Kelas
Contoh Proposal PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS) - Penelitian ini dilakukan di
dalam kelas dengan melakukan ptk guna memperbaiki pembelajaran pada kelas.
danmeningkatkan proses belajar mengajar siswa pada kelas terntentu. Namun tidak semua kelas
yang hendak di lakukan PTK, seperti halnya tadi hanya kelas kelas tertentu, misal kelas yang
dianggap bermasalah, atau poses blajar mengajar kelas tersebut tidak optimal atau yang lainnya
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ada beberapa unusr yang terkandung di dalamnya yang
sangat khas yaitu
1. PTK di laksanakan oleh pendidik yaitu guru/pengajar, apa bila dalam kelas tersebut
terdapat masalah
2. PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dilakukan bahwa memang benar masalah yang di
hadapi oleh guru pada kelas tersebut
3. PTK memang harus didakan karena masih banyak proses pembelajaran yang harus
dimaksimalkan oleh pendidik/guru.
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
( PTK )
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE
PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS V DI SDN PAGAK 04
KECAMATAN PAGAK KABUPATEN MALANG
TAHUN PELAJARAN 2007/2008
OLEH :
PEMBAYUN SEKARWIYATI, S.Pd.
NIP. 196005171981122005
DINAS PENDIDIKAN
Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahanperubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan.
Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan.
Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah
menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perl~emangan itu terjadi karena terdorong
adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan
metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa. Bahkan
secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidi kan yang
mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan d bidang pendidikan barulah ada artinya
apabila dalam pendidiakn dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa
Indonesia yang sedang membangun.
Pada hakekatnya kegiatan beiajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal
balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen
dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan
hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral
pembelajaran.
Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan
bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu
pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan
membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras,
tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga
harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal
semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional
akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan rnembangun dirinya sendiri serta
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor guru
dalam melaksanakan proses belajar
mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan
kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai
tujuan pendidikan secara maksirnal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki
cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai
dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran
salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran
agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA. Misalnya dengan
mcmbimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu
membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan
pemahaman siswa terhadap konsepkonsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat
dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk
belajar. Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan
bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran
IPA yang diharapkan oleh guru adalah 90,00. Contoh Proposal PTK
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata dihadapi oleh
sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran
IPA sangat rendah yaitu mencapai 50,00. Hal ini disebabkan karena guru dalam proses belajar
mengajar hanya menggunakan metode ceramah, tanpa menggunakan alat peraga, dan materi
pelajaran tidak disampaikan secara kronologis.
Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan
motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat la.ngsung dalam
kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk
menemukan konsep IPA.
Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik, motivasi juga penting
dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau
seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk
belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi
itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Tugas
penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi siswa (Nur, 2001 : 3).
Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan
dan melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga
menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu metode
pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan (discovery) untuk mengungkapkan apakah
dengan model penemuan (discovery) dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar
IPA. Penulis memilih metode pembelaja.an ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa
menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. (Siadari, 2001:
4). Dalam metode pembelajaran penemuan (discovery) siswa iebih aktif dalam memecahkan
untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara
memecahkan masalah itu.
Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul "
Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar IPA dengan Metode Pembelajaran Discovery Pada
Siswa Kelas V Di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun Pelajaran
2007/2008 ".
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar helakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran discovery terhadap motivasi belajar siswa
mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak Kabupaten
Malang Tahun pelajaran 2007/2008?
2. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran
discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak
Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008?
C. Tujuan Penelitian Contoh Proposal PTK
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran
discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak
Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008.
2. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran
discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak
Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008.
D. Manfaat Penelitian
Penulis mergharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1.
Guru
Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi IPA.
2.
Siswa
Meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran-pelajaran IPA
3.
Sekolah
Memberikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk mengambil kebijakan di sekolah
tersebut.
E. HipotesisTindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan adalah sebagai berikut:
Kajian Pustaka
a.
Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah proses
mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan
dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolonggolongkan, manbuat dugaan, menjelaskan, mengukur membuat kesimpulan dan sebainya. Suatu
konsep misalnya: segi tiga, pans, demokrasi dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan
prisnsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan akan mengembang. Dalam teknik ini siswa
dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya
membimbing dan memberikan instruksi.
Dr. J. Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar sendiri) itu, sehingga situasi
belajar mengajar berpindah dari situasi teacher learning menjadi situasi student dominated
learning. Dengan menggunakan discovery learning, ialah suatu cara meng~ajar yang melibatkan
siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca
sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belajar sendiri.
Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut:
Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga dapat
kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. Dapat membangkitkan kegairahan
belajar mengajar para siswa.
Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju
sesuai dengankernampuannya masing-masing.
Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat
untuk belajar lebih giat.
Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri
dengan proses penemuan sendiri.
Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja,
membantu bila diperlukan.
Walalupun demikian baiknya teknik ini toh masih ada pula kelemahan yang perlu diperhatikan
ialah:
Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Siswa harus
berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.
Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencaan dan pengajaran tradisional
mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.
Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini ada yang berpendapat
bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang
memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.
Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif.
3. Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan
memanfaatkan surnber belajar di sekolah.
4. Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.
5. Meminta siswa untuk menjeiaskan hasil pekerjaannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari
dalam individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang merniliki
motivasi intrinsik dalam darinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak
memerlukan motivasi dari luar dirinya.
2. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya
ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya
ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh
orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi
intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang dari luar.
Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik
antata lain:
1. Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan di antara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
2. Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan belajar
mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TPK yang akan
dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TPK tersebut.
3. Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan,
makin besar ni]ai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi
dalam melakuakan sesuatu perbuatan.
4. Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan
kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang
sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada
anak untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
5. Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.
6. Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan
memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bawa banyak siswa yang
tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan
diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat
nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar
individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan,
untuk
mencapai
nilai
yang
tinggi,
dan
lain
sebagainya.
c.
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan
pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar
merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di
sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai
(dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil
penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang
membutuhkan pikiran. Contoh Proposal PTK
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan
melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.
Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar.
