Abstrak
Eko Nita Yulia.2021, “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Mata Pelajaran Matematika Materi Lingkaran Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pada
Siswa Kelas VI Semester 1 SD Muhammadiyah 1 Kota Tegal Tahun Pelajaran 2021/2022.
Penelitian ini dilatar belakangi karena kurangnya partisipasi serta keaktifan siswa
terhadap pembelajaran Matematika khususnya pada materi lingkaran sehingga prestasi
belajar siswa cenderung masih dibawah KKM. Hal ini dikarenakan guru masih
menggunakan metode konvensional dalam pembelajarannya. Oleh karena itu, peneliti
melakukan penelitian perbaikan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran Matematika materi Lingkaran. Penelitian ini dilaksanakan di
SD Muhammadiyah 1 Tegal yang terdiri atas dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa
kelas VI Semester 1 Tahun Pelajaran 2021/2022 sebanyak 22 Siswa. Pengumpulan data
menggunakan lembar observasi dan refleksi siklus I dan siklus II. Dari hasil refleksi yang
diperoleh pada siklus 1 jumlah siswa yang mendapat nilai tuntas sebanyak 12 siswa
(54,54%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 10 siswa (45,46%), sedangkan pada siklus
II terjadi peningkatan jumlah siswa dengan nilai tuntas sebanyak 19 siswa (86,36%) dan
jumlah yang tidak tuntas sebanyak (13,64%), maka dapat disimpulkan bahawa model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar
Matematika materi Lingkaran.
PENDAHULUAN
Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka analisis masalah tersebut antara
lain guru kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi dan
terlibat langsung dalam proses pembelajaran, guru kuraang memotivasi siswa
dalam pembelajaran dan guru belum menggunakan metode pembelajaran yang
tepat sesuai materi yang disampaikan sehingga hasil belajar siswa belum optimal.
Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi permasalahan di atas, penulis mencoba memberikan
alternative dalam menyelesaikan permasalahan dengan mengubah strategi
pembelajaran yaitu dari pembelajaran yang membosankan seperti dengan ceramah
saja menjadi pembelajaran yang menyenangkan salah satunya yaitu dengan
menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang
bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan
di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut.
“Apakah dengan penerapan model pembelajaran Probrem Based Learning (PBL)
mata pelajaran Matematika materi Lingkaran dapat meningkatkan prestasi belajar
4
menyatakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu
faktor dari dalam diri siswa dan faktor luar atau biasa disebut faktor lingkungan.
Faktor dalam terdiri dari: (1) jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), (2)
psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), (3)
dan kelelahan. Faktor luar yaitu: (1) keluarga (cara orang tua mendidik, relasi
antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian
orang tua, latar belakang kebudayaan), (2) sekolah (metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung,
metode belajar, tugas rumah), (3) dan masyarakat (kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
Sekolah merupakan salah satu faktor luar dalam mempengaruhi hasil
belajar siswa, sehingga guru sebagai anggota sekolah memiliki peran penting
dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk itu, Guru harus memiliki
kompetensi dibidangnya, selain itu agar pembelajaran tidak monoton maka guru
sebaiknya mampu memvariasikan metode pembelajaran misalkan diskusi inkuiri,
praktikum, game dan PBL. Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi juga
dapat mempengaruhi hasil belajar karena siswa merasa senang dalam belajar,
motivasi tinggi dan hasil belajarnya dapat maksimal
Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model pembelajaran Problem based learning (PBL) adalah model
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah. Menurut Tan
dalam (Rusman, 2011: 229) pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi
pembelajaran yang mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa melalui proses
kerja kelompok. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) bercirikan
pada penggunaan masalah dalam kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus
dipelajari siswa dalam melatih keterampilan berfikir kritis serta pemecahan
masalah yang didapatkan pada pengetaahuan konsep-konsep penting.
Pendapat dari David Bound fan Grahame I. Feletti (dalam Putra, 2013:
64), problem based learning is a conception of knowledge, understanding, and
education profoundly different from the more usual conception underlying
6
lingkaran dengan sub mencari keliling dan luas lingkaran, menyiapkan materi
pembelajaran, menetapkan kriteria penilaian, menyiapkan instrumen lembar
pengamatan untuk mengamati aktivitas belajar siswa, dan membuat alat evaluasi
untuk melihat tingkat keberhasilan siswa setelah prasiklus selesai.
Pada tahap refleksi ini peneliti melakukan terhadap hasil pengamatan dan
hasil evaluasi pada pelaksanaan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
yaitu berdiskusi dengan supervisor, saran, masukan dan kritik pada saat
10
pelaksanaan pembelajaran, serta solusi dan masukan yang dapat dillakukan pada
pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I.
