Anda di halaman 1dari 22

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

DENGAN MODEL RME MATERI PENYAJIAN DATA KELAS VB


SEMESTER II SDN 41 SINGKAWANG

Nuraz’mi Widi Latifah 858082882

nurazmiwidilatifah15@gmail.com

abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses dan hasil belajar pembelajaran matematika
dengan menggunakan model RME pada materi penyajian data. Subjek penelitian ini siswa kelas VB
semester II di SDN 41 Singkawang. Penelitian ini menggunakan model RME, dengan menggunakan
tes esai materi penyajian data. Hasil penelitian dan acuan peneliti terdahulu bahwa 1)Dengan
menggunakan model RME proses pembelajaran pada pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 mengalami
perubahan yang signifikan siswa termotivasi dalam menyelesaikan masalah yang diberikan baik
secara kelompok maupun individu. Siswa bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah yang
diberikan. 2) Dengan menggunakan model RME pada hasi belajar mengalami peningkatan yang
awalnya hanya 23% yang mengalami ketuntasan, kemudian siklus 1 menjadi 32% serta pada siklus 2
menjadi 68% yang mengalami ketuntasan.

Kata Kunci: Hasil Belajar, RME

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran guna membentuk potensi dalam pendidikan. Pembelajaran
disekolah yang sesuai dengan capaian pembelajaran akan menghasilkan hasil belajar
yang baik. Tujuan pendidikan ini menjadi tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas
sumber daya manusia seutuhnya. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional pasal (3) menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab. Masalah utama dalam
pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya
serap siswa, terlihat dari rata-rata hasil belajar siswa yang masih sangat memprihatinkan
(Trianto, 2011).

Pembelajaran matematika di SDN 41 Singkawang pada materi penyajian data


mengalami kesulitan pada beberapa sub materi di Semester II Tahun Ajaran 2022/2023.
Sebagai pendidik hendaknya mampu memilih model, pendekatan, strategi, metode dan
teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tujuan pembelajaran di sekolah dasar,
agar proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan siswa dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik tanpa ada rasa takut.

Salah satu mata pelajaran yang ditakuti oleh peserta didik di sekolah dasar adalah
matematika. Pelajaran matematika selalu menjadi pusat perhatian, karena masih
rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran tersebut. Usaha untuk meningkatkan
pendidikan matematika di Indonesia keluhan atau kesulitan belajar matematika masih
saja dijumpai. Menurut Sutawidjaja & Afgani, (2015) Rendahnya hasil belajar siswa
dalam pembelajaran matematika bukan semata-mata karena materi yang sulit, tetapi bisa
juga disebabkan oleh proses pembelajaran dilaksanakan.

Mengingat pentingnya pemaparan diatas, mata pelajaran matematika dalam


kehidupan sehari-hari dan perkembangan IPTEK sebagai lembaga pendidikan formal
hendaknya mampu melaksanakan proses pembelajaran matematika yang bermakna dan
menarik sehingga konsep matematika yang terkesan sulit dan abstrak dapat dimengerti
dengan mudah oleh siswa. Salah satu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk
mengkonstruksi pengetahuan dengan kemampuannya sendiri melalui aktivitas yang
dilakukannya dalam kegiatan kegiatan pembelajaran adalah Realistic Mathematics
Education (RME). Menurut Ariani, (2018) ada tujuan kelebihan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) yaitu, 1) pembelajaran menjadi menyenangkan; 2)
memahami materi secara baik; 3) lebih kreatif; 4) memberikan pengertian jelas kepada
siswa bahwa mempelajari matematika melalui proses.

Siswa kelas VB di SDN 41 Singkawang masih sulit dalam membuat tabel dalam
menentukan jenis dan frekuensinya, sulit membaca data baik dalam diagram garis dan
diagram batang. Karena pada KD yang digunakan merupakan kurikulum darurat pasca
covid-19 yaitu KD 3.6 Menjelaskan penyajian data yang berkaitan dengan diri peserta
didik dan membandingkan dengan data dari lingkungan sekitar dalam bentuk tabel,
diagram batang. atau diagram garis.

Sehingga sub materinya merupakan penyajian data dengan menggunakan tabel,


diagram batang serta diagram garis. Judul pada Karya Ilmiah ini adalah “upaya
meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan model RME materi penyajian data
kelas VB semester II SDN 41 Singkawang”.

