Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL

( PKP)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI RANGKAIAN LISTRIK


MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
BERBANTU LKPD PADA SISWA KELAS VI SDIT MIFTAHUSSALAM KOTA
SEMARANG SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2020/2021.

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) PDGK 4501
Program Strata 1 FKIP Universitas Terbuka

Disusun Oleh:

NAMA : Nining Mugiyati

NIM : 857689989

PROGRAM STUDI : S1-PGSD BI

FAKULSTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PGSD BI UPBJJ UT SEMARANG
TAHUN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 Butir 20 dinyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi
antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Sebagai suatu konsep pedagogik, pembelajaran pun diartikan sebagai suatu upaya yang
sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial
menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi individu
sebagai peserta didik (Udin S.Winataputra, 2007).
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah masalah
lemahnya pelaksanan proses pembelajaran yang diterapkan para guru di sekolah. Proses
pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu, mengembangkan kemampuan
berpikir peserta didik.Pelaksanaan di kelas hanya diarahkan pada kemampuan siswa
untuk menghafal informasi, otak siswa dipaksa hanya untuk mengingat dan menimbun
berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh untuk
menghubungkan dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari.
Kondisi ini juga menimpa pada pembelajaran IPA, yang memperlihatkan bahwa
selama ini proses pembelajaran sains disekolah dasar masih banyak yang dilaksanakan
secara konvensional. Para guru sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara atif dan
kreatif dalam melibatkan siswa serta belum menggunakan berbagai pendekatan/strategi
pembelajaran yang bervariasi berdasarkan karakter materi pelajaran.
Dalam proses belajar mengajar, kebanyakan guru hanya terpaku pada buku teks
sebagai satu-satunya sember belajar mengajar. Hal lain yang menjadi kelemahan dalam
pembelajaran IPA adalah masalah teknik penilaian pembelajaran yang tidak akurat dan
menyeluruh. Proses penilaian yang dilakukan selama ini semata-mata hanya melakukan
pada penguasaan konsep yang dijaring dengan tes tulis objektif dan subjektif sebagai alat
ukurnya. Dengan cara penilaian seperti ini, berarti pengujian yang dilakukan oleh guru
baru mengukur penguasaaan materi saja dan itupun hanya meliputi ranah kognitif tingkat
rendah. Keadaan semacam ini merupakan salah satu indikasi adanya kelemahan
pembelajaran di sekolah.
Penyebab utama kelemahan pembelajaran tersebut adalah karena kebanyakan
guru tidak melakukan kegiatan pembelajaran dengan memfokuskan pada pengembangan
ketrampilan proses sains pada anak. Pada akhirnya, keadaan semacam ini yang
menyebabkan kegiatan pembelajaran dilakukan hanya berpusat pada penyampaian materi
dalam buku teks saja. Keadaan seperti ini juga mendorong siswa untuk berusaha
mengahafal pada setiap kali akan diadakan tes atau ulangan harian atau hasil belajar, baik
ulangan tengah semester (UTS), maupun ulangan akhir semester (UAS)
Rendahnya pemahaman dan hasil belajar IPA pada materi rangkaian listrik dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Misalnya, kurang tersedianya media pembelajaran yang
menunjang, model pembelajaran yang tidak variatif, serta tidak adanya minat serta
motivasi belajar dalam diri siswa sehingga siswa kurang aktif dan kurang berpatisipasi
dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis bermaksud untuk mengadakan
penelitian tindakan kelas pada kelas VI khususnya pada mata pelajaran IPA yang
berjudul “Peningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Rangkaian Listrik Menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbantu LKPD Pada Siswa Kelas VI B
SDIT Miftahussalam Kota Semarang Tahun Pelajaran 2020/2021”

1. Identifikasi Masalah
Pembelajaran di kelas pada pra siklus menjadi kurang menarik dan kurang
mengesankan karena model pembelajaran yang digunakan masih konvensional,
sehingga tidak ada variasi dalam proses pembelajaran. Selain itu, tidak adanya
penggunaan media pembelajaran yang menunjang, mengakibatkan siswa menjadi
tidak berminat dalam belajar serta kurang adanya motivasi belajar dalam diri siswa
sehingga siswa kurang aktif dan kurang berpatisipasi dalam proses pembelajaran. Hal
ini menyebabkan kurangnya pemahaman dan hasil belajar pada materi rangkaian
listrik. Kurangnya pemahaman dan hasil belajar dapat dilihat dari hasil tes formatif
prasiklus Hasil yang diperoleh sebesar 42 % atau 11 dari 26 siswa yang mencapai
KKM (>75) sedangkan 58 % atau15 siswa lainnya memperoleh nilai di bawah KKM
(<75).
Menurut Sudjana (2009: 3) “mendefinisikan hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian
yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor”. Menurut
Benjamin S. Bloom indikator prestasi belajar dibagi ke dalam 3 ranah yaitu ranah
kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotor. Dengan satu definisi bahwa prestasi
belajar yang disampaikan merupakan prestasi belajar yang mudah untuk didapatkan
khususnya dalam pembelajaran normal. Ketiga aspek yang di sampaikan merupakan
aspek yang mudah diwujudkan dalam target nyata untuk dunia pembelajaran. Dengan
ini diharapkan pada akhir proses belajar, siswa dapat mengalami perubahan yang
baik dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
2. Analisis Masalah
Setelah dianalisis, diketahui penyebab terjadinya masalah tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Metode pembelajaran yang digunakan kurang tepat sehingga kurang menarik
minat siswa;
b. Tidak ada penggunaan alat peraga sehingga pembelajaran menjadi kurang
menarik.
c. Siswa kurang aktif dalam memgikuti proses pembelajaran.
d. Guru kurang peka terhadap kebingungan yang dialami oleh siswa.

