PENDAHULUAN
1
monoton, sehingga menyebabkan siswa cepat merasa bosan, siswa kurang memahami
materi yang diajarkan oleh guru sehingga prestasi siswa pada materi pelajaran IPA
sangat rendah atau belum maksimal. Rendahnya pemahaman ini terbukti dengan daftar
nilai UAS IPA yang di peroleh siswa yang rata-rata nilainya dibawah ketuntasan minimal
yaitu 75,00. Nilai siswa dapat dilihat dalam tabel 1.1
Tabel 1.1. Daftar Nilai UAS Mata Pelajaran IPA Kelas X Akuntansi A SMK Negeri 1
Waingapu tahun pelajaran 2022/2023
Nama Kelas Rata-Rata Jumlah Siswa
Akuntansi ( AKL ) 71,63 35
Berdasarkan tabel di atas, ada beberapa rata-rata nilai siswa kelas X SMK Negeri
1 Waingapu yang pada tahun pelajaran 2022/2023, masih di bawah nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75,00, sehingga perlu mendapatkan perhatian yang
lebih dari seorang guru dalam memilih metode yang tepat yang bisa membuat siswa aktif
dalam proses belajar mengajar serta mencari solusi yang tepat dan lebih jelas tentang hal-
hal yang berhubungan dengan benda yang menjadi objek pembelajaran, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief), mengembangkan
kemampuan berpikir secara kritis, logis, sistematis dan analitis yang berakibat pada
tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Dari tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata, masih banyak siswa yang
mendapatkan nilai dibawah KKM yaitu kelas Akuntansi (AKL) nilai rata-ratanya 71.63
dengan jumlah siswa 35 orang, hal ini membuktikan masih banyak siswa yang tidak
tuntas memenuhi KKM. Penyebab rendahnya kemampuan IPA adalah karena guru tidak
mengunakan metode yang sesuai dengan yang diharapkan, siswa kurang aktif ketika
pembelajaran berlangsung, komunikasi antar guru dengan siswa banyak mengalami
hambatan, minat yang rendah mengakibatkan kurangnya pemahaman dalam
pembelajaran, kurangnya pemahaman ini menimbulkan hasil yang belum maksimal.
Dalam penelitian ini, kelas yang dikenai tindakan adalah kelas yang memiliki nilai rata-
rata kelas paling rendah yaitu kelas X Akuntansi A..
Pembelajaran IPA di SMK Negeri 1 Waingapu pada kenyataannya hanya terbatas
pada hafalan dan ingatan saja yang diberikan oleh guru bidang studi tersebut. Sehingga
2
siswa di SMK Negeri 1 Waingapu menganggap pelajaran IPA sebagai pelajaran yang
menyeramkan dan menakutkan karena sulit dimengerti dan menjadi membosankan. Mata
pelajaran tersebut mengharuskan siswa untuk menguasai konsep, hafalan, bahkan harus
pintar dalam perhitungan. Kenyataan yang terlihat di SMK Negeri 1 Waingapu, guru
masih mengunakan metode ceramah, yang hanya berpusat pada guru. Berdasarkan hasil
observasi, alasan guru menggunakan metode ceramah karena kurangnya alat-alat
laboratorium jika harus menggunakan metode/model yang lainnya. Hal inilah yang
terjadi pada siswa kelas X pada SMK Negeri 1 Waingapu.
Setelah melihat masalah yang terjadi di SMK Negeri 1 Waingapu, seperti
yang dibahas di atas peneliti mempunyai alternatif solusi yang tepat untuk memecahkan
masalah tersebut yaitu dengan merubah metode/model pengajaran yang selama ini
dilakukan yaitu metode ceramah. Karena dengan menggunakan metode ceramah, siswa
kurang maksimal dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru dan mereka lebih
cenderung merasa bosan. Sehingga pembelajaran IPA diperlukan suatu pemahaman
terhadap materi-materinya pada siswa salah satunya dengan menggunakan suatu metode
pembelajaran tepat.
Model yang tepat untuk pembelajaran IPA adalah dengan menggunakan metode
eksposition melalui pesan berantai. metode eksposition melalui pesan berantai
merupakan cara penyajian pelajaran dengan menjelaskan dan menyampaikan informasi
pesan atau konsep kepada siswa atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi
atau benda tertentu yang sedang di pelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang harus
disertai dengan penjelasan lisan, kemudian siswa meneruskan kepada siswa yang lain di
kelompoknya sesuai materi yang telah disampaikan oleh guru kepadanya, metode ini
juga sangat mendukung untuk meningkatkan pemahaman materi siswa karena dengan
metode tersebut siswa terangsang dan termotivasi dalam belajar. Melalui Eksposition
melalui Pesan Berantai juga biasanya siswa lebih tertantang untuk mencoba, sehingga
mereka lebih bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran.
