LAPORAN
JUDUL
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL
COOPERATIVE LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA
POWERPOINT PADA MATA PELAJARAN IPS DI SD IBA
PALEMBANG
DISUSUN OLEH :
NAMA : FIDYA JUNISYA
NIM : 856689757
KELAS :J
PROGRAM STUDI : S1 BI (BIDANG ILMU)
MASA REGISTRASI : 2019.2
1
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL
COOPERATIVE LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA POWERPOINT
DI SD IBA PALEMBANG
FIDYA JUNISYA
KELAS J
NIM 856689757
SI PGSD / BIDANG ILMU
fidyajunisya677@gmail.com
ABSTRAK
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
pembelajaran dan pengetahuan yang berkaitan untuk dapat menunjang proses
pembelajaran itu, misalnya pada mata pelajaran IPS.
IPS adalah salah satu mata pelajaran di tingkat sekolah dasar pada
hakikatnya merupakan suatu integrasi utuh dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan
disiplin ilmu lain yang relevan sebagai tujuan pendidikan (Khoir 2012). Mata
pelajaran IPS berperan untuk merealisasikan ilmu-ilmu yang bersifat teoritik
ke dalam dunia kehidupan nyata di masyarakat. Upaya untuk meningkatkan
hasil belajar IPS, diharapkan siswa mempunyai kemampuan yang lebih untuk
berfikir kritis, kreatif, dan inovatif yang sangat baik bagi pengembangan diri,
intelektual, dan sosialnya.
Pembelajaran IPS di SD biasanya cenderung ke arah pembahasan teori
bersifat khusus (tematik teoritik) dan berdasarkan materi yang ada di dalam
buku (text book oriented) sehingga terkesan bahwa bidang ini terdiri dari
materi hafalan saja. Dari hasil pengamatan yang dilakukan dalam kegiatan
prasiklus pada materi pembelajaran pengolahan sumber daya alam khususnya
pengolahan kayu sebagai bahan baku benda-benda disekitar kita, guru
menyampaikan materi secara konvensional yaitu dengan metode ceramah dan
teksbook atau membaca wacana teks dalam buku tanpa adanya variasi.
Sehingga siswa hanya memperoleh tingkat pemahaman yang rendah karena
siswa hanya tahu bahwa tugasnya adalah mengenal fakta, serta diharuskan
untuk menerima dan menghafal seluruh materi, sehingga hasil belajar yang
diperoleh kurang memuaskan.
Untuk itu pemerintah banyak melakukan usaha perbaikan melalui
kurikulum yang lebih memberdayakan anak. Dimana dalam kurikulum
tersebut guru diharapkan untuk dapat memilih metode, strategi atau
pendekatan pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
(Nurhadi, 2004).
Berdasarkan data hasil belajar siswa di kelas III SD IBA Palembang,
pada mata pelajaran IPS khususnya materi pengolahan sumber daya alam
menunjukkan hasil belajar yang masih tergolong rendah, yang ditandai
dengan banyaknya siswa yang belum mencapai KKM yang telah ditetapkan
4
yaitu 75. Dari hasil pembelajaran IPS pada semester ganjil di Tema 3 terdapat
10 siswa (40%) dari 25 siswa yang mencapai KKM, sedangkan 15 siswa
(60%) belum mencapai KKM dengan nilai rata-rata yang diperoleh 68,6.
Guna mengatasi permasalahan tersebut maka peneliti akan mencoba
menggunakan metode yang dapat diterima dan mudah dipahami siswa kelas
III SD IBA Palembang. Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) peneliti
akan melakukan penelitian guna meningkatkan hasil belajar siswa kelas III di
SD IBA Palembang pada mata pelajaran IPS dengan model cooperative
learning menggunakan media powerpoint.
Model cooperative learning ini sangat memotivasi siswa untuk aktif
mengikuti kegiatan pembelajaran IPS karena siswa akan lebih mudah untuk
memahami materi. Model cooperative learning merupakan suatu strategi
mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja
dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua
orang atau lebih. Model ini berbasis pada teori belajar kognitif dan teori
belajar sosial.
Sedangkan Microsoft PowerPoint merupakan sebuah software yang
berbasis multimedia (Daryanto, 2013). Melalui media powerpoint, panca
indera siswa dapat diakomodasi sehingga kadar hasil belajar akan meningkat.
PowerPoint itu sendiri terdiri dari berbagai unsur media seperti teks, gambar,
animasi, dan video (Asyhad, 2013).
