Anda di halaman 1dari 28

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ZAT

TUNGGAL DAN CAMPURAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN


NUMBER HEAD TOGETHER MENGGUNAKAN MEDIA BENDA
KONKRET KELAS V SDN LABAN PADA SEMESTER GENAP TAHUN
PELAJARAN 2020/2021

LATIFATUL NISAK
857696859

KARYA ILMIAH
PDGK 4560

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UPBJJ-UNIVESITAS TERBUKA SEMARANG
2021
2

PERSETUJUAN UNGGAH KARYA ILMIAH

Kami yang bertanda tangan di bawah ini, Akhmad Sya’ban, S.Pd., M. Pd. Selaku
pembimbing karya ilmiah dari:
Nama : Latifatul Nisak
NIM : 857696859
Program Studi : S1 PGSD
UPBJJ : Semarang

Menyatakan bahwa karya ilmiah mahasiswa tersebut diatas dengan judul


“MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ZAT
TUNGGAL DAN CAMPURAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
NUMBER HEAD TOGETHER MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONKRET
KELAS V SD N LABAN PADA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN
2020/2021” layak untuk diunggah keaplikasi karya ilmiah Universitas Terbuka denagn
telah memperhatikan ketentuan karya ilmiah sesuai panduan yang telah ditetapkan dan
ketentuan anti plagiasi.

Demikian persedian ini kami berikan

Kendal, 09 Juni 2021


Menyetujui
Pembimbing, Peneliti,

AKHMAD SYA’BAN, S.Pd., M.Pd. LATIFATUL NISAK


NIP. 19661128 199003 1 006 NIM. 857696859
3

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ZAT TUNGGAL


DAN CAMPURAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD
TOGETHER MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONKRET KELAS V SD N
LABAN PADA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Latifatul Nisak, 857696859


NIM. 857696859
lativatulnisa@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang dari penelitian ini adalah masih rendahnya nilai IPA pad siswa
kelas V SDN Laban. Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa
materi zat tunggal dan campuran. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN
Laban, dengan subjek penelitian siswa kelas V. Jumlah siswa kelas V adalah 21 orang,
dengan rincian 13 siswa dan 8 siswi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
meliputi teknik tes dan nontes. Teknis tes berupa tertulis sedangkan teknik non tes
berupa observasi. Hasil belajar diukur dengan teknik tes. Analisis data menggunakan
analisis deskriptif. Pada pra siklus diperoleh data dari 21 siswa, 12 siswa belum tuntas
dan 9 siswa tuntas dengan prosentase ketuntasan 42,86%. Pada siklus I jumlah siswa
yang belum tuntas 5 oarang dan yang tuntas 16 orang, dengan prosentase ketuntasan
76,19%. Pada siklus II semua siswa tuntas, dengan prosentase ketuntasan 100%.
Melalui penggunaan model pembelajaran NHT dan media benda konkret dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi zat tunggal dan campuran SDN Laban
pada semester genap tahun pelajaran 2020/2021.
Kata kunci: hasil belajar, IPA, model pembelajaran NHT, media benda konkret
4

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran yang tidak optimal akan berdampak pada hasil belajar
siswa. Menurut (Zukira dkk, 2018) hasil belajar yang masih rendah
merupakan salah satu dari beberapa masalah yang ada dalam dunia
pendidikan yang ada di Indonesia. Pengajaran yang dilakukan dianggap
belum mencapai upaya membangun pengetahuan, keterampilan proses dan
sikap sains. Menurut (Sumarjilah, 2015) hasil belajar siswa yang masih
rendah dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, salah satunya
yaitu pemilihan media yang sesuai.
Berdasarkan observasi di SD Negeri Laban, Hasil ulangan siswa pada
materi IPA benda tunggal dan campuran banyak yang belum mencapai KKM
dengan ketentuan KKM 75. Lebih jelasnya dapat dilihat di lampiran 2. Hal
tersebut diperjelas oleh guru kelas di SD tersebut yang mengajar kelas V. Ia
menegaskan bahwa penyebab hasil belajar siswa masih rendah karena
pembelajaran yang digunakan masih menggunakan metode konvensional,
sehingga siswa masih belum aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Selain masih menggunakan model pembelajaran konvensional, guru
juga belum menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran
sehingga siswa masih kesulitan memahami materi tersebut. Media
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
benda tunggal dan campuran khususnya dalam mengidentifikasi sifat
campuran adalah menggunakan media benda konkret. Dengan media benda
konkret siswa dapat mengidentifikasi langsung perubahan-perubahan yang
terjadi pada zat campuran.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka perlu adanya model
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran
yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa harus ada kegiatan
yang mengaktifkan siswa. Model pembelajaran yang sesuai untuk
meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran NHT (Number
5