3. Alternatif dan prioritas pemecahan masalah


Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah di atas, dipilih alternatif metode
pembelajaran kooperati tipe jigsaw berbantu LKPD yang dapat menjadi salah satu
solusi atas permasalahan tersebut. Sehingga peneliti mengambil judul penelitian
“Peningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Rangkaian listrik Menggunakan Model
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbantu LKPD Pada Siswa Kelas VI SDIT
Miftahussalam Semarang Tahun Pelajaran 2020/2021”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah pada penelitian ini
adalah :
Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantu LKPDdapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi rangkaian listrik pada siswa kelas VI
SDIT Miftahussalam Semarang Tahun Pelajaran 2020/2021

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan rumusan masalah, diperoleh tujuan penelitian perbaikan pembelajaran, yaitu
sebagai berikut:
Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada kompetensi Rangkaian Listrik setelah
menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw berbantu LKPD pada siswa kelas VI SDIT
Miftahus salam Semarang Tahun Pelajaran 2020/2021.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:
1. Manfaat bagi peserta didik
a. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada kompetensi materi rangkaian
listrik setelah menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw berbantu LKPD
pada siswa kelas VI SDIT Miftahus- salam Semarang Tahun Pelajaran
2020/2021
b. Meningkatkan kerjasama antar peserta didik
c. Melatih keberanian peserta didik menyampaikan pendapat
2. Manfaat bagi guru
a. Dapat meningkatkan kinerja guru
b. Guru dapat mengetahui strategi yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran
c. Membantu guru untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan
3. Manfaat bagi sekolah
a. Sebagai referensi untuk meningkatkan mutu pendidikan
b. Sebagai acuan penelitian tindakan kelas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Tinjauan Pustaka
A. Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas adalah salah satu penelitian yang mempunyai
berbagai aturan dan langkah yang harus diikuti.
Penelitian menurut Mills (2000) dalam (IGAK Wardhani dan Kuswaya
Wihardit, 2011: 1.4) mendefisinikan penelitian tindakan sebagai ”systematic
inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk
mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya. Sedangkan
menurut M. Toha Anggoro, dkk (2011:1.1) menjelaskan bahwa penelitian dapat
diartikan sebagai proses mengumpulkan dan menganalisis data atau informasi secara
sistematis sehingga menghasilkan kesimpulan yang sah.
Adapun dalam penelitian ini, merupakan penelitian eksperimen, dengan
Teknik Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).
Penelitian tindakan kelas merupakan studi dari situasi sosial dengan suatu
pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakannya. Hal tersebut lebih
dimaksudkan sebagai uji praktek di dalam situasi konkrit di mana validitas teori atau
hipotesis tidak semata-mata tergantung pada “tes kebenaran ilmiah”, tetapi kepada
kemanfaatan mereka dalam membantu orang untuk bertindak secara lebih cerdas dan
trampil.
Penelitian terhadap pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
di SD menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran IPA di SD dengan pendekatan
saintifikdengan metodologi sains yang menyediakan kesempatan untuk
pembelajaran yang bermakna, bertanya artinya memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menanyakan segala sesuatu yang belum dimengerti, permodelan
artinya menggunakan model untuk menggali atau mempelajari suatu konsep sains,
refleksi artinya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan pemikiran tentang apa yang sedang dipelajari, apa yang telah
dilakukan pada masa lalu, dan merespon kejadian atau peristiwa yang
ditemui.Penelitian tindakan dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan
subjek yang diteliti, melalui prosedur penilaian.
B. Makna Peserta Didik
Siswa atau yang biasa disebut dengan peserta didik merupakan salah satu dari
komponen pendidikan yang tidak bisa ditinggalkan, karena tanpa adanya peserta
didik tidak akan mungkin proses pembelajaran dapat berjalan. Peserta didik
merupakan komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses
belajar-mengajar. Didalam proses belajarmengajar, peserta didik sebagai pihak yang
ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara
optimal.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Menurut Danim (2010: 1) “Peserta didik merupakan sumber utama dan terpenting
dalam proses pendidikan formal”. Peserta didik bisa belajar tanpa guru. Sebaliknya,
guru tidak bisa mengajar tanpa adanya peserta didik. Oleh karena itu kehadiran
peserta didik menjadi keniscayaan dalam proses pendidikan formal atau pendidikan
yang dilembagakan dan menuntut interaksi antara pendidik dan peserta didik.
C. Karakteristik Peserta didik
Karakteristik peserta didik kelas VI SDIT Miftahussalam adalah berangkat
dari golongan yang heterogen, baik dari segi ekonomi, sosial perhatian orang tua
maupun status sosial.
Tempat tinggal peserta didik di daerah pinggiran kota yang jauh dari
keramaian kota, orang tua peserta didik dengan pekerjaan yang heterogen, ada yang
bekerja sebagai petani, buruh, PNS dan ada pula yang saat ini tidak bekerja karena
terimbas PHK akibat pandemi Covid-19.
Rata-rata anak usia sekolah kurang mendapat perhatian orang tuanya karena
kesibukan bekerja sehingga peserta didik kurang pengawasan dalam belajar
sehingga semangat dalam menerima pelajaran juga menurun. Hal ini menyebabkan
pembelajaran di kelas VI SDIT Miftahussalam pada mata pelajaran IPA belum
mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

D. Hasil Belajar
Hasil belajar diperoleh siswa setelah proses pembelajaran berakhir. Hasil belajar
mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Tujuan utama yang ingin
dicapai dalam kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk
mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi yang
disampaikan oleh guru.
Menurut Sudjana, (2004 : 22) Pengertian hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya . Menurut W.
Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) Definisi hasil belajar dalah
keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang
mewujudkan dalam bentuk angka. Sedangkan menurut Menurut Dimyati dan
Mudjiono (2013: 3) Definisi hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan
puncak proses belajar.
Menurut Bloom (Supriono,2009:6-7) Definisi hasil belajar mencakup
kemampuan kognitf, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge
(pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh),
application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation
(menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan
respons), valuing (nilai), organitation (organisasi), characterization (karakterisasi).
Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga
mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
Sehingga peneliti kemudian menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah prestasi
yang dimiliki siswa setelah menempuh proses pembelajaran yang diwujudkan dalam
angka, perubahan perilaku, dan kemampuan psikomotorik.

