Anda di halaman 1dari 29

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN TEKS GEGURITAN

DENGAN METODE DISCOVERY LEARNING UNTUK SISWA KELAS IX


SMP DAARUL QUR’AN UNGARAN

Nama Lengkap : Agus Mustolih, S.Pd.


No UKG : 201503158901
NIM : 23531171
Bidang Studi : Pendidikan Bahasa Jawa

PPG DALAM JABATAN ANGKATAN 2 TAHUN 2023


PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa Jawa adalah bahasa ibu yang menjadi bahasa pergaulan sehari-hari
masyarakat Jawa dan merupakan salah satu warisan budaya Jawa yang harus
dilestarikan karena jika tidak bahasa Jawa dapat terkikis dan semakin hilang dari
Pulau Jawa.
Di Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur khususnya bahasa Jawa adalah mata
pelajaran muatan lokal wajib yang harus diberikan sekolah, mulai dari sekolah
dasar hingga menengah. Bahasa Jawa dijadikan salah satu mata pelajaran yang
digunakan sebagai penanaman watak, budi pekerti, menumbhkan jatidiri bangsa,
serta sebagai sarana pembentuk karakter bangsa melalui sikap dan perilaku yang
berdasar pada budaya dan adat istiadat.
Maraknya bahasa gaul yang berkembang dikalangan masyarakat membuat
proses pembelajaran Bahasa Jawa di sekolah terdapat beberapa permasalahan salah
satunya terkait dengan mengapresiasi sebuah karya. Hal inilah yang membuat
peserta didik seringkali menemui kesulitan. Untuk itu diperlukan pembelajaran
yang tepat, untuk membantu peserta didik memahami konsep yang diajarkan dan
mampu mengatasi kesulitan tersebut.
Pembelajaran Bahasa Jawa yang menarik dan tidak membosankan itulah salah
satu solusinya. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis sebagai guru melakukan
pembelajaran yang merujuk pada praktik pembelajaran Kurikulum 2013 dalam
proses pembelajarannya. Penulis menggunakan buku siswa dan buku guru sebagai
rujukan. Penulis meyakini bahwa buku tersebut sudah sesuai dan baik digunakan di
kelas karena diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ternyata,
dalam praktiknya penulis mengalami beberapa kesulitan seperti penulis masih
berfokus pada penguasaan pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan menulis
materi pada buku tulis dan menghafalkan materinya. Dengan demikian proses
berpikir peserta didik masih dalam level C1 (mengingat), C2 (Memahami), dan C3
(aplikasi). Guru hampir tidak pernah melaksananakn pembelajaran yang
berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Penulis juga jarang
menggunakan metode pembelajaran. Dampaknya, suasananya pembelajaran
menjadi pasif dan berpusat pada guru saja.
Masalah yang dihadapi dalam menyampaikan KD 3.1 Memahami isi teks
geguritan yang diperdengarkan atau dibaca antara lain:
 Siswa masih malas dalam mengikuti pembelajaran karena kegiatan
pembelajaran masih berpusat pada guru.
 Metode yang digunakan adalah metode ceramah. Sehingga peserta didik menjadi
kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
 Keterampilan menelaah/menganalisis peserta didik masih rendah
 Keaktifan peserta didik masih rendah.
Untuk menghadapi tantangan zaman dalam perkembangan teknologi, peserta
didik harus dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Salah satu
metode pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam
implementasi Kurikulum 2013 adalah metode pembelajaran berbasis masalah
(discovery learning). Discovery learning merupakan proses pembelajaran yang
terjadi ketika peserta didik disajikan suatu informasi secara langsung tetapi peserta
didik diharapkan untuk mengirganisasikan pemahaman mengenai informasi
tersebut secara mandiri. Peserta didik dilatih untuk dapat terbiasa menjadi seorang
saintis (ilmuan). Mereka berperan aktif dalam proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang akan dikaji dalam Penelitian
Tindakan Kelas ini adalah:
a. Bagaimanakah peningkatan proses pembelajaran dengan metode discovery
learning untuk meningkatkan kemampuan pemahaman teks geguritan pada
siswa kelas IX SMP Daarul Qur’an Ungaran?
b. Bagaimanakah peningkatan kemampuan pemahaman teks geguritan dengan
metode discovery learning untuk siswa kelas IX SMP Daarul Qur’an Ungaran?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan akhir yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk:
a. Meningkatkan proses pembelajaran dengan metode discovery learning untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman teks geguritan pada siswa kelas IX SMP
Daarul Qur’an Ungaran.
b. Meningkatkan kemampuan pemahaman teks geguritan dengan metode discovery
learning untuk siswa kelas IX SMP Daarul Qur’an Ungaran.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang terkait.
a. Manfaat Bagi Siswa
1. Meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran.
2. Meningkatkan daya pemahaman peserta didik dalam proses belajar.
3. Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran menganalisis
teks geguritan.
b. Manfaat Bagi Guru
Guru memiliki alternatif pemilihan metode pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis teks geguritan.
c. Manfaat Bagi Sekolah
1. Meningkatkan akreditasi sekolah
2. Menambah literasi sekolah mengenai metode pembelajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas


1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan classroom
action research sejak lama berkembang di negara-negara maju seperti inggris,
Australia, dan Amerika. Ahli-ahli pendidikan di negara tersebut menaruh perhatian
yang cukup besar terhadap PTK. Mengapa demikian? Karena jenis penelitian ini
mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan
profesionalisme dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat indikator
keberhasilan proses pembelajaran. Dalam hal ini McNift (1992:1) seperti dikutip
Suryanto sendiri dan hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk
mengembangkan kurikulum, sekolah, dan pengembangan dalam proses belajar
mengajar dll.
Penelitian Tindakan Kelas juga dapat menjembatani kesenjangan antara teori
dan praktik pendidikan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan setelah seseorang
melakukan penelitian terhadap kegiatannya sendiri, di kelasnya sendiri, dengan
melibatkan siswanya sendiri, melalui suatu kegiatan yang direncanakan,
dilaksanakan dan dievaluasi, guru tersebut akan memperoleh umpan balik yang
sistematis mengenai apa yang selama ini selalu dilakukan dengan kegiatan
pembelajarannya. Dengan demikian guru dapat membuktikan apakah suatu teori
pembelajaran dapat diterapkan dengan baik di kelas yang dimilikinya. Jika
sekiranya ada teori yang tidak cocok dengan kondisi kelasnya, melalui PTK guru
dapat mengadaptasi teori yang ada untuk kepentingan proses atau produk
pembelajaran yang lebih efektif.
Dari uraian di atas dapat didefinisikan pengertian PTK secara lebih tegas.
Secara singkat PTK didefinisikan sebagai bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebig profesional.
Sebagai contoh jika guru merasa bahwa minat siswa terhadap mata pelajaran bahasa
Jawa rendah, keadaan ini sangat menghambat pencapaian tujuan pembelajaran,
maka guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan minat
belajara siswa. Dalam penelitian tindakan kelas, guru dapat mencoba tindakan-
tindakan tertentu misalnya memanfaatkan media gambar, televisi, internet,
menggunakan metode-metode inovatif yang mampu membangkitkan minat belajar.
Dengan tindakan-tindakan tersebut guru akan memperoleh umpan balik yang lebih
berarti dan dapat digunakan untuk meningkatkan kinerjanya.
2. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Tujuan penelitian tindakan kelas terkait erat dengan keinginan seseorang untuk
meningkatkan atau memperbaiki praktik pembelajaran di kelas. Penelitian ini
seharusnya dilakukan oleh para guru, karena guru adalah orang yang secara
langsung berhadapan dengan permasalahan-permasalahan yang ada di kelasnya.
Penelitian tindakan kelas merupakan cara yang strategis bagi guru untuk
memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Hal ini di dukung oleh pernyataan
Mc.Niff (1992) dalam suyanto (1997:5) yang menegaskan bahwa dasar utama bagi
dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah perbaikan. Perbaikan di sini
berkaitan dengan proses pembelajaran.
3. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Manfaat penelitin tindakan kelas mencakup (a) inovasi pembelajaran, (b)
pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas, (c) peningkatan profesional
guru.
Dalam inovasi pembelajaran, guru selalu perlu mencoba untuk mengubah,
mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar ia mampu melahirkan
model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Guru selalu berhadapan
dengan siswa yang berbeda-beda setiap tahun. Oleh sebab itu, jika guru
mengadakan penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan yang dihadapi
di kelasnya dan guru tersebut telah melakukan inovasi pembelajaran.
Dari aspek pengembangan kurikulum, penelitian tindakan kelas juga dapat
dimanfaatkan secara efektif oleh guru. Guru kelas harus bertanggungjawab
terhadap pengembangan kurikulum dalam tingkat sekolah maupun kelas, penelitian
tindakan kelas akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan.
Dari segi profesionalisme guru, dalam proses pembelajaran memiliki manfaat
yang sangat penting. Guru yang profesional tentu tidak enggan melakukan
perubahan-perubahan dalam praktik pembelajarannya sesuai dengan kondisi
kelasnya. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu media yang dapat
digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, untuk selanjutnya
meningkatkan ke arah perbaikan secara profesional.
Guru profesional menurut suyanto (1997) perlu melihat dan menilai sendiri
secara kritis terhadap praktik pembelajarannya di kelas. Dengan melihat unjuk
kerjanya sendiri, kemudian direfleksikan, lalu diperbaiki guru akhirnya akan
mendapat otonomi secara profesional.

B. Pengertian Geguritan
Geguritan dalam kamus Baoesastra, berasal dari kata gurit artinya tulisan,
kidung. Geguritan berarti tembang uran-uran mung awujud purwakanthi lagu yang
berupan kata pengulangan sebelumnya (Poerwadarminta, 1939:157). Sedangkan
menurut Subalidinata (1999) menyatakan bahwa:geguritan yaiku iketaning basa
kang memper syair, mula ana sing ngarani syair Jawa gagrag anyar. “Geguritan
adalah susunan bahasa seperti syair sehingga ada yang menyatakan syair Jawa cara
baru”
Pengertian kata geguritan dalam kamus Jawa-Jawa diungkapkan gurit artinya
“lagu atau nyayian”(Mangunsuwita, 2013:64). Dengan demikian pengertian
geguritan dengan puisi hampir sama pada umumnya, hanya saja bahasa yang
digunakan berbeda.
Puisi adalah sebuah karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam
aspeknya. Geguritan dapat dikaji struktur dan unsurnya, mengingat bahwa
geguritan itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan
sarana-sarana kepuitisan, Pradopo (2012, hlm.3). baris-baris pada geguritan dapat
berbagai macam bentuk ada melingkat, zigzag, san lain-lain. Hal tersebut
merupakan cara penulis menunjukkan pemikirannya. Geguritan kadang-kadang
juga hanya berisi satu kata atau suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca
hal tersebut mungkin membuat geguritan tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi
penulis selalu memiliki alasan untuk segala ‘keanehan’ dan bentuk yang
diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan
sebuah geguritan.
Menurut Pradopo (2012, hlm.7) puisi adalah bentuk mengekspresikan
pemikiran yang membangkitkan perasaan yang merangsan imajinasi pancaindra
dalam susunan yang berirama. Dalam hal ini Pradopo beranggapan bahwa puisi
terlahir dari sebuah pemikiran yang kemudian diekspresikan dalam lambang-
lambang bahasa yang tersusun dan berirama. Menurutnya geguritan sama halnya
dengan buah pemikiran yang disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan
tulisan yang berirama.
Berbeda dengan pengertian Kosasih (2012, hlm.97) mengemukakan bahwa
puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya
makna. Menurutnya keindahan geguritan disebabkan oleh diksi, majas, dan irama
yang terkandung dalam geguritan tersebut. Setelah mempelajari pengertian di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa geguritan adalah ragam sastra yang dituliskan
berdasarkan pengalaman, baik pengalaman secara langsung maupun pengalaman
dari hasil proses penginderaan, geguritan ditulis dengan menggunakan bahasa yang
puitis dan kaya makna.

