Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan merupakan unsur yang penting sebagai penunjang untuk


kemajuan bangsa dan negara dalam hal mendidik generasi penerus bangsa, namu dalam
hal mendidik harus ada guru yang mendidik karena guru adalah pendidik yang
memberikan pembelajaran yang bervariasi. Begitupun halnya dalam pembelajaran IPA
harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses
bembelajaran. Guru juga harus bisa memberikan arahan terhadap siswa supaya siswa
dapat memahami apa yang diajarkan (Pembelajaran IPA).Ilmu Pengetahuan Alam
merupakan mata pelajaran yang mengajarkan tentang gejala alam dan perubahan-
perubahan yang sangat bermanfaat bagi manusia. Keberadaan IPA dalam kurikulum
sekolah semakin diperkuat setelah kehadiran para ahli pendidikan. Dalam sejarah
perkembangannya, IPA telah mengalami berbagai pembaharuan baik dalam aspek
tujuan, isi maupun metode pengajarannya. Pembelajaran ini dirasa sangat penting di
mana bisa mempersiapkan siswa untuk memahami tentang gejala-gejala alam serta
perubahan yang terjadi di kehidupan sehari-hari (Isjoni, 2012:42).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) akan banyak ditentukan oleh keberhasilan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yakni keterpaduan antara kegiatan guru dengan
kegiatan siswa. Kegiatan belajar mengajar tidak dapat terlepas dari keseluruhan sistem
pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan belajar mengajar ini
banyak upaya yang dilakukan guru, seperti pemahaman guru terhadap pola kegiatan
belajar mengajar yang disaranakan mulai dari kegiatan intrakurikuler sampai
ekstrakurikuler. Kedua macam pola kegiatan ini merupakan wahana terjadinya interaksi
guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar serta diperlukan program yang cukup
mantap karena dengan sendirinya keberhasilan belajar siswa akan ditentukan oleh
perencanaan yang dibuat oleh guru.
Berdasarkan hasil survei peneliti di SMK Negeri 1 Waingapu ditemukan
beberapa masalah yaitu kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran khususnya
IPA, tingkat pengetahuan siswa yang masih rendah, penggunaan metode yang masih

1
monoton, sehingga menyebabkan siswa cepat merasa bosan, siswa kurang memahami
materi yang diajarkan oleh guru sehingga prestasi siswa pada materi pelajaran IPA
sangat rendah atau belum maksimal. Rendahnya pemahaman ini terbukti dengan daftar
nilai UAS IPA yang di peroleh siswa yang rata-rata nilainya dibawah ketuntasan minimal
yaitu 75,00. Nilai siswa dapat dilihat dalam tabel 1.1
Tabel 1.1. Daftar Nilai UAS Mata Pelajaran IPA Kelas X Akuntansi A SMK Negeri 1
Waingapu tahun pelajaran 2022/2023
Nama Kelas Rata-Rata Jumlah Siswa
Akuntansi ( AKL ) 71,63 35

Berdasarkan tabel di atas, ada beberapa rata-rata nilai siswa kelas X SMK Negeri
1 Waingapu yang pada tahun pelajaran 2022/2023, masih di bawah nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75,00, sehingga perlu mendapatkan perhatian yang
lebih dari seorang guru dalam memilih metode yang tepat yang bisa membuat siswa aktif
dalam proses belajar mengajar serta mencari solusi yang tepat dan lebih jelas tentang hal-
hal yang berhubungan dengan benda yang menjadi objek pembelajaran, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief), mengembangkan
kemampuan berpikir secara kritis, logis, sistematis dan analitis yang berakibat pada
tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Dari tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata, masih banyak siswa yang
mendapatkan nilai dibawah KKM yaitu kelas Akuntansi (AKL) nilai rata-ratanya 71.63
dengan jumlah siswa 35 orang, hal ini membuktikan masih banyak siswa yang tidak
tuntas memenuhi KKM. Penyebab rendahnya kemampuan IPA adalah karena guru tidak
mengunakan metode yang sesuai dengan yang diharapkan, siswa kurang aktif ketika
pembelajaran berlangsung, komunikasi antar guru dengan siswa banyak mengalami
hambatan, minat yang rendah mengakibatkan kurangnya pemahaman dalam
pembelajaran, kurangnya pemahaman ini menimbulkan hasil yang belum maksimal.
Dalam penelitian ini, kelas yang dikenai tindakan adalah kelas yang memiliki nilai rata-
rata kelas paling rendah yaitu kelas X Akuntansi A..
Pembelajaran IPA di SMK Negeri 1 Waingapu pada kenyataannya hanya terbatas
pada hafalan dan ingatan saja yang diberikan oleh guru bidang studi tersebut. Sehingga

2
siswa di SMK Negeri 1 Waingapu menganggap pelajaran IPA sebagai pelajaran yang
menyeramkan dan menakutkan karena sulit dimengerti dan menjadi membosankan. Mata
pelajaran tersebut mengharuskan siswa untuk menguasai konsep, hafalan, bahkan harus
pintar dalam perhitungan. Kenyataan yang terlihat di SMK Negeri 1 Waingapu, guru
masih mengunakan metode ceramah, yang hanya berpusat pada guru. Berdasarkan hasil
observasi, alasan guru menggunakan metode ceramah karena kurangnya alat-alat
laboratorium jika harus menggunakan metode/model yang lainnya. Hal inilah yang
terjadi pada siswa kelas X pada SMK Negeri 1 Waingapu.
Setelah melihat masalah yang terjadi di SMK Negeri 1 Waingapu, seperti
yang dibahas di atas peneliti mempunyai alternatif solusi yang tepat untuk memecahkan
masalah tersebut yaitu dengan merubah metode/model pengajaran yang selama ini
dilakukan yaitu metode ceramah. Karena dengan menggunakan metode ceramah, siswa
kurang maksimal dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru dan mereka lebih
cenderung merasa bosan. Sehingga pembelajaran IPA diperlukan suatu pemahaman
terhadap materi-materinya pada siswa salah satunya dengan menggunakan suatu metode
pembelajaran tepat.
Model yang tepat untuk pembelajaran IPA adalah dengan menggunakan metode
eksposition melalui pesan berantai. metode eksposition melalui pesan berantai
merupakan cara penyajian pelajaran dengan menjelaskan dan menyampaikan informasi
pesan atau konsep kepada siswa atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi
atau benda tertentu yang sedang di pelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang harus
disertai dengan penjelasan lisan, kemudian siswa meneruskan kepada siswa yang lain di
kelompoknya sesuai materi yang telah disampaikan oleh guru kepadanya, metode ini
juga sangat mendukung untuk meningkatkan pemahaman materi siswa karena dengan
metode tersebut siswa terangsang dan termotivasi dalam belajar. Melalui Eksposition
melalui Pesan Berantai juga biasanya siswa lebih tertantang untuk mencoba, sehingga
mereka lebih bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran.
Karena begitu pentingnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA, maka
perlu dilakukan penelitian yang dalam hal ini judul Penelitian yang peneliti ajukan
adalah “ Penerapan Metode Eksposition Melalui Pesan Berantai Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Kelas X Akuntansi A Pada Materi Keseimbangan Lingkungan di
SMK Negeri 1 Waingapu Tahun Pelajaran 2022/2023 “
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat ditarik sebuah identifikasi masalah di
3
antaranya :
1. Kurangnya minat belajar siswa kelas X di SMK Negeri 1 Waingapu dalam mengikuti
mata pelajaran IPA.
2. Penggunaan metode yang masih monoton
3. Rendahnya pemahaman siswa kelas X di SMK Negeri 1 Waingapu terhadap materi
pembelajaran IPA
4. Prestasi belajar siswa kelas X di SMK Negeri 1 Waingapu masih dibawah KKM.
5. Kurangya alat-alat laboratorium sebagai penunjang proses pembelajaran.

C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi pada point 4 yaitu
rendahnya prestasi belajar siswa kelas X di SMK Negeri 1 Waingapu yang masih
dibawah KKM.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah
1. Apakah penerapan metode Eksposition melalui Pesan Berantai dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas X Akuntansi A di SMK Negeri 1 Waingapupada materi
Keseimbangan Lingkungan di SMK Negeri 1 Waingapu tahun pelajaran 2022/2023?
2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa kelas X Akuntansi A di SMK Negeri 1
Waingapu dengan penerapan metode eksposition melalui pesan berantai pada materi
“Keseimbangan Lingkungan”.

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permaslahan tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1. Apakah penerapan metode Eksposition melalui Pesan Berantai dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas X Akuntansi A di SMK Negeri 1 Waingapu Pada Materi
Keseimbangan Lingkungan di SMK Negeri 1 Waingapu Tahun Pelajaran 2022/2023.
2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa kelas X Akuntansi A di SMK Negeri 1
Waingapu melalui Eksposition melalui Pesan Berantai pada materi Keseimbangan
Lingkungan.

