Anda di halaman 1dari 57

Contoh Proposal PTK Penelitian Tindakan

Kelas
Contoh Proposal PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS) - Penelitian ini dilakukan di
dalam kelas dengan melakukan ptk guna memperbaiki pembelajaran pada kelas.
danmeningkatkan proses belajar mengajar siswa pada kelas terntentu. Namun tidak semua kelas
yang hendak di lakukan PTK, seperti halnya tadi hanya kelas kelas tertentu, misal kelas yang
dianggap bermasalah, atau poses blajar mengajar kelas tersebut tidak optimal atau yang lainnya
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ada beberapa unusr yang terkandung di dalamnya yang
sangat khas yaitu
1. PTK di laksanakan oleh pendidik yaitu guru/pengajar, apa bila dalam kelas tersebut
terdapat masalah
2. PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dilakukan bahwa memang benar masalah yang di
hadapi oleh guru pada kelas tersebut
3. PTK memang harus didakan karena masih banyak proses pembelajaran yang harus
dimaksimalkan oleh pendidik/guru.
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
( PTK )
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE
PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS V DI SDN PAGAK 04
KECAMATAN PAGAK KABUPATEN MALANG
TAHUN PELAJARAN 2007/2008
OLEH :
PEMBAYUN SEKARWIYATI, S.Pd.
NIP. 196005171981122005

DINAS PENDIDIKAN

UPTD TK/SD DAN PLS KECAMATAN PAGAK


SEKOLAH DASAR NEGERI PAGAK 04
KECAMATAN PAGAK
KABUPATEN MALANG
PROPOSALPENELITIAN TINDAKAN KELAS( PTK )
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA dengan Metode Pembelajaran Discovery Pada
Siswa Kelas V di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun Pelajaran
2007/2008
A.

Latar Belakang Masalah

Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahanperubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan.
Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan.
Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah
menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perl~emangan itu terjadi karena terdorong
adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan
metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa. Bahkan
secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidi kan yang
mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan d bidang pendidikan barulah ada artinya
apabila dalam pendidiakn dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa
Indonesia yang sedang membangun.
Pada hakekatnya kegiatan beiajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal
balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen
dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan
hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral
pembelajaran.
Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan
bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu
pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan
membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras,
tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga
harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal
semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional
akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan rnembangun dirinya sendiri serta
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).

Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor guru
dalam melaksanakan proses belajar
mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan
kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai
tujuan pendidikan secara maksirnal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki
cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai
dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran
salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran
agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA. Misalnya dengan
mcmbimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu
membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan
pemahaman siswa terhadap konsepkonsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat
dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk
belajar. Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan
bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran
IPA yang diharapkan oleh guru adalah 90,00. Contoh Proposal PTK
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata dihadapi oleh
sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran
IPA sangat rendah yaitu mencapai 50,00. Hal ini disebabkan karena guru dalam proses belajar
mengajar hanya menggunakan metode ceramah, tanpa menggunakan alat peraga, dan materi
pelajaran tidak disampaikan secara kronologis.
Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan
motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat la.ngsung dalam
kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk
menemukan konsep IPA.
Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik, motivasi juga penting
dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau
seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk
belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi
itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Tugas
penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi siswa (Nur, 2001 : 3).
Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan
dan melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga
menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu metode
pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan (discovery) untuk mengungkapkan apakah
dengan model penemuan (discovery) dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar
IPA. Penulis memilih metode pembelaja.an ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa

menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. (Siadari, 2001:
4). Dalam metode pembelajaran penemuan (discovery) siswa iebih aktif dalam memecahkan
untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara
memecahkan masalah itu.
Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul "
Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar IPA dengan Metode Pembelajaran Discovery Pada
Siswa Kelas V Di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun Pelajaran
2007/2008 ".
B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar helakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran discovery terhadap motivasi belajar siswa
mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak Kabupaten
Malang Tahun pelajaran 2007/2008?
2. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran
discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak
Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008?
C. Tujuan Penelitian Contoh Proposal PTK
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran
discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak
Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008.
2. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran
discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak
Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008.
D. Manfaat Penelitian
Penulis mergharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1.
Guru
Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi IPA.
2.
Siswa
Meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran-pelajaran IPA
3.
Sekolah
Memberikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk mengambil kebijakan di sekolah
tersebut.
E. HipotesisTindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan adalah sebagai berikut:

1. Penerapan pembelajaran disvovery dapat meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran


IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun
pelajaran 2007/2008.
2. Penerapan pembelajaran discovery dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata
pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak Kabupaten
Malang Tahun pelajaran 2007/2008
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah peningkatan motivasi
dan prestasi belajar siswa.
2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas V
3. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak
Kabupaten Malang.
4. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2007/2008.
5. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada kompetensi dasar menyimpulkan hasil
penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.
G. Definisi Operasional
Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan
hal-hal sebagai berikut:
1.
Metode
pembelajaran
penemuan
(discovery)
adalah
:
Suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar
pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat
belaiar sendiri
2.
Motivasi
belajar
adalah:
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang
mendorong tingkah. lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
3.
Prestasi
belajar
adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa
mengikuti pelajaran.
H.

Kajian Pustaka

a.

Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery) Contoh Proposal PTK

Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah proses

mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan
dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolonggolongkan, manbuat dugaan, menjelaskan, mengukur membuat kesimpulan dan sebainya. Suatu
konsep misalnya: segi tiga, pans, demokrasi dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan
prisnsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan akan mengembang. Dalam teknik ini siswa
dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya
membimbing dan memberikan instruksi.
Dr. J. Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar sendiri) itu, sehingga situasi
belajar mengajar berpindah dari situasi teacher learning menjadi situasi student dominated
learning. Dengan menggunakan discovery learning, ialah suatu cara meng~ajar yang melibatkan
siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca
sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belajar sendiri.
Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut:

Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan,


serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa.

Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga dapat
kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. Dapat membangkitkan kegairahan
belajar mengajar para siswa.

Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju
sesuai dengankernampuannya masing-masing.

Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat
untuk belajar lebih giat.

Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri
dengan proses penemuan sendiri.

Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja,
membantu bila diperlukan.
Walalupun demikian baiknya teknik ini toh masih ada pula kelemahan yang perlu diperhatikan
ialah:

Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Siswa harus
berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.

Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.

Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencaan dan pengajaran tradisional
mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.

Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini ada yang berpendapat
bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang
memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.

Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif.

b Motivasi Belajar Contoh Proposal PTK


Pengertian
Motivasi
Motivasi adalah daya dalarn diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau
keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan-kesiapan kesiapannya untuk memulai
serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk
menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah
lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000: 28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu pendorong yang rnengubah
energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
:Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan
menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu
akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam
mencapai tujuan tertentu.
Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya ajakan,
suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau
melakukan sesuatu atau belajar (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah
ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: ]05) ada beberapa strategi dalam mengaiar untuk
membangun motivasi intrins.k. Strategi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.
2. Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas yang pokok.

3. Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan
memanfaatkan surnber belajar di sekolah.
4. Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.
5. Meminta siswa untuk menjeiaskan hasil pekerjaannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari
dalam individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang merniliki
motivasi intrinsik dalam darinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak
memerlukan motivasi dari luar dirinya.
2. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya
ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya
ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh
orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi
intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang dari luar.
Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik
antata lain:
1. Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan di antara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
2. Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan belajar
mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TPK yang akan
dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TPK tersebut.
3. Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan,
makin besar ni]ai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi
dalam melakuakan sesuatu perbuatan.
4. Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan
kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang
sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada
anak untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
5. Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.
6. Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan
memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bawa banyak siswa yang

tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan
diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat
nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar
individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan,
untuk
mencapai
nilai
yang
tinggi,
dan
lain
sebagainya.
c.

Prestasi Belajar IPA

Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan
pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar
merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di
sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai
(dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil
penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang
membutuhkan pikiran. Contoh Proposal PTK
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan
melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.
Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar.
Penilaian diadakan untuk rnengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang
diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam
proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar IPA adalah nilai
yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya
baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses
belajar mengajar IPA.
d. Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap Metode Pembelajaran Penemuan
(Discovery)
Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai
tujuan tertetntu. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif
yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan
mengendapkan materi itu dengan lebih baik (Nur, 2001: 3). Sedangkan prestasi belajar adalah
hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh pctensi yang dimilikinya setelah siswa
itu melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah suatu metode pembelajaran yarg
memberikan kesempatan dan menuntut siswa terlibat secara aktif di dalam mencapai tujuan
pembelajaran dengan menberikan informasi singkat (Siadari, 2001: 7). Pengetahuan yang
diperoleh dengan belajar penemuan (discovery) akan bertahan lama, mempunyai efek transfer
yang lebih baik dan meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir secara bebas. Secara umum

belajar penemuan (discovery) ini melatih keterampilan kognitif untuk menemukan dan
memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Selain itu, belajar penemuan
membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja sampai menemukan
jawaban (Syafi'udin, 2002: 19).
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya motivasi dalam
pembelajaran model penemuan (discovery) tersebut maka hasil-hasil belajar akan menjadi
optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan
motivasi yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan tinggi pula. Jadi motivasi akan
senantiasa menentukan intesitas usaha belajar siswa. Hasil ini akan dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
I.

Metode Penelitian

a.

Jenis Penelitianti

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(PTK) yang bersifat reflektif, partisipatif,
kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan perbaikan terhadap sistim, cara
kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK yaitu suatu kegaitan menguji
cobakan suatu id eke dalam praktik atau situasi nyata dalam harapan kegiatan tersebut mampu
memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar ( Riyanto, 2001)
b.

Kehadiran Peneliti

Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan berikut :
1. Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana program pembelajaran
2. Mengumpulkan data dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dan wawancara
untuk mengetahui proses pembelajaran yangdilakukan oleh guru kelas
3. Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah dibuat
4. Melaporkan hasil penelitian
c.
Penelitian dilaksanakan di.
d. Data dan sumber

Lokasi

Penelitian

1. Data dalam penelitian ini adalah kemampuan berfikir siswa yang diperoleh dengan
mengamati munculnya pertanyaan dan jawaban yang muncul selama diskusi berlangsung
dan diklasifikasikan menjadi C1 C 6. Data untuk hasil penelian diperoleh berdasarkan
nilai ulangan harian (test).
2. Sumber data penelitian adalah siswa kelas. Sebagai obyek penelitian

e. Prosedur pengumpulan data


Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut :
1.
Wawancara
Wawancara awal dilakukan pada guru dan siswa untuk menentukan tindakan. Wawancara
dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa
2.
Angket
Angket merupakan data penunjang yang digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait
dengan respon atau tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif
3.
Observasi
Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir siswa yang terdiri dari
beberapa deskriptor yang ada selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Obsevasi dilakukan oleh 3 orang observer.
4.
Test
Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang diperoleh
siswa setelah pemberian tindakan. Test tersebut berbentuk multiple choise agar banyak materi
tercakup
5.
Catatan
lapangan
Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian sehingga diharapkan semua data
yang tidak termasuk dalam observasi dapat dikumpulkan pada penelitian ini
f. Analisis data
1. Kemampuan Berfikir
Kualitas pertanyaan dan jawaban siswa dianalisis dengan rubric. Kemudian untuk mengetahui
peningkatan skor kemampuan berfikir, pertanyaan dan janwaban yang telah dinilai dengan rubric
pada siklus I dibandingkan dengan pertanyaan dan jawaban yang telah dinilai dengan rubric pada
siklus II.
Rumus untuk mencari skor klasikal kemampuan bertanya siswa
Skor riil X 4
Skor maks
Keterangan:
Skor
riil
:
skor
total
yang
diperoleh
Skor
maksimal
:
Skor
total
yang
seharusnya
diperoleh
4
: Skor maksimal dari tiap jawaban( pedoman penskoran lihat lampiran )

siswa
siswa

2. Hasil Belajar
Hasil belajar pada aspek kognetif dari hasil test dianalisis dengan teknik analisis evaluasi untuk
mengetahui ketuntasan belajar siswa.
Caranya adalah dengan menganalisis hasil test formatif dengan menggunakan criteria ketuntasan
belajar. Secam Aswirara individu, siswa dianggap telah belajar tuntas apabila daya serapnya
mencapai 65 %, Secara kelompok dainggap tuntas jika telah belajar apabila mencapai 85 % dari
jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 65 % (Dedikbud 2000 dalam Aswirda 2007)
g. Tahap-tahap penelitian Contoh Proposal PTK

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan proses pembelajaran yang dilakukan adalah model
pembelajaran kooperatif Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus . Setiap siklus
tediri
dari
perencanaan,
tindakan,
penerapan
tindakan,
observasi,
refleksi.
Siklus I
1. Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan. Kegiatan pada tahap ini adalah :

2.

Penyusunan RPP dengan model pembelajaran yang direncanakan dalam PTK.

Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai dengan indikator pembelajaran


yang ingin dicapai

Membuat soal test yang akan diadakan untuk mengetahui hasil pemebelajaran siswa.

Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan akademis, jenis
kelamin,maupun etnis.

Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan model pembelajaran


yang akan dilaksanakan

Pelaksanaan Tindakan

Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam
pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing
untuk belajar IPA secara kooperatif learning dengan modelAdapun langkah
langkah yang dilakukan adalah(sesuaikan dengan scenario pembelajaran)

Kegiatan penutup

Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test secara tertulis untuk
mengevalausi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
3.
Observasi
Pengamatan dilakukan selama proses proses pembelajaran berlangsung dan hendaknya pengamat
melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannya.
4. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil analisis data yang telah ada
dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai.
Refleksi daimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa
yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi
digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya unttuk menghasilkan perbaikan
pada siklus II
Silus
II
Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I hanya saja perencanaan

kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I sehingga lebih mengarah pada perbaikan
pada pelaksanaan siklus I
Contoh Proposal PTK
Tuesday, 25 December 2007
Berikut ini contoh sebuah proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
( PTK )

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA


MELALUI TEHNIK PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH
BAGI SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 SAMUDRA KULON

Disusun oleh :
NURSIDIK KURNIAWAN, A.Ma.Pd.SD

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

I. JUDUL
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEHNIK PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN
RUMAH
BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 1 SAMUDRA KULON

II. BIDANG KAJIAN


Pembelajaran Matematika dan Pemberian Pekerjaan Rumah.

III. PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang

Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memperlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui
oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia
menaruh harapan besar terhadap pendidik dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah
tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk.
Meski diakui bahwa pendidikan adalah investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan dan diberikan
sarana maupun prasarananya dalam arti modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia masih
berkutat pada problemmatika ( permasalahan ) klasik dalam hal ini yaitu kualitas pendidikan. Problematika ini
setelah dicoba untuk dicari akar permasalahannya adalah bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak
tahu darimana mesti harus diawali.
Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar ( SD ) dan Madrasah
Ibtidaiyah ( MI ) sampai saat ini masih jauh dan apa yang kita harapkan. Betapa kita masih ingat dengan hangat
akan standarisasi Ujian Akhir Sekolah ( UAS ) dengan nilai masing masing mata pelajaran 4,51 dikeluhkan oleh
semua para pendidik bahkan oleh orang orang tua siswa sendiri, karena anak atau siswanya tidak dapat lulus.
Hal lucu yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Melihat kondisi rendahnya prestasi atau hasil belajar siswa tersebut

beberapa upaya dilakukan salah satunya adalah pemberian tugas berupa kepada siswa. Dengan pemberian
pekerjaan rumah kepada siswa diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga terjadi
pengulangan dan penguatan terhadap meteri yang diberikan di sekolah dengan harapan siswa mampu
meningkatkan hasil belajar atau prestasi siswa.

IV. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH

1.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut didepan, maka rumusan permasalahan yang
diajukan dalam proposal ini adalah :
Apakah melalui tehnik pemberian tugas pekerjaan rumah dapat meningkatkan prestasi belajar
Matematika bagi siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 1 Samudra Kulon ?

1.

Pemecahan Masalah

Siswa yang mendapatkan perhatian dan perlakuan khusus tentunya akan menghasilkan atau menguasai yang
berbeda pula dalam sebuah kelas atau kelompok bahkan perlakuan individual sekaligus dengan diberikanya
perlakuan dan perhatian yang lebih baik dalam belajar di sekolah maupun di rumah, tentunya akan lebih baik pula
penguasaan kertramilan atau konsep terhadap mata pelajaran mata pelajaran yang dipelajarinya. Dengan
pemberian PR secara rutin dan terorganisir dengan baik paling tidak akan mampu mengkondisikan dalam bentuk
motifasi ekstinsik bagi siswa itu sendiri.
Moh. Uzer ( 1996:29) menjelaskan Motivasi ekstrinsik timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah
karena adanya ajakan, atau paksaan orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau
melakukan sesuatu atau belajar, misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh orang tua untuk mendapatkan
peringkat pertama.
Demikian halnya dengan guru memberikan PR dengan harapan baik itu dirasa memaksa bagi siswa atau itu karena
disuruh sebagai tugas dengan perasaan terpaksa, yang jelas mengkondisikan siswa harus belajar. Dengan pola
demikian tentunya anak yang lebih banyak belajar dirumah akan lebih baik misalnya dalam mata pelajaran yang
dikerjakan..
a.

Hipotensis

Hipotensisi yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah :


Melalui tehnik pemberian tugas pekerjaan rumah dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa kelas
VI SDN 1 Samudra Kulon

V. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum
Tujuan peneliti yang diharapkan dari penelitian ini menjadi masukan bagi guru dan siswa untuk meningkatkan
belajar di rumah.
2. Tujuan Khusus
Adapaun tujuan khusus dari penelitian ini :
Untuk mengetahui apakah melalui pemberian pekerjaan rumah dapat meningkatkan prestasi belajar matematika
bagi siswa kelas VI SDN 1 Samudra Kulon.

VI. MANFAAT HASIL PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :


a.

SDN 1 Samudra Kulon

Dengan hasil penelitian ini diharapkan SD Negeri 1 Samudra Kulon dapat lebih meningkatkan pemberdayaan
pemberian pekerjaan rumah agar prestasi belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada
pelajaran lain.
b.

Guru

Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya.


c.

Siswa

Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk memanfaatkan pekerjaan rumah dalam rangka meningkatkan prestasi
belajarnya.

VII. KAJIAN PUSTAKA

1.
1.

Landasan Teori
Matematika

Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani Mathematikos secara ilmu pasti, atau Mathesis yang berarti
ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan,
tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah kaidah tertentu melalui deduksi (Ensiklopedia Indonesia).

Dalam Garis Besar Program Pembelajaran ( GBPP )terdapat istilah Matematika Sekolah yang dimaksudnya untuk
memberi penekanan bahwa materi atau pokok bahasan yang terdapat dalam GBPP merupakan materi atau pokok
bahasan yang diajarkan pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (Direkdikdas : 1994 )
1.

Belajar

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responya menjadi lebih
baik dan sebaliknya bila tidak belajar responya menjadi menurun sedangkan menurut Gagne belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi limgkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi
kapasitas baru ( Dimyati, 2002-10). Sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia belajar diartikan
berusaha ( berlatih dsb )supaya mendapat suatu kepandaian ( Purwadarminta : 109 )
Belajar dalam penelitian ini diartikan segala usaha yang diberikan olh guru agar mendapat dan mampu menguasai
apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah pelajaran Matematika.
1.

Prestasi Belajar.

Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar prestasi berarti hasil yang telah dicapai (Depdikbud,
1995 : 787 ). Sedangkan pengertian belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau lmu (Depdikbud,
1995 : 14 ). Jadi prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi dalam penilitian yang
dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran matematika dalam bentuk nilai berupa
angka yang diberikan oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikan padanya
1.

Teknik

Dalam umum bahasa Indonesia teknik diartikakan cara (kepandaian, dsb) membuat sesuatu atau melakukan
sesuatu yang berkenaan dengan kesenian (purwadarminta,: 1035). Sedangkan teknik yang dimaksud disini
adalah cara tertentu yang dilakukan oleh guru yang akan dikenakan kepada siswanya dalam rangka mendapatkan
informasi
atau
laporan
yang
diinginkan.

1.

Pekerjaan rumah

Pekerjaan rumah atau yang lazim disebut PR dalam bahasa Inggris Homework yang artinya mengerjakan
pekerjaan rumah. Dalam penilitian ini yang dimaksudkan dengan PR adalah sebuah tugas atau pekerjaan tertentu
baik tertulis atau lisan yang harus dikerjakan diluar jam sekolah
(terutama dirumah) berkaitan dengan
pelajaran yang telah disampaikan guru untuk meningkatkan penguasaan konsep atau ketrampilan dan sekaligus
memberikan pengembangan.

VIII. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN

1.

Rencana Penelitian

1. Subjek penelitian
Subyek dalam peniltian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 1 Samudra Kulon kecamatan Gumelar, Kabupaten
Banyumas jumlah siswa 38 orang.

Pertimbangan penulis mengambil subyek penilitiann tersebut dimana siswa kelas VI telah mampu dan memiliki
kemandirian dalam mengerjakan tugas seperti PR, karena siswa kelas VI telah mampu membaca dan menulis
serta berhitung yang cukup. Selain itu penulis pengajar di kelas VI.
2. Tempat Penelitian
Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi di SD Negeri 1 Samudra Kulon, kecamatan Gumelar Kabupaten
Banyumas penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut,
sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penlitian yang sangat sesuai
dengan profesi penulis.
3. Waktu Penelitian
Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan
Agustus s.d Oktober. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester I
Tahun pelajaran 2007/2008.
4. Lama Tidakan
Waktu untuk melaksanakan tindakan pada bulan Okteber, mulai dari siklus I, Siklus II dan Siklus III.

1.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang diterapkan dalam hal ini antara lain :


1.

Perencanaan

Meliputi penyampaian materi pelajaran, latian soal, pembahasan latian soal, tugas pekerjaan rumah ( kegiatan
penelitian utama ) pembahasan PR, ulangan harian.

2.

Tindakan ( Action )/ Kegiatan, mencakup

a.

Siklus I, meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup.

b.

Siklus II ( sama dengan I )

c.

Siklus III ( sama dengan I dan II )

3.
Refleksi, dimana perlu adanya pembahasan antara siklus siklus tersebut untuk dapat menentukan
kesimpulan atau hasil dari penelitian.

IX. JADWAL PENELITIAN

MINGGU KE..
No

KEGIATAN
1

Perencanaan

Proses pembelajaran

Evaluasi

Pengumpulan Data

Analisis Data

Penyusunan Hasil

Pelaporan Hasil

X. BIAYA PENELITIAN
Akibat yang timbul dari penelitian ini menjadi tanggung jawab peneliti, adapun biaya tersebut adalah :
1.
Fotocopy
2.
Kerta
3.
jilid
4.
Rental
5. lain lain
JUMLAH

folio

Naskah
1

:
pack

buku
Komputer
: Rp
: Rp

XI. PERSONALIA PENELITI


Penelitian ini melibatkan Tim peneliti, identitas dari Tim tersebut adalah :

Rp
:

:
:

Rp
Rp
Rp

1. Nama
NIM
Pekerjaan

: NURSIDIK KURNIAWAN
: 813846371
: Guru Wiyata Bakti SDN 1 Samudra Kulon

Tugas dalam penelitian : Pengumpulan dan Analisis Data

Sumber: http://nhowitzer.multiply.com

Penelitian
Tindakan Kelas
(PTK)

Terbitan berbagai sumber.


CD 1 PTK SD/MI:
Isi CD: dalam 1 CD telah berisi 44 buah
laporan lengkap PTK SD/MI (BAB I sd V), file
bentuk Word.
1. MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
BAHASA INGGRIS MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF MODEL TGT
(TEAM GAMES TOURNAMENT) PADA
SISWA SD
2. METODE DEMONSTRASI DALAM UPAYA
MININGKATKAN PROSES BELAJAR DAN
HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA
PADA SISWA SD
3. PENERAPAN PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN MENDESKRIPSI SECARA
TERTULIS PADA SISWA KELAS II SD
4. EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATERI
PELAJARAN BANGUN DATAR DENGAN
METODE STAD DAN ALAT BANTU MBDW
PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD
5. PERANAN EKSPLORASI PUSTAKA UNTUK
MENINGKATKAN KETRAMPILAN MENULIS
PADA SISWA KELAS IV SD
6. METODE PEMBELAJARAN IMAJINATIF
DALAM MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR MENGARANG BAHASA
INDONESIA SISWA KELAS V SD
7. MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
BAHASA INDONESIA DENGAN
MENERAPKAN MODEL PENGAJARAN
KOLABORASI SISWA KELAS VI SD
8. UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI

BELAJAR IPA DENGAN METODE


PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY)
SISWA KELAS VI SD
9. MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI
PERKALIAN CARA SUSUN DENGAN
METODE DEMONTRASI DAN UPAYA
MEMOTIVASI SISWA DALAM
PEMBELAJARAN KEPAHLAWANAN DAN
PATRIOTISME TOKOH-TOKOH DI
LINGKUNGAN ANAK MELALUI PEMBERIAN
PENGUATAN VERBAL DAN NON VERBAL
PADA SISWA KELAS IV SD
10. MENINGKATKAN MOTIVASI DAN
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
DENGAN MENERAPKAN METODE
PEMBERIAN BALIKAN SISWA KELAS VI SD

www.bahanajar.com
Contact : Rumiyati
HP : 081 252 35 5758
2
11. UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN
PENEMUAN TERBIMBING SISWA KELAS IV SD
12. PEMBELAJARAN TERSTRUKTUR DENGAN
PEMBERIAN TUGAS DALAM MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD
13. MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA
MATA PELAJARAN IPS MELALUI PEMANFAATAN
ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS V SD
14. PENGARUH METODE BELAJAR AKTIF MODEL
PENGAJARAN TERARAH DALAM MENINGKATKAN
PRESTASI DAN PEMAHAMAN
PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD
15. PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PAI
DENGAN DITERAPKANNYA METODE
DEMONSTRASI SISWA KELAS IV SD
16. MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN
MENERAPKAN MODEL PENGAJARAN TUNTAS
SISWA KELAS IV SD
17. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN
MATEMATIKA YANG BERORIENTASI PADA
PENDEKATAN REALISTIK UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN PECAHAN BAGI
SISWA KELAS III SD
18. PENGGUNAAN METODE BERVARIASI UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA
PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS I SD
19. MENINGKATKAN DISIPLIN DAN TANGGUNG
JAWAB SISWA MELALUI SANKSI BERJENJANG
PADA SISWA KELAS III SD
20. PENERAPAN PENDEKATAN PROSES 5 FASE
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS

PEMBELAJARAN MENULIS PADA SISWA KELAS


V SD
21. MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
MEMBACA DAN MENULIS MELALUI
PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA SISWA
KELAS I SD
22. UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS
BELAJAR LEMPAR CAKRAM DENGAN MEDIA
MODIFIKASI PIRING PLASTIK SISWA KELAS
VI SD
23. PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR GUNA
MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM
PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD
24. UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
PKN MELALUI METODE PEMBELAJARAN
KOOPERATIF MODEL STAD (STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION) PADA SISWA SD
25. UPAYA PENINGKATAN KELINCAHAN DAN
KECEPATAN DALAM BERMAIN SEPAK BOLA
MELALUI METODE DEMONSTRASI SISWA SD
26. PENERAPAN METODE INKUIRI PADA MATA
PELAJARAN PENJASKES UNTUK
MENINGKATKAN TEKNIK BERMAIN BOLA
TANGAN PADA SISWA SD
27. PENGARUH GABUNGAN METODE
CERAMAH DENGAN METODE KERJA
KOLOMPOK TERHADAP HASIL BELAJAR
BIDANG STUDI IPS PADA SISWA KELAS VI
SD
28. MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS
MELALUI GABUNGAN METODE CERAMAH
DENGAN METODE BELAJAR AKTIF MODEL
PENGAJARAN AUTENTIK PADA SISWA SD
29. MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS
MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
MODEL THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA
SD
30. PENERAPAN METODE DEMONSTRASI
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
IPA SISWA KELAS VI SD
31. UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR IPA DENGAN METODE
PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY)
PADA SISWA KELAS VI SD
32. MENINGKATKAN PRESTASI DAN
MOTIVASI BELAJAR IPA DENGAN
MENERAPKAN PENGAJARAN BERBASIS
INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD
33. EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL MODEL PENGAJARAN
BERBASIS MASALAH DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI DAN
PENGUASAAN MATERI PELAJARAN IPA
SISWA SD
34. PENERAPAN METODE KOOPERATIF

MODEL GROUP INVESTIGATION (GROUP


INVESIGATION) SEBAGAI ALTERNATIF
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA PADA SISWA SD
35. MODEL PEMBELAJARAN REALISTIK
DENGAN MENGGUNAKAN CONTOH YANG
RELEVAN DENGAN PENGALAMAN ANAK
SERTA MODEL BANGUN RUANG UNTUK
MENINGKATKAN KONSEP PEMAHAMAN
SISWA TENTANG SIFAT BANGUN RUANG
SISWA SD
36. UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN
SISWA DALAM MENGERJAKAN SOAL
CERITA PADA MATA PELAJARAN
MATEMATIKA MELALUI METODE BERMAIN
KARTU SOAL BAGI SISWA KELAS VI SD
37. PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN
TENTANG LUAS BANGUN MELALUI MODEL
KOOPERATIF STAD DAN KUIS PADA
SISWA KELAS VI SD
38. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA MELALUI METODE
PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL
STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISION) PADA SD
39. PENERAPAN METODE KOOPERATIF
MODEL TGT (TEAM GAMES
TOURNAMENT) SEBAGAI ALTERNATIF

3
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SD
40. UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI DAN
KUALITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA
PADA MATERI BERBICARA DAN MEMBACA
DENGAN MENERAPKAN METODE STAD DAN
METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS
VI SD
41. MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA
INGGRIS DENGAN MENERAPKAN METODE
KOOPERATIF MODEL JIGSAW PADA SISWA SD
42. UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN
MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOLABORASI PADA SISWA KELAS VI SD
43. UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN
MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAKEM
PADA SISWA KELAS VI SD
44. PENERAPAN METODE TANYA JAWAB DALAM
UPAYA MENINGKATKAN MUTU BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA SD
KELAS III-VI
CD 2 PTK SMP/MTs:
Isi CD: dalam 1 CD telah berisi 19 buah laporan
lengkap PTK SMP/MTs (BAB I sd V), file bentuk Word.

1. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN


KOOPERATIF TYPE STAD DENGAN MEDIA VCD
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS IX SMP
2. UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA
MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
JIG SAW SISWA KELAS IX SMP
3. UPAYA PENERAPAN PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK SISWA
KELAS VII MTS
4. UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR
SISWA MELALUI PENGGUNAAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING
MODEL JIGSAW PADA PELAJARAN AKIDAH
AKHLAK SISWA KELAS VII MTS
5. MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKIDAH
AKHLAK MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN MASTERY LEARNING
(BELAJAR TUNTAS) SISWA KELAS VII MTS
6. MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA
KOMPETENSI IMAN KEPADA MALAIKATMALAIKAT
ALLAH DENGAN TEKNIK DISKUSI
SISWA KELAS VII MTS
7. PENGGUNAAN METODE SEGMENTASI UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI MATA PELAJARAN
SENI BUDAYA SISWA KELAS VII SMP
8. MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS
PARAGRAF MELALUI TINDAKAN
PELAKSANAAN DAN PEMBIASAAN MENULIS
JURNAL DALAM PEMBELAJARAN SISWA
KELAS VIII SMP
9. PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN
DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERBAHASA JAWA SISWA KELAS VIII SMP
10. MENGATASI PERMASALAHAN BELAJAR
SISWA KELAS IX SMP MELALUI
KONSELING EKLEKTIF DENGAN
PERILAKU ATTENDING DI SMP
11. PENDEKATAN METODE BELAJAR TUNTAS
DALAM MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR MENGARANG BAHASA
INDONESIA PADA SISWA SMP
12. PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS
PUISI MELALUI METODE KONTEKSTUAL
BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS
VIII SMP
13. MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
BAHASA INGGRIS MELALUI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL
NUMBERED HEAD TOGETHER PADA
SISWA KELAS VII SMP
14. MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS
MELALUI METODE PENGAJARAN

BERBASIS TUGAS/ PROYEK PADA SISWA


SMP
15. PENGGUNAAN METODE DISKUSI DAN
PENEMUAN UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS II SMP
16. MENINGKATKAN KETAHANAN PRIBADI
SISWA KELAS VIIA SMP DALAM BELAJAR
MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD
17. PENINGKATAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN
KOOPERATIF TEKNIK STAD PADA SISWA
KELAS VII SMP
18. IMPLEMENTASIKAN PEMBELAJARAN
BERBASIS INKUIRI DALAM UPAYA
MENINGKATKAN PEMAHAMAN PELAJARAN
PKN SISWA KELAS VII SMP
19. MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
BIDANG BIMBINGAN SOSIAL MATERI
TATA KRAMA DALAM KEHIDUPAN
BERMASYARAKAT SISWA KELAS VIII
SEMESTER II MTS DENGAN BIMBINGAN
DAN KONSELING
CD 3 PTK SMA/MA:
Isi CD: dalam 1 CD telah berisi 11 buah laporan
lengkap PTK SMA/MA (BAB I sd V), file bentuk
Word.
1. PENINGKATAN KETUNTASAN BELAJAR
SISWA KELAS X SMA PADA KOMPETENSI
DASAR STRUKTUR ATOM, SIFAT-SIFAT
PERIODIK UNSUR DAN IKATAN KIMIA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD

4
2. PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR KIMIA
MELALUI METODE ROLE PLAYING SISWA
KELAS X SMA
3. PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN
AKTIF UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS
PEMBELAJARAN MATERI LOGARITMA BAGI
SISWA KELAS X SMA
4. PENINGKATAN RANAH KOGNITIF DAN
AFEKTIF PESERTA DIDIK PADA MATA
PELAJARAN SEJARAH MELALUI PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
(CTL) DENGAN MODEL PASA (PICTURES AND
STUDENT ACTIVE) SISWA KELAS X SMA
5. PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISIONS) UNTUK
MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR
EKONOMI SISWA KELAS X SMA
6. PRAKTIKUM BIOLOGI BERBASIS
KETERAMPILAN PROSES UNTUK

MENINGKATKAN KINERJA ILMIAH DAN


PEMAHAMAN KONSEP METABOLISME PADA .
SISWA KELAS XII ILMU ALAM SMA
7. PENGGUNAAN MEDIA VISUAL UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
IRISAN BIDANG DENGAN BANGUN RUANG
PADA SISWA KELAS X SMA
8. UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG
STUDI BIOLOGI MELALUI PENERAPAN
METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD PADA SISWA KELAS X SMA
9. MENINGKATKAN KECEPATAN EFEKTIF
MEMBACA (KEM) DENGAN MENGGUNAKAN
METODE KLOS SISWA KELAS XI IPA 2 SMA
10. MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA
BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI BAHASA
SMA DENGAN MENGGUNAKAN ROLE PLAY
11. FUNGSI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN (BP)
DALAM MENUNJANG PRESTASI BELAJAR
BIDANG STUDI PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN (PKN) SISWA KELAS
VIII SMA
CD 4 PTK SMK:
Isi CD: dalam 1 CD telah berisi 16 buah laporan
lengkap PTK SMK (BAB I sd V), file bentuk Word.
1. MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN
MASALAH HAM DENGAN MENGGUNAKAN
PROBLEM BASED LEARNING DALAM MATA
PELAJARAN PKN KELAS X AK SMK
2. PENJELASAN GURU SECARA SINGKAT DAPAT
MENGHILANGKAN KEJENUHAN SISWA DALAM
MENGIKUTI PROSES PEMBELAJARAN PAI
SISWA KELAS X SMK
3. SANKSI AKADEMIS DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM
PEMBELAJARAN PAI SISWA KELAS X SMK
4. MENGGUNAKAN METODE PRESENTASI
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN
SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN
PAI SISWA KELAS X SMK
5. KOLABORASI BEBERAPA POKOK
BAHASAN UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PEMAHAMAN SISWA
TERHADAP SATU POKOK BAHASAN
HUBUNGANNYA DENGAN BAHASAN LAIN
PADA MATA PELAJARAN PAI SISWA KELAS
X SMK
6. SERTIFIKASI SISWA SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA
DALAM MENGAPLIKASI PEMBELAJARAN
PAI SISWA KELAS X SMK
7. PENINGKATAN KEBIASAAAN SHOLAT
LIMA WAKTU MELALUI PEMBERIAN
MOTIVASI MULTI ASPEK SISWA SMK

8. INOVASI PEMBELAJARAN ILMU


PENGETAHUAN ALAM SEKITAR (IPAS)
POKOK BAHASAN KIMIA LINGKUNGAN
MELALUI PEMBUATAN FILM TENTANG
PENCEMARAN LINGKUNGAN SEKITAR
PADA SISWA KELAS III SMK
9. PENGGUNAAN KARTU DOMINO UNSUR
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
KIMIA POKOK BAHASAN LAMBANG UNSUR
SISWA KELAS X MEKANIK PERKAKAS SMK
10. PENGGUNAKAN MEDIA KOMPUTER
DENGAN PERANGKAT LUNAK AUTODESK
INVENTOR UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR MATA DIKLAT MENGGAMBAR
TEKNIK MESIN KELAS II PROGRAM
KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN DI SMK
11. PENINGKATAN KOMPETENSI MENGATASI
MASALAH POWER SUPPLY TEGANGAN
RENDAH DENGAN PENDEKATAN PROBLEM
BASED LEARNING MELALUI MEDIA
FLOWCHART SISWA KELAS XII AUDIO
VIDEO SMK
12. UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN
HASIL BELAJAR MERAKIT KOMPONEN
ELEKTRONIKA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN PROJECT WORK PADA
SISWA KELAS XI EA SMK
13. MENINGKATKAN MINAT BELAJAR BIDANG
BIMBINGAN PRIBADI DAN SOSIAL
MATERI PENTINGNYA MENGATUR WAKTU
DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMK
DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN
INFORMASI
14. PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR
MELALUI BIDANG BIMBINGAN PRIBADI
DAN SOSIAL MATERI MENGATASI STRES
DAN DEPRESI SISWA KELAS VIII SMK
DENGAN LAYANAN KELOMPOK
15. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF METODE BERFIKIR &
BERBAGI (THINK PAIR AND SHARE
METHOD) UNTUK MENINGKATKAN

5
HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN KKPI
SISWA KELAS X ADMINISTRASI
PERKANTORAN SMK
16. PENERAPAN TEKNIK RESITASI GUNA
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS
DESKRIPSI MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA PADA SISWA KELAS XI PROGRAM
KEAHLIAN AKUNTANSI SMK
17. UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN
BERBICARA BAHASA INGGRIS MELALUI
METODE SIMULASI SPEAKING AND
LISTENING GAME SISWA KELAS X1 ANALISIS