Penilaian diadakan untuk rnengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang
diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam
proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar IPA adalah nilai
yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya
baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses
belajar mengajar IPA.
d. Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap Metode Pembelajaran Penemuan
(Discovery)
Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai
tujuan tertetntu. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif
yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan
mengendapkan materi itu dengan lebih baik (Nur, 2001: 3). Sedangkan prestasi belajar adalah
hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh pctensi yang dimilikinya setelah siswa
itu melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah suatu metode pembelajaran yarg
memberikan kesempatan dan menuntut siswa terlibat secara aktif di dalam mencapai tujuan
pembelajaran dengan menberikan informasi singkat (Siadari, 2001: 7). Pengetahuan yang
diperoleh dengan belajar penemuan (discovery) akan bertahan lama, mempunyai efek transfer
yang lebih baik dan meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir secara bebas. Secara umum
belajar penemuan (discovery) ini melatih keterampilan kognitif untuk menemukan dan
memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Selain itu, belajar penemuan
membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja sampai menemukan
jawaban (Syafi'udin, 2002: 19).
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya motivasi dalam
pembelajaran model penemuan (discovery) tersebut maka hasil-hasil belajar akan menjadi
optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan
motivasi yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan tinggi pula. Jadi motivasi akan
senantiasa menentukan intesitas usaha belajar siswa. Hasil ini akan dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
I.
Metode Penelitian
a.
Jenis Penelitianti
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(PTK) yang bersifat reflektif, partisipatif,
kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan perbaikan terhadap sistim, cara
kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK yaitu suatu kegaitan menguji
cobakan suatu id eke dalam praktik atau situasi nyata dalam harapan kegiatan tersebut mampu
memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar ( Riyanto, 2001)
b.
Kehadiran Peneliti
Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan berikut :
1. Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana program pembelajaran
2. Mengumpulkan data dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dan wawancara
untuk mengetahui proses pembelajaran yangdilakukan oleh guru kelas
3. Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah dibuat
4. Melaporkan hasil penelitian
c.
Penelitian dilaksanakan di.
d. Data dan sumber
Lokasi
Penelitian
1. Data dalam penelitian ini adalah kemampuan berfikir siswa yang diperoleh dengan
mengamati munculnya pertanyaan dan jawaban yang muncul selama diskusi berlangsung
dan diklasifikasikan menjadi C1 C 6. Data untuk hasil penelian diperoleh berdasarkan
nilai ulangan harian (test).
2. Sumber data penelitian adalah siswa kelas. Sebagai obyek penelitian
siswa
siswa
2. Hasil Belajar
Hasil belajar pada aspek kognetif dari hasil test dianalisis dengan teknik analisis evaluasi untuk
mengetahui ketuntasan belajar siswa.
Caranya adalah dengan menganalisis hasil test formatif dengan menggunakan criteria ketuntasan
belajar. Secam Aswirara individu, siswa dianggap telah belajar tuntas apabila daya serapnya
mencapai 65 %, Secara kelompok dainggap tuntas jika telah belajar apabila mencapai 85 % dari
jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 65 % (Dedikbud 2000 dalam Aswirda 2007)
g. Tahap-tahap penelitian Contoh Proposal PTK
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan proses pembelajaran yang dilakukan adalah model
pembelajaran kooperatif Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus . Setiap siklus
tediri
dari
perencanaan,
tindakan,
penerapan
tindakan,
observasi,
refleksi.
Siklus I
1. Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan. Kegiatan pada tahap ini adalah :
2.
Membuat soal test yang akan diadakan untuk mengetahui hasil pemebelajaran siswa.
Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan akademis, jenis
kelamin,maupun etnis.
Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam
pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing
untuk belajar IPA secara kooperatif learning dengan modelAdapun langkah
langkah yang dilakukan adalah(sesuaikan dengan scenario pembelajaran)
Kegiatan penutup
Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test secara tertulis untuk
mengevalausi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
3.
Observasi
Pengamatan dilakukan selama proses proses pembelajaran berlangsung dan hendaknya pengamat
melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannya.
4. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil analisis data yang telah ada
dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai.
Refleksi daimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa
yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi
digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya unttuk menghasilkan perbaikan
pada siklus II
Silus
II
Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I hanya saja perencanaan
kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I sehingga lebih mengarah pada perbaikan
pada pelaksanaan siklus I
Contoh Proposal PTK
Tuesday, 25 December 2007
Berikut ini contoh sebuah proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
( PTK )
Disusun oleh :
NURSIDIK KURNIAWAN, A.Ma.Pd.SD
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
I. JUDUL
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEHNIK PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN
RUMAH
BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 1 SAMUDRA KULON
III. PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memperlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui
oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia
menaruh harapan besar terhadap pendidik dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah
tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk.
Meski diakui bahwa pendidikan adalah investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan dan diberikan
sarana maupun prasarananya dalam arti modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia masih
berkutat pada problemmatika ( permasalahan ) klasik dalam hal ini yaitu kualitas pendidikan. Problematika ini
setelah dicoba untuk dicari akar permasalahannya adalah bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak
tahu darimana mesti harus diawali.
Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar ( SD ) dan Madrasah
Ibtidaiyah ( MI ) sampai saat ini masih jauh dan apa yang kita harapkan. Betapa kita masih ingat dengan hangat
akan standarisasi Ujian Akhir Sekolah ( UAS ) dengan nilai masing masing mata pelajaran 4,51 dikeluhkan oleh
semua para pendidik bahkan oleh orang orang tua siswa sendiri, karena anak atau siswanya tidak dapat lulus.
Hal lucu yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Melihat kondisi rendahnya prestasi atau hasil belajar siswa tersebut
beberapa upaya dilakukan salah satunya adalah pemberian tugas berupa kepada siswa. Dengan pemberian
pekerjaan rumah kepada siswa diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga terjadi
pengulangan dan penguatan terhadap meteri yang diberikan di sekolah dengan harapan siswa mampu
meningkatkan hasil belajar atau prestasi siswa.
1.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut didepan, maka rumusan permasalahan yang
diajukan dalam proposal ini adalah :
Apakah melalui tehnik pemberian tugas pekerjaan rumah dapat meningkatkan prestasi belajar
Matematika bagi siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 1 Samudra Kulon ?
1.
