ABSTRAK
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Suyono dan Hariyanto (2011:22) dalam Belajar dan Pembelajaran terkait
dengan metode pembelajaran menyatakan bahwa metode pembelajaran merupakan
langkah-langkah atau prosedur pembelajaran, termasuk nilai dan rencana
pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai.
Di sisi lain, bahwa metode pembelajaran ditentukan sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran, SK dan KD serta tujuan pembelajaran. Selanjutnya
Enjah Takari R. (2010 : 21-22) menjelaskan bahwa metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru bertujuan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik mampu mencapai kompetensi dasar dan
seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode juga disesuaikan
dengan kondisi peserta didik serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi
yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
Implementasi di lapangan secara khusus di Sekolah Dasar Katolik Kai, sejak
dilaksanakannya Kurikulum 2013 guru belum mampu melaksanakan pembelajaran
dengan memilih metode mengajar yang menunjang siswa untuk mampu berkreasi
dan terciptanya iklim belajar interaktif, inovatif sesuai dengan pedoman kurikulum.
Atas dasar itu memacu penulis untuk mengkaji “UPAYA MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BELAJAR IPA TENTANG CAHAYA DAN SIFATNYA
MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS V
SEKOLAH DASAR KATOLIK KAI TAHUN PELAJARAN 2021/2022.”
Berdasarkan kenyataan dan menjadi masalah yang serius bahwa salah satu
faktor rendahnya kemampuan belajar siswa kelas V SDK Kai secara khusus
kemampuan memahami materi Ilmu Pengetahuan Alam yaitu tidak menggunakan
metode yang tepat dalam pembelajaran. Para guru hanya menggunakan metode
ceramah, diskusi, tanya jawab, tanpa mempertimbangkan isi, karakter dan muatan
mata pelajaran sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa hanya mendengar
tanpa melihat dan berbuat.
Pada hakikatnya, Wisudawati (Farida Nur Kumala 2016 : 4), Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang mengkaji tentang gejala yang ada di alam
baik makhluk hidup maupun benda mati.
3
Menurut Farida NK (2016: 11) dalam melatih keterampilan dasar IPA dan
menumbuhkan sikap ilmiah pada siswa, diperlukan pembelajaran yang siswa hanya
berperan sebagai penerima namun siswa harus mengalami sendiri pengalamannya
dalam memahami ilmu tersebut, sehingga mampu diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dari pandangan tersebut, bahwa metode demonstrasi sangat sesuai
untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA di SD, sehingga memacu siswa untuk
belajar mengalami sendiri dalam memahami materi pelajaran. Menurut Wisudawati
(Farida NK 2016 : 69) bahwa pembelajaran IPA SD dengan menggunakan metode
demonstrasi guru menghadirkan objek nyata ke kelas, permodelan dan urutan
eksperimen demi meningkatkan pemahaman siswa. Menerapkan metode
demonstrasi dalam pembelajaran IPA dapat mendorong siswa belajar lebih aktif
dan mampu memahami materi dengan cepat dengan pengalamannya sendiri.
4
Katolik Kai di Desa Golo Lebo, Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai Timur
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
5
d) Bagi guru
Perbaikan pembelajaran ini akan meningkatnya perkembangan penguasaan
metode mengajar IPA di kelas V khususnya tentang sifat-sifat cahaya.
e) Bagi Sekolah
Sekolah memperoleh referensi baru berupa karya tulis ilmiah yang dapat
digunakan sebagai pedoman dalam perbaikan pembelajaran di SDK Kai.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Belajar
2.1.1 Pengertian
Menurut Daryanto (Setiawan 2017 : 2) belajar sebagai suatu proses usaha
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman mandiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Selanjutnya dalam sumber yang sama, Suyono dan Hariyanto memaparkan bahwa
belajar merujuk pada suatu proses perubahan perilaku secara pribadi atau
perubahan struktur kognitif seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman
tertentu hasil interaksi aktif dengan lingkungan dan sumber-sumber belajar yang
ada di sekitarnya.
James O. Wittaker (Budiyono 2011: 18) mendefesinikan belajar sebagai
proses tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman.
Sedangkan menurut Howard L. Kingsley, belajar adalah proses yang mana tingkah
laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan.
Belajar menurut Susanto (Kosmas Sobon & Sofly Junike Lumowa 2018 :
200) sebagai suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam
keadaan sadar untuk memperoleh konsep, pemahaman atau pengetahuan baru
sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap
baik dalam berpikir, merasa maupun dalam tindakan.
Gagne (Suyono dan Hariyanto 2011: 12) menyatakan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan
manusia, seperti sikap, minat atau nilai dan perubahan kemampuannya, yaitu
peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja.
Berpedoman pada pemaparan di atas, bahwa belajar di adalah sebagai
proses perubahan perilaku, pemahaman atau pengetahuan yang diperoleh karena
adanya interaksi dengan lingkungan, interaksi dalam kelompok yang diperoleh
7
melalui pengamatan dan pengalaman individu. Perubahan yang di alami dan
diperoleh pada diri individu sebagai akibat dari proses belajar.
8
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa pembelajaran adalah aktivitas
belajar dan mengajar dalam interaksinya dengan lingkungan dan pengalaman demi
memperoleh suatu perubahan positif pada aspek afektif, psikomotorik dan kognitif
pada individu.
9
Dalam kaitannya dengan pembelajaran yang ideal, teori konstruktivisme (
Setiawan 2017: 28) menyatakan bahwa pembelajaran harus diciptakan dalam
situasi yang menyenangkan, belajar yang menarik perhatian siswa dan
menyenangkan karena menantang, relevan, mengarah pada tujuan dan didukung
dengan metode yang sesuai demi tercapainya tujuan pembelajaran serta siswa
belajar didukung oleh guru dan lingkungan yang kondusif. Dalam hal ini guru
seyogianya merancang dan menciptakan pembelajaran yang kreatif, inovatif dan
menyenangkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
10
perkembangan kognitifnya. Selanjutnya Paolo dan Marten (Budiyono 2011)
mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak- anak, sebagai berikut:
d) Mengamati apa yang terjadi
e) Mencoba memahami apa yang diamati
f) Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi
g) Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat kebenaran
ramalan tersebut.
Dalam sumber yang sama Paolo dan Marten menegaskan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam tidak menyediakan semua jawaban dan masalah yang kita
ajukan. Dalam IPA siswa SD tetap berpikir skeptis sehingga guru selalu
memodifikasi model- model yang kita miliki tentang alam ini sejalan dengan
penemuan yang kita dapatkan serta memodifikasi keterampilan-keterampilan
proses IPA yang akan diterapkan harus sesuai dengan perkembangan siswa.
Pemahaman tersebut memberi penegasan bahwa proses merubah perilaku
individu dan berpikir ilmiah serta memiliki keterampilan proses dalam menyelidiki
dan mengkaji gejala-gelaja alam searah dengan tingkat perkembangan peserta
didik. Hal ini identik dengan pernyataan Haryono (Sobon dan Lumowa 2018: 201)
bahwa pembelajaran IPA perlu didesain dengan baik agar menyentuh kehidupan
konkrit peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran IPA pada Sekolah Dasar
sebaiknya dimodifikasi dengan mempertimbangkan kebutuhan dan perkembangan
siswa serta dilakukan dengan menggunakan metode yang tepat.
Tujuan pembelajaran IPA sebagaimana BSNP (Kumala 2016 :9) yang meliputi:
a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan Tuhan
b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep IPA yang bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
11
c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara dan
melestarikan lingkungan alam.
f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai ciptaan Tuhan.
g) Menanamkan pengetahuan konsep dan keterampilan sebagai bekal untuk
pendidikan selanjutnya.
Berdasarkan tujuan tersebut bahwa yang dikembangkan dalam
pembelajaran IPA terdiri dari sikap ilmiah, keterampilan proses dan pengetahuan.
Unsur- unsur tersebut harus dikembangkan dalam diri peserta didik, sehingga
peserta didik dapat memahami proses pembelajaran secara utuh, memahami
fenomena alam dan meniru sikap ilmuwan serta bekerja untuk menemukan fakta-
fakta baru.
12
memudahkan pelaksanaan dalam suatu kegiatan demi mencapai tujuan yang
ditentukan.