C. Unsur-Unsur Pembangun Geguritan


Pada hakikatnya segala yang dituliskan tidak bisa berdiri sendiri tetapi pasti
mempunyai unsur pembangunnya, begitu juga dengan geguritan. Unsur pembangun
geguritan dapat dibagi menjadi dua yaitu unsur fisik dan unsur batin. Unsur fisik
adalah unsur-unsur yang membangun geguritan tersebut dari luar misalnya diksi
atau pemilihan kata, sedangkan unsur batin adalah unsur-unsur yang membangun
geguritan dari dalam, misalnya tema dan amanat.
Seorang penulis pada hakikatnya ingin mengabadikan apa yang dilihat,
dirasakan dan dipikirkannya. proses pengimajinasiannya atau pengembangan
pengalaman lahir dan batin awal dari proses kreatif. Proses kreatif tersebut
kemudian dilanjutkan dengan pengekspresian imajinasi kedalam rangkaian kata-
kata yang disebut geguritan.Unsur-unsur pembangun puisi tersebut tidaklah berdiri
sendiri tetapi merupakan sebuah struktur. Waluyo (1928, hlm. 25). ”Bentuklah fisik
dan bentuk batin merupakan kesatuan yang bulat dan utuh menyaturaga tidak dapat
dipisahkan dan merupakan kesatuan yang padu.”
1. Unsur Fisik
a. Diksi
Diksi merupakan pilihan kata yang digunakan penyair dalam geguritannya.
Kata-kata yang dipilih hendaknya sesuai dengan situasi yang dihadapi, harus
mengenali dengan baik macam corak gaya bahasa sesuai dengan tujuan
penulisan. Kata-kata yang ada dalam geguritan harus dipilih secara cermat, dan
dilihat dari berbagai aspek estetik. Selain itu bersifat puitis yang mempunyai
efek keindahan dan berbeda dengan kata-kata yang biasa kita pakai sehari-hari.
b. Rima
Menurut Sayuti (2008:104), rima atau persajakan merupakan perulangan
bunyi yang sama dalam geguritan. Pengertian ini dapat diperluas sehingga
persajakan dapat diartikan sebagai kesamaan dan atau kemiripan bunyi tertentu
dalam dua kata atau lebih. Baik yang berada di akhir kata, maupun yang berupa
perulangan bunyi-bunyi yang sama yang disusun pada jarak atau rentangan
tertentu secara teratur.
Contoh: sajak sempurna muncul apabila seluruh suku akhirnya berirama
sama contoh: peti-hati. Sajak paruh muncul apabila seluruh suku akhirnya
berirama sama, contoh: gunung-pelindung. Sajak mutlak muncul apabila
beberapa kata persis sebunyi, contoh: jua-jua.
c. Gaya Bahasa
Salah satu keindahan geguritan terletak pada gaya bahasanya. Gaya bahasa
yang sering muncul dalam bahasa antara lain simile, metafora, metonimi,
sinekdok, personifikasi, repetisi, pertanyaan retoris, dan ironi (Sayuti, 2002)
1) Simile yaitu membandingkan satu hal dengan hal lain dengan kata-kata
pembanding, yaitu, seperti, bagai, laksana, semisal, seumpama, sepantun,
sebagai, serupa, bak, dan sebagainya. Bentuk pembandingannya eksplisit.
2) Metafora yaitu, menyatakan sesuatu sebagai hal yang sebanding dengan hal
lain yang sesungguhnya tidak sama. Bentuk pembandingannya implisit.
3) Metonimi yaitu pemanfaatan ciri atau sifat suatu hal yang erat hubungannya.
4) Sinekdok, yaitu bahasa figuratif yang menyebutkan suatu bagian penting dari
suatu benda atau hal itu sendiri. Pars prototo (penyebutan sebagian dari suatu
hal untuk menyebutkan keseluruhan) dan totum pro parte (penyebutan
keseluruhan dari suatu benda atau hal untuk sebagainya)
5) Personifikasi yaitu mempersamakan sesuatu benda dengan manusia.
6) Repetisi berfungsi sebagai penekan dan melukiskan keadaan atau peristiwa
yang terjadi secara terus menerus
7) Pertanyaan retoris, merupakan sarana retorik berbentuk pertanyaan yang
tanpa perlu dijawab karena jawabannya sudah tersirat dalam jalinan konteks
yang tersedia atau jawabannya diserahkan sepenuhnya kepada pembaca atau
pendengar.
8) Ironi merupakan bentuk pengucapan kata-kata yang bertentangan dengan
maksud sebenarnya, dan biasanya dimaksudkan untuk menyendiri atau
mengejek.
d. Imaji
Citraan merupakan rangjaian kata yang mampu menggugah pengalaman
keindraan (membentuk gambaran angan-angan). Gambar yang muncul dalam
angan-angan disebut citra (imaji). Sesuatu itu tergambar dengan sarana indra.
Berikut ini enam jenis citraan dalam geguritan.
1) Citraan visual adalah citraan yang berhubungan dengan indera penglihatan,
contoh kata ‘daun’, ‘pohon’, ‘langit’, ‘pelangi’, dan sebagainya.
2) Citraan auditif adalah citraan yang berhubungan dengan indera pendengaran,
misalnya kata ‘ritmis’, ‘gemercik’, ‘denting’, dan sebagainya.
3) Citraan kinestetik/gerak adalah citraan yang berhubungan dengan indera
gerak, misalnya kata ‘melompat’, ‘berlari’, ‘beranjak’, dan sebagainya.
4) Citraan peraba adalah citraan yang berhubungan dengan indera peraba,
misalnya kata ‘prasasti’, ‘stupa’, dan sebagainya.
5) Citraan penciuman adalah citraan yang berhubungan dengan indera
penciuman, misalnya kata ‘aroma’, ‘bangkai’, ‘melati’, dan sebagainya.
6) Citraan pencecapan adalah citraan yang berhubungan dengan indra
pencecapan, misalnya kata ‘getir’, ‘pahit’, ‘manis’, dan sebagainya.
e. Tipografi
Tipografi adalah bagian dari wujud visual geguritan. Hal ini terkait dengan
pengaturan bait dan baris dalam geguritan. Ada geguritan yang terdiri dari satu
bait yang sangat panjang. Ada juga geguritan yang hanya terdiri dari satu bait
yang pendek. lukisan bentuk dalam geguritan, termasuk dalam hal pemakaian
huruf kapital dan tanda baca. Tipografi merupakan pembeda yang penting antara
dengan prosa dan drama. Larik-larik geguritan membentuk bait. Baris geguritan
tidak bermula dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan baris.
2. Unsur Batin
Unsur batin geguritan merupakan pikiran perasaan yang diungkapkan
penyairnya (Waluyo, 1995:47). Unsur batin ini merupakan makna yang ingin
disampaikan penyair dalam geguritannya. Makna geguritan ini tersurat dibalik
unsur fisiknya. I.A.Richards (melalui Waluyo, 1995:180-181) menyebutkan makna
atau struktur batin geguritan itu ada empat yaitu tema (sense), perasaan penyair
(feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), amanat (intention).
a. Tema merupakan gagasan pokok atau subject matter yang dikemukakan penyair
(Waluyo, 1995:106)
b. Perasaan merupakan sikap penyair terhadap pokok persoalan yang
ditampilkannya. Perasaan yang ada dalam sebuah geguritan beraneka ragam.
Mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci, rindu, cinta, kagum, bahagia,
ataupun perasaan setia kawan. Tema geguritan yang sama yang dilukiskan
dengan perasaan yang berbeda akan menghasilkan geguritan yang berbeda pula.
c. Nada dalam geguritan dapat diketahui dengan memahami apa yang tersurat.
Nada berhubungan dengan suasna karena nada menimbulkan suasana tertentu
pada pembacanya.
d. Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.