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


1. Pengertian Metode Jigsaw
Metode pembelajaran kooperatif Jigsaw Adalah teknik pembelajaran
kooperatif dimana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggungjawab lebih besar
dalam melaksanakan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara hetrogen dan bekerjasama
saling ketergantungan yang positif dan bertanggungjawab atas ketuntasan bagian
materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Tujuan dari pembelajaran jigsaw yang dikemukan oleh Anam (2000: 3).
Menurut Anam, tujuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai
berikut: 1) Menyajikan model alternatif disamping ceramah dan membaca, 2)
Mengkaji kebergantungan positif dalam menyampaikan dan menerima informasi
diantara anggota kelompok untuk mendorong kedewasaan berfikir, dan 3)
Menyediakan kesempatan berlatih bicara dan mendengarkan untuk kognisi
peserta didik dalam menyampaikan informasi.
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson
dan teman teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan
teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001: 78).Teknik mengajar
Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai metode pembelajaran
kooperatif.Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis,
mendengarkan, ataupun berbicara.Dalam teknik ini, guru memperhatikan
schemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa
mengaktifkan schemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain
itu, siswa bekerja sama dengan sesame siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
ketrampilan berkomunikasi.
Menurut Isjoni (dalam Rusman, 2011:54), dalam model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw terdapat tahap-tahap dalam penyelenggaraannya.
Tahap pertama siswa dikelompokkan dalam bentuk kelompok-kelompok
kecil. Pembentukkan kelompok ini dapat dilakukan guru berdasarkan
pertimbangan tertentu.
Tahap kedua setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari
materi tertentu. Kemudian siswa atau perwakilan dari kelompok masing-masing
bertemu dengan anggota-anggota dari kelompok lain yang mempelajari materi
yang sama. Selanjutnya materi tersebut didiskusikan sehingga setiap perwakilan
kelompok tersebut memahami setiap masalah yang dijumpai sehingga perwakilan
tersebut dapat memahami dan menguasai materi yang ditugaskan, kemudian
masing-masing perwakilan tersebut kembali kekelompok masing-masing atau
kelompok asal. Kemudian masing-masing anggota tersebut saling menjelaskan
pada teman satu kelompoknya sehingga teman satu kelompoknya dapat
memahami materi yang ditugaskan guru.
Pada tahap selanjutnya siswa diberi tes /kuis, hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui apakah siswa sudah memahami suatu materi dengan melakukan tes
tersebut guru bisa mengukur sejauh mana pemahaman siswa.
Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe jigsaw secara rinci sebagai
berikut:
1. siswa dibagi menjadi 5 kelompok, setiap anggotakelompok diberi sub topik
bacaan yang berbedayang terdiri dari sub topik bagian 1,2,3,4,dan 5.
2. Siswa dengan sub topic bacaan yang samauntuk membentuk kelompok ahli.
3. siswa dikelompok ahli mempelajari materi yang samaserta berdiskusi agar
dapat memahami danmenguasai materi.
4. siswa kembali kekelompokasal memberikan informasi yang telah di
perolehatau dipelajari di kelompok ahli.
5. Siswamempersentasikan hasil diskusi kelompok asal
6. siswa diberikan evaluasi/tes pada akhirpembelajaran.
7. siswa diberikan penghargaan pada kelompok yang mempunyai skor
tertinggi. Seorang guru dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil
belajarnya. Karena dengan menggunakan berbagai model pembelajaran
akan
2. Kelebihan Metode Jigsaw
a. Cocok untuk semua kelas/tingkatan.
b. Bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, atau
berbicara.
c. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar
d. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
e. Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyeleseikan masalah, menerapkan
bimbingan sesame teman, rasa harga diri siswa yang lebih tinggi dan
memperbaiki kehadiran.
f. Juga dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran.
g. Belajar dalam suasana gotong—royong mempunyai banyak kesenpatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
3. Kekurangan Metode Jigsaw
a. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung
mengontrol.jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus
benar-benar memperhatikan jalannya diskusi.
b. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai
tenaga ahli.
c. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
d. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
e. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum
terkondisikan dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat
juga
menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan (Arends, 2001: 25).
4. Prosedur Metode Jigsaw
a. Pilih materi pembelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen
(bagian).
b. Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen
yang ada. Jika jumlah peserta 25 sedang jumlah segmen ysng ada 5 maka
masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang.
c. Setiap kelompok mendapat tugas membaca, memahami dan mendiskusikan
serta membuat ringkasan materi pembelajaran yang berbeda.
d. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk
menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompoknya.
e. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan seandainya ada
persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
f. Berilah peserta didik pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka
terhadap materi yang dipelajari.
g. Guru melakukan kesimpulan, klasifikasi, dan tindak lanjut.

F. Pengertian LKPD
LKPD merupakan kumpulan dari lembaran yang berisikan kegiatan
peserta didik yang memungkinkan peserta didik melakukan aktivitas nyata dengan
objek dan persoalan yang dipelajari. LKPD berfungsi sebagai panduan belajar peserta
didik dan juga memudahkan peserta didik dan guru melakukan kegiatan belajar
mengajar.
LKPD juga dapat didefenisikan sebagai bahan ajar cetak berupa
lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk
pelaksanaan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada
kompetensi dasar yang dicapai (Andi Prastowo, 2011: 204).

Menurut Katriani,( 2014), Berikut ini merupakan kriteria penyusunan dan penulisan
LKPD yang dapat dikembangkan oleh guru secara mandiri dalam pembelajaran IPA
di sekolah.
1. Tujuan penyusunan LKPD
Tujuan penyusunan LKPD untuk pembelajaran adalah sebagi berikut:
a. Memperkuat dan menunjang tujuan pembelajaran dan ketercapaian
indikator serta kompetensi dasar dan kompetensi inti yang sesuai dengan
kurikulum yang berlaku.
b. Membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Bahan Bahan ajar yang digunakan untuk membantu guru dalam mempermudah
proses pembelajaran harus sesui dengan kriteria sebagai berikut:
a. Tersusun logis dan sistematis. Penyusunan bahan perlu menyeleksi konsep
yang akan dibelajarkan dan urutan rantai kognitifnya harus diperhatikan.
b. Sesuai dengan kemampuan dan tahap perkembangan peserta didik. Dalam
hal ini peserta didik SMP berada dalam tahap perkembangan
kognitifperalihan antara operasional konkrit ke operasional formal,
sehinggamereka masih mudah untuk berfikir konkrit dan sudah mulai dapat
diajakberfikir abstrak.
c. Bahan ajar dapat merangsangdan memotivasi keingintahuan peserta didik.
d. Bahan ajar mitahir dan memiliki kontekstualitas yang tinggi.
3. Metode dalam menyusun LKPD adalah sebagai berikut:
a. Memperkaya kegiatan di dalam kelas, contohnya dapat berupa kegiatan
diluar kelas atau kegiatan laboratorium.
b. Memotivasi peserta didik.
c. Mengembangkan keterampilan proses peserta didik.
d. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalah.
e. Menanamkan sikap ilmiah melalui proses pembelajaran.
4. Pertimbangan dilihat dari kepentingan peserta didik
Pertimbangan dalam menyusun LKPD dilihat dari kepentingan peserta didik,
yaitu sebagai berikt:
a. Menarik minat peserta didik.
b. Atraktif dan impulsif.
c. Menambah keyakinan dan rasa “berhasil” bagi peserta didik.
d. Memotivasi peserta didik untuk mengetahui lebih lanjut.
e. Pemilihan kosa kata dan istilah sains yang sesuai dengan tingkat
perkembangan dan usia peserta didik.
5. Prinsip penggunaan LKPD
Adapun prinsip penggunaan LKPD adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan LKPD bukan untuk menggantikan tanggung jawab guru
dalam pembelajaran, melainkan sebagai sarana untuk mempercepat
pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Penggunaan LKPD sebaiknya dapat menumbuhkan minat peserta didik
c. terhadap pembelajaran IPA melalui diskusi dan pelaksanaan langkah kerja.
d. Guru sebaiknya memiliki kesiapan dalam pengelolaan kelas.

G. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)


1. Pengertian IPA
Dahulu, saat ini dan saat yang akan datang IPA atau Ilmu Pengetahuan
Alam memegang peranan sangat penting dan alam kehidupan manusia. Hal ini
disebabkan karena kehidupan kita sangat tergantung dari alam, zat terkandung di
alam, dan segala jenis gejala yang terjadi di alam.
IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu
mempelajari fenomena alam yang factual (factual), baik berupa kenyataan
(reality) atau kejadian (events) dan hubungan sebab akibatnya. Cabang yang
termasuk anggota rumpun IPA saat ini antara lain Biologi, Fisika, IPA,
Astronomi,/Astrofisika, dan Geologi.
IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan berdasarkan teori
(deduktif). Ada dua hal berkaitan yang tidak terpisahkan dengan IPA , yaitu IPA
sebagai produk, pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan factual, konseptual,
procedural, dan metakognitif, dan IPA sebagai proses, yaitu kerja ilmiah.
Saat ini objek kajian IPA menjadi semakin luas, meliputi konsep IPA,
proses, nilai, dan sikap ilmiah, aplikasi IPA dalam kehidupan sehari-hari, dan
kreativitas (Kemendiknas, 2011). Belajar IPA berarti belajar kelima objek atau
bidang kajian tersebut.
Ilmu adalah pengetahuan yang ilmiah, pengetahuan yang diperoleh secara
ilmiah, artinya diperoleh dengan metode ilmiah. Dua sifat utama ilmu adalah
rasional, artinya masuk akal, logis, atau dapat diterima akal sehat, dan obkjektif.
Artinya, sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataannya, atau sesuai dengan
pengamatan. Dengan pengertian ini, IPA dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada di alam ini
(Sukarno, 1973).
2. Tujuan Pengajaran IPA
Pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa:
a. Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains,
teknologi dan masyarakat.
b. Mengembangkan keterampilan proses untuk meyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
c. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang
akan
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang
pengajaran lain.
Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
f. Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini umtuk
dipelajari.

3. Rangkaian listrik
a. Komponen Listrik
Rangkaian listrik adalah hubungan sumber listrik dengan alat-alat listrik
lainnya yang mempunyai fungsi tertentu. Berdasarkan susunan hubungan alat-
alat listrik, rangkaian listrik dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
rangkaian listrik seri, rangkaian paralel, dan rangkaian campuran (seri-paralel).
Terdapat beberapa komponen yang diperlukan untuk membuat rangkaian
listrik. Komponen-komponen penyusun rangkaian listrik dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu komponen penyedia energi listrik dan komponen
pengguna energi listrik.
Susunan komponen-komponen di dalam suatu rangkaian listrik akan dialiri oleh
arus listrik jika memenuhi syarat berikut :
1. memiliki sumber tegangan untuk membuat arus mengalir
2. memiliki hambatan listrik
3. berupa rangkaian tertutup
b. Fungsi Komponen Listrik
Kita dapat menggunakan komponen-komponen yang ada di sekitar jika
ingin menyusun sebuah rangkaian listrik sederhana. Kita harus berhati-hati saat
menyusun sebuah rangkaian listrik. Kita juga perlu mempelajari berbagai
komponen penyusun rangkaian listrik dna fungsinya terlebih dahulu agar tidak
terjadi kesalahan saat menyusun rangkaian listrik.
Fungsi baterai sebagai sumber energi. Terdapat kutub (+) dan kutub (-)
pada baterai yang harus diletakkan dengan posisi kutub (+) bertemu dengan
kutub (-).
Fungsi kabel untuk mengalirkan arus listrik dari baterai hingga mencapai
lampu. Terdapat dudukan lampu untuk mengaitkan tembaga pada kabel
sehingga arus listrik akan mencapai filamen pada bagian lampu.
Fungsi sakelar untuk menghubungkan dan memutuskan arus listrik.
Fungsi lampu untuk menunjukkan adanya arus listrik yang mengalir di
dalam rangkaian listrik saat sakelar dinyalakan.
Rangkaian listrik adalah suatu hubungan sumber listrik dengan alat-alat
listrik lainnya yang mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Contoh alat-alat listrik
yang sering digunakan dalam rangkaian listrik sederhana adalah saklar dan
lampu. Saklar adalah alat listrik yang berfungsi menghubungkan dan
memutuskan arus listrik. Berdasarkan susunan hubungan alat-alat listrik, maka
rangkaian listrik tersusun dengan tiga cara, yaitu rangkaian seri, rangkaian
paralel, dan rangkaian campuran.