Karena begitu pentingnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA, maka
perlu dilakukan penelitian yang dalam hal ini judul Penelitian yang peneliti ajukan
adalah “ Penerapan Metode Eksposition Melalui Pesan Berantai Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Kelas X Akuntansi A Pada Materi Keseimbangan Lingkungan di
SMK Negeri 1 Waingapu Tahun Pelajaran 2022/2023 “
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat ditarik sebuah identifikasi masalah di
3
antaranya :
1. Kurangnya minat belajar siswa kelas X di SMK Negeri 1 Waingapu dalam mengikuti
mata pelajaran IPA.
2. Penggunaan metode yang masih monoton
3. Rendahnya pemahaman siswa kelas X di SMK Negeri 1 Waingapu terhadap materi
pembelajaran IPA
4. Prestasi belajar siswa kelas X di SMK Negeri 1 Waingapu masih dibawah KKM.
5. Kurangya alat-alat laboratorium sebagai penunjang proses pembelajaran.
C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi pada point 4 yaitu
rendahnya prestasi belajar siswa kelas X di SMK Negeri 1 Waingapu yang masih
dibawah KKM.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah
1. Apakah penerapan metode Eksposition melalui Pesan Berantai dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas X Akuntansi A di SMK Negeri 1 Waingapupada materi
Keseimbangan Lingkungan di SMK Negeri 1 Waingapu tahun pelajaran 2022/2023?
2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa kelas X Akuntansi A di SMK Negeri 1
Waingapu dengan penerapan metode eksposition melalui pesan berantai pada materi
“Keseimbangan Lingkungan”.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permaslahan tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1. Apakah penerapan metode Eksposition melalui Pesan Berantai dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas X Akuntansi A di SMK Negeri 1 Waingapu Pada Materi
Keseimbangan Lingkungan di SMK Negeri 1 Waingapu Tahun Pelajaran 2022/2023.
2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa kelas X Akuntansi A di SMK Negeri 1
Waingapu melalui Eksposition melalui Pesan Berantai pada materi Keseimbangan
Lingkungan.
4
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian secara garis besar dapat diklarifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan
pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan
penerapan Eksposition melalui Pesan Berantai dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas X Akuntansi A di SMK Negeri 1 Waingapu pada materi Keseimbangan
Lingkungan di SMK Negeri 1 Waingapu tahun pelajaran 2022/2023
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa yang mengalami
kesulitan belajar pelajaran IPA.
b. Bagi Guru
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan guru secara bertahap dapat
mengetahui strategi pembelajaran di kelas sehingga permasalahan yang
berhubungan dengan kegiatan pembelajaran dapat teratasi. Di samping itu sangat
membantu bagi perbaikan pembelajaran serta profesionalisme guru yang
bersangkutan.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah
terutama dalam rangka memperbaiki pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
mutu pendidikan.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Metode Eksposition
6
siswa mencatat materi yang telah diterangkan yang mungkin dilengkapi dengan soal-
soal pekerjaan rumah.
Berdasarkan pendapat dari berbagai pendapat para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa metode mengajar eksposition merupakan metode mengajar yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seseorang guru
kepada sekelompok siswa dengan maksud agar materi dapat dikuasai oleh siswa
secara optimal, tetapi metode tersebut juga dapat berpusat pada siswa apabila guru
mengikutsertakan siswa dalam proses belajar mengajar.
b. Prinsip- prinsip Strategi Pembelajaran Eksposition
Prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran eksposition diuraikan
sebagai beriku:
1) Beorientasi Pada Tujuan
Sebelum melakukan sebuah strategi instruksional atau strategi pembelajaran
seyogyanya dilakukan penetapan tujuan pembelajaran yang dapat diukur dan
berorientasi pada kemampuan siswa. Namun, strategi pembelajaran eksposition
tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan domain kognitif tingkat tinggi
dikarenakan sifatnya yang hanya pemaparan sehingga sebaiknya tujuan
pembelajaran yang dibuat berada pada domain kognitif tingkat rendah.
2) PrinsipKomunikasi
Prinsip komunikasi sangat penting diperhatikan dalam strategi instruksional
ini dikarenakan penekanannya pada proses penyampaian satu arah dari guru ke
siswa. Gangguan dalam komunikasi (noise) sebisa mungkin dapat diminimalkan
oleh guru sehingga penggunaan media pembelajaran, teknik, dan taktik
pembelajaran sangat penting untuk dilibatkan.
3) Prinsip Kesiapan
Agar materi mudah masuk ke dalam benak siswa, maka seorang guru perlu
mempersiapkan fisik dan psikis siswa. Guru juga perlu melakukan apersepsi untuk
mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan siswa terhadap materi yang akan
diajarkan sehingga nantinya proses asimilasi dan akomodasi dari proses berfikir
siswa dapat terjadi berkeseimbangan konsep baru dengan yang lama.
4) Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran eksposition harus dapat mendorong siswa untuk mau
mempelajari materi pelajaran lebih lanjut dikarenakan penyampaian yang
7
cenderung dengan verbal maka guru harus memiliki kiat-kiat dalam menyampaikan
materi pelajaran agar tidak menimbulkan ketidaktertarikan terhadap materi yang
diajarkan karena pembelajaran bukan hanya berlangsung saat itu juga, akan tetapi
untuk waktu yang selanjutnya. Eksposition yang berhasil adalah manakala melalui
proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan
(disequilibrium) sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menentukan atau
menambah wawasan melaui proses belajar mandiri. (Sanjaya dalam Ika Lestari,
2013: 45-46)
8
Tahap korelasi adalah langkah yang dilakukan untuk memberikan makna
terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan
yang telah dimiliki siswa maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan
berpikir dan kemampuan motorik siswa.
4) Menyimpulkan (Generalization)
9
3) Guru memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk
memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimiliki siswa maupun makna untuk
meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.
4) Guru Menyimpulkan materi yang telah disampaikan.
10
d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksposition
11
d) Keberhasilan strategi pembelajaran eksposition sangat tergantung kepada apa
yang dimiliki guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat,
antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur
(berkomunikasi) dan kemampuan mengelola kelas, tanpa itu sudah pasti proses
pembelajaran tidak mungkin berhasil.
e)
1) Persiapan
Guru mempersiapkan materi yang akan di ajarkan serta menpersiapkan siswa untuk
menerima pelajaran.
2) Penyajian
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b) Guru menyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah
dilakukan
3) Pembentukan Kelompok
Untuk mengetahui daya serap siswa, guru membentuk kelompok berpasangan dua
orang.
4) Penugasan
a) Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru
diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan
kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
b) Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya
dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil
wawancaranya.
5) Korelasi
Guru memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk
memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimiliki siswa maupun makna untuk
meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.
6) Menyimpulkan
Guru menyimpulkan dan menutup pelajaran
7) Mengaplikasikan
14
Guru mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman siswa
terhadap materi yang telah diajarkan. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah
ini diantaranya, dengan membuat tugas yang relevan, serta dengan memberikan tes
materi yang telah diajarkan untuk dikerjakan oleh siswa.
Makhluk hidup meliputi manusia, hewan, serta tumbuhan yang memiliki ciri-ciri
dan hal yang mempengaruhi perubahannya. Terdapat ciri-ciri dan kebutuhan yang
mempengaruhi makhluk hidup, yaitu:
a. Makhluk Hidup Membutuhkan Makan Dan Minum. Tumbuhan makan dengan cara
menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah. Itulah sebabnya mengapa kita harus
menyiram tanaman. Begitu pun manusia dan hewan yang membutuhkan makan, jika
tidak badannya akan lemas dan kurus, lalu sakit dan akhirnya meninggal. Ada
beberapa fungsi makanan, diantaranya:
1) Sebagai sumber energi
2) Sebagai pengatur dan pelindung tubuh terhadap penyakit
3) Sebagai pembangun tubuh baik untuk pertumbuhan maupun perbaikan tubuh
c. Makhluk Hidup Tumbuh
Manusia mengalami pertumbuhan. Manusia lahir berupa bayi kecil. Bayi
diberi ASI untuk pertumbuhannya. Semakin lama bayi akan menjadi balita, kemudian
menjadi semakin besar, semakin tinggi, dan berat badannya bertambah. Begitu juga
hewan mengalami pertumbuhan. Seekor ayam betina bertelur. Telur-telur tersebut
akan menetas setelah dierami selama 21 hari. Anak ayam akan keluar dari telur. Anak
ayam akan mencari makan dengan induknya. Semakin hari tubuh anak ayam semakin
besar, tinggi, dan berat. Anak ayam tumbuh besar mnyerupai induknya. Kemudian
tumbuhan semula kecil menjadi semakin besar. Hal tersebuh membuktikan bahwa
tumbuhan juga mengalami pertumbuhan.
d. Makhluk Hidup Berkembang Biak
Berkembang biak adalah menghasilkan keturunan yang sama seperti induknya.
Makhluk hidup berkembang biak untuk melestarikan jenisnya. Makhluk hidup
berkembang biak dengan cara yang berbeda-beda. Manusia berkembang biak dengan
17
cara melahirkan. Hewan memiliki 2 cara berkembang biak, yaitu bertelur dan beranak.
Ayam, ikan gurame, lele, burung berkembang biak dengan cara bertelur, dan telur
akan menetas menjadi anak. Sedangkan sapi, kambing, anjing berkembang biak
dengan cara beranak.
Tumbuhan berkembang biak dengan cara yang berbeda-beda, ada yang
berkembang biak secara alami dan buatan. Perkembangbiakan secara alami melalui
biji dan tunas. Perkembangbiakan secara buatan dengan cara cangkok, stek, dan
okulasi. Contoh tumbuhan yang bertunas di pangkal batang adalah pohon pisang.
