Anda di halaman 1dari 41

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR IPA TENTANG

CAHAYA DAN SIFATNYA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI


PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR KATOLIK KAI
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

ABSTRAK

GOMIN FLAVIANUS. 859267038. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan


seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh konsep,
pemahaman atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang
terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa
maupun dalam tindakan. Peningkatan kemampuan belajar siswa didukung
dengan ketepatan pemilihan metode mengajar dalam pembelajaran.
Penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam kelas V Sekolah Dasar Katolik Kai yang dilakukan dalam tiga siklus
perbaikan pembelajaran menunjukan peningkatan pada kemampuan belajar
siswa.
Perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran IPA khusus tentang
materi Cahaya dan Sifatnya, mengalami perubahan baik berdasarkan
pengamatan penulis maupun hasil belajar siswa yang dibuktikan dengan
peningkatan hasil belajar pada tahap pra siklus 46,67%, siklus I 51,67% dan
siklus II 66,67% sedangkan hasil pengamatan sikap menunjukan, tahap pra
siklus 19,5%, siklus I 22,5% dan siklus II 25,5%.
Dengan demikian, metode demonstrasi sangat tepat untuk diterapkan
dalam Ilmu Pengetahuan Alam karena berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan sekedar penguasaan
konsep, fakta-fakta atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan proses
penemuan.
Pembelajaran IPA merupakan sangat penting diterapkan pada tingkat
SD agar siswa memiliki keterampilan proses IPA dan berpikir serta dilatih
untuk berpikir ilmiah.
Kata kunci: Peningkatan kemampuan, belajar IPA, metode demonstrasi.

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan kemampuan belajar siswa adalah suatu harapan yang harus
didukung dengan berbagai upaya dari seorang guru. Pada prinsipnya bahwa
kegiatan pembelajaran di kelas seharusnya berorientasi pada adanya perubahan
positif pada siswa bukan ketuntasan materi pelajaran yang harus diselesaikan dalam
satu tahun pelajaran yang terpaksa dilakukan karena sebuah tuntutan. Namun hal
ini menjadi tantangan bagi guru. Ketertinggalan materi merupakan suatu kesalahan
besar bagi guru karena akan terjadi minimnya pengetahuan siswa demi melangkah
pada jejang selanjutnya. Problema ini dapat mendorong seorang guru untuk lebih
terampil dalam merancang, memilih dan memilah berbagai metode dan strategi
yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran agar memudahkan siswa untuk
menguasai materi yang bernuansa pada peningkatan kemampuan siswa.
Kemampuan yang dimiliki oleh siswa merupakan dampak dari proses
pembelajaran yang dapat diukur melalui serangkaian proses yang dirancang oleh
guru. Salah satu aspek yang sangat penting yang harus dipahami oleh seorang guru
dalam menyusun rancangan pembelajaran yaitu pemilihan metode pembelajaran
yang sesuai dengan karakter siswa serta materi dan tujuan pembelajaran. Artinya
bahwa, metode mengajar yang dipilih dapat memberi pengaruh positif pada siswa
dalam menguasai suatu materi yang ditandai dengan respon positif dari siswa dalam
pembelajaran tersebut.
Farida Nur Kumala dalam Pembelajaran IPA SD (2016 : 65-66)
menguraikan bahwa metode mengajar merupakan cara yang digunakan oleh guru
dalam menyampaikan materi pembelajaran. Metode yang dipilih menentukan
kegiatan belajar dan interaksi antara siswa dan guru. Dalam interaksi ini guru
berperan sebagai pembimbing dan siswa bergerak sebagai penerima atau yang
dibimbing. Guru harus menguasai metode mengajar agar memudahkan siswa dalam
memahami materi pelajaran.

2
Suyono dan Hariyanto (2011:22) dalam Belajar dan Pembelajaran terkait
dengan metode pembelajaran menyatakan bahwa metode pembelajaran merupakan
langkah-langkah atau prosedur pembelajaran, termasuk nilai dan rencana
pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai.
Di sisi lain, bahwa metode pembelajaran ditentukan sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran, SK dan KD serta tujuan pembelajaran. Selanjutnya
Enjah Takari R. (2010 : 21-22) menjelaskan bahwa metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru bertujuan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik mampu mencapai kompetensi dasar dan
seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode juga disesuaikan
dengan kondisi peserta didik serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi
yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
Implementasi di lapangan secara khusus di Sekolah Dasar Katolik Kai, sejak
dilaksanakannya Kurikulum 2013 guru belum mampu melaksanakan pembelajaran
dengan memilih metode mengajar yang menunjang siswa untuk mampu berkreasi
dan terciptanya iklim belajar interaktif, inovatif sesuai dengan pedoman kurikulum.
Atas dasar itu memacu penulis untuk mengkaji “UPAYA MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BELAJAR IPA TENTANG CAHAYA DAN SIFATNYA
MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS V
SEKOLAH DASAR KATOLIK KAI TAHUN PELAJARAN 2021/2022.”
Berdasarkan kenyataan dan menjadi masalah yang serius bahwa salah satu
faktor rendahnya kemampuan belajar siswa kelas V SDK Kai secara khusus
kemampuan memahami materi Ilmu Pengetahuan Alam yaitu tidak menggunakan
metode yang tepat dalam pembelajaran. Para guru hanya menggunakan metode
ceramah, diskusi, tanya jawab, tanpa mempertimbangkan isi, karakter dan muatan
mata pelajaran sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa hanya mendengar
tanpa melihat dan berbuat.
Pada hakikatnya, Wisudawati (Farida Nur Kumala 2016 : 4), Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang mengkaji tentang gejala yang ada di alam
baik makhluk hidup maupun benda mati.

3
Menurut Farida NK (2016: 11) dalam melatih keterampilan dasar IPA dan
menumbuhkan sikap ilmiah pada siswa, diperlukan pembelajaran yang siswa hanya
berperan sebagai penerima namun siswa harus mengalami sendiri pengalamannya
dalam memahami ilmu tersebut, sehingga mampu diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dari pandangan tersebut, bahwa metode demonstrasi sangat sesuai
untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA di SD, sehingga memacu siswa untuk
belajar mengalami sendiri dalam memahami materi pelajaran. Menurut Wisudawati
(Farida NK 2016 : 69) bahwa pembelajaran IPA SD dengan menggunakan metode
demonstrasi guru menghadirkan objek nyata ke kelas, permodelan dan urutan
eksperimen demi meningkatkan pemahaman siswa. Menerapkan metode
demonstrasi dalam pembelajaran IPA dapat mendorong siswa belajar lebih aktif
dan mampu memahami materi dengan cepat dengan pengalamannya sendiri.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang, peneliti dapat mengidentifikasi
masalah yang terjadi dalam pembelajaran, antara lain:
1) Siswa lamban memahami materi pelajaran dan tidak konsentrasi dalam kegiatan
pembelajaran.
2) Respon siswa yang tidak merasa tertarik dengan materi pelajaran dengan
menunjukkan sikap duduk yang tidak berkenan, seperti topang dagu, tangan
terlipat di atas meja dan sebagian siswa sering menguap.
3) Guru mengajar hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab,
sehingga siswa tidak aktif dalam pembelajaran
4) Guru kurang terampil mengelola kelas, sehingga perhatian siswa tidak terarah.
5) Guru tidak menggunakan media dan metode demonstrasi yang dapat
menumbuhkan motivasi dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran.

1.3 Pembatasan Masalah


Masalah yang dikaji dan dibahas dalam penelitian ini adalah perbaikan
pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas V Sekolah Dasar

4
Katolik Kai di Desa Golo Lebo, Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai Timur
Provinsi Nusa Tenggara Timur.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi, maka penulis dapat
merumuskan masalah, antara lain sebagai berikut:
1) Apakah menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA tentang
cahaya dan sifatnya dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa kelas V di
SDK Kai?
2) Bagaimana menerapkan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA tentang
cahaya dan sifatnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa
kelas V di SDK Kai?

1.5 Tujuan Perbaikan Pembelajaran


Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran demi meningkatnya kemampuan belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran IPA kelas V. Dengan menerapkan metode pembelajaran demonstrasi
siswa benar-benar memahami materi pelajaran IPA sesuai tujuan pembelajaran
yang diharapkan.

