Anda di halaman 1dari 47

IPS

LAPORAN

PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL

JUDUL
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL
COOPERATIVE LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA
POWERPOINT PADA MATA PELAJARAN IPS DI SD IBA
PALEMBANG

DISUSUN OLEH :
NAMA : FIDYA JUNISYA
NIM : 856689757
KELAS :J
PROGRAM STUDI : S1 BI (BIDANG ILMU)
MASA REGISTRASI : 2019.2

S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


POKJAR ILIR TIMUR II
UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ PALEMBANG
2019.2

1
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL
COOPERATIVE LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA POWERPOINT
DI SD IBA PALEMBANG

FIDYA JUNISYA
KELAS J
NIM 856689757
SI PGSD / BIDANG ILMU
fidyajunisya677@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan untuk memperbaiki proses


pembelajaran yang belum optimal, sehingga berakibat rendahnya hasil belajar
siswa dalam pembelajaran IPS kelas III di SD IBA Palembang. Hal inilah yang
melatar belakangi peneliti untuk melakukan penelitian melalui model Cooperative
Learning menggunakan media Powerpoimt. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial kelas III di SD IBA
Palembang. Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dalam beberapa siklus, setiap
siklus terdiri dari : perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi.
Sebelum melakukan tindakan perbaikan terlebih dahulu dilakukan pembelajaran
Prasiklus, kemudian perbaikan pembelajaran dilakukan dalam 2 siklus. Melalui
model Cooperative Learning menggunakan media Powerpoimt “penelitian
tindakan kelas” terhadap 25 orang siswa kelas III yang dijadikan objek penelitian,
ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III dalam pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di SD IBA Palembang. Hal ini tampak adanya peningkatan
rata-rata nilai dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Pada kegiatan prasiklus siswa
yang lulus KKM hanya berjumlah 10 siswa atau 40% dari 25 siswa. Pada kegiatan
siklus I siswa yang mencapai atau diatas KKM berjumlah 17 siswa atau 68% dari
25 siswa. Pada kegiatan siklus II siswa yang mencapai atau diatas KKM
berjumlah 22 siswa atau 88% dari 25 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa melalui
model Cooperative Learning menggunakan media Powerpoimt dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas III dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial di SD IBA Palembang.

Kata Kunci : Penelitian Tindakan Kelas, Cooperative Learning, Media


Powerpoint, Hasil belajar.

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa,


untuk itu upaya pembaharuan pendidikan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan harus dilakukan secara inovatif, seperti yang telah diamanatkan
dalam Undang-undang tentang tujuan pendidikan nasional yaitu
meningkatkan mutu pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Dimana keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya adalah : faktor lingkungan guru, proses pembelajaran, materi,
kurikulum dan lain-lain.
Berdasarkan UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003,
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan belajar. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai
kurikulum yang diharapkan akan memberikan kompetensi sesuai dengan
tingkat pendidikan yang akan dicapai. Menurut Permendiknas No 22 tahun
2006 tentang Standar Isi, prinsip pelaksanaan kurikulum di setiap satuan
pendidikan menegakkan lima pilar belajar, yaitu: (1) Belajar untuk beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2) Belajar untuk memahami
dan menghayati; (3) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara
efektif; (4) Bealajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain; dan
(5) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar diharapkan dapat
mengembangkan berbagai pengetahuan, misalnya metode, media, strategi

3
pembelajaran dan pengetahuan yang berkaitan untuk dapat menunjang proses
pembelajaran itu, misalnya pada mata pelajaran IPS.
IPS adalah salah satu mata pelajaran di tingkat sekolah dasar pada
hakikatnya merupakan suatu integrasi utuh dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan
disiplin ilmu lain yang relevan sebagai tujuan pendidikan (Khoir 2012). Mata
pelajaran IPS berperan untuk merealisasikan ilmu-ilmu yang bersifat teoritik
ke dalam dunia kehidupan nyata di masyarakat. Upaya untuk meningkatkan
hasil belajar IPS, diharapkan siswa mempunyai kemampuan yang lebih untuk
berfikir kritis, kreatif, dan inovatif yang sangat baik bagi pengembangan diri,
intelektual, dan sosialnya.
Pembelajaran IPS di SD biasanya cenderung ke arah pembahasan teori
bersifat khusus (tematik teoritik) dan berdasarkan materi yang ada di dalam
buku (text book oriented) sehingga terkesan bahwa bidang ini terdiri dari
materi hafalan saja. Dari hasil pengamatan yang dilakukan dalam kegiatan
prasiklus pada materi pembelajaran pengolahan sumber daya alam khususnya
pengolahan kayu sebagai bahan baku benda-benda disekitar kita, guru
menyampaikan materi secara konvensional yaitu dengan metode ceramah dan
teksbook atau membaca wacana teks dalam buku tanpa adanya variasi.
Sehingga siswa hanya memperoleh tingkat pemahaman yang rendah karena
siswa hanya tahu bahwa tugasnya adalah mengenal fakta, serta diharuskan
untuk menerima dan menghafal seluruh materi, sehingga hasil belajar yang
diperoleh kurang memuaskan.
Untuk itu pemerintah banyak melakukan usaha perbaikan melalui
kurikulum yang lebih memberdayakan anak. Dimana dalam kurikulum
tersebut guru diharapkan untuk dapat memilih metode, strategi atau
pendekatan pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
(Nurhadi, 2004).
Berdasarkan data hasil belajar siswa di kelas III SD IBA Palembang,
pada mata pelajaran IPS khususnya materi pengolahan sumber daya alam
menunjukkan hasil belajar yang masih tergolong rendah, yang ditandai
dengan banyaknya siswa yang belum mencapai KKM yang telah ditetapkan

4
yaitu 75. Dari hasil pembelajaran IPS pada semester ganjil di Tema 3 terdapat
10 siswa (40%) dari 25 siswa yang mencapai KKM, sedangkan 15 siswa
(60%) belum mencapai KKM dengan nilai rata-rata yang diperoleh 68,6.
Guna mengatasi permasalahan tersebut maka peneliti akan mencoba
menggunakan metode yang dapat diterima dan mudah dipahami siswa kelas
III SD IBA Palembang. Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) peneliti
akan melakukan penelitian guna meningkatkan hasil belajar siswa kelas III di
SD IBA Palembang pada mata pelajaran IPS dengan model cooperative
learning menggunakan media powerpoint.
Model cooperative learning ini sangat memotivasi siswa untuk aktif
mengikuti kegiatan pembelajaran IPS karena siswa akan lebih mudah untuk
memahami materi. Model cooperative learning merupakan suatu strategi
mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja
dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua
orang atau lebih. Model ini berbasis pada teori belajar kognitif dan teori
belajar sosial.
Sedangkan Microsoft PowerPoint merupakan sebuah software yang
berbasis multimedia (Daryanto, 2013). Melalui media powerpoint, panca
indera siswa dapat diakomodasi sehingga kadar hasil belajar akan meningkat.
PowerPoint itu sendiri terdiri dari berbagai unsur media seperti teks, gambar,
animasi, dan video (Asyhad, 2013).
Berdasarkan hal itulah model pembelajaran cooperative learning
menggunakan media powerpoint diasumsikan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran IPS di kelas III SD IBA Palembang. Sehingga peneliti
menentukan judul yaitu “Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran IPS melalui Model Cooperative Learning menggunakan Media
PowerPoint di SD IBA Palembang ”

1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kegiatan
prasiklus, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :

5
a. Guru masih menggunakan metode ceramah karena pembelajaran IPS
di SD biasanya cenderung ke arah pembahasan teori.
b. Guru membuat siswa harus menghafal seluruh materi, sehingga tingkat
pemahaman siswa menjadi rendah dan tidak dapat mengembangkan
kemampuan yang mereka kuasai.
c. Guru kurang mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran
d. Suasana yang tidak aktif dan membosankan.

2. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas dari proses pembelajaran yang
dilaksanakan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil
belajar siswa, antara lain :
a. Guru masihmenggunakan metode konvensional yaitu ceramah dan teks
book menyebabkan proses pembelajaran kurang menarik. hal ini
mengharuskan guru untuk mengubah pola mengajar dengan memilih
model dan metode lain yang lebih menarik sehingga siswa tidak akan
jenuh disaat proses belajar berlangsung.
b. Pembelajaran IPS di SD biasanya cenderung ke arah pembahasan teori
bersifat khusus (tematik teoritik) dan berdasarkan materi yang ada di
dalam buku (text book oriented) sehingga terkesan bahwa bidang ini terdiri
dari materi hafalan saja. Siswa diharuskan untuk menerima dan menghafal
seluruh materi, sehingga tingkat pemahaman siswa menjadi rendah dan
tidak dapat mengembangkan kemampuan yang mereka kuasai.
c. Guru kurang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
d. Guru mengharuskan siswa hanya mendengar dan menghafal sehingga
suasana belajar tidak aktif dan membosankan.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Dari masalah di atas, peneliti mencoba mengatasi permasalahan
tersebut dengan model pembelajaran Cooperative Learning menggunakan
media Powerpoint dalam proses pembelajaran untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran yang diukur dari hasil belajar siswa pada

6
mata pelajaran IPS. Sehingga proses pembelajaran lebih menarik dan
memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya.
Model pembelajaran Cooperative Learning menggunakan media
Powerpoint diharapkan dapat menjadi solusi mengatasi kejenuhan, kebosanan
dan ketidak aktifan siswa pada proses pembelajaran yang menggunakan
metode konvensional atau ceramah pada mata pelajaran IPS. Melalui
pembelajaran ini diharapkan dapat mengeksplor kemampuan siswa dalam
berinteraksi dan menyampaikan pendapatnya, sehingga materi yang diajarkan
dapat di pahami dan melekat dalam ingatannya.
Dalam penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian perbaikan pembelajaran dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran IPS melalui Model Cooperative Learning
menggunakan Media PowerPoint di SD IBA Palembang”.

B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang di atas, maka rumusan masalahdalam
penelitian ini adalah : “Apakah melalui model Cooperative Learning
menggunakan Media PowerPoint dapat mningkatkan hasil belajarIPS pada
siswa kelas III SD IBA Palembang?”

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas III SD IBA Palembang
melalui model Cooperative Learning menggunakan Media PowerPoint.

D. Manfaat Hasil Penelitian


Apabila Tujuan Penelitian ini tercapai, maka dari Penelitian Tindakan
Kelas ini diharapkan akan bermanfaat bagi :
1. Bagi Siswa
a. Menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam pelajaran IPS
b. Mewujudkan pengalaman belajar yang aktif dan komunikatif

7
c. Untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran yang
berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.

2. Bagi Guru
a. Dapat meningkatkan kemampuan dalam menyampaikan materi yang
diajarkan.
b. Untuk menambah keterampilan dan wawasan dalam mengembangkan
kreatifitas dalam proses pembelajaran.
c. Dapat membantu guru memperoleh pengalaman dalam penerapan
model Cooperative Learning menggunakan media Powerpoint.

3. Bagi Sekolah
a. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran IPS.
b. Untuk membantu pencapaian Visi dan Misi sekolah.
c. Membantu perkembangan sekolah dalam meningkatkan citra sekolah
sebagai sekolah yang bermutu.

8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


1. Definisi Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan
sebagai upaya guru untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu
pembelajaran di kelasdalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan. Hal
ini dikarenakan guru bertanggung jawab dan dituntut berperan aktif untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui
penelitian tindakan kelas dalam proses pembelajaran yang dikelolanya.
Penelitian Tindakan Kelas dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
penelitian dengan mengamati kegiatan belajar yang diberikan tindakan,
secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan
memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas
tersebut. Definisi kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang
kelas tetapi merupakan sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama juga.
Penelitian Tindakan Kelas di definisikan oleh Suyanto (1997)
sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan-tindakan tertentu, untuk memperbaiki dan atau meningkatkan
praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Oleh
karena itu, PTK berhubungan erat dengan praktek pembelajaran sehari-
hari yang dialami guru.

2. Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas


Menurut Arikunto (2005) Penelitian Tindakan Kelas memiliki ciri-
ciri, sebagai berikut :

9
a. Merupakan kegiatan nyata dalam meningkatkan proses belajar
mengajar.
b. Merupakan tindakan perbaikan oleh guru kepada siswa.
c. Tindakan harus berbeda dari kegiatan pembelajaran biasanya.
d. Terjadi dalam beberapa siklus yang berkesinambungan ; Minamal dua
siklus
e. Terdapat pedoman yang jelas secara tertulis, bagi siswa dapat
mengikuti tahap demi tahap.
f. Ada unjuk kerja siswa sesuai pedoman tertulis dari guru.
g. Ada penelitian atau penelusuran terhadap proses dengan pedoman
pengamatan.
h. Ada Evaluasi terhadap hasil proses dengan instrumen yang relevan.
i. Keberhasilan tindakan dilakukan dalam bentuk refleksi dan
melibatkan siswa yang dikenai tindakan.
j. Hasil refleksi pembelaran hari ini harus terlihat dalam terlihat dalam
perencanaan siklus berikutnya.

3. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas


Tujuan PTK adalah memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan
masalah pembelajaran di sekolah (Muslich, 2000). Menurut Suyanto
(1997), tujuan PTK adalah meningkatkan dan atau memperbaiki praktik
pembelajaran di sekolah, meningkatkan relevansi pendidikan,
meningkatkan mutu pendidikan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan
(Basrowi & Suwandi, 2008).
Kunandar (2008), dalam bukunya “Langkah Mudah Penelitian
Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru”, menyatakan
bahwa tujuan dari PTK adalah sebagai berikut:

10
a. Untuk memecahkan permasalahan yang nyata terjadi di dalam kelas
sehingga dapat dipahami langsung dalam interaksi antara guru dengan
siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru serta
menumbuhkan budaya akademik dikalanngan guru.
b. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran dikelas secara terus-
menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat.
c. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini mulai dicapai melalui
peningkatan proses pembelajaran.
d. Sebagai alat training in service, yang memperlengkapi guru dengan
skill dan metode baru,mempertajamkekuatan analitisnya dan
mempertinggi kesadaran dirinya.
e. Sebagai alat untuk lebih inovatif terhadap pembelajaran.
f. Peningkatan mutu hasilpendidikan melalui perbaikan praktik
pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis
keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
g. Meningkatkan sifat profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
h. Menumbuh kembangkan budaya akademik dilingkungan akademik.
i. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan dan
perbaikan prosespembelajaran disamping untuk meningkatkan
relevansi dan mutu hasil pendidikan juga untuk meningkatkan
efisiensi pemanfaatan sumber-sumber daya yang terintegrasi di
dalamnya

4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas


a. Bagi Siswa
1) Dapat meningkatkan atau perbaikan kinerja dan aktivitas siswa di
sekolah.
2) Dapat meningkatkan atau perbaikan masalah-masalah pendidikan anak
di sekolah.
3) Dapat mengembangkan kompetensi siswa disekolah.

11
4) Dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehingga hasil
belajar siswa dapat meningkat.
5) Dapat memberikan bekal kecakapan berfikir ilmiah melalui keterlibatan
siswa dalam kegiatan PTK yang dilakukan oleh guru.

b. Bagi Guru
1) Dapat meningkatkan profesionalisme guru.
2) Dapat membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran dalam kelas.
3) Dapat meningkatkan rasa percaya diri guru.
4) Dapat memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan
dan keterampilannya.
5) Dapat mengembangkan hubungan-hubungan personal dan sosial antar
guru.

c. Bagi Sekolah
1) Sebagai inovasi pembelajaran di sekolah.
2) Dapat mengembangkan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas.
3) Dapat memberikan nilai tambah (Value Added) yang positif bagi
sekolah.
4) Menjadi alat evaluator dari program dan kebijakan pengelolaan
sekolah yang sudah berjalan.
5) Dapat meningkatkan mutu (isi dan hasil) pendidikan di sekolah.

5. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas


Langkah langkah PTK secara keseluruhan terdapat empat langkah
dalam satu siklus pembelajaran yang harus terpenuhi antara lain sebagai
berikut :
a. Menyusun Rancangan Tindakan (perencanaan)
Pada tahap ini peneliti menyusun rancangan berkaitan tentang apa,
mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana penelitian tindakan
kelas akan dilakukan.

12
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini rancangan penelitian diimplementasikan atau dilaksanakan
sesuai dengan rancangan yang telah direncanakan tanpa memberikan
perlakuan khusus dari biasanya agar memperoleh informasi yang akurat.
c. Pengamatan
Pada tahap pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
pembelajaran, dan ada dua guru yang bertindak sebagai pengamat untuk
membantu mengamati kejadian-kejadian selama pembelajaran
berlangsung.
d. Refleksi atau pantulan
Kegiatan refleksi merupakan kegiatan mengevaluasi kembali jalannya
pelaksanaan pembelajaran dengan jalan mengingat kejadian yang terjadi
selama proses pembelajaran. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan setelah
proses pembelajaran selesai dilaksanakan.

Keempat tahap tersebut merupakan satu siklus kegiatan, apabila


telah ditemukan keberhasilan dan hambatan maka peneliti akan merancang
kembali perencanaan pada siklus berikutnya berulang hingga telah
mencapai tujuan yaitu ketuntasan pembelajaran.

B. Hasil Belajar

1. Definisi
“Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan
lingkungannya” (Ali, 2004). Perubahan perilaku dalam proses belajar
terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Belajar dikatakan berhasil
apabila terdapat perubahan dalam diri invidu searah yang positif.
Belajar dan mengajar merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak
dapat dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang dilakukan seseorang
sebagai subjek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang
dilakukan seorang guru untuk menyampaikan materi sebagai pengajar.

13
Konsep belajar dan mengajar yang dilakukan siswa dan guru
terpadu dalam satu kegiatan atau proses untuk mencapai tujuan yang dapat
dilihat dari hasil evaluasi atau hasil belajar yang telah dicapai.
Kemampauan siswa dalam belajar dan kemampuan guru dalam mengajar
dapat pula di nilai dari hasil belajar. Oleh karena itu hasil belajar yang
dimaksudkan adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima perlakuan dari pengajar (guru).
Menurut Sudjana (2004), hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan
menurut Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil
belajar mengajar yaitu : (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan
dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi dua faktor yaitu


fasktor dari dalam dan faktor dari luar, (Sudjana : 2004). Faktor dari dalam
adalah faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri yaitu perubahan
kemampuan yang dimilikinya sedangkan faktor dari luar adalah
lingkungan yang berupa kualitas pembelajarannya.

Dengan demikian Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan


siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran berkenaan dengan
kemampuan dasar guru baik dibidang kognitif (intelektual), bidang sikap
(afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). Artinya, hasil belajar adalah
sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa karena adanya usaha atau
pikiran yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan,pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga
nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

14
C. Model Pembelajaran Cooperative Learning

1. Definisi
Model Pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
menggambarkan tentang prosedur yang sistematis dalam
menggorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu. Fungsi model pembelajaran yaitu sebagai pedoman bagi
perancang pembelajaran dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran. Model pembelajaran memiliki ciri-ciri khusus antara lain :
(1) bersifat Rasional Toeritik, (2) Memiliki landasan pemikiran atau tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, (3) menunjukkan tingkah laku
pembelajaran yang diperlukan, dan (4) Menciptakan Lingkungan belajar
yang diperlukan.
Ada beberapa jenis model pembelajaran yang dapat dilakukan dan
dikembangkan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan belajar. Salah satu model pembelajaran adalah jenis
model pembelajaran CooperativeLearning yaitu model pembelajaran yang
membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya
memiliki tingkat kemampuan berbeda sehingga setiap anggota dapat saling
bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu materi pembelajaran.

2. Langkah-langkah
Langkah-langkah dalam pembelajaran CooperativeLearning adalah :
a. Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa untuk belajar.
b. Guru menyampaikan informasi dengan cara mendemonstrasikan atau
memberikan bahan materi yang diajarkan.
c. Guru membentuk kelompok belajar dan membantu
mengkomunikasikan, setiap kelompok melakukan transisi
d. Guru membimbing setiap kelompok belajar pada saat mengerjakan
tugas

15
e. Guru mengevaluasi hasil belajar siswa dengan memberikan
kesempatan kepada kelompok belajar untuk mempresentasikan hasil
kerja atau diskusi setiap kelompok
f. Guru memberikan pengahargaan atau reward sebagai penghargaan
kepada hasil kerja individu dan kelompok.

3. Kelebihan
Model pembelajaran Cooperative Learning memiliki kelebihan
antara lain :
a. Dapat meningkatkan kualitas kepribadian anak-anak dalam hal
kerjasama, saling menghargai pendapat orang lain, toleransi, berfikir
kritis, disiplin dan sebagainya.
b. Menumbuhkan semangat persaingan yang positif dan konstruktif,
karena dalam kelompoknya, masing-masing anak akan lebih giat dan
sungguh-sungguh bekerja.
c. Menanamkan rasa persatuan dan solidaritas yang tinggi, sebab anak
yang pandai dalam kelompoknya akan membantu temannya yang
memiliki  kemampuan kurang dari dia demi nama baik kelompoknya.

4. Kelemahan
Dalam pelaksanaannya model Cooperative Learning ini juga
terdapat kelemahan antara lain :
a. Metode ini memerlukan persiapan-persiapan yang agak rumit bila
dibandingkan dengan metode-metode yang lain.
b. Bilamana terjadi persaingan yang negatif baik antar individu dalam
kelompok maupun antar kelompok dalam kelas atau kelompok besar,
maka hasilnya akan lebih buruk.
c. Bila terdapat anak yang pemalas atau anak yang ingin berkuasa dalam
kelompok besar, kemungkinan akan mempengaruhi kelompoknya,
sehingga usaha kelompok tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
(Alipandie:1984)

16
D. Media Pembelajaran Powerpoint
1. Definisi
Dalam kegiatan pembelajaran, salah satu penunjang keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran adalah media pembelajaran.Kata media
berasal dari bahasa Latin yang merupakan jamak dari kata “medium” yang
secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
Media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang 
dapat  berupa  orang atau benda) kepada penerima pesan. Sedangkan
Media pembelajaran merupakan segala komponen dalam lingkungan
belajar siswa yang dipergunakan oleh pengajar agar pembelajaran
berlangsung lebih efektif.  Sehingga pesan atau informasi dapat berupa
pengetahuan, keahlian, ide, pengalaman  dan sebagainya pada saat proses
penyampaian informasi dari guru ke peserta didik dapat berjalan lancar.
Menurut pendapat dari Sudjana (2010) media pembelajaran
digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu:
a. Media Audio
Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke
penerima pesan. Contoh media audio antara lain: radio, piringan
audio, pita audio, tape recorder, phonograph, telepon, laboratorium
bahasa.
b. Media Visual
Media visual terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Media visual diam, contohnya : foto,  ilustrasi,  flash  card,
gambar  pilihan dan potongan gambar, film bingkai, film rangkai,
transparansi, proyektor, grafik, bagan, diagram, poster, gambar
kartun, peta dan globe.
2) Media visual gerak, meliputi : gambar  proyeksi bergerak seperti
film bisu dan sebagainya

17
c. Media Audiu Visual
Media Audio Visual, di bedakan menjadi media audio visual diam dan
media audio visual gerak. Media audio visual diam meliputi slow scan
TV, time shared TV, TV diam, film rangkai bersuara, film bingkai
bersuara. Sedangkan media audio visual gerak terdiri atas film
bersuara, pita video, film TV, televisi, holograf.
d. Lingkungan sebagai Media
Lingkungan merupakan media dan sumber belajar yang dapat
dipergunakan untuk memperkaya bahan dan kegiatan belajar siswa di
sekolah.
Hamalik (2008) menyebutkan bahwa jenis teknologi yang digunakan
dalam pengajaran terdiri dari media audiovisual (film, filmstrip, televisi,
dan kaset video) dan komputer. Media komputer adalah salah satu media
interaktif yang memiliki peran utama untuk memproses informasi secara
cermat, cepat dan dengan hasil yang akurat. Sebagai sebuah media
pembelajaran komputer dapat membangkitkan minat dan perhatian siswa
terhadap mata pelajaran tertentu. Selain itu, komputer sendiri dapat
berfungsi sebagai salah satu sumber informasi, dengan demikian dapat
menjadi sumber belajar bagi seorang siswa beberapa bagian utama dalam
pembelajaran yang menggunakan media komputer.
Salah satu media pembelajaran Audio Visual yang dapat dimanfaatkan
dalam proses kegiatan pembelajaran adalah media Powerpoint. Yang
merupakan alat bantu presentasi, biasanya digunakan untuk menjelaskan
suatu hal yang dirangkum dan dikemas dalam slide Powerpoint. Sehingga
pembaca dapat lebih mudah memahami penjelasan yang ingin
disampaikan melalui visualisaasi yang terangkum di dalam slide. Dengan
media ini diharapkan semua materi yang ingin disampaikan oleh guru bisa
dipahami oleh siswa dengan baik. Powerpoint merupakan salah satu fitur
menyediakan kemampuan untuk membuat presentasi yang meliputi musik
yang memainkan seluruh presentasi atau efek suara untuk slide tertentu.