D. Metode Discovery Learning


Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka tidak lepas dari metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru. Metode pembelajaran menurut Tardif
dalam Syah (2010: 198) adalah “cara yang berisi prosedur baku untuk
melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian mata
pelajaran kepada siswa”. Prosedur baku tersebut digunakan oleh guru untuk
mengajar di kelas. Selain itu dengan metode pembelajaran dapat membantu guru
dan memudahkan dalam penyampaian materi kepada siswa.
Menurut Sudjana (2005: 49) metode penemuan (discovery learning) adalah
metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak
memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui
pemberitahuan tetapi sebagian atau ditemukan sendiri. Dengan kata lain, metode
discovery merupakan metode pembelajaran yang penyampaian materi tidak
disajikan langsung oleh guru, tetapi siswa dituntut aktif dalam menemukan materi
pembelajaran.
Tujuan pembelajaran menggunakan metode discovery learning adalah untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam memperoleh dan memproses perolehan materi
pelajaran, mengarahkan siswa agar mengurangi ketergantungan kepada guru
sebagai satu-satunya sumber informasi yang diperlukan peserta didik, dan melatih
siswa untuk mengeksplorasi lingkungan sebagai sumber informasi untuk
pembelajaran.
Discovery learning adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan
sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan
perilaku (Hanafiah, 2012:77).
Discovery learning mempunyai kelebihan yang dijabarkan oleh Hanafiah
(2012: 79) sebagai berikut: (1) membantu peserta didik untuk mengembangkan,
kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif; (2) peserta didik
memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan
mengendap dalam pikirannya; (3) dapat membangkitkan motivasi dan gairah
belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi; (4) memberikan peluang untuk
berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing; (5)
memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses
menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran
guru yang sangat terbatas.
Muhibbin Syah (2010) mengungkapkan tahapan dan prosedur pelaksanaan
discovery learning yang digunakan untuk merancang pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1. Stimulation (Stimulasi)
Pada tahap ini guru memberikan rangsangan, memulai kegiatan PMB dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
2. Problem Statement (Pernyataan Masalah)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi masalah yang relevan dengan bahan pelajaran untuk kemudian
salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara
atas pertanyaan masalah).
3. Data Collection (Pengumpulan Data)
Pada tahap ini guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis.
4. Data Processing (Pengolahan Data)
Pada tahap ini siswa mengolah data dan informasi yang diperoleh melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.
5. Verification (Pembuktian)
Peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan
dengan hasil pengolahan data.
6. Generalization (Penarikan Kesimpulan)
Tahap ini adalah proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip
umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX A SMP Daarul Qur’an Ungaran
sebanyak 26 siswa laki-laki. Sedangkan objek dalam penelitian ini, yaitu
kemampuan menganalisis teks geguritan.

B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2020/2021 pada
tanggal 13 Oktober sampai 7 November 2020. Penelitian ini merupakan Penelitian
Tindakan Kelas yang dilakukan di dalam kelas IX A SMP Daarul Qur’an Ungaran.

C. Deskripsi Per Siklus


Penelitian ini direncanakan ke dalam dua siklus, namun apabila kemampuan
menulis geguritan dengan media gambar jurnalistik belum mengalami peningkatan,
maka penelitian akan dilanjutkan ke siklus berikutnya. Acuan yang dijadikan
pedoman penelitian ini adalah model penelitian tindakan kelas Kemmis dan Mc.
Taggart. Model penelitian tersebut mencakup perencanaan tindakan, implementasi
tindakan, dan pengamatan, serta refleksi. Keempat komponen tersebut dipandang
sebagai satu siklus. Gambar model penelitian tindakan kelas dapat dilihat sebagai
berikut (melalui Uno, dkk, 2012: 87).
Gambar 1

Desain PTK Model Kemmis dan Mc. Taggart


Berdasarkan gambar 1, dapat diketahui bahwa tahap-tahap dalam penelitian
tindakan meliputi:
1. plan (perencanaan);
2. act (pelaksanaan tindakan);
3. observe (pengamatan);
4. reflect (refleksi).