1.6 Manfaat Perbaikan Pembelajaran


Dalam setiap kegiatan tentu memiliki manfaat, oleh karena dalam kegiatan
perbaikan pembelajaran ini diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain:
a) Hasil perbaikan pembelajaran ini diharapkan akan membantu dalam
perkembangan pendidikan, khususnya peningkatan kemampuan belajar siswa
tentang cahaya dan sifatnya dalam pembelajaran IPA.
b) Hasil yang diharapkan dari perbaikan pembelajaran ini dapat menjadi
pembanding dalam penelitian selanjutnya.
c) Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan belajar siswa tentang sifat-sifat cahaya pada siswa
kelas V Sekolah Dasar Katolik Kai

5
d) Bagi guru
Perbaikan pembelajaran ini akan meningkatnya perkembangan penguasaan
metode mengajar IPA di kelas V khususnya tentang sifat-sifat cahaya.
e) Bagi Sekolah
Sekolah memperoleh referensi baru berupa karya tulis ilmiah yang dapat
digunakan sebagai pedoman dalam perbaikan pembelajaran di SDK Kai.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar
2.1.1 Pengertian
Menurut Daryanto (Setiawan 2017 : 2) belajar sebagai suatu proses usaha
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman mandiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Selanjutnya dalam sumber yang sama, Suyono dan Hariyanto memaparkan bahwa
belajar merujuk pada suatu proses perubahan perilaku secara pribadi atau
perubahan struktur kognitif seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman
tertentu hasil interaksi aktif dengan lingkungan dan sumber-sumber belajar yang
ada di sekitarnya.
James O. Wittaker (Budiyono 2011: 18) mendefesinikan belajar sebagai
proses tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman.
Sedangkan menurut Howard L. Kingsley, belajar adalah proses yang mana tingkah
laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan.
Belajar menurut Susanto (Kosmas Sobon & Sofly Junike Lumowa 2018 :
200) sebagai suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam
keadaan sadar untuk memperoleh konsep, pemahaman atau pengetahuan baru
sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap
baik dalam berpikir, merasa maupun dalam tindakan.
Gagne (Suyono dan Hariyanto 2011: 12) menyatakan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan
manusia, seperti sikap, minat atau nilai dan perubahan kemampuannya, yaitu
peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja.
Berpedoman pada pemaparan di atas, bahwa belajar di adalah sebagai
proses perubahan perilaku, pemahaman atau pengetahuan yang diperoleh karena
adanya interaksi dengan lingkungan, interaksi dalam kelompok yang diperoleh

7
melalui pengamatan dan pengalaman individu. Perubahan yang di alami dan
diperoleh pada diri individu sebagai akibat dari proses belajar.

2.1.2 Hakikat Belajar dan Pembelajaran


Belajar dan pembelajaran merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Susanto, Ahmad (Andi Setiawan 2017 : 21) Menyatakan bahwa
secara kata pembelajaran merupakan perpaduan dua aktivitas belajar dan mengajar.
Secara metodologi aktivitas belajar cenderung lebih dominan dilakukan oleh siswa,
sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. Jadi pembelajaran
merupakan penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar.
Secara psikologis pembelajaran merupakan proses perubahan yang
dilakukan secara individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang
menyeluruh sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan. Komalasari (2010
: 4) mengemukakan keterkaitan antara belajar dan pembelajaran yaitu digambarkan
dalam suatu sistem, proses belajar dan pembelajaran memerlukan masukan dasar
(raw input) yang merupakan bahan pengalaman belajar dalam proses pembelajaran
(learning teching process) dengan harapan berubah menjadi keluaran (Output)
dengan pencapaian kompetensi tertentu.
Dengan demikian bahwa pembelajaran dilakukan karena adanya input
kemudian diproses untuk menghasilkan output yang diharapkan. Andi Setiawan
(2017 : 22) mengemukakan bahwa pembelajaran pada hakikatnya merupakan
sebuah proses yang dilakukan oleh individu (siswa) dengan bantuan guru untuk
memperoleh perubahan perilaku sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungan.

Secara mendasar bahwa kriteria pembelajaran, meliputi:


a) Pembelajaran merupakan proses perubahan
b) Perubahan hasil pembelajaran mencakup berbagai aspek kehidupan
c) Pembelajaran terjadi karena adanya tujuan.

8
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa pembelajaran adalah aktivitas
belajar dan mengajar dalam interaksinya dengan lingkungan dan pengalaman demi
memperoleh suatu perubahan positif pada aspek afektif, psikomotorik dan kognitif
pada individu.

2.1.3 Tujuan Pembelajaran


Tujuan pembelajaran merupakan aspek yang sangat penting dalam rancangan
pembelajaran karena proses pembelajaran merupakan perilaku yang hendak dicapai
oleh siswa pada kondisi tertentu. Setiawan ( 2017: 24) bahwa tujuan pembelajaran
lebih mengarah pada Taksonomi Bloom dan Krathwohl yang membagi tujuan
pembelajaran pada tiga kawasan yaitu:
a) Kawasan kognitif
Kawasan kognitif bertalian dengan proses mental yang terdiri dari enam
tingkatan yaitu tingkat pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis
dan evaluasi.
b) Kawasan Afektif
Kawasan afektif erat kaitannya dengan sikap, nilai-nilai ketertarikan,
penghargaan dan penyesuaian perasaan sosial. Rana afektif terdiri dari beberapa
bagian, yaitu: kemauan menerima, kemauan menanggapi, berkeyakinan,
ketekunan dan ketelitian.
c) Kawasan Psikomotor
Kawasan psikomotor bertalian dengan keterampilan yang bersifat motorik.
Ranah psikomotor terdiri dari beberapa bagian, antara lain: persepsi, kesiapan
melakukan tugas, mekanisme, respon terbimbing, kemahiran, adaptasi dan
organisasi.
Pemahaman tersebut dapat diketahui bahwa, pembelajaran aktivitas
pembelajaran bertujuan untuk pencapaian kawasan kognitif, afektif dan
psikomotor. Dengan kata lain bahwa pencapaian tiga ranah tersebut menunjukkan
keberhasilan dalam pembelajaran. Demi mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan, maka guru harus memahami dan menciptakan kondisi pembelajaran
yang ideal.

9
Dalam kaitannya dengan pembelajaran yang ideal, teori konstruktivisme (
Setiawan 2017: 28) menyatakan bahwa pembelajaran harus diciptakan dalam
situasi yang menyenangkan, belajar yang menarik perhatian siswa dan
menyenangkan karena menantang, relevan, mengarah pada tujuan dan didukung
dengan metode yang sesuai demi tercapainya tujuan pembelajaran serta siswa
belajar didukung oleh guru dan lingkungan yang kondusif. Dalam hal ini guru
seyogianya merancang dan menciptakan pembelajaran yang kreatif, inovatif dan
menyenangkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2.2 Pembelajaran IPA SD


2.2.1 Hakikat IPA SD
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah kata-kata terjemahan dari bahasa
Inggris yaitu Natural Science. Science secara harafiah adalah ilmu. Ilmu adalah
pengetahuan yang ilmiah. Ilmu memiliki sifat rasional dan objektif, Wisudawati
(Nur Kumala 2016). Natural yang berarti alam. Berdasarkan terjemahan kata
tersebut Ilmu Pengetahuan Alam dapat di artikan suatu ilmu yang mengkaji segala
sesuatu gejala yang ada di alam baik benda hidup atau makhluk hidup maupun
benda mati.
IPA dijabarkan ke dalam beberapa cabang ilmu, seperti astronomi, kimia,
mineralogi, fisiologi, meterologi dan biologi. IPA ilmu yang tidak diperoleh
berdasarkan hasil pemikiran manusia melainkan hasil eksperimen maupun
pengamatan gejala alam yang ada di bumi (Nur Kumala 2016). Dalam sumber yang
sama (BSNP 2006) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam berkaitan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan sekedar
penguasaan konsep, fakta-fakta atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan
proses penemuan.
Pembelajaran IPA merupakan sesuatu yang sangat penting diterapkan pada
tingkat SD agar siswa memiliki keterampilan proses IPA dan berpikir dan dilatih
untuk berpikir ilmiah. (Budiyono 2011 : 24) menyatakan bahwa struktur kognitif
pada anak SD tidak dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuan, maka
diharapkan keterampilan proses IPA untuk mereka dimodifikasi sesuai dengan