1. Rangkaian seri adalah rangkaian alat-alat listrik yang disusun berurutan


tanpa cabang. Perhatikan gambar di samping!
Gambar 2.1 rangkaian listrik seri

Berdasarkan contoh rangkaian seri di atas, maka ciri-ciri rangkaian seri


adalah sebagai berikut. Arus listrik mengalir tanpa melalui cabang. Arus
listrik yang mengalir melalui lampu 1 melalui lampu 2, demikian pula
yang melalui baterai 1 dan baterai 2. Jika salah satu alat listrik di lepas
atau rusak maka arus listrik akan putus.

2. Rangkaian Pararel

Rangkaian paralel adalah rangkaian alat-alat listrik yang dihubungkan


secara berjajar dengan satu atau beberapa cabang. Alat listrik yang dapat
dirangkai secara paralel adalah lampu dan baterainya. Perhatikan gambar
rangkaian paralel di bawah!

Gambar 2.2 rangkaian listrik seri

Berdasarkan contoh di atas, lampu A dan C tersusun secara paralel


maka ciri-ciri rangkaian paralel sebagai berikut.
Arus mengalir melalui satu cabang atau lebih. Arus listrik yang melalui lampu 1
atau baterai 1 tidak melalui lampu 2 atau baterai 2.Jika salah satu alat listrik di
lepas atau rusak, arus listrik akan tetap mengalir melalui cabang yang lain.
Rangkaian listrik di rumah kita disusun paralel, sehingga jika salah satu lampu
dipadamkan lampu lainnya tetap menyala.
3. Rangkaian Campuran
Rangkaian campuran lampu listrik merupakan rangkaian yang terdiri aras
rangkaian seri dan rangkaian paralel seperti gambar berikut!
Gambar 2.3 rangkaian listrik seri

Lampu A dan B terpasang secara seri sedangkan lampu A, B dengan lampu C


tersusun secara paralel

II. Kerangka Berpikir Penelitian


Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Agar
hasil proses pembelajaran memperoleh hasil yang baik, maka seluruh faktor yang ada
harus diupayakan untuk dapat mendukung proses belajar siswa. Sama halnya dengan
pembelajaran IPA, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
membangkitkan minat siswa sehingga meningkatkan pastisipasi dan keaktifan siswa
dalam belajar serta meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu penelitian ini
dirancang untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan pengamatan di kelas, pembelajaran IPA  terasa monoton dan
cenderung membosankan karena metode yang digunakan masih konvensional, siswa
kurang aktif dalam berpartisipasi, sedangkan prestasi belajar IPA masih rendah. Model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan dapat memecahkan masalah ini.
Hasilnya, diharapkan proses pembelajaran di kelas tidak lagi monoton dan menggunakan

metode pembelajaran konvensional, serta prestasi belajar matematika siswa juga


meningkat
Metode yang digunakan masih konvensional cenderung ceramah dan kurang bervariasi
Kondisi awalminat dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran
Rendahnya
Evaluasi awal
Hasil belajar siswa pada materi operasi hitung bilangan bulat masih rendah

Siklus I
Mengaplikasikan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsawsecara berkelompok dengan 4 anggota dalam proses pembelajaran

tindakan Evaluasi efek

Siklus I
Mengaplikasikan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsawsecara berkelompok dengan 4 anggota dalam proses pembelajaran

Meningkatnya partisipasi dan keaktifan siswa dalam proses belajar


hasil Hasil belajar dalam materi Sistem Pencernaan makanan akan meningkat.
Evaluasi akhir

Gambar 2.4. Alur Kerangka Berpikir Penelitian


III.HipotesisTindakan
Berdasarkan uraian dalam kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka
hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah :
Penggunaan Model Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan minat
belajar siswa kelas VI SDIT Miftahussalam tahun 2020/2021 pada mata pelajaran IPA
Materi rangkaian listrik.

