Anda di halaman 1dari 9

JEE 2 (1) (2013)

Journal of Elementary Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jee

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA


MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Vivin Nurul Agustin

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 01 Wanarejan tahun 2010/2011 masih rendah karena penyampaian materi didominasi
Diterima November 2013 metode ceramah, guru kurang mengaitkan penyampaian materi dengan permasalahan nyata, siswa kurang aktif dalam belajar.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa kelas IV serta performansi guru pada materi
Disetujui Desember 2013 pecahan melalui model PBL di SD Negeri 01 Wanarejan Pemalang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan
Dipublikasikan Januari kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan
2013 refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes (tes formatif) dan non tes (observasi dan dokumentasi). Hasil
penelitian pada siklus I, nilai rata-rata mencapai 68,14 dan persentase tuntas belajar klasikal 70,59%. Pada siklus II nilai rata-
________________ rata meningkat menjadi 84,31 dan persentase tuntas belajar klasikal menjadi 92,16%. Rata-rata kehadiran siswa pada siklus I
Keywords: 97,39% dan siklus II tetap 97,39%. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran siklus I 66,28% (tinggi) dan meningkat pada siklus
field trips methods; nature II menjadi 76,50% (sangat tinggi). Nilai performansi guru pada siklus I 82,25 (AB) dan meningkat pada siklus II menjadi 93,58
(A). Dapat disimpulkan bahwa model PBL dapat meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa serta performansi guru dalam
conservation; science pembelajaran matematika materi pecahan di kelas IV SD Negeri 01 Wanarejan Pemalang.
instruction; elementary
school
Abstract
students..______________
______ ___________________________________________________________________
Fourth grade students' learning outcomes Elementary School 01 Wanarejan year 2010/2011 is still low due to the delivery of material dominated
lecture method, teachers are less linked to the delivery of content to real problems, students are less active in learning. This study aims to improve
student learning outcomes and activities of class fourth and teacher performance in the fraction of material through a model of PBL in Elementary
School 01 Wanarejan Pemalang. This study uses the design of classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of four stages:
planning, action, observation, and reflection. Techniques of data collection is done through tests (formative tests) and non-test (observation and
documentation). The results in cycle I, the average value reached 68.14 and thoroughly studied classical percentage 70.59%. In the second cycle the
average value increased to 84.31 and the percentage of complete classical learning to 92.16%. The average attendance of students in cycle I 97.39%
and cycle II 97.39% fixed. Involvement of students in the learning cycle I 66.28% (high) and increased in the second cycle to 76.50% (very high).
Value of teacher performance on a cycle I 82.25 (AB) and increased in the second cycle to be 93.58 (A). PBL can be concluded that the model can
improve student learning outcomes and activities as well as the performance of teachers in mathematics learning materials in the fourth grade
fractions in Elementary School 01 Wanarejan Pemalang.

© 2013 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-9047
Kampus Tegal, Jalan Kompol Suprapto No. 4
Tegal Jawa Tengah 52114
E-mail: pgsd.tegal@yahoo.com