10
perkembangan kognitifnya. Selanjutnya Paolo dan Marten (Budiyono 2011)
mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak- anak, sebagai berikut:
d) Mengamati apa yang terjadi
e) Mencoba memahami apa yang diamati
f) Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi
g) Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat kebenaran
ramalan tersebut.
Dalam sumber yang sama Paolo dan Marten menegaskan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam tidak menyediakan semua jawaban dan masalah yang kita
ajukan. Dalam IPA siswa SD tetap berpikir skeptis sehingga guru selalu
memodifikasi model- model yang kita miliki tentang alam ini sejalan dengan
penemuan yang kita dapatkan serta memodifikasi keterampilan-keterampilan
proses IPA yang akan diterapkan harus sesuai dengan perkembangan siswa.
Pemahaman tersebut memberi penegasan bahwa proses merubah perilaku
individu dan berpikir ilmiah serta memiliki keterampilan proses dalam menyelidiki
dan mengkaji gejala-gelaja alam searah dengan tingkat perkembangan peserta
didik. Hal ini identik dengan pernyataan Haryono (Sobon dan Lumowa 2018: 201)
bahwa pembelajaran IPA perlu didesain dengan baik agar menyentuh kehidupan
konkrit peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran IPA pada Sekolah Dasar
sebaiknya dimodifikasi dengan mempertimbangkan kebutuhan dan perkembangan
siswa serta dilakukan dengan menggunakan metode yang tepat.

2.2.2 Tujuan Pembelajaran IPA SD


Setiap pembelajaran memiliki tujuan yang harus dicapai dalam kegiatan
tersebut. Tujuan yang harus di capai mengembangkan tiga aspek hasil belajar yaitu
kognitif, psikomotor dan afektif.

Tujuan pembelajaran IPA sebagaimana BSNP (Kumala 2016 :9) yang meliputi:
a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan Tuhan
b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep IPA yang bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

11
c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara dan
melestarikan lingkungan alam.
f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai ciptaan Tuhan.
g) Menanamkan pengetahuan konsep dan keterampilan sebagai bekal untuk
pendidikan selanjutnya.
Berdasarkan tujuan tersebut bahwa yang dikembangkan dalam
pembelajaran IPA terdiri dari sikap ilmiah, keterampilan proses dan pengetahuan.
Unsur- unsur tersebut harus dikembangkan dalam diri peserta didik, sehingga
peserta didik dapat memahami proses pembelajaran secara utuh, memahami
fenomena alam dan meniru sikap ilmuwan serta bekerja untuk menemukan fakta-
fakta baru.

2.3 Metode Pembelajaran


2.3.1 Hakikat Metode
Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti jalan, cara.
Dalam filsafat dan ilmu pengetahuan metode diartikan sebagai cara memikirkan
dan memeriksa suatu hal menurut rencana tertentu.. Dalam dunia pengajaran,
metode diartikan sebagai rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan
yang sistematis berdasarkan approach tertentu. Jadi, metode merupakan cara
melaksanakan pekerjaan, sedangkan approach bersifat filosofi atau aksioma. Oleh
karena itu dari suatu approach dapat tumbuh beberapa metode, (Badruli Martati
2010 : 26).
Dalam bahasa Inggris ( Nurlina, dkk 2021: 9) dari kata method yang berati
melewati, jalan dan cara memperoleh sesuatu. Selanjutnya dalam sumber yang
sama, dalam KBBI metode merupakan cara kerja yang bersistem untuk

12
memudahkan pelaksanaan dalam suatu kegiatan demi mencapai tujuan yang
ditentukan.
Selanjutnya Ali-al Jumblaly dan Abu-al Fath (Mudhori dan Maulana 2020
: 23) mengartikan metode sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru yang
menyampaikan pesan ke otak murid-murid. Dalam sumber yang sama Rosdy
Ruslan mengemukakan, metode merupakan suatu kegiatan yang bersifat ilmiah.
Sanjaya (Komalasari 2010 : 56) metode merupakan pembelajaran
merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Nurlina, dkk (2021:9) mengemukakan bahwa metode merupakan langkah
operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih dalam mencapai tujuan
pembelajaran, sehingga bagi sumber belajar dalam menggunakan suatu metode
pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis strategi pembelajaran yang gunakan.
Dalam hal ini bahwa ketepatan menggunakan suatu metode akan
menunjukkan fungsionalnya strategi dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan
pandangan tersebut, bahwa metode dalam kegiatan pembelajaran menjadi unsur
utama dalam mencapai hasil belajar yang telah ditentukan.

2.3.2 Fungsi dan Tujuan Metode Pembelajaran


Metode pembelajaran memiliki fungsi dan tujuan yang tidak hanya
berfungsi sebagai cara untuk menyajikan materi pelajaran. Sebab sumber belajar
mempunyai tugas cakupan yang luas, di samping sebagai penyampai informasi juga
mempunyai tugas mengelola pembelajaran sehingga warga belajar dapat belajar
untuk mencapai tujuan yang tepat.

Berdasarkan hal tersebut Nurlina, dkk (2021: 10-11) menjelaskan ruang


lingkup metode dalam pembelajaran, sebagai berikut:

a) Pemberian dorongan kepada warga belajar


b) Pengungkap tumbuhnya minat belajar
c) Penyampaian bahan belajar

13
d) Pencipta iklim belajar yang kondusif
e) Tenaga untuk melahirkan kreativitas
f) Pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan hasil belajar
g) Pendorong dalam memperbaiki dan melengkapi hasil belajar.
Beberapa hal tersebut sebagai unsur yang sangat penting, bahwa kesesuaian
penggunaan metode dalam pembelajaran ketikan pada warga belajar dan proses
pembelajaran telah memperlihatkan unsur-unsur tersebut. Dengan demikian sangat
penting diperhatikan oleh sumber belajar agar tujuan dan hasil belajar sesuai dengan
yang diharapkan.

2.4 Metode Demonstrasi


2.4.1 Pengertian Metode Demonstrasi
Sebagaimana masalah dalam penelitian perbaikan pembelajaran ini fokus
pada penggunaan metode demonstrasi untuk meningkatkan kemampuan belajar
IPA siswa kelas V SDK Kai. Sebelum metode demonstrasi diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran, sebaiknya perlu memahami konsep tentang metode
demonstrasi.
Metode demonstrasi ( Mudhori dan Maulana 2020 : 34) merupakan sebuah
metode pembelajaran yang lebih menekankan ke peragaan atau praktik baik berupa
kejadian, aturan dan urutan pelaksaan kegiatan yang ada baik secara langsung
maupun menggunakan media yang relevan dengan materi pelajaran. Senada dengan
Sartini, dkk (2015) menegaskan bahwa metode demonstrasi adalah metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu baik sebenarnya atau hanya sekedar
tiruan.
Selanjutnya (Nur Kumala 2016 : 69) menyatakan bahwa metode
demonstrasi merupakan metode yang sering digunakan oleh guru IPA dalam
mendemonstrasikan sesuatu. Menurut DePorter (Badruli Maryati 2010 : 30) metode
demonstrasi disebut sebagai metode penempatan, yaitu cara mengingat informasi
dengan mudah jika kita menempatkannya di tempat tertentu. Artinya, siswa akan
mudah menerima informasi yang disampaikan bila guru menggunakan sesuatu yang

14
mudah dibayangkan oleh siswa. Dalam sumber yang sama Djamarah (2005)
menyatakan, metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan
cara memperagakan atau menunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi dan
benda tertentu yang sedang dipelajari baik yang sebenarnya maupun tiruan.
Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang
jelas tentang sesuatu hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu,
menyusun sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu dan proses
untuk membuktikan sesuatu.
Dengan demikian, metode demonstrasi sebagai cara menyajikan bahan
pelajaran yang digambarkan dengan mengkonkritkan konsep abstrak,
menyederhanakan konsep dengan proses peragaan baik melalui pengamatan
maupun tindakan dalam pembelajaran demi memahami informasi berupa materi
pelajaran warga belajar.