Berdasarkan hal itulah model pembelajaran cooperative learning
menggunakan media powerpoint diasumsikan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran IPS di kelas III SD IBA Palembang. Sehingga peneliti
menentukan judul yaitu “Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran IPS melalui Model Cooperative Learning menggunakan Media
PowerPoint di SD IBA Palembang ”
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kegiatan
prasiklus, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :
5
a. Guru masih menggunakan metode ceramah karena pembelajaran IPS
di SD biasanya cenderung ke arah pembahasan teori.
b. Guru membuat siswa harus menghafal seluruh materi, sehingga tingkat
pemahaman siswa menjadi rendah dan tidak dapat mengembangkan
kemampuan yang mereka kuasai.
c. Guru kurang mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran
d. Suasana yang tidak aktif dan membosankan.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas dari proses pembelajaran yang
dilaksanakan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil
belajar siswa, antara lain :
a. Guru masihmenggunakan metode konvensional yaitu ceramah dan teks
book menyebabkan proses pembelajaran kurang menarik. hal ini
mengharuskan guru untuk mengubah pola mengajar dengan memilih
model dan metode lain yang lebih menarik sehingga siswa tidak akan
jenuh disaat proses belajar berlangsung.
b. Pembelajaran IPS di SD biasanya cenderung ke arah pembahasan teori
bersifat khusus (tematik teoritik) dan berdasarkan materi yang ada di
dalam buku (text book oriented) sehingga terkesan bahwa bidang ini terdiri
dari materi hafalan saja. Siswa diharuskan untuk menerima dan menghafal
seluruh materi, sehingga tingkat pemahaman siswa menjadi rendah dan
tidak dapat mengembangkan kemampuan yang mereka kuasai.
c. Guru kurang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
d. Guru mengharuskan siswa hanya mendengar dan menghafal sehingga
suasana belajar tidak aktif dan membosankan.
6
mata pelajaran IPS. Sehingga proses pembelajaran lebih menarik dan
memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya.
Model pembelajaran Cooperative Learning menggunakan media
Powerpoint diharapkan dapat menjadi solusi mengatasi kejenuhan, kebosanan
dan ketidak aktifan siswa pada proses pembelajaran yang menggunakan
metode konvensional atau ceramah pada mata pelajaran IPS. Melalui
pembelajaran ini diharapkan dapat mengeksplor kemampuan siswa dalam
berinteraksi dan menyampaikan pendapatnya, sehingga materi yang diajarkan
dapat di pahami dan melekat dalam ingatannya.
Dalam penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian perbaikan pembelajaran dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran IPS melalui Model Cooperative Learning
menggunakan Media PowerPoint di SD IBA Palembang”.
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang di atas, maka rumusan masalahdalam
penelitian ini adalah : “Apakah melalui model Cooperative Learning
menggunakan Media PowerPoint dapat mningkatkan hasil belajarIPS pada
siswa kelas III SD IBA Palembang?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas III SD IBA Palembang
melalui model Cooperative Learning menggunakan Media PowerPoint.
7
c. Untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran yang
berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.
2. Bagi Guru
a. Dapat meningkatkan kemampuan dalam menyampaikan materi yang
diajarkan.
b. Untuk menambah keterampilan dan wawasan dalam mengembangkan
kreatifitas dalam proses pembelajaran.
c. Dapat membantu guru memperoleh pengalaman dalam penerapan
model Cooperative Learning menggunakan media Powerpoint.
3. Bagi Sekolah
a. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran IPS.
b. Untuk membantu pencapaian Visi dan Misi sekolah.
c. Membantu perkembangan sekolah dalam meningkatkan citra sekolah
sebagai sekolah yang bermutu.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
9
a. Merupakan kegiatan nyata dalam meningkatkan proses belajar
mengajar.
b. Merupakan tindakan perbaikan oleh guru kepada siswa.
c. Tindakan harus berbeda dari kegiatan pembelajaran biasanya.
d. Terjadi dalam beberapa siklus yang berkesinambungan ; Minamal dua
siklus
e. Terdapat pedoman yang jelas secara tertulis, bagi siswa dapat
mengikuti tahap demi tahap.
f. Ada unjuk kerja siswa sesuai pedoman tertulis dari guru.
g. Ada penelitian atau penelusuran terhadap proses dengan pedoman
pengamatan.
h. Ada Evaluasi terhadap hasil proses dengan instrumen yang relevan.
i. Keberhasilan tindakan dilakukan dalam bentuk refleksi dan
melibatkan siswa yang dikenai tindakan.
j. Hasil refleksi pembelaran hari ini harus terlihat dalam terlihat dalam
perencanaan siklus berikutnya.
10
a. Untuk memecahkan permasalahan yang nyata terjadi di dalam kelas
sehingga dapat dipahami langsung dalam interaksi antara guru dengan
siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru serta
menumbuhkan budaya akademik dikalanngan guru.
b. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran dikelas secara terus-
menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat.
c. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini mulai dicapai melalui
peningkatan proses pembelajaran.
d. Sebagai alat training in service, yang memperlengkapi guru dengan
skill dan metode baru,mempertajamkekuatan analitisnya dan
mempertinggi kesadaran dirinya.
e. Sebagai alat untuk lebih inovatif terhadap pembelajaran.
f. Peningkatan mutu hasilpendidikan melalui perbaikan praktik
pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis
keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
g. Meningkatkan sifat profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
h. Menumbuh kembangkan budaya akademik dilingkungan akademik.
i. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan dan
perbaikan prosespembelajaran disamping untuk meningkatkan
relevansi dan mutu hasil pendidikan juga untuk meningkatkan
efisiensi pemanfaatan sumber-sumber daya yang terintegrasi di
dalamnya
11
4) Dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehingga hasil
belajar siswa dapat meningkat.
5) Dapat memberikan bekal kecakapan berfikir ilmiah melalui keterlibatan
siswa dalam kegiatan PTK yang dilakukan oleh guru.
b. Bagi Guru
1) Dapat meningkatkan profesionalisme guru.
2) Dapat membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran dalam kelas.
3) Dapat meningkatkan rasa percaya diri guru.
4) Dapat memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan
dan keterampilannya.
5) Dapat mengembangkan hubungan-hubungan personal dan sosial antar
guru.
c. Bagi Sekolah
1) Sebagai inovasi pembelajaran di sekolah.
2) Dapat mengembangkan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas.
3) Dapat memberikan nilai tambah (Value Added) yang positif bagi
sekolah.
4) Menjadi alat evaluator dari program dan kebijakan pengelolaan
sekolah yang sudah berjalan.
5) Dapat meningkatkan mutu (isi dan hasil) pendidikan di sekolah.
12
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini rancangan penelitian diimplementasikan atau dilaksanakan
sesuai dengan rancangan yang telah direncanakan tanpa memberikan
perlakuan khusus dari biasanya agar memperoleh informasi yang akurat.
c. Pengamatan
Pada tahap pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
pembelajaran, dan ada dua guru yang bertindak sebagai pengamat untuk
membantu mengamati kejadian-kejadian selama pembelajaran
berlangsung.
d. Refleksi atau pantulan
Kegiatan refleksi merupakan kegiatan mengevaluasi kembali jalannya
pelaksanaan pembelajaran dengan jalan mengingat kejadian yang terjadi
selama proses pembelajaran. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan setelah
proses pembelajaran selesai dilaksanakan.
B. Hasil Belajar
1. Definisi
“Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan
lingkungannya” (Ali, 2004). Perubahan perilaku dalam proses belajar
terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Belajar dikatakan berhasil
apabila terdapat perubahan dalam diri invidu searah yang positif.
Belajar dan mengajar merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak
dapat dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang dilakukan seseorang
sebagai subjek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang
dilakukan seorang guru untuk menyampaikan materi sebagai pengajar.
13
Konsep belajar dan mengajar yang dilakukan siswa dan guru
terpadu dalam satu kegiatan atau proses untuk mencapai tujuan yang dapat
dilihat dari hasil evaluasi atau hasil belajar yang telah dicapai.
Kemampauan siswa dalam belajar dan kemampuan guru dalam mengajar
dapat pula di nilai dari hasil belajar. Oleh karena itu hasil belajar yang
dimaksudkan adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima perlakuan dari pengajar (guru).
Menurut Sudjana (2004), hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan
menurut Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil
belajar mengajar yaitu : (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan
dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita.
14
C. Model Pembelajaran Cooperative Learning
1. Definisi
Model Pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
menggambarkan tentang prosedur yang sistematis dalam
menggorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu. Fungsi model pembelajaran yaitu sebagai pedoman bagi
perancang pembelajaran dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran. Model pembelajaran memiliki ciri-ciri khusus antara lain :
(1) bersifat Rasional Toeritik, (2) Memiliki landasan pemikiran atau tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, (3) menunjukkan tingkah laku
pembelajaran yang diperlukan, dan (4) Menciptakan Lingkungan belajar
yang diperlukan.
Ada beberapa jenis model pembelajaran yang dapat dilakukan dan
dikembangkan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan belajar. Salah satu model pembelajaran adalah jenis
model pembelajaran CooperativeLearning yaitu model pembelajaran yang
membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya
memiliki tingkat kemampuan berbeda sehingga setiap anggota dapat saling
bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu materi pembelajaran.
2. Langkah-langkah
Langkah-langkah dalam pembelajaran CooperativeLearning adalah :
a. Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa untuk belajar.
b. Guru menyampaikan informasi dengan cara mendemonstrasikan atau
memberikan bahan materi yang diajarkan.
c. Guru membentuk kelompok belajar dan membantu
mengkomunikasikan, setiap kelompok melakukan transisi
d. Guru membimbing setiap kelompok belajar pada saat mengerjakan
tugas
15
e. Guru mengevaluasi hasil belajar siswa dengan memberikan
kesempatan kepada kelompok belajar untuk mempresentasikan hasil
kerja atau diskusi setiap kelompok
f. Guru memberikan pengahargaan atau reward sebagai penghargaan
kepada hasil kerja individu dan kelompok.
3. Kelebihan
Model pembelajaran Cooperative Learning memiliki kelebihan
antara lain :
a. Dapat meningkatkan kualitas kepribadian anak-anak dalam hal
kerjasama, saling menghargai pendapat orang lain, toleransi, berfikir
kritis, disiplin dan sebagainya.
b. Menumbuhkan semangat persaingan yang positif dan konstruktif,
karena dalam kelompoknya, masing-masing anak akan lebih giat dan
sungguh-sungguh bekerja.
c. Menanamkan rasa persatuan dan solidaritas yang tinggi, sebab anak
yang pandai dalam kelompoknya akan membantu temannya yang
memiliki kemampuan kurang dari dia demi nama baik kelompoknya.
4. Kelemahan
Dalam pelaksanaannya model Cooperative Learning ini juga
terdapat kelemahan antara lain :
a. Metode ini memerlukan persiapan-persiapan yang agak rumit bila
dibandingkan dengan metode-metode yang lain.
b. Bilamana terjadi persaingan yang negatif baik antar individu dalam
kelompok maupun antar kelompok dalam kelas atau kelompok besar,
maka hasilnya akan lebih buruk.
c. Bila terdapat anak yang pemalas atau anak yang ingin berkuasa dalam
kelompok besar, kemungkinan akan mempengaruhi kelompoknya,
sehingga usaha kelompok tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
(Alipandie:1984)
16
D. Media Pembelajaran Powerpoint
1. Definisi
Dalam kegiatan pembelajaran, salah satu penunjang keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran adalah media pembelajaran.Kata media
berasal dari bahasa Latin yang merupakan jamak dari kata “medium” yang
secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
Media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang
dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Sedangkan
Media pembelajaran merupakan segala komponen dalam lingkungan
belajar siswa yang dipergunakan oleh pengajar agar pembelajaran
berlangsung lebih efektif. Sehingga pesan atau informasi dapat berupa
pengetahuan, keahlian, ide, pengalaman dan sebagainya pada saat proses
penyampaian informasi dari guru ke peserta didik dapat berjalan lancar.
Menurut pendapat dari Sudjana (2010) media pembelajaran
digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu:
a. Media Audio
Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke
penerima pesan. Contoh media audio antara lain: radio, piringan
audio, pita audio, tape recorder, phonograph, telepon, laboratorium
bahasa.
b. Media Visual
Media visual terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Media visual diam, contohnya : foto, ilustrasi, flash card,
gambar pilihan dan potongan gambar, film bingkai, film rangkai,
transparansi, proyektor, grafik, bagan, diagram, poster, gambar
kartun, peta dan globe.
2) Media visual gerak, meliputi : gambar proyeksi bergerak seperti
film bisu dan sebagainya
17
c. Media Audiu Visual
Media Audio Visual, di bedakan menjadi media audio visual diam dan
media audio visual gerak. Media audio visual diam meliputi slow scan
TV, time shared TV, TV diam, film rangkai bersuara, film bingkai
bersuara. Sedangkan media audio visual gerak terdiri atas film
bersuara, pita video, film TV, televisi, holograf.
d. Lingkungan sebagai Media
Lingkungan merupakan media dan sumber belajar yang dapat
dipergunakan untuk memperkaya bahan dan kegiatan belajar siswa di
sekolah.
Hamalik (2008) menyebutkan bahwa jenis teknologi yang digunakan
dalam pengajaran terdiri dari media audiovisual (film, filmstrip, televisi,
dan kaset video) dan komputer. Media komputer adalah salah satu media
interaktif yang memiliki peran utama untuk memproses informasi secara
cermat, cepat dan dengan hasil yang akurat. Sebagai sebuah media
pembelajaran komputer dapat membangkitkan minat dan perhatian siswa
terhadap mata pelajaran tertentu. Selain itu, komputer sendiri dapat
berfungsi sebagai salah satu sumber informasi, dengan demikian dapat
menjadi sumber belajar bagi seorang siswa beberapa bagian utama dalam
pembelajaran yang menggunakan media komputer.
Salah satu media pembelajaran Audio Visual yang dapat dimanfaatkan
dalam proses kegiatan pembelajaran adalah media Powerpoint. Yang
merupakan alat bantu presentasi, biasanya digunakan untuk menjelaskan
suatu hal yang dirangkum dan dikemas dalam slide Powerpoint. Sehingga
pembaca dapat lebih mudah memahami penjelasan yang ingin
disampaikan melalui visualisaasi yang terangkum di dalam slide. Dengan
media ini diharapkan semua materi yang ingin disampaikan oleh guru bisa
dipahami oleh siswa dengan baik. Powerpoint merupakan salah satu fitur
menyediakan kemampuan untuk membuat presentasi yang meliputi musik
yang memainkan seluruh presentasi atau efek suara untuk slide tertentu.
18
2. Kelebihan Microsoft Powerpoint
Keunggulan Powerpoint yaitu salah satu fitur menyediakan
kemampuan untuk membuat presentasi yang meliputi musik yang
memainkan seluruh presentasi atau efek suara untuk slide tertentu.
kelebihan yang lain dari Powerpointadalah sebagai berikut :
a. Praktis, dapat dipergunakan untuk semua ukuran kelas
b. Memberikan kemungkinan tatap muka dan mengamati respons siswa
c. Memiliki variasi teknik penyajian yang menarik dan tidak
membosankan
d. Dapat menyajikan berbagai kombinasi clipart, picture, warna,
animasi dan suara sehingga membuat siswa lebih tertarik
e. Dapat dipergunakan berulang-ulang
3. Kelemahan
Penggunaan media Powerpoint juga memiliki kelemahan antara lain :
a. Pengadaannya mahal dan tidak semua sekolah dapat memiliki
b. Tidak semua materi dapat disajikan dengan menggunakan
powerpoint
c. Membutuhkan keterampilan khusus untuk menuangkan pesan
atau ide-ide yang baik pada desain program komputer
microsoft Powerpoint sehingga mudah dicerna oleh penerima
pesan
d. Memerlukan persiapan yang matang, bila menggunakan teknik-
teknik penyajian (animasi) yang kompleks.
19
dan keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi,
dan ekonomi.
Menurut Djahiri (Yaba, 2006) menyatakan bahwa IPS adalah
merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan
dari cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah
berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan untuk dijadikan program
pengajaran pada tingkat sekolah.
Dengan demikian, IPS adalah perpaduan dari disiplin ilmu-ilmu
sosial yang merupakan suatu bidang studi utuh yang tidak terpisah-pisah
dalam disiplin ilmu yang ada. Artinya, bahwa bidang studi IPS tidak lagi
mengenal adanya pelajaran geografi, ekonomi, sejarah secara terpisah,
melainkan semua disiplin tersebut diajarkan secara terpadu. dan dapat
dijadikan pembelajaran pada tingkat sekolah.Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah dasar
yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
di dalamnya memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi.
2. Ruang Lingkup
Setiap muatan pelajaran memiliki ruang lingkupnya masing-
masing di semua jenjang pendidikan. Seperti halnya mata pelajaran IPS
yang ada di sekolah dasar. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22
tahun 2006, menyatakan bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPS sekolah
dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Manusia, tempat, dan lingkungan.
b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.
c. Sistem sosial dan budaya.
d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Berdasarkan ruang lingkup IPS di atas, dapat dianalisa bahwa
ruang lingkup IPS terdiri dari 4 aspek yang memiliki keterkaitan atau
keterhubungan antara satu aspek dengan aspek lainnya
20
3. Tujuan Pembelajaran
Depdiknas (2006) menyebutkan tujuan institusional
penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar menurut kurikulum 2006
(KTSP) adalah:
a. Mendidik siswa agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya
berdasarkan Pancasila yang mampu membangun dirinya sendiri serta
ikut bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa.
b. Memberikan bekal kemampuan yang diperlukan siswa untuk
melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
c. Memberikan bekal kemampuan dasar untuk hidup di masyarakat dan
mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan
lingkungannya.
d. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal,
nasional dan global.
Landasan penyusunan kurikulum IPS SD tidak lepas dari
Pendidikan Nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan
berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 yang mengamanatkan upaya
untuk mencerdaskan kehidupan serta agar pemerintah mengusahakan
penyelengaraan satu sistem pengajaran Nasional yang diatur dengan
undang-undang.
21
SD Yayasan IBA memiliki 24 Rombongan Belajar dimana setiap
level terdiri dari 4 rombongan belajar yaitu Kelas A,B,C, D. Sekolah ini
memiliki fasilitas belajar sangat baik dan cukup lengkap.
2. Deskripsi Kelas
Penelitan Tindakan Kelas dilakukan pada kelas III yang terdiri dari
4 rombongan belajar yaitu : III.A, III.B, III.C, III.D. Namun kelas yang
menjadi objek PTK adalah kelas III.A yang memiliki jumlah siswa
sebanyak 25 orang.
Luas ruangan kelas III.A adalah 7600 cm 2, dengan keadaan cukup
nyaman. Fasilitas tambahan yang terdapat dalam kelas infokus dan laptop
inventaris sekolah. Intake siswa di kelas III.A berbeda-beda dari yang
rendah, sedang dan tinggi serta dengan latar belakang yang beragam.
22
BAB III
2. Tempat Penelitian
3. Waktu Penelitian
23
4. Pihak yang Membantu
24
model pembelajaran Cooperative Learning menggunakan media Powerpoint
untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III.A SD IBA Palembang. Dan
perbaikan dilakukan hingga ke siklus I dan Siklus II.
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan yang dilakukan adalah mempersiapkan
beberapa perangkat pembelajaran, seperti Program Semester, Silabus, RPP
dan mempersiapkan alat peraga dan bahan guna menunjang proses belajar
25
IPS dan alat penilaian lembar observasi menggunakan model
CooperativeLearning.
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan
pada tanggal 9 Oktober 2019. Dengan menggunakan instrumen penelitian,
penilai 1 dan penilai 2 melakukan pengamatan terhadap tingkah laku guru
dalam menyampaikan materi melalui model pembelajaran Cooperative
Learning dengan menggunakan media Powerpoint.
Guru memulai pembelajaran dengan kegiatan pendahuluan, dengan
mengkondisikan kelas, memulai kegiatan dengan berdo’a dan memberikan
pertanyaan sebagai apersepsi tentang materi yang dipelajari sebelumnya
berkaitan tentang pengolahan sumber daya alam. Kemudian
gurumenjelaskan kegiatan kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan
oleh siswa pada saat pembelajaran berlangsung serta menyampaikan
tujuan pembelajaran. Sebelum pembelajaran inti dimulai guru memberikan
soal pra tes untuk mengetahui sejauh mana materi yang akan disampaikan
sudah di ketahui siswa.
Pada kegiatan inti, guru melakukan beberapa kegiatan
denganmengajukan pertanyaan “apa yang terjadi jika pohon di dunia ini
habis?”. Kemudian siswa menyebutkan macam-macam masalah yang
timbul jika pohon di dunia sudah habis. Kemudian siswa diminta untuk
membaca wacana yang ada di Buku Siswa terkait apa yang terjadi di
desaSiti. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan guru menampilkan
tayangan slide Powerpoint mengenai dampak pengolahan sumber daya
alam ( khususnya Kayu) yang berhubungan dengan yang terjadi di desa
Siti. Setelah Siswa mengamati tayangan yang di tampilkan di depan kelas
dengan menggunakan Powerpoint.
Langkah selanjutnya guru membagi siswa menjadi kelompok kecil
dengan anggota kelompok yang memiliki tingkat kemampuan berbeda
untuk membahas solusi mengatasi penebangan hutanyang terjadi di desa
26
Siti.Kemudian siswa mendiskusikan informasi yang didapat dari
pengamatan tayangan yang ditampilkan untuk menjawab pertanyaan
dalam lembar kerja secara bersama-sama dan menuliskan hasil diskusi
dilembar kerja yang telah disediakan. Perwakilankelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Dan kelompok yang lain dapat
memberikan pendapatnya.Selanjutkan untuk menutup kegiatan inti guru
memberikan penjelasan tentang jawaban yang tepat dan benar.
Pada kegiatan akhir, guru dan siswa bersama-sama membuat
kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari. Dan dilanjutkan dengan
menjawab pertanyaan secara mandiri di lembar kerja pasca tes sebagai
evaluasi dan penilaian kegiatan pembelajaran. Kemudian guru mengajak
siswa untuk berdoa untuk menutup kegiatan pembelajaran.
c. Tahap Observasi
d. Evaluasi
27
pelaksana tindakan dilakukan melalui pengisian lembar pengamatan oleh
guru pengamat atau supervisor 2.
e. Refleksi
a. Tahap Perencanaan
28
terdapat peningkatan hasil belajar setelah ada perlakuan perbaikan
pembelajaran, namun hanya terdapat 68% sebanyak 17 siswa yang
mendapatkan nilai mencapai atau diatas KKM dari 25 siwa di kelas III.A
pada pasca tes. Laluguru pun membuat rencana perbaikan pembelajaran
siklus II.
Pada tahap perencanaan yang dilakukan adalah mempersiapkan
beberapa perangkat pembelajaran, seperti Program Semester, Silabus, RPP
dan mempersiapkan alat peraga dan bahan guna menunjang proses belajar
IPS dan alat penilaian lembar observasi menggunakan model Cooperative
Learning.
b. Tahap Pelaksanaan
29
selanjutnya guru menampilkan tayangan slide Powerpoint mengenai
pengolahan kayu menjadi kertas dan memberikan penjelasan tentang cara
pembuatan kertasmemerlukan banyak kayu, sehingga penebangan terus
menerus dilakukan untukmemenuhi kebutuhan kertas di dunia.
Pada kegiatan inti ini siswa berdiskusi dalam kelompok tentang
upaya menghemat kertas. Setiapsiswa harus memberikan pendapatnya
masing-masing.Siswa dapat menjawab pertanyaan dalam lembar kerja
secara bersama-sama dan menuliskan hasil diskusi dilembar kerja yang
telah disediakan. Guru memonitor pekerjaan siswa dalam kelompok dan
memberikan motivasi siswa untuk aktif berpartisipasi dalam kelompok.
Selanjutnya perwakilankelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompok, guru juga mengawasi dan mendorong siswa dari kelompok
yang berbeda untuk ikut partisipasi menanggapi, serta dapat
mengemukakan pendapatnya. Untuk menguatkan pemahaman materi guru
mengajak siswa melakukan refleksi kegiatan diskusi kelompok dengan
menjawabpertanyaan yang ada di buku paket.Setelah akhir kegiatan inti,
siswa menjawab pertanyaan secara mandiri di lembar kerja sebagai
evaluasi dan penilaian kegiatan pembelajaran.
Pada kegiatan akhir, guru dan siswa bersama-sama membuat
kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari dan mengajak siswa untuk
berdoa untuk menutup kegiatan pembelajaran.
c. Tahap Observasi
30
d. Evaluasi
e. Refleksi
31
tentang sifat atau atribut pendidikan dimana dalam setiap butir pertanyaan
tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Bila ada
seperangkat tugas atau pertanyaan yang diberikan kepada siswa tetapi tidak
ada jawaban yang benar atau saalah maka itu bukan tes. Berikut ini tabel
yang menggambarkan teknik analisis data.
32
BAB IV
Tabel 4
Tabulasi Hasil Belajar IPS pada Kegiatan Prasiklus
1. 0 – 24 0 0 Tidak Tuntas
2. 25 – 49 2 8% Tidak Tuntas
3. 50 – 74 13 52% Tidak Tuntas
4. 75 – 100 10 40% Tuntas
33
Gambar 3. Grafik Hasil Belajar IPS pada Kegiatan Prasiklus
14
12
10
8
Jumlah Siswa
6
4
2
0
0-24 25-49 50-74 75-100
Dapat dilihat dari grafik diatas hasil belajar yang diperoleh masih
sangat rendah, hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran guru
masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah sehingga kegiatan
belajar mengjar terasa membosankan dan kurang menarik minat serta
keaktifan partisipasi siswa. Dibuktikan dari hasil pasca tes hanya 10 orang
yang mencapai KKM dengan rata-rata kelas 68,6 dari 25 orang. Hal ini
menunjukkan kegiatan pembelajaran belum dapat dikatakan berhasil.
34
kehidupan sehari-hari yang disajikan dalam bentuk lisan, tulis, visual dan
eksplorasi lingkungan, dan Indikatornya 3.1.1 Mengidentifikasi informasi
mengenai dampak pengolahan sumber daya alam dan cara mengatasinya.
Nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya 76,56. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dari kegiatan pembelajaran yang
dicapai sebelumnya atau prasiklus. Namun persentase ketuntasan hanya
68% dan dirasa belum memperoleh hasil yang ingin dicapai. Berikut ini
disajikan tabel hasil evaluasi siswa pada kegiatan siklus I.
Tabel 5
Tabulasi Hasil Belajar IPS Pada Kegiatan Siklus I
1 0 – 24 0 0 Tidak Tuntas
2 25 – 49 0 0% Tidak Tuntas
35
Grafik Hasil Belajar IPS pada Kegiatan Siklus I
18
16
14
12
10
Jumlah Siswa
8
6
4
2
0
0-24 25-49 50-74 75-100
36
peningkatan hasil yang belum maksimal untuk itu perlu adanya tindakan
lanjutan. Tahap berikutnya adalah kegiatan siklus 2 yang di laksanakan pada
tanggal 16 Oktober 2019 dengan model dan media yang sama pada siklus I
namun lebih ditingkatkan ditekankan lagi pada aktivitas guru dalam
memotivasi dan memfasilitasi jalannya diskusi lebih aktif dan dinamis.
Kegiatan siklus 2 dilaksanakan pada mata pelajaran IPS dengan
Kompetensi Dasar (KD) pada materi ini adalah 3.1 Menggali Informasi
tentang konsep perubahan wujud benda dalam kehidupan sehari-hari yang
disajikan dalam bentuk lisan, tulisan, visual dan eksplorasi lingkungan
dengan indikator 3.1.1 Mengidentifikasi informasi mengenai pengolahan
sumber daya alam (kayu) menjadi kertas dan 3.1.2 Mengidentifikasi benda-
benda yang berbahan dasar dari kertas. Dari hasil evaluasi atau post tes
menunjukkan hasil belajar siswa telah tercapai. Nilai rata-rata yang
diperoleh siswa yaitu 80,8 dengan persentase ketuntasan sebesar 88%. Hal
ini menunjukkan bahwa pencapaian hasil belajar siswa seseuai dengan
target yang diharapkan. Berikut ini disajikan tabel hasil evaluasi siswa pada
kegiatan siklus II.
Tabel 6
Tabulasi Hasil Belajar IPS Pada Kegiatan Siklus II
37
Gambar 5.
Grafik Hasil Belajar Bahasa Indonesia pada Kegiatan Siklus II
25
20
15
Jumlah Siswa
10
0
0-24 25-49 50-74 75-100
38
3 Siklus II 88% 12%
Gambar 6.
Ketuntasan Siswa pada Tahap Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
90%
80%
70%
60%
50% Tidak Tuntas
40% Tuntas
30%
20%
10%
0%
Prasiklus Siklus I Siklus II
Dari hasil analisis data didapatkan bahwa dari 25 siswa yang telah
mengikuti post tes pada kegiatan prasiklus, siklus I, dan siklus II telah
39
mengalami peningkatan persentase ketuntasan siswa dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa dengan
penerapan model pembelajaran Cooperative Learning menggunakan media
Powerpoint dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III.A SD IBA
Palembang.
40
Guru melaksanakan tindakan perbaikan pada siklus I tanggal 9
Oktober 2019 dengan menerapkanmodel cooperative learning menggunakan
media powerpoint.