Head Together). Menurut (Firdaus, 2016) model pembelajaran NHT


merupakan proses pembelajaran yang dikembangkan untuk melibatkan siswa
berdiskusi dalam proses pembelajarannya dan guru memberikan nomor
kepada siswa untuk dipasangkan di kepala kemudian guru memilih siswa
secara acak untuk menuangkan hasil diskusinya di depan kelas.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dapat diangkat
dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi benda tunggal dan
campuran masih rendah
b. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran
c. Guru masih menyampaikan pembelajaran dengan metode
konvensional
d. Guru belum menggunakan media pembelajaran
2. Analisis Masalah
a. Hasil belajar siswa masih rendah, dapat dilihat dari hasil ulangan
siswa banyak yang masih di bawah KKM
b. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Hal tersebut karena
masih ada siswa yang belum memahami materi tersebut
c. Guru dalam proses pembelajaran masih menggunakan metode
konvensional , sehingga masih belum aktif
d. Guru belum menggunakan media pembelajaran pada mata pelajaran
IPA materi benda tunggal dan campuran, sehingga penyampaian
materi sesuai buku saja.
3. Alternatif dan prioritas pemecahan masalah
Dari hasil analisis masalah diatas, peneliti memberikan alternatif
pemecahan masalah dengan memberikan model pembelajaran dan
pemberian media benda konkret. Dengan menggunakan model
pembelajaran dan media benda konkret diharapkan siswa dapat aktif
dalam proses pembelajaran. Peneliti memprioritaskan penelitian pada
6

penggunaan model pembelajaran dan media benda konkret dalam


meningkatkan hasil belajar siswa kelas V mata pelajaran IPA materi
benda tunggal dan campuran di SD N Laban tahun pelajaran 2020/2021.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan analisis maslah di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana
proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA materi benda tunggal dan campuran melalui model
pembelajaran NHT (Number Head Together) berbantuan media benda
konkret di kelas V SDN Laban tahun pelajaran 2020/2021.

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Sesuai paparan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa di eklas V SDN Laban
mata pelajaran IPA materi benda tunggal dan campuran melalui model
pembelajaran NHT (Number Head Together) berbantuan media benda
konkret di kelas V SDN Laban tahun pelajaran 2020/2021.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan banyak manfaat
bagi berbagai pihak. Manfaat yang diharapkan peneliti dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagi Siswa: siswa dapat meningkatkan pemahaman materi dan keaktifan
siswa.
2. Bagi Guru: hasil penelitian ini dapat memberikan variasi dalam
penggunaan model pembelajaran dan media pembelajaran, khususnya
mata pelajaran IPA materi benda tunggal dan campuran.
3. Bagi Sekolah: menjadikan salah satu refernsi bagi sekolah dalam
penggunaan model pembelajaran dan pengadaan media pembelajaran.
4. Bagi Peneliti: dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman
7

untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA materi benda
tunggal dan campuran melalui model pembelajaran dan media benda
konkret.

II. KAJIAN PUSTAKA


A. Pengertian Belajar
Menurut R. Gagne belajar merupakan suatu proses dimana suatu
organisme perilakunya berubah akibat dari pengalaman. Bagi Gagne,
belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Suatu upaya
memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui instruksi merupakan
penekanan belajar menurut Gagne.Instruksi yang dimaksud yaitu perintah
atau arahan dan bimbingan dari seorang Guru (Susanto, 2013).
Sedangkan Bruner berpendapat bahwa belajar tidak untuk
mengubah seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi
sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah.
Sebab itu Bruner mempunyai pendapat, alangkah baiknya bila sekolah
dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat
sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu (Slameto,
2013).
Berdasarkan berbagai pengertian tentang belajar dapat diambil
kesimpulan bahwa belajar adalah sebuah perubahan yang di alami oleh
individu yang dimulai semenjak dia lahir melalui proses mencari
pengetahuan untuk menuju pada perkembangan pribadi yang utuh melalui
aspek-aspek yang muncul dalam proses belajar.

B. Pengertian Hasil Belajar


Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam
mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam skor, diperoleh dari
hasil tes. Secara sederhana hasil belajar merupakan kemampuan siswa
8

setelah melakukan proses pembelajaran. Siswa yang berhasil merupakan


siswa yang sapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dapat diketahui dengan evaluasi (Susanto, 2013).

C. Model Pembelajaran Number Head Together (NHT)


Model pembelajaran NHT adalah model pembelajaran kooperatif
yang lebih banyak melibatkan siswa dalam menelaah materi yang
mencakup dalam suatu pembelajaran. Model NHT juga merupakan model
pembelajaran dengan memberikan nomor kepada siswa dan dibentuk
kelompok kemudian guru mengambil nomor secara acak dalam kelompok
tersebut (Juliartini dan Arini, 2017).
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam model pembelajaran ini
sebagai berikut:
a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap siswa dalam
kelompok mendapat nomor untuk dipasangkan di kepala.
b. Guru memberikan tugas yang sudah di sediakan dalam LKS dan
masing-masing kelompok mengerjakannya.
c. Kelompok mendiksusikan penyelesaian dalam LKS dan memastikan
setiap anggota kelompok dapat mengerjaknnya atau mengetahui
jawabannya.
d. Guru mengambil salah satu nomor siswa dan nomor yang tepilih
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
e. Kelompok lain memberikan tanggapan atau umpan balik.
f. Kesimpulan (Suhana, 2009).

D. Media Benda konkret


Media konkret adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau
sumber belajar. Yang dimaksud dengan benda nyata sebagai media adalah
alat penyampaian informasi yang berupa benda atau obyek yang sebenarnya
atau asli dan tidak mengalami perubahan yang berarti.
9

Sebagai obyek nyata, realita merupakan alat bantu yang bisa


memberikan pengalaman langsung kepada pengguna. Oleh karena itu,
realita banyak digunakan dalam proses belajar mengajar sebagai alat bantu
memperkenalkan subjek baru. Dari pendapat tersebut, maka dapat dimaknai
bahwa media konkret adalah benda nyata atau benda konkret yang dapat
digunakan sebagai sumber belajar.

III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


A. Subjek, Tempat, dan Waktu Serta Pihak Yang Membantu Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V, dimana siswa
berjumlah 21, dengan rincian 13 siswa laki-laki dan 8 siswi
perempuan. Berumur rata-rata antara 11-12 tahun.
Berikut daftar siswa yang dijadikan subjek penelitian:

DAFTAR SISWA KELAS V SDN LABAN


TAHUN PELAJARAN 2020/2021
JENIS
NO. NAMA
KELAMIN
1 Ahmad Awalul Nadzim L
2 Ahmad Azizi Nur Sulaeman L
3 Ahmad Naufal Alfayed L
4 Gita Nur Ainis Sholihah P
5 Hafiz Arya Adinata L
6 Jazilatul Muktazah P
7 M. Maulana Kamal Abdillah L
8 Moh. Ghilman David Ilmanudin L
9 Muarifatus Siyam P
10 Muchamad Nur Afifudin L
11 Muhammad Ade Ramadhan Putra L
12 Muhammad Fasfahissofhal L
13 Muhammad Galih Erlangga Syaputra L
14 Muhammad Syarifuddin L
10

15 Nadia Tasya Maharani P


16 Nanda Rahesti Amalia P
17 Nila Khoirotul Fitriah P
18 Putri Ayu Amaliya P
19 Syahdan Arya Al Khoir L
20 Wahyu Nur Ridho L
21 Wilda Naily Nabila P
2. Tempat Penelitian
Penelitian di laksanakan di SDN Laban yang beralamat di Jl. Balai
Desa Laban Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal kode pos
51353.
3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini adalah pada bulan April-Mei 2021, dimulai dari
Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II.
4. Pihak Yang Membantu Penelitian
Banyak pihak tersebut antara lain:
a. Bapak Akhmad Sya’ban, S.Pd., M.Pd. selaku Supervisor 1.
b. Ibu Sudarwati, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SDN Laban (akhir
periode 30 April).
c. Bapak Yudi Nuryanto, S. Pd. selaku Kepala Sekolah SDN Laban
(awal periode 1 Mei).
d. Ibu Dwi Indri Suciati, S. Pd. selaku teman sejawat.
e. Siswa kelas V SDN Laban.

B. Desain prosedur Perbaikan pembelajaran


Istilah langkah dalam PTK sangat bervariasi. Tetapi, secara
umum langkah-langkah melakukan PTK dapat digambarkan sebagai
berikut: (TIM-FKIP-UT, 2020)
11

Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas


1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada siklus I, pembelajaran di kembangkan secara
maksimal dalam mengatasi beberapa kekurangan yang masih
terdapat pada pembelajaran di Pra Siklus yang meliputi:
1) Melakukan kegiatan diskusi dengan teman sejawat untuk
mengidentifikasi kekurangan di pembelajaran Pra Siklus,
kemudian merancang perbaikan yang akan di laksanakan pada
siklus I.
2) Menetapkan indikator dan mengkaji materi zat tunggal dan
campuran.
3) Menyusun revisi RPP menggunakan model pembelajaran dan
media benda konkret yang pada kegiatan awal guru memberi
motivasi kepada siswa.
4) Menyusun RPP menggunakan model pembelajaran dan media
benda konkret:
a) Menyiapkan sumber dan media yang di butuhkan dalam
pembelajaran.
b) Menyiapkan alat evaluasi yaitu berupa tes tertulis dan
lembar kerja siswa (LKS).
c) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas
siswa.
12