1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
1) Menetapkan materi pelajaran sesuai dengan kurikulum 2013.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada
kurikulum 2013 sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.
3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan dipelajari kelompok,
lembar jawaban, dan lembar kuis terkait menganalisis teks geguritan
berdasarkan unsur-unsur pembangunnya.
4) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses
pembelajaran.
5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan guru
selama pembelajaran berlangsung.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Fokus pembelajaran pada siklus I adalah pada materi pelajaran Bahasa Jawa
tentang menganalisis teks geguritan berdasarkan unsur pembangunnya yang
akan dilaksanankan dalam 1 pertemuan (2x35 menit)
1) Kegiatan Awal
a) Pendidik mengucapkan salam dan meminta salah satu peserta didik
untuk memimpin doa.
b) Pendidik memeriksa kehadiran dan kesiapan peserta didik.
c) Siswa bertanya jawab mengenai materi geguritan dan mengaitkan
dengan pengalaman peserta didik atau dengan tema sebelumnya yaitu
mengidentifikasi dan menyimpulkan unsur-unsur pembangun
geguritan
d) Pendidik memberikan gambaran tentang relevansi mempelajari teks
geguritan dalam kehidupan sehari-hari
e) Pendidik menyampaikan kompetensi dasar, tujuan, dan garis besar
materi pembelajaran
2) Kegiatan Inti
a) Peserta didik mengomentari teks geguritan yang disajikan guru
melalui media pembelajaran tayangan power point.
b) Peserta didik melakukan curah pendapat untuk menggali
pengalaman mereka berkaitan dengan teks geguritan yang pernah
didengar dan dibaca dalam kehidupan sehari-hari.
c) Peserta didik merespon pertanyaan-pertanyaan membangun konteks
berkaitan dengan menganalisis unsur-unsur pembangun teks
geguritan yang disajikan yaitu Hujan Bulan Juni Karya Sapardi
Djoko Damono.
d) Secara berkelompok peserta didik menyusun pertanyaan terkait
dengan unsur pembangun teks geguritan.
e) Peserta didik menganalisis secara rinci bagian-bagain struktur
pembangun teks geguritan.
f) Peserta menuliskan secara rinci struktur pembangun terdapat dalam
teks geguritan tersebut.
g) Peserta didik menempelkan hasil telaah (format telaah struktur fisik
teks geguritan, format telaah struktur batin teks geguritan beserta
buktinya, pada kertas plano.
h) Salah satu anggota kelompok mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya dengan alasan logis untuk membuktikan kebenaran
hasil telaah yang telah didiskusikan di kelompok masing-masing.
i) Peserta didik yang menanggapi menuliskan catatan-catatan di kertas
post it berupa penilaian, tanggapan, atau masukan terhadap hasil kerja
kelompok lain dan menempelkannya pada plano hasil kerja kelompok
tersebut.
j) Peserta didik dan pendidik secara bersama-sama menyimpulkan
unsur pembangun teks geguritan.
3) Kegiatan Penutup
a) Guru memberikan evaluasi untuk memperkuat pemahaman peserta
didik.
b) Guru dan peserta didik menyimpulkan serta merefleksikan
pembelajaran tentang menelaah teks geguritan.
c) Pendidik menyampaikan tugas membaca materi untuk pertemuan
selanjutnya yaitu merancang teks geguritan.
d) Peserta didik dan pendidik mengakhiri kegiatan pelajaran dengan
mengucapkan salam.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
1) Pengamatan proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan mengamati
perilaku belajar siswa serta respon siswa terhadap penggunaaan metode
discovery learning untuk memahami teks geguritan.
2) Pengamatan hasil belajar mengajar yang dilihat dari peningkatan hasil
perolehan skor siswa dalam memahami teks geguritan berupa soal uraian
yang diperoleh melalui kegiatan diskusi meliputi kemampuan
menganalisis unsur fisik dan unsur batin teks geguritan serta
menyimpulkan unsur fisik dan batin teks geguritan. Peningkatan skor
siswa diperoleh berdasarkan penggunaan metode discovery learning
dalam pembelajaran teks geguritan
d. Refleksi
Data hasil observasi dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran
bahasa Jawa selanjutnya dilakukan penilaian analisis data sebagai kajian
untuk melakukan refleksi. Hasil refleksi digunakan sebagai acuan
merencanakan kegiatan pada siklus berikutnya.

2. Siklus II
Siklus II disusun berdasarkan hasil refleksi pada siklus I yang belum
maksimal dengan memperhatikan tahapan setiap siklus yakni perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam setiap
penelitian. Pemilihan teknik pengumpulan data harus disesuaikan dengan
karakteristik penelitiannya. Pengumpulan data pada suatu penelitian melibatkan
dua pihak, yaitu pihak yang mengumpulkan data dan pihak yang memberi data.
Pihak yang mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Pihak
yang diamati adalah siswa kelas IX A SMP Daarul Qur’an Ungaran. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Observasi
Observasi (observation) atau pengamatan yang dilakukan saat proses
pembelajaran: pengamatan ditujukan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa.
b. Tes
Tes yang dilakukan adalah berupa uraian untuk mengukur kemampuan peserta
didik dalam memahami teks geguritan berdasarkan unsur pembangunnya.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi lembar
pengamatan observasi dan lembar penilaian.

1. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk memperoleh gambaran dan data proses
pembelajaran yang berlangsung. Aspek-aspek yang diamati sebagaimana terlampir.
2. Lembar Penilaian Pengetahuan Memahami Teks Geguritan
Lembar penilaian pengetahuan memahami teks dilakukan sebagai instrumen
pensekoran untuk mengetahui kemampuan pemahaman teks geguritan untuk siswa
kelas IX SMP Daarul Qur’an Ungaran. Lembar penilaian yang dilakukan dalam
bentuk rubrik penilaian soal uraian. (terlampir)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Siklus I
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
menggunakan metode discovery learning, menyiapkan LKPD yang akan
dipelajari secara berkelompok dan menyiapkan lembar observasi serta evaluasi
yang digunakan dalam pembelajaran.
2. Tahap Tindakan
Fokus pembelajaran pada siklus I adalah pada materi pelajaran Bahasa Jawa
tentang pemahaman teks geguritan berdasarkan unsur pembangunnya. Siklus ini
dilaksanakan dalam 1 pertemuan (4x35 menit) secara luring di kelas IX A. siklus
I ini dilaksanakan pada hari Senin, 19 Oktober 2020 berjumlah 21 Siswa. Berikut
langkah-langkah kegiatan yang dilakukan:
a. Kegiatan Pendahuluan
Pada kegiatan ini diawali dengan guru mengucapkan salam dan meminta
salah satu peserta didik untuk memimpin berdoa. Kemudian pendidik
mengecek kehadiran peserta didik. Siswa bertanya jawab mengenai materi
geguritan dan mengaitkan dengan pengalaman peserta didik atau dengan tema
sebelumnya yaitu mengidentifikasi dan menyimpulkan unsur-unsur
pembangun geguritan. Setelah itu Pendidik memberikan gambaran tentang
relevansi mempelajari teks geguritan dalam kehidupan sehari-hari serta
menyampaikan kompetensi dasar, tujuan, dan garis besar materi
pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti dimulai dengan peserta didik mengomentari teks
geguritan yang disajikan guru melalui media pembelajaran tayangan power
point yaitu geguritan berjudul Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko
Damono. Peserta didik melakukan curah pendapat untuk menggali
pengalaman mereka berkaitan dengan teks geguritan yang pernah didengar
dan dibaca dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik merespon pertanyaan-
pertanyaan membangun konteks berkaitan dengan menganalisis unsur-unsur
pembangun teks geguritan yang disajikan yaitu Hujan Bulan Juni Karya
Sapardi Djoko Damono.
Kemudian pendidik membagi peserta didik ke dalam 5 kelompok.
Pendidik memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menentukan
sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan dengan menelaah unsur
pembangun teks geguritan yang disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan
belajar.
Secara berkelompok peserta didik mendiskusikan unsur pembangun
teks geguritan yang ditentukan oleh pendidik berjudul Doa karya Chairil
Anwar, lalu peserta didik menganalisis unsur pembangun teks geguritan
dengan lembar kerja yang telah disediakan dan diberi waktu 20 menit.
Setelah diskusi selesai Salah satu anggota kelompok mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya dengan alasan logis untuk membuktikan kebenaran
hasil telaah yang telah didiskusikan di kelompok masing-masing. Peserta
didik dari kelompok lain merespon hasil dengan memberikan penilaian,
tanggapan, atau masukan terhadap hasil kerja dari kelompok lain untuk
mendalami dan mengetahui kebenaran hasil telaah teks geguritannya.
Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, peserta
didik mengungkapkan kembali tentang unsur pembangun teks geguritan yang
telah ditelaah melalui proses diskusi. Pendidik dan peserta didik secara
bersama-sama menyimpulkan unsur pembangun teks geguritan.
c. Kegiatan Penutup
pendidik memberikan evaluasi untuk memperkuat pemahaman peserta
didik. Setelah evaluasi selesai pendidik dan peserta didik melakukan refleksi
pembelajaran serta menyampaikan materi yang akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya. Lalu peserta didik dan pendidik mengakhiri kegiatan
pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam.