Sedangkan perkembangbiakan buatan dapat dilakukan pada pohon mangga. Pohon
mangga dicangkok oleh manusia dan akan dihasilkan pohon mangga baru.
e. Makhluk Hidup Bergerak
Manusia berjalan atau berlari dengan menggunakan kaki. Burung terbang
dengan menggunakan sayap. Ikan berenang dengan menggunakan sirip. Ular dan
cacing bergerak dengan perutnya. Sedangkan tumbuhan bergerak tanpa berpindah
tempat. Tumbuhan akan bergerak kearah sinar matahari. Gerakan tumbuhan memang
sulit diamati. Akar pada tumbuhan juga bergerak ke samping dan ke bawah mencari
makanan. Pada saat bunga mekar, juga merupakan contoh gerakan tumbuhan.
f. Makhluk Hidup Bernapas
Makhluk hidup bernapas menghirup oksigen dan menghembuskan napas
mengeluarkan karbondioksida. Manusia bernapas dengan paru-paru melalui hidung.
Cara hewan bernapas berbeda-beda. Ada hewan yang bernapa dengan paru-paru, ada
pula dengan alat lainnya. Misal, anjing, kucing bernapas dengan paru-paru, ikan
bernapas dengan insang, ada pula yang dengan paru-paru seperti, hiu, lumba-lumba
dan paus, cacing bernapas dengan kulit, sedangkan katak bernapas dengan paru-paru
pada kulit.
Tumbuhan juga mempunyai alat pernapasan. Udara masuk ke dalam tumbuhan
melalui permukaan bawah daun, akar, dan batang. Alat pernapasan pada permukaan
daun disebut stomata (mulut daun).
g. Makhluk Hidup Peka Terhadap Rangsangan
Manusia akan sakit ketika kulitnya dicubit, hal ini membuktikan bahwa
manusia peka terhadap rangsangan. Tumbuhan dan hewan, putri malu yang mekar
ketika ada yang menyentuhnya akan menguncup, begitu pun kaki seribu akan
membelitkan tubuhnya ketika disentuh.
18
A. Kerangka Berpikir
Dalam dunia pendidikan masih banyak ditemukan masalah mengenai cara penerapan
metode yang tepat dalam mengatasi permasalahan-permasalahan kependidikan saat ini
seperti yang terjadi di SMK Negeri 1 Waingapu. Guru masih belum bisa mengunakan
metode atau model yang tepat dan berfariasi sehingga menyebabkan siswa cepat merasa
bosan, siswa kurang memahami materi yang diajarkan atau disampaikan oleh guru sehingga
prestasi siswa pada materi pelajaran IPA sangat rendah atau belum maksimal.
Salah satu usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah dengan
menerapkan metode Eksposition karena dengan metode Ekspositionsiswa lebih tertantang
untuk mencoba, sehingga mereka lebih bersungguh-sungguh dalam mengikuti
pembelajaran. Dengan adanya ketertarikan dan kesungguhan diharapkan akan
meningkatkan prestasi belajar siswa.Kajian antara model pembelajaran, mengajar guru dan
kemampuan awal siswa secara terpisah akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Penyajian materi pelajaran oleh guru yang sebelumnya telah dirancang dan dilaksanakan
dengan baik tidak akan memberi manfaat yang berarti jika tidak didukung oleh kemampuan
awal siswa. Sehingga dengan menggunakan metode Eksposition diharapkan siswa dapat
memperoleh prestasi yang baik. Bagan kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut:
SMKN 1 WAINGAPU
Metode Eksposition
Prestasi Belajar
Siswa Meningkat
C.Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan tersebut, maka hipotesis yang dapat
diambil dalam penelitian ini adalah: penerapan metode ekspositionmelaui pesan berantai
19
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X Akuntansi A pada materi Keseimbangan
Lingkungan di SMK Negeri 1 Waingapu tahun pelajaran 2022/2023.
Definisi Operasional Variabel
a. Metode Eksposition adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada siswa dengan maksud
agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
b. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,
karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari
proses belajar.
c. Pesan berantai (Artikulasi) merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif
dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-
masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman
kelompoknya tentang materi yang baru dibahas dan siswa wajib meneruskan atau
menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya).
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu penelitian
terhadap kegiatan belajar yang berupa suatu tindakan yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi Arikunto, 2010:03).
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Akuntansi A SMK Negeri 1
Waingapu Tahun Pelajaran 2022/2023 yang berjumlah 35 orang yang terdiri dari 18
siswa dan 17 Siswi.
E. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar Observasi
21
Lembar observasi dalam pembelajaran digunakan untuk mengamati aktivitas
guru dan aktivitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
2. Soal
Prestasi Belajar
Tes ini berisikan soal-soal yang berkaitan dengan materi yang telah
diajarkan. Dalam penelitian ini jenis tes yang digunakan adalah soal berbentuk
pilihan ganda. Tes ini dibuat guna mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa
dalam menguasai materi yang telah disampaikan dan berpedoman pada kurikulum
yang berlaku di sekolah tempat penelitian berlangsung.
F. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan
dilaksanakan dengan dua siklus, dimana dalam penelitian ini tiap siklus dilaksanakan
sesuai rancangan yang telah dibuat dan dibagi menjadi 4 tahap yaitu tahap perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan tahap Refleksi.
Perencanaan
Siklus I Pelaksanaan
Refleksi
ObservasidanEva
luasi
Perencanaan
Siklus II Pelaksanaan
Refleksi
ObservasidanEva
luasi
Dari bagan di atas maka dapat dijelaskan uraian kegiatan dari tahapan-tahapan
tersebut yaitu sebagaia berikut:
22
1. Perencanaan
Pada tahap ini materi yang peneliti siapkan adalah materi pokok perubahan
mahluk hidup. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut
a. Mensosialisasikan pembelajaran dengan mengunakan metode Eksposition melalui
Pesan Berantai pada siswa kelas X Akuntansi A SMK Negeri 1 Waingapu
mengenai materi Keseimbangan Lingkungan.
b. Membuat skenario pembelajaran yang digunakan saat kegiatan pembelajaran
dilaksanakan.
c. Menyusun lembar observasi untuk melihat kegiatan aktivitas guru dan aktivitas
siswa selama proses belajar mengajar
d. Membuat soal uji instrumen
e. Membuat soal evaluasi pilihan ganda tiap akhir siklus
f. Menyediakan kunci jawaban soal evaluasi
2. Pelaksanaan tindakan
23
Untuk mengetahui daya serap siswa, guru membentuk kelompok
berpasangan dua orang.
4) Penugasan
a) Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang
baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat
catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok
lainnya.
b) Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah
menyampaikan hasil wawancaranya.
5) Korelasi
Guru memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk
memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimiliki siswa maupun makna
untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik
siswa.
6) Menyimpulkan
Guru menyimpulkan dan menutup pelajaran
7) Mengaplikasikan
Guru mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman
siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Teknik yang biasa dilakukan pada
langkah ini diantaranya, dengan membuat tugas yang relevan, serta dengan
memberikan tes materi yang telah diajarkan untuk dikerjakan oleh siswa
c. Kegiatan Akhir
1) Melakukan tanya jawab materi yang telah disampaikan sebagai bahan refleksi
materi ataupun kegiatan pembelajaran.
2) Memberikan pekerjaan rumah.
3) Memberikan tes formatif atau evaluasi.
3. Observasi dan Evaluasi
Kegiatan observasi dilakukan setiap kali pembelajaran berlangsung dalam
pelaksanaan tindakan dengan mengamati hasil belajar siswa. Sedangkan evaluasi
dilakukan setelah akhir pembelajaran dengan memberikan tes soal pilihan ganda yang
dikerjakan secara individual sesuai dengan skenario yang telah disusun
4. Refleksi
24
Tahap ini dilakukan setelah semua tahap dalam satu siklus
terselesaikan.Peneliti bersama guru mengkaji kekurangan dari tindakan yang
diberikan. Hal inidilakukandengancaramencermati data
aktivitaspenelitiandanhasilevaluasi yang dicapaisiswa kemudian mengevaluasi
kembali apa yang telah dilaksanakan pada siklus yang telah direncanakan.
25
perilaku yang dilakukan siswa dari sejumlah indikator yang diamati, deskriptor yang
diamati sebanyak 4 (empat) macam deskriptor. Skor 4 diberikan jika semua deskriptor
tampak, skor 3 diberikan jika 2 deskriptor yang tampak, skor 2 diberikan jika 1
deskriptor yang tampak, dan skor 1 diberikan jika tidak ada deskriptor yang tampak
Kemudian hasil dari skor aktivitas siswa tersebut dibandingkan dengan hasil
dari MI dan SDI yang dirumuskan sebagai berikut:
1
MI = x (Skor tertinggi+Skor terendah) ........................... (3.1)
2
1
SDI = x (Skor tertinggi-Skor terendah) ............................... (3.2)
6
Keterangan:
MI = Mean Ideal
SDI = Standar Deviasi Ideal (Arikunto 2012:10)
Untuk menentukan kategori data aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 3.1: Kriteria Penentuan Kategori Aktivitas Siswa.
Untuk menentukan kategori data aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
26
Setelah memperoleh data evaluasi hasil belajar siswa, maka data tersebut
dianalisis dengan mencari ketuntasan belajar siswa. Untuk mengetahuiketuntasan
belajar siswa setelah menggunakan metode Eksposition dapatdigunakan kriteria yaitu
sebagai berikut:
a. Analisis Nilai Siswa
Keterangan:
Sp = Skor Perolehan
Sm = Skor Maksimum
X=
∑ x ........................................................................................(3.4)
N
Keterangan:
X = Nilai rata-rata
= Jumlah nilai yang diperoleh
N = Jumlah siswa yang ikut tes
c. Ketuntasan Klasikal
Data tes prestasi belajar siswa dianalisis dengan menggunakan analisis
ketuntasan prestasi belajar secara klasikal minimal 75% dari jumlah siswa yang
memperoleh nilai 75 keatas. Dengan rumus ketuntasan belajarklasikal adalah:
(Sudjana, 2008:35)
X
KK = x 100 % ..........…………………………………..................(3.2)
Z
Dimana:
KK = Ketuntasan klasikal
X = Jumlah siswa yang memperoleh nilai 75 keatas
27
Z = Jumlah seluruh siswa
I. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah adanya peningkatan
ketuntasan belajar siswa dengan acuan sebagai berikut:
1. Apabilasiswa yang memperolehnilaiketuntasanindividu≥75 mencapai ketuntasan
klasikal ≥75%.
2. Minimal skor rata-rata aktivitas siswa dan guru mencapai skor rata-rata per siklus
dengan kategori aktif.
28
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus dengan objek penelitian adalah
Siswa Kelas X Akuntansi A Semester I di SMK Negeri 1 Waingapu Kecamatan Kota
Waingapu Kabupaten Sumba Timur Tahun Pelajaran 2022/2023, hasil penelitian tiap-
tiap siklus adalah sebagai berikut:
1. Hasil Penelitian Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini peneliti secara cermat mempelajari tentang
perubahan mahluk hidup, karakteristik dan implementasinya dalam proses
pembelajaran. Selanjutnya karena dalam penelitian ini dibutuhkan materi
pembelajaran tiap kelompok, maka materi pembelajaran harus diupayakan
selengkap mungkin. Upayah tersebut berhasil peneliti lakukan dan materi dikopi
keseluruhanya. Pada tahap ini juga peneliti membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), soal instrumen untuk mengukur tes prestasi belajar siswa,
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan mempersiapkan instrumen penelitian berupa
pedoman observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan aktivitas guru.
29
1) Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
Banyak Skor
Siklus I Rata-Rata Kategori
Siswa Total
Pertemuan I 34 643 18,91 Cukup Aktif
Pertemuan II 34 652 19,17 Cukup Aktif
Total Skor Rata-Rata 38,08
Skor Rata-Rata Siklus I 19,04 Cukup Aktif
2) Tahap Evaluasi
diperoleh data evaluasi prestasi siswa seperti pada tabel dibawah ini:
30
7. Persentase Ketuntasan 67,64 %
3) Tahap Refleksi
kelas, selanjutnya diadakan refleksi atas segala aktivitas yang telah dilakukan,
a) Sebagian siswa masih terpengaruh dengan suasana kelas, apabila ada yang
membuat keributan merekapun ikut-ikutan.
b) Sebagian siswa masih suka mengganggu siswa lain ketika mengerjakan soal.
c) Dalam diskusi kelompok guru kurang mendorong tukar pendapat antar siswa,
sehingga kelompok terlihat pasif.
d) Guru dalam menjelaskan materi pelajaran kurang dipahami oleh beberapa
siswa, terutama siswa yang lamban dalam menyerap materi, sehingga ada
siswa yang diam saja sewaktu diberi pertanyaan oleh guru.
31
e) Dalam diskusi kelompok siswa yang pandai mendominasi kelompoknya,
akibatnya siswa yang kurang pandai menjadi pasif dan menggantungkan
jawabannya kepada siswa yang pandai saja.
f) Secara garis besar, pelaksanaan siklus I berlangsung cukup baik, walaupun
belum mencapai ketuntasan klasikal. Untuk itu kegiatan pembelajaran pada
siklus I perlu perlu diperbaiki di siklus II selanjutnya agar kemampuan siswa
dalam mengerjakan soal tentang energi listrik dapat ditingkatkan lagi dengan
melakukan perbaikan-perbaikan.
Dari beberapa kekurangan diatas, guru berusaha untuk memperbaiki pola
ajar yang terlebih dahulu disepakati dengan para observer tentang apa-apa saja
yang perlu dipersiapkan maupun dilaksanakan pada siklus selanjutnya agar
mencapai hasil yang benar-benar diharapkan. Langkah-langkah perbaikan yang
dilaksanakan oleh guru untuk perbaikan pada siklus II adalah Guru bertindak
sebagai fasilitator dan meminimalisir perannya yang dapat membuat siswa
terlihat aktif, guru menciptakan suasana kelas yang kondusif, sehingga tidak ada
lagi siswa yang mengganggu temannya selama proses pembelajaran, memberi
pemahaman kepada siswa untuk tidak mengganggu siswa lain dalam
mengerjakan soal karena akan mengganggu konsentrasi dan mempengaruhi nilai
siswa yang bersangkutan, selalu memotivasi siswa untuk saling bertukar pikiran
dalam mengerjakan tugas kelompoknya, karena merupakan salah satu aspek
penilaian, ketika menyampaikan materi pelajaran guru, guru sedikit memberikan
penekanan pada materi-materi yang dianggap sulit oleh siswa terutama kepada
siswa yang lamban dalam menerima materi, menyarankan kepada siswa yang
pandai untuk tidak mendominasi kelompoknya, namun diberi tugas untuk
membimbing anggota kelompok yang masih mengalami kesulitan.