Selanjutnya Ali-al Jumblaly dan Abu-al Fath (Mudhori dan Maulana 2020
: 23) mengartikan metode sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru yang
menyampaikan pesan ke otak murid-murid. Dalam sumber yang sama Rosdy
Ruslan mengemukakan, metode merupakan suatu kegiatan yang bersifat ilmiah.
Sanjaya (Komalasari 2010 : 56) metode merupakan pembelajaran
merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Nurlina, dkk (2021:9) mengemukakan bahwa metode merupakan langkah
operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih dalam mencapai tujuan
pembelajaran, sehingga bagi sumber belajar dalam menggunakan suatu metode
pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis strategi pembelajaran yang gunakan.
Dalam hal ini bahwa ketepatan menggunakan suatu metode akan
menunjukkan fungsionalnya strategi dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan
pandangan tersebut, bahwa metode dalam kegiatan pembelajaran menjadi unsur
utama dalam mencapai hasil belajar yang telah ditentukan.
13
d) Pencipta iklim belajar yang kondusif
e) Tenaga untuk melahirkan kreativitas
f) Pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan hasil belajar
g) Pendorong dalam memperbaiki dan melengkapi hasil belajar.
Beberapa hal tersebut sebagai unsur yang sangat penting, bahwa kesesuaian
penggunaan metode dalam pembelajaran ketikan pada warga belajar dan proses
pembelajaran telah memperlihatkan unsur-unsur tersebut. Dengan demikian sangat
penting diperhatikan oleh sumber belajar agar tujuan dan hasil belajar sesuai dengan
yang diharapkan.
14
mudah dibayangkan oleh siswa. Dalam sumber yang sama Djamarah (2005)
menyatakan, metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan
cara memperagakan atau menunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi dan
benda tertentu yang sedang dipelajari baik yang sebenarnya maupun tiruan.
Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang
jelas tentang sesuatu hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu,
menyusun sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu dan proses
untuk membuktikan sesuatu.
Dengan demikian, metode demonstrasi sebagai cara menyajikan bahan
pelajaran yang digambarkan dengan mengkonkritkan konsep abstrak,
menyederhanakan konsep dengan proses peragaan baik melalui pengamatan
maupun tindakan dalam pembelajaran demi memahami informasi berupa materi
pelajaran warga belajar.
15
2.4.3 Tujuan Penggunaan Metode Demonstrasi
Penggunaan metode dalam aktivitas mengajar memiliki tujuan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirancang yang difokuskan pada
pencapaian hasil belajar siswa.
Dalam hal ini, menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA
memiliki beberapa tujuan, (Budiyono 2011 :31) yaitu, sebagai berikut:
a) Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh siswa.
b) Mengkonkritkan informasi yang abstrak yang sulit dipahami oleh siswa.
c) Mengembangkan kemampuan pengamatan.
16
menciptakan situasi pembelajaran yang dapat menemukan perubahan hasil belajar
yang baik pada peserta didik sebagai akibat dari penerapan metode demonstrasi.
17
➢ Berikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dan kritis dalam
proses demonstrasi dan memberi kesempatan untuk bertanya.
3) Kegiatan Mengakhiri Pembelajaran
➢ Meminta siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah
didemonstrasikan
➢ Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang
belum dipahami
➢ Memberi evaluasi, baik evaluasi pembelajaran maupun evaluasi kegiatan
demonstrasi
➢ Tindak lanjut baik berupa tugas maupun mendalami materi yang baru
dibahas.
Berdasarkan uraian tersebut bahwa pembelajaran dengan metode
demonstrasi dilaksanakan dengan langkah-langkah yang memungkinkan
terciptanya situasi belajar siswa aktif, inovatif dan menyenangkan dengan
kegiatan mengamati peragaan atau membuat sesuatu dengan media yang
sesuai.
2.5 Cahaya
2.5.1 Kajian Teori
Cahaya merupakan energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang
kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380 – 750 mm. Dalam bidang fisika,
cahaya didefinisikan sebagai radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang
kasat mata.