1. Identifikasi Masalah
Sehubung dengan hal diatas, maka peneliti meminta bantuan kepada kepala
sekolah dan guru senior untuk mendiskusikan terhadap kekurangan dan kelebihan
dari simulasi praktek yang dilaksanakan. Dari hasil diskusi terdapat kekurangan dan
kelebihan dari simulasi praktek yang dilaksanakan sebagai berikut:
a. Pada saat pengambilan video siswa seperti tersugesti bahwa mereka akan
berperan dengan baik dalam video, ketika rekaman dimatikan siswa terlihat
menunjukkan keasliannya dibandingkan saat di video.
b. Terdapat kekurangan dalam pemberian LKS, karena peneliti berpikir cukup jika
1 LKS dibagikan 1 Kelompok. Sehingga terlihat siswa lain pada kelompok
mengalami kesulitan melihat materi dan soal masalah yang diberikan.
c. Sulit dalam membuat tabel dalam menentukan jenis dan frekuensinya.
d. Sulit membaca data baik dalam diagram garis dan diagram batang.
e. Kurangnya kepercayaan diri siswa, masih bertanya mengenai benar/salah dalam
mengerjakan soal.
f. Rendahnya kemampuan siswa jika diberikan kalimat soal yang berbeda padahal
memiliki 1 penyelesaian yang sama.
B. Perumusan Masalah
Berikut ini berdasarkan masalah diatas, maka dapat dirumuskan yaitu:

1. Bagaimana proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model RME


pada materi penyajian data semester II di kelas VB SDN 41 Singkawang?
2. Bagaimana hasil belajar matematika dengan menggunakan model RME pada
materi penyajian data semester 2 kelas V SDN 41 Singkawang?
C. Tujuan Penelitian
Berikut ini berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka dapat di tujukan tujuannya
yaitu:

1. Untuk mengetahui proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model


RME pada materi penyajian data semester 2 di kelas VB SDN 41 Singkawang.
2. Untuk mengetahui hasil belajar matematika dengan menggunakan model RME
pada materi penyajian data semester 2 kelas VB SDN 41 Singkawang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi peneliti lain dalam
meningkatkan hasil belajar siswa dengan model realistic mathematics education
(RME) pada materi penyajian data kelas 5 sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru untuk memaksimalkan
dirinya dalam mengembangkan profesinya sebagai pendidik dalam meningkatkan
hasil belajar siswa dengan model realistic mathematics education (RME) pada
materi penyajian data kelas 5 sekolah dasar.

II. KAJIAN PUSTAKA


A. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan baru sesudah mengikuti proses yang
diperoleh siswa dalam belajar mengajar pada mata pelajaran tertentu Supratik (2012)
dalam Untung, dkk (2021). Menurut Susanto (2013) dalam Susilowati (2018) Hasil
belajar merupakan perubahan yang terjadi baik pada diri siswa yang menyangkut aspek
kognitif, afektif, serta psikomotor sebagai hasil dari proses pembelajaran. Sedangkan
menurut Agustina, dkk (2020) Hasil belajar terdiri dari tiga ranah yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotor siswa. Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan kemampuan baru yang terjadi perubahan baik pada diri siswa terdiri dari tiga
ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor dalam mata pelajaran tertentu. Tiga ranah
tersebut dapat kita dapat kita jabarkan sebagai berikut:

1. Ranah Kognitif
Pencapaian tujuan pembelajaran yang berada pada domain meliputi
kemampuan memahami, mengetahui, menghafal, menafsirkan, menterjemahkan,
membedakan, Menyusun serta memberi penilaian (evaluasi).
Contoh dari penerapan teori belajar pada ranah kognitif dalam pembelajaran,
guru bisa mendorong siswa untuk menyampaikan pendapat serta dapat berdiskusi
terhadap materi yang telah disampaikan, meminta siswa untuk memberikan ide serta
pendapat yang siswa tersebut miliki, dan membuat siswa terus bergerak dalam hal-hal
lainnya dalam menggunakan logika pada pembelajaran.
Penerapannya melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan seperti memberikan
kesempatan untuk bertanya, membuat kesalahan kemudian memperbaikinya,
merefleksikan diri dalam memahami proses mental.