b. Pelaksanaan Tindakan
1) Kegiatan Awal
a) Guru memberi salam, menanyakan kabar, mengecek
kehadiran siswa dan berdoa.
b) Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi
sebelumnya dengan yang akan dipelajari.
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus
dikuasai siswa hari ini.
2) Kegiatan Inti
a) Siswa melakukan literasi dengan mengamati video
berkaitan dengan materi zat tunggal dan campuran.
b) Siswa berdiskusi kelompok
c) Siswa yang nomornya terambil secara acak maju
mempresentasikan hasil diskusinya dengan kelompoknya
dan kelompok lain memberikan umpan balik.
3) Kegiatan Penutup
a) Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi yang
telah di pelajari.
b) Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu.
c) Guru memberikan tindak lanjut kepada siswa berupa
informasi untuk mempelajari materi selanjutnya yang akan
dibahas pada pertemuan selanjutnya.
c. Pengumpulan Data
Pengamatan yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung meliputi:
1) Sebagian siswa sudah mulai aktif.
2) Sebagian siswa sudah mampu mengidentifikasi dan
mengerjakan soal evaluasi sesuai media yang benda konkret
yang di praktekan.
3) Siswa sudah mulai kreatif namun, masih perlu di tingkatkan
13

lagi.
d. Refleksi
Peneliti mengevaluasi seluruh proses pembelajaran beserta hasil
pembelajaran yang telah dilakukan pada Siklus I dalam
pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran NHT
berbantuan benda konkret untuk mengidentifikasi kekurangan,
serta menetapkan perbaikan berupa tindak lanjut yang diperlukan
untuk Siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Pada Siklus II, pembelajaran di kembangkan dengan maksimal
untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada pembelajaran di
Siklus I yang meliputi:
1) Mengidentifikasi kekurangan pembelajaran Siklus I,
selanjutnya merancang perbaikan yang akan dilaksanakan pada
Siklus II KD 3.9 Mengelompokkan materi dalam kehidupan
sehari-hari berdasarkan komponen penyusunnya (zat tunggal
dan campuran). 3.9.1 Mengelompokkan materi dalam
kehidupan sehari-hari berdasarkan komponen penyusunnya
(zat tunggal dan campuran).
2) Menetapkan indikator dan menelaah materi zat tunggal dan
campuran.
3) Membuat RPP dengan menggunakan model pembelajaran
NHT dan benda konkret.
4) Menyiapkan sumber berupa buku untuk siswa SD kelas V,
Buku Siswa tema 9 kurikulum 2013 edisi revisi 2013 dan
media yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
5) Menyiapkan alat evaluasi yaitu tes tertulis dan lembar kerja
siswa.
6) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas
14

siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Kegiatan Awal
a) Guru membuka kelas dengan salam, menanyakan kabar,
mengecek kehadiran siswa dan berdoa.
b) Guru meningkatkan semangat siswa dengan tepuk
semangat.
c) Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan
pertanyaan,”apakah ada yang masih ingat apa itu zat
campuran heterogen dan homogen ?”.
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang merupakan
kompetensi yang harus di kuasai siswa hari ini
2) Kegiatan Inti
a) Siswa melakukan literasi dengan mengamati video tentang
zat tunggal dan campuran
b) Guru membentuk kelompok, siswa mengelompok ke dalam
kelompok belajar dengan beranggotakan 4-5 siswa.
c) Guru memberikan langkah-langkah dalam menggunakan
media konkret di lembar kerja siswa.
d) Guru membimbing diskusi kelompok dan memberikan
bantuan seperlunya.
e) Guru membimbing pembuatan LKS.
f) Guru memberikan kesempatan tiap kelompok untuk saling
bertukar hasil diskusi.
g) Guru mengambil nomor secara acak dan nomor yang
terpilih kelompoknya maju ke depan untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
h) Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang
belum jelas.
3) Kegiatan Penutup
15

a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi telah dipelajari.


b) Siswa mengerjakan soal evaluasi berupa soal tes tertulis
secara individu.
c) Guru menilai tes dan menganalisis hasil tes untuk melihat
perkembangan pemahaman siswa terhadap materi.
d) Guru memberikan tindak lanjut dengan menginformasikan
untuk mempelajari materi selanjutnya.
c. Pengumpulan Data
Pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung:
1) Pembelajaran sudah mengaktifkan siswa.
2) Siswa sudah mampu membedakan zat campuran heterogen
dan zat campuran heterogen.
3) Sebagian besar siswa sudah tuntas ( ketuntasan 100 % ) dalam
belajar.
d. Refleksi
Guru bersama teman sejawat berdiskusi tentang hasil
pembelajaran, jalannya pembelajaran, peningkatan kemampuan
berfikir siswa dan menelaah ulang tentang kekurangan dan
kelebihan pada siklus ini. Dalam siklus II ini sudah dianggap
tidak ada masalah dan hasil belajar telah memenuhi standar yaitu
adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa dan prestasi belajar
siswa.

C. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data adalah sebagai
berikut:
1. Analisis Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi yang dilakukan
oleh teman sejawat, dan catatan lapangan selama pembelajaran
digunakan sebagai refleksi dalam membuat pembelajaran pada siklus
16

selanjutnya.
2. Analisis Kuantitatif
Data kuantitatif bersumber dari hasil lembar kerja siswa
(selanjutnya disebut LKS) dan evaluasi. Dari hasil LKS dan evaluasi,
apabila hasil siswa di bawah dari KKM mata pelajaran IPA dengan
kompetensi dasar mengelompokkan materi dalam kehidupan sehari-
hari berdasarkan komponen penyusunnya (zat tunggal dan campuran)
di kelas V SDN Laban Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal,
maka peneliti perlu melakukan perbaikan pembelajaran untuk siklus
berikutnya.