KIMIA SMK
18. MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN
KREATIVITAS SISWA DALAM MEMPELAJARI
PROGRAM MICROSOFT EXCEL MELALUI
METODE TUTOR SEBAYA PADA SISWA
TINGKAT X SMK
19. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN
KUALITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA
KELAS X AKUNTANSI SMK
20. PENERAPAN METODE KOOPERATIF JIGSAW
DALAM PEMBELAJARAN PKN GUNA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK
CD 5 PTK TK (Taman Kanak-Kanak):
Isi CD: dalam 1 CD telah berisi 1 buah laporan
lengkap PTK TK (BAB I sd V), file bentuk Word.
1. PENINGKATAN KEMAMPUAN BIDANG
PENGEMBANGAN KOGNITIF MELALUI MIND
MAP PLUS SISWA TK
CD 6 PTS:
Isi CD: dalam 1 CD telah berisi 5 buah laporan
lengkap PTS (BAB I sd V), file bentuk Word.
1. UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN GURU
DALAM KEHADIRAN MENGAJAR DIKELAS
MELALUI PENERAPAN REWARD AND
PUNISHMENT DI SMP
2. UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN GURU
MELALUI SISTEM REWARD DAN PUNISHMENT
GUNA MENUNJANG EFEKTIVITAS PROSES
BELAJAR MENGAJAR DI SMA
3. IMPLEMENTASI MANAJEMEN RE UNTUK
MENGURANGI JAM KOSONG,
KETERLAMBATAN GURU DATANG DI
SEKOLAH, DAN KETERLAMBATAN GURU
MASUK KELAS DI SMA
4. PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK
GURU SENI BUDAYA SMA DALAM MENYUSUN
RPP MELALUI WORKSHOP PENYUSUNAN RPP
PADA KEGIATAN MGMP SENI BUDAYA SMA
5. UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME
GURU SMP DALAM MENYUSUN DAN
MENGGUNAKAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
MELALUI SANGGAR KEGIATAN MGMP
CD 7 Kumpulan Makalah Pendidikan:
Isi CD: dalam 1 CD telah berisi 7 buah Makalah
Pendidikan, file bentuk Word.
1. Memasuki Dunia Anak: Pertumbuhan dan
Perkembangan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya
2. Peran Guru Bimbingan dan Konseling (BK)
dalam Perencanaan Passion Siswa
3. Peran Guru Dalam Meningkatkan Minat
Belajar Siswa
4. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

5. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe


Bercerita Berpasangan Pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI SD
6. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan
Kreativitas Siswa Pada Pembelajaran
Matematika SD dengan Metode
Pemecahan Masalah
7. Mudah dan Menyenangkan Belajar
Sinonim dan Antonim Dengan Kartu
Kwartet

Dapatkan daftar CD/VCD lainnya


secara lengkap, seperti RPP, Silabus,
Bahan Ajar Interaktif, dll., hanya di:

www.bahanajar.com
Salim, S.Pd & Mulyono, S.Pd

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH ( PTS )


Para sahabat sekalian selain PTK ada karya tulis ilmiah yang disebut PTS ( Penelitian
Tindakan Sekolah ) atau sebagian orang menyebut Laporan Tindakan Kepngawasan.
PTS ini biasanya diharuskan kepada Guru PNS yang mau mengajukan kenaikan
pangkat atau Pengawas yang juga mau naik pangkat. Penelitian tindakan sekolah
tidak jauh beda dengan PTK, cuma dalam PTS ruang lingkupnya agak lebih luas,
karena kebanyakan penelitiannya melibatkan sekolah-sekolah lain, misalnya
workshop, KKG, MGMP dll yang bisa dijadikan untuk bisa melakukan penelitian. oleh
karena itu disini saya menyediakan PTS silahkan dibaca dan didownload,semoga
bisa dijadikan refrensi pada sekolah anda masing-masing.

KODE PTS 001


MODEL PEMBINAAN CLCK ( CONTOH LATIHAN CONTROL KERJA MANDIRI ) DALAM
PROGRAM. UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DI....
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTS 002


UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU DALAM MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN
MINIMAL ( KKM ) MELALUI WORKSHOP DI TAHUN.....
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTS 003


MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MEMANFAATKAN LINGKUNGAN
SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR MELALUI DISKUSI ....DI......
BACA SELENGKAPNYA DISINI
KODE PTS 004
UPAYA MENIGKATKAN DISIPLIN GURU DALAM KEHADIRAN MENGAJAR DI KELAS
MELALUI PENERAPAN REWARD AND PUNISHMENT DI SMP ....................................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTS 005


MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN ULANGAN SEMESTER
MELALUI RAPAT KERJA MGMP DI.........
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTS 007


MENINGKATKAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DALAM MENYUSUN RENCANA
PENGEMBANGAN SEKOLAH MELALUI WORKSHOP DI.......
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTS 008


IMPLEMENTASI MANAJEMEN RE UNTUK MENGURANGI JAM KOSONG,
KETERLAMBATAN GURU DATANG DI SEKOLAH, DAN KETERLAMBATAN GURU
MASUK KELAS DI SMA ..........................................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

by Nur Salim, S.Pd & Mulyono, S.Pd

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )


Para sahabat guru sekalian, pada era sekarang ini dalam proses belajar mengajar,
seorang guru selain mengajarkan ilmu pengetahuan kepada siswa, seorang guru

harus tau tentang permasalahan yang dihadapi oleh siswa tersebut, karena
permasalahan siswa tersebut bisa mengakibatkan pengaruh terhadap proses
belajar mengajar, oleh karena itu kita sebagai seorang guru harus menguji
pelajaran yang kita ajarkan kepada siswa dengan bermacam metode yang kita
punya, sehingga kita akan tau tentang keberhasilan dan tidak keberhasilan siswa
dalam belajarnya, kalau seandainya siswa tidak bisa memahami pelajaran yang kita
sampaikan dengan metode yang kita pakai, kita kroscek metodenya yang kurang
baik, apa siswanya yang punya masalah? sehingga mereka kurang fokus dalam
belajarnya, oleh karena itu untuk mengetahui tingkat keberhasilan siwa kalau diukur
dengan metode yang kita ajarkan, maka kita diharuskan membuat suatu karya
ilmiah, yang biasa kita sebut dengan PTK. disini saya mempunyai koleksi laporan
Penelitian Tindakan Kelas, silahkan dibaca, mudah-mudahan bisa dijadikan refrensi
dalam penulisan karya ilmiah di Sekolah anda masing-masing.
KODE PTK 001 ( Bhs. Indonesia )
PENERAPAN METODE BELAJAR TUNTAS DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
MENGARANG BAHASA INDONESIA KELAS....
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 002 ( IPA )


PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH YANG
EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN PRESTASI DAN PENGUASAAN MATERI PELAJARAN
IPA PADA SISWA.....
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 003 ( IPS )


PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA ......
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 004 ( Matematika )


UPAYA MEMBANTU SISWA MENGINGAT KEMBALI MATERI PELAJARAN MATEMATIKA
LEWAT METODE BELAJAR AKTIF MODEL MENINJAU KEMBALI KESULITAN MATERI
PELAJARAN PADA SISWA.....
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 005 ( PKn )


PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PKn MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF
MODEL STRUKTURAL PADA SISWA .....
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 006 ( IPS )


METODE BELAJAR AKTIF MODEL PENGAJARAN TERARAH DALAM MENINGKATKAN
PRESTASI DAN PEMAHAMAN PELAJARAN IPS PADA SISWA ....
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 007 ( IPS )


UPAYA PEMBELAJARAN TERSTRUKTUR DENGAN PEMBERIAN TUGAS DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD ...........
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 008 ( PAI )


PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN
MODEL PENGAJARAN TUNTAS PADA SISWA KELAS IV SD ......................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 009 ( PAI )


PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN
DITERAPKANNYA METODE DOMONSTRASI PADA SISWA KELAS IV SD ...................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 010 ( Sejarah )

PENINGKATAN RANAH KOGNITIF DAN AFEKTIF PESERTA DIDIK KELAS X SMA X PADA
MATA PELAJARAN SEJARAH DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING ( CTL ) DENGAN MODEL P A S A ( PICTURES AND STUDENT AKTIVE )
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 011 ( Bhs. Indonesia )


METODE PEMBELAJARAN IMAJINATIF DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
MENGARANG BAHASA INDONESIA PADA SISWA V
SD ..........................................................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 012 ( Bhs. Indonesia )


PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN PENERAPAN MODEL
PENGAJARAN KOLABORASI PADA SISWA KELAS VI SD ........................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 013 ( IPA )


MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN
PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS IV SD .................................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 014 ( Bhs. Indonesia )


EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL PERANAN EKSPLORASI PUSTAKA
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PADA SISWA KELAS IV
SDN .........................................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 015 ( Penjas )


MENGEMBANGKAN PRESTASI OLAHRAGA BOLA VOLY DI KELAS... MELALUI METODE
EKSPERIMEN

BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 016 ( Bhs. Inggris ) Untuk SMP


MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF MODEL TGT PADA SISWA KELAS ......................SMP ...........................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 017 ( Pend. Agama Islam )


MENINGKATKAN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS
BELAJAR DAN RESITASI PADA SISWA ................................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 018 ( Pend. Agama Islam )


UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN
MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER PADA
SISWA ......................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 019 ( Matematika )


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN
KOOPERATIF MODEL STAD PADA SISWA KELAS ...............................................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 020 ( Bhs. Indonesia )


METODE DEMONSTRASI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PROSES BELAJAR DAN HASIL
BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA SISWA ....................................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 021 ( IPA )


STRATEGI BELAJAR MENGAJAR DENGAN MENERAPKAN METODE DEMONSTRASI
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS ...................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 022 ( PKN )


UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn MELALUI METODE
PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD PADA SISWA ...........................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 023 ( IPS )


METODE BELAJAR AKTIF MODEL PENGAJARAN TERARAH DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI DAN PEMAHAMAN PELAJARAN IPS PADA
SISWA ...............
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 024 ( Penjas Kes )


UPAYA MENINGKATKAN KELINCAHAN DAN KECEPATAN DALAM BERMAIN
SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS ...........................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 025 ( Kimia STAD ) untuk SMA


PENINGKATAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA KELAS X PADA KOMPETENSI
DASAR STRUKTUR ATOM, SIFAT-SIFAT PERIODIK UNSUR DAN IKATAN KIMIA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI
SMA ................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 026 ( Bhs. Indonesia ) untuk SMA

MENINGKATKAN KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA (KEM) DENGAN


MENGGUNAKAN METODE KLOS, SISWA KELAS XI
SMA ......................................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 027 ( Matematika )


MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERPANGKATAN
MELALUI PENERAPAN METODE MAKE-A MATCH PADA SISWA KELAS IV
SD ............
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 028 ( Bahasa Indonesia )


UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PADA MATA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN GAMBAR SERI
PADA KELAS IV SD ..........................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 029 ( IPA )


MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN ALAT
PERAGA ELEKTROMAGNET SISWA KELAS V
SDN ............................................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 030 ( PenjasKes )


PENERAPAN METODE INKUIRI PADA MATA PELAJARAN PENJASKES UNTUK
MENINGKATKAN TEKNIK BERMAIN BOLA TANGAN PADA SISWA.
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 031 ( IPA BIOLOGI ) Untuk SMA

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA


BIDANG STUDI BIOLOGI MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS X
SMA .......................................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 032 ( IPS ) Untuk SMP


MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI METODE PENGAJARAN
BERBASIS TUGAS/PROYEK PADA SMP....................
KELAS ..............................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 033 ( IPA BIOLOGI ) Untuk SMP


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE OBSERVASI YANG
DIVARIASIKAN DENGAN LKS WORD SQUARE PADA MATERI KLASIFIKASI
HEWAN DI SMP ..........KELAS VII.....
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 034 ( MTK )


EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MATERI PELAJARAN BANGUN DATAR DENGAN
METODE STAD DAN ALAT BANTU MBDW PADA PESERTA DIDIK KELAS V
SD .............................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 035 ( IPA )


UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE
PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY) PADA SISWA KELAS VI
SDN ......................................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 036 ( Bhs. Indonesia )

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI DAN KUALITAS BELAJAR BAHASA


INDONESIA PADA MATERI BERBICARA DAN MEMBACA DENGAN
MENERAPKAN METODE STAD DAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA
KELAS VI SDN .................................................
BACA SELENGKAPNYA DISINI
KODE PTK 037 ( IPA FISIKA ) Untuk SMP
UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN SISWA MERANGKAIKAN ALAT-ALAT
UNTUK MENGOPTIMALKAN METODE EKSPERIMENT PADA SISWA KELAS IX
DI SMP ..............
BACA SELENGKAPNYA DISINI
KODE PTK 038 ( Bhs. Inggris ) Untuk SMP
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER PADA
SISWA KELAS VIII SMP ....
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 039 ( PAI )


UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAKEM PADA SISWA KELAS
VI SDN ...............
BACA SELENGKAPNYA DISINI
KODE PTK 040 ( Bahasa Inggris )
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN
MENERAPKAN METODE KOOPERATIF MODEL JIGSAW PADA SISWA
KELAS ..... SDN ........................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 041 ( Bahasa Indonesia )


PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA MELALUI ALAT PERAGA PADA
SISWA KELAS 1 SDN ......................

BACA SELENGKAPNYA DISINI


KODE PTK 042 ( IPS )
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI
GABUNGAN METODE CERAMAH DENGAN METODE BELAJAR AKTIF MODEL
PENGAJARAN AUTENTIK PADA SISWA KELAS ............... SDN .......................
BACA SELENGKAPNYA DISINI
KODE PTK 043 ( MATEMATIKA )
PENERAPAN METODE KOOPERATIF MODEL GROUP INVESTIGATION SEBAGAI
ALTERNATIF MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA
KELAS ............. SDN ................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 044 ( IPS )


GABUNGAN METODE CERAMAH DENGAN METODE KERJA KELOMPOK TERHADAP
HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS ...............SDN ............... TAHUN
PELAJARAN .........................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 045 ( IPA )


MENINGKATKAN MUTU DAN MOTIVASI BELAJAR IPA DENGAN MENERAPKAN
PENGAJARAN BERBASIS INKUIRI PADA SISWA KELAS ............. SDN ....... TAHUN
PELAJARAN ....................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 046 ( MATEMATIKA )


MENERAPKAN METODE KOOPERATIF MODEL TGT SEBAGAI ALTERNATIF
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V
SDN ................ TAHUN PELAJARAN ...................................
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 047 ( PAI )


UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN
MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORASI PADA SISWA KELAS ........
SDN ........ TAHUN PELAJARAN .......................
BACA SELENGKAPNYA DISINI
KODE PTK 048 ( MATEMATIKA )
PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN TENTANG LUAS BANGUN MELALUI MODEL
KOOPERATIF STAD DAN KUIS PADA SISWA KELAS VI SDN ....... TAHUN
PELAJARAN ..........
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 049 ( MATEMATIKA )


UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGERJAKAN SOAL CERITA
PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE BERMAIN KARTU SOAL BAGI
SISWA KELAS VI SDN .......................... TAHUN PELAJARAN 2008/2009.
BACA SELENGKAPNYA DISINI

KODE PTK 050 ( MATEMATIKA )


MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN
MENERAPKAN METODE PEMBERIAN BALIKAN PADA SISWA KELAS VI SDN ...................
TAHUN PELAJARAN 2007/2008.
BACA SELENGKAPNYA DISINI

PENELITIAN TINDAKAN KELAS


(CLASSROOM ACTION RESEARCH)
Apakah Penelitian Tikdakan Kelas (PTK) itu ?
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian pembelajaran yang
berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah
pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan
mencobakan hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran.

Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku para anggotanya, PTK dapat berbentuk individual
dan kaloboratif, yang dapat disebut PTK individual dan PTK kaloboratif. Dalam PTK
individual seorang guru melaksanakan PTK di kelasnya sendiri atau kelas orang lain,
sedang dalam PTK kaloboratif beberapa orang guru secara sinergis melaksanakan PTK di
kelas masing-masing dan diantara anggota melakukan kunjungan antar kelas.,...... (baca
selanjutnya klik disini)
BERITA DARI LEMBAGA PENELITIAN UNP
Baru-baru ini, Lembaga Penelitian UNP baru saja selesai menyelenggarakan Program Kerja
sama dengan Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK).
Program tersebut berbentuk kepercayaan yang diberikan kepada Lemlit UNP untuk melatih
para guru SD, SMP, SMA, dan SMK sebanyak 100 orang per tahun untuk kawasan Sumatra
dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap setiap tahunnya per wilayah. Untuk
kesempatan tahun ini, wilayah yang terpilih adalah Wilayah Sumatra Barat yang dipilih
secara acak dan yang terpilih adalah wilayah Pesisir Selatan, Solok, Padang Panjang, dan
Pariaman. Pada tahun kedua, direncanakan Lemlit UNP sudah dapat memperluas wilayah
ke daerah tetangga, seperti Propvinsi Riau, Jambi, Bengkulu. Pada tahun ketiga diharapkan
sudah menjangkau wilayah-wilayah lainnya yang masih belum dijangkau. Setelah
penelitian selesai, para guru membuat laporan penelitian dan kemudian dialihkan menjadi
sebuah artikel yang akan dimuat di dalam Jurnal Pendidikan yang ada di UNP.
Pelaksanaan program terdiri dari beberapa aktivitas yang secara kronologis adalah seperti
berikut... (baca selengkapnya klik disini)
LAPOROAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN ARTIKEL
Berikut ada beberapa laporan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
penelitian lainnya dan Artikel, untuk membacanya klik judul laporan berikut:
LAPOROAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

No.

JUDUL LAPORAN

PENELITI

1.

Motivasi, Sikap Tehadap


Mengajar dan Konsep Diri
Mahasiswa FKIP Universitas
Lampung tahun 2001

DR. Nandang Kosasih


Ananda, Dosen FKIP
Universitas Lampung

2.

Peningkatan Kecepatan Efektif


Membaca (KEM) dengan teknik
Tri Steve Snyder

Muhammad Sarwono, Guru


Bahasa Indonesia SLTPN 3
Patebon Kabupaten Kendal,
Jawa Tengah.

3.

Upaya Meningkatkan
Keterampilan Membaca
Pemahaman Melalui Penerapan
Teknik Skema

Fuad Asnawi, Guru Bahasa


Indonesia SLTP Mataram,
Kasihan. Kabupaten Bantul
D.I. Jokyakarta

4.

Peningkatan Kemampuan
Membuat Kalimat Bahsa
Inggris

Andreas Suwarno, Guru


Bahasa Inggris SLTPN 4
Muara Kelingi Kabupaten
Musi Rawas Sumatera
Selatan.

5.

Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berbicara Bahasa
inggris Melalui Teknik KWL dan
Permainan Bahasa

Jafrizal, Guru Bahasa Inggris


SLTPN 2 Bayang-Painan
Kabupaten Pesisir Selatan
Sumatera Barat.

Role Play: Suatu alternatif


pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan dalam
meningkatkan keterampilan
berbicara siswa SLTP Islam
Manbaul Ulum Gresik

Mudairin, Guru Bahasa Inggris


SLTP Islam Manbaul Ulum
Kabupaten Gresik Jawa Timur.

Efektifitas pembelajaran
Geografi melalui Metode Out
Door study Dalam upaya
meningkatkan minat belajar
siswa

Ninik Widayanti, Guru


SLTPN 2 Candipura,
Kabupaten Lumajang Jawa
Timur.

Pendekatan Joyful Learning


Dalam pembelajaran
Pendidikan Lingkungan Hidup
(PLH)

Sri Hayati, Staf Pengajar


Jurusan Geografi, Kepala
Pusat PPKLH Lembaga
Penelitian UPI

6.

7.

8.

ARTIKEL

No.

JUDUL ARTIKEL

PENULIS

1.

Reorientasi Pengembangan
Pendidikan di Era Global

Sujarwo, M.Pd. Dosen


Pendidikan Laur Sekolah FIP
Universitas Negeri
Yokyakarta

2.

Tujuh Ayat Sekolah Unggul.

A. Chaedar Al Wasilah. Guru


Besar Universitas
Pendidikan Indonesia
Bandung.

3.

Kebebasan Mimbar Aademik


Dalam Lingkup Kebebasan
Akademik

Prof. Dr. Fuad Hassan


(mantan Mendiknas) dari
Fakultas Psikologi.

4.

Otonomi Pendidikan

Dr. Marihot Manullang

5.

Membangun Kemampuan
Manajemen Pendidikan Melalui
Pemanfaatan Teknologi
Komunikasi dan Informasi
Dalam Rangka Otonomi Daerah
dan Otonomi Pendidikan

Prof. Dr. Aziz Wahab, M.A,


(Ed).Direktur Program
Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI)

6.

Kepemimpinan Kepala Sekolah


(Di Era Otonomi Pendidikan)

Prof Suyanto PhD, Rektor


Universitas Negeri
Yogyakarta, Ketua Tim
Komite Reformasi
Pendidikan.

7.

Anak-anak Karbitan

Dewi Utama Faizah (bekerja


di Direktorat Pendidikan TK
dan SD Ditjen Dikdasmen,
Depdiknas, Program
Director untuk Institut
Pengembangan Pendidikan
Karakter divisi dari
Indonesia Heritage
Foundation.

8.

Jujurkah Dunia Pendidikan Kita


?

D. Kemalawati (Guru SMK


Banda Aceh)

9.

Belajar Kejujuran di Sekolah

Tabrani Yunis (Director


Center for Community
Development and Education
(CCDE)

10. Bila Guru Mau Menulis

Tabrani Yunis (Director


Center for Community
Development and Education
(CCDE)

01/26/2009
CONTOH PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS NEGERI XXXX
PROGRAM PASCASARJANA

RANCANGAN TESIS
Diajukan oleh :
Nama : XXXX
NIM : XXXX
Program Studi : Pendidikan Matematika

A. Judul
COOPERATIVE LEARNING DAN ANALISIS SIKAP DALAM UPAYA MENGURANGI
TINGKAT KENAKALAN SISWA SMK SEBAGAI SARANA PENINGKATAN KUALITAS
LULUSAN SMK (STUDI KASUS SISWA JURUSAN TEKNIK BANGUNAN SMK DI
XXXX)
B. Pendahuluan
Berdasarkan informasi dari beberapa guru SMK di Semarang mengatakan bahwa sebagian besar
siswa SMK sangat sulit dikendalikan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Siswa banyak
yang bertindak sekeinginan hatinya. Kenyataan yang terjadi saat ini, ada guru yang sama sekali
tidak dihiraukan oleh siswanya sendiri.
Guru telah mencoba untuk mengatasinya, tetapi masih saja guru belum berhasil untuk
memecahkan masalah tersebut. Berdasarkan hasil diskusi antara guru kelas dan dosen, sampailah
pada suatu intuisi bahwa pada umumnya dalam belajar, siswa menginginkan sebuah suasana
yang harmonis dan menyenangkan. Tetapi permasalahan tidak berhenti pada hal itu saja. Konsep

menyenangkan antara guru dan siswa SMK sangatlah berbeda dan sangat sulit untuk dapat
dipertemukan kedua konsep tersebut sehingga permasalahan tersebut tetap saja berlangsung
sampai dengan saat ini.
Dengan permasalahan tersebut, yang terjadi saat ini adalah rendahnya hubungan antar personal
guru dengan siswa SMK. Guru hanya mementingkan tugas mengajar tanpa mengikutsertakan
tugas membimbingnya. Dan siswa pun akhirnya menjadi acuh tak acuh, sehinga proses
pendidikan yang terjadi di sekolah menjadi sulit diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Adanya
permasalahan tersebut dapat diduga bahwa akhirnya pembelajaran menjadi kurang bermakna
bagi siswa. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Outhred & Michelmore dalam Silberman
(2001) bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menerapkan konsep untuk memecahkan
masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari.
Pendidikan yang diberikan selama sekolah seakan-akan menjadi sia-sia. Mereka hanya secara
formalitas bersekolah hanya untuk mendapat uang saku, dan akhirnya orientasi mereka
bersekolah pun menjadi lain. Sikap seperti inilah yang kemudian dilampiaskan kepada tawuran
dan hal-hal negatif lain. Sudah menjadi rahasia umum bahwa siswa SMK mudah untuk
melakukan tawuran. Tanpa ikatan yang kuat dari sekolah bukan hal yang mustahil jika setiap hari
terjadi perkelahian di sebuah SMK.
Untuk mengatasi permasalahan yang diuraikan tersebut perlu adanya suatu penelitian yang
menerapkan suatu strategi pembelajaran tertentu yang dapat meningkatkan ketertarikan siswa
pada materi pelajaran. Selain itu juga perlu dilakukan sebuah penelitian yang mengukur sikap
siswa dan guru dalam pembelajaran. Penelitian ini difokuskan kepada siswa dan guru SMK
jurusan teknik bangunan.
C. Rumusan Masalah
Permasalahan yang telah diuraikan dalam pendahuluan dapat dirumuskan sebagai berikut.
Bagaimanakah cara untuk mengurangi tingkat kenakalan siswa SMK?
Bagaimanakah cara meningkatkan minat siswa SMK untuk belajar?
Untuk menjawab permasalahan tersebut akan di jawab melalui penelitian dengan berdasarkan
pada refleksi awal (keadaan sebelum penelitian dilakukan).
Selanjutnya permasalahan yang ada diuraikan dalam pertanyaan sebagai berikut.
a. Bagaimanakah cara untuk mengurangi tingkat kenakalan siswa SMK?
b. Metode pembelajaran yang bagaimanakah yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat
siswa SMK dalam proses pembelajaran dalam kelas?
c. Bagaimanakah hubungan guru dan siswa SMK yang seharusnya?
D. Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan akan dilakukan kegiatan sebagai berikut.
Untuk memecahkan masalah pertama dilakukan dengan mengadakan diskusi antar pihak yang
terkait di luar siswa yang bersangkutan, kemudian dirumuskan pemecahannya. Selain itu
dilakukan penelitian kualitatif yang menganalisis sikap siswa dan hubungannya dengan guru di
kelas.

Untuk memecahkan masalah kedua akan digunakan strategi pembelajaran kooperatif, di mana
dalam metode ini dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran
penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan
keterampilan sosial.
Untuk memecahkan masalah ketiga peneliti akan menggunakan analisis sikap guru dan siswa.
Guru dan siswa diberikan angket untuk mengetahui sejauhmana sikap guru terhadap siswa dan
sebaliknya sejauhmana sikap siswa terhadap guru kelasnya. Dengan analisis sikap ini nantinya
akan dapat dirumuskan solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
E. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Kooperatif
Dalam strategi pembelajaran perlu dikembangkan suatu strategi pembelajaran yang
memungkinkan siswa belajar aktif . Belajar aktif meliputi
...............................................................dst.
Pendahuluan
Anda adalah guru yang sudah banyak jam terbangnya, bukan? Pasti Anda punya banyak
pengalaman, baik manis maupun pahit, dalam mengajar. Pengalaman manis dapat Anda rasakan
ketika siswa-siswa Anda berhasil meraih prestasi, yang sebagian merupakan kontribusi Anda.
Dan, Anda pasti menginginkan siswa-siswa Anda selalu berhasil meraih prestasi terbaik. Namun,
mungkin keinginan Anda yang mulia tersebut lebih sering tidak tercapai karena berbagai alasan.
Misalnya, mungkin Anda sering menemukan siswa-siswa tidak bersemangat, kurang termotivasi,
kurang percaya diri, kurang disiplin, kurang bertanggung jawab dsb. Pasti Anda sudah
melakukan upaya untuk mengatasinya, tetapi mungkin hasilnya masih jauh dari yang Anda
inginkan.

Dan Anda masih ingin mengatasi masalah-masalah yang Anda temukan di kelas, bukan?
Mengapa tidak mencoba mengatasinya lewat suatu kegiatan penelitian tindakan? Mendengar
kata penelitian mungkin Anda ingat pengalaman pahit ketika dulu meneliti untuk skripsi Anda
karena harus mengembangkan instrumen yang berkali-kali direvisi atas saran dosen
pembimbing, harus minta ijin ke sana ke sini, harus terjun ke lapangan menemui responden,
yang tidak selalu menyambut dengan ramah kedatangan Anda, harus kecewa karena angket tidak
semua dikembalikan, harus menganalisis data dan seirng tersandung masalah statistik, dan
setelah analisis selesai, harus kecewa karena hasilnya tidak selalu siap dipraktikkan di dunia
nyata. dsb. Singkatnya, kegiatan penelitian tidak mudah karena pertanggungjawaban teoretisnya
cukup berat.
Anda tidak perlu mengalami itu semua ketika Anda melakukan penelitian tindakan.
Mengapa? Karena jenis penelitian ini memang berbeda dengan jenis penelitian lain. Kalau jenis
penelitian lain layaknya dilakukan oleh para ilmuwan di kampus atau lembaga penelitian,
penelitian tindakan layaknya dilakukan oleh para praktisi, termasuk Anda sebagai guru. Kalau

jenis penelitian lainnya untuk mengembangkan teori, penelitian tindakan ditujukan untuk
meningkatkan praktik lapangan. Jadi penelitian tindakan adalah jenis penelitian yang cocok
untuk para praktisi, termasuk guru.
Mari kita bicarakan hal ikhwal tentang penelitian tindakan. Kalau Anda pernah
mempelajarinya, pembicaraan ini berfungsi untuk menyegarkan kembali atau memperkaya apa
yang telah Anda ketahui. Kalau Anda belum tahu banyak, lewat pembicaraan ini Anda akan
mengenalnya, memahaminya, dan akhirnya berminat untuk melaksanakannya, untuk mencapai
cita-cita Anda yang mulia, yaitu meningkatkan keberhasilan mendidik, mengajar dan melatih
murid-murid Anda, yang akan memberikan sumbangan yang signifikan pada peningkatkan
kualitas pendidikan nasional. Seperti tercantum dalama UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas, Pasal
3, pendidikan nasional befungsi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, yang merupakan salah
satu tujuan kemerdekaan bangsa kita, seperti dinyatakan pada alinea keempat Pembukaan UUD
1945. Oleh sebab itu, upaya Anda untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas merupakan
amalan mulia karena memberikan kontribusi dalam mengisi kemerdekaan yang telah direbut
lewat pengorbanan yang tidak sedikit.
Mari kita menyamakan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan penelitian
tindakan kelas (PTK).

Apa yang Dimaksud dengan PTK dan Apa Ciri-cirinya?


Karena penelitian tindakan cocok untuk para praktisi yang bergelut dengan dunia nyata,
maka ia cocok untuk Anda sebagai guru. Anda mungkin heran kenapa istilah penelitian yang
biasanya berkenaan dengan teori sekarang dijodohkan dengan istilah tindakan. Keheranan Anda
tidak berlebihan karena memang jenis penelitian ini tergolong muda dibandingkan dengan
penelitian tradisional yang telah ratusan tahun dikembangkan. Uraian beberapa butir di bawah ini
akan dapat membantu Anda dalam memahami apa yang dimaksud dengan penelitian tindakan
(Silakan baca Burns, 1999: 30; Kemmis & McTaggrt, 1982: 5; Reason & Bradbury, 2001: 1).
Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk
meningkatkan situasi praktis. Tentu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan
untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dan ia disebut
penelitian tindakan kelas atau PTK.
Apakah kegiatan penelitian tindakan tidak akan mengganggu proses pembelajaran? Sama
sekali tidak, karena justru ia dilakukan dalam proses pembelajaran yang alami di kelas sesuai
dengan jadwal. Kalau begitu, apakah penelitian tindakan kelas (PTK) bersifat situasional,
kontekstual, berskala kecil, terlokalisasi, dan secara langsung gayut (relevan) dengan situasi
nyata dalam dunia kerja? Benar. Apakah berarti bahwa subyek dalam PTK termasuk muridmurid Anda? Benar. Lalu bagaimana cara untuk menjaga kualitas PTK? Apakah boleh
bekerjasama dengan guru lain? Benar. Anda bisa melibatkan guru lain yang mengajar bidang
pelajaran yang sama, yang akan berfungsi sebagai kolaborator Anda.

Karena situasi kelas sangat dinamis dalam konteks kehidupan sekolah yang dinamis pula,
apakah peneliti perlu menyesuaikan diri dengan dinamika yang ada? Benar. Anda memang
dituntut untuk adaptif dan fleksibel agar kegiatan PTK Anda selaras dengan situasi yang ada,
tetapi tetap mampu menjaga agar proses mengarah pada tercapainya perbaikan. Hal ini menuntut
komitmen untuk berpartisipasi dan kerjasama dari semua orang yang terlibat, yang mampu
melakukan evaluasi diri secara kontinyu sehingga perbaikan demi perbaikan, betapapun
kecilnya, dapat diraih. Kalau begitu, apakah diperlukan kerangka kerja agar masalah praktis
dapat dipecahkan dalam situasi nyata? Benar. Tindakan dilaksanakan secara terencana, hasilnya
direkam dan dianalisis dari waktu ke waktu untuk dijadikan landasan dalam melakukan
modifikasi.

Apa syarat-syarat agar PTK Anda berhasil?


Untuk dapat meraih perubahan yang diinginkan melalui PTK, apakah ada syarat-syarat
lain? Betul, silakan baca McNiff, Lomax dan Whitehead (2003). Pertama, Anda dan kolaborator
serta murid-murid harus punya tekad dan komitmen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
dan komitmen itu terwujud dalam keterlibatan mereka dalam seluruh kegiatan PTK secara
proporsional. Andil itu mungkin terwujud jika ada maksud yang jelas dalam melakukan
intervensi tersebut. Kedua, Anda dan kolaborator menjadi pusat dari penelitian sehingga dituntut
untuk bertanggung jawab atas peningkatan yang akan dicapai. Ketiga, tindakan yang Anda
lakukan hendaknya didasarkan pada pengetahun, baik pengetahuan konseptual dari tinjauan
pustaka teoretis, maupun pengetahuan teknis prosedural, yang diperoleh lewat refleksi kritis dan
dipadukan dengan pengalaman orang lain dari tinjauan pustaka hasil penelitian tindakan),
berdasarkan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Refleksi kritis dapat dilakukan dengan baik
jika didukung oleh keterbukaan dan kejujuran terhadap diri sendiri, khususnya kejujuran
mengakui kelemahan/kekurangan diri. Keempat, tindakan tersebut dilakukan atas dasar
komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat diubah ke arah perbaikan. Kelima, penelitian
tindakan melibatkan pengajuan pertanyaan agar dapat melakukan perubahan melalui tindakan
yang disadari dalam konteks yang ada dengan seluruh kerumitannya. Keenam, Anda mesti
mamantau secara sistematik agar Anda mengetahui dengan mudah arah dan jenis perbaikan,
yang semuanya berkenaan dengan pemahaman yang lebih baik terkadap praktik dan pemahaman
tentang bagaimana perbaikan ini telah terjadi. Kutujuh, Anda perlu membuat deskripsi otentik
objektif (bukan penjelasan) tentang tindakan yang dilaksanakan dalam riwayat faktual,
perekaman video and audio, riwayat subjektif yang diambil dari buku harian dan refleksi dan
observasi pribadi, dan riwayat fiksional. Kedelapan, Anda perlu memberi penjelasan tentang
tindakan berdasarkan deskripsi autentik tersebut di atas, yang mencakup (1) identifikasi maknamakna yang mungkin diperoleh (dibantu) wawasan teoretik yang relevan, pengaitan dengan
penelitian lain (misalnya lewat tinjauan pustaka di mana kesetujuan dan ketidaksetujuan dengan
pakar lain perlu dijelaskan), dan konstruksi model (dalam konteks praktik terkait) bersama
penjelasannya; (2) mempermasalahkan deskripsi terkait, yaitu secara kritis mempertanyakan
motif tindakan dan evaluasi terhadap hasilnya; dan (3) teorisasi, yang dilahirkan dengan
memberikan penjelasan tentang apa yang dilakukan dengan cara tertentu. Kesembilan,Anda
perlu menyajikan laporan hasil PTK dalam berbagai bentuk termasuk: (1) tulisan tentang hasil
refleksi-diri, dalam bentuk catatan harian dan dialog, yaitu percakapan dengan dirinya sendiri;

(2) percakapan tertulis, yang dialogis, dengan gambaran jelas tentang proses percakapan
tersebut; (3) narasi dan cerita; dan (4) bentuk visual seperti diagram, gambar, dan grafik.
Kesepuluh, Anda perlu memvalidasi pernyataan Anda tentang keberhasilan tindakan Anda lewat
pemeriksaan kritis dengan mencocokkan pernyataan dengan bukti (data mentah), baik dilakukan
sendiri maupun bersama teman (validasi-diri), meminta teman sejawat untuk memeriksanya
dengan masukan dipakai untuk memperbaikinya (validasi sejawat), dan terakhir menyajikan
hasil seminar dalam suatu seminar (validasi public). Perlu dipastikan bahwa temuan validasi
selaras satu sama lain karena semuanya berdasarkan pemeriksaan terhadap penyataan dan data
mentah. Jika ada perbedaan, pasti ada sesuatu yang masih harus dicermati kembali.

Apa yang dapat Dicapai lewat Penelitian Tindakan Kelas?


Pertanyaan ini dapat diubah menjadi, Kapan Anda secara tepat dapat melakukan PTK?
Jawabnya: Ketika Anda ingin meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi tanggung jawab
Anda dan sekaligus ingin melibatkan murid-murid Anda dalam proses pembelajaran (lihat Cohen
dan Manion, 1980). Dengan kata lain, Anda ingin meningkatkan praktik pembelajaran,
pemahaman Anda terhadap praktik tersebut, dan situasi pembelajaran kelas Anda (Grundy &
Kemmis, 1982: 84). Dapat dikatakan bahwa tujuan utama PTK adalah untuk mengubah perilaku
pengajaran Anda, perilaku murid-murid Anda di kelas, dan/atau mengubah kerangka kerja
melaksanakan pembelajaran kelas Anda. Jadi, PTK lazimnya dimaksudkan untuk
mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan untuk memecahkan
masalah dengan penerapan langsung di ruang kelas.
PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas.
Di ruangan kelas, PTK dapat berfungsi sebagai (Cohen & Manion, 1980: 211): (a) alat untuk
mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi pembelajaran di kelas; (b) alat
pelatihan dalam-jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong
timbulnya kesadaran-diri, khususnya melalui pengajaran sejawat; (c) alat untuk memasukkan ke
dalam sistem yang ada (secara alami) pendekatan tambahan atau inovatif; (d) alat untuk
meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti; (e) alat untuk
menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan
masalah kelas. Ada dua butir penting yang perlu disebut di sini. Pertama, hasil penelitian
tindakan dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu saja oleh orang lain yang menginginkannya.
Kedua, penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata yang pemecahan masalahnya segera
diperlukan, dan hasil-hasilnya langsung diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait. Ketiga,
peneliti tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus pengembangan.

Kriteria dalam Penelitian Tindakan


Benarkah PTk harus memenuhi kriteria tertentu? Benar. Seperti layaknya penelitian, PTK
harus memenuhi kriteria validitas. Akan tetapi, makna dasar validitas untuk penelitian tindakan
condong ke makna dasar validitas dalam penelitian kualitatif, yaitu makna langsung dan lokal

dari tindakan sebatas sudut pandang peserta penelitiannya (Erickson, 1986, disitir oleh Burns,
1999). Jadi kredibilitas penafsiran peneliti dipandang lebih penting daripada validitas internal
(Davis, 1995, disitir oleh Burns, 1999). Karena PTK bersifat transformatif, maka kriteria yang
cocok adalah validitas demokratik, validitas hasil, validitas proses, validitas katalitik, dan
validitas dialogis, yang harus dipenuhi dari awal sampai akhir penelitian, yaitu dari refleksi awal
saat kesadaran akan kekurangan muncul sampai pelaporan hasil penelitiannya (Burns, 1999: 161162, menyitir Anderson dkk,1994).

Validitas: demokratik, hasil, proses, katalitik, dan dialoguis


Validitas Demokratik berkenaan dengan kadar kekolaboratifan penelitian dan
pencakupan berbagai suara. Dalam PTk, idealnya Anda, guru lain/pakar sebagai kolaborator, dan
murid-murid Anda masing-masing diberi kesempatan menyuarakan apa yang dipikirkan dan
dirasakan serta dialaminya selama penelitian berlangsung. Pertanyaan kunci mencakup: Apakah
semua pemangku kepentingan (stakeholders) PTK (guru, kolaborator, administrator, mahasiswa,
orang tua) dapat menawarkan pandangannya? Apakah solusi masalah di kelas Anda memberikan
manfaat kepada mereka? Apakah solusinya memiliki relevansi atau keterterapan pada konteks
kelas Anda? Semua pemangku kepentingan di atas diberi kesempatan dan/atau didorong lewat
berbagai cara yang cocok dalam situasi budaya setempat untuk mengungkapkan pendapatnya,
gagasan-gagasannya, dan sikapnya terhadap persoalan pembelajaran kelas Anda, yang fokusnya
adalah pencarian solusi untuk peningkatan praktik dalam situasi pembelajaran kelas Anda.
Misalnya, dalam kasus penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran bahasa Inggris, pada tahap refleksi awal guru-guru yang berkolaborasi untuk
melakukan penelitian tindakan kelas, siswa, Kepala Sekolah, dan juga orang tua siswa, diberi
kesempatan dan/atau didorong untuk mengungkapkan pandangan dan pendapatnya tentang
situasi dan kondisi pembelajaran bahasa Inggris di sekolah terkait. Hal ini dilakukan untuk
mencapai suatu kesepatakan bahwa memang ada kekurangan yang perlu diperbaiki dan
kekurangan tersebut perlu diperbaiki dalam konteks yang ada, atau juga disebut kesepakatan
tentang latar belakang penelitian. Selanjutnya, diciptakan proses yang sama untuk mencapai
kesepakatan tentang masalah-masalah apa yang ada, yaitu identifikasi masalah, dan tentang
masalah apa yang akan menjadi fokus penelitian atau pembatasan masalah penelitian. Kemudian,
proses yang sama berlanjut untuk merumuskan pertanyaan penelitian atau merumuskan hipotesis
tindakan yang akan menjadi dasar bagi perencanaan tindakan, yang juga dilaksanakan melalui
proses yang melibatkan semua peserta penelitian untuk mengungkapkan pandangan dan
pendapat serta gagasan-gagasannya. Proses yang mendorong setiap peserta penelitian untuk
mengungkapkan atau menyuarakan pandangan, pendapat, dan gagasannya ini diciptakan
sepanjang penelitian berlangsung.
Validitas Hasil mengandung konsep bahwa tindakan kelas Anda membawa hasil yang
sukses di dalam konteks PTK Anda. Hasil yang paling efektif tidak hanya melibatkan solusi
masalah tetapi juga meletakkan kembali masalah ke dalam suatu kerangka sedemikian rupa
sehingga melahirkan pertanyaan baru. Hal ini tergambar dalam siklus penelitian pada Gambar 1
di bawah, di mana ketika dilakukan refleksi pada akhir tindakan pemberian tugas yang
menekankan kegiatan menggunakan bahasa Inggris lewat tugas information gap, ditemukan

bahwa hanya sebagian kecil siswa menjadi aktif dan sebagian besar siswa merasa takut salah,
cemas, dan malu berbicara. Maka timbul pertanyaan baru, Apa yang mesti dilakukan untuk
mengatasi agar siswa tidak takut salah, tidak cemas, dan tidak malu sehingga dengan suka rela
aktif melibatkan diri dalam kegiatan pembelajaran? Hal ini menggambarkan bahwa pertanyaan
baru timbul pada akhir suatu tindakan yang dirancang untuk menjawab suatu pertanyaan, begitu
seterusnya sehingga upaya perbaikan berjalan secara bertahap, berkesinambungan tidak pernah
berhenti, mengikuti kedinamisan situasi dan kondisi. (Mohon dicermati uraian masing-masing
tahap dan kesinambungan masalah yang timbul). Validitas hasil juga tergantung pada validitas
proses pelaksanaan penelitian, yang merupakan kriteria berikutnya.
Validitas Proses berkenaan dengan keterpercayaan dan kompetensi, yang dapat
dipenuhi dengan menjawab sederet pertanyaan berikut: Mungkinkah menentukan seberapa
memadai proses pelaksanaan PTK Anda? Misalnya, apakah Anda dan kolaborator Anda mampu
terus belajar dari proses tindakan tersebut? Artinya, Anda dan kolaborator secara terus menerus
dapat mengkritisi diri sendiri dalam situasi yang ada sehingga dapat melihat kekurangannya dan
segera berupaya memperbaikinya. Apakah peristiwa atau perilaku dipandang dari perspektif
yang berbeda dan melalui sumber data yang berbeda agar terjaga dari ancaman penafsiran yang
simplistik atau rancu?
Dalam kasus penelitian tindakan kelas bahasa Inggris yang disebut di atas, para peneliti
dapat menentukan indikator kelas bahasa Inggris yang aktif, mungkin dengan menghitung berapa
siswa yang aktif terlibat belajar menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi lewat tugastugas yang diberikan guru, dan berapa banyak bahasa Inggris yang diproduksi siswa, yang bisa
dihitung dari jumlah kata/kalimat yang diproduksi dan lama waktu yang digunakan siswa untuk
memproduksinya, serta adanya upaya guru memfasilitasi pemelajaran siswa. Kemudian jika
keaktifan siswa terlalu rendah yang tercermin dalam sedikitnya ungkapan yang diproduksi, guru
secara kritis merefleksi bersama kolaborator untuk mencari sebab-sebabnya dan menentukan
cara-cara mengatasinya. Kalau diperlukan, siswa yang tidak aktif didorong untuk menyuarakan
apa yang dirasakan sehingga mereka tidak mau aktif dan siswa yang aktif diminta
mengungkapkan mengapa mereka aktif. Perlu juga ditemukan apakah ada perubahan pada diri
siswa sesuai dengan indikator bahwa para siswa berubah lewat tindakan pertama berupa
pemberian tugas information gap dan tindakan kedua berupa pembelakuan kriteria penilaian,
dan perubahan pada diri guru dari peran pemberi pengetahuan ke peran fasilitator dan penolong.
Begitu seterusnya sehingga pemantauan terhadap perubahan hendaknya dilakukan secara cermat
dan disimpulkan lewat dialog reflektif yang demokratik.
Perlu dicatat bahwa kompetensi peneliti dalam bidang terkait sangat menentukan kualitas
proses yang diinginkan dan tingkat kemampuan untuk melakukan pengamatan dan membuat
catatan lapangan. Dalam kasus penelitian tindakan kelas bahasa Inggris yang dicontohkan di
atas, misalnya, kualitas proses akan sangat ditentukan oleh wawasan, pengetahuan dan
pemahaman sejati peneliti tentang (1) hakikat kompetensi komunikatif, (2) pembelajaran bahasa
yang komunikatif yang mencakup pendekatan komunikatif bersama metodologi dan tekniktekniknya, dan (3) karakteristik siswanya (intelegensi, gaya belajar, variasi kognitif, kepribadian,
motivasi, tingkat perkembangan/pemelajaran) dan pengaruhnya terhadap pembelajaran bahasa
asing. Jika wawasan, pengetahuan dan pemahaman tersebut kuat, maka peneliti akan dapat
dengan lebih mudah menentukan perilaku-perilaku mana yang menunjang tercapainya perubahan

yang diinginkan dengan indikator yang tepat, dan juga perilaku-perilaku mana yang
menghambatnya.
Namun demikian, hal ini masih harus didukung dengan kemampuan untuk
mengumpulkan data, misalnya melakukan pengamatan dan membuat catatan lapangan dan
harian. Dalam mengamati, tim peneliti dituntut untuk dapat bertindak seobjektif mungkin dalam
memotret apa yang terjadi. Artinya, selama mengamati perhatiannya terfokus pada gejala yang
dapat ditangkap lewat pancainderanya saja, yaitu apa yang didengar, dilihat, diraba (jika ada),
dikecap (jika ada), dan tercium, yang terjadi pada semua peserta penelitian, dalam kasus di atas
pada peneliti, guru dan siswa. Dalam pengamatan tersebut harus dijaga agar jangan sampai
peneliti melakukan penilaian terhadap apa yang terjadi. Seperti telah diuraikan di depan, perlu
dijaga agar tidak terjadi penyampuradukan antara deskripsi dan penafsiran. Kemudian,
diperlukan kompetensi lain untuk membuat catatan lapangan dan harian tentang apa yang terjadi.
Akan lebih baik jika para peneliti merekamnya dengan kaset audio atau audio-visual sehingga
catatan lapangan dapat lengkap. Singkatnya, kompetensi peneliti dalam bidang yang diteliti dan
dalam pengumpulan data lewat pengamatan partisipan sangat menentukan kualitas proses
tindakan dan pengumpulan data tentang proses tersebut.
Validitas Katalitik terkait dengan kadar pemahaman yang Anda capai realitas kehidupan
kelas Anda dan cara mengelola perubahan di dalamnya, termasuk perubahan pemahaman Anda
dan murid-murid terhadap peran masing-masing dan tindakan yang diambil sebagai akibat dari
perubahan ini.
Dalam kasus penelitian tindakan kelas bahasa Inggris yang dicontohkan di atas, validitas
katalitik dapat dilihat dari segi peningkatan pemahaman guru terhadap faktor-faktor yang dapat
menghambat dan factor-faktor yang memfasilitasi pembelajaran. Misalnya faktor-faktor
kepribadian (lihat Brown, 2000) seperti rasa takut salah dan malu melahirkan inhibition dan
kecemasan. Sebaliknya, upaya-upaya guru untuk mengorangkan siswa dengan
mempertimbangkan pikiran dan perasaan serta mengapresiasi usaha belajarnya merupakan faktor
positif yang memfasilitasi proses pembelajaran. Selain itu, validitas katalitik dapat juga
ditunjukkan dalam peningkatan pemahaman terhadap peran baru yang mesti dijalani guru dalam
proses pembelajaran komunikatif. Peran baru tersebut mencakup peran fasilitator dan peran
penolong serta peran pemantau kinerja. Validitas katalitik juga tercermin dalam adanya
peningkatan pemahaman tentang perlunya menjaga agar hasil tindakan yang dilaksanakan tetap
memotivasi semua yang terlibat untuk meningkatkan diri secara stabil alami dan berkelanjutan.
Semua upaya memenuhi tuntutan validitas katalitik ini dilakukan melalui siklus perencanaan
tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Validitas Dialogik sejajar dengan proses review sejawat yang umum dipakai dalam
penelitian akademik. Secara khas, nilai atau kebaikan penelitian dipantau melalui tinjauan
sejawat untuk publikasi dalam jurnal akademik. Sama halnya, review sejawat dalam PTK berarti
dialog dengan guru-guru lain, bisa lewat sarasehan atau dialog reflektif dengan teman yang
kritis atau pelaku PTK lainnya, yang semuanya dapat bertindak sebagai jaksa tanpa kompromi.
Kriteria validitas dialogis ini dapat juga mulai dipenuhi ketika penelitian masih
berlangsung, yaitu secara beriringan dengan pemenuhan kriteria demokratik. Yaitu, setelah

seorang peserta mengungkapkan pandangan, pendapat, dan/atau gagasannya, dia akan meminta
peserta lain untuk menanggapinya secara kritis sehingga terjadi dialog kritis atau reflektif.
Dengan demikian, kecenderungan untuk terlalu subjektif dan simplistik akan dapat dikurangi
sampai sekecil mungkin. Untuk memperkuat validitas dialogik, seperti telah disebut di atas,
proses yang sama dilakukan dengan sejawat peneliti tindakan lainnya, yang jika memerlukan,
diijinkan untuk memeriksa semua data mentah yang terkait dengan yang sedang dikritisi.

Trianggulasi untuk Mengurangi Subjektivitas


Bagaimana Anda meningkatkan validitas PTK Anda? Tidak lain dengan meminimalkan
subjektivitas melalui trianggulasi. Anda sebagai pelaku PTK dapat menggunakan metode ganda
dan perspektif kolaborator Anda untuk memperoleh gambaran kaya yang lebih objektif. Bentuk
lain dari trianggulasi adalah: trianggulasi waktu, trianggulasi ruang, trianggulasi peneliti, dan
trianggulasi teoretis (Burns, 1999: 164). Trianggulasi waktu dapat dilakukan dengan
mengumpulkan data dalam waktu yang berbeda, sedapat mungkin meliputi rentangan waktu
tindakan dilaksanakan dengan frekuensi yang memadai untuk menjamin bahwa efek perilaku
tertentu bukan hanya suatu kebetulan. Misalnya, data tentang proses pembelajaran dengan
seperangkat teknik tertentu dapat dikumpulkan pada jam awal, tengah dan siang pada hari yang
berbeda dan jumlah pengamatan yang memadai, katakanlah 4-5 kali. Trianggulasi peneliti dapat
dilakukan dengan pengumpulan data yang sama oleh beberapa peneliti sampai diperoleh data
yang relatif konstan. Misalnya, dua atau tiga peserta penelitian dapat mengamati proses
pembelajaran yang sama dalam waktu yang sama pula. Trianggulasi ruang dapat dilakukan
dengan mengumpulkan data yang sama di tempat yang berbeda. Dalam contoh proses
pembelajaran bahasa Inggris di atas, ada dua atau tiga kelas yang dijadikan ajang penelitian yang
sama dan data yang sama dikumpulkan dari kelas-kelas tersebut. Trianggulasi teoretis dapat
dilakukan dengan memaknai gejala perilaku tertentu dengan dituntun oleh beberapa teori yang
berbeda tetapi terkait. Misalnya, perilaku tertentu yang menyiratkan motivasi dapat ditinjau dari
teori motivasi aliran yang berbeda: aliran behavioristik, kognitif, dan konstruktivis.
Reliabilitas
Reliabilitas data PTK Anda secara hakiki memang rendah. Mengapa? Karena situasi PTk
terus berubah dan proses PTK bersifat transformatif tanpa kendali apapun (alami) sehingga sulit
untuk mencapai tingkat reliabilitas yang tinggi, padahal tingkat reliabilitias tinggi hanya dapat
dicapai dengan mengendalikan hampir seluruh aspek situasi yang dapat berubah (variabel) dan
hal ini tidak mungkin atau tidak baik dilakukan dalam PTK. Mengapa tidak mungkin? Karena
akan bertentangan dengan ciri khas penelitian tindakan itu sendiri, yang salah satunya adalah
kontekstual/situasional dan terlokalisasi, dengan perubahan yang menjadi tujuannya. Penilaian
peneliti menjadi salah satu tumpuan reliabilitas PTK. Cara-cara meyakinkan orang atas
reliabilitas PTK termasuk: menyajikan (dalam lampiran) data asli seperti transkrip wawancara
dan catatan lapangan (bila hasil penelitian dipublikasikan), menggunakan lebih dari satu sumber
data untuk mendapatkan data yang sama dan kolaborasi dengan sejawat atau orang lain yang
relevan.

Kelebihan dan Kekurangan PTK


PTK memiliki kelebihan berikut (Shumsky, 1982): (1) tumbuhnya rasa memiliki melalui
kerja sama dalam PTK; (2) tumbuhnya kreativitias dan pemikiran kritis lewat interaksi terbuka
yang bersifat reflektif/evaluatif dalam PTK; (3) dalam kerja sama ada saling merangsang untuk
berubah; dan (4) meningkatnya kesepakatan lewat kerja sama demokratis dan dialogis dalam
PTK (silakan lihat Passow, Miles, dan Draper, 1985).
PTK Anda juga memiliki kelemahan: (1) kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam
teknik dasar penelitian pada Anda sendiri karena terlalu banyak berurusan dengan hal-hal praktis,
(2) rendahnya efisiensi waktu karena Anda harus punya komitmen peneliti untuk terlibat dalam
prosesnya sementara Anda masih harus melakukan tugas rutin ; (3) konsepsi proses kelompok
yang menuntut pemimpin kelompok yang demokratis dengan kepekaan tinggi terhadap
kebutuhan dan keinginan anggota-anggota kelompoknya dalam situasi tertentu, padahal tidak
mudah untuk mendapatkan pemimpin demikian.

Persyaratan Keberhasilan PTK


Agar PTK berhasil, persyaratan berikut harus dipenuhi (Hodgkinson, 1988): (1)
kesediaan untuk mengakui kekurangan diri; (2) kesempatan yang memadai untuk menemukan
sesuatu yang baru; (3) dorongan untuk mengemukakan gagasan baru; (4) waktu yang tersedia
untuk melakukan percobaan; (5) kepercayaan timbal balik antar orang-orang yang terlibat; dan
(6)pengetahuan tentang dasar-dasar proses kelompok oleh peserta penelitian.

Penelitian Tindakan Kolaboratif


Kolaborasi atau kerja sama perlu dan penting dilakukan dalam PTK karena PTK yang
dilakukan secara perorangan bertentangan dengan hakikat PTK itu sendiri (Burns, 1999).
Beberapa butir penting tentang PTK kolaboratif Kemmis dan McTaggart (1988: 5; Hill &
Kerber, 1967, disitir oleh Cohen & Manion, 1985, dalam Burns, 1999: 31): (1) penelitian
tindakan yang sejati adalah penelitian tindakan kolaboratif, yaitu yang dilakukan oleh
sekelompok peneliti melalui kerja sama dan kerja bersama, (2) penelitian kelompok tersebut
dapat dilaksanakan melalui tindakan anggota kelompok perorangan yang diperiksa secara kritis
melalui refleksi demokratik dan dialogis; (3) optimalisasi fungsi PTK kolaboratif dengan
mencakup gagasan-gagasan dan harapan-harapan semua orang yang terlibat dalam situasi terkait;
(4) pengaruh langsung hasil PTK pada Anda sebagai guru dan murid-murid Anda serta sekaligus
pada situasi dan kondisi yang ada.
Kolaborasi atau kerja sama dalam melakukan penelitian tindakan dapat dilakukan
dengan: mahasiswa; sejawat dalam jurusan/sekolah/lembaga yang sama; sejawat dari

lembaga/sekolah lain; sejawat dengan wilayah keahlian yang berbeda (misalnya antara guru dan
pendidik guru, antara guru dan peneliti; antara guru dan manajer); sejawat dalam disiplin ilmu
yang berbeda (misalnya antara guru bahasa asing dan guru bahasa ibu); dan sejawat di negara
lain (Wallace, 1998).

Prinsip-prinsip penelitian tindakan kolaboratif


Tiga tahap PTK kolaboratif adalah: prakarsa, pelaksanaan, dan diseminasi (Burns, 1999:
207-208). Butir-butir tentang prakarsa yang perlu dipertimbangkan dalam PTK Anda (Burns,
1999: 207):
1. Sejauh dapat dilakukan, agenda PTK tindakan hendaknya ditarik dari kebutuhankebutuhan, kepedulian dan persyaratan yang diungkapkan oleh semua pihak Anda sendiri,
sejawat, kepala sekolah, murid-murid, dan/atau orangtua murid) yang terlibat dalam konteks
pembelajaran/kependidikan di kelas/sekolah Anda;
2. PTK Anda hendaknya benar-benar memanfaatkan keterampilan, minat dan keterlibatan
Anda sebagai guru dan sejawat;
3. PTK Anda hendaknya terpusat pada masalah-masalah pembelajaran kelas Anda, yang
ditemukan dalam kenyataan sehari-hari. Namun demikian, hasil PTK Anda daapt juga
memberikan masukan untuk pengembangan teori pembelajaran bidang studi Anda;
4. Metodologi PTK Anda hendaknya ditentukan dengan mempertimbangkan persoalan
pembelajaran kelas Anda yang sedang diteliti, sumber daya yang ada dan murid-murid sebagai
sasaran penelitian.
5. PTK Anda hendaknya direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara kolaboratif.
Tujuan, metode, pelaksanaan dan strategi evaluasi hendaknya Anda negosiasikan dengan
pemangku kepentingan (stakeholders) terutama penelitian Anda, sejawat, murid-murid, dan
kepala sekolah (yang mungkin diperlukan dukungan kebijakannya).
6. PTK Anda hendaknya bersifat antardisipliner, yaitu sedapat mungkin didukung oleh
wawasan dan pengalaman orang-orang dari bidang-bidang lain yang relevan, seperti ilmu jiwa,
antropologi, dan sosiologi serta budaya. Jadi Anda dapat mencari masukan dari teman-teman
guru atau dosen LPTK yang relevan.
Dalam PTK, butir-butir pelaksanaan di bawah harus dipertimbangkan (Burns, 1999:
207-208):
1. Anda sebagai pelaku PTK hendaknya berupaya memperoleh keterampilan dan
pengetahuan yang dibutuhkan untuk melaksanakannya. Upayakan mendapatkan dari pemimpin
dukungan dan bantuan secara terus menerus dalam tahap-tahap pelaksanaan, diseminasi, dan
tindak-lanjut penelitiannya.

2. PTK Anda selayaknya dilakukan dalam kelas sendiri.


3. PTK Anda akan berjalan dengan baik jika terkait dengan program peningkatan guru
dan pengembangan materi di sekolah atau wilayah sendiri.
4. PTK Anda hendaknya dipadukan dengan komponen evaluasi.
Dalam tahap diseminasi PTK perlu dipertimbangkandua butir berikut (Burns, 1999: 208)
1. Bentuk pelaporan hasil penelitian tindakan ditentukan oleh audiens sasaran. Jika
audiens sasarannya adalah guru-guru bahasa Inggris di SD, misalnya, bentuk laporannya berbeda
dengan jika audiens sasarannya adalah pendidik guru bahasa Inggris di universitas.
2. Jaringan kerja dan mekanisme yang tersedia di dalam lembaga pendidikan Anda
hendaknya digunakan untuk menyebarkan hasil penelitian terkait. Misalnya, penyebaran hasil
penelitian dilakukan lewat simposium guru, sarasehan MGMP, atau seminar daerah.

Kelebihan dan Kelemahan PTK Kolaboratif


Apa kelemahan dan kelebihan PTK? Kelebihannya seperti dikatakan Burns (1999: 13)
sebagai berikut. Proses penelitian kolaboratif memperkuat kesempatan bagi hasil penelitian
tentang praktik pendidikan untuk diumpanbalikkan ke sistem pendidikan dengan cara yang lebih
substansial dan kritis. Proses tersebut mendorong guru untuk berbagi masalah-masalah umum
dan bekerja sama sebagai masyarakat penelitian untuk memeriksa asumsi, nilai dan keyakinan
yang sedang mereka pegang dalam kultur sosio-politik lembaga tempat mereka bekerja. Proses
kelompok dan tekanan kolektif kemungkinan besar akan mendorong keterbukaan terhadap
perubahan kebijakan dan praktik. Penelitian tindakan kolaboratif secara potensial lebih
memberdayakan daripada penelitian tindakan yang dilakukan secara individu karena
menawarkan kerangka kerja yang mantab untuk perubahan keseluruhan.
Selain itu, ada kelebihan lain dari PTK kolaboratif (Wallace, 1998: 209-210): (1)
kedalaman dan cakupan, yang artinya makin banyak orang terlibat dalam proyek penelitian
tindakan, makin banyak data dapat dikumpulkan, apakah dalam hal kedalaman (misalnya studi
kasus kelas bahasa Inggris) atau dalam hal cakupan (misalnya beberapa studi kasus suplementer;
populasi yang lebih besar), atau dalam keduanya dan ini disebabkan makin banyak perspektif
yang digunakan akan makin intensif pemeriksaan terhadap data atau makin luas cakupan
persoalan dalam hal tim peneliti saling berkolaborasi dalam meneliti kelasnya masing-masing;
(2) Validitas dan reliabilitas, yaitu keterlibatan orang lain akan mempermudah penyelidikan
terhadap satu persoalan dari sudut yang berbeda, mungkin dengan menggunakan teknik
penelitian yang berbeda (yaitu menggunakan trianggulasi); dan (3) Motivasi yang timbal lewat
dinamika kelompok yang benar, di mana bekerja sebagai anggota tim lebih bersemangat daripada
bekerja sendiri.

Kelemahan terbesar PTK kolaboratif terkait dengan sulitnya mencapai keharmonisan


kerjasama antara orang-orang yang berlatar belakang yang berbeda. Hal ini dapat dipecahkan
dengan membicarakan aturan-aturan dasar (Wallace, 1998: 210), seperti yang tersirat dalam
pertanyaan-pertanyaan berikut: Apa yang akan kita lakukan? Mengapa kita menangani masalah
ini? (Apakah kita memiliki motivasi yang sama, atau motivasi yang berbeda?) Bagaimana kita
akan melakukannya? (Siapa melakukan apa dan kapan?) Berapa banyak waktu masing-masing
dari kita akan siap dihabiskan untuk keperluan ini? Berapa sering kita akan bertemu, di mana dan
kapan? Apa hasil akhir yang diharapkan? (Suatu ceramah atau artikel; atau sekadar pengalaman
yang sama?)

Oleh : Prof. Dr. Suwarsih Madya

Anda mungkin juga menyukai