4
F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian secara garis besar dapat diklarifikasikan menjadi dua, yaitu:

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan
pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan
penerapan Eksposition melalui Pesan Berantai dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas X Akuntansi A di SMK Negeri 1 Waingapu pada materi Keseimbangan
Lingkungan di SMK Negeri 1 Waingapu tahun pelajaran 2022/2023
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa yang mengalami
kesulitan belajar pelajaran IPA.
b. Bagi Guru
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan guru secara bertahap dapat
mengetahui strategi pembelajaran di kelas sehingga permasalahan yang
berhubungan dengan kegiatan pembelajaran dapat teratasi. Di samping itu sangat
membantu bagi perbaikan pembelajaran serta profesionalisme guru yang
bersangkutan.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah
terutama dalam rangka memperbaiki pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
mutu pendidikan.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Metode Eksposition

a. Pengertian Metode Eksposition

Sunartomb (2011:23) menyatakan bahwa “Metode eksposition adalah


metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu
definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan
pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan
penugasan”.
Pendapat David P. Ausebul dalam Pentatito Gunowibowo (2010:6.7)
menyebutkan bahwa metode eksposition merupakan cara mengajar yang paling efektif
dan efisien dalam menanamkan belajar bermakna. Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono
(2012:172) mengatakan metode eksposition adalah memindahkan pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Peranan guru yang penting adalah 1)
menyusun program pembelajaran, 2) memberi informasi yang benar, 3) pemberi
fasilitas yang baik, 4) pembimbing siswa dalam perolehan informasi yang benar, dan
5) penilai prolehan informasi. Sedangkan peranan siswa adalah 1) pencari informasi
yang benar, 2) pemakai media dan sumber yang benar, 3) menyelesaikan tugas dengan
penilaian guru.
Wina Sanjaya (2012:179) berpendapat bahwa “metode pengajaran
eksposition adalah metode pengajaran yang menekankan kepada proses penyampaian
materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar
siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal”. Pada metode ini, setelah
guru beberapa saat memberikan informasi guru mulai dengan menerangkan suatu
konsep, mendemonstrasikan keterampilannya mengenai pola, aturan dan dalil tentang
konsep tersebut, siswa bertanya, guru memeriksa apakah siswa sudah mengerti atau
belum. Kegiatan selanjutnya ialah guru memberikan contoh-contoh soal aplikasi
konsep tersebut, selanjutnya meminta siswa menyelesaikan soal di papan tulis atau di
mejanya. Siswa mungkin bekerja individual atau bekerjasama dengan teman yang
duduk di sampingnya dan sedikit ada tanya jawab. Adapun kegiatan terakhir adalah

6
siswa mencatat materi yang telah diterangkan yang mungkin dilengkapi dengan soal-
soal pekerjaan rumah.
Berdasarkan pendapat dari berbagai pendapat para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa metode mengajar eksposition merupakan metode mengajar yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seseorang guru
kepada sekelompok siswa dengan maksud agar materi dapat dikuasai oleh siswa
secara optimal, tetapi metode tersebut juga dapat berpusat pada siswa apabila guru
mengikutsertakan siswa dalam proses belajar mengajar.
b. Prinsip- prinsip Strategi Pembelajaran Eksposition
Prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran eksposition diuraikan
sebagai beriku:
1) Beorientasi Pada Tujuan
Sebelum melakukan sebuah strategi instruksional atau strategi pembelajaran
seyogyanya dilakukan penetapan tujuan pembelajaran yang dapat diukur dan
berorientasi pada kemampuan siswa. Namun, strategi pembelajaran eksposition
tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan domain kognitif tingkat tinggi
dikarenakan sifatnya yang hanya pemaparan sehingga sebaiknya tujuan
pembelajaran yang dibuat berada pada domain kognitif tingkat rendah.

2) PrinsipKomunikasi
Prinsip komunikasi sangat penting diperhatikan dalam strategi instruksional
ini dikarenakan penekanannya pada proses penyampaian satu arah dari guru ke
siswa. Gangguan dalam komunikasi (noise) sebisa mungkin dapat diminimalkan
oleh guru sehingga penggunaan media pembelajaran, teknik, dan taktik
pembelajaran sangat penting untuk dilibatkan.
3) Prinsip Kesiapan
Agar materi mudah masuk ke dalam benak siswa, maka seorang guru perlu
mempersiapkan fisik dan psikis siswa. Guru juga perlu melakukan apersepsi untuk
mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan siswa terhadap materi yang akan
diajarkan sehingga nantinya proses asimilasi dan akomodasi dari proses berfikir
siswa dapat terjadi berkeseimbangan konsep baru dengan yang lama.
4) Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran eksposition harus dapat mendorong siswa untuk mau
mempelajari materi pelajaran lebih lanjut dikarenakan penyampaian yang
7
cenderung dengan verbal maka guru harus memiliki kiat-kiat dalam menyampaikan
materi pelajaran agar tidak menimbulkan ketidaktertarikan terhadap materi yang
diajarkan karena pembelajaran bukan hanya berlangsung saat itu juga, akan tetapi
untuk waktu yang selanjutnya. Eksposition yang berhasil adalah manakala melalui
proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan
(disequilibrium) sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menentukan atau
menambah wawasan melaui proses belajar mandiri. (Sanjaya dalam Ika Lestari,
2013: 45-46)

c. Langkah-langkah Metode Eksposition


Pada Pelaksanaannya metode eksposition memiliki langkah-langkah
pelaksanaan, secara garis besar digambarkan oleh Wina Sanjaya (2012:32) sebagai
berikut :
1) Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima
pelajaran. Dalam metode eksposition, keberhasilan pelaksanaan pembelajaran
sangat bergantung pada langkah persiapan. Tujuan yang ingin dicapai dalam
melakukan persiapan yaitu :
a) Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif.

b) Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajaran

c) Merangsang dan mengubah rasa ingin tahu siswa

d) Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.


2) Penyajian (Presentation)
Tahap penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai
dengan persiapan yang telah dilakukan.Hal yang harus diperhatikan oleh guru
adalah bagaimana materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami
oleh siswa. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan langkah ini diantaranya : Penggunaan bahasa, intonasi suara, Menjaga
kontak mata dengan siswa, serta menggunakan kemampuan guru untuk menjaga
agar suasana kelas tetap hidup dan menyenangkan.
3) Korelasi (Correlation)

8
Tahap korelasi adalah langkah yang dilakukan untuk memberikan makna
terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan
yang telah dimiliki siswa maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan
berpikir dan kemampuan motorik siswa.
4) Menyimpulkan (Generalization)

Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi


pelajaran yang telah disajikan. Sebab melalui langkah menyimpulkan, siswa dapat
mengambil inti sari dari proses penyajian. Menyimpulkan berarti pula memberikan
keyakinan kepada siswa tentang kebenaran suatu paparan. Sehingga siswa tidak
merasa ragu lagi akan penjelasan guru. Menyimpulkan bisa dilakukan dengan cara
mengulang kembali inti- inti materi yang menjadi pokok persoalan, memberikan
beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang diajarkan, dan membuat
maping atau pemetaan keterkaitan antar pokok-pokok materi.
5) Mengaplikasikan (Aplication)

Tahap aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka


menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting
dalam proses pembelajaran eksposition. Sebab melalui langkah ini guru akan dapat
mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman siswa terhadap
materi yang telah diajarkan. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini
diantaranya, dengan membuat tugas yang relevan, serta dengan memberikan tes
materi yang telah diajarkan untuk dikerjakan oleh siswa.Pemilihan strategi
eksposition dilakukan atas pertimbangan:
a) Karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai;
b) Sumber referensi terbatas;
c) Jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
d) Alokasi waktu terbatas; dan
e) Jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau bahan
banyak.
Menurut Sunartomb (2011:56) metode eksposition memiliki langkah-langkah
proses adalah sebagai berikut:
1) Guru mempersiapkan materi yang akan di ajarkan serta menpersiapkan siswa untuk
menerima pelajaran
2) Guru menyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan

9
3) Guru memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk
memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimiliki siswa maupun makna untuk
meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.
4) Guru Menyimpulkan materi yang telah disampaikan.

5) Guru mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman siswa


terhadap materi yang telah diajarkan. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah
ini diantaranya, dengan membuat tugas yang relevan, serta dengan memberikan tes
materi yang telah diajarkan untuk dikerjakan oleh siswa.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan langkah-
langkah metode eksposition yang akan peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Persiapan
Guru mempersiapkan materi yang akan di ajarkan serta menpersiapkan siswa untuk
menerima pelajaran.
2) Penyajian
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b) Guru menyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah
dilakukan
3) Korelasi
Guru memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk
memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimiliki siswa maupun makna untuk
meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.
4) Menyimpulkan
Guru menyimpulkan dan menutup pelajaran
5) Mengaplikasikan
6) Guru menyimpulkan dan menutup pelajaran.
Guru mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman siswa
terhadap materi yang telah diajarkan. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah
ini diantaranya, dengan membuat tugas yang relevan, serta dengan memberikan tes
materi yang telah diajarkan untuk dikerjakan oleh siswa.

