batu. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM.
Evi. 2010. Penerapan Student Teams Achievement Divisions untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII G SMPN 18 Malang.
Skripsi tidak diterbitkan: FMIPA UM.
Ibrahim, M & Nur, M. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:
UNESA-University Press.
Jhonson, B. & Jhonson. 1991. Learning Together an Alone: Cooperatif
Competitive and Individualistic Learning 3rd, Boston: Allyn Acon.
Keller, J. M. 2010. Motivational Design for Learning and Performance. New
York: Springer.
Lie, A. 2005. Cooperating Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia.
Mahardini, I. 2010. Penerapan Numbered Heads Together untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII C SMP Laboratorium UM.
Skripsi tidak diterbitkan: FMIPA UM.
Nawangsari, N. E. 2013. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Student
Teams Achievement Divisions Dipadu Numbered Heads Together
terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA laboratorium
UM. Skripsi tidak dietrbitkan. Malang: FMIPA UM.
Nurhadi, B. Y & Senduk, A. G. 2009. Pembelajaran Konstektual. Malang: PT.
Temprina Media Grafika.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
11