oleh
ARIFUDDIN
NIM. 837335621
Email :arifuddinut2017@gmail.com
ABSTRAK
Peningkatan Hasil Belajar IPA pada Pokok Bahasan Energi Melalui Metode
Eksperimen Siswa Kelas III SDN 020 Loa Janan Tahun Pelajaran 2017/2018.
Dibimbing oleh Wulyo Slamet, S.Pd Selaku Supervisor I dan Dini Hari, S.Pd Selaku
Supervisor 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya
meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan
2
kualitas manusia yang lebih tinggi guna menjamin pelaksanaan dan kelangsungan
pembangunan. Peningkatan mutu pendidikan harus dipenuhi melalui peningkatan
mutu dan kemakmuran pendidik dan tenaga kependidikan lainnya.
Pada era globalisasi, perkembangan IPTEK semakin marak di masyarakat.
Pesatnya kemajuan ilmu dan teknologi dikarenakan oleh adanya tuntutan manusia
untuk pertumbuhan dan maju dalam berbagai sektor sesuai dengan perkembangan
zaman. Tuntutan tersebut, dapat diperoleh melalui informasi aktual dari teknologi
yang canggih. Untuk itu dibutuhkan penguasaan teknologi melalui proses
pendidikan.
Sumber daya manusia adalah faktor penting dalam perbaikan pembangunan
disegala sektor. Sampai saat ini pendidikan masih diyakini sebagai wadah dalam
pembentukan sumber daya manusia yang diinginkan. Memperhatikan manfaat
pendidikan dalam pembentukan SDM, maka perbaikan mutu pendidikan merupakan
hal yang wajib dilakukan secara berkesinambungan guna menjawab perubahan
zaman. Berbagai hal tentang kemajuan mutu pendidikan sangat berhubungan dengan
masalah proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar saat ini dilakukan di sektor-
sektor pendidikan kita masih banyak yang mengandalkan cara-cara tradisonal dalam
penyampaian materinya.
Di era saat ini banyak orang mengukur suksesnya suatu pendidikan hanya
dilihat dari segi hasil atau nilai akhir. Pembelajaran yang baik adalah bersifat
menyeluruh dalam melaksanakannya dan mencakup berbagai aspek, baik aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotorik, sehingga dalam pengukuran tingkat
keberhasilannya selain dilihat dari segi kuantitas juga dari kualitas yang telah
dilakukan di sekolah-sekolah.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas , maka pembelajaran yang efektif dan
aktif ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan peserta didik
secara langsung, komprehensif baik fisik, mental maupun emosi. Hal semacam ini
sering diabaikan oleh guru karena guru lebih mementingkan pada pencapaian tujuan
dan target kurikulum. Salah satu upaya guru dalam menciptakan suasana kelas yang
aktif, efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran yakni dengan menggunakan alat
peraga. Hal ini dapat membantu guru dalam menggerakkan, menjelaskan gambaran
ide dari suatu materi.
3
Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran IPA adalah agar pserta didik
memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode
ilmiah, bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan
lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta alam (Depdikbud, 2004:87).
Pembelajaran IPA memiliki fungsi yang fundamental dalam menimbulkan serta
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Agar tujuan
tersebut dapat tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat
melibatkan siswa secara aktif yaitu melalui proses dan sikap ilmiah.
Prestasi belajar IPA yang rendah juga terjadi pada siswa kelas III di SDN 020
Loa Janan. Indikatorya adalah hasil belajar IPA yang belum tuntas yakni belum
mencapai angka Kriterian Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan. Pada
nilai ulangan siswa sebanyak 20 siswa hanya 40 % (8 orang siswa) yang memenuhi
KKM IPA ≥ 70 yang telah ditetapkan di SDN 020 Loa Janan. Salah satu faktor
penyebabnya karena dalam pembelajaran IPA selama ini lebih banyak dilaksanakan
melalui metode ceramah, sehingga siswa menjadi cepat bosan dan minat serta
perhatian siswa berkurang dan menyebabkan hasil belajar IPA rendah. Guru yang
juga sekaligus sebagai pelaksana perbaikan pembelajaran, belum menghayati hakekat
IPA karena pembelajaran di sekolah baru menekankan produk saja. Hal itu ditambah
dengan pendapat siswa bahwa pelajaran IPA dianggap sulit, sehingga tidak menarik
untuk belajar, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh
siswa. Hal tersebut, diperkirakan karena kurangnya pemahaman siswa terhadap
konsep pembelajaran IPA. Mereka menganggap pelajaran IPA sulit dipahami. Untuk
anak-anak yang taraf berpikirnya masih berada pada tingkat konkret, maka semua
yang diamati, diraba, dicium, dilihat, didengar, dan dikecap akan kurang berkesan
kalau sesuatu itu hanya diceritakan, karena mereka belum dapat menyerap hal yang
bersifat abstrak. Perlu diketahui bahwa tingkat pemahaman tiap-tiap siswa tidak
sama, sehingga kecepatan siswa dalam mencerna bahan pengajaran berbeda.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti yang sekaligus menjadi
guru di sekolah ini, dalam proses pembelajaran IPA (sains) kurang adanya
penggunaan pendekatan, media dan metode yang tepat, sehingga cenderung guru
yang aktif dan siswa pasif. Metode eksperimen diharapkan mampu mengembangakan
kreatifitas dan keaktifan siswa pada pembelajaran IPA karena peserta didik dapat
4
diri siswa. Belajar menghasilkan perubahan perilaku secara relatif dalam berpikir,
merasa, dan melakukan pada diri siswa. Perubahan tersebut terjadi sebagai hasil
latihan,pengalaman,dan pengembangan yang hasilnya tidak dapat diamati secara
langsung.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar pada dasarnya adalah hasil yang dicapai dalam usaha
penguasaan materi dan ilmu pengetahuan yang merupakan suatu kegiatan yang
menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Melalui belajar dapat diperoleh hasil
yang lebih baik.
Leo Sutrisno (2017:25) mengemukakan Hasil belajar merupakan
gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan
yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban
benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar”.
Suyono (2009:8) menyatakan ”hasil belajar dapat dijelaskan
denganmemahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”.
Pengertian hasil menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu
aktivitas yang mengakibatnya berubahnya input secara fungsional”.
Suharsimi Arikunto ( 2020:2) “ hasil belajar adalah hasil akhir setelah
mengalami proses belajar, dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk
perubahan yang dapat diamati dan diukur ”.
Oemar Hamalik ( 2002 : 30 ) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan
perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti rangkaian pembelajaran atau
pelatihan.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah tingkat pengetahuan yang dicapai siswa terhadap materi yang
diterima ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di
sekolah.
3. Ciri- Ciri Hasil Belajar
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya
merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh
sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah
9
diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan
keterampilan berikutnya. Hal ini merupakan contoh dari hasil belajar.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, hasil belajar memegang peranan
penting. Dimana hasil belajar merupakan gambaran keberhasilan siswa dalam
belajar dalam kaitan ini. Moh Surya (2000) mengemukakan ciri-ciri dari hasil
belajar yaitu dengan adanya perubahan perilaku
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasi Belajar
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: faktor dari
dalam siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.
Menurut Depdiknas, (2000:5) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
proses dan hasil belajar antara lain, faktor internal mencakup motivasi, harapan
untuk berhasil, intelegensia, penguasaan keterampilan prasyarat, dan evaluasi
kognitif terhadap kewajaran dari hasil belajar antara lain. Sedangkan dari faktor
eksternal yaitu pengaruh lingkungan fisik berkenaan dengan prasarana dan sarana
belajar, kemudian dari lingkungan psikis mel;iputi iklim atau suasana belajar yang
diciptakan oleh guru yang memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar.
Menurut Slamento ( 2002:54-72 ), faktor yang mempengaruhi belajar
adalah: Faktor-faktor internal. Jasmani, ( kesehatan, cacat tubuh ). Psikolog
(intelegensi, perhatian, minat, bakat, minat, motif, kematangan kesiapan ) Faktor-
faktor eksternal. Keluarga ( cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, latar belakang
kebudayaan ), Sekolah ( metode mengajar, kurikulum, relasi Guru dengan siswa,
relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar
pelajaran diatas ukuran, keadan gedung, metode belajar, tugas rumah ).
Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul,
bentuk kehidupan masyarakat ).
Menurut caroll dalam R Angkowo dkk (2007: 51) bahwa ’’Hasil belajar
siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor faktor yaitu: bakat belajar waktu yang
tersedia untuk belajar kemampuan individu, kualitas pengajaran’’.
Clark dalam Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001:39) mengungkapkan
bahwa ’’Hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa
dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan’’.
10
bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan
untuk mempelajari obyek studi, menemukan, dan mengembangkan produk-produk
IPA. Sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat
memberi kemudahan bagi kehidupan manusia (Prihantoro, 2017).
Selain itu, IPA secara garis besarnya memiliki tiga komponen, yaitu: (1)
proses ilmiah, misalnya mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang,
dan melaksanakan eksperimen; (2) produk ilmiah, misalnya prinsip, konsep,
hukum, dan teori; (3) sikap ilmiah, misalnya ingin tahu, hati-hati, obyektif, dan
jujur (Bundu & Kasim, 2007).
Berdasarkan pendapat di atas, hakikat IPA diuraikan secara terperinci,
yaitu sebagai berikut:
1) IPA sebagai proses ilmiah adalah sejumlah keterampilan yang digunakan untuk
mengkaji alam sekitar dan fenomena-fenomena yang terjadi di dalamnya. Hal
ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru ataupun
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
Keterampilan-keterampilan yang dimaksud adalah mengamati, klasifikasi,
merumuskan hipotesis, dan melakukan eksperimen.
2) IPA sebagai produk ilmiah merupakan suatu disiplin ilmu yang berisi fakta-
fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori yang
dapat digunakan sebagai pedoman atau petunjuk dalam mempelajari,
memahami, dan menjelaskan alam sekitar dan gejala-gejala yang terjadi di
dalamnya.
3) IPA sebagai sikap ilmiah terfokus pada sikap yang bertujuan untuk membantu
manusia dalam mencari solusi terhadap suatu masalah serta mengarahkan
pemikiran manusia akan pentingnya alam dan isinya bagi kehidupan manusia.
4) IPA sebagai aplikasi merupakan lanjutan dari sikap ilmiah yang tertuju pada
upaya untuk melaksanakan produk IPA (fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-
prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori) sehingga melahirkan teknologi yang
dapat memberi kemudahan bagi kehidupan manusia.
Proses pembelajaran IPA di sekolah dasar hendaknya memperhatikan
hakikat IPA itu sendiri. Prihantoro, 2017 mengemukakan bahwa nilai-nilai yang
dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain:
12
1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-
langkah metode ilmiah;
2) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan
alat eksperimen untuk memecahkan masalah;
3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam
kaitannya dengan pembelajaran IPA maupun dalam kehidupan. Oleh karena itu,
seorang guru hendaknya melaksanakan pembelajaran IPA di sekolah dasar
dengan merumuskan tujuan pembelajaran yang memuat hakikat IPA serta
dengan metode yang memungkinkan tercapainya tujuan IPA. Salah satunya
adalah metode eksperimen, karena dengan metode ini siswa akan dilatih untuk
melakukan kegiatan ilmiah, berpikir sistematis dan rasional, dan membuktikan
sesuatu yang selama ini menjadi pertanyaan di dalam kehidupan.
D. Metode Eksperimen.
1. Pengertian Metode Eksperimen
Menurut Winataputra, (2) Metode eksperimen merupakan metode mengajar
dalam penyajian atau pembahasan materinya melalui suatu percobaan atau
mencobakan sesuatu serta mengamati secara proses.
Menurut Djamarah, (2006) metode eksperimen adalah cara penyajian
pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan
sendiri sesuatu yang dipelajari.
Menurut Roestiyah (2001:80), metode eksperimen adalah suatu cara
mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati
prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu
disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Moedjiono & Dimyati (1991) juga mengemukakan bahwa : Metode
eksperimen merupakan format interaksi belajar-mengajar yang melibatkan logika
induksi untuk menyimpulkan pengamatan terhadap proses dan hasil percobaan yang
dilakukan. Eksperimen yang dilakukan dalam metode eksperimen dapat dilakukan
secara perorangan ataupun kelompok. Metode eksperimen dilakukan dengan kegiatan
percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau masalah maupun hipotesis
tertentu. Oleh karena itu, seorang guru seharusnya kreatif dalam mengelola
pembelajaran.
13
pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda cair, metode yang tepat untuk
digunakan adalah metode eksperimen karena metode ini mempunyai banyak
keunggulan.
Metode eksperimen mempunyai kebaikan sebagai berikut (Sagala,
2009) : (1) metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata
guru atau buku saja; (2) dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi
eksploratoris tentang sains dan teknologi, suatu sikap dari seorang ilmuwan; (3)
metode ini didukung oleh asa-asas didaktik modern, antara lain: (a) siswa belajar
dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian; (b) siswa
terhindar jauh dari verbalisme; (c) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang
bersifat objektif dan realistis; (d) mengembangkan sikap berpikir ilmiah; (e) hasil
belajar akan tahan lama dan terinternalisasi.
Selain itu, metode eksperimen juga kerap kali digunakan karena memiliki
keunggulan ialah (Roestiyah, 2017) :
a) Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam
menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang
belum pasti kebenarannya, dan tidak mudah percaya pula kata orang, sebelum
ia membuktikan kebenarannya.
b) Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat; hal mana itu sangat dikehendaki oleh
kegiatan belajar mengajar yang modern, dimana siswa lebih banyak aktif
belajar sendiri dengan bimbingan guru.
c) Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen di samping memperoleh ilmu
pengetahuan; juga menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam
menggunakan alat-alat percobaan.
d) Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran sesuatu teori,
sehingga akan mengubah sikap mereka terhadap hal-hal yang tidak masuk akal.
Berdasarkan pendapat di atas, maka keunggulan-keunggulan metode
eksperimen dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Hasil belajar akan bertahan lama karena siswa secara aktif dan langsung dalam
mengumpulkan data dan informasi yang menjadi topik permasalahan kemudian
16
Energi listrik adalah energi yang timbul karena adanya arus listrik yang
mengalir melalui penghatar. Energi listrik sangat penting dalam kehidupan sehari-hari
Energi listrik digunakan untuk menyalakan lampu, TV, komputer, radio, kulkas dll.
Sumber listrik adalah alat yang dapat menghasilkan energi listrik Contoh sumber
listrik adalah listrik, baterai, generator
5. Energi Bunyi
Energi bunyi adalah energi yang ditimbulkan oleh benda yang menghasilkan
bunyi Energi bunyi dapat diketahui melalui telinga kita Bunyi dihasilkan dari benda
yang bergetar Tinggi rendahnya bunyi dipengaruhi oleh cepat lambatnya benda
bergetar Makin cepat dan kuat benda bergetar maka bunyi semakin tinggi/keras
Makin lambat dan lemah benda bergetar, maka bunyi semakin lemah Contoh benda
yang dapat menghasilkan bunyi adalah terompet, gendang, gitar dll.
6. Energi Kimia
Energi kimia adalah energi yang dikeluarkan dari reaksi kimia. Energi kimia
banyak terdapat pada bahan makanan dan bahan bakar Contoh energi kimia adalah
bateray bensin, solar, minyak tanah, batu bara, kayu bakar
BAB III
(Sudjana,1996:67)
Keterangan :
NR : Nilai rata –rata hasil belajar siswa pada setiap siklus
n : Banyaknya siswa
Untuk mengetahui hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan
menganalisis data berupa nilai nilai tes pada setiap siklus. Persentasi digunakan
untuk menggambarkan peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II
dengan menggunakan rumus:
Presentasi = %
Keterangan :
a. Selisih skor rata-rata prestasi siswa pada dua siklus
b. Skor rata-rata prestasi siswa pada siklus sebelummnya.
E. Indikator Keberhasilan
Indikator yang menyatakan bahwa pembelajaran ini dinyatakan
berhasil yaitu jika pembelajaran yang dilaksanakan sudah berjalan dengan
baik sesuai dengan skenario pembelajaran, hasil observasi dari pelaksanaan
pembelajaran berkategori baik, dan rata-rata nilai akhir dari setiap siklusnya
terjadi peningkatan sehingga persentase skor rata-rata siswa secara klasikal
20
yang mencapai skor lebih dari atau sama dengan 70 adalah mencapai 85% hal
ini sesuai dengan KKM SDN 020 Loa Janan = 70
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Nilai
No Nama Siswa
Nilai dasar Siklus I Siklus II
1 Aliatul Himmah 70 75 80
2 Andi Irma 70 75 80
3 Andika Saputra 60 65 70
4 Ari Yanti Agustina 60 65 70
5 Diah Ayu Sabrina 60 65 70
6 Evelyne Leonita Oscar 72 77 82
7 Fahmi Arbi 80 85 90
8 Haikal Bahri 50 55 60
9 M. Farhan Hafiz 55 60 65
10 M. Irfan Aliansyah 65 70 75
11 Maya Amelia Safitri 65 70 75
12 Muhammad Akbar 70 75 80
13 Nur Avia Amelia 70 75 80
14 Nur Hikmah 60 65 70
15 Nya Aulia Ramadani 60 65 70
16 Rahimmah Maghdalena 70 75 80
17 Rifa Wijaya 60 65 70
18 Rully Fajar Pujianto 60 65 70
19 Tanty Febbriyanti 70 75 80
20 Zalsabila Humariah 60 65 70
Jumlah 1287 1387 1487
Rata-rata 64,35 69,35 74,35
Prosentase Ketuntasan (%) 40,00 50,00 90,00
Nilai Tertinggi 80 85 85
Nilai Terendah 50 55 60
belajar siswa dengan ketuntasan belajar mencapai 90 % atau hanya 2 siswa yang
belum tuntas dari 20 orang siswa, walaupun masih terdapat 2 siswa yang tidak
tuntas pada penelitian ini dianggap sudah mencapai kriteria keberhasilan yaitu
secara klasikal 85 % siswa tuntas dalam pembelajaran.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I, dan siklus II dapat dinyatakan
bahwa pembelajaran IPA pada pokok bahasan energi melalui metode eksperimen
,baik hasil belajar afektif maupun kognitif mengalami peningkatan. Adapaun
temuan-temuan yang diperoleh pada penelitian perbaikan pembelajaran yang
berlangsung selama 2 siklus adalah sebagai berikut
1. Perkembangan hasil belajar aktivitas siswa
Perkembangan hasil belajar afektif siswa sebagai berikut :
a. Siswa memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh.
b. Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru meningkat.
c. Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.
d. Siswa aktif dalam pembelajaran dan menyenangi metodo eksperimen
Dari hasil perkembangan belajar siswa dari segi afektif maupun
psikomotorik, partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat. Terjadi
Peningkatan pada keempat aspek tersebut karena metode eksperimen dapat
menarik minat dan motivasi belajar siswa serta keingin tauan siswa menjadi besar
hal ini sejalan dengan pendapat menurut Mulyani Sumantri ( 2000: 114 ) yang
menyatakan metode adalah cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan
situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi
kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.
Berdasarkan temuan pada siklus I dan II aktivitas siswa dan motivasi
belajar siswa yang membaik maka hasil belajar siswa ikut meningkat hal ini
sejalan dengan pernyataan menurut Depdiknas, (2000: 5) Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar antara lain, faktor internal
mencakup motivasi, harapan untuk berhasil, intelegensia, penguasaan
keterampilan prasyarat, dan evaluasi kognitif terhadap kewajaran dari hasil belajar
23
antara lain. Sedangkan dari faktor eksternal yaitu pengaruh lingkungan fisik
berkenaan dengan prasarana dan sarana belajar, kemudian dari lingkungan psikis
meliputi iklim atau suasana belajar yang diciptakan oleh guru yang
memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar.
Berdasarkan temuan pada siklus I dan II dapat disimpulkan bahwa melalui
metode eksperimen aktivitas belajar siswa meningkat seiring dengan
meningkatnya hasil belajar
2. Perkembangan hasil belajar kognitif siswa.
Proses pembelajaran disampaikan dengan metode eksperimen dan
terencana dimulai dari kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan ini terfokus
mengaktifkan siswa mulai dari memperhatikan penjelasan, melakukan
pengamatan untuk memperoleh kesimpulan. Setelah dilaksanakan siklus I dan
dievaluasi dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar siswa. Pembelajaran
pada siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk memantapkan dan
mencapai tujuan penelitian. Pembelajaran yang disampaikan tentang energi
dengan indikator energi panas dan energi bunyi, namun diadakan peningkatan
penggunaan metode eksperimen yang digunakan. Hal ini bertujuan agar siswa
lebih aktif dan antusias dalam pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar
disampaikan dengan strategi terencana sebagaimana siklus I dan kegiatan
pembelajaran dilaksanakan lebih optimal. Hasil siklus II menunjukkan
peningkatan hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata siswa meningkat secara
signifikan dan ketuntasan belajar siswa mningkat secara signifikan dari sikus I
sampai siklus II Terjadi peningkatan nilai rata-rata pada siklus II di karenakan
peneliti melakukan tindakan refleksi dengan mengarahkan siswa agar melakukan
sendiri eksperimen didepan kelas dan peneliti menjelaskan lebih detail tahapan
eksperimen . Adapun temuan yang diperoleh sehubungan dengan hasil belajar
siswa adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan hasil belajar siswa berdasarkan perolehan nilai arat-rata hasil
belajar adalah nilai rata-rata siswa sebelum adanya tindakan perbaikan
pembelajaran dengan rata-rata 64,35 meningkat menjadi 69,35 pada siklus I
dan pada siklus II meningkat menjadi 74,35
24
DAFTAR PUSTAKA
Beni,S. 2017. Teknik Teknik Penilaian Kelas .Bandung: Tinta Emas Publishing .
Mulyani Sumantri & Juhan Permana. 2000. Startegi Belajar Mengajar. Bandung:
CV Maulana.
26
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Startegi Belajar Mengajar, Jakarta:
Rineka Cipta, 1997
Winataputra, Udin S., (2), Model-model Pembelajaran Inovatif, PT. Rineke Cipta
27
28