10
d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksposition

Strategi pembelajaran eksposition merupakan bentuk dari pendekatan


pembelajran yang berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi
ini guru memegang peranan yang sangat penting atau dominan. Dengan menggunakan
strategi pembelajaran eksposition terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan di
dalam menggunakan strategi ini, yaitu:
1) Keunggulan / kelebihan
Berikut ini adalah beberapa kunggulan/ kelebihan dari metode eksposition,
yaitu:
a) Dengan strategi pembelajaran eksposition guru bisa mengontrol urutan dan
keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh
mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
b) Strategi pembelajaran eksposition dianggap sangat efektif apabila materi
pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang
dimiliki untuk belajar terbatas.
c) Melalui strategi pembelajaran eksposition selain siswa dapat mendengar melalui
penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran juga sekaligus siswa bisa
melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
d) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah
siswa dan ukuran kelas yang besar.
2) Kelemahan / kekurangan
Disamping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran eksposition ini
juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain :
a) Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang
memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, untuk siswa yang
tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain.
b) Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik
perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya
belajar.
c) Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit
mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi,
hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.

11
d) Keberhasilan strategi pembelajaran eksposition sangat tergantung kepada apa
yang dimiliki guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat,
antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur
(berkomunikasi) dan kemampuan mengelola kelas, tanpa itu sudah pasti proses
pembelajaran tidak mungkin berhasil.
e)

2. Pesan Berantai (Artikulasi)


a. Pengertian Pesan Berantai (Artikulasi)
Menurut Faturahman (2014:23) Artikulasi merupakan model yang prosesnya
seperti pesan berantai, artinya apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib
meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Di sinilah
keunikan model pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai
‘penerima pesan’ sekaligus berperan sebagai ‘penyampai pesan.
Artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam
pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-masing
siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya
tentang materi yang baru dibahas Darmawan (2012:12). Sedangkan Noviayanti
(2011:34) mengatakan bahwa artikulasi adalah perangkat alat-alat ucap atau alat-alat
bicara dimana hasil mekanisme kerjanya memproduksi suara atau bunyi bahasa yang
memiliki sifat-sifat khusus. Sehingga bunyi yang dihasilkan antara satu dengan yang
lainnya berbeda.
Artikulasi atau articulate, terjemahan dalam kamus diartikan sebagai hal yang
nyata, sesuatu yang benar diujarkan. Ujaran atau ucapannya benar menurut
pembentukan pola ucapan setiap bunyi bahasa untuk membentuk kata. Istilah
artikulasi digunakan di lapangan dengan tidak dipermasalahkan, yang penting
pelayanannya bisa dilakukan efektif kepada anak dengan tujuan agar upaya latihan
ucapan dapat meningkatkan kekayaan dan kemampuan berbahasa anak .
Berdasarkan pendapat dari berbagai pendapat para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa pesan berantai merupakan model pembelajaran yang menuntut
siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang
masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai
teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas dan siswa wajib meneruskan
atau menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya).
b. Langkah-langkah Pesan Berantai (Artikulasi)
12
Langkah-langkah atau sintak model pembelajaran Artikulasi adalah sebagai
berikut :
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2) Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3) Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4) Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru
diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan
kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5) Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya
dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil
wawancaranya.
6) Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami
siswa.
7) Kesimpulan/penutup.
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pesan Berantai (Arkulasi)
Berikut ini adalah kelebihan maupun kekurangan dari metodePesan Berantai
(artikulasi) :
1) Kelebihannya
a) Semua siswa terlibat (mendapat peran)
b) Melatih kesiapan siswa
c) Melatih daya serap pemahaman dari orang lain
d) Cocok untuk tugas sederhana
e) Interaksi lebih mudah
f) Lebih mudah dan cepat membentuknya
g) Meningkatkan partisipasi anak
2) Kelemahan
a) Untuk mata pelajaran tertentu
b) Waktu yang dibutuhkan banyak
c) Materi yang didapat sedikit
d) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
e) Lebih sedikit ide yang muncul
f) Jika ada perselisihan tidak ada penengah
3. Perpaduan Metode Eksposition dengan Pesan Berantai (Artikulasi)
a. Pengertian Metode Eksposition Melalui Pesan Berantai
13
Metode Eksposition Melalui Pesan Berantaimerupakan metode mengajar yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seseorang guru
kepada sekelompok siswa, dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang
masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai
teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas dan siswa wajib meneruskan
atau menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya)dengan maksud agar
materi dapat dikuasai oleh siswa secara optimal.
b. Langkah-langkah perpaduan Metode Eksposition dengan Pesan
Berantai(Artikulasi)

1) Persiapan
Guru mempersiapkan materi yang akan di ajarkan serta menpersiapkan siswa untuk
menerima pelajaran.
2) Penyajian
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b) Guru menyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah
dilakukan
3) Pembentukan Kelompok
Untuk mengetahui daya serap siswa, guru membentuk kelompok berpasangan dua
orang.
4) Penugasan
a) Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru
diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan
kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
b) Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya
dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil
wawancaranya.
5) Korelasi
Guru memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk
memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimiliki siswa maupun makna untuk
meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.
6) Menyimpulkan
Guru menyimpulkan dan menutup pelajaran
7) Mengaplikasikan
14
Guru mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman siswa
terhadap materi yang telah diajarkan. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah
ini diantaranya, dengan membuat tugas yang relevan, serta dengan memberikan tes
materi yang telah diajarkan untuk dikerjakan oleh siswa.

4. Prestasi Belajar IPA


Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,
karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari
proses belajar. Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan,
sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik Slameto (dalam
Vivi, 2016:7) menyebutkan bahwa prestasi belajar merupakan suatu masalah yang
bersifat perenial dalam kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya
manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing–masing.
Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, sedangkan dalam bahasa
Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha, Prestasi adalah hasil yang telah
dicapai dari yang telah dikerjakan atau dilakukan (Depdiknas, 2007:85).
Menurut (Arikunto, 2010: 23) berpendapat bahwa prestasi merupakan hasil yang
diperoleh setelah melalui kegiatan belajar. Prestasi dapat di gambarkan dengan suatu
simbol yang menyatakan nilai, baik yang dalam bentuk huruf maupun angka, dimana
unsur–unsur subjektif pendidik tidak boleh diikutkan dalam penilaian tersebut. Nilai
presrasi harus mencerminkan tindakan–tindakan peserta didik, sejauh mana telah
mencapai tujuan yang diterapkan disetia bidang studi. Dalam institusi pendidikan, baik
langsung maupun tidak langsung, prestasi atau motivasi belajar terkait dengan evaluasi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil penilaian pendidikan seseorang
secara akademik berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang diperoleh suatu
kegiatan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok melalui proses belajar
yang berupa angka atau nilai sesudah penilaian pada satu periode waktu tertentu.
a. Fungsi Prestasi belajar
Menurut Suharti (dalam Vivi, 2016:9) Prestasi memiliki beberapa fungsi di
antaranya sebagai berikut:
1) Prestasi belajar merupakan indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
telah dikuasai oleh anak didik
2) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
15
pendidikan.
3) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan
atas asumsi bahwa para ahli psikolog biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi
keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk
kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan.
4) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap anak didik. Dalam
proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah yang utama dan pertama
karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran
yang telah diprogramkan dalam kurilukum.
5) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya
bahwa prestasi belajar dapat dijadikan sebagai pendorong bagi anak didik dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik
dan meningkatkan mutu pendidikan.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar IPA
Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai
faktor yang dapat mempengaruhinya(Ahmadi, 2004: 134). Adapun faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar yaitu dapat dilihat dibawah ini:
1) Faktor Internal
Yaitu faktor di dalam diri siswa. Faktor ini meliputi:
a) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.
Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, dan lain-lain.
b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang di peroleh dari luar.
c) Faktor intelektual yang meliput faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat,
serta faktor kecapakan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
d) Faktor non-intelektual yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,
kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.
2) Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang datang dari luar siswa. Faktor ini meliputi:
a. Faktor sosial yang terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah, masyartakat dan
lingkungan kelompok.
b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim
Jadi secara umum, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
siswa adalah faktor internal dan eksternal dimana faktor internal adalah faktor yang
16
muncul dalam pribadi siswa yang meliputi emosional, sifat, perasaan dan sebagainya
sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang muncul dari lingkungan luar misalnya
faktor dari pergaulan bebas, orang-orang terdekat dan Faktor keluarga. Faktor yang
akan diteliti pada penelitian ini adalah faktor yang berada dari lingkungan sekolah,
khususnya mengenai model dan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru
lewat penelitian yang peneliti teliti.