Cahaya adalah paket partikel yang disebut Foton. Kedua defenisi tersebut
adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut dualisme
gelombang- partikel. Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan
secara visual oleh indra penglihatan sebagai warna. Bidang studi tentang cahaya
dikenal dengan nama Optika yang merupakan area riset yang sangat penting pada
fisika moderen.
Studi tentang cahaya dimulai dengan munculnya era optika klasik yang
mempelajari tentang besaran optik, seperti: intensitas, frekuensi atau panjang
18
gelombang, polarisasi dan fasa cahaya. Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap
sekitar dilakukan dengan pendekatan paraksial geometris seperti refleksi dan
refraksi dan pendekatan sifat optik fisisnya, seperti: interferensi, difraksi dispersi
dan polarisasi. Masing-masing studi optika klasik ini disebut optika geometris (en:
geometrical optics) dan optika fisis ( en: physical optics)
Pada puncak optika klasik, cahaya didefinisikan sebagai gelombang
elektromagnetik dan memicu serangkaian penemuan dan pemikiran. Tahun 1838
oleh Michael Faraday dengan penemuan sinar katoda, tahun 1859 Gustav Kirchhoff
dengan teori radiasi massa hitam. Selanjutnya Ludwig Boltzmann 1877
mengatakan bahwa status energi sistem fisik dapat menjadi diskrit. Albert Einstein
1905, melakukan percobaan efek fotoelektrik, Cahaya yang menyinari atom
mengeksitasi elektron untuk melejit keluar dari orbitnya.
Pada era optika moderen cahaya didefinisikan sebagai dualisme gelombang
transversal elektromagnetik dan aliran partikel yang disebut Foton, (Oki Prama
Bakti 2010 : 44).
19
Ketika cahaya disorotkan pada kaca jendela maka cahaya senter akan
menembus kaca tersebut. Hal ini dapat dikatakan bahwa semua benda yang
ditembus cahaya termasuk benda bening.
3) Cahaya dibiaskan
Cahaya dapat dibiaskan artinya cahaya merambat dari dua zat yang
kerapatannya berbeda. Cahaya tersebut akan dibelokkan. Peristiwa
pembelokan arah rambat cahaya setelah melewati medium rambatan yang
berbeda disebut pembiasan.(ejournal.upi.edu 2022/5/22) Peristiwa pembiasan
cahaya akan tampak ketika meletakan pensil atau pulpen ke dalam gelas atau
stoples bening. Jika kita amati dari luar gelas, pensil atau pulpen kelihatan
bengkok.
4) Cahaya dipantulkan
Pemantulan cahaya pada dasarnya adalah proses terpancarnya kembali
cahaya apabila mengenai permukaan benda yang terkena cahaya tersebut.
Cahaya yang jatuh pada bidang pembatas dua material yang mengalami
pemantulan dengan sudut pantul yang sama persis dengan sudut datang.(tirto.id
2022/5/22)
20
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
PERBAIKAN PEMBELAJARAN
21
belajar. Sehubungan dengan warga belajar atau siswa kelas V SDK Kai memiliki
karakter yang berbeda- beda.
Dari 15 siswa memiliki karakter dan secara umum dapat dijelaskan, sebagai
berikut: 1) sebagian besar siswa memiliki kemauan untuk belajar dan adanya sikap
antusias dalam pembelajaran dan respon yang baik dalam seluruh proses
pembelajaran baik mendengarkan penjelasan guru maupun mengerjakan tugas, 2)
ada beberapa siswa yang sering melamun dan menguap saat proses pembelajaran
dan belum bisa menyelesaikan tugas baik lisan maupun tertulis dengan baik, 3) ada
satu siswa yang berkebutuhan khusus karena tidak bisa mengucapkan kata-kata
dengan jelas dan mengalami kesulitan belajar.
A) Pra Siklus
1) Perencanaan
Pada tahap perencanaan, penulis menyusun RPP seperti yang biasa
dilakukan dalam pembelajaran dengan komponen dan struktur yang sesuai
dengan struktur penyusunannya. Pada komponen metode pembelajaran penulis
menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan.
2) Pelakasanaan
a) Kegiatan awal
~ Doa
~ Absensi
22
b) Kegiatan Inti
23
B) Siklus I
1) Perecanaan
Berdasarkan hasil analisis masalah dan refleksi pada tahap pra siklus
penulis melakukan perbaikan pembelajaran dengan menyusun RPP
perbaikan pada siklus I. Pada tahap ini penulis merancang RPP perbaikan
dengan menambahkan tujuan perbaikan pada komponen RPP dan
menggunakan metode demonstrasi, ceramah, diskusi kelompok dan
penugasan dan pengamatan.
2) Pelaksanaan
Pada tahap ini penulis bersama siswa melaksanakan pembelajaran
sesuai rancangan yang terdapat pada RPP.
Pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menyiapkan alat dan bahan untuk melakukan demonstrasi
b) Apersepsi: Menanyakan materi yang telah dipelajari
c) Meminta siswa duduk dalam kelompok
d) Menjelaskan langkah- langkah dan tujuan kegiatan dengan mengamati
kegiatan demonstrasi.
e) Melakukan demonstrasi tentang sifat cahaya menembus benda bening,
cahaya merambat lurus, cahaya dipantulkan dan cahaya dibiaskan.
f) Memberikan instrumen soal sesuai materi yang telah didemontrasikan
dan meminta siswa untuk berdiskusi dalam kelompok dan dikerjakan
pada buku tugas kelompok yang sudah disiapkan sebelumnya.
g) Meminta siswa dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompok.
h) Memberi instrumen soal untuk dikerjakan secara individu.
3) Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa hasil kerja siswa pada lembar kerja
siswa atau daya serap siswa dan penilaian sikap berupa keaktifan, kerja
sama, penghargaan, tanggung jawab dan ketelitian. Hasil pengamatan
tersebut diisi pada lembar pengamatan yang disiapkan.
24
4) Refleksi
Setelah melaksanakan pembelajaran sesuai langkah-langkah dan
yang berpedoman pada RPP perbaikan siklus I, penulis bersama Supervisor
2 melakukan analisis dan menilai seluruh rangkaian pembelajaran
berdasarkan RPP. Hasil pengamatan pada siklus ini menunjukkan bahwa
siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sebagian besar siswa aktif dalam
menjawab pertanyaan yang di berikan secara lisan dengan berlomba
mengacungkan tangan, sebagian besar siswa aktif dalam mengerjakan tugas
kelompok, mulai muncul keberanian untuk menyampaikan gagasan dalam
kelompok masing-masing dan ada keberanian untuk mempresentasikan
hasil kerja kelompok masing-masing.
C) Siklus II
1) Perencanaan
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi perbaikan pembelajaran pada
siklus I, penulis melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Sebelum
melakukan perbaikan pembelajaran penulis menyusun RPP perbaikan.
Selain itu, satu hari sebelumnya penulis menugaskan kepada setiap
kelompok siswa untuk menyiapkan alat dan bahan untuk demonstrasi
tentang sifat-sifat cahaya. Dengan pengelompokan sebagai berikut:
Kelompok 1, menyiapkan alat dan bahan seperti; pecahan kaca bening,
gelas kaca bening dan senter.
Kelompok 2, menyiapkan kardus bekas, gunting, lilin dan senter.
Kelompok 3, menyiapkan cermin, senter, air, dan pensil.
2) Pelaksanaan Pembelajaran
Pada tahap ini penulis/guru bersama siswa melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan langkah-langkah, sebagai berikut:
a) Mengecek alat dan bahan yang akan didemonstrasikan dan
mengumpulkannya pada meja masing-masing kelompok.
b) Penulis menjelaskan tujuan pembelajaran
c) Membagi lembar kerja kepada setiap kelompok
25
d) Melakukan demonstrasi dimulai dari kelompok 1 dan kelompok lain
mengamatinya dan selanjutnya pada kelompok yang lain.
e) Penulis memberi pertanyaan lisan secara umum kepada semua siswa dan
menyimpulkan materi pelajaran.
3) Pengumpulan Data
Data yang ambil dan dikumpulkan berupa nilai sikap seperti;
keaktifan, kerja sama, penghargaan, tanggung jawab dan kerja sama serta
daya serap siswa berupa nilai hasil kerja siswa dalam kelompok. Hasil
penilaian tersebut diisi pada lembar pengamatan yang sudah disiapkan.
4) Refleksi
Setelah melaksanakan proses pembelajaran penulis yang didampingi
oleh supervisor 2 melakukan analisis dan menilai seluruh proses
pembelajaran. Hal-hal yang dinilai adalah penilaian sikap dan daya serap
siswa memahami materi pelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa
terlibat aktif dalam melakukan demonstrasi sesuai petunjuk yang telah
dijelaskan penulis/guru. Dari hasil pengamatan bahwa telah menunjukan
perubahan pada siswa baik sikap maupun pemahaman siswa yang tampak
pada beberapa perubahan sebagai berikut:
a) Siswa aktif melakukan demonstrasi dan penuh perhatian dalam
mendengarkan penjelasan guru berupa petunjuk melakukan
demonstrasi.
b) Dalam kelompok, siswa mampu untuk saling membagi tugas dalam
kelompok dalam melakukan demonstrasi.
c) Siswa menjawab masalah diskusi dengan penuh tanggung jawab dan
setiap pertanyaan lisan yang penulis tanyakan berebutan mengacungkan
tangan mau menjawab.
d) Berani untuk bertanya kepada guru, khususnya tentang langkah-langkah
demonstrasi dan soal yang belum mereka paham.
e) Berani untuk mempertanggung jawabkan hasil kerja kelompok di
hadapan kelompok lain.
26
Pelaksanaan pembelajaran dengan metode demonstrasi dengan
melibatkan siswa melakukan demonstrasi dapat meningkatkan semangat
siswa dan pembelajaran menjadi lebih interaktif dan menyenangkan.
27
2) Data Tentang Daya Serap
Data tentang daya serap yaitu nilai tentang tingkat pemahaman siswa
tentang materi pelajaran yang dipelajari pada setiap siklus. Data ini dihitung
dengan rumus:
Daya = Jumlah perolehan nilai x 100
Banyaknya siswa
3) Data Tentang Ketuntasan Belajar
Data ketuntasan belajar yaitu nilai hasil belajar siswa pada setiap siklus.
Penentuan ketuntasan berpatokan pada Standar Ketuntasan Minimal (KKM).
Ketuntasan hasil belajar siswa dihitung dengan rumus:
Ketuntasan = Jumlah Nilai Tuntas x 100%
Jumlah Siswa
Data tersebut dapat dihitung setelah melakukan pengamatan pada seluruh
proses pembelajaran dan hasil evaluasi setelah melakukan proses pembelajaran
pada setiap siklus.
28
BAB IV
PEMBAHASAN
29
Tabel 4.1 Pengamatan sikap siswa pra siklus
30
14 Fadillah 50 Tidak Tuntas
15 Glensius Katon 55 Tidak Tuntas
Jumlah 885 KKM 60
Rata-rata 59
Ketuntasan 46,67 %
Data pada tabel di atas akan lebih jelas ditunjukkan pada grafik 4.1 berikut:
Grafik 4.1
4.3 Siklus I
Sebelum melaksanakan pembelajaran pada siklus I penulis menyiapkan
RPP perbaikan dengan menerapkan metode demonstrasi. Selain itu, satu hari
sebelum pelaksanaan penulis menugaskan kepada masing-masing kelompok siswa
untuk menyiapkan alat dan bahan yang akan didemonstrasikan pada pembelajaran
perbaikan. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
31
• Mengumpulkan alat dan bahan demonstrasi di satu meja
• Menjelaskan konsep cahaya dan sifat cahaya
• Meminta siswa duduk dalam kelompok
• Melakukan demonstrasi berdasarkan sifat-sifat cahaya
• Memberi soal-soal diskusi dalam kelompok
• Menyimpulkan materi pelajaran
Dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan penulis mengamati sikap siswa
dalam mengerjakan tugas kelompok.
Hasil pengamatan tersebut akan disajikan pada tabel 4.3 berikut.
Berdasarkan data pada tabel 4.3, bahwa sikap siswa dalam kelompok berada
pada kategori cukup teramati dan teramati. Dari hasil pengamatan bahwa masih ada
beberapa siswa di kelompok I yang belum aktif dan belum memiliki rasa tanggung
jawab dengan tugas sedangkan untuk kelompok II dan kelompok III sudah pada
kategori baik dan mengalami peningkatan dari tahap pra siklus. Hal ini
menunjukkan bahwa ada perubahan sikap siswa ketika pembelajaran dilakukan
dengan menggunakan metode demonstrasi. Selain mengamati sikap siswa, daya
serap juga dinilai dengan menyelesaikan instrumen soal yang diberikan. Hasil
evaluasi yang dilakukan seperti yang terdapat pada tabel 4.4 berikut.
32
Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I
Data pada tabel di atas akan lebih jelas ditunjukkan pada grafik berikut:
Berdasarkan tabel 4.4 dan grafik 4.2 tersebut menunjukan bahwa sikap dan
daya serap siswa mengalami peningkatan sekitar 26, 67% dari hasil belajar pada
tahap pra siklus. Pada siklus I nilai siswa berkisar antara 55 – 80 dengan tingkat
ketuntasan 73,33%. Siswa yang belum mencapai KKM 4 orang dan yang sudah
mencapai dan lebih dari KKM 11 orang.
33
Refleksi pembelajaran siklus I
Dari data hasil belajar pada siklus I, bahwa penerapan pembelajaran IPA
menggunakan metode demonstrasi dapat membuat situasi belajar menjadi aktif dan
siswa cepat memahami tentang materi yang dipelajari. Namun dari proses
pembelajaran pada tahap ini penulis merefleksikan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan yaitu sebagai berikut:
✓ Beberapa siswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok
✓ Ada siswa yang masih mengalihkan perhatiannya pada tempat lain karena ada
cela-cela dinding ruangan yang juga dilintasi berkas cahaya ke dalam ruangan
dan sama dengan di tempat disaat melakukan demonstrasi.
✓ Kurang melibatkan siswa dalam melakukan demonstrasi
✓ Siswa lain belum mengamati secara aktif karena mereka sibuk mencatat materi
yang sedang dibahas.
✓ Guru terlalu cepat menjelaskan materi sehingga beberapa siswa belum mampu
memahami materi yang dijelaskan dengan yang diamati pada saat demonstrasi.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut mendorong penulis untuk melakukan
perbaikan pembelajaran lebih lanjut. Sehingga semua siswa benar-benar memahami
materi tentang sifat-sifat cahaya melalui kegiatan pembelajaran dengan metode
demonstrasi.
4.4 Siklus II
Sebelum melaksanakan pembelajaran penulis membuat RPP dan satu hari
sebelum melaksanakan pembelajaran menugaskan masing-masing kelompok siswa
untuk menyiapkan alat dan bahan demonstrasi sesuai konsep materi yang akan
dibahas. Pada saat pelaksanaan masing-masing kelompok siswa dilibatkan untuk
melakukan demonstrasi secara bergantian pada waktu yang berbeda. Sebelum
melakukan demonstrasi penulis menjelaskan materi dan petunjuk serta dilakukan
dengan bimbingan penulis.
1) Kelompok satu melakukan demonstrasi tentang cahaya menembus benda
bening dengan menggunakan alat dan bahan sederhana seperti pecahan kaca
34
bening, senter, plastik transparan, guntingan kardus dan potongan tripleks.
Sedangkan siswa yang lain mengamatinya.
2) Kelompok dua melakukan demonstrasi tentang cahaya merambat lurus. Mereka
melakukan demonstrasi dengan menggunakan alat dan bahan yang mereka
siapkan.
3) kelompok tiga melakukan demonstrasi tentang cahaya dibiaskan. Siswa
melakukan demonstrasi menggunakan alat dan bahan sederhana yang telah
disiapkan.
4) Demonstrasi tentang sifat cahaya merambat lurus dilakukan secara bersama dari
setiap kelompok dengan bimbingan penulis. Semua mengamati langkah-
langkah dan hasil demonstrasi yang dilakukan.
Setelah melakukan demonstrasi yang disertai dengan penjelasan dan
bimbingan penulis, lalu meminta siswa kembali ke tempat duduk dalam kelompok
masing-masing untuk mendiskusikan beberapa instrumen soal yang guru berikan.