Banyak Skor
Siklus II Rata-Rata Kategori
Siswa Total
Pertemuan I 34 742 21.82
Pertemuan II 34 761 22,38
Aktif
Total Skor Rata-Rata 44,20
Skor Rata-Rata Siklus II 22,10
33
Berdasarkan hasil evaluasi prestasi belajar siswa setelah diberikan soal
evaluasi yang telah dilaksanakan pada siklus II diperoleh data prestasi belajar
siswa seperti pada tabel dibawah ini:
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa masih ada 4 siswa yang
belum tuntas, dari hasil observasi memang siswa ini kurang cepat dalam
menyerap materi, meskipun sudah dilakukan perbaikan-perbaikan untuk
mengatasinya. Hasil evaluasi siklus II menunjukan bahwa nilai rata-rata siswa
adalah 76,1 dan persentase siswa yang mendapat nilai ≥ 75 adalah 88,23%. Dari
data hasil evaluasi belajar ini dapat disimpulkan bahwa ketuntasan klasikalnya
sudah tercapai dengan sangat baik, ini menunjukan bahwa dengan perbaikan-
perbaikan yang dilakukan pada siklus II dapat menghasilkan peningkatan yang
sangat signifikan terhadap hasil belajar siswa, sehingga penelitian ini berakhir
pada siklus II.
4. Refleksi
34
d. Siswa sudah memanfaatkan waktu dengan baik untuk berdiskusi dengan
kelompoknya.
e. Keberanian siswa semakin tumbuh. Sebagian besar siswa mengacungkan
jarinya terlebih dahulu untuk menjawab petanyaan.
f. Siswa yang menjadi penyaji hasil diskusi tampak sungguh-sungguh dan
percaya diri, sehingga kelompok lain menanggapinya dengan penuh
perhatian.
Hasil Pembelajaran dengan menerapkan metode eksposition melalui
pesan berantai pada Siklus II dipandang sudah cukup baik, karena 57% siswa
memperoleh nilai lebih dari 75 yaitu sebanyak 24 orang sehingga sudah
mencapai ketuntasan klasikal. Berdasarkan temuan hasil refleksi dari siklus II
secara keseluruhan pembelajaran dengan menerapakan metode eksposition
melalui pesan berantai di kelas X Akuntansi A SMK Negeri 1 Waingapu
Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur pada materi pokok
Keseimbangan Lingkunganberlangsung dengan baik. Hasil belajar siswa kelas
X Akuntansi A SMK Negeri 1 Waingapu pada materi pokok Keseimbangan
Lingkungandapat ditingkatkan dan secara tidak langsung prestasi belajar
siswapun meningkat sehingga dapat dikatakan bahwa dengan menerapkan
metode eksposition melalui pesan berantai pada materi pokok Keseimbangan
Lingkungan di SMK Negeri 1 Waingapu Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten
Sumba Timur dapat maningkatkan prestasi belajar siswa dengan peningkatan
sebesar 25 %.
Data perbandingan hasil penelitian siklus I dan siklus II untuk lebih jelasnya
35
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan
prestasi belajar siswa di siklus I dan siklus II dimana peningkatan dari Siklus I dan II
dari hasil yang di dapat pada tiap-tiap siklus menunjukan bahwa nilai rata-rata siswa
pada siklus I adalah sebesar 62,5 dengan persentase siswa yang mendapat nilai ≥ 75
sebanyak 17 orang atau telah mencapai kriteria ketuntasan belajar minimum dan 11
siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar minimum sedangkan untuk ketuntasan
belajar secara klasikal adalah sebesar 60,7 %. Dari data hasil evaluasi belajar ini
dapat disimpulkan bahwa ketuntasan klasikalnya pada siklus I belum tercapai karena
hanya mencapai 60,7% saja, sementara ketuntasan klasikal itu dapat tercapai apabila
persentase ketuntasan belajar siswa memperoleh ≥ 85 %.
Sedangkan hasil penelitian pada siklus II dengan menerapkan metode
eksposition melalui pesan berantaidipandang sudah cukup baik, karena 57% siswa
memperoleh nilai lebih dari 75 yaitu sebanyak 24 orang dan 4 siswa yang belum
mencapai ketuntasan belajar minimum, sehingga dapat dikatakan bahwa hasil
penelitian pada siklus II sudahmencapai ketuntasan klasikal. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa kelas X Akuntansi A SMKN 1 Waingapu
pada materi pokok Keseimbangan Ekosistem pada siklus II dapat ditingkatkan dengan
peningkatan sebesar 25 %.
B. Pembahasan
36
ketuntasan klasikal tersebut hal ini disebabkan karena masih banyak kekurangan-
kekurangan yang ditemukan dalam proses pembelajaran baik dari siswa maupun dari
guru. Siswa belum dapat memanfaatkan kesempatan dalam berdiskusi dengan temannya
dan belum terbiasa bekerja sama dengan kelompok sehingga tugasnya dipercayakan pada
anak yang paling pandai dalam kelompoknya.
Hasil refleksi siklus I mengisyaratkan perbaikan pada pelaksanaan pengajaran
pada siklus selanjutnya antara lain bahwa peran guru dalam mengorganisasikan aktivitas-
aktivitas belajar siswa perlu dioptimalkan dan yang tidak kalah pentingnya guru harus
bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan supaya siswa tidak mengalami
kejenuhan dalam mengikuti pelajaran.