5. Ciri-Ciri Dan Kebutuhan Makhluk Hidup

Makhluk hidup meliputi manusia, hewan, serta tumbuhan yang memiliki ciri-ciri
dan hal yang mempengaruhi perubahannya. Terdapat ciri-ciri dan kebutuhan yang
mempengaruhi makhluk hidup, yaitu:
a. Makhluk Hidup Membutuhkan Makan Dan Minum. Tumbuhan makan dengan cara
menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah. Itulah sebabnya mengapa kita harus
menyiram tanaman. Begitu pun manusia dan hewan yang membutuhkan makan, jika
tidak badannya akan lemas dan kurus, lalu sakit dan akhirnya meninggal. Ada
beberapa fungsi makanan, diantaranya:
1) Sebagai sumber energi
2) Sebagai pengatur dan pelindung tubuh terhadap penyakit
3) Sebagai pembangun tubuh baik untuk pertumbuhan maupun perbaikan tubuh
c. Makhluk Hidup Tumbuh
Manusia mengalami pertumbuhan. Manusia lahir berupa bayi kecil. Bayi
diberi ASI untuk pertumbuhannya. Semakin lama bayi akan menjadi balita, kemudian
menjadi semakin besar, semakin tinggi, dan berat badannya bertambah. Begitu juga
hewan mengalami pertumbuhan. Seekor ayam betina bertelur. Telur-telur tersebut
akan menetas setelah dierami selama 21 hari. Anak ayam akan keluar dari telur. Anak
ayam akan mencari makan dengan induknya. Semakin hari tubuh anak ayam semakin
besar, tinggi, dan berat. Anak ayam tumbuh besar mnyerupai induknya. Kemudian
tumbuhan semula kecil menjadi semakin besar. Hal tersebuh membuktikan bahwa
tumbuhan juga mengalami pertumbuhan.
d. Makhluk Hidup Berkembang Biak
Berkembang biak adalah menghasilkan keturunan yang sama seperti induknya.
Makhluk hidup berkembang biak untuk melestarikan jenisnya. Makhluk hidup
berkembang biak dengan cara yang berbeda-beda. Manusia berkembang biak dengan

17
cara melahirkan. Hewan memiliki 2 cara berkembang biak, yaitu bertelur dan beranak.
Ayam, ikan gurame, lele, burung berkembang biak dengan cara bertelur, dan telur
akan menetas menjadi anak. Sedangkan sapi, kambing, anjing berkembang biak
dengan cara beranak.
Tumbuhan berkembang biak dengan cara yang berbeda-beda, ada yang
berkembang biak secara alami dan buatan. Perkembangbiakan secara alami melalui
biji dan tunas. Perkembangbiakan secara buatan dengan cara cangkok, stek, dan
okulasi. Contoh tumbuhan yang bertunas di pangkal batang adalah pohon pisang.
Sedangkan perkembangbiakan buatan dapat dilakukan pada pohon mangga. Pohon
mangga dicangkok oleh manusia dan akan dihasilkan pohon mangga baru.
e. Makhluk Hidup Bergerak
Manusia berjalan atau berlari dengan menggunakan kaki. Burung terbang
dengan menggunakan sayap. Ikan berenang dengan menggunakan sirip. Ular dan
cacing bergerak dengan perutnya. Sedangkan tumbuhan bergerak tanpa berpindah
tempat. Tumbuhan akan bergerak kearah sinar matahari. Gerakan tumbuhan memang
sulit diamati. Akar pada tumbuhan juga bergerak ke samping dan ke bawah mencari
makanan. Pada saat bunga mekar, juga merupakan contoh gerakan tumbuhan.
f. Makhluk Hidup Bernapas
Makhluk hidup bernapas menghirup oksigen dan menghembuskan napas
mengeluarkan karbondioksida. Manusia bernapas dengan paru-paru melalui hidung.
Cara hewan bernapas berbeda-beda. Ada hewan yang bernapa dengan paru-paru, ada
pula dengan alat lainnya. Misal, anjing, kucing bernapas dengan paru-paru, ikan
bernapas dengan insang, ada pula yang dengan paru-paru seperti, hiu, lumba-lumba
dan paus, cacing bernapas dengan kulit, sedangkan katak bernapas dengan paru-paru
pada kulit.
Tumbuhan juga mempunyai alat pernapasan. Udara masuk ke dalam tumbuhan
melalui permukaan bawah daun, akar, dan batang. Alat pernapasan pada permukaan
daun disebut stomata (mulut daun).
g. Makhluk Hidup Peka Terhadap Rangsangan
Manusia akan sakit ketika kulitnya dicubit, hal ini membuktikan bahwa
manusia peka terhadap rangsangan. Tumbuhan dan hewan, putri malu yang mekar
ketika ada yang menyentuhnya akan menguncup, begitu pun kaki seribu akan
membelitkan tubuhnya ketika disentuh.

18
A. Kerangka Berpikir
Dalam dunia pendidikan masih banyak ditemukan masalah mengenai cara penerapan
metode yang tepat dalam mengatasi permasalahan-permasalahan kependidikan saat ini
seperti yang terjadi di SMK Negeri 1 Waingapu. Guru masih belum bisa mengunakan
metode atau model yang tepat dan berfariasi sehingga menyebabkan siswa cepat merasa
bosan, siswa kurang memahami materi yang diajarkan atau disampaikan oleh guru sehingga
prestasi siswa pada materi pelajaran IPA sangat rendah atau belum maksimal.
Salah satu usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah dengan
menerapkan metode Eksposition karena dengan metode Ekspositionsiswa lebih tertantang
untuk mencoba, sehingga mereka lebih bersungguh-sungguh dalam mengikuti
pembelajaran. Dengan adanya ketertarikan dan kesungguhan diharapkan akan
meningkatkan prestasi belajar siswa.Kajian antara model pembelajaran, mengajar guru dan
kemampuan awal siswa secara terpisah akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Penyajian materi pelajaran oleh guru yang sebelumnya telah dirancang dan dilaksanakan
dengan baik tidak akan memberi manfaat yang berarti jika tidak didukung oleh kemampuan
awal siswa. Sehingga dengan menggunakan metode Eksposition diharapkan siswa dapat
memperoleh prestasi yang baik. Bagan kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut:

SMKN 1 WAINGAPU

Prestasi Belajar IPA Siswa


KLS X Sangat Rendah
Sangat Rendah
Pengunaan Model Atau Metode yang
Belum Sesuai Dengan Keadaan Siswa

Metode Eksposition

Prestasi Belajar
Siswa Meningkat

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

C.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan tersebut, maka hipotesis yang dapat
diambil dalam penelitian ini adalah: penerapan metode ekspositionmelaui pesan berantai

19
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X Akuntansi A pada materi Keseimbangan
Lingkungan di SMK Negeri 1 Waingapu tahun pelajaran 2022/2023.
Definisi Operasional Variabel
a. Metode Eksposition adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada siswa dengan maksud
agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
b. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,
karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari
proses belajar.
c. Pesan berantai (Artikulasi) merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif
dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-
masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman
kelompoknya tentang materi yang baru dibahas dan siswa wajib meneruskan atau
menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya).

20
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu penelitian
terhadap kegiatan belajar yang berupa suatu tindakan yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi Arikunto, 2010:03).

B. Kehadiran dan Peran Peneliti


Kehadiran peneliti di SMK Negeri 1 WaingapuKecamatan Kota Waingapu
Kabupaten Sumba Timur adalah sebagai guru sekaligus berperan dalam keseluruhan
proses penelitian. Penelitian disini selain bertindak sebagai pengajar dalam proses
pembelajaran juga pengumpul data, menganalisis, dan pelapor hasil penelitian. Untuk
mengumpulkan data yang diperlukan, peneliti dibantu oleh guru IPA.
Peran dan keterlibatan langsung peneliti sangat diharapkan karena suatu
keberhasilan dalam penelitian sangat tergantung pada peran peneliti, diharapkan peneliti
mampu menguasai dan menggunakan berbagai macam alat bantu yang di gunakan untuk
menggapai suatu penelitian agar penelitiannya berhasil maksimal.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


a. Tempat: Penelitian ini akan dilaksanakan pada kelas X Akuntansi A di SMK Negeri
1 Waingapu.
b. Waktu: Penelitian ini akandilakukan pada semester ganjil yaitu pada bulan Agustus
dan September 2022 tahun pelajaran 2022/2023.