Dalam proses diskusi penulis bersama supervisor mengamati sikap dan perilaku
siswa. Sikap yang diamati selama pembelajaran dan selama proses diskusi
kelompok adalah keaktifan, tanggung jawab, penghargaan dan ketelitian
Hasil pengamatan sikap dalam perbaikan pembelajaran pada tahap ini
disajikan pada tabel 4.5 berikut.
Hasil pengamatan seperti pada tabel di atas diketahui bahwa, dari lima aspek
35
Berikut disajikan hasil belajar siswa setelah melakukan evaluasi pada siklus
II, seperti tampak pada tabel 4.6 berikut.
Berdasarkan data pada tabel 4.6 tersebut, rentang nilai siswa antara 55–80.
Hanya ada satu siswa yang tidak tuntas dan 14 siswa tuntas. Perlu diketahui bahwa
satu siswa yang tidak tuntas dipandang sebagai siswa ABK (Anak yang seharusnya
membutuhkan pelayanan secara khusus) karena mengalami gangguan fisik dan
mentalnya, sehingga selama proses perbaikan pembelajaran selalu menunjukkan
sikap yang kurang sesuai dengan teman lainnya.
Secara umum bahwa hasil belajar siswa pada siklus II berada pada kategori
sangan baik dengan ketuntasan 66,67%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
siswa mengalami kemajuan.
36
Data pada tabel di atas lebih jelas seperti yang terdapat pada grafik berikut.
Grafik 4. 3
0
55 60 65 70 80
Nilai Siswa
Data pada tabel 4.6 dan grafik 4.3 tersebut, menunjukkan bahwa siswa yang
tidak mencapai KKM ada satu orang dengan nilai 55 sedangkan siswa yang
mencapai KKM sebanyak 14 orang dengan kriteria ketuntasan 2 orang nilai 60, 2
orang dengan nilai 65, nilai 70 sebanyak 5 orang dan nilai 80 sebanyak 5 orang
dengan persentase 66,67%. Melihat perubahan pada siswa seperti yang terdapat
dalam data tersebut, maka penulis merefleksikan pembelajaran pada siklus II,
sebagai berikut:
37
Pada tahap ini penulis mengamati aspek keaktifan, tanggung jawab,
ketelitian, penghargaan dan kerja sama. Dari hasil pengamatan tersebut,
pencapaian nilai sikap siswa 19,5%.
b) Siklus I
Pada tahap ini aspek sikap yang diamati mengalami peningkatan 3 % menjadi
22,5%.
c) Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus ini, aspek sikap siswa semakin meningkat
menjadi 25,5%. Perubahan nilai sikap siswa pada setiap siklus, seperti pada grafik 4.4
berikut.
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Selain pengamatan sikap siswa selama proses pembelajaran setiap siklus, hasil
belajar siswa juga dinilai dengan mengukur ketuntasan belajar siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran setiap siklus. Ketuntasan belajar selama proses perbaikan
pembelajaran adalah, sebagai berikut:
1) Pra Siklus
38
persentase ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar siswa pada tahap ini mencapai
46,67%.
2) Siklus I
3) Siklus II
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Pra Siklus Siklus I Siklus II
39
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran
IPA, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Menentukan dan metode mengajar yang tepat dalam pembelajaran yang akan lebih
meningkatkan penguasaan materi oleh siswa dan menciptakan suasana belajar yang
aktif, menarik dan kreatif.
2) Menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan belajar siswa.
3) Dengan melakukan perbaikan pembelajaran pemahaman siswa terhadap konsep cahaya
dan sifatnya akan semakin meningkat dan menghasilkan pemahaman pengetahuan
siswa yang memuaskan.
40
DAFTAR PUSTAKA
Bakti, Oki Prama. (2010). Ensiklopedia IPTEK Cahaya dan Energi. Multazam
Mulia Utama: Jakarta.
Haryanto dan Suyono. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Remaja Rosdakarya:
Bandung.
Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Refika Aditama :
Bandung.
Kumala, Farida Nur. (2016). Pembelajaran IPA SD. Ediide Infografika: Malang.
R, Enjah Takari. (2010). Metodologi Pembelajaran IPA. Genesindo: Bandung.
____________. (2010). Model Pembelajaran Kooperatif SD. Genesindo :
Bandung.
41