IV. Hasil dan Pembahasan


A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Hasil penelitian perbaikan pembelajaran diuraikan sebagai berikut:
1. Hasil Pra Siklus
Deskripsi Pra Siklus sebelum penelitian diperoleh peneliti dengan
merujuk pada nilai rata-rata kelas V SDN Laban. Adapun hasil Pra
Siklus pada mata pelajaran IPA yang disajikan dalam bentuk tabel di
bawah ini.
Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Mata Pelajaran IPA Pra Siklus

Interval Frekuensi Persentase Kategori

90≤A≤100 0 0% Sangat Baik


80≤B≤89 4 19,05 % Baik
70≤C≤79 14 66,67 % Cukup
D<70 3 14,29 % Perlu Bimbingan
Jumlah 21 100%
Rata-rata 72,14
Ketuntasan 42,86%
Dari hasil tersebut dapat terlihat hasil evaluasi mata pelajaran IPA
17

kelas V SDN Laban dari 21 Siswa yang mendapat nilai 80-89 sebanyak 4
orang Siswa (19,05 %), nilai 70-79 sebanyak 14 orang Siswa (66,67 %),
nilai <70 sebanyak 3 orang Siswa (14,29 %), dengan rata-rata 72,14 dan
persentase ketuntasan sebesar 42,86 %.
2. Setelah Tindakan Perbaikan
a. Siklus 1
Data yang diperoleh pada kegiatan Pra Siklus dijadikan acuan
dalam pelaksanaan tindakan pada Siklus I dengan tujuan
diperolehnya peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN
Laban. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada Siklus I
meliputi:
1) Perencanaan
Pada Siklus I pembelajaran dikembangkan secara maksimal
untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang terdapat
pada pembelajaran Pra Siklus. Pada tahap ini meliputi:
a) Berdiskusi dengan teman sejawat untuk mengidentifikasi
kekurangan pada pembelajaran Pra Siklus yang
pelaksanaannya pada Siklus II.
b) Menetapkan indikator dan mengkaji materi zat tunggal
dan campuran.
c) Menyusun revisi rencana perbaikan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran dan media benda
konkret dan pada kegiatan awal guru memberikan
motivasi kepada siswa.
d) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran dan media benda
konkret:
(1) Menyiapkan media yang digunakan dalam
pembelajaran.
(2) Menyiapkan alat evaluasi tes tertulis dan lembar
18

kerja siswa (LKS).


(3) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati
aktivitas siswa.
2) Pelaksanaan Tindakan
a) Kegiatan Awal
(1) Guru membuka kelas dengan mengucapkan salam,
menanyakan kabar, mengecek kehadiran siswa, dan
berdoa.
(2) Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan
materi sebelumnya dengan yang baru.
(3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
termasuk kompetensi yang harus di kuasai siswa
pada proses pembelajaran.
b) Kegiatan Inti
(1) Siswa diberikan literasi oleh guru dengan kegiatan
mengamati video tentang zat tunggal dan campuran.
(2) Siswa melakukan diskusi dengan dibentuk kelompok
4-5 siswa.
(3) Guru mengambil nomor secara acak. Dan siswa
yang nomornya terpilih mempresentasikan hasil
diskusinya.
(4) Kelompok lain memberikan umpan balik.
c) Kegiatan Penutup
(1) siswa dibantu guru menyimpulkan materi yang telah
selesai dipelajari.
(2) siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu.
(3) guru menilai tes dan menganalisis hasil tes untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa.
(4) guru memberikan tindak lanjut kepada siswa berupa
informasi untuk mempelajari materi selanjutnya
19

yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.


3) Pengamatan Tindakan
Dari tindakan perbaikan pembelajaran pada Siklus 1,
siswa diberikan ulangan formatif dan hasilnya berupa data
nilai. Dari data daftar nilai tersebut (lampiran) untuk
mempermudah pengolahan data, selanjutnya peneliti
menyusun data nilai hasil perbaikan dalam bentuk tabel,
dapat dibaca pada halaman berikut.
Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Mata Pelajaran IPA Siklus I
Interval Frekuensi Persentase Kategori

90≤A≤100 4 19,05 % Sangat Baik


80≤B≤89 6 28,57 % Baik
70≤C≤79 11 52,38 % Cukup
D<70 0 0% Perlu Bimbingan
Jumlah 21 100%
Rata-rata 78,33
Ketuntasan 76,19 %
Dari hasil tersebut dapat terlihat hasil evaluasi mata
pelajaran IPA Siklus 1 kelas V SDN Laban dari 21 Siswa
yang mendapat nilai 90-100 sebanyak 4 orang Siswa (19,05
%), nilai 80-89 sebanyak 6 orang Siswa (28,57 %), dan nilai
70-79 sebanyak 11 siswa (52,38%) nilai <70 sebanyak tidak
ada (0%), dengan rata-rata 78,33 dan persentase ketuntasan
sebesar 76,19%. Semua siswa telah mencapai KKM (75).
Dari hasil ketuntasan Pra Siklus 42,86% menjadi 76,19%
pada Siklus 1, sehingga mengalami peningkatan.
Berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil analisis
pada Siklus I beserta masukan dari pengamatan teman
sejawat, dapat dikatakan bahwa:
20

a) siswa lebih tertarik, dan termotivasi untuk belajar dengan


menggunakan media benda konkret,
b) tanggapan siswa terhadap tindakan perbaikan yang
diberikan bernilai positif, terbukti dari hasil ulangan
yang meningkat dibandingkan hasil ulangan yang
sebelumnya,
c) siswa bersemangat dalam kegiatan belajar menggunakan
media benda konkret, karena lebih mudah di pahami.
4) Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran yang
berbantuan media benda konkret memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan dan kelemahan menggunakan media
pembelajaran dalam pelaksanaan, sebagai berikut:
a) Kelebihan Siklus 1
(1) sebagaian besar siswa telah tertarik dan terlibat
dalam memperhatikan pembelajaran, karena
pembelajaran menggunakan media pembelajaran
benda konkret berupa gelas plastik, garam, gula,
kopi, sirup, minyak goreng, pasir, air, sendok
dengan cara mencampurkan keduanya.
(2) siswa lebih bersemangat dan aktif dalam belajar.
(3) materi lebih mudah dipahamai oleh siswa.
b) Kelemahan Siklus 1
(1) masih ada siswa yang belum sepenuhnya paham
pembelajaran dengan benda konkret.
(2) masih ditemui oleh guru beberapa siswa yang
kurang konsentrasi dalam pembelajaran.
(3) masih ada siswa yang belum tuntas.
b. Siklus II
Data yang diperoleh pada siklus I dijadikan acuan dalam
21

pelaksanaan pada siklus II dengan tujuan diperoleh


peningkatan hasil belajar siswa. Kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan pada Siklus II sebagai berikut:
1) Perencanaan
Pada Siklus II, pembelajaran dikembangkan secara maksimal
untuk mengatasi kekurang-kekurangan yang terdapat pada
pembelajaran di siklus I. Pada tahap ini meliputi:
a) mengidentifikasi kekurangan pada pembelajaran siklus I,
kemudian merancang perbaikan yang akan dilaksanakan
pada siklus II KD 3.9 Mengelompokkan materi dalam
kehidupan sehari-hari berdasarkan komponen penyusunnya
(zat tunggal dan campuran). 3.9.1 Mengelompokkan materi
dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan komponen
penyusunnya (zat tunggal dan campuran.
b) menetapkan indikator dan menelaah materi zat tunggal dan
campuran.
c) membuat RPP dengan menggunakan model pembelajaran
NHT dan media benda konkret.
d) menyiapkan sumber dan media yang dibutuhkan dalam
pembelajaran dan sumber berupa buku buku siswa tema 9
kurikulum 2013 edisi revisi 2013.
e) menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja
siswa (LKS).
f) menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas
siswa.
2) Pelaksanaan Tindakan
a) Kegiatan Awal
(1) guru memberi salam, menanyakan kabar, mengecek
kehadiran siswa dan berdoa.
(2) guru meningkatkan semangat siswa dengan tepuk
22

semangat.
(3) guru melakukan apersepsi dengan mengajukan
pertanyaan,”apakah ada yang masih ingat apa itu zat
campuran heterogen dan homogen”.
(4) guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa hari
ini.
b) Kegiatan Inti
(1) siswa melakukan literasi dengan mengamati video
tentang zat tunggal dan campuran.
(2) siswa melakukan tanya jawab dengan guru
(3) guru mengatur pembentukan kelompok, siswa
mengelompok ke dalam kelompok belajar dengan
beranggotakan 4-5 siswa.
(4) guru membimbing diskusi kelompok.
(5) guru membimbing pembuatan LKS.
(6) guru mengambil nomor secara acak dan nomor yang
terpilih kelompoknya maju ke depan untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
(7) siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal
yang belum jelas.

c) Kegiatan Penutup
(1) guru bersama siswa menyimpulkan materi yang selesai
di pelajari.
(2) siswa mengerjakan soal evaluasi berupa soal tes tertulis
secara individu.
(3) guru menilai tes dan menganalisis hasil tes untuk
melihat pemahaman siswa terhadap materi.
(4) guru memberikan tindak lanjut dengan
23

menginformasikan untuk mempelajari materi


selanjutnya.
3) Pengamatan Tindakan
Dari perbaikan pembelajaran pada Siklus II diperoleh
data berupa nilai hasil tes formatif. Berikut hasil evaluasi pada
siklus II:
Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Mata Pelajaran IPA Siklus II
Interval Frekuensi Persentase Kategori

90≤A≤100 9 42,86% Sangat Baik


80≤B≤89 12 57,14% Baik
70≤C≤79 0 0% Cukup
D<70 0 0% Perlu Bimbingan
Jumlah 21 100%
Rata-rata 88,57
Ketuntasan 100%
Hasil ulangan pada Siklus II menunjukkan dari 21 siswa
yang telah memenuhi KKM (75) sebanyak 100% tuntas . Nilai
rata-rata siswa mencapai 88,57. Terjadi peningkatan hasil
belajar IPA dengan media pembelajaaran menggunakan benda
konkret jika dibandingkan dengan siklus I.
Peningkatan hasil belajar IPA pada Siklus II dibanding
siklus I adalah sebagai berikut: kriteria sangat baik yang pada
siklus I 19,05% menjadi 42,86 % di Siklus II, kriteria baik yang
pada siklus I 28,57 % menjadi 57,14 % di Siklus II, kriteria
cukup yang pada siklus I 52,38 % menjadi 0 % di Siklus II, dan
kriteria perlu bimbingan yang pada siklus I dan siklus II 0%.
Berdasarkan pengamatan dalam teman sejawat dan hasil
analisis peneliti dari hasil perbaikan pada Siklus II, dapat
dikatakan sebagai berikut:
24

a) siswa antusias dalam kegiatan belajar dengan cara melatih


mengidentifikasi, presentasi dan diskusi kelas terbuka,
melatih keberanian dan percaya diri.
b) hasil ulangan meningkat dibanding hasil ulangan
sebelumnya.
c) ada kompetisi masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan dengan media pembelajaran
menggunakan benda konkret.
4) Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran
menggunakan media pembelajaran benda konkret, dapat
dikemukakan beberapa kelebihan dan kelemahan dalam
pelaksanaan, sebagai berikut:
a) Kelebihan pada Siklus 1I
(1) sebagaian besar siswa telah tertarik dalam
memperhatikan pembelajaran.
(2) siswa lebih bersemangat dalam belajar.
(3) ada skompetensi ketika mendisukusikan zat tunggal
dan campuran dengan mencampurkan dua zat.
(4) materi lebih mudah dipahamai.
b) Kelemahan pada Siklus II.
(1) ada satu siswa yang masih belum percaya diri saat
berpendapat.
(2) masih di temui guru dalam pembelajaran kelompok
siswa berbicara diluar materi.
Siklus II ini menunjukkan nilai siswa lebih meningkat dan
siswa semakin antusias dalam menggunakan media pembelajaran
benda konkret. Hal ini dapat dilihat bahwa semua siswa tuntas
dalam pembelajaran (100%).
25

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Penelitian dilakukan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran
yang dilakukan guru terhadap rendahnya hasil belajar mata pelajaran
IPA. Pembelajaran memanfaatkan media benda konkret menunjukan
hasil yang efektif. Berdasarkan perkembangan hasil nilai siswa yang
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.4 Analisis Ketuntasan dari Pra Siklus, Siklus I, dan
Siklus II
Siklus Belum
No KKM % Tuntas Peningkatan
Pra I II Tuntas
1 75 12 57,14% 42,86%
2 75 5 23,81% 76,19% 33,33%
3 75 0 100% 23,81%
Data kondisi awal Siswa kelas V sejumlah 21 Siswa diperoleh
dari pelaksanaan tes pra tindakan, diketahui bahwa nilai tertinggi 85,
nilai terendah 60 dan nilai rata-rata 72,14. Siswa yang sudah tuntas
sebanyak 9 Siswa atau 42,86% dan yang belum tuntas sebanyak 12
siswa atau 57,14%. Dari data awal, menggambarkan kemampuan dalam
mengidentifikasi zat tunggal dan campuran masih rendah. Berdasarkan
observasi pembelajaran juga masih terpusat pada guru, cenderung
menggunakan metode , guru lebih menekankan pada penguasaan materi
daripada proses pembelajaran, sehingga konvensional pembelajaran
berlangsung tidak optimal. Untuk itu, perlu dilakukan tindakan agar
para siswa mendapatkan nilai minimal sesuai dengan kriteria ketuntasan
minimal (KKM). Tindakan dilakukan dengan menerapkan metode
scientific learning dengan menggunakan model NHT dalam
pembelajaran, seperti yang disampaikan (Zukira dkk, 2018) proses
kegiatan belajar mengajar yang tidak optimal akan berdampak pada
hasil belajar siswa. Hasil belajar yang masih rendah merupakan salah
26

satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan yang ada di


Indonesia. Pengajaran yang dilakukan dianggap belum mencapai upaya
membangun pengetahuan, keterampilan proses dan sikap sains.
Menurut (Sumarjilah, 2015) rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi
oleh faktor internal dan faktor eksternal, salah satunya adalah pemilihan
media yang sesuai.
Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam dua siklus. Hasil
pelaksanaan pada siklus I, nilai rata-rata meningkat menjadi 78,33
sedangkan kriteria ketuntasan minimal juga meningkat menjadi 76,19%.
Peningkatan tersebut terjadi karena pembelajaran menjadi lebih efektif
sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Pembelajaran pada siklus pertama masih ditemukan kelemahan
antara lain: siswa masih ada yang kurang faham dan masih ada siswa
yang kurang aktif dalam pembelajaran. Sedangkan kelebihan di siklus I
siswa menyukai penggunakaan media pembelajaran benda konkret, siswa
lebih aktif, dan hasil belajar meningkat.
Pada pelaksanaan siklus kedua, pembelajaran dilakukan pada
kelompok kecil dengan menggunakan media pembelajaran benda
konkret. Seperti yang dikatakan (M. Djauhar Siddiq, dkk, 2008)
mengatakan bahwa dengan memanfaatkan media konkret dalam proses
belajar siswa akan lebih aktif dapat mengamati, menangani,
memanipulasi, mendiskusikan dan akhirnya dapat menjadi alat
meningkatkan kemauan siswa untuk menggunakan sumber-sumber
belajar yang serupa.
Dari pelaksanaan tindakan siklus II, diperoleh hasil yaitu terjadi
peningkatan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi. Nilai rata-rata
meningkat menjadi 88,57 persentase pencapaian KKM menjadi 100%.
Artinya Seperti yang dikatakan (M. Djauhar Siddiq, dkk, 2008)
pemanfaatan media konkret sebagai bahan pembelajaran dan sebagai
bagian dari upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran agar
27

semakin efektif. Sehingga media konkret ini dapat berfungsi untuk


menyederhanakan konsep yang sulit atau sukar, menyajikan bahan materi
ajar yang relatif abstrak menjadi lebih nyata, serta menjelaskan
pengertian atau konsep secara lebih konkret. Pada siklus ke II siswa
sudah mencapai KKM 100% ,maka penelitian ini diakhiri.

V. Simpulan dan Saran Tindak Lanjut


A. Simpulan
Berdasarkan data hasil penelitian yang diuraikan di atas dapat penulis
simpulkan bahwa melalui model pembelajaran Number Head Together
(NHT) dan penggunaan media benda konkret dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi zat tunggal dan campuran
di kelas V SDN Laban Tahun Pelajaran 2020/2021. Hal tersebut
dibuktikan dengan perolehan nilai pada siklus I nilai rata-rata 78,33
dengan tingkat ketuntasan 76,19% meningkat pada Siklus II nilai rata-
rata 88,57 dan ketuntasan 100%. Penggunaan model pembelajaran NHT
dan media benda konkret dengan langkah-langkah yang tepat dapat
meningkatkan proses belajar IPA. Langkah-langkah tersebut adalah
sebagai berikut: (1) menetapkan tujuan yang jelas; (2) Merumuskan
tujuan prilaku khusus secara tepat; (3) memilih model pembelajaran yang
tepat (4) memilih media pembelajaran benda konkret untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan sebelumnya dan mengetahui karakteristik siswa
secara tepat; (5) menyusun perencanaan pelajaran; (6) melaksanakan
penyajian pembelajaran yang berpusat keterlibatan siswa dan dipadukan
dengan media; (7) melakukan kegiatan tindak lanjut; (8) melakukan
evaluasi.

B. Saran Tindak Lanjut


Agar hasil belajar pada mata pelajaran IPA berhasil, sebaiknya
menggunakan cara-cara sebagai berikut :
28

1. Dalam mengajar IPA, hendaknya menggunakan model pembelajaran


yang dapat membuat siswa senang dan aktif dalam pembelajaran.
2. Dalam mengajar IPA, hendaknya menggunakan media pembelajaran
yang bervariasi dan pemanfaatan media pembelajaran benda konkret
harus dapat membuat pengalaman belajar yang menyenangkan
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, Muhamad. (2016). Penerapan Model pembelajaran kooperatif Tipe Number


Head Together (NHT) ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa S Kelas VIII
SMP. Jurnal Formatif. 6(2).

Juliartini, N.M., dan Arini, N.W. (2017). Penerapan Model Pembelajaran NHT untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III. Journal of Education
Action Research. 1(3).

Siddiq, M. Djauhar dkk. (2008). Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta:


Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depertamen Pendidikan Nasional.

Slameto. 2013. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Raneka


Cipta.

Suhana, H. d. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.

Sumarjilah, Yosepha. (2015). Penggunaan Media Kongkrit untuk Meningkatkan Hasil


Belajar Matematika Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan
pada Siswa Kelas I SDN Rejoagung 01 Kabupaten Jember. Pancaran. 4(4).

Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: PRENADA MEDIA
GROUP.

TIM-FKIP UT, (2020). Pemantapan Kemampuan Profesional. Tangerang Selatan:


Universitas Terbuka.

Zukira, dkk. (2015). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Sekolah Dasar
Alkhairaat Towera Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number
Head Together. Jurnal Kreatif Tadulako Online. 3(4).

Anda mungkin juga menyukai