Pemecahan Masalah
Siswa yang mendapatkan perhatian dan perlakuan khusus tentunya akan menghasilkan atau menguasai yang
berbeda pula dalam sebuah kelas atau kelompok bahkan perlakuan individual sekaligus dengan diberikanya
perlakuan dan perhatian yang lebih baik dalam belajar di sekolah maupun di rumah, tentunya akan lebih baik pula
penguasaan kertramilan atau konsep terhadap mata pelajaran mata pelajaran yang dipelajarinya. Dengan
pemberian PR secara rutin dan terorganisir dengan baik paling tidak akan mampu mengkondisikan dalam bentuk
motifasi ekstinsik bagi siswa itu sendiri.
Moh. Uzer ( 1996:29) menjelaskan Motivasi ekstrinsik timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah
karena adanya ajakan, atau paksaan orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau
melakukan sesuatu atau belajar, misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh orang tua untuk mendapatkan
peringkat pertama.
Demikian halnya dengan guru memberikan PR dengan harapan baik itu dirasa memaksa bagi siswa atau itu karena
disuruh sebagai tugas dengan perasaan terpaksa, yang jelas mengkondisikan siswa harus belajar. Dengan pola
demikian tentunya anak yang lebih banyak belajar dirumah akan lebih baik misalnya dalam mata pelajaran yang
dikerjakan..
a.
Hipotensis
V. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Tujuan peneliti yang diharapkan dari penelitian ini menjadi masukan bagi guru dan siswa untuk meningkatkan
belajar di rumah.
2. Tujuan Khusus
Adapaun tujuan khusus dari penelitian ini :
Untuk mengetahui apakah melalui pemberian pekerjaan rumah dapat meningkatkan prestasi belajar matematika
bagi siswa kelas VI SDN 1 Samudra Kulon.
Dengan hasil penelitian ini diharapkan SD Negeri 1 Samudra Kulon dapat lebih meningkatkan pemberdayaan
pemberian pekerjaan rumah agar prestasi belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada
pelajaran lain.
b.
Guru
Siswa
Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk memanfaatkan pekerjaan rumah dalam rangka meningkatkan prestasi
belajarnya.
1.
1.
Landasan Teori
Matematika
Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani Mathematikos secara ilmu pasti, atau Mathesis yang berarti
ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan,
tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah kaidah tertentu melalui deduksi (Ensiklopedia Indonesia).
Dalam Garis Besar Program Pembelajaran ( GBPP )terdapat istilah Matematika Sekolah yang dimaksudnya untuk
memberi penekanan bahwa materi atau pokok bahasan yang terdapat dalam GBPP merupakan materi atau pokok
bahasan yang diajarkan pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (Direkdikdas : 1994 )
1.
Belajar
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responya menjadi lebih
baik dan sebaliknya bila tidak belajar responya menjadi menurun sedangkan menurut Gagne belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi limgkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi
kapasitas baru ( Dimyati, 2002-10). Sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia belajar diartikan
berusaha ( berlatih dsb )supaya mendapat suatu kepandaian ( Purwadarminta : 109 )
Belajar dalam penelitian ini diartikan segala usaha yang diberikan olh guru agar mendapat dan mampu menguasai
apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah pelajaran Matematika.
1.
Prestasi Belajar.
Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar prestasi berarti hasil yang telah dicapai (Depdikbud,
1995 : 787 ). Sedangkan pengertian belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau lmu (Depdikbud,
1995 : 14 ). Jadi prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi dalam penilitian yang
dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran matematika dalam bentuk nilai berupa
angka yang diberikan oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikan padanya
1.
Teknik
Dalam umum bahasa Indonesia teknik diartikakan cara (kepandaian, dsb) membuat sesuatu atau melakukan
sesuatu yang berkenaan dengan kesenian (purwadarminta,: 1035). Sedangkan teknik yang dimaksud disini
adalah cara tertentu yang dilakukan oleh guru yang akan dikenakan kepada siswanya dalam rangka mendapatkan
informasi
atau
laporan
yang
diinginkan.
1.
Pekerjaan rumah
Pekerjaan rumah atau yang lazim disebut PR dalam bahasa Inggris Homework yang artinya mengerjakan
pekerjaan rumah. Dalam penilitian ini yang dimaksudkan dengan PR adalah sebuah tugas atau pekerjaan tertentu
baik tertulis atau lisan yang harus dikerjakan diluar jam sekolah
(terutama dirumah) berkaitan dengan
pelajaran yang telah disampaikan guru untuk meningkatkan penguasaan konsep atau ketrampilan dan sekaligus
memberikan pengembangan.
1.
Rencana Penelitian
1. Subjek penelitian
Subyek dalam peniltian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 1 Samudra Kulon kecamatan Gumelar, Kabupaten
Banyumas jumlah siswa 38 orang.
Pertimbangan penulis mengambil subyek penilitiann tersebut dimana siswa kelas VI telah mampu dan memiliki
kemandirian dalam mengerjakan tugas seperti PR, karena siswa kelas VI telah mampu membaca dan menulis
serta berhitung yang cukup. Selain itu penulis pengajar di kelas VI.
2. Tempat Penelitian
Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi di SD Negeri 1 Samudra Kulon, kecamatan Gumelar Kabupaten
Banyumas penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut,
sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penlitian yang sangat sesuai
dengan profesi penulis.
3. Waktu Penelitian
Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan
Agustus s.d Oktober. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester I
Tahun pelajaran 2007/2008.
4. Lama Tidakan
Waktu untuk melaksanakan tindakan pada bulan Okteber, mulai dari siklus I, Siklus II dan Siklus III.
1.
Prosedur Penelitian
Perencanaan
Meliputi penyampaian materi pelajaran, latian soal, pembahasan latian soal, tugas pekerjaan rumah ( kegiatan
penelitian utama ) pembahasan PR, ulangan harian.
2.
a.
b.
c.
3.
Refleksi, dimana perlu adanya pembahasan antara siklus siklus tersebut untuk dapat menentukan
kesimpulan atau hasil dari penelitian.
MINGGU KE..
No
KEGIATAN
1
Perencanaan
Proses pembelajaran
Evaluasi
Pengumpulan Data
Analisis Data
Penyusunan Hasil
Pelaporan Hasil
X. BIAYA PENELITIAN
Akibat yang timbul dari penelitian ini menjadi tanggung jawab peneliti, adapun biaya tersebut adalah :
1.
Fotocopy
2.
Kerta
3.
jilid
4.
Rental
5. lain lain
JUMLAH
folio
Naskah
1
:
pack
buku
Komputer
: Rp
: Rp
Rp
:
:
:
Rp
Rp
Rp
1. Nama
NIM
Pekerjaan
: NURSIDIK KURNIAWAN
: 813846371
: Guru Wiyata Bakti SDN 1 Samudra Kulon
Sumber: http://nhowitzer.multiply.com
Penelitian
Tindakan Kelas
(PTK)
www.bahanajar.com
Contact : Rumiyati
HP : 081 252 35 5758
2
11. UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN
PENEMUAN TERBIMBING SISWA KELAS IV SD
12. PEMBELAJARAN TERSTRUKTUR DENGAN
PEMBERIAN TUGAS DALAM MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD
13. MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA
MATA PELAJARAN IPS MELALUI PEMANFAATAN
ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS V SD
14. PENGARUH METODE BELAJAR AKTIF MODEL
PENGAJARAN TERARAH DALAM MENINGKATKAN
PRESTASI DAN PEMAHAMAN
PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD
15. PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PAI
DENGAN DITERAPKANNYA METODE
DEMONSTRASI SISWA KELAS IV SD
16. MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN
MENERAPKAN MODEL PENGAJARAN TUNTAS
SISWA KELAS IV SD
17. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN
MATEMATIKA YANG BERORIENTASI PADA
PENDEKATAN REALISTIK UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN PECAHAN BAGI
SISWA KELAS III SD
18. PENGGUNAAN METODE BERVARIASI UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA
PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS I SD
19. MENINGKATKAN DISIPLIN DAN TANGGUNG
JAWAB SISWA MELALUI SANKSI BERJENJANG
PADA SISWA KELAS III SD
20. PENERAPAN PENDEKATAN PROSES 5 FASE
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS
3
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SD
40. UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI DAN
KUALITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA
PADA MATERI BERBICARA DAN MEMBACA
DENGAN MENERAPKAN METODE STAD DAN
METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS
VI SD
41. MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA
INGGRIS DENGAN MENERAPKAN METODE
KOOPERATIF MODEL JIGSAW PADA SISWA SD
42. UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN
MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOLABORASI PADA SISWA KELAS VI SD
43. UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN
MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAKEM
PADA SISWA KELAS VI SD
44. PENERAPAN METODE TANYA JAWAB DALAM
UPAYA MENINGKATKAN MUTU BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA SD
KELAS III-VI
CD 2 PTK SMP/MTs:
Isi CD: dalam 1 CD telah berisi 19 buah laporan
lengkap PTK SMP/MTs (BAB I sd V), file bentuk Word.
4
2. PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR KIMIA
MELALUI METODE ROLE PLAYING SISWA
KELAS X SMA
3. PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN
AKTIF UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS
PEMBELAJARAN MATERI LOGARITMA BAGI
SISWA KELAS X SMA
4. PENINGKATAN RANAH KOGNITIF DAN
AFEKTIF PESERTA DIDIK PADA MATA
PELAJARAN SEJARAH MELALUI PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
(CTL) DENGAN MODEL PASA (PICTURES AND
STUDENT ACTIVE) SISWA KELAS X SMA
5. PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISIONS) UNTUK
MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR
EKONOMI SISWA KELAS X SMA
6. PRAKTIKUM BIOLOGI BERBASIS
KETERAMPILAN PROSES UNTUK
5
HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN KKPI
SISWA KELAS X ADMINISTRASI
PERKANTORAN SMK
16. PENERAPAN TEKNIK RESITASI GUNA
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS
DESKRIPSI MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA PADA SISWA KELAS XI PROGRAM
KEAHLIAN AKUNTANSI SMK
17. UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN
BERBICARA BAHASA INGGRIS MELALUI
METODE SIMULASI SPEAKING AND
LISTENING GAME SISWA KELAS X1 ANALISIS
KIMIA SMK
18. MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN
KREATIVITAS SISWA DALAM MEMPELAJARI
PROGRAM MICROSOFT EXCEL MELALUI
METODE TUTOR SEBAYA PADA SISWA
TINGKAT X SMK
19. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN
KUALITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA
KELAS X AKUNTANSI SMK
20. PENERAPAN METODE KOOPERATIF JIGSAW
DALAM PEMBELAJARAN PKN GUNA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK
CD 5 PTK TK (Taman Kanak-Kanak):
Isi CD: dalam 1 CD telah berisi 1 buah laporan
lengkap PTK TK (BAB I sd V), file bentuk Word.
1. PENINGKATAN KEMAMPUAN BIDANG
PENGEMBANGAN KOGNITIF MELALUI MIND
MAP PLUS SISWA TK
CD 6 PTS:
Isi CD: dalam 1 CD telah berisi 5 buah laporan
lengkap PTS (BAB I sd V), file bentuk Word.
1. UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN GURU
DALAM KEHADIRAN MENGAJAR DIKELAS
MELALUI PENERAPAN REWARD AND
PUNISHMENT DI SMP
2. UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN GURU
MELALUI SISTEM REWARD DAN PUNISHMENT
GUNA MENUNJANG EFEKTIVITAS PROSES
BELAJAR MENGAJAR DI SMA
3. IMPLEMENTASI MANAJEMEN RE UNTUK
MENGURANGI JAM KOSONG,
KETERLAMBATAN GURU DATANG DI
SEKOLAH, DAN KETERLAMBATAN GURU
MASUK KELAS DI SMA
4. PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK
GURU SENI BUDAYA SMA DALAM MENYUSUN
RPP MELALUI WORKSHOP PENYUSUNAN RPP
PADA KEGIATAN MGMP SENI BUDAYA SMA
5. UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME
GURU SMP DALAM MENYUSUN DAN
MENGGUNAKAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
MELALUI SANGGAR KEGIATAN MGMP
CD 7 Kumpulan Makalah Pendidikan:
Isi CD: dalam 1 CD telah berisi 7 buah Makalah
Pendidikan, file bentuk Word.
1. Memasuki Dunia Anak: Pertumbuhan dan
Perkembangan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya
2. Peran Guru Bimbingan dan Konseling (BK)
dalam Perencanaan Passion Siswa
3. Peran Guru Dalam Meningkatkan Minat
Belajar Siswa
4. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
www.bahanajar.com
Salim, S.Pd & Mulyono, S.Pd
harus tau tentang permasalahan yang dihadapi oleh siswa tersebut, karena
permasalahan siswa tersebut bisa mengakibatkan pengaruh terhadap proses
belajar mengajar, oleh karena itu kita sebagai seorang guru harus menguji
pelajaran yang kita ajarkan kepada siswa dengan bermacam metode yang kita
punya, sehingga kita akan tau tentang keberhasilan dan tidak keberhasilan siswa
dalam belajarnya, kalau seandainya siswa tidak bisa memahami pelajaran yang kita
sampaikan dengan metode yang kita pakai, kita kroscek metodenya yang kurang
baik, apa siswanya yang punya masalah? sehingga mereka kurang fokus dalam
belajarnya, oleh karena itu untuk mengetahui tingkat keberhasilan siwa kalau diukur
dengan metode yang kita ajarkan, maka kita diharuskan membuat suatu karya
ilmiah, yang biasa kita sebut dengan PTK. disini saya mempunyai koleksi laporan
Penelitian Tindakan Kelas, silahkan dibaca, mudah-mudahan bisa dijadikan refrensi
dalam penulisan karya ilmiah di Sekolah anda masing-masing.
KODE PTK 001 ( Bhs. Indonesia )
PENERAPAN METODE BELAJAR TUNTAS DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
MENGARANG BAHASA INDONESIA KELAS....
BACA SELENGKAPNYA DISINI
PENINGKATAN RANAH KOGNITIF DAN AFEKTIF PESERTA DIDIK KELAS X SMA X PADA
MATA PELAJARAN SEJARAH DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING ( CTL ) DENGAN MODEL P A S A ( PICTURES AND STUDENT AKTIVE )
BACA SELENGKAPNYA DISINI
Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku para anggotanya, PTK dapat berbentuk individual
dan kaloboratif, yang dapat disebut PTK individual dan PTK kaloboratif. Dalam PTK
individual seorang guru melaksanakan PTK di kelasnya sendiri atau kelas orang lain,
sedang dalam PTK kaloboratif beberapa orang guru secara sinergis melaksanakan PTK di
kelas masing-masing dan diantara anggota melakukan kunjungan antar kelas.,...... (baca
selanjutnya klik disini)
BERITA DARI LEMBAGA PENELITIAN UNP
Baru-baru ini, Lembaga Penelitian UNP baru saja selesai menyelenggarakan Program Kerja
sama dengan Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK).
Program tersebut berbentuk kepercayaan yang diberikan kepada Lemlit UNP untuk melatih
para guru SD, SMP, SMA, dan SMK sebanyak 100 orang per tahun untuk kawasan Sumatra
dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap setiap tahunnya per wilayah. Untuk
kesempatan tahun ini, wilayah yang terpilih adalah Wilayah Sumatra Barat yang dipilih
secara acak dan yang terpilih adalah wilayah Pesisir Selatan, Solok, Padang Panjang, dan
Pariaman. Pada tahun kedua, direncanakan Lemlit UNP sudah dapat memperluas wilayah
ke daerah tetangga, seperti Propvinsi Riau, Jambi, Bengkulu. Pada tahun ketiga diharapkan
sudah menjangkau wilayah-wilayah lainnya yang masih belum dijangkau. Setelah
penelitian selesai, para guru membuat laporan penelitian dan kemudian dialihkan menjadi
sebuah artikel yang akan dimuat di dalam Jurnal Pendidikan yang ada di UNP.
Pelaksanaan program terdiri dari beberapa aktivitas yang secara kronologis adalah seperti
berikut... (baca selengkapnya klik disini)
LAPOROAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN ARTIKEL
Berikut ada beberapa laporan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
penelitian lainnya dan Artikel, untuk membacanya klik judul laporan berikut:
LAPOROAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
No.
JUDUL LAPORAN
PENELITI
1.
2.
3.
Upaya Meningkatkan
Keterampilan Membaca
Pemahaman Melalui Penerapan
Teknik Skema
4.
Peningkatan Kemampuan
Membuat Kalimat Bahsa
Inggris
5.
Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berbicara Bahasa
inggris Melalui Teknik KWL dan
Permainan Bahasa
Efektifitas pembelajaran
Geografi melalui Metode Out
Door study Dalam upaya
meningkatkan minat belajar
siswa
6.
7.
8.
ARTIKEL
No.
JUDUL ARTIKEL
PENULIS
1.
Reorientasi Pengembangan
Pendidikan di Era Global
2.
3.
4.
Otonomi Pendidikan
5.
Membangun Kemampuan
Manajemen Pendidikan Melalui
Pemanfaatan Teknologi
Komunikasi dan Informasi
Dalam Rangka Otonomi Daerah
dan Otonomi Pendidikan
6.
7.
Anak-anak Karbitan
8.
9.
01/26/2009
CONTOH PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF
RANCANGAN TESIS
Diajukan oleh :
Nama : XXXX
NIM : XXXX
Program Studi : Pendidikan Matematika
A. Judul
COOPERATIVE LEARNING DAN ANALISIS SIKAP DALAM UPAYA MENGURANGI
TINGKAT KENAKALAN SISWA SMK SEBAGAI SARANA PENINGKATAN KUALITAS
LULUSAN SMK (STUDI KASUS SISWA JURUSAN TEKNIK BANGUNAN SMK DI
XXXX)
B. Pendahuluan
Berdasarkan informasi dari beberapa guru SMK di Semarang mengatakan bahwa sebagian besar
siswa SMK sangat sulit dikendalikan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Siswa banyak
yang bertindak sekeinginan hatinya. Kenyataan yang terjadi saat ini, ada guru yang sama sekali
tidak dihiraukan oleh siswanya sendiri.
Guru telah mencoba untuk mengatasinya, tetapi masih saja guru belum berhasil untuk
memecahkan masalah tersebut. Berdasarkan hasil diskusi antara guru kelas dan dosen, sampailah
pada suatu intuisi bahwa pada umumnya dalam belajar, siswa menginginkan sebuah suasana
yang harmonis dan menyenangkan. Tetapi permasalahan tidak berhenti pada hal itu saja. Konsep
menyenangkan antara guru dan siswa SMK sangatlah berbeda dan sangat sulit untuk dapat
dipertemukan kedua konsep tersebut sehingga permasalahan tersebut tetap saja berlangsung
sampai dengan saat ini.
Dengan permasalahan tersebut, yang terjadi saat ini adalah rendahnya hubungan antar personal
guru dengan siswa SMK. Guru hanya mementingkan tugas mengajar tanpa mengikutsertakan
tugas membimbingnya. Dan siswa pun akhirnya menjadi acuh tak acuh, sehinga proses
pendidikan yang terjadi di sekolah menjadi sulit diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Adanya
permasalahan tersebut dapat diduga bahwa akhirnya pembelajaran menjadi kurang bermakna
bagi siswa. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Outhred & Michelmore dalam Silberman
(2001) bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menerapkan konsep untuk memecahkan
masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari.
Pendidikan yang diberikan selama sekolah seakan-akan menjadi sia-sia. Mereka hanya secara
formalitas bersekolah hanya untuk mendapat uang saku, dan akhirnya orientasi mereka
bersekolah pun menjadi lain. Sikap seperti inilah yang kemudian dilampiaskan kepada tawuran
dan hal-hal negatif lain. Sudah menjadi rahasia umum bahwa siswa SMK mudah untuk
melakukan tawuran. Tanpa ikatan yang kuat dari sekolah bukan hal yang mustahil jika setiap hari
terjadi perkelahian di sebuah SMK.
Untuk mengatasi permasalahan yang diuraikan tersebut perlu adanya suatu penelitian yang
menerapkan suatu strategi pembelajaran tertentu yang dapat meningkatkan ketertarikan siswa
pada materi pelajaran. Selain itu juga perlu dilakukan sebuah penelitian yang mengukur sikap
siswa dan guru dalam pembelajaran. Penelitian ini difokuskan kepada siswa dan guru SMK
jurusan teknik bangunan.
C. Rumusan Masalah
Permasalahan yang telah diuraikan dalam pendahuluan dapat dirumuskan sebagai berikut.
Bagaimanakah cara untuk mengurangi tingkat kenakalan siswa SMK?
Bagaimanakah cara meningkatkan minat siswa SMK untuk belajar?
Untuk menjawab permasalahan tersebut akan di jawab melalui penelitian dengan berdasarkan
pada refleksi awal (keadaan sebelum penelitian dilakukan).
Selanjutnya permasalahan yang ada diuraikan dalam pertanyaan sebagai berikut.
a. Bagaimanakah cara untuk mengurangi tingkat kenakalan siswa SMK?
b. Metode pembelajaran yang bagaimanakah yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat
siswa SMK dalam proses pembelajaran dalam kelas?
c. Bagaimanakah hubungan guru dan siswa SMK yang seharusnya?
D. Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan akan dilakukan kegiatan sebagai berikut.
Untuk memecahkan masalah pertama dilakukan dengan mengadakan diskusi antar pihak yang
terkait di luar siswa yang bersangkutan, kemudian dirumuskan pemecahannya. Selain itu
dilakukan penelitian kualitatif yang menganalisis sikap siswa dan hubungannya dengan guru di
kelas.
Untuk memecahkan masalah kedua akan digunakan strategi pembelajaran kooperatif, di mana
dalam metode ini dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran
penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan
keterampilan sosial.
Untuk memecahkan masalah ketiga peneliti akan menggunakan analisis sikap guru dan siswa.
Guru dan siswa diberikan angket untuk mengetahui sejauhmana sikap guru terhadap siswa dan
sebaliknya sejauhmana sikap siswa terhadap guru kelasnya. Dengan analisis sikap ini nantinya
akan dapat dirumuskan solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
E. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Kooperatif
Dalam strategi pembelajaran perlu dikembangkan suatu strategi pembelajaran yang
memungkinkan siswa belajar aktif . Belajar aktif meliputi
...............................................................dst.
Pendahuluan
Anda adalah guru yang sudah banyak jam terbangnya, bukan? Pasti Anda punya banyak
pengalaman, baik manis maupun pahit, dalam mengajar. Pengalaman manis dapat Anda rasakan
ketika siswa-siswa Anda berhasil meraih prestasi, yang sebagian merupakan kontribusi Anda.
Dan, Anda pasti menginginkan siswa-siswa Anda selalu berhasil meraih prestasi terbaik. Namun,
mungkin keinginan Anda yang mulia tersebut lebih sering tidak tercapai karena berbagai alasan.
Misalnya, mungkin Anda sering menemukan siswa-siswa tidak bersemangat, kurang termotivasi,
kurang percaya diri, kurang disiplin, kurang bertanggung jawab dsb. Pasti Anda sudah
melakukan upaya untuk mengatasinya, tetapi mungkin hasilnya masih jauh dari yang Anda
inginkan.
Dan Anda masih ingin mengatasi masalah-masalah yang Anda temukan di kelas, bukan?
Mengapa tidak mencoba mengatasinya lewat suatu kegiatan penelitian tindakan? Mendengar
kata penelitian mungkin Anda ingat pengalaman pahit ketika dulu meneliti untuk skripsi Anda
karena harus mengembangkan instrumen yang berkali-kali direvisi atas saran dosen
pembimbing, harus minta ijin ke sana ke sini, harus terjun ke lapangan menemui responden,
yang tidak selalu menyambut dengan ramah kedatangan Anda, harus kecewa karena angket tidak
semua dikembalikan, harus menganalisis data dan seirng tersandung masalah statistik, dan
setelah analisis selesai, harus kecewa karena hasilnya tidak selalu siap dipraktikkan di dunia
nyata. dsb. Singkatnya, kegiatan penelitian tidak mudah karena pertanggungjawaban teoretisnya
cukup berat.
Anda tidak perlu mengalami itu semua ketika Anda melakukan penelitian tindakan.
Mengapa? Karena jenis penelitian ini memang berbeda dengan jenis penelitian lain. Kalau jenis
penelitian lain layaknya dilakukan oleh para ilmuwan di kampus atau lembaga penelitian,
penelitian tindakan layaknya dilakukan oleh para praktisi, termasuk Anda sebagai guru. Kalau
jenis penelitian lainnya untuk mengembangkan teori, penelitian tindakan ditujukan untuk
meningkatkan praktik lapangan. Jadi penelitian tindakan adalah jenis penelitian yang cocok
untuk para praktisi, termasuk guru.
Mari kita bicarakan hal ikhwal tentang penelitian tindakan. Kalau Anda pernah
mempelajarinya, pembicaraan ini berfungsi untuk menyegarkan kembali atau memperkaya apa
yang telah Anda ketahui. Kalau Anda belum tahu banyak, lewat pembicaraan ini Anda akan
mengenalnya, memahaminya, dan akhirnya berminat untuk melaksanakannya, untuk mencapai
cita-cita Anda yang mulia, yaitu meningkatkan keberhasilan mendidik, mengajar dan melatih
murid-murid Anda, yang akan memberikan sumbangan yang signifikan pada peningkatkan
kualitas pendidikan nasional. Seperti tercantum dalama UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas, Pasal
3, pendidikan nasional befungsi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, yang merupakan salah
satu tujuan kemerdekaan bangsa kita, seperti dinyatakan pada alinea keempat Pembukaan UUD
1945. Oleh sebab itu, upaya Anda untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas merupakan
amalan mulia karena memberikan kontribusi dalam mengisi kemerdekaan yang telah direbut
lewat pengorbanan yang tidak sedikit.
Mari kita menyamakan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan penelitian
tindakan kelas (PTK).
Karena situasi kelas sangat dinamis dalam konteks kehidupan sekolah yang dinamis pula,
apakah peneliti perlu menyesuaikan diri dengan dinamika yang ada? Benar. Anda memang
dituntut untuk adaptif dan fleksibel agar kegiatan PTK Anda selaras dengan situasi yang ada,
tetapi tetap mampu menjaga agar proses mengarah pada tercapainya perbaikan. Hal ini menuntut
komitmen untuk berpartisipasi dan kerjasama dari semua orang yang terlibat, yang mampu
melakukan evaluasi diri secara kontinyu sehingga perbaikan demi perbaikan, betapapun
kecilnya, dapat diraih. Kalau begitu, apakah diperlukan kerangka kerja agar masalah praktis
dapat dipecahkan dalam situasi nyata? Benar. Tindakan dilaksanakan secara terencana, hasilnya
direkam dan dianalisis dari waktu ke waktu untuk dijadikan landasan dalam melakukan
modifikasi.
(2) percakapan tertulis, yang dialogis, dengan gambaran jelas tentang proses percakapan
tersebut; (3) narasi dan cerita; dan (4) bentuk visual seperti diagram, gambar, dan grafik.
Kesepuluh, Anda perlu memvalidasi pernyataan Anda tentang keberhasilan tindakan Anda lewat
pemeriksaan kritis dengan mencocokkan pernyataan dengan bukti (data mentah), baik dilakukan
sendiri maupun bersama teman (validasi-diri), meminta teman sejawat untuk memeriksanya
dengan masukan dipakai untuk memperbaikinya (validasi sejawat), dan terakhir menyajikan
hasil seminar dalam suatu seminar (validasi public). Perlu dipastikan bahwa temuan validasi
selaras satu sama lain karena semuanya berdasarkan pemeriksaan terhadap penyataan dan data
mentah. Jika ada perbedaan, pasti ada sesuatu yang masih harus dicermati kembali.
dari tindakan sebatas sudut pandang peserta penelitiannya (Erickson, 1986, disitir oleh Burns,
1999). Jadi kredibilitas penafsiran peneliti dipandang lebih penting daripada validitas internal
(Davis, 1995, disitir oleh Burns, 1999). Karena PTK bersifat transformatif, maka kriteria yang
cocok adalah validitas demokratik, validitas hasil, validitas proses, validitas katalitik, dan
validitas dialogis, yang harus dipenuhi dari awal sampai akhir penelitian, yaitu dari refleksi awal
saat kesadaran akan kekurangan muncul sampai pelaporan hasil penelitiannya (Burns, 1999: 161162, menyitir Anderson dkk,1994).
bahwa hanya sebagian kecil siswa menjadi aktif dan sebagian besar siswa merasa takut salah,
cemas, dan malu berbicara. Maka timbul pertanyaan baru, Apa yang mesti dilakukan untuk
mengatasi agar siswa tidak takut salah, tidak cemas, dan tidak malu sehingga dengan suka rela
aktif melibatkan diri dalam kegiatan pembelajaran? Hal ini menggambarkan bahwa pertanyaan
baru timbul pada akhir suatu tindakan yang dirancang untuk menjawab suatu pertanyaan, begitu
seterusnya sehingga upaya perbaikan berjalan secara bertahap, berkesinambungan tidak pernah
berhenti, mengikuti kedinamisan situasi dan kondisi. (Mohon dicermati uraian masing-masing
tahap dan kesinambungan masalah yang timbul). Validitas hasil juga tergantung pada validitas
proses pelaksanaan penelitian, yang merupakan kriteria berikutnya.
Validitas Proses berkenaan dengan keterpercayaan dan kompetensi, yang dapat
dipenuhi dengan menjawab sederet pertanyaan berikut: Mungkinkah menentukan seberapa
memadai proses pelaksanaan PTK Anda? Misalnya, apakah Anda dan kolaborator Anda mampu
terus belajar dari proses tindakan tersebut? Artinya, Anda dan kolaborator secara terus menerus
dapat mengkritisi diri sendiri dalam situasi yang ada sehingga dapat melihat kekurangannya dan
segera berupaya memperbaikinya. Apakah peristiwa atau perilaku dipandang dari perspektif
yang berbeda dan melalui sumber data yang berbeda agar terjaga dari ancaman penafsiran yang
simplistik atau rancu?
Dalam kasus penelitian tindakan kelas bahasa Inggris yang disebut di atas, para peneliti
dapat menentukan indikator kelas bahasa Inggris yang aktif, mungkin dengan menghitung berapa
siswa yang aktif terlibat belajar menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi lewat tugastugas yang diberikan guru, dan berapa banyak bahasa Inggris yang diproduksi siswa, yang bisa
dihitung dari jumlah kata/kalimat yang diproduksi dan lama waktu yang digunakan siswa untuk
memproduksinya, serta adanya upaya guru memfasilitasi pemelajaran siswa. Kemudian jika
keaktifan siswa terlalu rendah yang tercermin dalam sedikitnya ungkapan yang diproduksi, guru
secara kritis merefleksi bersama kolaborator untuk mencari sebab-sebabnya dan menentukan
cara-cara mengatasinya. Kalau diperlukan, siswa yang tidak aktif didorong untuk menyuarakan
apa yang dirasakan sehingga mereka tidak mau aktif dan siswa yang aktif diminta
mengungkapkan mengapa mereka aktif. Perlu juga ditemukan apakah ada perubahan pada diri
siswa sesuai dengan indikator bahwa para siswa berubah lewat tindakan pertama berupa
pemberian tugas information gap dan tindakan kedua berupa pembelakuan kriteria penilaian,
dan perubahan pada diri guru dari peran pemberi pengetahuan ke peran fasilitator dan penolong.