D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Akuntansi A SMK Negeri 1
Waingapu Tahun Pelajaran 2022/2023 yang berjumlah 35 orang yang terdiri dari 18
siswa dan 17 Siswi.

E. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar Observasi

21
Lembar observasi dalam pembelajaran digunakan untuk mengamati aktivitas
guru dan aktivitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
2. Soal
Prestasi Belajar
Tes ini berisikan soal-soal yang berkaitan dengan materi yang telah
diajarkan. Dalam penelitian ini jenis tes yang digunakan adalah soal berbentuk
pilihan ganda. Tes ini dibuat guna mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa
dalam menguasai materi yang telah disampaikan dan berpedoman pada kurikulum
yang berlaku di sekolah tempat penelitian berlangsung.

F. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan
dilaksanakan dengan dua siklus, dimana dalam penelitian ini tiap siklus dilaksanakan
sesuai rancangan yang telah dibuat dan dibagi menjadi 4 tahap yaitu tahap perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan tahap Refleksi.

Perencanaan

Siklus I Pelaksanaan
Refleksi

ObservasidanEva
luasi

Perencanaan

Siklus II Pelaksanaan
Refleksi

ObservasidanEva
luasi

Gambar 3.1.Rencana Penelitian Dengan Beberapa Siklus

Dari bagan di atas maka dapat dijelaskan uraian kegiatan dari tahapan-tahapan
tersebut yaitu sebagaia berikut:

22
1. Perencanaan
Pada tahap ini materi yang peneliti siapkan adalah materi pokok perubahan
mahluk hidup. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut
a. Mensosialisasikan pembelajaran dengan mengunakan metode Eksposition melalui
Pesan Berantai pada siswa kelas X Akuntansi A SMK Negeri 1 Waingapu
mengenai materi Keseimbangan Lingkungan.
b. Membuat skenario pembelajaran yang digunakan saat kegiatan pembelajaran
dilaksanakan.
c. Menyusun lembar observasi untuk melihat kegiatan aktivitas guru dan aktivitas
siswa selama proses belajar mengajar
d. Membuat soal uji instrumen
e. Membuat soal evaluasi pilihan ganda tiap akhir siklus
f. Menyediakan kunci jawaban soal evaluasi

2. Pelaksanaan tindakan

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti bertindak sebagai pengajar, adapun


proses pembelajaran mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
disiapkan meliputi:
a. Kegiatan awal
1) Guru memberi salam kepada peserta didik, menanyakan kabarnya, kesiapan mengikuti
pembelajaran
2) Berdo’a
3) Apersepsi, yaitu dengan melakukan tanya jawab tentang perubahan mahluk
hidup.
b. Kegiatan Inti
1) Persiapan
Guru mempersiapkan materi yang akan di ajarkan serta menpersiapkan siswa
untuk menerima pelajaran.
2) Penyajian
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b) Guru menyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah
dilakukan.
3) Pembentukan Kelompok

23
Untuk mengetahui daya serap siswa, guru membentuk kelompok
berpasangan dua orang.
4) Penugasan
a) Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang
baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat
catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok
lainnya.
b) Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah
menyampaikan hasil wawancaranya.
5) Korelasi
Guru memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk
memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimiliki siswa maupun makna
untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik
siswa.
6) Menyimpulkan
Guru menyimpulkan dan menutup pelajaran
7) Mengaplikasikan
Guru mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman
siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Teknik yang biasa dilakukan pada
langkah ini diantaranya, dengan membuat tugas yang relevan, serta dengan
memberikan tes materi yang telah diajarkan untuk dikerjakan oleh siswa
c. Kegiatan Akhir
1) Melakukan tanya jawab materi yang telah disampaikan sebagai bahan refleksi
materi ataupun kegiatan pembelajaran.
2) Memberikan pekerjaan rumah.
3) Memberikan tes formatif atau evaluasi.
3. Observasi dan Evaluasi
Kegiatan observasi dilakukan setiap kali pembelajaran berlangsung dalam
pelaksanaan tindakan dengan mengamati hasil belajar siswa. Sedangkan evaluasi
dilakukan setelah akhir pembelajaran dengan memberikan tes soal pilihan ganda yang
dikerjakan secara individual sesuai dengan skenario yang telah disusun
4. Refleksi

24
Tahap ini dilakukan setelah semua tahap dalam satu siklus
terselesaikan.Peneliti bersama guru mengkaji kekurangan dari tindakan yang
diberikan. Hal inidilakukandengancaramencermati data
aktivitaspenelitiandanhasilevaluasi yang dicapaisiswa kemudian mengevaluasi
kembali apa yang telah dilaksanakan pada siklus yang telah direncanakan.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Sebelum melakukan pengolahan data terlebih dahulu menentukan sumber data


yang akan diolah, dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk dijadikan
kesimpulan, maka data-data yang dipake harus diolah terlebih dahulu. Adapun prosedur
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Tes
Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan siswa
setelah pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan metode Eksposition melalui
Pesan Berantai telah dilaksanakan pada setiap akhir siklus, tujuannya untuk
mengetahui peningkatan ketuntasan belajar siswa.
2. Observasi
Melalui teknik observasi ini peneliti akan terjun langsung ke lokasi untuk
mengetahui secara jelas terhadap proses belajar mengajar dengan mengunakan metode
Eksposition melalui Pesan Berantai dengan begitu peneliti dapat mengetahui dengan
jelas sejauh mana keaktifan siswa mengunakan metode Eksposition melalui Pesan
Berantai untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa.

H. Teknik Analisis Data


Ada dua jenis data yang dianalisis, yaitu data hasil observasi proses belajar
mengajar dan data hasil tes evaluasi belajar siswa.
1. Data Hasil Observasi Proses Belajar Mengajar (PBM)
Data aktivitas siswa dalam proses pembelajaran diperoleh melalui pengamatan
langsung dalam setiap pertemuan kelas yang diamati oleh observer yang mengacu
pada pedoman observasi yang berisikan 7 indikator, dalam tiap indikator terdiri dari 3
deskriptor.
Data aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dianalisis dengan cara
menentukan skor yang diperoleh siswa, skor setiap individu tergantung banyaknya

25
perilaku yang dilakukan siswa dari sejumlah indikator yang diamati, deskriptor yang
diamati sebanyak 4 (empat) macam deskriptor. Skor 4 diberikan jika semua deskriptor
tampak, skor 3 diberikan jika 2 deskriptor yang tampak, skor 2 diberikan jika 1
deskriptor yang tampak, dan skor 1 diberikan jika tidak ada deskriptor yang tampak
Kemudian hasil dari skor aktivitas siswa tersebut dibandingkan dengan hasil
dari MI dan SDI yang dirumuskan sebagai berikut:
1
MI = x (Skor tertinggi+Skor terendah) ........................... (3.1)
2
1
SDI = x (Skor tertinggi-Skor terendah) ............................... (3.2)
6
Keterangan:
MI = Mean Ideal
SDI = Standar Deviasi Ideal (Arikunto 2012:10)

Untuk menentukan kategori data aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 3.1: Kriteria Penentuan Kategori Aktivitas Siswa.

Interval Nilai Kategori


MI + 1,5 SDI ≤ M ≤ MI + 3 SDI Sangat Aktif
MI + 0,5 SDI ≤ M < MI + 1,5 SDI Aktif
MI – 0,5 SDI ≤ M < MI + 0,5 SDI Cukup Aktif
MI – 1,5 SDI ≤ M < MI – 0,5 SDI Kurang Aktif
MI – 3 SDI ≤ M < MI – 1,5 SDI Sangat Kurang Aktif

Untuk menentukan kategori data aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 3.2: Kriteria Penentuan Kategori Aktivitas Siswa.


Interval Nilai Kategori
22,75 ≤ M ≤ 28 Sangat Aktif
19,25 ≤ M < 22,75 Aktif
15,75 ≤ M < 19,25 Cukup Aktif
12,25 ≤ M < 15,75 Kurang Aktif
7 ≤ M < 12,25 Sangat Kurang Aktif

2. Data hasil Evaluasi Belajar Siswa

26
Setelah memperoleh data evaluasi hasil belajar siswa, maka data tersebut
dianalisis dengan mencari ketuntasan belajar siswa. Untuk mengetahuiketuntasan
belajar siswa setelah menggunakan metode Eksposition dapatdigunakan kriteria yaitu
sebagai berikut:
a. Analisis Nilai Siswa

Menurut Naniek Wardani (Habibah, 2011:46), untuk menentukan nilai rata-


rata siswa mengunakan rumus sebagai berikut:
Sp
Np = × 100 %............................................................................(3.3)
Sm

Keterangan:

Np = Nilai Perolehan Siswa

Sp = Skor Perolehan

Sm = Skor Maksimum

b. Nilai rata-rata kelas, menggunakan rumus:

X=
∑ x ........................................................................................(3.4)
N

Keterangan:
X = Nilai rata-rata
= Jumlah nilai yang diperoleh
N = Jumlah siswa yang ikut tes

c. Ketuntasan Klasikal
Data tes prestasi belajar siswa dianalisis dengan menggunakan analisis
ketuntasan prestasi belajar secara klasikal minimal 75% dari jumlah siswa yang
memperoleh nilai 75 keatas. Dengan rumus ketuntasan belajarklasikal adalah:
(Sudjana, 2008:35)
X
KK = x 100 % ..........…………………………………..................(3.2)
Z

Dimana:
KK = Ketuntasan klasikal
X = Jumlah siswa yang memperoleh nilai 75 keatas

27
Z = Jumlah seluruh siswa

Ketuntasan belajar klasikal tercapai jika ≥ 75% siswa memperoleh skor


minimal 75 yang akan terlihat pada hasil evaluasi tiap-tiap siklus.

I. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah adanya peningkatan
ketuntasan belajar siswa dengan acuan sebagai berikut:
1. Apabilasiswa yang memperolehnilaiketuntasanindividu≥75 mencapai ketuntasan
klasikal ≥75%.
2. Minimal skor rata-rata aktivitas siswa dan guru mencapai skor rata-rata per siklus
dengan kategori aktif.

28
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus dengan objek penelitian adalah
Siswa Kelas X Akuntansi A Semester I di SMK Negeri 1 Waingapu Kecamatan Kota
Waingapu Kabupaten Sumba Timur Tahun Pelajaran 2022/2023, hasil penelitian tiap-
tiap siklus adalah sebagai berikut:
1. Hasil Penelitian Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini peneliti secara cermat mempelajari tentang
perubahan mahluk hidup, karakteristik dan implementasinya dalam proses
pembelajaran. Selanjutnya karena dalam penelitian ini dibutuhkan materi
pembelajaran tiap kelompok, maka materi pembelajaran harus diupayakan
selengkap mungkin. Upayah tersebut berhasil peneliti lakukan dan materi dikopi
keseluruhanya. Pada tahap ini juga peneliti membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), soal instrumen untuk mengukur tes prestasi belajar siswa,
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan mempersiapkan instrumen penelitian berupa
pedoman observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan aktivitas guru.

b. Tahap Pelaksanaan Pengajaran

Pelaksanaan pengajaran dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan tiap


siklus, 2 kali pertemuan untuk pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi,
untuk mengamati proses pembelajaran guru didampingi oleh 2 pengamat(observer)
yang akan mengamati aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung,
sementara lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk menilai aktivitas
siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan yang menjadi pengamatnya
adalah guru itu sendiri (peneliti).

29
1) Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

Berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar siswa Siklus I yang peneliti


lakukan selama 2 kali pertamuan berada pada kategori Cukup Aktif. Data
lengkap mengenai aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran dengan
pemberianmetode eksposition melalui pesan berantai selama proses
pembelajaran pada siklus I selama 2 kali pertamuan.
Berdasarkan hasil observasi siklus I selama dua kali pertemuan skor rata-
rata siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1: Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

Banyak Skor
Siklus I Rata-Rata Kategori
Siswa Total
Pertemuan I 34 643 18,91 Cukup Aktif
Pertemuan II 34 652 19,17 Cukup Aktif
Total Skor Rata-Rata 38,08
Skor Rata-Rata Siklus I 19,04 Cukup Aktif

Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa penerapan metode


eksposition melalui pesan berantai secara umum dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa selama proses pembelajaran pada siklus I, hal ini dapat dibuktikan
dari tabel di atas dimana nilai rata-rata hasil observasi siswa pada siklus I dari 2
kali pertemuan adalah 18,97 yaitu berada pada kategori Cukup Aktif.

2) Tahap Evaluasi

Berdasarkan hasil evaluasi setelah diberikan soal evaluasi siklus I pada

siswa kelas X Akuntansi A SMK Negeri 1 Waingapuyang telah dilaksanakan

diperoleh data evaluasi prestasi siswa seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2: Data Hasil Evaluasi prestasi siswa Siklus I

No. Hasil Evaluasi Keterangan


1. Jumlah siswa yang ikut tes 34 siswa
2. Jumlah Soal tes 10 nomor
3. Jumlah Siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 23 siswa
4. Jumlah siswa yang memperoleh nilai <75 11 siswa
5. Rata-rata nilai siswa 75,5

30
7. Persentase Ketuntasan 67,64 %

Hasil evaluasi siklus I menunjukan bahwa nilai rata-rata siswa adalah


75,5dengan persentase siswa yang mendapat nilai ≥ 75 sebanyak 23 orang atau
telah mencapai kriteria ketuntasan belajar minimum dan 11 siswa yang belum
mencapai ketuntasan belajar minimum sedangkan untuk ketuntasan belajar
secara klasikal adalah sebesar 67,64 %. Dari data hasil evaluasi belajar ini dapat
disimpulkan bahwa ketuntasan klasikalnya belum tercapai karena hanya
mencapai 67,64% saja, sementara ketuntasan klasikal itu dapat tercapai apabila
persentase ketuntasan belajar siswa memperoleh ≥ 85 %. Pada siklus I ini masih
ada 11 siswa yang masih belum tuntas secara maksimal, sehingga perlu adanya
pendekatan-pendekatan khusus kepada siswa yang bersangkutan dan lebih
ditingkatkan lagi dalam cara mengajar siswa pada siklus berikutnya.

3) Tahap Refleksi

Pada tahap ini peneliti bersama observer (pengamat) mengkaji


pelaksanaan dan hasil yang diperoleh dalam proses pembelajaran pada siklus I.
Sebagai acuan dalam siklus ini adalah hasil observasi dan evaluasi. Hasil
evaluasi ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan
perencanaan dan pelaksanaan pengajaran pada siklus berikutnya.
Setelah diadakan pengamatan selama aktivitas pembelajaran di dalam

kelas, selanjutnya diadakan refleksi atas segala aktivitas yang telah dilakukan,

hasil refleksi adalah sebagai berikut:

a) Sebagian siswa masih terpengaruh dengan suasana kelas, apabila ada yang
membuat keributan merekapun ikut-ikutan.
b) Sebagian siswa masih suka mengganggu siswa lain ketika mengerjakan soal.
c) Dalam diskusi kelompok guru kurang mendorong tukar pendapat antar siswa,
sehingga kelompok terlihat pasif.
d) Guru dalam menjelaskan materi pelajaran kurang dipahami oleh beberapa
siswa, terutama siswa yang lamban dalam menyerap materi, sehingga ada
siswa yang diam saja sewaktu diberi pertanyaan oleh guru.

31
e) Dalam diskusi kelompok siswa yang pandai mendominasi kelompoknya,
akibatnya siswa yang kurang pandai menjadi pasif dan menggantungkan
jawabannya kepada siswa yang pandai saja.
f) Secara garis besar, pelaksanaan siklus I berlangsung cukup baik, walaupun
belum mencapai ketuntasan klasikal. Untuk itu kegiatan pembelajaran pada
siklus I perlu perlu diperbaiki di siklus II selanjutnya agar kemampuan siswa
dalam mengerjakan soal tentang energi listrik dapat ditingkatkan lagi dengan
melakukan perbaikan-perbaikan.
Dari beberapa kekurangan diatas, guru berusaha untuk memperbaiki pola
ajar yang terlebih dahulu disepakati dengan para observer tentang apa-apa saja
yang perlu dipersiapkan maupun dilaksanakan pada siklus selanjutnya agar
mencapai hasil yang benar-benar diharapkan. Langkah-langkah perbaikan yang
dilaksanakan oleh guru untuk perbaikan pada siklus II adalah Guru bertindak
sebagai fasilitator dan meminimalisir perannya yang dapat membuat siswa
terlihat aktif, guru menciptakan suasana kelas yang kondusif, sehingga tidak ada
lagi siswa yang mengganggu temannya selama proses pembelajaran, memberi
pemahaman kepada siswa untuk tidak mengganggu siswa lain dalam
mengerjakan soal karena akan mengganggu konsentrasi dan mempengaruhi nilai
siswa yang bersangkutan, selalu memotivasi siswa untuk saling bertukar pikiran
dalam mengerjakan tugas kelompoknya, karena merupakan salah satu aspek
penilaian, ketika menyampaikan materi pelajaran guru, guru sedikit memberikan
penekanan pada materi-materi yang dianggap sulit oleh siswa terutama kepada
siswa yang lamban dalam menerima materi, menyarankan kepada siswa yang
pandai untuk tidak mendominasi kelompoknya, namun diberi tugas untuk
membimbing anggota kelompok yang masih mengalami kesulitan.

