Anda di halaman 1dari 6

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa materi Gerak dan Gaya melalui Model

Pembelajaran Problem Based Learning di Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Gunungputri


Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2018/2019
Latifah
(Guru SMP Negeri 1 Gunungputri Kabupaten Bogor, e-mail: latifah 34@gmail.com)
Abstrak
Berdasarkan hasil pembelajaran IPA di kelas VIII.2 SMP Negeri Gunungputri Tahun pelajaran
2017/2018, hasil Ulangan Kenaikan Kelas menunjukan 30% dari jumlah siswa 40 siswa yang nilainya
dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 75. Dari hasil pengamatan,
diketahui bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru IPA di SMP Negeri Gunungputri masih
terpusat pada guru. Guru lebih banyak aktif,siswa hanya bersifat pasif. Media pembelajaran yang
digunakan hanya LKS sebagai acuan pembelajaran.Pembelajaran berkelompok jarang dilakukan.
Pembelajaran monoton, sehingg siswa kurang terdorong untuk terlibat aktif, berfikir kreatif. Dalam
pembelajaran IPA guru cenderung menggunakan pendekatan pembelajaran tradisional atau konvensional.
Terdapat kesenjangan antara harapan ideal dan kenyataan yang ada maka perlu diadakan perbaikan yaitu
melalui penelitian tindakan kelas untuk Meningkatkan Hasil belajar IPA Materi Gerak dan Gaya Dengan
Model Pembelajaran Problem Based Learning Di Kelas VIII.2 di SMP Negeri Gunungputri Tahun
Pelajaran 2018/2019. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam 2 Siklus, masing-masing Siklus
terdiri dari 2 tindakan pembelajaran dan satu kali tindakan Evaluasi akhir Siklus, dikelas VIII.2 dengan
jumlah siswa 40 terdiri dari 21 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Upaya meningkatkan hasil
belajar Siswa Pelajaran IPA materi Gerak dan Gaya di Kelas VIII.2 SMP Negeri Gunungputri Tahun
Pelajaran 2018/2019 telah berhasil dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning
yaitu pada Pra-siklus nilai terendah 55, nilai tertinggi 86 dan nilai rata-rata 73,78. Pada Siklus ke-1 nilai
terendah 60, nilai tertinggi 90 dan nilai rata-rata 77,26, terdapat 8 siswa yang belum tuntas dan 32 siswa
telah tuntas berarti telah mencapai ketuntasan 80%, pada Siklus-2 nilai terendah 75, nilai tertinggi 95 dan
nilai rata-rata 80,8 , telah mencapai tingkat ketuntasan balajar 100%, telah memenuhi KKM sekolah
ataupun KKM/target penelitian yaitu nilai 75 yaitu 85% tuntas .
Kata Kunci: Hasil Belajar, Gerak dan Gaya, Problem Based Learning
Pendahuluan
Dalam pengelolaan pembelajaran IPA di sekolah, guru harus dapat memberikan pengetahuan
peserta didik mengenai konsep yang terkandung dalam materi IPA tersebut.Selain konsep, hendaknya
guru dapat menanamkan sikap ilmiah melalui model-model pembelajaran yang dilakukannya. Jadi
pelajaran IPA tidak hanya bermanfaat dari segi materinya namun bermanfaat juga terhadap penanaman
nilai-nilai yang terkandung ketika proses pembelajarannya. Untuk belajar IPA diperlukan cara khusus
yang disebut dengan metode ilmiah. Metode ilmiah ini menekankan pada adanya masalah, adanya
hipotesa, adanya analisa data untuk menjawab masalah atau membuktikan hipotesa, dan diakhiri dengan
adanya kesimpulan atau generalisasi yang merupakan jawaban resmi dari masalah yang diajukan.Sesuai
dengan amanat Kurikulum 2013 bahwa model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model
implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan terutama pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.Tujuan pembelajaran IPA terpadu yaitu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran,
meningkatkan minat dan motivasi peserta didik, serta beberapa kompetensi dapat dicapai sekaligus.
Dalam pembelajaran IPA guru cenderung menggunakan pendekatan pembelajaran tradisional atau
konvensional, yaitu pengajaran terpusat pada kata - kata dan kurang memperhatikan pada arti dan makna,
guru secara aktif mengajarkan IPA dengan metode ceramah, kemudian memberi contoh dan memberikan
soal latihan, sedangkan siswa hanya mendengarkan, mencatat dan mengerjakan latihan yang diberikan
(teacher centered), penataan ruang kelas yang tidak pernah berubah, pembelajaran hanya di dalam ruang
kelas tanpa menggunakan media pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar berlangsung secara
kaku, anak yang tidak bisa hanya diam saja karena cemas dan takut disuruh menjawab, tidak melakukan
diskusi kelompok karena khawatir terjadi kegaduhan, sehingga anak pasip dalam proses pembelajaran,
anak merasa cepat bosan belajar, malas mengerjakan latihan dan merasa tidak suka dengan pelajaran
IPA.Kondisi seperti ini mengkibatkan anak sering ngobrol dengan sesama teman, tidak mengerti isi