Siklus I
dengan kompetensi dasar yang dikerjakan siswa. Adapun butir-butir soal terlampir
dalam RPPP.
Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang akan dianalisis terdiri dari 2 jenis data,
yaitu kuantitatif dan kualitatif. Pada penelitian ini diperoleh data kuantitatif
berupa nilai evaluasi siswa yang dilaksanakan pada setiar akhir fase siklus, yaitu
siklus 1 dan siklus 2. Hasil tes pada akhir siklus I dibandingkan dengan siklus II,
jika mengalami kenaikan maka dianggap penggunaan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dadpat meningkatkan hasil belajar siswa.
Sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan terhadap performansi
guru dan aktivitas belajar siswa selama perbaikan pembelajaran dilaksanakan.
Hasil analisis data observasi kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif.
Indikator Keberhasilan
Pada penelitian ini dikatakan berhasil apabila adanya peningkatan hasil
pengetahuan dan keterampilan belajar siswa setiap siklusnya dengan prosedur
penelitian sekuraang-kurangnya 85% dari jumlah siswa memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) mata pelajaran Matematika 75 yaitu sejumlah 18
dari jumlah 22 siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Deskripsi Pra Siklus (Kondisi Awal)
Pada kegiatan prasiklus diperoleh data hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Matematika materi Lingkaran diperoleh jumlah siswa yang mendapat
nilai A (sangat baik) ada 0 siswa atau 0%, yang mendapat nilai B (baik) ada 5
siswa atau 22,73 %, yang mendapat nilai C (cukup) ada 3 siswa atau 13,63%, dan
yang mendapat nilai D (kurang) ada 5 siswa atau 22,73%, sedangkan yang
mendapat nilai sangat kurang sebanyak 9 siswa atau 40,91%.
Dari hasil tes tersebut, Sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan
belajar sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil evaluasi belajar siswa pra siklus
mata pelajaran Matematika materi Lingkaran masih banyak yang dibawah kriteria
ketuntasan minimum KKM (75), dari jumlah 22 siswa, siswa yang belum
13
mencapai ketuntasan adalah 15 siswa atau 68,19 %. Sedangkan siswa yang telah
mencapai ketuntasan sebanyak 7 siswa atau 31,81 %.
Deskripsi Hasil Siklus I
Sesuai dengan hasil pra siklus diatas, maka diadakanlah tindakan kelas
siklus I pada pembelajaran matematika materi lingkaran di kelas VI SD
Muhammadiyah 1 Kota Tegal dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL). Dari hasil tes siklus I, siswa yang mendapat nilai
A (sangat baik) ada 1 siswa atau (4,54%), mendapat nilai B (baik) ada 7 siswa
atau (31,82%), mendapat nilai C (cukup) sebanyak 4 orang (18,18%), yang
mendapatkan nilai D (kurang) ada 6 siswa atau (27,28%), sedangkan yang
mendapatkan nilai E (sangat kurang) ada 4 siswa atau (18,18%).
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari jumlah 22 siswa, yang tuntas
belajar hanya 12 siswa atau 54,54%, sedangkan 10 siswa lainnya atau 45,46%
belum mencapai ketuntasan. Adapun pada siklus I diperoleh nilai tertinggi adalah
90 dan nilai terendah adalah 50. Dapat dilihat adanya pengurangan jumalah siswa
yang masih dibawah KKM. Pada prasiklus jumlah siswa yang dibawah KKM
sebanyak 15 anak atau 68,18% dan pada akhir siklus I berkurang menjadi 10 anak
atau 45,46%. Nilai rata-rata kelas meningkat dari semula 60,68 naik menjadi
70,90%. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar mengalami peningkatan
jika dibandingkan dengan pra siklus.
Deskripsi Hasil Siklus II
Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan pada siklus II diperoleh data
bahwa yang mendapatkan nilai sangat baik (A) ada 6 siswa atau 27,27%, yang
mendapatkan nilai baik (B) ada 13 siswa atau 59,1%, yang mendapat nilai C ada 1
siswa atau 4,5%, dan yang mendapat nilai D ada 2 siswa atau 9,1%, serta yang
mendapat nilai E tidak ada. Pada siklus II ini rata-rata kelas naik menjadi 81,59.
Siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 19 siswa atau 86,36% dan yang
belum tuntas menurun sebanyak 3 siswa atau 13,64%. Hal ini jelas menunjukkan
adanya peningkatan yang signifikasn. Rata-rata kelas pun meningkat
dibandingkan dengan siklus I yaitu dari 70,90% menjadi 81,59%.
14
DAFTAR PUSTAKA
Putra, Stitava Rizema. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains.
Jogyakarta: Diva Pres
Slameto. 2008. Belajar dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta