Anda di halaman 1dari 28

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA POKOK BAHASAN

ENERGI MELALUI METODE EKSPERIMEN SISWA KELAS III


SDN 020 LOA JANAN TAHUN PELAJARAN 2017/2018

oleh
ARIFUDDIN
NIM. 837335621
Email :arifuddinut2017@gmail.com

ABSTRAK

Peningkatan Hasil Belajar IPA pada Pokok Bahasan Energi Melalui Metode
Eksperimen Siswa Kelas III SDN 020 Loa Janan Tahun Pelajaran 2017/2018.
Dibimbing oleh Wulyo Slamet, S.Pd Selaku Supervisor I dan Dini Hari, S.Pd Selaku
Supervisor 2

Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil


belajar IPA yakni belum mencapai angka Kriterian Ketuntasan Minimal (KKM)
yang telah ditentukan. Pada nilai ulangan sebanyak 20 siswa hanya 40 % (8 orang
siswa) yang memenuhi KKM IPA ≥ 70 yang telah ditetapkan di SDN 020 Loa
Janan. Subyek penelitian adalah siswa kelas III yang berjumlah 20 siswa dan objek
penelitian adalah pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen.
Penelitian tindakan ini terdiri dari dua siklus melalui tahapan perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, pengumpulan data, dan refleksi terhadap permasalahan yang
terjadi.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar IPA
pokok bahasan energi pada siswa kelas III SDN 020 Loa Janan tahun pelajaran
2017/2018. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada setiap siklusnya, yaitu nilai rata-
rata sebelum tindakan perbaikan pembelajaran dengan rata-rata 64,67 meningkat
menjadi 69,35 pada siklus I dan pada siklus II meningkat menjadi 74,35 sedangkan
peningkatan ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan secara signifikan yaitu
ketuntasan sebelum adanya tindakan perbaikan pembelajaran yaitu siswa yang tuntas
hanya 40 % meningkat menjadi 50 % pada siklus I kemudian pada siklus II
meningkat menjadi 90%
Berdasarkan uraian pada hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil
belajar IPA tentang energi pada siswa kelas III SDN 020 Loa Janan Tahun Pelajaran
2017/2018.
Kata Kunci: Peningkatan, Hasil Belajar IPA, dan Metode Eksperimen

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya
meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan
2

kualitas manusia yang lebih tinggi guna menjamin pelaksanaan dan kelangsungan
pembangunan. Peningkatan mutu pendidikan harus dipenuhi melalui peningkatan
mutu dan kemakmuran pendidik dan tenaga kependidikan lainnya.
Pada era globalisasi, perkembangan IPTEK semakin marak di masyarakat.
Pesatnya kemajuan ilmu dan teknologi dikarenakan oleh adanya tuntutan manusia
untuk pertumbuhan dan maju dalam berbagai sektor sesuai dengan perkembangan
zaman. Tuntutan tersebut, dapat diperoleh melalui informasi aktual dari teknologi
yang canggih. Untuk itu dibutuhkan penguasaan teknologi melalui proses
pendidikan.
Sumber daya manusia adalah faktor penting dalam perbaikan pembangunan
disegala sektor. Sampai saat ini pendidikan masih diyakini sebagai wadah dalam
pembentukan sumber daya manusia yang diinginkan. Memperhatikan manfaat
pendidikan dalam pembentukan SDM, maka perbaikan mutu pendidikan merupakan
hal yang wajib dilakukan secara berkesinambungan guna menjawab perubahan
zaman. Berbagai hal tentang kemajuan mutu pendidikan sangat berhubungan dengan
masalah proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar saat ini dilakukan di sektor-
sektor pendidikan kita masih banyak yang mengandalkan cara-cara tradisonal dalam
penyampaian materinya.
Di era saat ini banyak orang mengukur suksesnya suatu pendidikan hanya
dilihat dari segi hasil atau nilai akhir. Pembelajaran yang baik adalah bersifat
menyeluruh dalam melaksanakannya dan mencakup berbagai aspek, baik aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotorik, sehingga dalam pengukuran tingkat
keberhasilannya selain dilihat dari segi kuantitas juga dari kualitas yang telah
dilakukan di sekolah-sekolah.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas , maka pembelajaran yang efektif dan
aktif ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan peserta didik
secara langsung, komprehensif baik fisik, mental maupun emosi. Hal semacam ini
sering diabaikan oleh guru karena guru lebih mementingkan pada pencapaian tujuan
dan target kurikulum. Salah satu upaya guru dalam menciptakan suasana kelas yang
aktif, efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran yakni dengan menggunakan alat
peraga. Hal ini dapat membantu guru dalam menggerakkan, menjelaskan gambaran
ide dari suatu materi.
3

Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran IPA adalah agar pserta didik
memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode
ilmiah, bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan
lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta alam (Depdikbud, 2004:87).
Pembelajaran IPA memiliki fungsi yang fundamental dalam menimbulkan serta
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Agar tujuan
tersebut dapat tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat
melibatkan siswa secara aktif yaitu melalui proses dan sikap ilmiah.
Prestasi belajar IPA yang rendah juga terjadi pada siswa kelas III di SDN 020
Loa Janan. Indikatorya adalah hasil belajar IPA yang belum tuntas yakni belum
mencapai angka Kriterian Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan. Pada
nilai ulangan siswa sebanyak 20 siswa hanya 40 % (8 orang siswa) yang memenuhi
KKM IPA ≥ 70 yang telah ditetapkan di SDN 020 Loa Janan. Salah satu faktor
penyebabnya karena dalam pembelajaran IPA selama ini lebih banyak dilaksanakan
melalui metode ceramah, sehingga siswa menjadi cepat bosan dan minat serta
perhatian siswa berkurang dan menyebabkan hasil belajar IPA rendah. Guru yang
juga sekaligus sebagai pelaksana perbaikan pembelajaran, belum menghayati hakekat
IPA karena pembelajaran di sekolah baru menekankan produk saja. Hal itu ditambah
dengan pendapat siswa bahwa pelajaran IPA dianggap sulit, sehingga tidak menarik
untuk belajar, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh
siswa. Hal tersebut, diperkirakan karena kurangnya pemahaman siswa terhadap
konsep pembelajaran IPA. Mereka menganggap pelajaran IPA sulit dipahami. Untuk
anak-anak yang taraf berpikirnya masih berada pada tingkat konkret, maka semua
yang diamati, diraba, dicium, dilihat, didengar, dan dikecap akan kurang berkesan
kalau sesuatu itu hanya diceritakan, karena mereka belum dapat menyerap hal yang
bersifat abstrak. Perlu diketahui bahwa tingkat pemahaman tiap-tiap siswa tidak
sama, sehingga kecepatan siswa dalam mencerna bahan pengajaran berbeda.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti yang sekaligus menjadi
guru di sekolah ini, dalam proses pembelajaran IPA (sains) kurang adanya
penggunaan pendekatan, media dan metode yang tepat, sehingga cenderung guru
yang aktif dan siswa pasif. Metode eksperimen diharapkan mampu mengembangakan
kreatifitas dan keaktifan siswa pada pembelajaran IPA karena peserta didik dapat
4

mengamati fakta/fenomena, mengumpulkan data dari percobaan, mengolah data


menjadi informasi, mampu merancang, mempersiapkan, melakukan dan melaporkan
percobaan serta melatih penggunaan logika berpikir induktif untuk menarik
kesimpulan dari fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh dari percobaan
Menurut Sagala (2009:87) Metode eksperimen mempunyai kebaikan sebagai
berikut: (1) metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru
atau buku saja; (2) dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi
eksploratoris tentang sains dan teknologi, suatu sikap dari seorang ilmuwan; (3)
metode ini didukung oleh asa-asas didaktik modern. Dari ketiga kebaikan metode
eksperimen penulis merasa tertarik untuk menjadikan metode eksperimen sebagai
salah satu alternatif dalam pembelajaran IPA yang membuat siswa belajar dalam
suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan. Siswa akan lebih bebas dalam
menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya, sehingga diharapkan dapat
tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dijadikan landasan
dilaksanakannya penelitian perbaikan pembelajaran dengan judul “ Peningkatan Hasil
Belajar IPA Pada Pokok Bahasan Energi Melalui Metode Eksperimen Siswa Kelas
III SDN 020 Loa Janan Tahun Pelajaran 2017/2018 ”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan
penelitian ini adalah : Bagaimana penggunaan metode eksperimen dapat
meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan energi kelas III SDN 020 Loa
Janan Tahun pelajaran 2017/2018.
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA pokok bahasan energi
melalui penggunaan metode eksperimen di kelas III SDN 020 Loa Janan Tahun
pelajaran 2017/2018.
D. Manfaat penelitian Perbaikan Pembelajaran

1. Bagi siswa antara lain:


a. Menambah keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA dan menganggap IPA
adalah pelajaran yang menyenangkan.
5

b. Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan,


kenyamanan, kesenangan dalam diri siswa untuk mengikuti proses
pembelajaran di kelas.
c. Memberikan bekal kecakapan berfikir ilmiah melalui keterlibatan siswa
dalam kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru

2. Bagi guru antara lain:


a. Menambah kualitas dan wawasan dalam pembelajaran IPA dengan
melaksanakan metode eksperimen .
b. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu
kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya.
c. Guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan sendiri.
3. Bagi sekolah antara lain:
a. Sebagai sumbangan kepada pihak sekolah maupun sekolah lainnya dalam
rangka perbaikan proses pembelajaran IPA.
b. Meningkatkan mutu, hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
c. Menumbuh-kembangkan budaya ilmiah di lingkungan sekolah, untuk
proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/pembelajaran secara
berkelanjutan.
BAB II
AJIAN PUSTAKA
A. Keterkaitan PKP dan PTK
1. Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP)
PKP (Pemantapan Kemampuan Profesional) merupakan program kegiatan
yang memberikan pengalaman belajar untuk meningkatkan kemampuan. Kompetensi
yang diharapkan dapat dikuasai mahasiswa setelah mengikuti PKP ialah mampu
memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran bidang studi atau
pembelajaran tematik yang diajarkan di SD dengan menerapkan kaidah-kaidah
penelitian tindakan kelas (PTK). Tim FKIP UT (2013) menyatakan PKP sebagai
muara dari program S1 PGSD dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
dapat meningkatkan kemampuan professional guru SD dalam mengelola
pembelajaran.
6

Pembelajaran dalam PKP dilakukan melalui belajar mandiri atau


pembimbingan tatap muka. Mahasiswa melakukan belajar mandiri untuk
memantapkan pemahaman perencanaan dan pelaksanaan PTK, berbagai teori dan
prinsip pembelajaran yang akan diperbaiki dan ditingkatkan, serta perencanaan dan
pelaksanan pembelajaran dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran.
2.      Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari bahasa Inggris, yaitu
Classrom Action Research, diartikan penelitian dengan tindakan yang dilakukan
dikelas. Pendapat Suyadi (2012), PTK secara lebih sistematis dibagi menjadi tiga kata
yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian yaitu kegiatan mengamati suatu objek
tertentu dengan menggunakan prosedur tertentu untuk menemukan data dengan
tujuan meningkatkan mutu. Kemudian tindakan yaitu perlakuan yang dilakukan
dengan sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu. Dan kelas adalah tempat di
mana sekelompok peserta didik menerima pelajaran dari guru yang sama.
Suharsini (2007) mengemukakan ada tiga kata yang membentuk pengertian PTK,
yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu
objek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal, serta menarik minat
dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang
sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Dalam hal ini kelas bukan
wujud ruangan tetapi diartikan sebagai sekelompok siswa yang sedang belajar. 
B. Pembahasan Tentang Belajar
1. Pengertian Belajar
Banyak teori belajar telah di kemukakan sebagai hasil penelitian. Pada
dasarnya, semua teori sepakat bahwa belajar adalah kegiatan mental dalam diri
siswa yang aktif.
Nasution (2000: 34-35) menjelaskan bahwa : “Belajar adalah perubahan
kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Belajar membawa sesuatu perubahan
pada individu yang belajar. Perubahan itu mengenai jumlah pengetahuan,
kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, dan penyesuaian
diri”.
7

Menurut Hamalik (2002:57) Belajar dalam arti mengubah tingkah laku,


akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan
itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga
berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak,
penyesuaian diri.
Menurut Jihad dan Haris (2017:1) belajar adalah kegiatan berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan
jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan
sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan
lingkungan sekitarnya.
Belajar dianggap sebagai proses dan pengalaman dan latihan. Higgard dan
Sanjaya (2007 : 53) mengatakan bahwa belajar adalah proses perubahan melalui
kegiatan atau prosedur, baik latihan di dalam laboratorium maupun di lingkungan
alamiah. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Sehingga
menyebabkan munculnya perubahan perilaku.
Berdasarkan beberapa pengertian belajar diatas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang relatif konstan dan bertahan lama sebagai hasil
dari pengalaman, latihan, dan interaksi dengan lingkungannya..
1. Ciri- ciri Belajar
Menurut Saiful Sagala ( 2002:53 ) ciri-ciri belajar yakni sebagai berikut:
a. Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi
terus-menerus yang berpengaruh pada proses belajar selanjutnya.
b. Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual.
c. Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu kearah yang ingin dicapai
melalui proses belajar
d. Belajar mengahsilkan perubahan yang menyeluruh,melibatkan keseluruhan
tingkah laku secara integral.
e. Belajar adalah proses interaksi
f. Belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada yang kompleks.
Dari kesimpulan di atas, dapat penulis sampaikan bahwa ciri-ciri khas
belajar adalah perubahan, yakni belajar menghasilkan perubahan perilaku dalam
8

diri siswa. Belajar menghasilkan perubahan perilaku secara relatif dalam berpikir,
merasa, dan melakukan pada diri siswa. Perubahan tersebut terjadi sebagai hasil
latihan,pengalaman,dan pengembangan yang hasilnya tidak dapat diamati secara
langsung.

2. Hasil Belajar
Hasil belajar pada dasarnya adalah hasil yang dicapai dalam usaha
penguasaan materi dan ilmu pengetahuan yang merupakan suatu kegiatan yang
menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Melalui belajar dapat diperoleh hasil
yang lebih baik.
Leo Sutrisno (2017:25) mengemukakan Hasil belajar merupakan
gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan
yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban
benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar”.
Suyono (2009:8) menyatakan ”hasil belajar dapat dijelaskan
denganmemahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”.
Pengertian hasil menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu
aktivitas yang mengakibatnya berubahnya input secara fungsional”.
Suharsimi Arikunto ( 2020:2) “ hasil belajar adalah hasil akhir setelah
mengalami proses belajar, dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk
perubahan yang dapat diamati dan diukur ”.
Oemar Hamalik ( 2002 : 30 ) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan
perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti rangkaian pembelajaran atau
pelatihan.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah tingkat pengetahuan yang dicapai siswa terhadap materi yang
diterima ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di
sekolah.
3. Ciri- Ciri Hasil Belajar
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya
merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh
sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah
9

diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan
keterampilan berikutnya. Hal ini merupakan contoh dari hasil belajar.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, hasil belajar memegang peranan
penting. Dimana hasil belajar merupakan gambaran keberhasilan siswa dalam
belajar dalam kaitan ini. Moh Surya (2000) mengemukakan ciri-ciri dari hasil
belajar yaitu dengan adanya perubahan perilaku
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasi Belajar
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: faktor dari
dalam siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.
Menurut Depdiknas, (2000:5) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
proses dan hasil belajar antara lain, faktor internal mencakup motivasi, harapan
untuk berhasil, intelegensia, penguasaan keterampilan prasyarat, dan evaluasi
kognitif terhadap kewajaran dari hasil belajar antara lain. Sedangkan dari faktor
eksternal yaitu pengaruh lingkungan fisik berkenaan dengan prasarana dan sarana
belajar, kemudian dari lingkungan psikis mel;iputi iklim atau suasana belajar yang
diciptakan oleh guru yang memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar.
Menurut Slamento ( 2002:54-72 ), faktor yang mempengaruhi belajar
adalah: Faktor-faktor internal. Jasmani, ( kesehatan, cacat tubuh ). Psikolog
(intelegensi, perhatian, minat, bakat, minat, motif, kematangan kesiapan ) Faktor-
faktor eksternal. Keluarga ( cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, latar belakang
kebudayaan ), Sekolah ( metode mengajar, kurikulum, relasi Guru dengan siswa,
relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar
pelajaran diatas ukuran, keadan gedung, metode belajar, tugas rumah ).
Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul,
bentuk kehidupan masyarakat ).
Menurut caroll dalam R Angkowo dkk (2007: 51) bahwa ’’Hasil belajar
siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor faktor yaitu: bakat belajar waktu yang
tersedia untuk belajar kemampuan individu, kualitas pengajaran’’.
Clark dalam Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001:39) mengungkapkan
bahwa ’’Hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa
dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan’’.
10

Menurut Sardiman (2007:39-47) faktor yang mempengaruhi belajar


adalah faktor intern (dari dalam) diri siswa dan faktor ekstern (dari luar) siswa.
Bekaitan dengan faktor dari dalam siswa, selain faktor kemampuan, ada juga
faktor lain yaitu: motifasi, perhatian, minat,sikap, kebiasaan belajar,ketekunan,
kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Kehadiran faktor psikologis
dalam belajar akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor-faktor
psikologis akan memberikan landasan dan kemudahan dalam mencapai tujuan
belajar yang optimal.
Thomas F Staton dalam Sardiman (2007:39) ’'menguraikan ’’Enam macam
faktor psikologis yaitu: Motifasi, reaksi, konsentrasi, organisasi, pemahaman
ulangan’’.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas,dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor internal siswa
antara lain kemampuan yang dimiliki tentang materi yang akan disampaikan,
sedangkan faktor eksternal antara lain strategi pembelajaran yang digunakan guru
didalam proses belajar mengajar.

C. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)


1. Hakikat IPA
Menurut Powler dalam Winataputra (1992) IPA merupakan ilmu yang
berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang
tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi
dan eksperimen. Selanjutnya, Winaputra (1992:123) juga mengemukakan bahwa
IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan benda atau makhluk hidup,
tetapi merupakan cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah.
Jadi IPA tidak hanya menekankan pada pengetahuan tentang konsep-
konsep, teori-teori, dan hukum-hukum IPA saja, tetapi lebih dari itu IPA
menekankan pada sikap dan keterampilan ilmiah. Sikap dan keterampilan ilmiah
yang dimaksud adalah bagaimana menggunakan otak untuk berpikir yang
sistematis dalam memahami alam dan isinya dan terampil dalam melakukan
kegiatan ilmiah seperti eksperimen.
IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai
produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep serta
11

bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan
untuk mempelajari obyek studi, menemukan, dan mengembangkan produk-produk
IPA. Sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat
memberi kemudahan bagi kehidupan manusia (Prihantoro, 2017).
Selain itu, IPA secara garis besarnya memiliki tiga komponen, yaitu: (1)
proses ilmiah, misalnya mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang,
dan melaksanakan eksperimen; (2) produk ilmiah, misalnya prinsip, konsep,
hukum, dan teori; (3) sikap ilmiah, misalnya ingin tahu, hati-hati, obyektif, dan
jujur (Bundu & Kasim, 2007).
Berdasarkan pendapat di atas, hakikat IPA diuraikan secara terperinci,
yaitu sebagai berikut:
1) IPA sebagai proses ilmiah adalah sejumlah keterampilan yang digunakan untuk
mengkaji alam sekitar dan fenomena-fenomena yang terjadi di dalamnya. Hal
ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru ataupun
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
Keterampilan-keterampilan yang dimaksud adalah mengamati, klasifikasi,
merumuskan hipotesis, dan melakukan eksperimen.
2) IPA sebagai produk ilmiah merupakan suatu disiplin ilmu yang berisi fakta-
fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori yang
dapat digunakan sebagai pedoman atau petunjuk dalam mempelajari,
memahami, dan menjelaskan alam sekitar dan gejala-gejala yang terjadi di
dalamnya.
3) IPA sebagai sikap ilmiah terfokus pada sikap yang bertujuan untuk membantu
manusia dalam mencari solusi terhadap suatu masalah serta mengarahkan
pemikiran manusia akan pentingnya alam dan isinya bagi kehidupan manusia.
4) IPA sebagai aplikasi merupakan lanjutan dari sikap ilmiah yang tertuju pada
upaya untuk melaksanakan produk IPA (fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-
prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori) sehingga melahirkan teknologi yang
dapat memberi kemudahan bagi kehidupan manusia.
Proses pembelajaran IPA di sekolah dasar hendaknya memperhatikan
hakikat IPA itu sendiri. Prihantoro, 2017 mengemukakan bahwa nilai-nilai yang
dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain:
12

1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-
langkah metode ilmiah;
2) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan
alat eksperimen untuk memecahkan masalah;
3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam
kaitannya dengan pembelajaran IPA maupun dalam kehidupan. Oleh karena itu,
seorang guru hendaknya melaksanakan pembelajaran IPA di sekolah dasar
dengan merumuskan tujuan pembelajaran yang memuat hakikat IPA serta
dengan metode yang memungkinkan tercapainya tujuan IPA. Salah satunya
adalah metode eksperimen, karena dengan metode ini siswa akan dilatih untuk
melakukan kegiatan ilmiah, berpikir sistematis dan rasional, dan membuktikan
sesuatu yang selama ini menjadi pertanyaan di dalam kehidupan.
D. Metode Eksperimen.
1. Pengertian Metode Eksperimen
Menurut Winataputra, (2) Metode eksperimen merupakan metode mengajar
dalam penyajian atau pembahasan materinya melalui suatu percobaan atau
mencobakan sesuatu serta mengamati secara proses.
Menurut Djamarah, (2006) metode eksperimen adalah cara penyajian
pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan
sendiri sesuatu yang dipelajari.
Menurut Roestiyah (2001:80), metode eksperimen adalah suatu cara
mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati
prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu
disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Moedjiono & Dimyati (1991) juga mengemukakan bahwa : Metode
eksperimen merupakan format interaksi belajar-mengajar yang melibatkan logika
induksi untuk menyimpulkan pengamatan terhadap proses dan hasil percobaan yang
dilakukan. Eksperimen yang dilakukan dalam metode eksperimen dapat dilakukan
secara perorangan ataupun kelompok. Metode eksperimen dilakukan dengan kegiatan
percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau masalah maupun hipotesis
tertentu. Oleh karena itu, seorang guru seharusnya kreatif dalam mengelola
pembelajaran.
13

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode


eksperimen adalah suatu cara sistematis untuk menyajikan materi pelajaran dengan
melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan percobaan baik di dalam maupun di
luar laboratorium mengenai suatu obyek permasalahan, sehingga memungkinkan
tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal. Hal ini meliputi proses persiapan,
mengamati, menganalisa, dan menyimpulkan hasil percobaan.
2. Tujuan Metode Eksperimen
Dalam proses belajar mengajar, metode eksperimen memberikan kesempatan
yang besar kepada siswa untuk mengalami atau melakukan sendiri suatu percobaan.
Dengan demikian, siswa akan menjadi aktif serta memberikan kebermaknaan bagi
dirinya. Abimanyu dkk, 2017 mengemukakan bahwa Metode eksperimen bertujuan
agar siswa dapat:
a) Menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh;
b) Merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan percobaannya;
c) Menggunakan logika berpikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta,
informasi atau data yang dikumpulkan melalui percobaan;
d) Berpikir sistematis, disiplin tinggi, hidup teratur dan rapi.
Selain itu, pemakaian metode eksperimen dalam kegiatan belajar-mengajar
bertujuan untuk:
1) Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari berbagai fakta, informasi, atau data
yang berhasil dikumpulkan melalui pengamatan terhadap proses eksperimen;
2) Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari fakta yang terdapat pada hasil
eksperimen, melalui eksperimen yang sama;
3) Melatih siswa merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan hasil
percobaan;
4) Melatih siswa menggunakan logika induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta,
informasi, atau data yang terkumpul melalui percobaan (Moedjiono & Dimyati,
1991).
Jadi, penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran dilakukan dengan
tujuan agar siswa mempunyai keterampilan dalam melakukan uji coba terhadap
suatu permasalahan. Melalui kegiatan percobaan inilah, siswa dilatih untuk
14

menggunakan logikanya berpikir sistematis dalam membuktikan dan membuat


kesimpulan terhadap obyek yang dikaji.
3. Pelaksanaan Metode Eksperimen
Pelaksanaan eksperimen dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut
(Winataputra, 2):
a) Persiapan alat bantu (alat eksperimen);
b) Petunjuk dan informasi tentang tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam
eksperimen;
c) Pelaksanaan eksperimen dengan menggunakan lembaran kerja/pedoman
eksperimen yang disusun secara sistematis. Sehingga siswa dalam
pelaksanaannya tidak banyak mendapat kesulitan dan membuat laporan;
d) Penguatan perolehan temuan-temuan eksperimen dilakukan dengan diskusi,
tanya jawab, dan atau tugas;
e) Kesimpulan
Penerapan metode eksperimen dalam proses pembelajaran akan mencapai
hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan, jika guru memahami perannya.
Sehingga, guru dituntut untuk mempunyai kemampuan-kemampuan yang mampu
membimbing dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen.
Kemampuan guru yang harus diperhatikan agar eksperimen berhasil
dengan baik di antaranya adalah (1) mampu membimbing siswa dari merumuskan
hipotesis sampai pada pembuktian dan kesimpulan serta membuat laporan
eksperimen; (2) menguasai konsep yang dieksperimen; (3) mampu mengelola
kelas; (4) mampu memberikan penilaian secara proses (Winataputra dkk, 2).
Jadi, peranan guru dalam metode eksperimen adalah sebagai fasilitator
dan mediator yang membimbing dan mengarahkan siswa dari tahap ke tahapan
selanjutnya dalam melakukan eksperimen, sehingga terlaksana dengan efektif.
Metode eksperimen lebih menekankan kepada keaktifan siswa untuk memproses
belajarnya sendiri daripada keaktifan guru dalam menyajikan isi pelajaran.
4. Keunggulan-Keunggulan Metode Eksperimen
Salah satu komponen pembelajaran yang sangat berpengaruh dalam
pencapai tujuan adalah metode pembelajaran. Seorang guru harus pandai memilih
metode yang baik dimana harus diselaraskan dengan materi pelajaran. Pada
15

pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair, metode yang tepat untuk
digunakan adalah metode eksperimen karena metode ini mempunyai banyak
keunggulan.
Metode eksperimen mempunyai kebaikan sebagai berikut (Sagala,
2009) : (1) metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata
guru atau buku saja; (2) dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi
eksploratoris tentang sains dan teknologi, suatu sikap dari seorang ilmuwan; (3)
metode ini didukung oleh asa-asas didaktik modern, antara lain: (a) siswa belajar
dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian; (b) siswa
terhindar jauh dari verbalisme; (c) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang
bersifat objektif dan realistis; (d) mengembangkan sikap berpikir ilmiah; (e) hasil
belajar akan tahan lama dan terinternalisasi.
Selain itu, metode eksperimen juga kerap kali digunakan karena memiliki
keunggulan ialah (Roestiyah, 2017) :
a) Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam
menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang
belum pasti kebenarannya, dan tidak mudah percaya pula kata orang, sebelum
ia membuktikan kebenarannya.
b) Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat; hal mana itu sangat dikehendaki oleh
kegiatan belajar mengajar yang modern, dimana siswa lebih banyak aktif
belajar sendiri dengan bimbingan guru.
c) Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen di samping memperoleh ilmu
pengetahuan; juga menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam
menggunakan alat-alat percobaan.
d) Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran sesuatu teori,
sehingga akan mengubah sikap mereka terhadap hal-hal yang tidak masuk akal.
Berdasarkan pendapat di atas, maka keunggulan-keunggulan metode
eksperimen dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Hasil belajar akan bertahan lama karena siswa secara aktif dan langsung dalam
mengumpulkan data dan informasi yang menjadi topik permasalahan kemudian
16

membuktikannya melalui kegiatan percobaan yang disertai dengan


pengamatan, menganalisa, dan memberikan kesimpulan.
2) Isi pembelajaran bersifat aktual karena siswa memperoleh kesempatan untuk
membuktikan suatu teori melalui percobaan, sehingga siswa terlatih
membuktikan sesuatu secara ilmiah tidak dengan perkiraan.

E. Materi Pembelajaran Energi di SD


Energi adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau kerja.
Bentuk Energi dan sumbernya
1. Energi Panas
Energi panas adalah energi yang dihasilkan atau dilepaskan oleh suatu benda
yang memiliki suhu tertentu.Energi panas disebut juga energi kalor (panas = kalor)
Sumber energi panas terbesar adalah matahari Panas juga dapat dihasilkan dari dua
benda yang bergesekan
Contoh sumber energi panas adalah matahari, uap air, dan panas bumi
Manfaat energi panas Mengeringkan jemuran pakaian (matahari), . Menghangatkan
ruangan (matahari), Mengeringkan ikan, kerupuk, padi dan kopi (matahari),
Pembangkit tenaga listrik (matahari), Menghaluskan pakaian (setrika listrik),
Memasak (kompor)
2. Energi Cahaya
Energi cahaya adalah energi yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Energi
cahaya menyebabkan tempat gelap menjadi terang. Sumber energi cahaya terbesar
adalah matahari
Contoh : matahari, bintang, api, dan lampu listrik.
Manfaat energi cahaya :
a. Penerangan
b. Fotosintesis (matahari)
3. Energi Gerak
Energi gerak adalah energi yang dimiliki oleh benda yang bergerak Energi
gerak disebut juga energi kinetik. Energi gerak dapat dihasilkan oleh air mengalir,
angin, orang berlari, listrik Contoh alat yang menghasilkan energi gerak adalah : bor
listrik, kipas angin, blender
 4. Energi Listrik
17

Energi listrik adalah energi yang timbul karena adanya arus listrik yang
mengalir melalui penghatar. Energi listrik sangat penting dalam kehidupan sehari-hari
Energi listrik digunakan untuk menyalakan lampu, TV, komputer, radio, kulkas dll.
Sumber listrik adalah alat yang dapat menghasilkan energi listrik Contoh sumber
listrik adalah listrik, baterai, generator
 5. Energi Bunyi
Energi bunyi adalah energi yang ditimbulkan oleh benda yang menghasilkan
bunyi Energi bunyi dapat diketahui melalui telinga kita Bunyi dihasilkan dari benda
yang bergetar Tinggi rendahnya bunyi dipengaruhi oleh cepat lambatnya benda
bergetar Makin cepat dan kuat benda bergetar maka bunyi semakin tinggi/keras
Makin lambat dan lemah benda bergetar, maka bunyi semakin lemah Contoh benda
yang dapat menghasilkan bunyi adalah terompet, gendang, gitar dll.
 6. Energi Kimia
Energi kimia adalah energi yang dikeluarkan dari reaksi kimia. Energi kimia
banyak terdapat pada bahan makanan dan bahan bakar Contoh energi kimia adalah
bateray bensin, solar, minyak tanah, batu bara, kayu bakar

BAB III

PELAKSANAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian dan Pihak Terkait

1. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek penelitian adalah siswa kelas III SDN 020 Loa Janan yang
berjumlah 20 orang yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki
Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah pembelajaran IPA pokok
bahasan energi melalui metode eksperimen .

2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 tahun pembelajaran
2017/2018. Tempat penelitian adalah di SDN 020 Loa Janan dikelas III
18

pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada Bulan Maret Sampai April 2018


dengan rincian kegiatan pada tabel sebagai berikut
3. Pihak yang Terkait

Yang membantu di dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran diantaranya :


a) Bapak Wulyo Slamet, S.Pd sebagai supervisor 1
b) Ibu Dini Hari, S.Pd sebagai supervisor 2
c) Ibu Masiah, S.Pd sebagai kepala SDN 020 Loa Janan
d) Ibu Endang Sri Wahyuni sebagai teman sejawat
e) Rekan-rekan Guru SDN 020 Loa Janan

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Depdiknas, (2004:2) Adapun rancangan (desain) PTK yang digunakan


dalam penelitian ini adalah menggunakan model Kemmis dan McTaggart,
Pelaksanaan tindakan dalam PTK meliputi empat alur (langkah): (1)
perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) Pengamatan; (4) refleksi.
C. Tekhnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Dokumentasi nilai, adalah data berupa nilai ulangan harian IPA pada
kompetensi dasar sebelumnya yang dijadikan sebagai nilai dasar untuk
digunakan sebagai acuan hasil tes pada siklus I.
2. Observasi, menggunakan tabel pedoman observasi untuk mengetahui
tingkat aktivitas siswa dan aktivitas guru pada saat pembelajaran
berlangsung.
3. Teknik tes, tes akhir siklus digunakan untuk mengetahui skor akhir siswa
setiap siklusnya. Tes ini dibuat oleh peneliti sesuai dengan materi yang
diajarkan kepada siswa.

D. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data statistik deskriptif yaitu hanya mengumpulkan
data yang diperoleh melalui pengamatan dan tes hasil belajar di susun,
19

dijelaskan, dan akhirnya di analisis berdasarkan nilai rata-rata dan persentase.


Hasil analisis data kualitatif dikonsultasikan dengan makna kualitatif yang
mencerminkan struktur dasar terhadap jawaban masalah penelitian
Rata – rata digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
dengan menggunakan rata – rata skor hasil belajar masing – masing siklus.
Adapun rumus mencari rata – rata adalah sebagai berikut.

(Sudjana,1996:67)

Keterangan :
NR : Nilai rata –rata hasil belajar siswa pada setiap siklus

: Jumlah nilai seluruh siswa

n : Banyaknya siswa
Untuk mengetahui hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan
menganalisis data berupa nilai nilai tes pada setiap siklus. Persentasi digunakan
untuk menggambarkan peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II
dengan menggunakan rumus:
Presentasi = %
Keterangan :
a. Selisih skor rata-rata prestasi siswa pada dua siklus
b. Skor rata-rata prestasi siswa pada siklus sebelummnya.

E. Indikator Keberhasilan
Indikator yang menyatakan bahwa pembelajaran ini dinyatakan
berhasil yaitu jika pembelajaran yang dilaksanakan sudah berjalan dengan
baik sesuai dengan skenario pembelajaran, hasil observasi dari pelaksanaan
pembelajaran berkategori baik, dan rata-rata nilai akhir dari setiap siklusnya
terjadi peningkatan sehingga persentase skor rata-rata siswa secara klasikal
20

yang mencapai skor lebih dari atau sama dengan 70 adalah mencapai 85% hal
ini sesuai dengan KKM SDN 020 Loa Janan = 70

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Persiklus


Penelitian ini dilaksanakan di SDN 020 Loa Janan yang terletak di
Jalan TVRI km 15 Loa Janan desa Tani Bhakti kecamatan Loa Janan
Kabupaten Kutai Kartanegara. Siswa yang dikenakan tindakan adalah siswa
Kelas III yang berjumlah 20 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada semester
2 Tahun pembelajaran 2017/2018 sesuai dengan jadwal pembelajaran IPA di
kelas III SDN 020 Loa Janan. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan
kelas yang dilakukan dalam 2 siklus yaitu pada siklus I dilaksanakan
sebanyak dari 2 x pertemuan dimana pertemuan 1 adalah pelaksanaan proses
pembelajaran selama 3x 35 menit ( sesuai dengan alokasi waktu pembelajaran
IPA pada jadwal pelajaran) dan pada pertemuan 2 adalah pelaksanaan
pembelajaran 1 x 35 menit dan dilanjutkan pelaksanaan tes hasil belajar
pada akhir siklus selama 2 x 35 menit
Penelitian ini dilaksanakan karena hasil belajar IPA siswa yang
rendah, Jenis penelitian adalah peneltian tindakan kelas menggunakan model
penelitian dari Kemmis dan Taggart yang terdiri dari empat tahap yaitu :
Planning (Perencanaan), dilakukan untuk memperbaiki peningkatan atau
perubahan prilaku dan sikap sebagai solusi, Action (Tindakan) dilakukan oleh
peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang
diinginkan, Observation (Observasi), dilakukan untuk mengamati atas hasil
atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa,
Reflection (Refleksi), dilakukan untuk mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan hasil / dampak tindakan dari berbagai aspek. Berdasarkan
hasil refleksi, peneliti dapat melakukan revisi atau melanjutkan pada tindakan
lanjutan. Tahap-tahap tersebut diatas dilaksanakan peneliti melalui tiga siklus
21

secara berkesinambungan. Setiap tindakan yang direncanakan dan


dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi atau tindakan sebelumnya.
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan menunjukan terjadi
peningkatan hasil belajar siswa dari sebelum dilaksanakan tindakan perbaikan
pembelajaran ke siklus I sampai dengan siklus II, Hal ini dapat diketahui pada
tabel perolehan nilai siswa sebelum tindakan perbaikan pembelajaran (nilai dasar),
siklus 1, dan siklus 2 pada tabel ini.
Tabel 4.5 Rekapitulasi Perolehan Nilai Nilai Dasar, Siklus 1 dan Siklus 2

Nilai
No Nama Siswa
Nilai dasar Siklus I Siklus II
1 Aliatul Himmah 70 75 80
2 Andi Irma 70 75 80
3 Andika Saputra 60 65 70
4 Ari Yanti Agustina 60 65 70
5 Diah Ayu Sabrina 60 65 70
6 Evelyne Leonita Oscar 72 77 82
7 Fahmi Arbi 80 85 90
8 Haikal Bahri 50 55 60
9 M. Farhan Hafiz 55 60 65
10 M. Irfan Aliansyah 65 70 75
11 Maya Amelia Safitri 65 70 75
12 Muhammad Akbar 70 75 80
13 Nur Avia Amelia 70 75 80
14 Nur Hikmah 60 65 70
15 Nya Aulia Ramadani 60 65 70
16 Rahimmah Maghdalena 70 75 80
17 Rifa Wijaya 60 65 70
18 Rully Fajar Pujianto 60 65 70
19 Tanty Febbriyanti 70 75 80
20 Zalsabila Humariah 60 65 70
Jumlah 1287 1387 1487
Rata-rata 64,35 69,35 74,35
Prosentase Ketuntasan (%) 40,00 50,00 90,00
Nilai Tertinggi 80 85 85
Nilai Terendah 50 55 60

Secara keseluruhan nilai rata-rata siklus 1 dan 2 sudah menunjukan


keberhasilan dari penggunaan metode eksperimen dalam meningkatkan hasil
22

belajar siswa dengan ketuntasan belajar mencapai 90 % atau hanya 2 siswa yang
belum tuntas dari 20 orang siswa, walaupun masih terdapat 2 siswa yang tidak
tuntas pada penelitian ini dianggap sudah mencapai kriteria keberhasilan yaitu
secara klasikal 85 % siswa tuntas dalam pembelajaran.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I, dan siklus II dapat dinyatakan
bahwa pembelajaran IPA pada pokok bahasan energi melalui metode eksperimen
,baik hasil belajar afektif maupun kognitif mengalami peningkatan. Adapaun
temuan-temuan yang diperoleh pada penelitian perbaikan pembelajaran yang
berlangsung selama 2 siklus adalah sebagai berikut
1. Perkembangan hasil belajar aktivitas siswa
Perkembangan hasil belajar afektif siswa sebagai berikut :
a. Siswa memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh.
b. Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru meningkat.
c. Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.
d. Siswa aktif dalam pembelajaran dan menyenangi metodo eksperimen
Dari hasil perkembangan belajar siswa dari segi afektif maupun
psikomotorik, partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat. Terjadi
Peningkatan pada keempat aspek tersebut karena metode eksperimen dapat
menarik minat dan motivasi belajar siswa serta keingin tauan siswa menjadi besar
hal ini sejalan dengan pendapat menurut Mulyani Sumantri ( 2000: 114 ) yang
menyatakan metode adalah cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan
situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi
kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.
Berdasarkan temuan pada siklus I dan II aktivitas siswa dan motivasi
belajar siswa yang membaik maka hasil belajar siswa ikut meningkat hal ini
sejalan dengan pernyataan menurut Depdiknas, (2000: 5) Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar antara lain, faktor internal
mencakup motivasi, harapan untuk berhasil, intelegensia, penguasaan
keterampilan prasyarat, dan evaluasi kognitif terhadap kewajaran dari hasil belajar
23

antara lain. Sedangkan dari faktor eksternal yaitu pengaruh lingkungan fisik
berkenaan dengan prasarana dan sarana belajar, kemudian dari lingkungan psikis
meliputi iklim atau suasana belajar yang diciptakan oleh guru yang
memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar.
Berdasarkan temuan pada siklus I dan II dapat disimpulkan bahwa melalui
metode eksperimen aktivitas belajar siswa meningkat seiring dengan
meningkatnya hasil belajar
2. Perkembangan hasil belajar kognitif siswa.
Proses pembelajaran disampaikan dengan metode eksperimen dan
terencana dimulai dari kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan ini terfokus
mengaktifkan siswa mulai dari memperhatikan penjelasan, melakukan
pengamatan untuk memperoleh kesimpulan. Setelah dilaksanakan siklus I dan
dievaluasi dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar siswa. Pembelajaran
pada siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk memantapkan dan
mencapai tujuan penelitian. Pembelajaran yang disampaikan tentang energi
dengan indikator energi panas dan energi bunyi, namun diadakan peningkatan
penggunaan metode eksperimen yang digunakan. Hal ini bertujuan agar siswa
lebih aktif dan antusias dalam pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar
disampaikan dengan strategi terencana sebagaimana siklus I dan kegiatan
pembelajaran dilaksanakan lebih optimal. Hasil siklus II menunjukkan
peningkatan hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata siswa meningkat secara
signifikan dan ketuntasan belajar siswa mningkat secara signifikan dari sikus I
sampai siklus II Terjadi peningkatan nilai rata-rata pada siklus II di karenakan
peneliti melakukan tindakan refleksi dengan mengarahkan siswa agar melakukan
sendiri eksperimen didepan kelas dan peneliti menjelaskan lebih detail tahapan
eksperimen . Adapun temuan yang diperoleh sehubungan dengan hasil belajar
siswa adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan hasil belajar siswa berdasarkan perolehan nilai arat-rata hasil
belajar adalah nilai rata-rata siswa sebelum adanya tindakan perbaikan
pembelajaran dengan rata-rata 64,35 meningkat menjadi 69,35 pada siklus I
dan pada siklus II meningkat menjadi 74,35
24

b. Peningkatan ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan secara


signifikan yaitu ketuntasan sebelum adanya tindakan perbaikan pembelajaran
yaitu siswa yang tuntas hanya 40 % meningkat menjadi 50 % pada siklus I
kemudian pada siklus II meningkat menjadi 90.
c. Peningkatan nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu nilai 75 sebelum
tindakan perbaikan pembelajaran meningkat menjadi 80 pada siklus I
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan hasil belajar IPA pokok bahasan energi yang peningkatan hasil
belajarnya karena siswa tertarik dengan metode eksperimen dan peran aktif siswa
dalam pembelajaran sangat baik serta kualitas pengajar yang baik. Hal ini sejalan
dengan pendapat menurut Sagala, (2009 : 17) bahawa metode eksperimen dapat
membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku saja; dapat
mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris tentang sains dan
teknologi, suatu sikap dari seorang ilmuwan; dan siswa belajar dengan mengalami
atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian perbaikan pembelajaran yang telah
dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan mengunakan
metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan
energi pada siswa kelas III SDN 020 Loa Janan tahun pelajaran 2017/2018.
Peningkatan tersebut dapat dilihat pada setiap siklusnya, yaitu nilai rata-rata
sebelum tindakan perbaikan pembelajaran dengan rata-rata 64,67 meningkat
menjadi 69,35 pada siklus I dan pada siklus II meningkat menjadi 74,35
sedangkan peningkatan ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan
secara signifikan yaitu ketuntasan sebelum adanya tindakan perbaikan
pembelajaran yaitu siswa yang tuntas hanya 40 % meningkat menjadi 50 %
pada siklus I kemudian pada siklus II meningkat menjadi 90%.
25

B. Saran dan Tindak Lanjut


Berdasarkan hasil penelitian dalam perbaikan pembelajaran, maka
peneliti dapat memberikan saran bagi:
1) Penggunaan metode eksperimen membawa pengaruh yang positif dalam
proses pembelajaran hendaknya disarankan kepada guru mata pelajaran
IPA menyiapkan media-media pembelajaran agar pembelajaran mudah
dipahami oleh siswa.
2) Disarankan kepada guru agar waktu dalam penyajian pembelajaran
diperhatikan agar semua tujuan pembelajaran yang telah direncanakan
tercapai keberhasilannya.
3) Disarankan kepada guru supaya pada saat bimbingan kelompok belajar dalam
satu kegiatan kelompok perlu diperhatikan supaya siswa tidak
kebingungan dalam melakukan kegiatan dan percobaan

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S.2002. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek. Jakarta :


Rineka Cipta

Beni,S. 2017. Model Model Pembelajaran Kreatif. Bandung: Tinta Emas


Publishing .

Beni,S. 2017. Teknik Teknik Penilaian Kelas .Bandung: Tinta Emas Publishing .

Depdiknas 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta

Hamalik Oemar,2002. Strategi Belajar Mengajar . Bandung Mandar Maju

Ismail, 2020. Media Pembelajaran (Model-Model Pembelajaran). Jakarta


Direktorat Pendidikan Nasional.

Djamarah, (2006), Strategi Belajar Mengajar Bandung : Sinar Baru

Mahfud Shalahuddin .2000 Pengantar Psikologi Pendidikan. Jakarta :Rineka


Karya.

Mulyani Sumantri & Juhan Permana. 2000. Startegi Belajar Mengajar. Bandung:
CV Maulana.
26

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Muhibbin Syah, 1995. Psikologi Pendidikan . Bandung : Grafindo Persada

Nurhadi 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya

Nurhayati, Nunung. 2006. Ringkasan dan Bank Soal SAINS. Bandung:Yrama


Widya

Purwanto . 2004. Psikologi Pendidikan . Bandung : Remaja Rosda Karya.

Roestiyah (2001) Strategi Belajar Mengajar Jakarta: PT. Rineke Cipta


Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : C.V.
Alfabeta Zarkasi

Sarjan, dkk. 2004. Sains 5. Klaten: CV. Sahabat.

Soejadi 2000. Belajar dan Pembelajaran . Jakarta : Rineka Karya.

Sujana 2. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung Remaja Rusda


Karya.

Susilo, 2002.Penelitian Tindakan Kelas Yokyakarta: Pustaka book publisher

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Startegi Belajar Mengajar, Jakarta:
Rineka Cipta, 1997

Syaiful Sagala. 2017. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta


Trianto 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif . Jakarta :
Kencana Pernada Media Group.

Uno Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta PT. Bumi Aksara.

Winataputra, Udin S., (2), Model-model Pembelajaran Inovatif, PT. Rineke Cipta
27
28

Anda mungkin juga menyukai