.
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN


PEMBELAJARAN

A. Seting Penelitian (Tempat, dan Waktu Penelitian )


1. Tempat Penelitian
Penelitian Perbaikan Pembelajaran ini dilaksanakan di SD Islam Terpadu
Miftahussalam, Kecamatan Mijen, Kota Semarang yang berlokasi di kelurahan
Jatisari, Rt 4/ Rw 3 Kecamatan Mijen , Kota Semarang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada hari efektif semester 1 tahun pelajaran 2020/2021.
Adapun Perbaikan Pembelajaran IPA dengan materi Rangkaian listrik yang
dilaksanakan sebanyak 2 siklus.
No Hari/Tanggal Waktu Keterangan

1 Selasa, 6 Oktober 2020 07.30 – 09.15 Pelaksanaan Pra-Siklus

2 Selasa, 20 Oktober 2020 07.30 – 09.15 Pelaksanaan Sikluas I

3 Selasa,27 Oktober 2020 07.30 – 09.15 Pelaksanaan Sikluas II

Tabel 3.1 Jadwal Pembelajaran

3. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian pada penelitian ini adalah siswa Kelas VI B SD Islam Terpadu
Miftahussalam, Kecamatan Mijen , Kota Semarang, dengan jumlah 26 siswa pada
mata pelajaran IPA dengan Materi Rangkaian listrik.
Adapun objek dari penelitian ini adalah adalah hasil belajar siswa
4. Pihak yang Membantu Penelitian
Pihak yang membantu penelitian perbaikan pembelajaran yaitu:
1. Kamsin, S. Pd, M. A, selaku Supervisor 1 dan dosen pembimbing yang
membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian
2. Muhammad Mustaghfirin, S. Pd, selaku Kepala sekolah SDIT Miftahussalam
3. Harjanti, S.Pd selaku teman sejawat, selaku pembimbingdalam
menginterpretasikan data dan selaku penilai 2 dalam pelaksanaan penelitian di
SDIT Miftahussalam.
4. Peserta didik Kelas VI SDIT Miftahussalam, selaku subjek penelitian.

B. Prosedur Penelitian
1. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
1. Siklus 1
a. Perencanaan
Proses perencanaan penelitian tindakan kelas ini diawali dengan melakukan tiga
langkah pokok yaitu:
1) merencanakan fokus yang akan diamati bersama pengamat, baik fokus
materi maupun subjek penelitian.
2) Melakukan proses pengamatan yakni peneliti dan teman sejawat mengamati
proses pelaksanaan tindakan, pengaruh, kendala- kendala, serta masalah-
masalah yang timbul selama pembelajaran dilaksanakan..
3) Diskusi balikan, atau refleksi kolaboratif antara peneliti-peneliti mitra dan
guru terhadap hasil pengamat
Tahap perencanaan awal dimulai dari penemuan masalah dan menganalisisnya
kemudian dirancang tindakan yang hendak dilakukan.
1) Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) siklus I yang
menekankan pada penerapan model pembelajaran kolaboratif jigsaw secara
berkelompok dengan anggota 4-6 orang siswa.
2) Menyiapkan alat peraga
3) Menyusun lembar pengamatan.
b. Pelaksanaan tindakan
Tindakan perbaikan pembelajaran pra siklus dilakukan pada hari Kamis, 20
Oktober 2020 pukul 07.30 – 09.15 WIB
Pelaksanaan tindakan adalah implementasi dari rencana yang sudah
disiapkan, yaitu dengan melaksanakan proses pembelajaran IPA materi
Perkembangbiakan pada Tumbuhan dengan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Kegiatan awal
Apersepsi:
1) Kelas dibuka dengan salam, menanyakan kabar dan mengecek
kehadiran siswa.
2) Dilanjutkan dengan do’a dipimpin oleh guru. Siswa diingatkan untuk
selalu mengutamakan sikap disiplin setiap saat dan menfaatnya bagi
tercapainya sita-cita.
3) Menyanyikan lagu Indonesia Raya Guru memberikan penguatan
tentang pentingnya menanamkan semangat Nasionalisme.
4) Pembiasaan membaca/menulis 10 menit dimulai dengan guru
menceritakan tentang kisah masa kecil salah satu tokoh dunia,
kesehatan, kebersihan, makanan/minuman sehat, cerita inspirasi atau
motivasi . Sebelum membacakan buku guru menjelaskan tujuan
kegiatan literasi dan mengajak siswa mendiskusikan pertanyaan-
pertanyaan berikut:
5) Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang mengarah kepada
materi pelajaran
Orientasi:
6) Guru Menginformasikan Tema yang akan dibelajarkan yaitu tentang
”rangkaian listrik”
7) Menjelaskan kepada siswa pentingnya materi yang hendak diajarkan
8) Motivasi:
a. Memotivasi siswa dengan mengajak bertanya jawab.
b. Guru mengaikatkan jawaban siswa dengan materi yang akan
diajarkan.
2. Kegiatan Inti
1) Mengamati
 Guru memperlihatkan contoh rangkaian listrik seri, paralel dan
campuran..
2) Menanya
 Guru bertanya kepada siswa seperti ”Apakah kalian tahu mengapa
lampu dirumah dapat dinyalakan dan dimatikan?” dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban dengan
teman-temannya.
3) Mengumpulkan Informasi
 Guru menjelaskan materi melalui voice note mengenai fungsi bagian
rangkaian listrik melalui
 Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika ada hal yang belum
dipahami
4) Mengolah Informasi
a) Siswa diminta untuk duduk membentuk kelompok. Masing masing
kelompok terdiri atas 5 anak yang sudah ditetukan berdasar absen.
b) Tiap-tiap kelompok diberi tugas untuk mencatat materi listrik dan
kegunaanya
c) Kelompok 1 dan 2 mendiskusikan dan mencatat..
hasil percobaan mengenai rangkaian listrik seri dan menuliskan pada
buku catatan.
d) Kelompok 3 dan 4 mendiskusikan dan mencatat hasil percobaan
mengenai rangkaian listrik paralel pada buku catatan.
e) Kelompok 5 mendiskusikan dan mencatat hasil percobaan
mengenai rangkaian campuran pada buku catatan.
f) Guru memberikan waktu 30 menit untuk melaksanakan tugas
kelompok masing-masing.
g) Semua anggota kelompok mencatat materi masing-masing begitu
juga dengan kelompok yang lain.
h) Guru mengarahkan kepada siswa untuk menginformasikan materi
yang sudah dicatat kepada tiap anggota kelompok lain.
i) Semua anggota kelompok bertugas mencari informasi dan
menginformasikan serta mencatat informasi yang didapatkan.
j) Guru memberikan waktu 30 menit kepada siswa untuk
meyelesaikan tugasnya.
k) Siswa kembali ke kelompoknya masing-masing dengan membawa
informasi yang ia dapatkan.
l) Guru bersama siswa membahas hasil diskusi kelompok.
m) Guru mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata.
n) Guru memberikan post test untuk mengukur pemahaman siswa.
o) Guru mengoreksi dan menganalisis hasil tes.
Guru mengadakan tindak lanjut kemudian Guru dan siswa
mendiskusikan soal yang telah diberikan tadiSiswa mengisi lembar
kerja berisi tabel tentang fungsi bagian tubuh hewan
5) Mengkomunikasikan
 Salah satu siswa maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil
diskusi mereka
 Kelompok yang lain boleh mengajukan pertanyaan jika ada hal yang
tidak dipahami
 Siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan guru