36
Tiffani Rizkana Fatkur / Journal of Elementary Education 2 (1) (2013)

PENDAHULUAN

Pembelajaran matematika yang dilakukan menjumlahkan dan mengurangkan pecahan


guru di sekolah dasar pada umumnya masih yang harus diketahui siswa. Siswa kurang diberi
belum berjalan secara maksimal. Guru dalam kesempatan untuk menyusun pegetahuannya
proses pembelajaran, masih sering sendiri dalam proses belajarnya. Keadaan yang
menggunakan metode ceramah untuk demikian juga membuat siswa berpikir bahwa
menyampaikan materi, sedangkan materi dalam apa yang mereka pelajari di kelas tidak
matematika adalah konsep yang bersifat abstrak. bermakna bagi kehidupannya kelak, sehingga
Metode ceramah yang digunakan guru dalam siswa tidak ada motivasi untuk belajar
menyampaikan konsep yang abstrak membuat matematika.
siswa SD yang masih berpikir konkret sulit Menurut Piaget dalam Prihandoko
untuk memahami materi. Proses pembelajaran (2006), perkembangan kognitif siswa SD masih
masih berpusat pada guru (teacher centered). berada pada tahap operasional konkret, di mana
Akibatnya, matematika dianggap sebagai salah mereka belajar memahami suatu konsep melalui
satu mata pelajaran di SD yang sulit dan benda-benda konkret. Guru dalam
capaian hasil belajar siswa kurang maksimal, membelajarkan materi pecahan, tentu
termasuk materi pecahan. membutuhkan benda-benda konkret sebagai
Keadaan yang demikian juga terjadi media untuk membantu siswa belajar agar
dalam pembelajaran matematika di kelas IV SD mencapai hasil belajar yang optimal serta
Negeri 01 Wanarejan, khususnya materi mengaitkan dengan konteks dunia nyata.
penjumlahan dan pengurangan pecahan. Menurut Supinah dan Titik (2010),
Berdasarkan refleksi pembelajaran yang telah pembelajaran matematika hendaknya dimulai
dilaksanakan, masih ada siswa yang dengan pengenalan masalah yang terkait dengan
memperoleh hasil belajar matematika materi kehidupan nyata siswa, lalu siswa secara
pecahan di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal bertahap dibimbing untuk menguasai konsep
(KKM) yaitu 64. Hal ini terbukti dari data nilai matematika dengan melibatkan peran aktif siswa
siswa kelas IV mata pelajaran matematika dalam pembelajaran.
materi penjumlahan dan pengurangan pecahan Untuk mencapai hasil belajar matematika
tahun pelajaran 2010/2011. Dari 30 siswa, materi pecahan secara optimal, upaya yang
jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 19, dapat dilakukan guru yaitu dengan
sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 11 siswa. menggunakan model pembelajaran yang dapat
Persentase tuntas belajar klasikal sebesar 63,33% membantu siswa mengaitkan materi pelajaran
dengan nilai rata-rata hanya mencapai 61,50. dengan kehidupan nyata siswa. Model
Hasil belajar yang kurang maksimal tersebut pembelajaran tersebut yaitu model Problem Based
disebabkan karena guru menggunakan model Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis
pembelajaran konvensional, penyampaian masalah. Menurut Supinah dan Titik (2010),
materi pembelajaran didominasi dengan PBL adalah model pembelajaran yang dimulai
penggunaan metode ceramah, sehingga kurang dengan pemberian suatu permasalahan yang
melibatkan siswa secara aktif dalam terkait dengan kehidupan nyata sehari-hari.
pembelajaran. Guru kurang maksimal dalam Selanjutnya siswa menyelesaikan masalah
menggunakan media pembelajaran. Guru juga tersebut untuk menemukan pengetahuan baru.
kurang mengaitkan penyampaian materi Sementara menurut Trianto (2011), model
pembelajaran dengan permasalahan nyata pembelajaran berbasis masalah merupakan
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam suatu model yang didasarkan pada banyaknya
penyampaian materi penjumlahan dan permasalahan yang membutuhkan penyelidikan
pengurangan pecahan, guru langsung autentik, yaitu penyelidikan yang membutuhkan
menjelaskan aturan-aturan atau cara
37
Tiffani Rizkana Fatkur / Journal of Elementary Education 2 (1) (2013)

penyelesaian nyata dari permasalahan yang penjumlahan dan pengurangan pecahan melalui
nyata. model PBL?”. Penelitian ini bertujuan untuk
Melalui model PBL diharapkan dapat meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa
meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa serta performansi guru di kelas IV pada mata
materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. pelajaran matematika di SD Negeri 01
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Wanarejan.
“Bagaimana meningkatkan hasil dan aktivitas .
belajar siswa serta performansi guru di kelas IV
SD Negeri 01 Wanarejan pada materi