3. Hasil Pengamatan
Pada hasil penelitian ini akan disajikan deskripsi data kemampuan
pemahaman teks geguritan siswa dari siklus I. Data penelitian ini berupa hasil
observasi dan tes evaluasi siswa kelas IX A SMP Daarul Qur’an Ungaran tahun
ajaran 2020/2021 menggunakan metode discovery learning. Data evaluasi
siklus I diambil pada 19 Oktober 2020.
Aspek yang dinilai meliputi: 1) pilihan kata (diksi), 2) imaji, 3) tipografi,
4) gaya bahasa (majas), 5) Rima, 6) tema, 7) amanat, 8) perasaan, dan 9) nada.
Aktivitas pada siklus I dengan jumlah 21 siswa yang dapat diketahui dengan
menggunakan lembar observasi sebagai berikut:
Prosentase Keterangan
No Nama Siswa
Keaktivan Siswa
1 Siswa 1 75% Aktif
2 Siswa 2 63% Kurang Aktif
3 Siswa 3 63% Kurang Aktif
4 Siswa 4 63% Kurang Aktif
5 Siswa 5 81% Aktif
6 Siswa 6 75% Aktif
7 Siswa 7 75% Aktif
8 Siswa 8 75% Aktif
9 Siswa 9 81% Aktif
10 Siswa 10 81% Aktif
11 Siswa 11 63% Kurang Aktif
12 Siswa 12 63% Kurang Aktif
13 Siswa 13 63% Kurang Aktif
14 Siswa 14 63% Kurang Aktif
15 Siswa 15 63% Kurang Aktif
16 Siswa 16 63% Kurang Aktif
17 Siswa 17 63% Kurang Aktif
18 Siswa 18 63% Kurang Aktif
19 Siswa 19 81% Aktif
20 Siswa 20 63% Kurang Aktif
21 Siswa 21 63% Kurang Aktif
Rata-rata Kelas 68% Kurang Aktif

Persentase Aktivitas Kriteria


Siswa
86%-100% Sangat Aktif (A)
70%-85% Aktif (B)
< 70 Kurang Aktif (K)

Hasil nilai peserta didik diambil saat evaluasi dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
No Nama Siswa Siklus I Keterangan
1 Siswa 1 74 Tuntas
2 Siswa 2 85 Tuntas
3 Siswa 3 81 Tuntas
4 Siswa 4 62 Belum Tuntas
5 Siswa 5 70 Tuntas
6 Siswa 6 74 Tuntas
7 Siswa 7 77 Tuntas
8 Siswa 8 67 Belum Tuntas
9 Siswa 9 93 Tuntas
10 Siswa 10 78 Tuntas
11 Siswa 11 70 Tuntas
12 Siswa 12 93 Tuntas
13 Siswa 13 93 Tuntas
14 Siswa 14 93 Tuntas
15 Siswa 15 93 Tuntas
16 Siswa 16 70 Tuntas
17 Siswa 17 81 Tuntas
18 Siswa 18 85 Tuntas
19 Siswa 19 74 Tuntas
20 Siswa 20 85 Tuntas
21 Siswa 21 74 Tuntas
Rata-rata Kelas 79
KKM 70

Dari data di atas diperoleh rata-rata siswa adalah 79. Dengan nilai tertinggi
adalah 93 dan nilai terendah adalah 62. Masih terdapat dua orang siswa yang
belum tuntas. Dengan prosentase ketuntasan 90,4 % dan yang tidak tuntas 9,5
%
4. Refleksi
Pada siklus I pada keaktivan peserta didik diperoleh 68% yang
dikategorikan peserta didik kurang aktif selama pembelajaran. Hal tersebut
dikarenakan penilaian yang diambil adalah secara berkelompok. Jadi masing-
masing individu tidak semuanya berperan aktif dalam kelompok tersebut.
Hanya mengandalkan beberapa peserta didik saja dalam menjawab menanggapi
pertanyaan yang diberikan oleh pendidik. Sehingga keaktifan pun menjadi tidak
dominan selama pembelajaran berlangsung.
Pada hasil evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I
diselesaikan tidak pada jam pelajaran tersebut. Melainkan pendidik
memperbolehkan evaluasi untuk dikumpulkan pada hari berikutnya. Kemudian
materi yang masih banyak belum dikuasai oleh peserta didik adalah
menentukan nada, perasaan, dan imaji pada geguritan tersebut. Karena
geguritan yang digunakan adalah geguritan yang kurang familiar dan bahasanya
terlalu tinggi sehingga peserta didik menjadi bingung untuk nada, perasaan, dan
imaji yang digunakan.