Pada siklus II guru berupaya meningkatkan keterlibatan siswa dan
membangkitkan respon siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil analisis data
diperoleh bahwa hasil belajar siswa mencapai ketuntasan klasikal yaitu dengan
persentase 85,7% dengan rata-rata 76.1 Hasil pengamatan pada siklus II ini menunjukkan
peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dan adanya perubahan positif yang
cukup signifikan, terutama meningkatnya respon siswa pada mata pelajaran IPA
khususnya materi perubahan mahluk hidup. Pada siklus II ini terjadi peningkatan prestasi
belajar siswayang dapat dilihat pada aspek daya ingat materi prasyarat, pemahaman
konsep dan prinsip kemampuan berfikir dalam menjawab persoalan baik secara individu
maupun berkelompok, semangat belajar dan peran serta dalam kelompok. Hal tersebut
menandakan meningkatnya keaktifan dan respon siswa, sehingga dapat membangkitkan
minat dan pemahaman dalam belajar IPA. Berdasarkan analisis hasil penelitian di atas
maka peneliti beserta observer merefleksi metode eksposition melalui pesan berantai
sangat cocok untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil evaluasi sudah mencapai
standar ketuntasan klasikal yaitu 85,7%, hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa
mampu mencapai standar kriteria ketuntasan minimal (KKM), begitu pula dengan hasil
observasi aktivitas guru dan siswa selalu terjadi peningkatan tiap pertemuannya dan pada
akhir pertemuan pada siklus II seluruh siswa dapat melaksanakan semua deskriptor yang
ada. Hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa. Namun disisi
lain untuk kedepan guru harus tetap membuat cara-cara baru dalam menerapkan metode
eksposition melalui pesan berantai agar siswa tidak bosan dengan metode pembelajaran
yang diterapkan.
Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan prestasi belajar siswa pada
pembelajaran IPA SMK materi Keseimbangan Ekosistem pada siswa kelas X Akuntansi
37
A di SMK Negeri 1 Waingapu Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur
Tahun Pelajaran 2022/2023 dapat ditingkatkan dengan metode eksposition melalui pesan
berantai. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai ketuntasan belajar siswa
secara klasikal prestasi belajar siswa dari siklus I yaitu sebesar 60,7 % menjadi 85,7%
pada Siklus II dengan peningkatan prestasi belajar siswa sebesar 25 %.
Keberhasilan penelitian ini sejalan dengan teori yang dipaparkan oleh Natsir
(2012: 86) bahwa salah satu yang menjadi kelebihan metode eksposition adalah dapat
meningkatkan partisipasi anak dalam proses pembelajaran serta dapat menunjang mutu
pendidikan dari segi kemampuan siswa baik itu hasil maupun prestasi siswa itu sendiri.
Hal setara juga dikemukakan oleh Huda (2014:269) yang menyatakan bahwa metode
eksposition melalui pesan berantai merupakan metode yang melibatkan peran serta
semua anggota kelompok sehingga setiap siswa secara aktif berpartisipasi, berinteraksi
antar individu, dapat melatih kepercayaan diri siswa sehingga siswa lebih siap secara
mandiri menyerap dan memahami materi yang disampaikan rekan satu kelompoknya
serta dapat mengembangakan pengetahuan individu yang berupa hasil dan prestasi
belajarnya.
38
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa saran yang hendak penulis berikan
yaitu:
1. Bagi Guru
Perlu adanya motivasi dari guru dalam meningkatkan keaktifan dan kesiapan
belajar siswa, karena pada penelitian ini menunjukan hasil yang lebih baik, maka
diharapkan agar menerapkan metode eksposition melalui pesan berantai pada populasi
yang lebih besar. Dan dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar mengajar dan
situasi pembelajaran yang menyenangkan disarankan agar media pembelajaran dan
penggunaan alat bantu pelajaran semaksimal mungkin dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari.
39
Apabila ingin menerapkan metode eksposition melalui pesan berantai ini,
diharapkan peneliti menyesuaikan dengan kondisi siswa dan sekolah tempat diadakan
penelitian.
3. Bagi Sekolah
40
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas Materi Diklat, Jakarta: Depdiknas,
Ditjen Dikdasmen, Direktorat Tenaga Kependidikan.
Darmawa, 2012. Pengertian, Definisi dan Ciri Model Pembelajaran. Bandung: PT Alfabet.
Dimyanti. 2012. Penerapan Metode Ekspositio Dalam Pembelajaranl. Jakarta: Bumi Aksara.
Habibah. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2012. Penerapan Metode Ekspositio Dalam Pembelajaranl. Jakarta: Bumi
Aksara.
Suharto. 2011. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
41
Nama Peserta didik kelas X Akuntansi A
Tahun Pelajaran : 2022/2023
NO NAMA SISWA
1 ADE IVAN RADITIA UMBU DOMU
42
35 ZABDY ARIANSA HERMAN
Kompetensi Dasar
3.5.Menganalisis keseimbangan lingkungan
4.5.Merumuskan upaya dalam menjaga keseimbangan lingkungan kerja.
43