Begitu seterusnya sehingga pemantauan terhadap perubahan hendaknya dilakukan secara cermat
dan disimpulkan lewat dialog reflektif yang demokratik.
Perlu dicatat bahwa kompetensi peneliti dalam bidang terkait sangat menentukan kualitas
proses yang diinginkan dan tingkat kemampuan untuk melakukan pengamatan dan membuat
catatan lapangan. Dalam kasus penelitian tindakan kelas bahasa Inggris yang dicontohkan di
atas, misalnya, kualitas proses akan sangat ditentukan oleh wawasan, pengetahuan dan
pemahaman sejati peneliti tentang (1) hakikat kompetensi komunikatif, (2) pembelajaran bahasa
yang komunikatif yang mencakup pendekatan komunikatif bersama metodologi dan tekniktekniknya, dan (3) karakteristik siswanya (intelegensi, gaya belajar, variasi kognitif, kepribadian,
motivasi, tingkat perkembangan/pemelajaran) dan pengaruhnya terhadap pembelajaran bahasa
asing. Jika wawasan, pengetahuan dan pemahaman tersebut kuat, maka peneliti akan dapat
dengan lebih mudah menentukan perilaku-perilaku mana yang menunjang tercapainya perubahan
yang diinginkan dengan indikator yang tepat, dan juga perilaku-perilaku mana yang
menghambatnya.
Namun demikian, hal ini masih harus didukung dengan kemampuan untuk
mengumpulkan data, misalnya melakukan pengamatan dan membuat catatan lapangan dan
harian. Dalam mengamati, tim peneliti dituntut untuk dapat bertindak seobjektif mungkin dalam
memotret apa yang terjadi. Artinya, selama mengamati perhatiannya terfokus pada gejala yang
dapat ditangkap lewat pancainderanya saja, yaitu apa yang didengar, dilihat, diraba (jika ada),
dikecap (jika ada), dan tercium, yang terjadi pada semua peserta penelitian, dalam kasus di atas
pada peneliti, guru dan siswa. Dalam pengamatan tersebut harus dijaga agar jangan sampai
peneliti melakukan penilaian terhadap apa yang terjadi. Seperti telah diuraikan di depan, perlu
dijaga agar tidak terjadi penyampuradukan antara deskripsi dan penafsiran. Kemudian,
diperlukan kompetensi lain untuk membuat catatan lapangan dan harian tentang apa yang terjadi.
Akan lebih baik jika para peneliti merekamnya dengan kaset audio atau audio-visual sehingga
catatan lapangan dapat lengkap. Singkatnya, kompetensi peneliti dalam bidang yang diteliti dan
dalam pengumpulan data lewat pengamatan partisipan sangat menentukan kualitas proses
tindakan dan pengumpulan data tentang proses tersebut.
Validitas Katalitik terkait dengan kadar pemahaman yang Anda capai realitas kehidupan
kelas Anda dan cara mengelola perubahan di dalamnya, termasuk perubahan pemahaman Anda
dan murid-murid terhadap peran masing-masing dan tindakan yang diambil sebagai akibat dari
perubahan ini.
Dalam kasus penelitian tindakan kelas bahasa Inggris yang dicontohkan di atas, validitas
katalitik dapat dilihat dari segi peningkatan pemahaman guru terhadap faktor-faktor yang dapat
menghambat dan factor-faktor yang memfasilitasi pembelajaran. Misalnya faktor-faktor
kepribadian (lihat Brown, 2000) seperti rasa takut salah dan malu melahirkan inhibition dan
kecemasan. Sebaliknya, upaya-upaya guru untuk mengorangkan siswa dengan
mempertimbangkan pikiran dan perasaan serta mengapresiasi usaha belajarnya merupakan faktor
positif yang memfasilitasi proses pembelajaran. Selain itu, validitas katalitik dapat juga
ditunjukkan dalam peningkatan pemahaman terhadap peran baru yang mesti dijalani guru dalam
proses pembelajaran komunikatif. Peran baru tersebut mencakup peran fasilitator dan peran
penolong serta peran pemantau kinerja. Validitas katalitik juga tercermin dalam adanya
peningkatan pemahaman tentang perlunya menjaga agar hasil tindakan yang dilaksanakan tetap
memotivasi semua yang terlibat untuk meningkatkan diri secara stabil alami dan berkelanjutan.
Semua upaya memenuhi tuntutan validitas katalitik ini dilakukan melalui siklus perencanaan
tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Validitas Dialogik sejajar dengan proses review sejawat yang umum dipakai dalam
penelitian akademik. Secara khas, nilai atau kebaikan penelitian dipantau melalui tinjauan
sejawat untuk publikasi dalam jurnal akademik. Sama halnya, review sejawat dalam PTK berarti
dialog dengan guru-guru lain, bisa lewat sarasehan atau dialog reflektif dengan teman yang
kritis atau pelaku PTK lainnya, yang semuanya dapat bertindak sebagai jaksa tanpa kompromi.
Kriteria validitas dialogis ini dapat juga mulai dipenuhi ketika penelitian masih
berlangsung, yaitu secara beriringan dengan pemenuhan kriteria demokratik. Yaitu, setelah
seorang peserta mengungkapkan pandangan, pendapat, dan/atau gagasannya, dia akan meminta
peserta lain untuk menanggapinya secara kritis sehingga terjadi dialog kritis atau reflektif.
Dengan demikian, kecenderungan untuk terlalu subjektif dan simplistik akan dapat dikurangi
sampai sekecil mungkin. Untuk memperkuat validitas dialogik, seperti telah disebut di atas,
proses yang sama dilakukan dengan sejawat peneliti tindakan lainnya, yang jika memerlukan,
diijinkan untuk memeriksa semua data mentah yang terkait dengan yang sedang dikritisi.
lembaga/sekolah lain; sejawat dengan wilayah keahlian yang berbeda (misalnya antara guru dan
pendidik guru, antara guru dan peneliti; antara guru dan manajer); sejawat dalam disiplin ilmu
yang berbeda (misalnya antara guru bahasa asing dan guru bahasa ibu); dan sejawat di negara
lain (Wallace, 1998).