2. Ranah Afektif
Hasil belajar yang menunjukkan perilaku atau sikap mahasiswa yang
mengarah positif seperti minat tinggi, disiplin tinggi, motivasi tinggi, rasa hormat
tinggi dan sebagainya yang mencangkup pada ranah afektif. Penilaian pada ranah
afektif adalah penilaian yang mencangkup pada karakteristik perilaku. Karakteristik
perilaku pada ranah afektif adalah sikap, perasaan, emosi, minat, dan nilai. Berikut ini
prestasi belajar afektif pada hasil belajar yang menunjukkan perilaku atau sikap
mahasiswa yang mengarah positif seperti minat tinggi, disiplin tinggi, motivasi tinggi,
rasa hormat tinggi, dan sebagainya. Ranah afekti menentukan keberhasilan belajar
seseorang karena minat belajar yang tinggi maka akan mudah dalam mencapai
keberhasilan belajar yang optimal.
Contoh: Menunjukkan kemandirian saat bekerja secara mandiri. Dapat bekerja
sama dalam kegiatan kelompok. Menggunakan pendekatan objektif dalam pemecahan
masalah. terdapat tiga metode untuk menilai hasil belajar afektif yaitu pengamatan
guru, laporan diri siswa, dan peringkat rekan. Menetapkan prosedur kelas yang
mendukung tujuan afektif yaitu melalui peraturan kelas, mendorong siswa untuk jujur,
tepat waktu, adil, memberikan kesempatan bagi mereka untuk berkembang sebagai
pemikir mandiri dan pemecah masalah mandiri.
Penilaian ranah afektif perlu dinilai guru sebab tujuan Pendidikan tidak hanya
mencerdaskan siswa melainkan juga meningkatkan moralnya.
3. Ranah Psikomotor
Domain yang meliputi perilaku Gerakan dan koordinasi jasmani keterampilan
motoric dan kemampuan fisik seseorang. Ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) dalam bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Misalnya yang berhubungan dengan aktivitas fisik yaitu lari, melompat, melukis,
menari, memukul, dan sebagainya. Setiap domain mewakili rangkaian proses yang
dimulai dengan yang paling sederhana dan diakhiri dengan proses yang paling
kompleks. Hasil belajar ranah psikomotor merupakan hasil belajar yang berhubungan
dengan kemampuan atau keterampilan untuk bertindak setelah siswa menerima
pengalaman belajar tertentu, namun kemampuan dalam menghafal suatu materi tidak
termasuk hasil belajar psikomotor. Pentingnya ranah psikomotor dalam pengajar
guna memabantu siswa dalam menguasai tubuh melalu keseimbangan dan gerakan
serta mempersiapkan kebutuh motorik lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Muslich
(2009) dalam Suriat, E (2022) ialah kecerdasan, kesiapan anak, bakat anak, kemauan
belajar, minat anak, model penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar,
kompetensi guru dan kondisi masyarakat. Menurut Untung, dkk (2021) faktor-faktor
yang berasal dari dalam diri individu yang dapat mempengaruhi hasil belajar seperti
minat belajar siswa dan kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Dari pendapat tersebut bahwa sejalan dengan penelitian ini minat anak dalam
pembelajaran mempengaruhi hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika.
Model penyajian kegiatan belajar menjadi hal penting untuk mencapai tujuan
pembelajatran.

B. Matematika
Matematika merupakan mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa mulai dari
sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Matematika merupakan suatu disiplin ilmu yang
mendasari perkembangan ilmu lainnya dan selalu digunakan dan dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari baik dengan sadar ataupun tidak. Hal ini sesuai dengan pendapat
Marlina dkk. (2021) yang mengungkapkan matematika sebagai ratu ilmu karena
matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu dan juga
melayani kebutuhan dalam pengembangan dan operasional ilmu pengetahuan lainnya.
Menurut Suparno dkk. (2021) dalam dunia pendidikan,matematika menjadi dasar
pengembangan ilmu lainnya, karena matematika mempunyai kekuatan yang mampu
diaplikasikan kedalam beberapa aspek termasuk teknologi. Maka dari itu matematika
berperan penting dalam kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunikasi yang
saat ini kita rasakan.
Namun matematika bukanlah mata pelajaran yang mudah untuk dipelajari,
sehingga ada beberapa kesulitan dan hambatan dalam proses pembelajaran, yang dapat
mengurangi semangat belajar siswa (Iman & Firmansyah, 2020). Kesulitan tersebut
diakibatkan karena pembelajaran matematika penuh dengan tantangan, sehingga
membuat siswa merasa cemas dan berusaha untuk menghindari matematika. Hal tersebut
dapat teratasi oleh sikap bersungguh-sungguh, ulet, dan percaya diri yang disebut dengan
resiliensi (Maharani & Bernard, 2018). Resiliensi dalam pembelajaran matematika
disebut dengan resiliensi matematis. Menurut Sugandi (2017) resiliensi matematis
menjadi faktor internal penting dalam pembelajaran matematika selain faktor
kemampuan pemahaman matematis. Resiliensi matematis diperlukan ketika siswa
menggunakan matematika, berpikir, dan bertindak secara matematis, bukan hanya untuk
mencapai nilai atau lulus pada mata pelajaran tertentu (Safitri et al., 2020).
Matematika Sekolah Dasar merupakan kegiatan siswa dalam menemukan pola,
melakukan investigasi, menyelesaikan masalah dan mengkomunikasikan hasi yang
berhubungan dengan materi matematika dasar yang diajarkan di SD. Ilmu tentang logika
mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep yang berhubungan dalam jumlah yang
banyak serta terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Matematika
merupakan salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar.

C. Model RME (Realistic Mathematics Education)


1. Pengertian Model Pembelajaran Rme
Pembelajaran matematika realistik atau Realistic Mathematics Education
(RME) adalah sebuah pendekatan pembelajaran matematika yang dikembangkan
Freudenthal di Belanda. Gravemeijer menjelaskan bahwa RME dapat digolongkan
sebagai aktivitas yang meliputi aktivitas pemecahan masalah, mencari masalah dan
mengorganisasi pokok persoalan. Matematika realistik yang dimaksudkan dalam hal
ini adalah matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan
pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah realistik
digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan
matematika formal. Pendidikan matematika realistik atau Realistic Mathematics
Education (RME) mulai berkembang karena adanya keinginan meninjau kembali
pendidikan matematika di Belanda yang dirasakan kurang bermakna bagi pelajar.
Beberapa kelebihan Realistic Mathematic Education (RME) diantaranya
pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada peserta
didik tentang kehidupan sehari-hari dan kegunaan pada umumnya bagi manusia,
pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada peserta
didik bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dikonstruksikan dan
dikembangkan sendiri oleh peserta didik, tidak hanya oleh mereka yang disebut
pakar dalam bidang tersebut, pembelajaran matematika realistik memberikan
pengertian yang jelas kepada peserta didik cara penyelesaian suatu soal atau masalah
tidak harus tunggal dan tidak harus sama antara yang satu dengan yang lain.
Setiap orang bisa menemukan dan menggunakan cara sendiri, asalkan orang
itu sungguh-sungguh dalam mengerjakan soal atau masalah tersebut, pembelajaran
matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada peserta didik bahwa
dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan suatu yang utama
dan orang harus menjalani proses tersebut dan berusaha untuk menemukan sendiri
konsep-konsep matematika dengan bantuan pihak yang lain yang lebih mengetahui
(misalkan guru).
Beberapa penelitian telah menerapkan pembelajaran menggunakan model
RME diantaranya Nugroho (2018) menerapkan RME pada pembelajaran matematika
di SMK,Soraya, Yurniwati dan Cahyana (2018) yang menerapkan RME pada
pembelajaran matematika di SD. Selanjutnya Gusnarsi, Utami dan Wahyuni (2017);
Noviyana dan Fitriani(2018); Rosyada, Sari dan Cahyaningtyas (2019) telah
menerapkan dan mencoba mengetahuipengaruh RME dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan penelitian yang ada diketahui penerapan RME yang telah dilakukan
tidak menggunakan beberapa bantuan media. Pada Penelitian ini mencoba untuk
menggunakan bantuan media konkret pada materi menghitung kubus. Penggunaan
media konkret ini diharapkan mampu mengembangkan pemahaman siswa lebih
nyata dan bermakna.
Berdasarkan prinsip dan karakteristik model pembelajaran RME maka yang
menjadi ciri-ciri dari model pembelajaran ini menurut Nur (2000) dalam Achmad
(2011) yaitu:
1) Pembelajaran berawal dari rancangan pemecahan masalah yang ada disekitar
siswa dan berbasis pada pengalaman yang telah dimiliki siswa.
2) Urutan pembelajaran haruslah menghadirkan suatu aktivitas atau eksplorasi.
3) Pembelajaran matematika tidak semata-mata memberi penekanan pada
kompetensi dan hanya mementingkan Langkah-langkah procedural serta
keterampilan, melainkan penekanan pada pemahaman konsep dan pemecahan
masalah.
4) Siswa mengalami proses pembelajaran secara bermakna dan memahami
matematika dengan penalaran.
5) Siswa belajar matematika dengan pemahaman secara aktif membangun
pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan awal.
6) Dalam pembelajaran siswa dilatih untuk mengikuti pola kerja.
7) Terdapat interaksi yang kuat antara siswa yang satu dan lainnya.
8) Memberikan perhatian yang seimbang antara matematisasi horizontal dan
vertical.

2. Langkah-langkah model pembelajaran RME


Langkah-langkah model pembelajaran RME menurut Hobri (2016) dalam Isro’atun
(2018) terdapat lima tahapan model pembelajaran matematika realistik yaitu:
1) Memahami masalah kontekstual, dalam tahapan ini siswa diberikan masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menjelaskan masalah kontekstual, tahapan ini memberi dorongan siswa dalam
menyelesaikan masalah baik secara kelompok maupun individu.
3) Menyelesaikan masalah kontekstual, diberikan masalah lain tetapi siswa dapat
beberapa langkah dalam menelesaikan masalah namun masih pada konteks yang
sama.
4) Membandingkan dan mendiskusikan jawaban, tahapan ini mempertimbangkan
cara dan Langkah yang ditentukan dengan memeriksa serta meneliti untuk
melangkah dalam proses matematika yang vertical.
5) Menyimpulkan, siswa dapat dengan mudah menyimpulkan penyelesaian
masalah baik secara terapan maupun bukan terapan.
Guna diberikan pembelajaran RME pada perbaikan pembelajaran sebagai
kesempatan kepada siswa untuk dengan mudah menyelesaikan sebuah masalah,
karena siswa diajarkan untuk berpikir kreatif serta aktif dan bukan hanya sekadar
mengingat.
D. Materi Penyajian Data
Setiap kegiatan yang berkaitan dengan statistik selalu berhubungan dengan data.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian data adalah keterangan yang benar
dan nyata. Data adalah bentuk jamak dari datum. Datum adalah keterangan atau
informasi yang diperoleh dari satu pengamatan. Penyajian data dalam bentuk diagram
meliputi, diagram batang dan diagram garis. Diagram Batang Diagram batang adalah
diagram berdasarkan data berbentuk kategori. Diagram ini banyak digunakan untuk
membandingkan data maupun menunjukan hubungan suatu data dengan data
keseluruhannya.
Diagram ini penyajian datanya dalam bentuk batang, sebuah batang melukiskan
jumlah tertentu dari data. Langkah-langkah dasar dalam pembuatan diagram batang
adalah sebagai berikut :

1. Buat sumbu mendatar (horizontal) dan sumbu tegak (vertical). Sumbu Yang mendatar
digunakan untuk menunjukan jenis kategori, sedangkansumbuh tegaknya digunakan
untuk menunjukan bilangan frekuensinya.
2. Buatlah batang untuk masing masing jenis kategori yang disesuaikan dengan kondisi
datanya, artinya kita membuat beberapa persegi panjang pada masing-masing nama
kategorinya. Dengan lebar yang sama, tetapi tingginya disesuaikan dengan
frekuensinya, sedangkan jarak untuk masing-masing batang dibuat sama.
3. Pada masing-masing batang tersebut diberi warna atau arsiran yang sama dan
selanjutnya diagram kita beri nomor dan judul diagram yang diletakkan diatas
diagramnya, sedangkan catatan dan sumber data tentang hasil pertanian suatu daerah
B yang dinyatakan dalam persen.

Diagram batang biasanya digunakan untuk menggambarkan data diskrit (data


cacahan). Diagram batang adalah bentuk penyajian data statistik dalam bentuk batang
yang dicatat dalam interval tertentu pada bidang cartesius. Pada SDN 41 Singkawang,
semester 2 tahun ajaran 2022/2023 masih menggunakan kurikulum merdeka yang
penyajian data ada tiga yaitu tabel, diagaram batang dan diagram garis.

1. Tabel
Penyajian data ini dibuat dengan bentuk kolom guna mempermudah
pengklasifikasian data atau pengelompokkan data. Susunan data dalam baris dan
kolom atau mungkin dalam struktur yang lebih kompleks guna komunikasi,
penelitan, dan analisis data. Tabel sering muncul dimedia cetak, tulisan, perangkat
lunak komputer, arsitektur hiasan, rambu lalu lintas, dan lain-lain.
Berikut fungsi dari tabel:
1) Memberikan kemudahan dalam membaca data karena tersusun dengan
sistematis sehingga memahaminya juga akan lebih mudah.
2) Untuk mempermudah dalam mengetahui perubahan yang terjadi pada suatu hal
baik menaik ataupun menurun.
3) Untuk memberikan rangkuman berupa angka secara tersusun.
Berikut ini contoh tabel penyajian data:
NO Jenis Data Frekuensi atau Banyak
Data
…. ……………………… ……………….

Jumlah ……………….

2. Diagram Batang
Dalam penyajian data dalam bentuk batang atau persegi Panjang. Panjang
pendeknya batang dalam diagram batang ditentukan oleh jumlah banyaknya
tidaknya jenis data yang ada dalam jangka waktu tertentu. Biasanya digunakan untuk
membandingkan suatu data yang memiliki data yang berbeda. Langkah dalam
menyajikan data dalam bentuk diagram batang:
1) Mengubah data dalam bentuk tabel
2) Buatlah garis tegak lurus mendatar menyatakan jenis data dan garis tegak
menyatakan banyak data
3) Buatlah skala pada garis mendatar dan garis tegak dan batang sesuai data
Contoh diagram batang:

judul tabel
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Category 1 Category 2 Category 3 Category 4

Series 1 Series 2

3. Diagram Garis
Pada penyajian data ini untuk menggambarkan suatu keadaan berupa data
berkala yang berkelanjutan. Dapat digunakan sebagai menunjukkan perkembangan
suatu keadaan yang berhubungan dengan kurun waktu. Misalnya: jumlah penduduk
setiap tahun, jumlah produksi barang setiap tahun, perubahan iklim dan cuaca pada
rentang waktu tertentu. Berikut Langkah-langkah yang digunakan untuk membuat
diagram garis:
1) Buatlah dua sumbu yang mendatar (horizontal) dan sumbu tegak (vertikal).
Sumbu yang mendatar biasanya digunakan untuk menunjukkan waktu,
sedangkan sumbu tegaknya digunakan untuk menunjukkan frekuensinya.
2) Sesuaikan data pada masing-masing sumbu, artinya dari titik data yang
menunjukkan waktu ditarik garis lurus ke atas (garis tipis) yang ditarik dari titik
bilangan frekuensi. Setelah semua data sudah disesuaikan (masing-masing
sudah dibuat titik potong garis tegak dari titik data menunjukkan waktu dengan
garis mendatar dari titik bilangan frekuensi data tersebut) terdapat sekumpulan
titik.
3) Selanjutnya hubungkan titik tersebut sehingga terjadi atau tergambar diagram
garis yang diminta.
4) Setelah diagram garis tergambar, barulah memberi nomor diagram dan judul
diagram garis yang letaknya simetris di atas diagram Di bawah diagram garis
tersebut diberi catatan dan sumber data.

Berikut ini contoh gambar diagram garis:

judul diagram garis


6

0
Category 1 Category 2 Category 3 Category 4

Series 1 Series 2
III. Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian perbaikan pembelajaran ini kelas 5B dengan jumlah siswa 22
orang, yang terdiri dari 11 laki-laki dan 11 perempuan. Dalam penelitian ini guru
melakukan perbaikan pembelajaran pada materi penyajian data. Pelaksanaan penelitian
perbaikan pembelajaran di SDN 41 Singkawang, Kecamatan Singkawang Selatan.
Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran di SDN 41 Singkawang dilaksanakan
pada semester 2 tahun ajar 2022/2023.
Tabel 1.
Jadwal Penelitian

No Siklus SD/KELAS Hari/ Waktu


Tanggal

1 Siklus 1 Rabu/ 10.25-12.10


3 Mei 2023
SDN 41
SINGKAWANG/ VB
2 Siklus 2 Rabu/ 10.25-12.10
10 Mei 2023

Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh pihak sekolah yaitu Ibu Hermawati,
S.Pd.Gr sebagai kepala SDN 41 Singkawang dan juga ibu Agus Afrida, S.Pd selaku
supervisor 2

B. DESKRIPSI PER SIKLUS


1. Perencanaan
Peneliti merencanakan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam
pembelajaran Matematika materi Penyajian Data di kelas VB dengan menggunakan
model RME. Berikut langkah-langkahnya:
a. Menganalisis Masalah
b. Pemecahan Masalah
c. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
d. Menetukan Tujuan Perbaikan
e. Menentukan Model Pembelajaran
f. Membuat LKS
g. Membuat Tes Akhir

2. Kegiatan ini dilaksanakan dengan skenario yang telah di rencanakan dalam RPP:
Kegiatan Awal
● Peserta didik membaca doa, dan memberikan salam.
● Guru meminta peserta didik untuk mengecek kebersihan disekitar bangkunya.
● LpGuru menanyakan kesiapan belajar peserta didiknya.
● Guru menanyakan kabar dan absen peserta didik.
● Guru memberikan stimulus mengenai materi sebelumnya yaitu pengumpulan
data.
● Guru membacakan KD dan Pencapaian pembelajaran yang akan di capai secara
diskusi/kelompok.
Kegiatan Inti

● Guru membagikan kelompok ⅚ kelompok.


● Peserta didik diberikan permasalahan soal yang berkaitan dengan penyajian data
dengan diberikan daftar berupa data.
● Masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk mendiskusikan bersama
kelompok dan dibimbing oleh guru.
● Guru memanggil perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya.
● Kelompok lain mengamati, dan menilai serta meberikan komentar kepada
kelompok yang tampil.
Kegiatan Akhir

● Setiap kelompok mengumpulkan hasil lembar jawaban diskusinya.


● Guru memberikan penilaian pada setiap kelompok.
● Guru dan kelompok memberikan kesimpulan.
● Guru melakukan refleksi.
● Guru menutup pembelajaran.

Pada siklus II, Perencanaan perbaikan RPP dengan memperbaiki sedikit proses
pembelajaran. Tahap pelaksanaan berdasar pada rancangan RPP dan membagikan
LKS pada masing-masing siswa. Kemudian tahap pengamatan terjadinya perubahan
pada masing-masing kelompok yaitu aktif dan bertanggung jawab pada tugas yang
diberikan. Karena LKS yang diberikan pada masing-masing siswa terjadinya
peningkatan hasil belajar siswa dan rata-rata diatas ketuntasan. Dan pada tahap
refleksi telah selesai karena siswa sudah mampu menjawab pertanyaan atau
permasalahan yang diberikan. Berikut perencanaan perbaikan pembelajaran (RPP)
pada siklus II:

Kegiatan Awal

● Peserta didik membaca doa, dan memberikan salam.


● Guru meminta peserta didik untuk mengecek kebersihan disekitar bangkunya.
● Guru menanyakan kesiapan belajar peserta didiknya.
● Guru menanyakan kabar dan absen peserta didik.
● Guru memberikan stimulus mengenai materi sebelumnya yaitu pengumpulan
data.
● Guru membacakan KD dan Pencapaian pembelajaran yang akan di capai secara
diskusi/kelompok.
Kegiatan Inti

● Guru membagikan kelompok ⅚ kelompok, dan membagikan lembar kerja


siswa (LKS) kepada masing-masing siswa.
● Peserta didik diberikan permasalahan soal yang berkaitan dengan penyajian data
dengan diberikan daftar berupa data.
● Masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk mendiskusikan bersama
kelompok dan dibimbing oleh guru.
● Guru memanggil perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya.
● Kelompok lain mengamati, dan menilai serta meberikan komentar kepada
kelompok yang tampil.
● Guru memberikan kuis kepada setiap peserta didik.
● Guru memberikan penilaian pada masing-masing peserta didik.
Kegiatan Akhir

● Setiap kelompok mengumpulkan hasil lembar jawaban diskusinya.


● Guru memberikan penilaian pada setiap kelompok.
● Guru dan kelompok memberikan kesimpulan.
● Guru melakukan refleksi.
● Guru menutup pembelajaran.
3. Pengamatan
Pada tahap ini peneliti mengamati aktivitas siswa selama kegiatan
pembelajaran dengan praktek simulasi siklus I dan siklus II. Sesuai dengan
perencanaan yang dibuat dengan model RME selama 5 menit menunjukkan kegiatan
awal, inti dan akhir dari pembelajaran.
4. Refleksi
Tahap ini dilakukan bersama teman sejawat berdiskusi tentang masalah yang
muncul selama kegiatan pembelajaran yang berlangsung untuk diidentifikasi dan
dianalisis. Kemudian diberikan solusi untuk perbaikan pada siklus selanjutnya.
Dilakukan dengan melihat masalah tersebut, pada siklus II dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan yang dibuat. Kemudian diidentifikasi dan dianalisa. Ternyata
pada siklus II meningkatnya hasil belajar siswa maka perbaikan pembelajaran
selesai.
Dalam penelitian ini yaitu data yang berbentuk kualitatif. Data kualitatif
diantaranya adalah deskripsi data yang menggambarkan hasil pengamatan
berdasarkan aktivitas peserta didik selama berlangsungnya pembelajaran. Dan data
kuantitatifnya berupa hasil pembelajaran yaitu soal dan kuis yang diberikan. Alat
pengumpulan data yang digunakan berupa tes essay yang terdiri dari 3 butir soal.
Data didapat dari siklus 1 dan siklus II sebagai perbaikan yang diolah secara
deskriptif.
IV. Hasil Dan Pembahasan
A. Pelaksanaan Siklus
Pelaksanaan simulasi mengacu pada sistematika laporan PKP yang telah
ditentukan oleh modul pihak UT. Rancangan perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus
II di kelas VB SDN 41 Singkawang. Materi yang diteliti adalah penyajian data
matematika pada semester 2 Tahun Ajar 2022/2023. Sulitnya siswa dalam membuat tabel
dalam menentukan jenis dan frekuensinya, dan sulit membaca data baik dalam diagram
garis dan diagram batang. Sehingga didapat nilai rata-rata dibawah ketuntasan nilai hasil
belajar siswa sebelum diberikan perlakuan siklus I dan siklus II.

Hasil belajar dari prasiklus ke siklus I hanya mengalami 9% kenaikan hasil belajar,
sehingga perlunya dilakukan kelanjutan siklus yaitu siklus II. Berikut disajikan Tabel 2.
hasil belajar siswa pada siklus 1:

Tabel 2.

Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1

No. Skala Nilai Jumlah Siswa Persentase Ketuntasan


Hasil Belajar Siswa

1. 43-53 7 32%
2. 54-64 8 36%
3. 65-75 3 14%
4. 76-86 4 18%

Jumlah 22 100%

Hasil dari tes siklus I adalah 15 siswa jika dipersentasekan terdapat 68% yang
mendapat nilai dibawah KKM yang ditetapkan yaitu 60. Kondisi ini menunjukkan bahwa
ada peningkatan ketuntasan siswa yang sebelumnya ketuntasan hanya 4 siswa saja.
Tindak lanjutnya pada siklus II.

Pelaksanaan Siklus II
Pada siklus kedua, mengalami kenaikan 36% hasil belajar siswa dari siklus 1.
Sehingga pada siklus ini tidak dilanjutkannya lagi siklus selanjutnya.

Berikut ini tabel 3. Hasil Belajar Siswa pada Siklus II:

Tabel 3.

Hasil Belajar Siswa pada Siklus 2

No. Skala Nilai Jumlah Siswa Persentase Ketuntasan


Hasil Belajar Siswa

1. 43-53 1 4%
2. 54-64 7 32%
3. 65-75 5 23%
4. 76-86 9 41%

Jumlah 22 100%

Pada siklus 2 mengalami peningkatan hasil belajar siswa kelas VB SDN 41


Singkawang. Sebanyak 15 siswa diatas ketuntasan atau sebanyak 68% mengalami
peningkatan.