2. Hasil Penelitian Siklus II


1. Tahap Persiapan
Pada siklus II tahap persiapan hampir sama dengan persiapan yang
dilakukan pada siklus I, namun tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II ini
merupakan hasil refleksi dari siklus I, siklus II ini bermaksud untuk memperbaiki
atau melengkapi kekurangan maupun kelemahan yang telah dilaksanakan pada
siklus I.
2. Tahap Pelaksanaan Pengajaran
32
Pada siklus II pelaksanaan pengajaran yang dilakukan sama dengan siklus I
yaitu sebanyak 2 kali pertemuan dan 1 pertemuan untuk evaluasi dan perlakuan
untuk tiap-tiap pertemuanpun hampir sama dengan yang dilakukan pada siklus I,
hanya saja pada siklus II diadakan perbaikan-perbaikan mengenai hal-hal yang
masih kurang yang dilaksanakan oleh peneliti berdasarkan hasil refleksi pada
siklus I. Pada siklus II diperoleh data hasil observasi aktivitas siswa dan aktivitas
guru sebagai berikut:
a. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
Hasil observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan
menerapkan metode eksposition melalui pesan berantai selama proses belajar
mengajar pada siklus II memperoleh kategori sangat aktif, karena seluruh siswa
mampu melaksanakan sebagian besar deskriptor-deskriptor yang ada pada
lembar observasi. Data lengkap mengenai aktivitas belajar siswa selama proses
pembelajaran pada siklus II.
. Hasil observasi siklus II dari 2 kali pertemuan mengenai aktivitas siswa
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3: Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

Banyak Skor
Siklus II Rata-Rata Kategori
Siswa Total
Pertemuan I 34 742 21.82
Pertemuan II 34 761 22,38
Aktif
Total Skor Rata-Rata 44,20
Skor Rata-Rata Siklus II 22,10

Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa penerapan metode


eksposition melalui pesan berantai selama proses belajar mengajar di kelas X
Akuntansi A SMK Negeri 1 Waingapu Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten
Sumba Timur,dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa selama proses
pembelajaran pada siklus II, hal ini dapat dibuktikan dari tabel di atas dimana
nilai rata-rata hasil observasi siswa pada siklus II dari 2 kali pertemuan adalah
21,10 yaitu berada pada kategori Aktif.
3. Tahap Evaluasi

33
Berdasarkan hasil evaluasi prestasi belajar siswa setelah diberikan soal
evaluasi yang telah dilaksanakan pada siklus II diperoleh data prestasi belajar
siswa seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.4: Data Hasil Evaluasi prestasi belajar siswa Siklus II

No. Hasil Evaluasi Keterangan


1. Jumlah siswa yang ikut tes 35 siswa
2. Jumlah soal tes 10 nomor
3. Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 31 siswa
4. Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≤ 75 4 siswa
5. Rata-rata nilai siswa 76,1
6. Persentase ketuntasan 88,23%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa masih ada 4 siswa yang
belum tuntas, dari hasil observasi memang siswa ini kurang cepat dalam
menyerap materi, meskipun sudah dilakukan perbaikan-perbaikan untuk
mengatasinya. Hasil evaluasi siklus II menunjukan bahwa nilai rata-rata siswa
adalah 76,1 dan persentase siswa yang mendapat nilai ≥ 75 adalah 88,23%. Dari
data hasil evaluasi belajar ini dapat disimpulkan bahwa ketuntasan klasikalnya
sudah tercapai dengan sangat baik, ini menunjukan bahwa dengan perbaikan-
perbaikan yang dilakukan pada siklus II dapat menghasilkan peningkatan yang
sangat signifikan terhadap hasil belajar siswa, sehingga penelitian ini berakhir
pada siklus II.

4. Refleksi

Hasil refleksi atas pelaksanaan siklus II, dihasilkan hal-hal sebagai


berikut:
a. Suasana kelas tertib, terkendali dan kondusif. Dengan demikian proses
belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.
b. Siswa bertambah paham dalam menyelesaikan soal secara individu maupun
kelompok.
c. Seluruh siswa aktif dalam melaksanakan kerja kelompok tanpa membedakan
yang pandai dan yang kurang pandai.

34
d. Siswa sudah memanfaatkan waktu dengan baik untuk berdiskusi dengan
kelompoknya.
e. Keberanian siswa semakin tumbuh. Sebagian besar siswa mengacungkan
jarinya terlebih dahulu untuk menjawab petanyaan.
f. Siswa yang menjadi penyaji hasil diskusi tampak sungguh-sungguh dan
percaya diri, sehingga kelompok lain menanggapinya dengan penuh
perhatian.
Hasil Pembelajaran dengan menerapkan metode eksposition melalui
pesan berantai pada Siklus II dipandang sudah cukup baik, karena 57% siswa
memperoleh nilai lebih dari 75 yaitu sebanyak 24 orang sehingga sudah
mencapai ketuntasan klasikal. Berdasarkan temuan hasil refleksi dari siklus II
secara keseluruhan pembelajaran dengan menerapakan metode eksposition
melalui pesan berantai di kelas X Akuntansi A SMK Negeri 1 Waingapu
Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur pada materi pokok
Keseimbangan Lingkunganberlangsung dengan baik. Hasil belajar siswa kelas
X Akuntansi A SMK Negeri 1 Waingapu pada materi pokok Keseimbangan
Lingkungandapat ditingkatkan dan secara tidak langsung prestasi belajar
siswapun meningkat sehingga dapat dikatakan bahwa dengan menerapkan
metode eksposition melalui pesan berantai pada materi pokok Keseimbangan
Lingkungan di SMK Negeri 1 Waingapu Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten
Sumba Timur dapat maningkatkan prestasi belajar siswa dengan peningkatan
sebesar 25 %.

3. Perbandingan Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II

Data perbandingan hasil penelitian siklus I dan siklus II untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 4.5. di bawah ini:

Siklus Aktivitas Kategori Prestasi Siswa Kategori


Siswa

I 19,04 Cukup Aktif 67,64 % Cukup Baik

II 22,10 Aktif 88,23 % Baik

Perbandingan 3,06 20,59 %

35
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan
prestasi belajar siswa di siklus I dan siklus II dimana peningkatan dari Siklus I dan II
dari hasil yang di dapat pada tiap-tiap siklus menunjukan bahwa nilai rata-rata siswa
pada siklus I adalah sebesar 62,5 dengan persentase siswa yang mendapat nilai ≥ 75
sebanyak 17 orang atau telah mencapai kriteria ketuntasan belajar minimum dan 11
siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar minimum sedangkan untuk ketuntasan
belajar secara klasikal adalah sebesar 60,7 %. Dari data hasil evaluasi belajar ini
dapat disimpulkan bahwa ketuntasan klasikalnya pada siklus I belum tercapai karena
hanya mencapai 60,7% saja, sementara ketuntasan klasikal itu dapat tercapai apabila
persentase ketuntasan belajar siswa memperoleh ≥ 85 %.
Sedangkan hasil penelitian pada siklus II dengan menerapkan metode
eksposition melalui pesan berantaidipandang sudah cukup baik, karena 57% siswa
memperoleh nilai lebih dari 75 yaitu sebanyak 24 orang dan 4 siswa yang belum
mencapai ketuntasan belajar minimum, sehingga dapat dikatakan bahwa hasil
penelitian pada siklus II sudahmencapai ketuntasan klasikal. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa kelas X Akuntansi A SMKN 1 Waingapu
pada materi pokok Keseimbangan Ekosistem pada siklus II dapat ditingkatkan dengan
peningkatan sebesar 25 %.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, observasi proses belajar mengajar pada siklus I


keaktifan siswa dan antusiasme siswa sudah mencapai kategori cukup aktif dalam
pembelajaran di kelas, namun siswa belum mampu melakukan keterampilan dalam
berdemonstrasi mengunakan metode eksposition melalui pesan berantai siswa masih
terkesan bersifat individual dan belum sepenuhnya saling menghargai pendapat
kelompoknya masing-masing sehingga hasil belajarnya belum mendapatkan hasil yang
memuaskan, disamping itu guru juga sudah melakukan pengajaran dengan cukup baik
akan tetapi masih ada hal-hal yang harus diperbaiki pada pengajaran selanjutnya.
Dari hasil evaluasi siklus I menunjukkan bahwa persentase siswa yang tuntas
belajar sebanyak 60,7%, dengan nilai rata-rata 62,5 dengan persentase siswa yang
mendapatkan nilai ≥ 65 sebanyak 17 orang atau telah mencapai kriteria ketuntasan
belajar minimum dan 11 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar minimum
sehingga ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai. Belum tercapainya

36
ketuntasan klasikal tersebut hal ini disebabkan karena masih banyak kekurangan-
kekurangan yang ditemukan dalam proses pembelajaran baik dari siswa maupun dari
guru. Siswa belum dapat memanfaatkan kesempatan dalam berdiskusi dengan temannya
dan belum terbiasa bekerja sama dengan kelompok sehingga tugasnya dipercayakan pada
anak yang paling pandai dalam kelompoknya.
Hasil refleksi siklus I mengisyaratkan perbaikan pada pelaksanaan pengajaran
pada siklus selanjutnya antara lain bahwa peran guru dalam mengorganisasikan aktivitas-
aktivitas belajar siswa perlu dioptimalkan dan yang tidak kalah pentingnya guru harus
bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan supaya siswa tidak mengalami
kejenuhan dalam mengikuti pelajaran.
Pada siklus II guru berupaya meningkatkan keterlibatan siswa dan
membangkitkan respon siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil analisis data
diperoleh bahwa hasil belajar siswa mencapai ketuntasan klasikal yaitu dengan
persentase 85,7% dengan rata-rata 76.1 Hasil pengamatan pada siklus II ini menunjukkan
peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dan adanya perubahan positif yang
cukup signifikan, terutama meningkatnya respon siswa pada mata pelajaran IPA
khususnya materi perubahan mahluk hidup. Pada siklus II ini terjadi peningkatan prestasi
belajar siswayang dapat dilihat pada aspek daya ingat materi prasyarat, pemahaman
konsep dan prinsip kemampuan berfikir dalam menjawab persoalan baik secara individu
maupun berkelompok, semangat belajar dan peran serta dalam kelompok. Hal tersebut
menandakan meningkatnya keaktifan dan respon siswa, sehingga dapat membangkitkan
minat dan pemahaman dalam belajar IPA. Berdasarkan analisis hasil penelitian di atas
maka peneliti beserta observer merefleksi metode eksposition melalui pesan berantai
sangat cocok untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil evaluasi sudah mencapai
standar ketuntasan klasikal yaitu 85,7%, hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa
mampu mencapai standar kriteria ketuntasan minimal (KKM), begitu pula dengan hasil
observasi aktivitas guru dan siswa selalu terjadi peningkatan tiap pertemuannya dan pada
akhir pertemuan pada siklus II seluruh siswa dapat melaksanakan semua deskriptor yang
ada. Hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa. Namun disisi
lain untuk kedepan guru harus tetap membuat cara-cara baru dalam menerapkan metode
eksposition melalui pesan berantai agar siswa tidak bosan dengan metode pembelajaran
yang diterapkan.
Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan prestasi belajar siswa pada
pembelajaran IPA SMK materi Keseimbangan Ekosistem pada siswa kelas X Akuntansi
37
A di SMK Negeri 1 Waingapu Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur
Tahun Pelajaran 2022/2023 dapat ditingkatkan dengan metode eksposition melalui pesan
berantai. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai ketuntasan belajar siswa
secara klasikal prestasi belajar siswa dari siklus I yaitu sebesar 60,7 % menjadi 85,7%
pada Siklus II dengan peningkatan prestasi belajar siswa sebesar 25 %.
Keberhasilan penelitian ini sejalan dengan teori yang dipaparkan oleh Natsir
(2012: 86) bahwa salah satu yang menjadi kelebihan metode eksposition adalah dapat
meningkatkan partisipasi anak dalam proses pembelajaran serta dapat menunjang mutu
pendidikan dari segi kemampuan siswa baik itu hasil maupun prestasi siswa itu sendiri.
Hal setara juga dikemukakan oleh Huda (2014:269) yang menyatakan bahwa metode
eksposition melalui pesan berantai merupakan metode yang melibatkan peran serta
semua anggota kelompok sehingga setiap siswa secara aktif berpartisipasi, berinteraksi
antar individu, dapat melatih kepercayaan diri siswa sehingga siswa lebih siap secara
mandiri menyerap dan memahami materi yang disampaikan rekan satu kelompoknya
serta dapat mengembangakan pengetahuan individu yang berupa hasil dan prestasi
belajarnya.

38
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan hasil dalam penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Bahwa dengan penerapan metode eksposition melalui pesan berantai dapat


meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X Akuntansi A pada materi
Keseimbangan Ekosistem di SMK Negeri 1 Waingapu Kecamatan Kota Waingapu
Kabupaten Sumba Timur Tahun Pelajaran 2022/2023
2. Peningkatan prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan perbandingan hasil
dari siklus I sebesar 60,7 % dengan nilai rata-rata sebesar 62,5 sedangkan dari siklus
II meningkat menjadi 85,7 % dengan nilai rata-rata sebesar 76,1 sehingga dapat
disimpulkan bahwa peningkatan prestasi belajar siswa sebesar 25 %.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa saran yang hendak penulis berikan
yaitu:
1. Bagi Guru
Perlu adanya motivasi dari guru dalam meningkatkan keaktifan dan kesiapan
belajar siswa, karena pada penelitian ini menunjukan hasil yang lebih baik, maka
diharapkan agar menerapkan metode eksposition melalui pesan berantai pada populasi
yang lebih besar. Dan dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar mengajar dan
situasi pembelajaran yang menyenangkan disarankan agar media pembelajaran dan
penggunaan alat bantu pelajaran semaksimal mungkin dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari.

2. Bagi Peneliti selanjutnya

39
Apabila ingin menerapkan metode eksposition melalui pesan berantai ini,
diharapkan peneliti menyesuaikan dengan kondisi siswa dan sekolah tempat diadakan
penelitian.

3. Bagi Sekolah

Dapat dijadikan sebagai alternatif guna melakukan perbaikan-perbaikan


pembelajaran di kelas untuk meningkatkan prestasi maupun hasil belajar siswa baik
pada mata pelajaran IPA maupun mata pelajaran yang lain.

40
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, 2004, Teknik Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas Materi Diklat, Jakarta: Depdiknas,
Ditjen Dikdasmen, Direktorat Tenaga Kependidikan.

Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. BumiAksara.

Ausebul, P. David. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara.

Darmawa, 2012. Pengertian, Definisi dan Ciri Model Pembelajaran. Bandung: PT Alfabet.

Dimyanti. 2012. Penerapan Metode Ekspositio Dalam Pembelajaranl. Jakarta: Bumi Aksara.

Faturahman, 2014, Teknik Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Habibah. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Isjoni. 2012. Tujuan Pendidikan. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.

Noviyanti. 2011. BelajardanMetode Pembelajaran. Jakarta: Rhineka Cipta.

Sanjaya, Wina. 2012. Penerapan Metode Ekspositio Dalam Pembelajaranl. Jakarta: Bumi
Aksara.

, 2014, Teknik Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor–faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: RinekaCipta.

Sudjana. 2008. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV Pustaka Pelajar.

Suharti. 2016. Pentingnya Prestasi Belajar. Bandung: Alfabeta.

Suharto. 2011. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sunartomb. 2011. Pengertian dan langkah-langkah Metode Eksposition. Bandung: Alfabet.

41
Nama Peserta didik kelas X Akuntansi A
Tahun Pelajaran : 2022/2023

NO NAMA SISWA
1 ADE IVAN RADITIA UMBU DOMU

2 ALDO ARIYANTO REHI


3 ANNE THERESIA KANDI

4 ARDIAN DEVIS SAPUTRA LANGU MALIT

5 ASRI VINERTI SILVANA MBANI


6 AVELYNE DANGA LILA
7 CHELIN BOMBA LAPUR
8 DEDI DEVITSON NATANIEL
9 DELVI DARA KOTA

10 DETRINOLFRID PETERSON PINDI MBANI

11 DWI ANGGIA TRIANDINI DAVID


12 ELISABET NONO
13 ELKIS PRAING
14 ERNA DJATI MAINA
15 FALERGIO NDAWA NDULA
16 INDISARI RAMBU TAMU
17 INDRA ALAN JULIAN
18 JENIFER KONSTANSA BELA
19 JESIKA RAMBU KAHI HIRIT
20 JILDAN BITU
21 MAREZA OLIVIA MARAMBA

22 MARGARETHA PIHU KAMUNGGUL

23 MARINA HUNGGU RUY


24 MELIANFI RAMBU DADA
25 NIKENSIA KAHOAT LAKA
26 OSKAR NJUKAMANANG
27 PIPIN KAITA YANI
28 RIRIN RANJA WALI
29 RISTO NDATANG KARAY
30 SANDRO RANJA WALI
31 SINTYA PINDI UNJAR
32 STEPHANIE LADO
33 UMBU TAMU AMA
34 YOHANA RATU NGUNDJU

42
35 ZABDY ARIANSA HERMAN

Kompetensi Dasar
3.5.Menganalisis keseimbangan lingkungan
4.5.Merumuskan upaya dalam menjaga keseimbangan lingkungan kerja.

43

Anda mungkin juga menyukai