3. Kegiatan Penutup ( 15 menit )


1. Guru memberikan penguatan materi dan membuat kesimpulan
bersama siswa dari Materi Rangkaian listrik.
2. Guru mengapresiasi hasil kerja siswa dan memberikan motivasi
3. Siswa dan Gurumerefliksikegiatanpembelajaran
4. Gurumemberikan gambaran
mengenaikegiatanpembelajaranpertemuanberikutnya
5. Kegiatanpembelajarandiakhiridenganmembacadoa

c. Pengamatan

Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mempelajari sistem


pembelajaran yang telah disusun pada siklus I ini. Selama pelaksanaan
tindakan kelas peneliti dan teman sejawat (sebagai guru dan peneliti)
mengamati proses pelaksanaan tindakan, kendala-kendala, permasalahan yang
muncul selama proses pembelajaran diselenggarakan. Observasi yang
dilakukan meliputi:
1) Kesiapan dan perhatian siswa dalam menerima pelajaran.
2) Keaktifan siswa dalam tanya jawab
3) Keaktifan siswa dalam berdiskusi
4) Keaktifan siswa dalam mengerjakan kuis

Refleksi
Hasil yang diperoleh dari pengamatan supervisor 2, teman sejawat, dan
hasil tes formatif kemudian didiskusikan. Refleksi dilakukan untuk mengetahui
dan mencatat temuan-temuan dalam perbaikan pembelajaran Siklus I.Kemudian
permasalahan yang muncul selama pelaksanaan tindakan diidentifikasi dan
dianalisis.Selanjutnya dicari dan ditemukan solusinya untuk diperbaiki pada
pertemuan berikutnya.

2. Siklus II
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus II, peneliti menganalisis perbaikan pembelajaran
siklus I. Tahap perencanaan awal dimulai dari penemuan masalah kemudian
dirancang tindakan yang hendak dilakukan.

1). Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) siklus II yang menekankan


pada penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw secara berkelompok
dengan anggota 4-6 orang siswa.
2). Menyediakan model atau media pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran.
3). Menyiapkan lembar kerja peserta didik yang akan digunakan dalam diskusi
dan soal evaluasi siswa.
4). Menyusun lembar pengamatan.

b. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan pada siklus II difokuskan pada materi rangkaian Listrik
rangkaian campuran dan perbedaan rangkain listrik seri paralel dan
mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Siswa melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif jigsawberbantu lkpd
sebagai perbaikan siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 26 Oktober 2020
dengan langkah sebagai berikut:
Kegiatan Awal 10 menit
1. Apersepsi:
1) Kelas dibuka dengan salam, menanyakan kabar dan mengecek
kehadiran siswa.
2) Dilanjutkan dengan do’a dipimpin oleh guru. Siswa diingatkan untuk
selalu mengutamakan sikap disiplin setiap saat dan menfaatnya bagi
tercapainya sita-cita.
3) Menyanyikan lagu Indonesia Raya Guru memberikan penguatan
tentang pentingnya menanamkan semangat Nasionalisme.
4) Pembiasaan membaca/menulis 10 menit dimulai dengan guru
menceritakan tentang kisah masa kecil salah satu tokoh dunia,
kesehatan, kebersihan, makanan/minuman sehat, cerita inspirasi atau
motivasi . Sebelum membacakan buku guru menjelaskan tujuan
kegiatan literasi dan mengajak siswa mendiskusikan pertanyaan-
pertanyaan berikut:
5) Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang mengarah kepada
materi pelajaran
6) Guru Menginformasikan Tema yang akan dibelajarkan yaitu tentang
”rangkaian listrik”
Motivasi:
a.Memotivasi siswa dengan mengajak bertanya jawab.
b.Guru mengaikatkan jawaban siswa dengan materi yang akan
diajarkan.
c.Menjelaskan kepada siswa pentingnya materi yang hendak
diajarkan.
Kegiatan inti 45 menit
 Mengamati
Guru menerangkan kembali materi rangkaian listrik dengan perluasan
contoh rangkaian listrik dan sekilas melalui video pembelajaran.
 Menanya
Guru bertanya kepada siswa seperti ”bagaimana susunan rangkaian
listrik di rumahmu?” dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mendiskusikan jawaban dengan teman-temannya.
 Mengumpulkan Informasi
Guru menjelaskan materi rangkaian listrik mengenai fungsi bagian
rangkaian listrik, rangkaian seri, paralel, campuran melalui voicenote.
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika ada hal yang belum
dipahami
 Mengolah Informasi
1) Siswa diminta untuk duduk membentuk kelompok 5 Kelompok asal,
Masing masing kelompok terdiri atas 5-6 anak yang sudah ditetukan
oleh guru.
2) Seblumnya tiap-tiap kelompok diberi tugas untuk membaca materi
listrik dan kegunaanya, rangkaian seri, paralel, campuran
3) Masing masing kelompok asal mengirimkan satu wakil menuju
kelompok inti untuk membahas dan mendiskusikan hasil percobaan
yang dilakukan dan mencatat di lembar lkpd.
4) Kelompok inti 1 mendiskusikan dan mencatat hasil percobaan
mengenai rangkaian listrik seri dan menuliskan hasilnya pada
lembar lkpd
5) Kelompok inti 2 mendiskusikan dan mencatat hasil percobaan
mengenai rangkaian listrik paralel dan menuliskan hasilnya pada
lembar lkpd
6) Kelompok inti 3 mendiskusikan dan mencatat hasil percobaan
mengenai rangkaian campuran. dan menuliskan hasilnya pada
lembar lkpd
7) Kelompok inti 4 mendiskusikan dan mencatat hasil diskusi
mengenai komponenstrik dan fungsinya menuliskan hasilnya pada
lembar lkpd
8) Kelompok inti 5 mendiskusikan dan mencatat hasil percobaan
mengenai bagaimana cara menghemat listrik. dan menuliskan
hasilnya pada lembar lkpd
9) Guru memberikan waktu 30 menit untuk melaksanakan tugas
kelompok masing-masing.
10) Semua anggota kelompok mencatat materi masing-masing begitu
juga dengan kelompok yang lain.
11) Setelah selesai berdiskusi di kelompok inti siswa akan kembali ke
kelompok asal dan menjelaskan hasil diskusi pada teman satu
kelompokasal
12) Semua anggota kelompok bertugas mencari informasi dan
menginformasikan serta mencatat informasi yang didapatkan.
13) Guru memberikan waktu 30 menit kepada siswa untuk
meyelesaikan tugasnya.
14) Siswa kembali ke kelompoknya masing-masing dengan membawa
informasi yang ia dapatkan.
15) Guru bersama siswa membahas hasil diskusi kelompok.
16) Guru mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata.
17) Guru memberikan post test untuk mengukur pemahaman siswa.
18) Guru mengoreksi dan menganalisis hasil tes.
19) Guru mengadakan tindak lanjut kemudian Guru dan siswa
mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi
 Mengkomunikasikan
1) Salah satu siswa maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil
diskusi mereka
2) Kelompok yang lain boleh mengajukan pertanyaan jika ada hal yang
tidak dipahami
3) Siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan guru
Kegiatan Penutup ( 15 menit )
1. Guru memberikan penguatan materi dan membuat kesimpulan
bersama siswa dari Materi Rangkaian listrik.
2. Guru mengapresiasi hasil kerja siswa dan memberikan motivasi
3. Siswa dan Gurumerefliksikegiatanpembelajaran
4. Guru memberikan gambaran mengenai kegiatan pembelajaran
pertemuan berikutnya
5. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan membaca doa.

c. Pengamatan
Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mempelajari sistem
pembelajaran yang telah disusun pada siklus II ini. Selama pelaksanaan
tindakan kelas peneliti dan supervisor II mengamati proses pelaksanaan
tindakan, kendala-kendala, permasalahan yang muncul selama proses
pembelajaran diselenggarakan. Observasi yang dilakukan meliputi:
1) Kesiapan dan perhatian siswa dalam menerima pelajaran.
2) Keaktifan siswa dalam tanya jawab
3) Keaktifan siswa dalam berdiskusi
4) Aktivitas siswa. Berikut ini rubrik penilaian:
Keaktifan siswa dalam mengerjakan kuisPeneliti dan teman sejawat memberi
skor 1-5 sesuai rubrik penilian

d. Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan
oleh supervisor 2. Apabila ternyata ada peningkatan dari pelaksanaan siklus I ke
siklus II dan telah memenuhi indikator ketuntasan belajar siswa pelaksanaan
perbaikan siklus II dipandang sudah cukup karena pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran meningkat bahkan menunjukkan hasil ketuntasan belajar
klasikal.
Berdasarkan hasil temuan dan refleksi serta hasil evaluasi pelaksanaan
perbaikan pembelajaran dengan memanfaatkan penggunaan model pembelajaran
kooperatif jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi Rangkaian Listrik
pada siswa kelas VIB SDIT Miftahussalam Semarang tahun pelajaran 2020/2021

C. Teknik Analisis Data


Sedangkan teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data adalah sebagai
berikut:
1. Data Kuantitatif
Data berupa hasil belajar dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif
dengan menentukan mean atau rata-rata. Adapun penyajian data kuantitatif
dipaparkan dalam bentuk persentase. Rumus persentase tersebut sebagai berikut :

ρ=
∑ n x 100 %
N
Keterangan :
∑n = Jumlah frekuensi yang muncul
N = Jumlah siswa

 = Persentase frekuensi

Hasil penghitungan dikonsultasikan dengan kriteria ketuntasan belajar siswa yang


dikelompokkan ke dalam dua kategori tuntas dan tidak tuntas, dengan kriteria
sebagai berikut :

Kriteria Ketuntasan Kualifikasi


 75 Tuntas
< 75 Tidak Tuntas

Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar IPA

Setelah data dianalisis kemudian ditafsirkan untuk menentukan hasil belajar


siswa dengan kriteria seperti tabel berikut.
Rentang Nilai Kategori

93 – 100 Sangat Mampu

84 – 92 Mampu

75 – 83 Cukup Mampu

<75 Perlu Bimbingan

Tabel 3.3 Standar Penilaian Hasil Belajar IPA

2. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa hasil pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas
siswa dianalisis dengan teknik penyajian data. Penyajian data adalah kegiatan ketika
sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya
penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif yang akan digunakan
berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan ) dan grafik.
Indikator keberhasilan untuk penelitian ini dapat dikatakan tercapai apabila
memperoleh hasil sebagai berikut :
1. Siswa menunjukkan hasil belajar sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Model Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan berbantu lkpd dapat
menunjang siswa untuk lebih aktif dan lebih memahami materi yang sedang
dipelajari.
Hasil penelitian mengenai minat dan hasil belajar siswa mulai dari pra siklus,
siklus I dan siklus II untuk pembahasan lebih rinci dideskripsikan pada bab IV.

Anda mungkin juga menyukai