19
materi yang diajarkan, ,tidak termotivasi untuk berprestasi dan jika diberikan tugas atau pekerjaan rumah
hanya sebagian kecil siswa yang mengerjakan sendiri ,sementara siswa yang lain hanya menyontek,
bahkan ada yang tidak mengerjakan.
Berbagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar IPA telah dilaksanakan, tetapi belum menunjukan
hasil, akibatnya hasil yang dicapai siswa masih belum menunjukan peningkatan yang berarti. Khususnya
hasil pembelajaran IPA di kelas VIII SMP Negeri 1 Gunungputri Tahun pelajaran 2017/2018, hasil
Ulangan Kenaikan Kelas menunjukan 30% dari jumlah siswa 40 siswa yang nilainya dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 75. Setelah dilakukan usaha perbaikan selama ini
baik melalui peningkatan professional guru, maupun penambahan jam belajar pengadaan remedial dan
pengayaan, masih juga hasil pembelajaran di sekolah khususnya di kelas VIII SMP Negeri 1
Gunungpurti belum baik, bahkan terkesan rendah. Biasanya orang menimpakan kesalahan pada guru.
Berdasarkan gambaran itu antara harapan nilai ideal dengan kenyataan yang ada di lapangan masih
belum memuaskan, oleh karena itu supaya IPA menjadi pelajaran yang disenangi dan kemampuan IPA
meningkat, maka pembelajaran IPA harus dirubah dengan model pembelajaran yang tadinya tradisional
menjadi variatif dan inovatif. Salah satu alternative yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
IPA adalah pembelajaran dengan Model Probem Based Learning karena menarik, menyenangkan dan
lebih mudah,terjadi interaktif dalam belajar karena lebih banyak belajar dengan teman sebaya,menuntut
tanggungjawab individu maupun kelompok juga berlatih memecahkan masalah dan untuk berkompetisi
secara positif. Untuk itu perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas (Action Research Classroom) di
sekolah tersebut untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Gerak dan Gaya dengan
menggunakan model Problem Based Learning (PBL) di Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Gunungputri.
Menurut Pieget (Syiful Sagala, 2010:24) ada dua proses yang terjadi dalam perkembangan dan
pertumbuhan kognitif anak yaitu; 1) proses assimilation dalam ini menyesuaikan atau mencocokan
informasi yang baru itu dengan apa yang telah ia ketahui dan mengubahnya bila perlu; 2) proses
accommodation yaitu menyusun dan membangun kembali atau mengubah apa yang telah a ketahui
sebelumnya sehingga informasi yang baru itu dapat disesuaikan dengan lebih baik. Piaget dan para
kontruktivis berpendapat bahwa dalam mengajar seharusnya memperhatikan pengetahuan yang telah
diperoleh siswa sebelumnya, dengan demikian mengajar bukan hanya memindahkan gagasan-gagasan
guru melainkan sbagai proses untuk mengubah gagasan anak yang sudah ada yang mungkin “salah”.
Belajar adalah perubahan structural yang saling melengkapi antara asimilasi dan akomodasi dalam proses
menyusun kembali dan mengubah apa yang telah diketahui melalui belajar.
Menurut B.F. Skinner (Syaiful Sagala, 2010: 14), belajar adalah suatu proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu
perilaku, pada saat orang belajar maka respon menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka
responya menurun. Teori tersebut mendasarkan pada premis bahwa belajar adalah hasil pasangan
stimulus dan respond dan kemudiaan diadakan reinforcememnt yang terus menerus. Reinforcememnt
dimaksudkan untuk menguatkan tingkah laku yang netralisir dalam proses belajar tersebut. Teori belajar
perilaku mempunyai beberapa prinsip, yaitu 1) Contiguity (kedekatan), yaitu respon harus muncul segera
setelah terjadi stimulus, sehingga hasil belajar yang baik adalah apabila makin kecil interval antara
stimulus dengan respon. 2) Repetition (pengulangan), yaitu suatu kondisi yang dikehendaki untuk
mempercepat terjadinya stimulus dan respon. 3) Reinforcement (penguatan),yaitu respon yang diberikan
atas umpan balik belajar. Pengutan terjadi apabila respon yang muncul positif, dan apabila respon yang
muncul negatif maka pengutan akan ditolak. Kata kunci yang ditemukan oleh Skinner adalah proses
adaptasi dan penguatan (reinforcement). Dua kata kunci ini akan memberikan hasil belajar yang sangat
memuaskan bila dipadukan secara optimal. Istilah yang sering digunakan Skinner bahwa belajar adalah
suatu process if progressive behavior adaptation.
Menurut Slameto (2002:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkunganya. Menurut Pupuh Fathurrohman (2007 :113) Keberhasilan
atau kegagalan dalam proses belajar mengajar merupakan sebuah ukuran atas proses pembelajaran, apa
20
bila merujuk pada rumusan keberhasilan belajar, maka belajar dikatakan berhasil apabila diikuti ciri-ciri:
(1 daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu
maupun kelompok; (2 perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran khusus telah dicapai oleh siswa
baik secara individual maupun kelompok; 3) terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial
(sequential ) mengantarkan materi tahap berikutnya.
Menurut Nana Sudjana (2009:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horwadr Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni:
(1) ketrampilan dan kebiasaan; (2) pengetahuan dan pengertian; (3) sikap dan cita-cita. Masing-masing
jenis hasil belajar dapat di isi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Menurut Trianto
(2011: 136-137) menyatakan pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan
sikap ilmiah. Dalam sumber yang sama dinyatakan juga bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang
sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui
metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,
terbuka, jujur, dan sebagainya. Dengan demikian, IPA pada hakikatnya adalah ilmu untuk mencari tahu,
memahami alam semesta secara sistematik dan mengembangkan pemahaman ilmu pengetahuan tentang
gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum yang teruji kebenarannya. Namun,
IPA bukan hanya merupakan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip, melainkan 11 suatu
proses penemuan dan pengembangan. Oleh karena itu untuk mendapatkan pengetahuan harus melalui
suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah serta menuntut sikap ilmiah.Dalam pengelolaan
pembelajaran IPA di sekolah, guru harus dapat memberikan pengetahuan peserta didik mengenai konsep
yang terkandung dalam materi IPA tersebut.Selain konsep, hendaknya guru dapat menanamkan sikap
ilmiah melalui model-model pembelajaran yang dilakukannya. Menurut Joice dan Weil dalam
(Isjoni,2010: 50) model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan
sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikurum, mengatur materi pelajaran, dan memberi
petunjuk kepada pengajar di kelasnya.
Metode
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Gunungputri Kabupaten
Bogor, Jl. Melati No. 34 Wanaherang Gunungputri untuk mata pelajaran IPA. Penelitian dilakukan
selama 4 bulan, yaitu mulai bulan Agustus sampai bulan Nopember 2018. Penentuan waktu penelitian
mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan
proses belajar mengajar yang efektif di kelas. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VIII.2 Sekolah
Menengah Pertama Negeri Gunung Putri Kabupaten Bogor, dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang,
terdiri dari 21 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki.
Untuk melakukan penelitian ini, terlebih dahulu studi awal untuk memperolah informasi melalaui
kuesioner wawancara awal dengan siswa dan guru ( sebanyak subyek yang akan diteliti ), penggalian data
seperti nilai ulangan harian, nilai UTS, dan nilai UAS, kajian teori terhadap pembelajaran dengan model
PBL, dan telaah Kompetemsi Inti( KI), Kompetensi Dasar (KD), buku bahan ajar, serta hasil penelitian
lain yang relevan. Berdasar dari studi awal dan kajian teori, maka dirancang suatu model pembelajaran
beserta alat pengambilan data ( instrument ) yang diperlukan untuk diaplikasikan dalam pembelajaran
IPA di kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Gunungputri Kabupaten Bogor.Penelitian tindakan Kelas ( PTK )
terdiri dari 4 ( empat ) tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Pada tahap perencanaan, setelah mengidentifikasi permaslahan kualitas proses pembelajaran,
penguasaan konsep pembelajaran terhadap kompetensi dasar dari hasil belajar siswa dijadikan sebagai
acuan untuk menetapkan permasalahan pokok dalam menyusun rencana scenario pembelajaran,
merencanakan instrument penelitian dan hasil evaluasi pembelajaran yang disesuaikan dengan model
pembelajaran PBL. Selanjutnya merumuskan criteria yang tepat untuk menyusun scenario pembelajaran
dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ), membuat alat tes/uji kompetensi dan
instrument lainnya dalam penelitian. Alat evaluasi yang disusun digunakan untuk mengukur dan
mengetahui kemampuan siswa pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor berdasarkan kompetensi dasar

21
( KD ), dan menentukan teknik/model tindakan yang akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar
dengan menggunakan model pembelajaran PBL pada materi Gerak dan gaya dan direncanakan dalam
siklus penelitian.
Pada tahap pelaksanan, guru melaksanakan seluruh isi pesan skenario pembelajaran dengan
mengimplentasikan model pembelajaran PBL dengan scenario yang telah disiapkan. Proses pembelajaran
dilaksanakan dengan mengimplementasikan model pembelajaran PBL pada kelas VIII.2 SMP Negeri 1
Gunungputri Kabupaten Bogor sesuai jadwal penelitian yang disesuaikan berdasarkan jadwal pelajaran
IPA di kelas tersebut. Setiap tindakan (pertemuan) berlangsung selama 2 x 40 menit dimana siklus I
berlangsung selama 2 (dua) kali tindakan dengan 1 ( satu ) pertemuan untuk evaluasi akhir siklhus.
Selanjutnya mengadakan observasi terhadap jalannya proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan instrument pedoman observasi yang telah dibuat dan ditentukan.
Observasi dilakukan terhadap proses dan hasil tindakan perbaikan. Dalam penelitian ini dibantu
oleh guru IPA lain mengadakan supervisi kelas (observasi pelaksanaan proses belajar mengajar) dengan
menggunakan instrument yang telah disediakan untuk mengetahui keefektifan pelaksanaan tindakan
pengelolaan kelas dengan menggunakan model pembelajaran IPA adalah PBL sesuai dengan rencana
yang telah di susun sebelumnya.Termasuk diantaranya untuk mengetahui keaktifan siswa dan ketrampilan
kooperatif dalam proses belajar mengajar, apakah sesuai dengan sasaran yang diharapkan (terfokus pada
perilaku belajar siswa sebagai hasil dari aktifitas siswa).
Setelah kegiatan tindakan dilaksanakan, maka untuk membuat analisa, penafsiran ( interprestasi )
atau penjelajahan ( eksplorasi ) terhadap semua informasi yang diperoleh dari penelitian berdasarkan
instrument yang telah diisi, kemudian dilanjutkan dengan refleksi dampak dari pelakasanaan tindakan.
Salah satu aspek penting dari kegiatan refleksi adalah evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian
tujuan, dengan dibantu oleh analisis data, melalui refleksi dapat menetapkan apa yang telah dicapai, serta
apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran berikutnya pada siklus 2.
Secara keseluruhan keempat tahapan Penelitian Tindakan Kelas membentuk suatu siklus.Siklus ini
kemudian diikuti oleh siklus-siklus lainya secara berkesinambungan membentuk seperti spiral.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini mengacu kepada kriteria ketuntasan minimum ( KKM )
yang telah ditentukan oleh sekolah, yaitu 75 untuk IPA dan ketuntasan belajar klasikal mengacu kepada
master learning yaitu ≥ 84 %. Selanjutnya siswa dikategorikan tuntas belajar apabila telah memperoleh
nilai ≥ 75 dan apabila siswa meperoleh nilai <75 maka siswa tersebut belum tuntas belajar, selanjutnya
pembelajaran dikatakan tuntas secara klasikal apabila ketuntasan hasil belajar mencapai ≥ 84 %.Selain itu
penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila: sebagian besar ( 84% dari siswa) meperoleh nilai ≥ 75.
Hasil dan Pembahasan
1. Siklus I
Pada siklus I, pengaturan tempat duduk dan meja yang digunakan adalah bentuk klasikal seperti
biasa pada waktu melakukan kegiatan pendahuluan.Selanjutnya siswa dikelompokkan secara acak dalam
kelompok yang heterogen yang anggotanya terdiri dai 4–6 orang dan dibagi menjadi 8 kelompok,dalam
melaksanakan tindakan ini guru sudah menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan
tujuan pembelajaran, kondisi siswa, situasi dan lingkungan.Guru sudah menguasai prosedur pertanyaan
dan setiap jawaban dari siswa selalu diresponnya dengan baik, dan memberikan penghargaan terhadap
siswa tersebut yang menjawab pertanyaan.
Berdasarkan hasil evaluasi belajar siklus 1 yang terdiri dari 20 soal pilihan ganda diperoleh nilai
tertinggi 90,00 dan nilai terendah 60,00 serta rata-ratanya adalah 77,26 .Hal ini telah menunjukan
peningkatan dibanding dari hasil evaluasi belajar prasiklus yaitu nilai tertinggi 86, terendah 55 dan rata-
ratanya 73,78.Pada siklus-1 dari 40 siswa ternyata 32 atau (80%) siswa dinyatakan tuntas yaitu telah
memperoleh nilai diatas KKM yang ditentukan dan 8 siswa (20%) belum tuntas dan harus melakukan
remedial, dan harus dilanjutkan ke Siklus 2. Hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat divisualisasikan pada
grafik berikut:

22
Gambar 1. Hasil Belajar Siklus I
2. Siklus II
Siklus II dilaksanakan dengan tahapan Perencanaan , pelaksanaan, observasi dan refleksi, dengan
memperbaiki tindakan pada siklus-1 pelaksanaan siklus-2 lebih baik dan lebih sempurna Hasil belajar
siswa pada siklus-2 diukur dengan menggunakan soal pilihan ganda berjumlah 20 yang telah diuji
validitas dan reliabilitasnya, diperoleh nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 75 serta rata-ratanya adalah
80,8 ,ketuntasan belajar mencapai 100%,telah memperoleh nilai diatas KKM yang ditentukan yaitu 75.
Hasil belajar dapat divisualisasi dalam grafik berikut:

Gambar 1. Hasil Belajar Siklus II


Berdasarkan rekapitulasi hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa Pelajaran IPA materi
Gerak dan Gaya pada Siklus ke-1 nilai terendah 60, nilai tertinggi 90 dan nilai rata-rata 77,26, terdapat 8
siswa yang belum tuntas dan 32 siswa telah tuntas berarti telah mencapai ketuntasan 80%, pada Siklus-2
nilai terendah 75, nilai tertinggi 95 dan nilai rata-rata 80,8 , telah mencapai tingkat ketuntasan balajar
100%, telah memenuhi KKM sekolah ataupun KKM/target penelitian yaitu nilai 75 yaitu 85% tuntas .
Maka dapat disimpulkan bahwa materi ajar Gerak Dan Gaya telah Tuntas dan penelitian tindakan kelas
ini telah selesai.
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa
NILAI PRA-SIKLUS SIKLUS-1 SIKLUS-2
TERENDAH 55 60 75
TERTINGGI 86 90 95
RATA-RATA 73,78 77,26 80,8
Untuk lebih jelasnya, hasil belajar siswa pada Pra-siklus Siklus-1 dan Siklus-2 dapat dilihat pada
grafik berikut :

23
Gambar 3. Grafik Hasil Belajar Pra-Siiklus, Siklus-1 dan Siklus-2

Kesimpulan
Upaya meningkatkan hasil belajar Siswa Pelajaran IPA materi Gerak dan Gaya di Kelas VIII.2
SMP Negeri 1 Gunungputri Tahun Pelajaran 2018/2019 telah berhasil dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning yaitu pada Pra siklus nilai terendah 55, nilai tertinggi 86 dan nilai
rata-rata 73,78. Pada Siklus ke-1 nilai terendah 60, nilai tertinggi 90 dan nilai rata-rata 77,26, terdapat 8
siswa yang belum tuntas dan 32 siswa telah tuntas berarti telah mencapai ketuntasan 80%, pada Siklus-2
nilai terendah 75, nilai tertinggi 95 dan nilai rata-rata 80,8 , telah mencapai tingkat ketuntasan balajar
100%, telah memenuhi KKM sekolah ataupun KKM/target penelitian yaitu nilai 75 yaitu 85% tuntas .

Daftar Pustaka
Agus Suprijono,Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010
Daryanto, Belajar dan Mengajar, Bandung: CV Yrama Widya, 2010.
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta, 2006.
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
Haryanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Isjoni, Cooperative Learning.Efektivitas Pembelajaran Kelompok, Bandung: Alfabeta, 2010.
Nana Sujana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung :Rosdakarya,2009.
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Pupuh Pathurohman, Strategi Belajar Mengajar melalui Konsep Umumdan
Konsep Islami. Bandung: Refika Meditama, 2007.
Sardiman, interaksi dan Motivasi belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010.
Slameto, Belajar danFaktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:
RinekaCipta, 2010.
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima, 2008.
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2007.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran, Jakarta, Kencana Prenada Media, 2009

24

Anda mungkin juga menyukai