18
2. Kelebihan Microsoft Powerpoint
Keunggulan Powerpoint yaitu salah satu fitur menyediakan
kemampuan untuk membuat presentasi yang meliputi musik yang
memainkan seluruh presentasi atau efek suara untuk slide tertentu.
kelebihan yang lain dari Powerpointadalah sebagai berikut :
a. Praktis, dapat dipergunakan untuk semua ukuran kelas
b. Memberikan kemungkinan tatap muka dan mengamati respons siswa
c. Memiliki variasi teknik penyajian yang menarik dan tidak
membosankan
d. Dapat menyajikan berbagai kombinasi clipart, picture, warna,
animasi dan suara sehingga membuat siswa lebih tertarik
e. Dapat dipergunakan berulang-ulang

3. Kelemahan
Penggunaan media Powerpoint juga memiliki kelemahan antara lain :
a. Pengadaannya mahal dan tidak semua sekolah dapat memiliki
b. Tidak semua  materi  dapat  disajikan  dengan  menggunakan
powerpoint
c. Membutuhkan keterampilan  khusus  untuk  menuangkan  pesan
atau  ide-ide  yang  baik  pada  desain  program  komputer
microsoft  Powerpoint  sehingga  mudah  dicerna  oleh  penerima
pesan
d. Memerlukan persiapan yang matang, bila menggunakan teknik-
teknik penyajian (animasi) yang kompleks.

E. Karakteristik Pembelajaran Pendidikan IPS


1. Definisi
Menurut Puskur (Kasim, 2008) Ilmu Pengetahuan Sosial adalah
suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan,
adaptasi, seleksi dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep

19
dan keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi,
dan ekonomi.
Menurut Djahiri (Yaba, 2006) menyatakan bahwa IPS adalah
merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan
dari cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah
berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan untuk dijadikan program
pengajaran pada tingkat sekolah.
Dengan demikian, IPS adalah perpaduan dari disiplin ilmu-ilmu
sosial yang merupakan suatu bidang studi utuh yang tidak terpisah-pisah
dalam disiplin ilmu yang ada. Artinya, bahwa bidang studi IPS tidak lagi
mengenal adanya pelajaran geografi, ekonomi, sejarah secara terpisah,
melainkan semua disiplin tersebut diajarkan secara terpadu. dan dapat
dijadikan pembelajaran pada tingkat sekolah.Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah dasar
yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
di dalamnya memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi.

2. Ruang Lingkup
Setiap muatan pelajaran memiliki ruang lingkupnya masing-
masing di semua jenjang pendidikan. Seperti halnya mata pelajaran IPS
yang ada di sekolah dasar. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22
tahun 2006, menyatakan bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPS sekolah
dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Manusia, tempat, dan lingkungan.
b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.
c. Sistem sosial dan budaya.
d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Berdasarkan ruang lingkup IPS di atas, dapat dianalisa bahwa
ruang lingkup IPS terdiri dari 4 aspek yang memiliki keterkaitan atau
keterhubungan antara satu aspek dengan aspek lainnya

20
3. Tujuan Pembelajaran
Depdiknas (2006) menyebutkan tujuan institusional
penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar menurut kurikulum 2006
(KTSP) adalah:
a. Mendidik siswa agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya
berdasarkan Pancasila yang mampu membangun dirinya sendiri serta
ikut bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa.
b. Memberikan bekal kemampuan yang diperlukan siswa untuk
melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
c. Memberikan bekal kemampuan dasar untuk hidup di masyarakat dan
mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan
lingkungannya.
d. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal,
nasional dan global.
Landasan penyusunan kurikulum IPS SD tidak lepas dari
Pendidikan Nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan
berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 yang mengamanatkan upaya
untuk mencerdaskan kehidupan serta agar pemerintah mengusahakan
penyelengaraan satu sistem pengajaran Nasional yang diatur dengan
undang-undang.

F. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Tindakan Kelas


1. Deskripsi Lokasi
Lokasi Penelitian Tindakan Kelas adalah Sekolah dasar Yayasan
IBA Palembang. Sekolah ini terletak di Kota Palembang,tepatnya di Jl.
Mayor Ruslan Kelurahan 9 Ilir, Kecamatan Ilir Timur III Palembang.
Sekolah ini merupakan salah satu sekolah swasta yang terletak
ditengah kota dan terakreditasi A. SD Yayasan IBA merupakan sekolah
Adiwiyata yang memiliki kondisi lingkungan yang cukup luas dan asri.

21
SD Yayasan IBA memiliki 24 Rombongan Belajar dimana setiap
level terdiri dari 4 rombongan belajar yaitu Kelas A,B,C, D. Sekolah ini
memiliki fasilitas belajar sangat baik dan cukup lengkap.

Gambar 1. Penampakan Gedung SD IBA Palembang dari depan

2. Deskripsi Kelas
Penelitan Tindakan Kelas dilakukan pada kelas III yang terdiri dari
4 rombongan belajar yaitu : III.A, III.B, III.C, III.D. Namun kelas yang
menjadi objek PTK adalah kelas III.A yang memiliki jumlah siswa
sebanyak 25 orang.
Luas ruangan kelas III.A adalah 7600 cm 2, dengan keadaan cukup
nyaman. Fasilitas tambahan yang terdapat dalam kelas infokus dan laptop
inventaris sekolah. Intake siswa di kelas III.A berbeda-beda dari yang
rendah, sedang dan tinggi serta dengan latar belakang yang beragam.

22
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian dan Pihak yang Membantu


1. Subjek Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di kelas III SD IBA Palembang


yang memiliki 4 rombongan belajar yaitu III.A, III.B, III.C, III.D. PTK ini
dilakukan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan kelas yang
diteliti adalah kelas III.A yang berjumlah 25 orang, dengan rincian 14 orang
laki-laki dan 11 orang perempuan yang memiliki intake dan latar belakang
lingkungan, status sosial ekomoni yang beraagam.

2. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD IBA Palembang yang


terletak di Jalan Mayor Ruslan Kelurahan 9 Ilir Kecamatan Ilir Timur III
Palembang, Sumatera Selatan. SD IBA Palembang merupakan salah satu SD
Swasta yang berlabel Adiwiyata dan memiliki lingkungan yang nyaman dan
asri, serta memiliki fasilitas yang cukup baik dan lengkap.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2019. Perbaikan


pembelajaran mata pelajaran IPS, tiap siklusnya disusun dengan disesuaikan
dengan jadwal pelajaran diskolah, dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran IPS

No. Hari/Tanggal Materi Siklus Lokasi


Kamis, 3 Prasiklu
1. Pengolahan Kayu SD IBA Palembang
Oktober 2019 s
Rabu, 9 Dampak Negatif
2. Siklus I SD IBA Palembang
Oktober 2019 Pengolahan Kayu
Rabu, 16 Pengolahan Kayu
3. Siklus II SD IBA Palembang
Oktober 2019 menjadi kertas

23
4. Pihak yang Membantu

Penelitian ini dilaksanakan dengan bantuan dari berbagai pihak yang


terkait antara lain :

a. Ibu Dr. Tri Rositasari, M.Pd


Selaku Tutor Supervisor sekaligus pembimbing dalam pembuatan tugas
laporan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP).
b. Ibu Dr. Yetty Hastiana, M.Si
Selaku Tutor dalam pembuatan tugas laporan Pemantapan Kemampuan
Prefesional (PKP).
c. Bapak H. Paidi PRH, S.Pd, S.Sos, M.Si
Selaku Kepala SD IBA Palembang yang telah memberi izin dan
dukungan moril dalam membantu terlaksananya tugas laporan PKP.
d. Ibu Fitri Rostini, S.Pd
Selaku teman sejawat yang berperan sebagai Penilai I, teman diskusi
dalam mengamati, mengumpulkan data dan menganalisis masalah.
e. Ibu Paridah, S.Pd
Selaku teman sejawat yang berperan sebagai Penilai II, teman diskusi
dalam mengamati, mengumpulkan data dan menganalisis masalah.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Berdasarkan hasil pengamatan dalam kegiatan Prasiklus yang telah


dilakukan peneliti pada tanggal 3 Oktober 2019, dari 25 orang siswa terdapat
10 orang atau 40% dari jumlah siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) ≥ 75 pada pasca tes, yaitu dari nilai 75-80
sebanyak 9 orang dan nilai 81-90 sebanyak 1 orang.
Pada tahap observasi dan penugasan kepada siswa, data yang didapat
adalah persentase ketuntasan 40% siswa kelas III.A SD IBA Palembang dan
sisanya 60% siswa belum mencapai KKM, dengan rata-rata nilai 68,6 dimana
KKM siswa Kelas III pada mata pelajaran IPS adalah 75. Oleh karena itu
peneliti melakukan perbaikan pada mata pelajaran IPS dengan menerapkan

24
model pembelajaran Cooperative Learning menggunakan media Powerpoint
untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III.A SD IBA Palembang. Dan
perbaikan dilakukan hingga ke siklus I dan Siklus II.

Gambar 2. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


(Arikunto, 2006. Dalam Suyadi, 2010)

1. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran Siklus I

Perbaikan pembelajaran mata pelajaran IPS pada siswa kelas III.A


SD IBA Palembang pada penelitian ini dilakukan pada siklus I, dengan
melakukan langkah PTK yang terdiri dari 4 tahapan perbaikan, yaitu Tahap
perencanaan, Tahap Pelaksanaan, Tahap Observasi dan Refleksi.

a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan yang dilakukan adalah mempersiapkan
beberapa perangkat pembelajaran, seperti Program Semester, Silabus, RPP
dan mempersiapkan alat peraga dan bahan guna menunjang proses belajar

25
IPS dan alat penilaian lembar observasi menggunakan model
CooperativeLearning.

b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan
pada tanggal 9 Oktober 2019. Dengan menggunakan instrumen penelitian,
penilai 1 dan penilai 2 melakukan pengamatan terhadap tingkah laku guru
dalam menyampaikan materi melalui model pembelajaran Cooperative
Learning dengan menggunakan media Powerpoint.
Guru memulai pembelajaran dengan kegiatan pendahuluan, dengan
mengkondisikan kelas, memulai kegiatan dengan berdo’a dan memberikan
pertanyaan sebagai apersepsi tentang materi yang dipelajari sebelumnya
berkaitan tentang pengolahan sumber daya alam. Kemudian
gurumenjelaskan kegiatan kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan
oleh siswa pada saat pembelajaran berlangsung serta menyampaikan
tujuan pembelajaran. Sebelum pembelajaran inti dimulai guru memberikan
soal pra tes untuk mengetahui sejauh mana materi yang akan disampaikan
sudah di ketahui siswa.
Pada kegiatan inti, guru melakukan beberapa kegiatan
denganmengajukan pertanyaan “apa yang terjadi jika pohon di dunia ini
habis?”. Kemudian siswa menyebutkan macam-macam masalah yang
timbul jika pohon di dunia sudah habis. Kemudian siswa diminta untuk
membaca wacana yang ada di Buku Siswa terkait apa yang terjadi di
desaSiti. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan guru menampilkan
tayangan slide Powerpoint mengenai dampak pengolahan sumber daya
alam ( khususnya Kayu) yang berhubungan dengan yang terjadi di desa
Siti. Setelah Siswa mengamati tayangan yang di tampilkan di depan kelas
dengan menggunakan Powerpoint.
Langkah selanjutnya guru membagi siswa menjadi kelompok kecil
dengan anggota kelompok yang memiliki tingkat kemampuan berbeda
untuk membahas solusi mengatasi penebangan hutanyang terjadi di desa

26
Siti.Kemudian siswa mendiskusikan informasi yang didapat dari
pengamatan tayangan yang ditampilkan untuk menjawab pertanyaan
dalam lembar kerja secara bersama-sama dan menuliskan hasil diskusi
dilembar kerja yang telah disediakan. Perwakilankelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Dan kelompok yang lain dapat
memberikan pendapatnya.Selanjutkan untuk menutup kegiatan inti guru
memberikan penjelasan tentang jawaban yang tepat dan benar.
Pada kegiatan akhir, guru dan siswa bersama-sama membuat
kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari. Dan dilanjutkan dengan
menjawab pertanyaan secara mandiri di lembar kerja pasca tes sebagai
evaluasi dan penilaian kegiatan pembelajaran. Kemudian guru mengajak
siswa untuk berdoa untuk menutup kegiatan pembelajaran.

c. Tahap Observasi

Observasi dilakukan oleh Supervisor 2 dan penilai 2 dengan


menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Lembar pengamatan yang
disiapkan antara lain lembar observasi tentang aktivitas siswa dan guru
dalam proses pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar
yang sedang berlangsung. Hasil observasi ini akan menjadi bahan refleksi
pada rencana perbaikan pembelajaran selanjutnya.

d. Evaluasi

Evaluasi dilakukan terhadap keberhasilan tindakan yang dilakukan


melalui tes tertulis, juga dimaksudkan untuk mengukur tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan yaitu materi dampak
pengolahan sumber daya alam pada mata pelajaran IPS khususnya. Data
yang dikumpulkan adalah data kuantitatif yang diperoleh dari tes formatif.
Evaluasi pembelajaran pada siklus 1 ini berbentuk tes tertulis berupa
uraian berupa isian sebanyak 5 butir soal. Sedangkan evaluasi guru

27
pelaksana tindakan dilakukan melalui pengisian lembar pengamatan oleh
guru pengamat atau supervisor 2.

e. Refleksi

Berdasarkan hasil evaluasi siswa dan hasil observasi selama


pelaksanaan pembelajaran siklus I, guru mengadakan refleksi untuk
mengetahui kekurangan, kendala dan kelebihan saat berlangsungnya proses
pembelajaran. Ternyata hasil belajar siswa masih belum maksimal meskipun
terdapat peningkatan persentase ketuntasan, masih dirasa ada beberapa
kekurangan dan kendala yang menyebabkan hasil belajar siswa masih belum
maksimal.
Dari pengamatan yang dilakukan dan hasil diskusi dengan
supervisor 2 dan penilai 2, pmbelajaran yang dilakukan pada siklus I
menunjukkan bahwa guru pelaksana belum maksimal dalam membantu
memfasilitasi jalannya dikusi kelompok sehingga anggota kelompok masih
belum bersikap terbuka dalam bekerja sama, siswa masih terkesan
individualis dan ada juga yang masih saling mengandalkan temannya yang
memiliki kemampuan lebih dalam kelompok untuk berpikir dan
mengerjakan tugas kelompok.

2. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran Siklus II

Selanjutnya perbaikan pembelajaran mata pelajaran IPS pada siswa


kelas III.A SD IBA Palembang pada penelitian ini juga dilakukan pada
siklus II, sama halnya yang dilakukan pada siklus I dengan melakukan
langkah PTK yang terdiri dari 4 tahapan perbaikan, yaitu Tahap
perencanaan, Tahap Pelaksanaan, Tahap Observasi dan Refleksi.

a. Tahap Perencanaan

Perbaikan pembelajran siklus II dilakukan berdasarkan hasil


refleksi terhadap perbaikan pembelajaran siklus I. Dari hasil evaluasi

28
terdapat peningkatan hasil belajar setelah ada perlakuan perbaikan
pembelajaran, namun hanya terdapat 68% sebanyak 17 siswa yang
mendapatkan nilai mencapai atau diatas KKM dari 25 siwa di kelas III.A
pada pasca tes. Laluguru pun membuat rencana perbaikan pembelajaran
siklus II.
Pada tahap perencanaan yang dilakukan adalah mempersiapkan
beberapa perangkat pembelajaran, seperti Program Semester, Silabus, RPP
dan mempersiapkan alat peraga dan bahan guna menunjang proses belajar
IPS dan alat penilaian lembar observasi menggunakan model Cooperative
Learning.

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus 2 dilaksanakan


pada tanggal 16 Oktober 2019.Dengan menggunakan instrument
penelitian, supervisor 2 melakukan pengamatan terhadap tingkah laku
guru dalam menyampaikan materi melalui Model Cooperative Learning
menggunakan media Powerpoint.
Guru memulai pembelajaran dengan pelaksanaan kegiatan awal
dengan mengkondisikan kelas, memulai kegiatan dengan berdo’a
kemudian memberikan pertanyaan sebagai apersepsi tentang materi yang
dipelajari sebelumnya berkaitan tentang dampak pengolahan sumber daya
alam.Guru menjelaskan kegiatan kegiatan pembelajaran yang harus
dilakukan oleh siswa pada saat pembelajaran berlangsung dan
menyampaikan tujuan pembelajaran. Seperti pada kegiatan siklus I, guru
memberikan soal pra tes untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang
materi yang akan dibahas pada pertemuan siklus II ini.
Pada kegiatan initi, guru mengajukan pertanyaan tentang contoh-
contoh benda yang terbuat dari kertas untuk mengeksplore pengetahuan
siswa. Kemudian siswa diminta untuk mengamati benda-benda di sekitar
mereka dan mendatabenda-benda di sekitar mereka yang terbuat dari
kertas. Siswa mengemukakan beberapa alternatif jawabannya.Kegiatan

29
selanjutnya guru menampilkan tayangan slide Powerpoint mengenai
pengolahan kayu menjadi kertas dan memberikan penjelasan tentang cara
pembuatan kertasmemerlukan banyak kayu, sehingga penebangan terus
menerus dilakukan untukmemenuhi kebutuhan kertas di dunia.
Pada kegiatan inti ini siswa berdiskusi dalam kelompok tentang
upaya menghemat kertas. Setiapsiswa harus memberikan pendapatnya
masing-masing.Siswa dapat menjawab pertanyaan dalam lembar kerja
secara bersama-sama dan menuliskan hasil diskusi dilembar kerja yang
telah disediakan. Guru memonitor pekerjaan siswa dalam kelompok dan
memberikan motivasi siswa untuk aktif berpartisipasi dalam kelompok.
Selanjutnya perwakilankelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompok, guru juga mengawasi dan mendorong siswa dari kelompok
yang berbeda untuk ikut partisipasi menanggapi, serta dapat
mengemukakan pendapatnya. Untuk menguatkan pemahaman materi guru
mengajak siswa melakukan refleksi kegiatan diskusi kelompok dengan
menjawabpertanyaan yang ada di buku paket.Setelah akhir kegiatan inti,
siswa menjawab pertanyaan secara mandiri di lembar kerja sebagai
evaluasi dan penilaian kegiatan pembelajaran.
Pada kegiatan akhir, guru dan siswa bersama-sama membuat
kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari dan mengajak siswa untuk
berdoa untuk menutup kegiatan pembelajaran.

c. Tahap Observasi

Observasi dilakukan oleh Supervisor 2 dengan menggunakan


lembar observasi yang telah dibuat. Lembar pengamatan yang disiapkan
antara lain lembar observasi tentang aktivitas siswa dan guru dalam proses
pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar yang sedang
berlangsung dan sebagai bahan refleksi pembelajaran selanjutnya.

30
d. Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada siklus 2 ini sama seperti halnya dengan


siklus 1 yaitu dilakukan melalui tes tertulis, untuk mengukur tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan dan sebagai ukuran
keberhasilan tindakan yang dilakukan. Data yang dikumpulkan pada siklus
2adalah data kuantitatif yang diperoleh dari tes formatif yaitu berbentuk
tes tertulis berupa uraian berupa isian sebanyak 5 butir soal. Sedangkan
evaluasi guru pelaksana tindakan dilakukan melalui pengisian lembar
pengamatan oleh guru pengamat atau supervisor 2.

e. Refleksi

Berdasarkan hasil evaluasi siswa dan hasil observasi selama


pelaksanaan pembelajaran siklus 2, guru mengadakan refleksi untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan yang sudah dicapai dari tindakan
penelitian. Setelah dilakukan siklus 2 didapatkan hasil belajar siswa
dengan ketuntasan 88% yaitu sebanyak 22 orang siswa yang mencapai
atau lebih diatas KKM. Hal ini membuktikan bahwa telah terjadi
peningkatan hasil belajar yang cukup memuaskan dari tindakan yang
dilakukan dari siklus 2. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka
perbaikan pembelajaran tidak memerlukan siklus 3, dengan kata lain PTK
untuk meningkatkan hasil belajar melalui model Cooperative Learning
menggunakan media Powerpointpada mata pelajaran IPS telah selesai
dilaksanakan.

C. Teknik Analisis Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diambil dari lembar observasi dan tes.


Menurut Suryanto, dkk (2017) tes dapat didefinisikan sebagai perangkat
pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi

31
tentang sifat atau atribut pendidikan dimana dalam setiap butir pertanyaan
tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Bila ada
seperangkat tugas atau pertanyaan yang diberikan kepada siswa tetapi tidak
ada jawaban yang benar atau saalah maka itu bukan tes. Berikut ini tabel
yang menggambarkan teknik analisis data.

Tabel 2. Teknik Analisa Data

No. Prosedur Alat Pelaku Sumber Teknik


Analisis
1. Analisis aktivitas guru Lembar Penilai I + II Guru Kualitatif
Observasi
2. Hasil belajar Tes Guru Siswa Kualitatif
(Peneliti)

Menurut Arikunto (2010) Ketuntasan belajar siswa diperoleh dengan rumus


sebagai berikut :
Jumlah Jawaban Benar
N=∑ x 100
Skor Maksimal

2. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Ketuntasan belajar berdasarkan Kurikulum tingkat satuan pendidikan


(KTSP) siswa dinyatakan tuntas belajar apabila telah mencpai nilai sesuai
KKM, nilai KKM kelas III di SD IBA Palembang untuk mata pelajaran IPS
adalah ≥ 75. Menurut Depdikbud (2007) KKM dikelompokkan menjadi 2
kategori yaitu Tuntas dan Tidak Tuntas dapat dilihat dari tabel 4.

Tabel 3. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Kriteria Ketuntasan Klarifikasi


≥ 75 Tuntas
≤ 75 Tidak Tuntas

32
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

1. Deskripsi Hasil Pembelajaran pada Tahap Prasiklus

Pembelajaran prasiklus dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2019 pada


mata pelajaran IPS dengan materi pengolahan sumber daya alam (Kayu).
Dari kegiatan prasiklus, hasil belajar yang di peroleh oleh siswa belum
memuaskan. Dalam kegiatan prasiklus ketercapaian KKM masih sangat
rendah. Hasil belajar dapat dilihat secara lengkap pada tabel dibawah ini :

Tabel 4
Tabulasi Hasil Belajar IPS pada Kegiatan Prasiklus

No. Hasil Belajar Frekuensi Persentase Kriteria

1. 0 – 24 0 0 Tidak Tuntas
2. 25 – 49 2 8% Tidak Tuntas
3. 50 – 74 13 52% Tidak Tuntas
4. 75 – 100 10 40% Tuntas

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa


yang mencapai atau diatas KKM hanya 40% adri jumlah seluruh siswa di
kelas III.A yaitu dari rentang 75-100. Sedangkan yang belum tuntas
sebanyak 60%. Hal ini menunjukkan kegiatan belajar mengajar belum
berhasil dan perlu diadakannya perbaikan pembelajaran. Hasil belajar
kegiatan pembelajaran prasiklus dapat disajikan dalam bentuk grafik di
bawah ini :

33
Gambar 3. Grafik Hasil Belajar IPS pada Kegiatan Prasiklus

14
12
10
8
Jumlah Siswa
6
4
2
0
0-24 25-49 50-74 75-100

Dapat dilihat dari grafik diatas hasil belajar yang diperoleh masih
sangat rendah, hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran guru
masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah sehingga kegiatan
belajar mengjar terasa membosankan dan kurang menarik minat serta
keaktifan partisipasi siswa. Dibuktikan dari hasil pasca tes hanya 10 orang
yang mencapai KKM dengan rata-rata kelas 68,6 dari 25 orang. Hal ini
menunjukkan kegiatan pembelajaran belum dapat dikatakan berhasil.

2. Deskripsi Hasil Pembelajaran pada Tahap Siklus I

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus I pada siswa kelas III SD


IBA Palembang pada mata IPS yang dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober
2019 dengan materi dampak pengolahan sumber daya alam (Kayu)dengan
model pembelajaran Cooperative Learning dengan menggunakan media
Powerpoint dengan Kompetensi Dasar (KD) pada materi ini adalah 3.1
Menggali informasi tentang konsep perubahan wujud benda dalam

34
kehidupan sehari-hari yang disajikan dalam bentuk lisan, tulis, visual dan
eksplorasi lingkungan, dan Indikatornya 3.1.1 Mengidentifikasi informasi
mengenai dampak pengolahan sumber daya alam dan cara mengatasinya.
Nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya 76,56. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dari kegiatan pembelajaran yang
dicapai sebelumnya atau prasiklus. Namun persentase ketuntasan hanya
68% dan dirasa belum memperoleh hasil yang ingin dicapai. Berikut ini
disajikan tabel hasil evaluasi siswa pada kegiatan siklus I.

Tabel 5
Tabulasi Hasil Belajar IPS Pada Kegiatan Siklus I

No Hasil Belajar Frekuensi Persentase Kriteria

1 0 – 24 0 0 Tidak Tuntas

2 25 – 49 0 0% Tidak Tuntas

3 50 – 74 8 32% Tidak Tuntas

4 75 – 100 17 68% Tuntas

Berdasarkan tabel 5 di peroleh hasil bahwa dari 25 siswa sebanyak


17 siswa atau 68% yang mencapai atau diatas KKM (Kriteria Ketntasan
Minimal) ≥ 75, danterdapat 8 orang atau 32% siswa yang masih mendapat
nilai di bawah KKM ≤ 75. Hasil belajar dari kegiatan siklus I diatas dapat
disajikan pada grafik 2.
Gambar 4

35
Grafik Hasil Belajar IPS pada Kegiatan Siklus I

18
16
14
12
10
Jumlah Siswa
8
6
4
2
0
0-24 25-49 50-74 75-100

Berdasarkan hasil analisis data didapatkan dari 25 orang siswa yang


telah mengikuti pasca tes hanya 17 siswa yang mencapai KKM ≥78,
sedangkan 8 siswa mendapatkan nilai dibawah KKM ≤ 78. Hal ini
menunjukkan terdapat peningkatan hasil belajar siswa meskipun dirasakan
belum maksimal. Dari pengamatan yang dilakukan dan hasil diskusi dengan
supervisor 2 dan penilai 2, pmbelajaran yang dilakukan pada siklus I
menunjukkan bahwa guru pelaksana belum maksimal dalam membantu
memfasilitasi jalannya dikusi kelompok sehingga anggota kelompok masih
belum bersikap terbuka dalam bekerja sama, siswa masih terkesan
individualis dan ada juga yang masih saling mengandalkan temannya yang
memiliki kemampuan lebih dalam kelompok untuk berpikir dan
mengerjakan tugas kelompok.

3. Deskripsi Hasil Penelitian pada Tahap siklus II


Setelah melaksanakan proses pembelajaran pada siklus I, guru
pelaksana melakukan diskusi dengan supervisor 2 dan penilai 2. Dari
pengamatan yang dilakukan pada kegiatan siklus I menunjukkan

36
peningkatan hasil yang belum maksimal untuk itu perlu adanya tindakan
lanjutan. Tahap berikutnya adalah kegiatan siklus 2 yang di laksanakan pada
tanggal 16 Oktober 2019 dengan model dan media yang sama pada siklus I
namun lebih ditingkatkan ditekankan lagi pada aktivitas guru dalam
memotivasi dan memfasilitasi jalannya diskusi lebih aktif dan dinamis.
Kegiatan siklus 2 dilaksanakan pada mata pelajaran IPS dengan
Kompetensi Dasar (KD) pada materi ini adalah 3.1 Menggali Informasi
tentang konsep perubahan wujud benda dalam kehidupan sehari-hari yang
disajikan dalam bentuk lisan, tulisan, visual dan eksplorasi lingkungan
dengan indikator 3.1.1 Mengidentifikasi informasi mengenai pengolahan
sumber daya alam (kayu) menjadi kertas dan 3.1.2 Mengidentifikasi benda-
benda yang berbahan dasar dari kertas. Dari hasil evaluasi atau post tes
menunjukkan hasil belajar siswa telah tercapai. Nilai rata-rata yang
diperoleh siswa yaitu 80,8 dengan persentase ketuntasan sebesar 88%. Hal
ini menunjukkan bahwa pencapaian hasil belajar siswa seseuai dengan
target yang diharapkan. Berikut ini disajikan tabel hasil evaluasi siswa pada
kegiatan siklus II.
Tabel 6
Tabulasi Hasil Belajar IPS Pada Kegiatan Siklus II

No Hasil Belajar Frekuensi Persentase Kriteria

1 0-32 0 0% Tidak Tuntas

2 33-54 0 0% Tidak Tuntas

3 55-77 3 12% Tidak Tuntas

4 78-100 22 88% Tuntas

Berdasarkan tabel 6 di atas didapatkan hasil bahwa dari 25 siswa


sebanyak 22 siswa atau 88% yang tuntas mencapai KKM (Kriteria
Ketntasan Minimal) ≥ 75. Sedangkan 12% siswa masih mendapat nilai di
bawah KKM ≤ 75. Daftar nilai pada kegiatan siklus II diatas dapat disajikan
pada grafik 3.

37
Gambar 5.
Grafik Hasil Belajar Bahasa Indonesia pada Kegiatan Siklus II

25

20

15
Jumlah Siswa
10

0
0-24 25-49 50-74 75-100

Berdasarkan hasil analisis data pada kegiatan siklus II didapatkan


dari 25 siswa kelas III.A yang telah mengikuti post tes ada 22 siswa yang
mencapai KKM ≥75, sedangkan hanya 3 siswa mendapatkan nilai dibawah
KKM ≤ 75. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran darikegiatan
siklus II telah mencapai target yang diinginkan. Dari kegiatan refleksi siklus
II menunjukkan bahwa tindakan perbaikan pada siklus II sudah tuntas,
meskipun masih ada beberapa siswa yang belum tuntas. Dengan adanya
peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II makatindakan perbaikan
tidak perlu dilanjutkan lagi ke siklus beerikutnya.

PTK yang dilaksanakan melalui kegiatan prasiklus, siklus I, dan


siklus II pada siswa kelas III.A di SD IBA Palembang mata pelajaran IPS
melalui model pembelajaran Cooperative Learningmenggunakan media
Powerpoint telah menunjukkan peningkatan hasil belajar, hal ini dapat dilihat
pada tabel 7 berikut:
Tabel 7

Distribusi Frekuensi Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada


Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

No Tahap Tuntas Tidak Tuntas


1 Prasiklus 40% 60%
2 Siklus I 68% 32%

38
3 Siklus II 88% 12%

Berdasarkan tabel 7 di atas menunjukkan bahwa pada kegiatan


prasiklus hanya 40% siswa yang sudah tuntas, sedangkan 60% siswa tidak
tuntas atau belum mencapai KKM. Kegiatan tindakan perbaikan siklus I
menunjukkan terdapat peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar
menjadi 68%, sedangkan persentase ketidak tuntasan menurun menjadi 32%.
Pada kegiatan tindakan perbaikan siklus II persentase ketuntasan hasil
belajar siswa makin meningkat menjadi 88% dan sisanya 12% siswa yang
masih belum tuntas. Daftar ketuntasan hasil belajar siswa pada kegiatan
prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat didistribusikan pada grafik 4.

Gambar 6.
Ketuntasan Siswa pada Tahap Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

90%
80%
70%
60%
50% Tidak Tuntas
40% Tuntas
30%
20%
10%
0%
Prasiklus Siklus I Siklus II

Dari hasil analisis data didapatkan bahwa dari 25 siswa yang telah
mengikuti post tes pada kegiatan prasiklus, siklus I, dan siklus II telah

39
mengalami peningkatan persentase ketuntasan siswa dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa dengan
penerapan model pembelajaran Cooperative Learning menggunakan media
Powerpoint dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III.A SD IBA
Palembang.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar diharapkan dapat
mengembangkan berbagai pengetahuan, misalnya metode, media, strategi dalam
mengajar dan ilmu-ilmu lain yang dapat menunjang proses pembelajaran
tersebut, misalnya pada mata pelajaran IPS yang merupakan mata pelajaran yang
berperan untuk merealisasikan ilmu-ilmu yang bersifat teoritik ke dalam dunia
kehidupan nyata di masyarakat. Untuk itu perlu upaya meningkatkan hasil
belajar IPS, diharapkan siswa memiliki kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan
inovatif yang sangat baik bagi pengembangan diri, intelektual, dan sosialnya.
Berdasarkan data hasil belajar siswa di kelas III SD IBA Palembang, pada
mata pelajaran IPS khususnya materi pengolahan sumber daya alam yang
dilakukan pada kegiatan prasiklus menunjukkan hasil belajar yang masih
tergolong rendah, yang ditandai dengan banyaknya siswa yang belum mencapai
KKM yang telah ditetapkan yaitu 75. Dari hasil pembelajaran IPS pada semester
ganjil di Tema 3 terdapat 10 siswa (40%) dari 25 siswa yang mencapai KKM,
sedangkan 15 siswa (60%) belum mencapai KKM dengan nilai rata-rata yang
diperoleh 68,6.
Guna mengatasi permasalahan tersebut maka peneliti akan mencoba
menggunakan metode yang dapat diterima dan mudah dipahami siswa kelas III
SD IBA Palembang. Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) peneliti akan
melakukan penelitian guna meningkatkan hasil belajar siswa kelas III di SD IBA
Palembang pada mata pelajaran IPS dengan model cooperative learning
menggunakan media powerpoint.

1. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran pada Siklus I

40
Guru melaksanakan tindakan perbaikan pada siklus I tanggal 9
Oktober 2019 dengan menerapkanmodel cooperative learning menggunakan
media powerpoint.
Hasil yang diperoleh setelah proses perbaikan pembelajaran
selesai, didapatkan hasil belajar siswa dengan ketuntasan sebesar 68% atau
17 siswa, sedangkan 32% atau 8 siswa lainnya belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 75, dan terdapat 40% siswa yang masih
mendapat nilai di bawah KKM ≤ 75. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah
76,5. Dari hasil siklus I diketahui bahwa hasil belajar mengalami
peningkatan dari rata-rata nilai 68,8 menjadi 76,5. Hal ini dikarenakan
adanya penerapan model cooperative learning menggunakan media
powerpointdalam proses pembelajaran. Namun dalam pelaksnaannya
model Cooperative Learning ini juga terdapat kelemahan yaitu bilamana
terjadi persaingan yang negatif baik antar individu dalam kelompok
maupun antar kelompok dalam kelas atau kelompok besar, maka hasilnya
akan lebih buruk. Dan terkadang terdapat anak yang pemalas atau anak
yang ingin berkuasa (dominan) dalam kelompok besar, kemungkinan akan
mempengaruhi kelompoknya, sehingga usaha kelompok tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. (Imansjah Alipandie:1984). Untuk itu
guru perlu menjadi motivator dan fasilitator yang baik dalam memandu
jalannya diskusi yang sehat. Namun pada saat pelaksanaan kegiatan siklus
I, guru belum maksimal berperan dalam memotivasi siswa yang tidak aktif
dan memfasilitasi jalannya diskusi.
Hal tersebut, menyebabkan hasil belajar belum mencapai target
yang diinginkan, oleh karena itu peneliti melakukan diskusi dengan
pengamat untuk mengadakan tindakan perbaikan lagi pada siklus II
dengan meningkatkan peran guru dalam memotivasi partisipasi siswa
dalam kelompok yang akan dilaksanakan kegiatan siklus II.

2. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran pada Tahap


Siklus II

41
Pelaksanaan kegiatan siklus 2 dilaksanakan dengan tahapan yang
hampir sama dengan siklus I, dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 16
Oktober 2019 dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative
learning menggunakan media powerpointpada mata pelajaran IPS materi
pengolahan kayu menjadi kertas di kelas III.A SD IBA Palembang.
Dalam proses pembelajaran pada siklus 2, guru pelaksana tindakan
di awal pembelajaran guru mengkondisikan kelas, seperti langkah-langkah
kegiatan pada siklus I yaitu pendahuluan, membagi kelompok,
menyangkan slide Powerpoint, memandu jalannya diskusi dengan lebih
aktif memovitasi partisipasi siswa dalam kelopok dan memonitoring
jalannya diskusi yang baik agar tidak terdapat ketimpangan partisipasi dari
dominan dari beberapa siswa saja, kemudian mengevaluasi dan refleksi
proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil evaluasi diperoleh hasil bahwa dari 25 siswa


sebanyak 22 siswa atau 88% yang tuntas mencapai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) ≥ 75. Dan sisanya hanya ada 12% siswa yang masih
mendapat nilai di bawah KKM ≤ 75. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa
yaitu 80,8.
Terdapat empat tingkatan keberhasilan siswa menurut Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zain(2006) dalam Dewi Murni(2016) yaitu:
a. Maksimal/Istimewa : Jika seluruh materi pelajaran dapat dikuasai
oleh siswa
b. Optimal/Baik Sekali : Jika sebagian besar (76% -99%) materi
pelajaran dikuasai siswa.
c. Minimal/Baik : Jika materi pelajaran hanya 60%- 75% yang
dikuasai siswa.
d. Kurang :Jika materi pelajari yang dikuasai siswa
kurang dari 60%.

42
Berdasarkan tingkatan persentase di atas maka keberhasilan siswa
dalam mencapai ketuntasan belajar dalam kategori Optimal atau Baik Sekali
serta tercapainya tujuan pembelajaran dan perbaikan pada siklus 2 ini
dengan besarnya nilai persentase 88%. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa dengan menerapkanmodel pembelajaran Cooperative Learning
dengan menggunakan media Powerpoint pada proses pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan

Berdasarkan pelakasanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan di SD


IBA Palembang melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK), maka dapat diperoleh
beberapa kesimpulan yaitu adanya peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas
III di SD IBA Palembang setelah di lakukan proses pembelajaran melalui model
pembelajaran Cooperative Learning dengan menggunakan media Powerpoint. Hal
ini dibuktikan dengan hasil pelaksanaan pada siklus I dan siklus II, terdapat
peningkatan jumlah siswa yang tuntas dengan nilai yang mencapai atau diatas
KKM yang telah ditetapkan yaitu 75. Dari hasil pembelajaran IPS pada siklus I
terdapat 17 siswa (68%) yang mencapai KKM dari 25 siswa, dengan nilai rata-rata
yang diperoleh 76,5. Kemudian pada siklus II terdapat 22 siswa (88%) yang

43
mencapai KKM, dengan nilai rata-rata yang diperoleh 80,8. Dengan demikian
Pembelajaran melalui model pembelajaran Cooperative Learning dengan
menggunakan media Powerpoint pada mata pelajaran IPS berhasil meningkatkan
hasil belajar siswa kelas III di SD IBA Palembang.

B. Saran Tindak Lanjut

Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan Penelitian


Tindakan Kelas di SD IBA Palembang khususnya di kelas III.A pada mata
pelajaran IPS, ada beberapa saran dan tindak lanjut untuk dijadikan bahan
masukukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu :

1. Bagi Guru
a. Sebelum melaksanakan pembelajaran, sebaiknya guru menyusun rencan
pelaksanaan pembelajaran dengan baik dan tepat sasaran.
b. Pada mata pelajaran IPS yang biasanya cenderung ke arah pembahasan
teori, sebaiknya guru tidak hanya mengunakan metode ceramah.
c. Guru sebaiknya lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi
dengan menggunakan model, metode dan media yang menarik minat
siswa, salah satunya Model Cooperative Learning dengan menggunakan
media Powerpoint.
d. Guru hendaknya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

2. Bagi Siswa
a. Sebaiknya siswa lebih memperhatikan guru selama aktivitas kegiatan
pembelajaran berlangsung
b. Siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3. Bagi Sekolah
a. Hendaknya sekolah dapat menyediakan fasilitas yang lebih memadai
untuk menunjang proses pembelajaran

44
b. Dapat dijadikan referensi bagi sekolah dalam mengembangkan dan
meningkatkan mutu dalm proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri. (2014). Strategi Pembelajaran di SD. Banten:Universitas Terbuka.

Arsyad, Azhar. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Astuti, Arini Esti, dkk. (2009). Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial. Salatiga: Widya
Sari Press.

Darsono. (2017). Sumber Penunjang PLPG 2017 Kompentensi Profesional.


Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Gultom, Syawal. (2017). Kebijakan Pengembangan Profesi Guru. Jakarta:


Kementrian Pendidikan.

Haryati, Sri. (2017). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning.


Magelang: Graha Cendikia.

45
Lie, Anita. (2014). Mempraktekkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang
Kelas. Jakarta: Grassindo.

Poerwanti, Endang. (2008). Asasmen Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Pribadi, Benny. (2017). Media & Teknologi dalam Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Rosda.

Sardjijo. (2017). Pendidikan IPS di SD. Banten: Universitas Terbuka.

Smaldino, Sharon. (2012). Instructional Technology & Media For Learning. Jakarta:
Kencana.

Sudjana, Nana. (2013). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Sukajati. (2008). Penelitian Tindakan Kelas di SD. Yogyakarta: Departemen


Pendidikan Nasional.

Th Sumini. (2010). Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Profesi Guru.


Jogjakarta : Universitas Sanata Dharma Jogjakarta. Diunduh 7 Oktober
2019, Pukul 21.00 dari :
https://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia
%20Vitae/vol24no1april2010/PENELITIAN%20TINDAKAN
%20KELAS%20Th%20sumini.pdf

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Proggresif. Surabaya:


Kencana.

Usman, M. Basyirudin dan Asnawir. (2002). Media pembelajaran. Jakarta:


Ciputat Pers.

46
47

Anda mungkin juga menyukai