Hasil yang diperoleh setelah proses perbaikan pembelajaran
selesai, didapatkan hasil belajar siswa dengan ketuntasan sebesar 68% atau
17 siswa, sedangkan 32% atau 8 siswa lainnya belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 75, dan terdapat 40% siswa yang masih
mendapat nilai di bawah KKM ≤ 75. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah
76,5. Dari hasil siklus I diketahui bahwa hasil belajar mengalami
peningkatan dari rata-rata nilai 68,8 menjadi 76,5. Hal ini dikarenakan
adanya penerapan model cooperative learning menggunakan media
powerpointdalam proses pembelajaran. Namun dalam pelaksnaannya
model Cooperative Learning ini juga terdapat kelemahan yaitu bilamana
terjadi persaingan yang negatif baik antar individu dalam kelompok
maupun antar kelompok dalam kelas atau kelompok besar, maka hasilnya
akan lebih buruk. Dan terkadang terdapat anak yang pemalas atau anak
yang ingin berkuasa (dominan) dalam kelompok besar, kemungkinan akan
mempengaruhi kelompoknya, sehingga usaha kelompok tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. (Imansjah Alipandie:1984). Untuk itu
guru perlu menjadi motivator dan fasilitator yang baik dalam memandu
jalannya diskusi yang sehat. Namun pada saat pelaksanaan kegiatan siklus
I, guru belum maksimal berperan dalam memotivasi siswa yang tidak aktif
dan memfasilitasi jalannya diskusi.
Hal tersebut, menyebabkan hasil belajar belum mencapai target
yang diinginkan, oleh karena itu peneliti melakukan diskusi dengan
pengamat untuk mengadakan tindakan perbaikan lagi pada siklus II
dengan meningkatkan peran guru dalam memotivasi partisipasi siswa
dalam kelompok yang akan dilaksanakan kegiatan siklus II.
41
Pelaksanaan kegiatan siklus 2 dilaksanakan dengan tahapan yang
hampir sama dengan siklus I, dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 16
Oktober 2019 dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative
learning menggunakan media powerpointpada mata pelajaran IPS materi
pengolahan kayu menjadi kertas di kelas III.A SD IBA Palembang.
Dalam proses pembelajaran pada siklus 2, guru pelaksana tindakan
di awal pembelajaran guru mengkondisikan kelas, seperti langkah-langkah
kegiatan pada siklus I yaitu pendahuluan, membagi kelompok,
menyangkan slide Powerpoint, memandu jalannya diskusi dengan lebih
aktif memovitasi partisipasi siswa dalam kelopok dan memonitoring
jalannya diskusi yang baik agar tidak terdapat ketimpangan partisipasi dari
dominan dari beberapa siswa saja, kemudian mengevaluasi dan refleksi
proses pembelajaran.
42
Berdasarkan tingkatan persentase di atas maka keberhasilan siswa
dalam mencapai ketuntasan belajar dalam kategori Optimal atau Baik Sekali
serta tercapainya tujuan pembelajaran dan perbaikan pada siklus 2 ini
dengan besarnya nilai persentase 88%. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa dengan menerapkanmodel pembelajaran Cooperative Learning
dengan menggunakan media Powerpoint pada proses pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
BAB V
A. Simpulan
43
mencapai KKM, dengan nilai rata-rata yang diperoleh 80,8. Dengan demikian
Pembelajaran melalui model pembelajaran Cooperative Learning dengan
menggunakan media Powerpoint pada mata pelajaran IPS berhasil meningkatkan
hasil belajar siswa kelas III di SD IBA Palembang.
1. Bagi Guru
a. Sebelum melaksanakan pembelajaran, sebaiknya guru menyusun rencan
pelaksanaan pembelajaran dengan baik dan tepat sasaran.
b. Pada mata pelajaran IPS yang biasanya cenderung ke arah pembahasan
teori, sebaiknya guru tidak hanya mengunakan metode ceramah.
c. Guru sebaiknya lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi
dengan menggunakan model, metode dan media yang menarik minat
siswa, salah satunya Model Cooperative Learning dengan menggunakan
media Powerpoint.
d. Guru hendaknya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
2. Bagi Siswa
a. Sebaiknya siswa lebih memperhatikan guru selama aktivitas kegiatan
pembelajaran berlangsung
b. Siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
a. Hendaknya sekolah dapat menyediakan fasilitas yang lebih memadai
untuk menunjang proses pembelajaran
44
b. Dapat dijadikan referensi bagi sekolah dalam mengembangkan dan
meningkatkan mutu dalm proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Astuti, Arini Esti, dkk. (2009). Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial. Salatiga: Widya
Sari Press.
45
Lie, Anita. (2014). Mempraktekkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang
Kelas. Jakarta: Grassindo.
Pribadi, Benny. (2017). Media & Teknologi dalam Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Smaldino, Sharon. (2012). Instructional Technology & Media For Learning. Jakarta:
Kencana.
Sudjana, Nana. (2013). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
46
47