B. PEMBAHASAN DARI SETIAP SIKLUS


Dari tabel 1. dan 2. diatas dapat dilihat ketuntasan belajar siswa berdasarkan KKM
yang ditetapkan yaitu 60, maka dapat di paparkan bahwa:

1. Data pada tes awal siswa yang tuntas 5 orang dari 22 siswa.
2. Pada siklus I siswa yang tuntas berjumlah 7 orang dari 22 siswa.
3. Pada siklus II siswa yang tuntas berjumlah 15 orang dari 22 siswa.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan setelah
menggunakan model RME pada materi Penyajian Data. Berikut ini tabel 3. Pencapaian
hasil belajar siswa pada penilaian pra siklus, siklus I dan siklus II.
Tabel 4. Pencapaian Hasil Belajar Siswa pada

Penilaian Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

No. Pencapaian Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2


Hasil
Belajar Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 Tuntas 5 23% 7 32% 15 68%

2 Tidak 17 77% 15 68% 7 32%


Tuntas

Berikut ini disajikan dalam bentuk diagram batang agar memudahkan dalam
membandingkan hasil belajar tuntas dan tidak tuntas:

Gambar 2. Diagram Batang


Pencapaian Hasil Belajar per Siklus
18 17
16 15 15
14
12
10
8 7 7
6 5
4
2
0
Tuntas Tidak Tuntas

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Dengan demikian hasil dari perubahan ketuntasan hasil belajar siswa dengan
motivasi belajar yang diukur dari antusias belajar siswa, memperhatikan kerja sama
dan tanggung jawab kelompok dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Penerapan model RME dapat meningkatkan hasil belajar dari proses pembelajaran
yang diberikan.

Kelemahannya adalah guru tidak mudah mendorong siswa untuk memecahkan


masalah yang diberikan, serta sulitnya siswa dalam bekerjasama kelompok.
V. Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian perbaikan. Dapat
disimpulkan bahwa:

1. Dengan menggunakan model RME proses pembelajaran pada pra siklus, siklus 1
dan siklus 2 mengalami perubahan yang signifikan siswa termotivasi dalam
menyelesaikan masalah yang diberikan baik secara kelompok maupun individu.
Siswa bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.
2. Dengan menggunakan model RME pada hasi belajar mengalami peningkatan yang
awalnya hanya 23% yang mengalami ketuntasan, kemudian siklus 1 menjadi 32%
serta pada siklus 2 menjadi 68% yang mengalami ketuntasan.
Berdasarkan kesimpulan diatas perbaikan pembelajaran dengan model RME pada
materi Penyajian Data mata pelajaran matematika. Dan masih terdapat kekurangan
dan kelebihan dalam proses pembelajaran.

B. Saran
Sehubung dengan kesimpulan diatas, para guru disarankan:

1. Dalam mengajar, guru mestilah menggunakan berbagai model maupun pendekatan


yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
2. Guru harus membangun kerjasama dengan teman sejawat untuk meningkatkan
hasil belajar siswa.
3. Perlunya sebagai guru merefleksi diri setiap selesai mengajar agar mengetahui
kekurangan dan kelebihan pada dirinya.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. (2011). Efektifitas Pembelajaran Matematika Melalui Model


Pembelajaran Realistic Matematic Education (RME) Terhadap Peningkatan
Pemahaman Konsep Matematika Siswa SD. Jurnal Pendidikan, 12(1), 33-40.
Agustina, S., Muslim, A., & Irianto, S. (2020). PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN STAD BERBANTU MEDIA GAMBAR UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK
KELAS V. JURNAL ILMIAH DIDAKTIKA: Media Ilmiah Pendidikan dan
Pengajaran, 21(1), 79-99.
Bay, R. R., Algiranto, A., & Yampap, U. (2021). Penggunaan Media Microsoft Power
Point Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Elementary: Kajian Teori dan Hasil Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar, 4(2),
125-133.
Handayani, E. S., & Subakti, H. (2021). Analisis Penggunaan Media Realia Melalui
Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. Jurnal basicedu, 5(2), 772-783.
Primasari, I. F. N. D., Zulela, Z., & Fahrurrozi, F. (2021). Model Mathematics
Realistic Education (RME) Pada Materi Pecahan di Sekolah Dasar. Jurnal
Basicedu, 5(4), 1888-1899.
Purnama, A. R. (2019). Penerapan model pembelajaran realistic mathematics
education (rme) untuk meningkatkan transfer of knowledge higher order
thinking skills pada materi penyajian data peserta didik kelas v sekolah dasar.
Didaktika Dwija Indria, 7(7).
Putri, T. Y., & Ariani, Y. (2020). Implementasi Pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME) terhadap Hasil Belajar Penyajian Data di Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan Tambusai, 4(3), 2453-2452.
Suriat, E. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Perseda:
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 5(1), 22-31.
Susilowati, E. (2018). Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa SD
Melalui Model Realistic Mathematic Education (RME) Pada Siswa Kelas IV
Semester I Di SD Negeri 4 Kradenan Kecamatan Kradenan Kabupaten
Grobogan Tahun Pelajaran 2017/2018. PINUS: Jurnal Penelitian Inovasi
Pembelajaran, 4(1), 44-53.
Untung, A., Wibowo, D. C., & Subekti, M. R. (2021). Analisis Hasil Belajar Pada
Kurikulum 2013 di Kelas V SD Negeri 22 SP. 5 Manis Raya Tahun Pelajaran
2019/2020. Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran, 4(1), 16-23.

Anda mungkin juga menyukai