B. Deskripsi Siklus II
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan meliputi menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran menggunakan metode discovery learning, menyiapkan LKPD
yang akan dipelajari secara berkelompok dan menyiapkan lembar observasi serta
evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Fokus pembelajaran pada siklus II adalah pada materi pelajaran Bahasa
Jawa tentang pemahaman teks geguritan berdasarkan unsur pembangunnya.
Siklus ini dilaksanakan dalam 1 pertemuan (4x35 menit) secara luring di kelas
IX A. siklus I ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Oktober 2020 berjumlah 21
Siswa. Berikut langkah-langkah kegiatan yang dilakukan:
a. Kegiatan Pendahuluan
Pada kegiatan ini diawali dengan guru mengucapkan salam dan
meminta salah satu peserta didik untuk memimpin berdoa. Kemudian
pendidik mengecek kehadiran peserta didik. Siswa bertanya jawab mengenai
materi geguritan dan mengaitkan dengan pengalaman peserta didik atau
dengan tema sebelumnya yaitu pemahaman unsur-unsur pembangun
geguritan yang masih sulit untuk diaplikasikan. Setelah itu Pendidik
memberikan gambaran tentang relevansi mempelajari teks geguritan dalam
kehidupan sehari-hari serta menyampaikan kompetensi dasar, tujuan, dan
garis besar materi pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti dimulai dengan peserta didik mengomentari teks
geguritan yang disajikan guru melalui media pembelajaran tayangan power
point yaitu geguritan berjudul Kucing Karya Gavita Dewantari. Peserta didik
melakukan curah pendapat untuk menggali pengalaman mereka berkaitan
dengan teks geguritan yang pernah didengar dan dibaca dalam kehidupan
sehari-hari. Peserta didik merespon pertanyaan-pertanyaan membangun
konteks berkaitan dengan menganalisis unsur-unsur pembangun teks
geguritan yang disajikan yaitu Kucing Karya Gavita Dewantari.
Kemudian pendidik membagi peserta didik ke dalam 5 kelompok
dengan rincian kelompok 1-3 menganalisis geguritan berjudul Senyum
Sahabat karya Nurul Ilmi dan kelompok 4-5 menganalisis geguritan berjudul
Bunga Mawar karya Diaz Shafira. Pendidik memberikan kesempatan pada
peserta didik untuk menentukan sebanyak mungkin pertanyaan yang
berkaitan dengan menelaah unsur pembangun teks geguritan yang disajikan
dan akan dijawab melalui kegiatan belajar.
Secara berkelompok peserta didik mendiskusikan unsur pembangun
teks geguritan yang ditentukan oleh pendidik, lalu peserta didik menganalisis
unsur pembangun teks geguritan dengan lembar kerja yang telah disediakan
dan diberi waktu 20 menit.
Setelah diskusi selesai Salah satu anggota kelompok mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya dengan alasan logis untuk membuktikan kebenaran
hasil telaah yang telah didiskusikan di kelompok masing-masing. Peserta
didik dari kelompok lain merespon hasil dengan memberikan penilaian,
tanggapan, atau masukan terhadap hasil kerja dari kelompok lain untuk
mendalami dan mengetahui kebenaran hasil telaah teks geguritannya.
Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, peserta
didik mengungkapkan kembali tentang unsur pembangun teks geguritan yang
telah ditelaah melalui proses diskusi. Pendidik dan peserta didik secara
bersama-sama menyimpulkan unsur pembangun teks geguritan.
c. Kegiatan Penutup
Pendidik memberikan evaluasi untuk memperkuat pemahaman peserta
didik. Setelah evaluasi selesai pendidik dan peserta didik melakukan refleksi
pembelajaran serta menyampaikan materi yang akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya. Lalu peserta didik dan pendidik mengakhiri kegiatan
pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam.
3. Pengamatan
Pada hasil penelitian ini akan disajikan deskripsi data kemampuan
pemahaman teks geguritan siswa dari siklus II. Data penelitian ini berupa hasil
observasi dan tes evaluasi siswa kelas IX A SMP Daarul Qur’an Ungaran tahun
ajaran 2020/2021 menggunakan metode discovery learning. Data evaluasi siklus
I diambil pada 24 Oktober 2020.
Aspek yang dinilai meliputi: 1) pilihan kata (diksi), 2) imaji, 3) tipografi, 4)
gaya bahasa (majas), 5) Rima, 6) tema, 7) amanat, 8) perasaan, dan 9) nada.
Aktivitas pada siklus I dengan jumlah 21 siswa yang dapat diketahui dengan
menggunakan lembar observasi sebagai berikut:
Prosentase Keterangan
No Nama Siswa
Keaktivan Siswa
1 Siswa 1 75% Aktif
2 Siswa 2 94% Sangat Aktif
3 Siswa 3 69% Kurang Aktif
4 Siswa 4 75% Aktif
5 Siswa 5 88% Sangat Aktif
6 Siswa 6 100% Sangat Aktif
7 Siswa 7 94% Sangat Aktif
8 Siswa 8 94% Sangat Aktif
9 Siswa 9 81% Aktif
10 Siswa 10 94% Sangat Aktif
11 Siswa 11 94% Sangat Aktif
12 Siswa 12 75% Aktif
13 Siswa 13 94% Sangat Aktif
14 Siswa 14 88% Sangat Aktif
15 Siswa 15 81% Aktif
16 Siswa 16 94% Sangat Aktif
17 Siswa 17 94% Sangat Aktif
18 Siswa 18 81% Aktif
19 Siswa 19 81% Aktif
20 Siswa 20 94% Sangat Aktif
21 Siswa 21 75% Aktif
Rata-rata Kelas 86% Sangat Aktif
Persentase Aktivitas Kriteria
Siswa
86%-100% Sangat Aktif (A)
70%-85% Aktif (B)
< 70 Kurang Aktif (K)