2.4.2 Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran IPA


Bertalian dengan pembelajaran IPA di kelas, metode demonstrasi adalah
suatu cara atau bentuk pengajaran materi pembelajaran yang lebih konkrit. Hamruni
(Kosmas dan Sofly 2018: 201) mengemukakan bahwa dalam kaitannya dengan
pembelajaran IPA, metode demonstrasi dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar IPA. Pernyataan
selanjutnya, bahwa metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA memiliki nilai-
nilai praktis, antara lain:
1) Memungkinkan adanya interaksi antara siswa dengan lingkungannya.
2) Secara potensial, metode demonstrasi yang dipertunjukkan secara tepat dapat
menanamkan konsep dasar IPA yang konkrit, benar dan berpijak pada realita.
3) Dapat membangkitkan minat baru dan merangsang siswa untuk belajar IPA.
4) Memberikan kesempatan belajar yang integral dan menyeluruh.

15
2.4.3 Tujuan Penggunaan Metode Demonstrasi
Penggunaan metode dalam aktivitas mengajar memiliki tujuan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirancang yang difokuskan pada
pencapaian hasil belajar siswa.
Dalam hal ini, menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA
memiliki beberapa tujuan, (Budiyono 2011 :31) yaitu, sebagai berikut:

a) Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh siswa.
b) Mengkonkritkan informasi yang abstrak yang sulit dipahami oleh siswa.
c) Mengembangkan kemampuan pengamatan.

2.4.4 Kekuatan dan Kelemahan Metode Demonstrasi


Beberapa metode yang sering diterapkan dalam pembelajaran aktivitas
pembelajaran memiliki kekurangan dan kelebihan. Dalam kaitannya dengan
metode demonstrasi, (Martati 2010 :31) mengemukakan beberapa kelebihan dan
kekurangan, sebagai berikut:
➢ Kelebihan:
1) Membantu siswa memahami dengan jelas jalannya proses atau kerja suatu
benda
2) Memudahkan berbagai penjelasan, sebab menggunakan bahasa lebih terbatas.
Hal ini dapat mengurangi verbalisme.
3) Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui
pengamatan dan contoh konkrit dengan menghadirkan objek sebenarnya
➢ Kekurangan:
1) Siswa kadang sulit melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan
2) Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
3) Sulit dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa
yang didemonstrasikan.

Dalam kaitannya dengan kelemahan metode pembelajaran, guru sebaiknya


harus mampu memahami rangkaian proses dalam melakukan demonstrasi dan

16
menciptakan situasi pembelajaran yang dapat menemukan perubahan hasil belajar
yang baik pada peserta didik sebagai akibat dari penerapan metode demonstrasi.

2.5 Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran IPA SD


Pelaksanaan pembelajaran IPA menggunakan metode demonstrasi,
(Budiyono 2011 : 32) dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Langkah Persiapan
➢ Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.
➢ Menyusun materi yang akan diajarkan untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan.
➢ Menyiapkan ringkasan materi yang akan didemonstrasikan untuk
mempermudah menguasai materi yang telah disiapkan.
➢ Melakukan latihan pendemonstrasian termasuk cara menggunakan alat dan
bahan.
b) Pelaksanaan Pembelajaran Metode Demonstrasi
1) Kegiatan Awal
➢ Mengatur tempat duduk yang memungkinkan siswa dapat mengamati
pendemonstrasian guru.
➢ Menanyakan materi sebelumnya.
➢ Membangkitkan motivasi belajar siswa dengan mengemukakan kasus
dimasyarakat yang ada hubungannya dengan materi yang akan dibahas.
➢ Kemukakan tujuan yang harus dicapai oleh siswa dan tugas-tugas yang
harus dilakukan selain demonstrasi.
2) Kegiatan Inti Pembelajaran
➢ Mulailah melakukan demonstrasi sesuai rancangan pembelajaran yang
telah dibuat.
➢ Pusatkan perhatian siswa pada proses demonstrasi yang dilakukan guru
agar menguasai materi dan membuat siswa aktif mengikuti jalannya
demonstrasi dengan baik.
➢ Ciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan hindari suasana yang
menegangkan.

17
➢ Berikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dan kritis dalam
proses demonstrasi dan memberi kesempatan untuk bertanya.
3) Kegiatan Mengakhiri Pembelajaran
➢ Meminta siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah
didemonstrasikan
➢ Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang
belum dipahami
➢ Memberi evaluasi, baik evaluasi pembelajaran maupun evaluasi kegiatan
demonstrasi
➢ Tindak lanjut baik berupa tugas maupun mendalami materi yang baru
dibahas.
Berdasarkan uraian tersebut bahwa pembelajaran dengan metode
demonstrasi dilaksanakan dengan langkah-langkah yang memungkinkan
terciptanya situasi belajar siswa aktif, inovatif dan menyenangkan dengan
kegiatan mengamati peragaan atau membuat sesuatu dengan media yang
sesuai.

2.5 Cahaya
2.5.1 Kajian Teori
Cahaya merupakan energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang
kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380 – 750 mm. Dalam bidang fisika,
cahaya didefinisikan sebagai radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang
kasat mata.

Cahaya adalah paket partikel yang disebut Foton. Kedua defenisi tersebut
adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut dualisme
gelombang- partikel. Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan
secara visual oleh indra penglihatan sebagai warna. Bidang studi tentang cahaya
dikenal dengan nama Optika yang merupakan area riset yang sangat penting pada
fisika moderen.
Studi tentang cahaya dimulai dengan munculnya era optika klasik yang
mempelajari tentang besaran optik, seperti: intensitas, frekuensi atau panjang

18
gelombang, polarisasi dan fasa cahaya. Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap
sekitar dilakukan dengan pendekatan paraksial geometris seperti refleksi dan
refraksi dan pendekatan sifat optik fisisnya, seperti: interferensi, difraksi dispersi
dan polarisasi. Masing-masing studi optika klasik ini disebut optika geometris (en:
geometrical optics) dan optika fisis ( en: physical optics)
Pada puncak optika klasik, cahaya didefinisikan sebagai gelombang
elektromagnetik dan memicu serangkaian penemuan dan pemikiran. Tahun 1838
oleh Michael Faraday dengan penemuan sinar katoda, tahun 1859 Gustav Kirchhoff
dengan teori radiasi massa hitam. Selanjutnya Ludwig Boltzmann 1877
mengatakan bahwa status energi sistem fisik dapat menjadi diskrit. Albert Einstein
1905, melakukan percobaan efek fotoelektrik, Cahaya yang menyinari atom
mengeksitasi elektron untuk melejit keluar dari orbitnya.
Pada era optika moderen cahaya didefinisikan sebagai dualisme gelombang
transversal elektromagnetik dan aliran partikel yang disebut Foton, (Oki Prama
Bakti 2010 : 44).

2.5.2 Sifat-Sifat Cahaya


Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat dilihat apabila cahaya mengenai
benda tersebut. Ketika suatu benda terkena cahaya maka benda tersebut akan
memantulkan cahaya ke mata sehingga benda tersebut dapat dilihat. Cahaya berasal
dari sumber cahaya. Semua benda yang memancarkan cahaya di sebut sumber
cahaya. Contoh sumber cahaya, antara lain : mata hari, bintang, listrik, baterai.
Cahaya memiliki sifat menembus beda bening, merambat lurus, membias dan
dipantulkan, Sayuto Budiharsono (Budiyono 2011: 26-27)

1) Cahaya Merambat Lurus


Peristiwa sifat cahaya merambat lurus sering diamati dalam kehidupan
sehari-hari. Ketika cahaya mata hari mengenai atap yang bocor atau berlubang
atau pada cela – cela dinding, maka berkas cahaya yang masuk berbentuk
seperti permukaan benda yang berlubang.
2) Cahaya Menembus Benda Bening

19
Ketika cahaya disorotkan pada kaca jendela maka cahaya senter akan
menembus kaca tersebut. Hal ini dapat dikatakan bahwa semua benda yang
ditembus cahaya termasuk benda bening.
3) Cahaya dibiaskan
Cahaya dapat dibiaskan artinya cahaya merambat dari dua zat yang
kerapatannya berbeda. Cahaya tersebut akan dibelokkan. Peristiwa
pembelokan arah rambat cahaya setelah melewati medium rambatan yang
berbeda disebut pembiasan.(ejournal.upi.edu 2022/5/22) Peristiwa pembiasan
cahaya akan tampak ketika meletakan pensil atau pulpen ke dalam gelas atau
stoples bening. Jika kita amati dari luar gelas, pensil atau pulpen kelihatan
bengkok.
4) Cahaya dipantulkan
Pemantulan cahaya pada dasarnya adalah proses terpancarnya kembali
cahaya apabila mengenai permukaan benda yang terkena cahaya tersebut.
Cahaya yang jatuh pada bidang pembatas dua material yang mengalami
pemantulan dengan sudut pantul yang sama persis dengan sudut datang.(tirto.id
2022/5/22)

20
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
PERBAIKAN PEMBELAJARAN

3.1 Identifikasi Subjek Penelitian Perbaikan

Sesuai fokus masalah perbaikan pembelajaran yaitu tentang upaya


meningkatkan kemampuan belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang cahaya
dan sifatnya, maka subjek penelitian perbaikan pembelajaran dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1) Lokasi Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian perbaikan pembelajaran ini di laksanakan di Sekolah Dasar Katolik
Kai, Desa Golo Lebo Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
2) Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan berdasarkan tahapan-
tahapan kegiatan sebagai berikut:
1) Senin,16 Mei 2022 pukul 08.00-10.00 WIT kegiatan Pra siklus
2) Rabu,18 Mei 2022 pukul 07.30-09.30 WIT kegiatan Siklus I
3) Kamis,19 Mei 2022 pukul 08.00-10.00 WIT kegiatan Siklus II
3) Kelas dan Mata Pelajaran
Fokus penelitian perbaikan yaitu mata pelajaran IPA di kelas V tentang cahaya
dan sifatnya. Jumlah siswa di kelas V SDK Kai Tahun pelajaran 2021/2022 adalah
15 siswa, terdiri dari siswa laki-laki 10 orang dan perempuan 5 orang.
4) Karakteristik Siswa
Sebagaimana pada pemaparan sebelumnya, belajar merupakan aktivitas yang
bertujuan untuk merubah perilaku dan pengalaman individu sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan melalui kegiatan pembelajaran. Untuk menciptakan hasil
belajar yang diharapkan harus melalui serangkaian proses yang membutuhkan
peran aktif pembelajar dan warga belajar dalam suat lingkungan sebagai sumber

21
belajar. Sehubungan dengan warga belajar atau siswa kelas V SDK Kai memiliki
karakter yang berbeda- beda.
Dari 15 siswa memiliki karakter dan secara umum dapat dijelaskan, sebagai
berikut: 1) sebagian besar siswa memiliki kemauan untuk belajar dan adanya sikap
antusias dalam pembelajaran dan respon yang baik dalam seluruh proses
pembelajaran baik mendengarkan penjelasan guru maupun mengerjakan tugas, 2)
ada beberapa siswa yang sering melamun dan menguap saat proses pembelajaran
dan belum bisa menyelesaikan tugas baik lisan maupun tertulis dengan baik, 3) ada
satu siswa yang berkebutuhan khusus karena tidak bisa mengucapkan kata-kata
dengan jelas dan mengalami kesulitan belajar.

3.2 Deskripsi Prosedur Penelitian Perbaikan


Pelaksanaan pembelajaran di kelas V SDK Kai dalam upaya meningkatkan
kemampuan belajar IPA tentang cahaya dan sifatnya dengan menggunakan metode
demonstrasi dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu pra siklus, siklus I dan siklus
II. Dalam setiap tahapan tersebut dikembangkan dalam tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengumpulan data dan refleksi. Tahapan perbaikan pembelajaran
tersebut didesain sebagai berikut:

A) Pra Siklus
1) Perencanaan
Pada tahap perencanaan, penulis menyusun RPP seperti yang biasa
dilakukan dalam pembelajaran dengan komponen dan struktur yang sesuai
dengan struktur penyusunannya. Pada komponen metode pembelajaran penulis
menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan.
2) Pelakasanaan
a) Kegiatan awal
~ Doa
~ Absensi

~ Apersepsi: bertanya tentang materi yang akan dipelajari untuk menggali


pengalaman siswa

22
b) Kegiatan Inti

~ Menjelaskan materi pelajaran

~ Meminta siswa duduk menurut kelompok yang sudah dibentuk


~ Mendiskusikan soal yang berikan dalam kelompok
~ Meminta wakil dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompok
~ Menyimpulkan jawaban siswa
c) Kegiatan Akhir
~ Memberi soal pekerjaan rumah
~ Memberi arahan dan motivasi kepada siswa
~ Doa penutup
3) Pengumpulan Data
Data yang diambil dan kumpulkan berupa hasil pengamatan dan
penilaian hasil kerja siswa baik kerja kelompok maupun individu. Aspek yang
diamati adalah keaktifan siswa, ketelitian, penghargaan dan kerja sama dalam
menyelesaikan tugas. Hasil pengamatan dan hasil kerja siswa dan diisi pada
lembar pengamatan yang telah disiapkan.
4) Refleksi
Setelah melaksanakan pembelajaran penulis yang didampingi oleh
supervisor 2 atau teman sejawat melakukan penilaian terhadap seluruh
rangkaian proses pembelajaran berdasarkan RPP yang telah dilaksanakan.
Hasil pengamatan tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran berpusat pada
guru sehingga siswa tidak aktif, siswa terlihat kaku, dalam mengerjakan tugas
kelompok siswa saling mengharapkan dalam menyelesaikan soal, pertanyaan
lisan yang diberikan dijawab tidak sesuai bahkan tidak menjawab, daya serap
siswa sangat kurang sehingga nilai yang diperoleh siswa pun sangat kurang.

23
B) Siklus I
1) Perecanaan
Berdasarkan hasil analisis masalah dan refleksi pada tahap pra siklus
penulis melakukan perbaikan pembelajaran dengan menyusun RPP
perbaikan pada siklus I. Pada tahap ini penulis merancang RPP perbaikan
dengan menambahkan tujuan perbaikan pada komponen RPP dan
menggunakan metode demonstrasi, ceramah, diskusi kelompok dan
penugasan dan pengamatan.
2) Pelaksanaan
Pada tahap ini penulis bersama siswa melaksanakan pembelajaran
sesuai rancangan yang terdapat pada RPP.
Pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menyiapkan alat dan bahan untuk melakukan demonstrasi
b) Apersepsi: Menanyakan materi yang telah dipelajari
c) Meminta siswa duduk dalam kelompok
d) Menjelaskan langkah- langkah dan tujuan kegiatan dengan mengamati
kegiatan demonstrasi.
e) Melakukan demonstrasi tentang sifat cahaya menembus benda bening,
cahaya merambat lurus, cahaya dipantulkan dan cahaya dibiaskan.
f) Memberikan instrumen soal sesuai materi yang telah didemontrasikan
dan meminta siswa untuk berdiskusi dalam kelompok dan dikerjakan
pada buku tugas kelompok yang sudah disiapkan sebelumnya.
g) Meminta siswa dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompok.
h) Memberi instrumen soal untuk dikerjakan secara individu.
3) Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa hasil kerja siswa pada lembar kerja
siswa atau daya serap siswa dan penilaian sikap berupa keaktifan, kerja
sama, penghargaan, tanggung jawab dan ketelitian. Hasil pengamatan
tersebut diisi pada lembar pengamatan yang disiapkan.

24
4) Refleksi
Setelah melaksanakan pembelajaran sesuai langkah-langkah dan
yang berpedoman pada RPP perbaikan siklus I, penulis bersama Supervisor
2 melakukan analisis dan menilai seluruh rangkaian pembelajaran
berdasarkan RPP. Hasil pengamatan pada siklus ini menunjukkan bahwa
siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sebagian besar siswa aktif dalam
menjawab pertanyaan yang di berikan secara lisan dengan berlomba
mengacungkan tangan, sebagian besar siswa aktif dalam mengerjakan tugas
kelompok, mulai muncul keberanian untuk menyampaikan gagasan dalam
kelompok masing-masing dan ada keberanian untuk mempresentasikan
hasil kerja kelompok masing-masing.
C) Siklus II
1) Perencanaan
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi perbaikan pembelajaran pada
siklus I, penulis melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Sebelum
melakukan perbaikan pembelajaran penulis menyusun RPP perbaikan.
Selain itu, satu hari sebelumnya penulis menugaskan kepada setiap
kelompok siswa untuk menyiapkan alat dan bahan untuk demonstrasi
tentang sifat-sifat cahaya. Dengan pengelompokan sebagai berikut:
Kelompok 1, menyiapkan alat dan bahan seperti; pecahan kaca bening,
gelas kaca bening dan senter.
Kelompok 2, menyiapkan kardus bekas, gunting, lilin dan senter.
Kelompok 3, menyiapkan cermin, senter, air, dan pensil.
2) Pelaksanaan Pembelajaran
Pada tahap ini penulis/guru bersama siswa melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan langkah-langkah, sebagai berikut:
a) Mengecek alat dan bahan yang akan didemonstrasikan dan
mengumpulkannya pada meja masing-masing kelompok.
b) Penulis menjelaskan tujuan pembelajaran
c) Membagi lembar kerja kepada setiap kelompok

25
d) Melakukan demonstrasi dimulai dari kelompok 1 dan kelompok lain
mengamatinya dan selanjutnya pada kelompok yang lain.
e) Penulis memberi pertanyaan lisan secara umum kepada semua siswa dan
menyimpulkan materi pelajaran.
3) Pengumpulan Data
Data yang ambil dan dikumpulkan berupa nilai sikap seperti;
keaktifan, kerja sama, penghargaan, tanggung jawab dan kerja sama serta
daya serap siswa berupa nilai hasil kerja siswa dalam kelompok. Hasil
penilaian tersebut diisi pada lembar pengamatan yang sudah disiapkan.
4) Refleksi
Setelah melaksanakan proses pembelajaran penulis yang didampingi
oleh supervisor 2 melakukan analisis dan menilai seluruh proses
pembelajaran. Hal-hal yang dinilai adalah penilaian sikap dan daya serap
siswa memahami materi pelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa
terlibat aktif dalam melakukan demonstrasi sesuai petunjuk yang telah
dijelaskan penulis/guru. Dari hasil pengamatan bahwa telah menunjukan
perubahan pada siswa baik sikap maupun pemahaman siswa yang tampak
pada beberapa perubahan sebagai berikut:
a) Siswa aktif melakukan demonstrasi dan penuh perhatian dalam
mendengarkan penjelasan guru berupa petunjuk melakukan
demonstrasi.
b) Dalam kelompok, siswa mampu untuk saling membagi tugas dalam
kelompok dalam melakukan demonstrasi.
c) Siswa menjawab masalah diskusi dengan penuh tanggung jawab dan
setiap pertanyaan lisan yang penulis tanyakan berebutan mengacungkan
tangan mau menjawab.
d) Berani untuk bertanya kepada guru, khususnya tentang langkah-langkah
demonstrasi dan soal yang belum mereka paham.
e) Berani untuk mempertanggung jawabkan hasil kerja kelompok di
hadapan kelompok lain.

26
Pelaksanaan pembelajaran dengan metode demonstrasi dengan
melibatkan siswa melakukan demonstrasi dapat meningkatkan semangat
siswa dan pembelajaran menjadi lebih interaktif dan menyenangkan.

3.2 Teknik Analisis Data


Data dalam perbaikan pembelajaran ini diperoleh melalui kegiatan
pembelajaran setiap siklus yaitu penilaian terhadap perkembangan kemampuan
belajar siswa baik sikap maupun daya serap siswa tentang materi IPA khususnya
materi sifat-sifat cahaya. Pengamat sekaligus penilai dilakukan oleh penulis dan
supervisor 2. Data yang dianalisis berupa nilai sikap dan hasil belajar siswa dengan
teknik analisis sebagai berikut:
1) Data tentang sikap
Data tentang aspek sikap yaitu nilai sikap siswa selama proses pembelajaran
berlangsung pada setiap siklus yang diukur dengan rentang nilai 1-4 dengan
kriteria:
Skor 1 jika kurang teramati

Skor 2 jika cukup teramati

Skor 3 jika teramati

Skor 4 jika sangat teramati


Nilai akhir yang diperoleh siswa dapat diketahui dengan rentangan sebagai berikut:

Rentang Nilai Kualifikasi Keterangan


81-100 A Sangat Baik
70-80 B Baik
60-70 C Cukup
<60 D Kurang

Untuk memperoleh nilai akhir dihitung dengan rumus:

Nilai Akhir = Skor Perolehan x 100%


Skor maksimal

27
2) Data Tentang Daya Serap
Data tentang daya serap yaitu nilai tentang tingkat pemahaman siswa
tentang materi pelajaran yang dipelajari pada setiap siklus. Data ini dihitung
dengan rumus:
Daya = Jumlah perolehan nilai x 100
Banyaknya siswa
3) Data Tentang Ketuntasan Belajar
Data ketuntasan belajar yaitu nilai hasil belajar siswa pada setiap siklus.
Penentuan ketuntasan berpatokan pada Standar Ketuntasan Minimal (KKM).
Ketuntasan hasil belajar siswa dihitung dengan rumus:
Ketuntasan = Jumlah Nilai Tuntas x 100%
Jumlah Siswa
Data tersebut dapat dihitung setelah melakukan pengamatan pada seluruh
proses pembelajaran dan hasil evaluasi setelah melakukan proses pembelajaran
pada setiap siklus.

28
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Perbaikan Pembelajaran

Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan menerapkan metode


demonstrasi mengalami perubahan positif pada diri siswa kelas V Sekolah Dasar
Katolik Kai, baik sikap maupun daya serap yang ditunjukkan dengan tingkat
ketuntasan belajar siswa. Perubahan kemampuan siswa tampak pada hasil
pengamatan dan evaluasi yang dilakukan pada setiap siklus pembelajaran.

4.2 Pra Siklus


Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada tahap pra siklus diawali dengan
menyusun RPP kemudian dilaksanakan dengan langkah– langkah pembelajaran,
sebagai berikut:
1) Apersepsi: Memberi pertanyaan untuk menggali pemahaman siswa
2) Menjelaskan materi pelajaran
3) Membagi siswa dalam 3 kelompok
4) Memberi instrumen soal yang dikerjakan secara kelompok
5) Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari
6) Kegiatan penutup
Selama proses pembelajaran penulis didampingi dan diamati oleh
supervisor 2 mengamati sikap siswa dalam mengerjakan tugas kelompok dan
menilai hasil belajar siswa. Setelah melaksanakan pembelajaran pada tahap ini
diperoleh hasil evaluasi, seperti yang terdapat pada tabel 4.1 berikut:

29
Tabel 4.1 Pengamatan sikap siswa pra siklus

Aspek penilaian Skor Skor


Kel. ( skor 1-4) Penilaian Maksimal Nilai Keterangan
1 2 3 4 5
I 3 2 2 2 3 12 20 60 1) Keaktifan
II 4 3 2 2 3 14 20 70 2) Kerja sama
III 3) Tanggung
2 3 2 4 2 13 20 65
jawab
4) Ketelitian
5) penghargaan

Berdasarkan hasil pengamatan sikap siswa pada pembelajaran pra siklus


sesuai data pada tabel di atas, terlihat bahwa nilai siswa dari setiap kelompok hanya
mencapai kategori “cukup”. Hal ini menunjukkan bahwa sikap siswa dalam
kelompok hanya mencapai kriteria “ cukup teramati”
Selain mengamati dan menilai sikap siswa dalam kelompok dalam proses
pembelajaran, daya serap siswa terhadap materi yang dipelajari juga dinilai dengan
memberikan instrumen soal yang harus dikerjakan melalui kegiatan diskusi.
Penilaian ini berkaitan dengan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran. Hasil evaluasi yang dilakukan pada pembelajaran pra siklus tampak
pada tabel 4.2 berikut:

Table 4.2 Data ketuntasan belajar siswa pra siklus

No Nama siswa Nilai Keterangan


1 Adrianus Rava Tuntas
2 Ambrosius Loli 50 Tidak Tuntas
3 Kornelius Karman 55 Tidak Tuntas
4 Muhamad Lutfi Fu’at Arifin 65 Tuntas
5 Monika Ndai 70 Tuntas
6 Anjelina Nadia Tifan 60 Tuntas
7 Bahril 50 Tidak Tuntas
8 Yerimias Jio 55 Tidak Tuntas
9 Seri Sandora 60 Tuntas
10 Maria Te 70 Tuntas
11 Selsius Toti 50 Tidak Tuntas
12 Agustinus Pando 55 Tidak Tuntas
13 Liliosa Andim 70 Tuntas

30
14 Fadillah 50 Tidak Tuntas
15 Glensius Katon 55 Tidak Tuntas
Jumlah 885 KKM 60
Rata-rata 59
Ketuntasan 46,67 %

Data pada tabel di atas akan lebih jelas ditunjukkan pada grafik 4.1 berikut:

Grafik 4.1

Data ketuntasan siswa pra siklus


5
4
3
2
1
0
50 55 60 65 70

Berdasarkan tabel dan grafik tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar


siswa pada pra siklus berkisar antara 50 sampai 70 dengan persentase ketuntasan
belajar 46,67%.
Dari 15 siswa di kelas V yang sudah mencapai KKM ada 7 orang dengan
kategori nilai 60 dua orang, nilai 65 satu orang dan nilai 70 empat orang. Sedangkan
siswa yang belum mencapai KKM ada 8 orang dengan kategori nilai 50 empat
orang dan nilai 55 4 orang. Dengan demikian siswa yang belum mencapai KKM
atau memperoleh nilai kurang dari 60 sekitar 53,33%.

4.3 Siklus I
Sebelum melaksanakan pembelajaran pada siklus I penulis menyiapkan
RPP perbaikan dengan menerapkan metode demonstrasi. Selain itu, satu hari
sebelum pelaksanaan penulis menugaskan kepada masing-masing kelompok siswa
untuk menyiapkan alat dan bahan yang akan didemonstrasikan pada pembelajaran
perbaikan. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:

31
• Mengumpulkan alat dan bahan demonstrasi di satu meja
• Menjelaskan konsep cahaya dan sifat cahaya
• Meminta siswa duduk dalam kelompok
• Melakukan demonstrasi berdasarkan sifat-sifat cahaya
• Memberi soal-soal diskusi dalam kelompok
• Menyimpulkan materi pelajaran
Dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan penulis mengamati sikap siswa
dalam mengerjakan tugas kelompok.
Hasil pengamatan tersebut akan disajikan pada tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Pengamatan sikap siswa siklus I

Aspek penilaian Skor Skor


Kel. ( skor 1-4) Penilaian Maksimal Nilai Keterangan
1 2 3 4 5
I 3 2 3 2 3 13 20 65 1) Keaktifan
II 4 2 3 3 3 15 20 75 2) Kerja sama
III 3) Tanggung
3 3 4 4 3 17 20 85
jawab
4) Ketelitian
5)
6) penghargaan

Berdasarkan data pada tabel 4.3, bahwa sikap siswa dalam kelompok berada
pada kategori cukup teramati dan teramati. Dari hasil pengamatan bahwa masih ada
beberapa siswa di kelompok I yang belum aktif dan belum memiliki rasa tanggung
jawab dengan tugas sedangkan untuk kelompok II dan kelompok III sudah pada
kategori baik dan mengalami peningkatan dari tahap pra siklus. Hal ini
menunjukkan bahwa ada perubahan sikap siswa ketika pembelajaran dilakukan
dengan menggunakan metode demonstrasi. Selain mengamati sikap siswa, daya
serap juga dinilai dengan menyelesaikan instrumen soal yang diberikan. Hasil
evaluasi yang dilakukan seperti yang terdapat pada tabel 4.4 berikut.

32
Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I

No Nama siswa Nilai Keterangan


1 Adrianus Rava Tuntas
2 Ambrosius Loli 55 Tidak Tuntas
3 Kornelius Karman 70 Tuntas
4 Muhamad Lutfi Fu’at Arifin 70 Tuntas
5 Monika Ndai 80 Tuntas
6 Anjelina Nadia Tifan 60 Tuntas
7 Bahril 65 Tuntas
8 Yerimias Jio 70 Tuntas
9 Seri Sandora 70 Tuntas
10 Maria Te 70 Tuntas
11 Selsius Toti 55 Tidak Tuntas
12 Agustinus Pando 60 Tuntas
13 Liliosa Andim 80 Tuntas
14 Fadillah 55 Tidak Tuntas
15 Glensius Katon 55 Tidak Tuntas
Jumlah 995 KKM 60
Rata-rata 66,33
Ketuntasan 51,67%

Data pada tabel di atas akan lebih jelas ditunjukkan pada grafik berikut:

Grafik 4.2 Hasil Belajar Siswa Siklus I

Data Ketuntasan siswa Siklus I


6
5
4
3
2
1
0
55 60 65 70 80

Berdasarkan tabel 4.4 dan grafik 4.2 tersebut menunjukan bahwa sikap dan
daya serap siswa mengalami peningkatan sekitar 26, 67% dari hasil belajar pada
tahap pra siklus. Pada siklus I nilai siswa berkisar antara 55 – 80 dengan tingkat
ketuntasan 73,33%. Siswa yang belum mencapai KKM 4 orang dan yang sudah
mencapai dan lebih dari KKM 11 orang.

33
Refleksi pembelajaran siklus I
Dari data hasil belajar pada siklus I, bahwa penerapan pembelajaran IPA
menggunakan metode demonstrasi dapat membuat situasi belajar menjadi aktif dan
siswa cepat memahami tentang materi yang dipelajari. Namun dari proses
pembelajaran pada tahap ini penulis merefleksikan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan yaitu sebagai berikut:
✓ Beberapa siswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok
✓ Ada siswa yang masih mengalihkan perhatiannya pada tempat lain karena ada
cela-cela dinding ruangan yang juga dilintasi berkas cahaya ke dalam ruangan
dan sama dengan di tempat disaat melakukan demonstrasi.
✓ Kurang melibatkan siswa dalam melakukan demonstrasi
✓ Siswa lain belum mengamati secara aktif karena mereka sibuk mencatat materi
yang sedang dibahas.
✓ Guru terlalu cepat menjelaskan materi sehingga beberapa siswa belum mampu
memahami materi yang dijelaskan dengan yang diamati pada saat demonstrasi.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut mendorong penulis untuk melakukan
perbaikan pembelajaran lebih lanjut. Sehingga semua siswa benar-benar memahami
materi tentang sifat-sifat cahaya melalui kegiatan pembelajaran dengan metode
demonstrasi.

4.4 Siklus II
Sebelum melaksanakan pembelajaran penulis membuat RPP dan satu hari
sebelum melaksanakan pembelajaran menugaskan masing-masing kelompok siswa
untuk menyiapkan alat dan bahan demonstrasi sesuai konsep materi yang akan
dibahas. Pada saat pelaksanaan masing-masing kelompok siswa dilibatkan untuk
melakukan demonstrasi secara bergantian pada waktu yang berbeda. Sebelum
melakukan demonstrasi penulis menjelaskan materi dan petunjuk serta dilakukan
dengan bimbingan penulis.
1) Kelompok satu melakukan demonstrasi tentang cahaya menembus benda
bening dengan menggunakan alat dan bahan sederhana seperti pecahan kaca

34
bening, senter, plastik transparan, guntingan kardus dan potongan tripleks.
Sedangkan siswa yang lain mengamatinya.
2) Kelompok dua melakukan demonstrasi tentang cahaya merambat lurus. Mereka
melakukan demonstrasi dengan menggunakan alat dan bahan yang mereka
siapkan.
3) kelompok tiga melakukan demonstrasi tentang cahaya dibiaskan. Siswa
melakukan demonstrasi menggunakan alat dan bahan sederhana yang telah
disiapkan.
4) Demonstrasi tentang sifat cahaya merambat lurus dilakukan secara bersama dari
setiap kelompok dengan bimbingan penulis. Semua mengamati langkah-
langkah dan hasil demonstrasi yang dilakukan.
Setelah melakukan demonstrasi yang disertai dengan penjelasan dan
bimbingan penulis, lalu meminta siswa kembali ke tempat duduk dalam kelompok
masing-masing untuk mendiskusikan beberapa instrumen soal yang guru berikan.
Dalam proses diskusi penulis bersama supervisor mengamati sikap dan perilaku
siswa. Sikap yang diamati selama pembelajaran dan selama proses diskusi
kelompok adalah keaktifan, tanggung jawab, penghargaan dan ketelitian
Hasil pengamatan sikap dalam perbaikan pembelajaran pada tahap ini
disajikan pada tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5 Pengamatan sikap siswa siklus II

Hasil pengamatan seperti pada tabel di atas diketahui bahwa, dari lima aspek

Aspek penilaian Skor Skor


Kel. ( skor 1-4) Penilaian Maksimal Nilai Keterangan
1 2 3 4 5
I 4 3 3 3 4 17 20 85 1) Keaktifan
II 3 4 3 3 3 16 20 80 2) Kerja sama
III 3 4 4 3 4 18 20 90 3) Tanggung jawab
4) Ketelitian
5) penghargaan
sikap siswa yang diamati sudah mencapai kategori sangat teramati dengan nilai
berkisar antara 80 – 90 dan jika dihitung mencapai 25,5%.

35
Berikut disajikan hasil belajar siswa setelah melakukan evaluasi pada siklus
II, seperti tampak pada tabel 4.6 berikut.

Tabel 4. 6 Hasil Belajar Siswa Siklus II

No Nama siswa Nilai Keterangan


1 Adrianus Rava Tuntas
2 Ambrosius Loli 65 Tidak Tuntas
3 Kornelius Karman 70 Tuntas
4 Muhamad Lutfi Fu’at Arifin 80 Tuntas
5 Monika Ndai 80 Tuntas
6 Anjelina Nadia Tifan 60 Tuntas
7 Bahril 65 Tuntas
8 Yerimias Jio 70 Tuntas
9 Seri Sandora 70 Tuntas
10 Maria Te 70 Tuntas
11 Selsius Toti 55 Tidak Tuntas
12 Agustinus Pando 60 Tuntas
13 Liliosa Andim 80 Tuntas
14 Fadillah 70 Tidak Tuntas
15 Glensius Katon 60 Tidak Tuntas
Jumlah 1055 KKM 60
Rata-rata 70,33
Ketuntasan 66,67%

Berdasarkan data pada tabel 4.6 tersebut, rentang nilai siswa antara 55–80.
Hanya ada satu siswa yang tidak tuntas dan 14 siswa tuntas. Perlu diketahui bahwa
satu siswa yang tidak tuntas dipandang sebagai siswa ABK (Anak yang seharusnya
membutuhkan pelayanan secara khusus) karena mengalami gangguan fisik dan
mentalnya, sehingga selama proses perbaikan pembelajaran selalu menunjukkan
sikap yang kurang sesuai dengan teman lainnya.
Secara umum bahwa hasil belajar siswa pada siklus II berada pada kategori
sangan baik dengan ketuntasan 66,67%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
siswa mengalami kemajuan.

36
Data pada tabel di atas lebih jelas seperti yang terdapat pada grafik berikut.

Grafik 4. 3

Data ketuntasan siswa Siklus II


6 5
4
4
2 2
2 1

0
55 60 65 70 80

Nilai Siswa

Data pada tabel 4.6 dan grafik 4.3 tersebut, menunjukkan bahwa siswa yang
tidak mencapai KKM ada satu orang dengan nilai 55 sedangkan siswa yang
mencapai KKM sebanyak 14 orang dengan kriteria ketuntasan 2 orang nilai 60, 2
orang dengan nilai 65, nilai 70 sebanyak 5 orang dan nilai 80 sebanyak 5 orang
dengan persentase 66,67%. Melihat perubahan pada siswa seperti yang terdapat
dalam data tersebut, maka penulis merefleksikan pembelajaran pada siklus II,
sebagai berikut:

❖ Pembelajaran IPA dengan menerapkan metode demonstrasi akan mengalami


perubahan sikap dan daya serap serta hasil belajar siswa.
❖ Pembelajaran dengan metode demonstrasi yang melibatkan siswa untuk
berdemonstrasi akan meningkatkan keaktifan siswa.
❖ Hasil belajar siswa sangat memuaskan mencapai 66,67%.

4.5 Perubahan Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus


Pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan setiap siklus
menunjukkan hasil yang berbeda sesuai dengan proses yang dilakukan. Perubahan
yang muncul pada setiap siklus adalah perubahan sikap dan hasil belajar pada siswa.
Perubahan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Pra siklus

37
Pada tahap ini penulis mengamati aspek keaktifan, tanggung jawab,
ketelitian, penghargaan dan kerja sama. Dari hasil pengamatan tersebut,
pencapaian nilai sikap siswa 19,5%.
b) Siklus I
Pada tahap ini aspek sikap yang diamati mengalami peningkatan 3 % menjadi
22,5%.
c) Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus ini, aspek sikap siswa semakin meningkat
menjadi 25,5%. Perubahan nilai sikap siswa pada setiap siklus, seperti pada grafik 4.4
berikut.

Grafik 4.4 Perbandingan Pengamatan Sikap setiap Siklus

30.00%

25.00%

20.00%

15.00%

10.00%

5.00%

0.00%
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Selain pengamatan sikap siswa selama proses pembelajaran setiap siklus, hasil
belajar siswa juga dinilai dengan mengukur ketuntasan belajar siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran setiap siklus. Ketuntasan belajar selama proses perbaikan
pembelajaran adalah, sebagai berikut:

1) Pra Siklus

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran penulis melakukan evaluasi


terhadap pemahaman siswa untuk mengukur ketuntasan belajar yang dinyatakan

38
persentase ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar siswa pada tahap ini mencapai
46,67%.

2) Siklus I

Pada tahap siklus I penulis melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan


metode demonstrasi maka ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 51,67%.

3) Siklus II

Pada tahap ini penulis melaksanakan pembelajaran dengan metode demonstrasi


dan melibatkan siswa melakukan demonstrasi sehingga persentase ketuntasan belajar
dari 15 mencapai 66,67%. Perubahan ketuntasan belajar siswa lebih jelas seperti pada
grafik 4.5 berikut.

Grafik 4.5 perbandingan nilai ketuntasan belajar siswa setiap siklus

80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Berdasarkan grafik perbandingan tersebut bahwa ketuntasan belajar siswa pada


siklus I dan siklus II mengalami peningkatan kurang lebih 5% dengan persentase
ketuntasan pra siklus 46,67%, siklus I 51,67% dan siklus II 66,67%. Hal ini menunjukkan
bahwa penngunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA di Kelas V SDK Kai
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

39
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran
IPA, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Menentukan dan metode mengajar yang tepat dalam pembelajaran yang akan lebih
meningkatkan penguasaan materi oleh siswa dan menciptakan suasana belajar yang
aktif, menarik dan kreatif.
2) Menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan belajar siswa.
3) Dengan melakukan perbaikan pembelajaran pemahaman siswa terhadap konsep cahaya
dan sifatnya akan semakin meningkat dan menghasilkan pemahaman pengetahuan
siswa yang memuaskan.

5.2 Saran dan tindak lanjut


Untuk meningkatkan hasil belajar mengajar yang lebih efektif dan kreatif
khususnya peningkatan keaktifitas siswa dalam kelas disarankan beberapa hal sebagai
berikut :
a) Guru harus terampil memilih dan menggunakan metode mengajar yang mendorong
siswa untuk aktif dan kreatif.
b) Demonstrasi merupakan metode yang seharusnya selalu digunakan dalam
pembelajaran IPA demi menciptakan iklim pembelajaran yang aktif.
c) Guru hendaknya menyiapkan alat peraga dan media pembelajaran yang cocok dan
dapat menggunakan secara efektif sehingga siswa menarik untuk belajar.
d) Bagi Kepala Sekolah, hendaknya melakukan Supervisi kelas agar guru senantiasa
dapat memperbaiki pembelajaran demi meningkatkan kemampuan siswa.

40
DAFTAR PUSTAKA

Bakti, Oki Prama. (2010). Ensiklopedia IPTEK Cahaya dan Energi. Multazam
Mulia Utama: Jakarta.
Haryanto dan Suyono. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Remaja Rosdakarya:
Bandung.
Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Refika Aditama :
Bandung.
Kumala, Farida Nur. (2016). Pembelajaran IPA SD. Ediide Infografika: Malang.
R, Enjah Takari. (2010). Metodologi Pembelajaran IPA. Genesindo: Bandung.
____________. (2010). Model Pembelajaran Kooperatif SD. Genesindo :
Bandung.

Ratnawulan, Elis dan A. Rusdiana. (2014). Evaluasi Pembelajaran. Pustaka Setia:


Bandung.
Setiawan, M. Andi. (2017). Belajar dan Pembelajaran. Uwais Inspirasi Indonesia:
Palangka Raya.

41

Anda mungkin juga menyukai