METODE PENELITIAN Subjek Penelitian


Subjek dalam PTK ini adalah siswa kelas
Rancangan Penelitian IV Sekolah Dasar Negeri 01 Wanarejan
Penelitian ini dilaksanakan dengan Pemalang tahun pelajaran 2011/2012 yang
rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). berjumlah 51 siswa dengan rincian 21 siswa
Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2008) perempuan dan 30 siswa laki-laki.
menjelaskan tahapan dalam PTK terdiri dari
empat tahap yaitu (1) perencanaan, (2) Data dan Teknik Pengumpulan Data
pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan Menurut Riduwan (2010), data
(observasi), dan (4) refleksi. Pada tahap merupakan bahan mentah yang perlu diolah
perencanaan, peneliti mengidentifikasi dan sehingga menghasilkan informasi atau
menganalisis masalah, menetapkan alasan keterangan, baik kuantitatif maupun kualitatif
mengapa penelitian dilakukan, merumuskan yang menunjukkan fakta. Data dalam PTK ini
masalah, menetapkan cara yang akan dilakukan meliputi jenis data dan sumber data. Jenis data
untuk mengatasi masalah, membuat secara rinci yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data
rancangan tindakan seperti menyusun Rencana kuantitatif dan kualitatif. Menurut Sugiyono
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai strategi (2010), data kuantitatif adalah data yang
yang digunakan, merancang media dan alat berbentuk angka, atau data kualitatif yang
peraga, menetapkan indikator keberhasilan, dan diangkakan (skoring). Data kuantitatif dalam
membuat instrumen pengumpul data. penelitian ini berupa data hasil belajar siswa
Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti pada materi pecahan yang diperoleh dari nilai
mengimplementasi atau menerapkan isi tes formatif yang dilaksanakan pada siklus I dan
rancangan, yaitu menggunakan tindakan kelas. II. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan
Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar
dengan saat pelaksanaan tindakan. Dalam tahap (Sugiyono 2010). Data kualitatif dalam
ini peneliti mengobservasi semua hal yang penelitian ini berupa data hasil pengamatan
diperlukan selama pelaksanaan tindakan terhadap aktivitas belajar siswa dan performansi
berlangsung. Observasi dilakukan oleh peneliti guru dengan menggunakan lembar pengamatan
dan dibantu teman sejawat dengan dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I
menggunakan lembar pengamatan yang telah dan II.
disusun. Tahap refleksi merupakan kegiatan Sumber data dalam penelitian ini
mengemukakan kembali apa yang sudah diperoleh dari siswa, guru, dan dokumen. Data
dilakukan. Pada tahap ini, peneliti mengkaji yang diperoleh dari siswa berupa data hasil tes
secara menyeluruh tindakan yang telah formatif setelah penerapan model PBL dan data
dilakukan berdasarkan data yang telah hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar
terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi untuk siswa selama pembelajaran berlangsung pada
memperbaiki dan menyempurnakan tindakan setiap siklusnya. Data yang diperoleh dari guru
pada siklus berikutnya. berupa data nilai performansi guru yang
38
Tiffani Rizkana Fatkur / Journal of Elementary Education 2 (1) (2013)

meliputi kemampuan guru dalam membuat RPP pelajaran matematika materi pecahan serta data
dan pelaksanaan pembelajaran dengan model hasil tes formatif pada siklus I dan II untuk
PBL. Data yang diperoleh dari dokumen berupa mengetahui meningkat tidaknya hasil dan
data nilai siswa kelas IV pada tahun pelajaran aktivitas belajar siswa setelah pembelajaran
2010/2011 pada mata pelajaran matematika matematika dengan model PBL.
materi penjumlahan dan pengurangan pecahan
dan nilai matematika siswa kelas IV tahun Alat Pengumpul Data
pelajaran 2011/2012 setelah pembelajaran Alat pengumpul data yang digunakan
dengan model PBL. untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
yaitu alat tes dan non tes. Alat tes dalam
Teknik Pengumpulan Data penelitian ini digunakan untuk memperoleh data
Teknik pengumpulan data pada penelitian hasil belajar siswa setelah pembelajaran dengan
ini dilakukan dengan teknik tes dan non tes. model PBL. Alat tes tersebut berupa soal tes
Teknik tes digunakan untuk mengetahui hasil formatif yang dilaksanakan pada akhir siklus I
belajar siswa dan persentase tuntas belajar dengan materi penjumlahan pecahan dan siklus
klasikal, yaitu dengan tes formatif yang II materi pengurangan pecahan. Alat non tes
dilaksanakan pada setiap akhir siklus I dan II. digunakan untuk memperoleh data aktivitas
Teknik non tes dilakukan dengan observasi dan belajar siswa dan performansi guru dalam
dokumentasi. Observasi dilakukan untuk pembelajaran dengan model PBL. Untuk
memperoleh data aktivitas belajar siswa dan memperoleh data aktivitas belajar siswa
performansi guru. Observasi dilakukan selama menggunakan lembar pengamatan aktivitas
proses pembelajaran di setiap pertemuan belajar siswa. Sementara untuk memperoleh
pembelajaran pada siklus I dan II dengan data performansi guru menggunakan Alat
menggunakan lembar pengamatan aktivitas Penilaian Kemampuan Guru (APKG). APKG 1
belajar siswa dan lembar pengamatan untuk menilai guru dalam membuat RPP dan
performansi guru. Dokumentasi digunakan APKG 2 untuk menilai kemampuan guru dalam
untuk memperoleh data nilai siswa kelas IV pelaksanaan pembelajaran.
pada tahun pelajaran 2010/2011 pada mata

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dilakukan pada


siklus I dan II di kelas IV SD Negeri 01
Wanarejan Pemalang menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar siswa, aktivitas belajar
siswa, dan performansi guru dalam
pembelajaran matematika materi penjumlahan
dan pengurangan pecahan dengan model PBL.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
peneliti, hasil belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat
pada tabel 1.

39
Tiffani Rizkana Fatkur / Journal of Elementary Education 2 (1) (2013)

Tabel 1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Siklus I Siklus II
Hasil Belajar Siswa
Banyak Siswa Persentase Banyak Siswa Persentase
70,59 92,16
Nilai ≥ 64 (tuntas) 36 47
% %
Nilai  64 (tidak 29,41 7,84
15 4
tuntas) % %
84,31
Nilai Rata-rata 68,14

dan teman sejawat dengan menggunakan lembar


Tabel 1 menunjukkan nilai rata-rata hasil pengamatan aktivitas belajar siswa. Pada
belajar siswa pada siklus I sebesar 68,14 dan pelaksanaan pembelajaran siklus I, rata-rata
sudah mencapai indikator keberhasilan yang kehadiran siswa mencapai 97,39%. Pada
telah ditentukan yaitu 64. Persentase tuntas pelaksanaan pembelajaran siklus II, kehadiran
belajar klasikal pada siklus I mencapai 70,59% siswa tetap 97,39%. Kehadiran siswa selama
atau terdapat 36 siswa yang memperoleh nilai ≥ pembelajaran dengan model PBL pada siklus I
64. Persentase tuntas belajar klasikal belum dan II sudah baik karena sudah mencapai
mencapai indikator keberhasilan yang indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu
ditentukan yaitu 75%, sehingga dapat 90%.
dikatakan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I Persentase aktivitas belajar siswa dalam
belum berhasil. pembelajaran siklus I secara keseluruhan
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa nilai mencapai 66,28% dengan kriteria tinggi (Yonny
rata-rata pada siklus II mencapai 84,31. Nilai dkk 2010), tetapi belum mencapai indikator
rata-rata sudah mencapai indikator keberhasilan keberhasilan yang ditetapkan yaitu 70%.
yang ditentukan yaitu 64. Persentase tuntas Setelah diadakan perbaikan, aktivitas belajar
belajar klasikal pada siklus II mencapai 92,16% siswa pada siklus II mengalami peningkatan.
atau dari 51 siswa terdapat 47 siswa yang sudah Persentase aktivitas belajar siswa pada siklus II
tuntas belajar, sedangkan 4 siswa (7,84%) tidak mencapai 76,50% dengan kriteria sangat tinggi
tuntas belajar. Persentase tuntas belajar klasikal dan sudah mencapai indikator keberhasilan
siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 70%. Peningkatan
yang ditentukan yaitu 75%. Berdasarkan hasil aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada tabel 2
belajar siswa pada siklus II, dapat disimpulkan berikut ini.
bahwa hasil belajar siswa yang dilihat dari nilai
rata-rata dan persentase tuntas belajar klasikal
dalam pembelajaran dengan model PBL dapat
dikatakan sudah berhasil karena sudah
mencapai indikator keberhasilan yang
ditentukan.
Selain hasil belajar siswa, juga diperoleh
data aktivitas belajar siswa yang meliputi (1)
kehadiran siswa dan (2) keterlibatan siswa
dalam pembelajaran. Pengamatan terhadap
aktivitas belajar siswa dilakukan oleh peneliti
40
Tiffani Rizkana Fatkur / Journal of Elementary Education 2 (1) (2013)

Tabel 2. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa

No Persentase (%)
Aspek Yang Diamati
. Siklus I Siklus II
1. Keterlibatan siswa dalam melaksanakan tugas
75,04 83,38
belajarnya
2. Kerjasama siswa dalam kelompok untuk memecahkan
77,63 86,25
masalah
3. Keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan
61,55 72,88
kepada siswa lain atau guru
4. Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat
57,43 69,63
atau tanggapan
5. Keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil kerja 59,73 70,38

Rata-rata Aktivitas Belajar Siswa 66,28 76,50


(A). Performansi guru siklus II dalam
Berdasarkan hasil pengamatan yang pembelajaran dengan model PBL sudah berhasil
dilakukan oleh observer, nilai performansi guru karena sudah mencapai indikator keberhasilan
pada siklus I mencapai 82,25 (AB). Nilai yang ditetapkan yaitu 75. Peningkatan nilai
tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan performansi guru dapat dilihat pada tabel 3
yang ditetapkan yaitu 75. nilai performansi berikut ini.
guru pada siklus II meningkat menjadi 93,58

Tabel 3. Peningkatan Nilai Performansi Guru

No Aspek Penilaian Bobot Siklus I Siklus II


1. Kemampuan guru membuat RPP 1 84,75 95,75
2. Kemampuan guru melaksanakan
2 81 92,5
pembelajaran
Jumlah 3 246,75 280,75
Nilai Performansi Guru 82,25 93,58

hubungan yang ada di dalamnya. Begitu pula


Berdasarkan penelitian yang telah dengan materi pecahan.
dilakukan, dapat diketahui bahwa matematika Pada kenyataannya, materi pecahan
merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami banyak dijumpai dalam kehidupan nyata sehari-
oleh siswa karena mempelajari ilmu yang hari. Pembelajaran materi pecahan harus
bersifat abstrak, sedangkan kemampuan berpikir diajarkan dengan baik kepada siswa agar mereka
siswa SD berada pada tahap konkret. Hal ini memahami konsep pecahan dengan benar. Hal
dapat menjawab teori matematika yang ini menjawab teori yang dikemukakan oleh
dikemukakan oleh Subarinah (2006), bahwa Subarinah (2006), bahwa dalam pembelajaran
matematika merupakan ilmu pengetahuan yang konsep awal pecahan perlu ditanamkan secara
mempelajari struktur yang abstrak dan pola baik, sehingga meresap betul dalam diri siswa.
Oleh karena itu, peneliti menggunakan model

41
Tiffani Rizkana Fatkur / Journal of Elementary Education 2 (1) (2013)

PBL dalam pembelajaran materi pecahan untuk karena kalau pengetahuan itu didapatkan lebih
menjembatani materi matematika yang abstrak dekat dengan konteks praktiknya, maka kita
dengan kemampuan berpikir siswa yang masih akan lebih ingat. Melalui konteks yang dekat
konkret agar siswa menjadi lebih mudah dan sekaligus melakukan, maka siswa akan lebih
memahami materi pecahan. mudah memahami materi.
Penggunaan model PBL ternyata dapat Pembelajaran dengan model PBL juga
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi dapat menimbulkan aktivitas belajar siswa.
penjumlahan dan pengurangan pecahan. Hal ini Dalam proses pembelajaran, siswa lebih terlibat
terlihat dari peningkatan hasil belajar siswa dari aktif dalam melaksanakan tugas belajarnya,
siklus I ke siklus II dan ketercapaian indikator lebih berani bertanya, bekerjasama dalam
keberhasilan yang ditetapkan. Peningkatan hasil kelompok untuk memecahkan masalah, berani
belajar siswa memiliki makna bahwa untuk menanggapi atau memberi pendapat
pembelajaran dengan model PBL dapat terhadap hasil kerja siswa atau kelompok lain,
memberikan pengalaman kepada siswa untuk serta mempresentasikan hasil kerjanya di depan
mengalami proses belajar melalui kegiatan kelas. Timbulnya aktivitas belajar siswa dapat
penyelidikan secara kelompok untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi
memecahkan permasalahan kontekstual yang dan menjadi lebih ingat karena ia mengalami
diajukan guru. Proses belajar yang dialami siswa sendiri proses belajarnya. Hal ini sesuai dengan
sesuai dengan pendapat Burton dalam pendapat Slameto (2010), bahwa penerimaan
Aunurrahman (2009), bahwa perubahan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri,
perilaku pada diri individu terjadi berkat adanya kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi
interaksi antara individu dengan individu dan dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi
individu dengan lingkungannya sehingga dalam bentuk yang berbeda. Siswa akan
mereka mampu berinteraksi dengan bertanya, mengajukan pendapat, maupun
lingkungannya. berdiskusi dengan guru, menjalankan perintah,
Proses belajar yang terjadi dalam melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram,
pembelajaran ternyata dapat menjadikan siswa inti sari dari pelajaran yang disajikan. Bila siswa
mengalami perubahan perilaku sebagai hasil menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki
belajar. Hasil belajar tersebut ditandai dengan ilmu atau pengetahuan itu dengan baik.
pemahaman siswa pada materi penjumlahan Berdasarkan pelaksanaan tindakan siklus
dan pengurangan pecahan menjadi lebih baik. I dan II, aktivitas belajar siswa mengalami
Hasil belajar yang diperoleh siswa sesuai dengan peningkatan. Peningkatan aktivitas belajar siswa
pendapat Hamalik (2008), bahwa hasil belajar dapat menjawab teori yang dikemukakan oleh
adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi Smith dalam Amir (2010), bahwa model PBL
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, dapat mendorong terjadinya pengembangan
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari kecakapan kerja tim dan kecakapan sosial
tidak mengerti menjadi mengerti. Melalui model karena dilaksanakan dalam kelompok-kelompok
PBL, siswa lebih memahami materi pecahan kecil. Peningkatan hasil dan aktivitas belajar
karena pengetahuan yang mereka peroleh tidak siswa juga disebabkan karena peningkatan
hanya dalam bentuk matematika formal, tetapi performansi guru dalam pembelajaran dengan
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. model PBL. Hal ini menjawab teori yang
Siswa juga memperoleh kebermaknaan dalam dikemukakan oleh Ismail (2009), bahwa untuk
belajar, sehingga motivasi siswa dalam belajar mendapatkan proses dan hasil belajar siswa
matematika menjadi lebih baik. Temuan ini yang berkualitas tentu memerlukan kinerja
dapat menjawab teori yang dikemukakan oleh (performansi) guru yang maksimal. Performansi
Smith dalam Amir (2010), bahwa dengan model guru menjadi lebih baik karena guru semakin
PBL, siswa menjadi lebih ingat dan meningkat baik dalam menerapkan pembelajaran dengan
pemahamannya atas materi ajar. Hal ini terjadi model PBL pada materi pecahan. Guru sudah
42
Tiffani Rizkana Fatkur / Journal of Elementary Education 2 (1) (2013)

melaksanakan semua kegiatan sesuai yang lelah dan bosan jika mengerjakan pekerjaan
direncanakan dan lebih optimal dalam yang berkepanjangan. Siswa kelas tinggi
melaksanakan model PBL. kemampuan berpikirnya lebih tinggi dan kritis
Seperti yang dikemukakan oleh Trianto jika dibandingkan dengan siswa kelas rendah.
(2011), salah satu kekurangan model PBL yaitu Siswa kelas rendah cepat merasa lelah jika
persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) berpikir terlalu sulit.
yang kompleks. Melihat persiapan pembelajaran Model PBL membutuhkan sarana dan
yang kompleks dalam menerapkan model PBL, prasarana yang memadai karena membutuhkan
guru melakukan perencanaan, pengelolaan persiapan pembelajaran (media dan alat peraga)
pembelajaran, dan penilaian dengan baik. yang kompleks. Jika guru akan menggunakan
Melalui model PBL, performansi guru tampak model PBL, maka harus memperhatikan media
pada proses pembelajaran dan menjadi lebih dan alat peraga yang dibutuhkan untuk
baik. Penguasaan materi, kemampuan memfasilitasi siswa melakukan penyelidikan.
mengelola pembelajaran, dan komitmen guru Jika guru akan menggunakan model PBL untuk
dalam menjalankan tugas menjadi lebih baik. meningkatkan aktivitas belajar siswa, maka guru
Performansi guru yang tampak dalam harus memberikan motivasi, bimbingan, dan
pembelajaran model PBL sejalan dengan penguatan kepada siswa. Misalnya, agar siswa
pendapat Sanjaya dalam Ismail (2009), bahwa berani menyajikan atau mempresentasikan hasil
kinerja atau performansi guru berkaitan dengan kerjanya di depan kelas, maka guru dapat
tugas perencanaan, pengelolaan pembelajaran, memberi penguatan dengan memberikan
dan penilaian hasil belajar. lencana bintang kepada kelompok yang mau
Penggunaan model PBL dalam maju dan dapat mempresentasikannya dengan
pembelajaran matematika materi penjumlahan benar.
dan pengurangan pecahan di kelas IV SD Negeri Jika guru akan menggunakan model PBL,
01 Wanarejan dapat meningkatkan hasil dan maka harus memperhatikan alokasi waktu
aktivitas belajar siswa serta performansi guru. pembelajaran dan menyesuaikan dengan
Jika guru akan menggunakan model PBL untuk permasalahan yang diajukan. Alokasi waktu
meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa pembelajaran yang dapat digunakan untuk
serta performansi guru dalam pembelajaran, model PBL minimal yaitu 2 jam pelajaran (2 x
maka harus memperhatikan karakteristik materi 35 menit). Selain memperhatikan alokasi waktu
pembelajaran, karakteristik siswa, sarana dan pembelajaran, jika guru akan menerapkan
prasarana, alokasi waktu pembelajaran, dan model PBL di kelas dengan jumlah siswa yang
kondisi kelas. banyak, maka harus membagi kelompok dengan
Jika guru akan menggunakan model PBL, baik agar anggota kelompok tidak terlalu
maka harus memilih materi pembelajaran yang banyak.
banyak menyangkut kehidupan nyata sehari-
hari. Jadi, guru akan mudah menyusun masalah
(problem) yang akan diajukan. Masalah tersebut SIMPULAN
berupa soal non rutin sehingga dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk Berdasarkan penelitian yang telah
melakukan penyelidikan memecahkan masalah. dilaksanakan, dapat disimpulkan bahawa model
Jika guru akan menggunakan model PBL, maka PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
lebih cocok diterapkan untuk siswa kelas tinggi. aktivitas belajar siswa, dan performansi guru
Secara fisik, siswa kelas tinggi sudah mampu dalam pembelajaran matematika materi pecahan
menggunakan alat maupun benda-benda kecil di kelas IV SD Negeri 01 Wanarejan Pemalang.
dalam pembelajaran. Sementara itu, siswa kelas Peningkatan tersebut ditunjukkan oleh (1)
rendah belum memiliki koordinasi otot-otot peningkatan hasil belajar siswa yaitu pada siklus
kecil dengan sempurna, sehingga cepat merasa I, nilai rata-rata hasil belajar siswa mencapai
43
Tiffani Rizkana Fatkur / Journal of Elementary Education 2 (1) (2013)

68,14 dan persentase tuntas belajar klasikal dan bimbingan, dan semua pihak yang telah
70,59%, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata membantu penyusunan artikel ilmiah ini.
meningkat menjadi 84,31 dan persentase tuntas
belajar klasikal menjadi 92,16%; (2) peningkatan
aktivitas belajar siswa dilihat dari kehadiran DAFTAR PUSTAKA
siswa dan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran. Rata-rata kehadiran siswa pada Amir, M. T. 2010. Inovasi Pendidikan melalui Problem
siklus I 97,39% dan siklus II tetap 97,39%. Based Learning. Kencana, Jakarta
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran siklus I Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2008.
Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara,
mencapai 66,28% (tinggi) dan meningkat pada
Jakarta
siklus II menjadi 76,50% (sangat tinggi); (3)
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran.
peningkatan performansi guru dalam
Alfabeta, Bandung
menerapkan model PBL pada pembelajaran Hamalik, O. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi
matematika materi pecahan dinilai dari Aksara, Bandung
kemampuan guru dalam membuat RPP dan Ismail, M. I. (2009). Kinerja dan Kompetensi Guru
pelaksanaan pembelajaran. Nilai performansi dalam Pembelajaran.
guru pada siklus I mencapai 82,25 (AB) dan http://ilyasismailputrabugis.blogspot.com/2009/1
meningkat pada siklus II menjadi 93,58 (A). 1/kinerja-dan-kompetensi-guru-dalam.html.
Diunduh 23 Februari 2012
Prihandoko, A. C. 2006. Pemahaman dan Penyajian
UCAPAN TERIMAKASIH
Konsep Matematika Secara Benar dan Menarik.
Depdiknas, Jakarta
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis.
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat Alfabeta, Bandung
dan hidayahNya, sehingga peneliti dapat Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang
menyelesaikan artikel ilmiah yang berjudul Mempengaruhi. Rineka Cipta, Jakarta
“Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Subarinah, Sri. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika
melalui Model Problem Based Learning (PBL)”. Sekolah Dasar. Depdiknas, Jakarta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan artikel
Alfabeta, Bandung
ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan
Supinah dan Titik S. 2010. Modul Matematika SD
bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, Program Bermutu, Pembelajaran Berbasis Masalah
peneliti menyampaikan rasa terima kasih kepada Matematika di SD/MI. Kemdiknas, Yogyakarta
Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd., Koordinator Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif
PGSD UPP Tegal UNNES; Drs. Yuli Witanto Progresif. Kencana, Jakarta
dan Drs. Utoyo yang telah memberikan arahan Yonny, Acep, dkk. 2010. Menyusun Penelitian
Tindakan Kelas. Familia, Yogyakarta

44

Anda mungkin juga menyukai