Hasil nilai peserta didik diambil saat evaluasi dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
No Nama Siswa Siklus II Keterangan
1 Siswa 1 100 Tuntas
2 Siswa 2 100 Tuntas
3 Siswa 3 74 Tuntas
4 Siswa 4 100 Tuntas
5 Siswa 5 93 Tuntas
6 Siswa 6 96 Tuntas
7 Siswa 7 96 Tuntas
8 Siswa 8 96 Tuntas
9 Siswa 9 93 Tuntas
10 Siswa 10 100 Tuntas
11 Siswa 11 89 Tuntas
12 Siswa 12 100 Tuntas
13 Siswa 13 93 Tuntas
14 Siswa 14 96 Tuntas
15 Siswa 15 100 Tuntas
16 Siswa 16 100 Tuntas
17 Siswa 17 96 Tuntas
18 Siswa 18 96 Tuntas
19 Siswa 19 96 Tuntas
20 Siswa 20 96 Tuntas
21 Siswa 21 93 Tuntas
Rata-rata Kelas 95
KKM 70
Dari data di atas diperoleh rata-rata siswa adalah 95. Dengan nilai tertinggi
adalah 100 dan nilai terendah adalah 74. Data tersebut menunjukkan bahwa
100% peserta didik tuntas semua.
4. Refleksi
Pada siklus II ini terjadi peningkatan pada keaktivan peserta didik selama
pembelajaran. Karena observasi tersebut lebih dilihat secara individu, sehingga
peserta didik menjadi berlomba-lomba untuk aktif dalam pembelajaran.
Hasil evaluasi juga menunjukkan bahwa semua peserta tuntas. Pendidik
memberikan geguritan yang mudah dipahami dan berkaitan dengan lingkungan
sekitar bahkan bisa jadi dimiliki oleh peserta didik. Hal tersebut untuk
mempermudah pemahaman peserta didik dalam menganalisis. Kemudian
pendidik memberikan dua judul geguritan yang berbeda untuk menjadi
perbandingan sehingga peserta didik menjadi lebih mengerti lagi untuk
memahami teks geguritan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada peserta didik kelas IX
A SMP Daarul Qur’an Ungaran tahun ajaran 2020/2021 maka dapat disimpulkan
bahwa metode discovery learning dapat meningkatkan pemahaman teks geguritan
pada peserta didik.
Dari hasil perhitungan menunjukan perta didik mengalami peningkatan
dalam proses pembelajaran dari awal ketuntasan terdapat 9,5% yang belum tuntas
menjadi 100%. Rata-rata yang diperoleh pada siklus I adalah 79 lalu siklus II
mengalami peningkatan rata-rata kelas menjadi 95. Hal ini menunjukkan bahwa
data yang diperoleh sangat meningkat.
No Nama Siswa Siklus I Siklus II Keterangan
1 Siswa 1 74 100 Tuntas
2 Siswa 2 85 100 Tuntas
3 Siswa 3 81 74 Tuntas
4 Siswa 4 62 100 Tuntas
5 Siswa 5 70 93 Tuntas
6 Siswa 6 74 96 Tuntas
7 Siswa 7 77 96 Tuntas
8 Siswa 8 67 96 Tuntas
9 Siswa 9 93 93 Tuntas
10 Siswa 10 78 100 Tuntas
11 Siswa 11 70 89 Tuntas
12 Siswa 12 93 100 Tuntas
13 Siswa 13 93 93 Tuntas
14 Siswa 14 93 96 Tuntas
15 Siswa 15 93 100 Tuntas
16 Siswa 16 70 100 Tuntas
17 Siswa 17 81 96 Tuntas
18 Siswa 18 85 96 Tuntas
19 Siswa 19 74 96 Tuntas
20 Siswa 20 85 96 Tuntas
21 Siswa 21 74 93 Tuntas
Rata-rata Kelas 79 95
KKM 70

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian pada peserta didik SMP Daarul Qur’an Ungaran tahun
ajaran 2020/2021, saran ini dimaksudkan untuk beberapa pihak.
1. Bagi Sekolah
Tujuan sekolah akan tercapai apabila diantara pihak yang satu dengan
pihak yang lain itu saling mendukung, untuk itu sekolah diharapkan sebagai
pendukung terbesar dalam mewujudkan tercapainya keberhasilan
pembelajaran. Sekolah hendaknya dapat memfasilitasi serta memberikan
dukungan bagi para guru dan siswa yang berprestasi, karena pengembangan
pembelajaran di sekolah harus ditingkatkan agar lebih meningkat dan baik lagi
dari sebelumnya.
2. Bagi Guru Bahasa Jawa
Dalam proses kegiatn belajar mengajar guru hendaknya dapat selalu
kreatif dan inovatif dalam melakukan dan menggunakan metode pembelajaran
yang dapat disesuaikan dengan materi yang sedang diajarkan agar siswa dapat
memahami materi yang sedang disampaikan oleh guru. Hal itu bertujuan agar
siswa dapat lebih senang dan berantusias untuk mengikuti pembelajaran dan
terbentuk keselarasan dengan guru. Sehingga tujuan pembelajaran di sekolah
akan lebih mudah tercapai. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran memahami teks geguritan yaitu metode discovery learning.
3. Bagi Peneliti
Untuk penelitian dibidang Bahasa Jawa agar lebih sering melakukan
penelitian-penelitian yang berhubungan dengan pembelajaran Bahasa Jawa dan
menciptakan inovasi-inovasi baru yang nantinya akan diterapkan di sekolah,
peneliti dituntut untuk kreatif demi pengembangan pembelajaran Bahasa Jawa.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, N. (2012). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Rafika Aditama.

Mangunsuwito, S.A. (2020). Kamus Lengkap Bahasa Jawa 2 in 1: Yrama Widya

Poerwadarminta, W.J.S., et.al. (1939) Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters’

Pradopo, Rachmat Joko. (2002). Pengkajian Puisi. Yogyakarta : UGM Press.

Sayuti, Suminto, A. 2008. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media.

Sudjana, N. (2005). Pembinaan dan Pengembangan kurikulum di Sekolah. Jakarta:


Sinar Baru Algensindo.

Suyanto. 1997. Pedoman PelaksanaanPenelitian Tindakan Kelas (PTK)., Bagian satu.


Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud Proyek Pendidikan Tenaga Akademik Bagian
Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (BP3GSD).

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Waluyo, Herman J. 2005. Apresiasi Pusi untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai