Rate This
PEMBERIAN KUIS SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA, TINDAKAN PEMBERIAN KUIS DENGAN TIPE QUIZ TEAM INI DILAKUKAN
DALAM PEMBELAJARAN MENGGAMBAR GARIS TEGAK LURUS DAN GARIS
SEJAJAR SISWA KELAS X TGBSMK NEGERI 2 PAYAKUMBUH
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan
bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan
tujuan nasional. Selanjutnya pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta bertanggung
jawab kemasyarakat dan kebangsaan.
Ada dua perspektif dalam memaknai pendidikan, yaitu pendidikan individual dan kolektif.
Dalam perspektif individual pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan potensi yang
dimiliki seseorang. Dalam perspektif kolektif, pendidikan merupakan upaya untuk
meningkatkan kualitas suatu bangsa dan negara. Dalam perspektif kolektif ialah
pembangunan nasional di bidang pendidikan yang merupakan upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur. Pembangunan di bidang pendidikan ini juga
memungkinkan warga negara untuk mengembangkan diri baik berkenan dengan aspek
jasmaniah maupun rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dari
tujuan pendidikan nasional di atas dapat dinyatakan bahwa tegaknya pendidikan akan
berdampak positif bagi kehidupan bangsa. Oleh sebab itu, upaya peningkatan mutu
pendidikan sudah seharusnya menjadi fokus pembangunan negeri ini.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan menggunakan
pembelajaran aktif dimana peserta didik melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus
dilakukan dengan menggunakan otak untuk mempelajari berbagai masalah dan menerapkan
apa yang mereka pelajari. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan,
mendukung dan menarik hati dalam belajar. Untuk mempelajari suatu dengan menyampaikan
pertanyaan tentang pelajaran tertentu dan mendiskusikan dengan yang lain. Dalam belajar
aktif yang paling penting peserta didik memecahkan masalah sendiri, menemukan contohcontoh, mencoba keterampilan dan melaksanakan tugas yang tergantung pada pengetahuan
yang telah mereka miliki atau yang akan dicapai (Melvin Silberman, 2001).
Belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik
dan peserta didik dalam situasi pendidikan. Oleh karena itu, pendidik dalam mengajar
dituntut kesabaran, keuletan, dan sikap terbuka di samping kemampuan dalam situasi belajar
mengajar yang lebih aktif. Siswa dibentuk untuk lebih kreatif, mandiri dan inovatif dalam
mengembangkan diri, kemampuan dan keterampilannya melalui penguasaan materi belajar,
begitu juga dengan metode yang digunakan oleh guru. Dalam kurikulum SMK terdapat
tujuan yang utama untuk pencapaian pembelajaran yaitu menciptakan siswa yang mengerti
dan memahami cara penggunaan atau membaca alat dan simbol pada alat ukur listrik sebagai
alat penghitung dan pengukuran dalam penyampaian informasi yang baik. Tujuan inilah yang
belum dapat dicapai sepenuhnya pada saat ini. Masalah yang dihadapi adalah sampai tingkat
mana prestasi (Hasil) belajar yang telah dicapai, Sehubungan dengan hal tersebut, masing
masing sekolah mempunyai wewenang untuk menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Pada umumnya, nilai Kriteria Ketuntasan Minimal adalah 70. Bagi siswa yang
mendapatkan nilai kurang dari 70, berarti belum memenuhi KKM. Sedangkan siswa yang
mendapatkan lebih dari atau sama dengan 70 berarti telah memenuhi KKM.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada siswa kelas X TGB SMK Negri 2
Payakumbuh Angkatan 2010/2011 dan Angkatan 2011/2012 pada Semester Juli Desember,
nilai siswa yang belajar Menggambar Garis Tegak Lurus dan Garis Sejajar, akan terlihat pada
tabel berikut:
Tabel 1
Persentase Kelulusan Materi Menggambar Garis Tegak Lurus dan Garis Sejajar
di Kelas X program Keahlian TGB SMK N 2 Payakumbuh
Jumlah siswa
No Rentang Nilai Kriteria Nilai
1
2
9.00
A
10,00
7,51 8,99 B
Tahun 2010
Jumlah siswa
%
Tahun 2011
0,00 %
0,00 %
0,50 %
0,00 %
3
4
6.00
7.50
0.00
5.99
Jumlah
12
30,07 %
10
28,57 %
22
69,43 %
25
71,43 %
35
100,00
%
35
100 %
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk menyusun penelitian tindakan
kelas mengenai pemberian kuis sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa,
tindakan pemberian kuis dengan Tipe Quiz Team ini dilakukan dalam pembelajaran
Menggambar Garis Tegak Lurus Dan Garis Sejajar Siswa Kelas X TGBSMK Negeri 2
Payakumbuh
Pembelajaran aktif adalah belajar yang meliputi berbagai cara untuk membuat
siswa aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja
kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi
pelajaran (Silberman, 2007: 1). Pembelajaran aktif (active learning) merupakan
salah satu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam melakukan sesuatu dan
berfikir tentang apa yang mereka lakukan (Suyatno, 2009: 107).
Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan
penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa, disini siswa dituntut untuk
mengunakan otak dalam berfikir sehingga semua siswa dapat mencapai hasil
belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.
Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk
menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Active
learning mulai digunakan dalam dunia pendidikan diawali oleh seorang filosofi
Cina yang bernama Confucius yang menyatakan:
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya lihat, saya ingat
Apa yang saya lakukan saya paham
(Silbermen, 2007: 1)
Tiga peryataan diatas menjadi dasar dari munculnya belajar aktif,
kemudian menurut Silbermen (2007: 2) belajar aktif itu memuat hal-hal berikut :
Apa yang saya dengar, saya lupa
memperoleh
pada
siswa
lainnya
sehingga
mereka
menguasai
materi
pembelajaran. Di dalam pembelajaran aktif siswa mendapatkan tantangantantangan yang mengharuskan kerja keras karena harus lebih aktif dan mandiri
untuk mengugkapakn, menjelaskan, dan bertanya tentang materi pelajaran yang
diajarkan.
Menurut John Holt dalam Silberman (2007: 5) belajar semakin baik jika
siswa diminta untuk melakukan hal-hal berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
(2006:53)
menyatakan
bahwa
Tipe
quiz
team
dapat
maka
diadakan
suatu
pertandingan
akademis.
Dengan
adanya
Alternatif
prosedur
pembelajaran
belajar
aktif
untuk
2.
sumber belajar.
Pembentukan kelompok: Guru mengidentifikasi karakteristik siswa, menetapkan
jumlah
3.
kelompok
dan
jumlah
anggotanya,
serta
menetapkan
dan
bahan presentasi.
Eksplorasi: Siswa bersama kelompoknya mencari bahan sumber, mendiskusikan
dan menyelesaikan setiap tugas yang diberikan, mendukung dan membantu
5.
6.
kesempatan
pada
anggota
lain
dari
kelompok
penyaji
untuk
7.
belum
memberikan
terjawab
dengan
rangkuman
benar
materi
untuk
dan
jelas
oleh
mempertegas
kelompok
penyaji,
pemahaman
siswa,
pertanyaan siswa.
Evaluasi Formatif: Guru memberikan beberapa pertanyaan singkat untuk
dikerjakan setiap siswa dengan cepat secara tertulis.
B.
dalam
Dalvi
(2006:70)
mengungkapkan
prosedur
6.
7.
8.
9.
1.
2.
materi
tersebut,
saling
memberi
arahan,
saling
a.
mendiskusikan
dengan
materi
yang
baru
saja
disampaikan.
Kelompok
lain
memperhatikan.
meminta kelompok A untuk memberikan pertanyaan kepada kelompok B. jika
kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut
b.
kepada kelompok C.
kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C. Jika kelompok C tidak
c.
d.
e.
point b, c dan d.
menunjuk kelompok C untuk memberi pertanyaan. Prosedur sama seperti pada
6.
point b, c dan d.
Akhiri pembelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan jelaskan sekiranya
ada pemahaman siswa yang keliru.
7.
Memberikan Penghargaan
Setiap jawaban yang benar nantinya akan diberikan tanda bintang, kemudian
selanjutnya akan diakumulasi untuk mendapatkan kelompok yang memiliki score
tertinggi.
8. Guru menutup pembelajaran
C. Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team
Dari pembahasan mengenai active learning di atas dapat ditemukan
banyak kelebihan dari konsep active learning itu sendiri, diantaranya sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Namun tidak sedikit pula ditemukan beberapa kelemahan dari pembelajaran active
learning diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik sulit mengorientasikan pemikirannya, ketika tidak didampingi oleh pendidik
2. Pembahasan terkesan ke segala arah atau tidak terfokus.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta
Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana
Silberman, M.. 1996. Active Learning : 101 Strategies To Teach Any Subject. Toronto : Allyn Bacon
Zaini, H., Munthe, B., dan Aryani, S.A.. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : CTSD
IAIN Sunan Kalijaga
http://www.psb-psma.org/content/blog/3479-penerapan-metode-belajar-aktif-tipe-quiz-team-kepadasiswa. tanggal akses : 3 Mei 2012, 16:10 WIB
file:///G:/SPB%20team%20quiz/team%20quiz.html. Tanggal akses : 3 Mei 2012, 16:15 WIB
juniladri.wordpress.com/2013/12/12/pemberian-kuis-sebagai-upaya-untukmeningkatkan-hasil-belajar-siswa-tindakan-pemberian-kuis-dengan-tipe-quizteam/
http://www.mengejarasa.com/2012/06/pembelajaran-aktif-active-learning.html
Populernya model metode pembelajaran ceramah dan 41 model pembelajaran yang sering
terlupakan.
Berikut akan saya paparkan macam-macam metode pembelajaran yang efektif untuk dapat
dilaksanakan. Khususnya para pendidik atau juga para calon pendidik. Selama ini kita hanya
familiar atau bahkan selalu hanya menggunakan metode seperti ceramah. padahal banyak
sekali selain metode tersebut yang dapat digunakan dan efektif dalam usaha meningkatkan
pemahaman peserta didik terhadap materi yang kita sampaikan dan pada akhirnya tujuan dari
pembelajaran yang sudah kita tetapkan di awal tercapai dengan baik dan akan tecipta
pembelajaran yang berkualitas serta tercipta pengalaman-pengalaman yang menarik.
Selanjutnya anda dapat mengklik metode di bawah ini, karena dalam micro teaching di daftar
mata kuliah saya dan termasuk kedalam pembahasan kependidikan jadi disini akan dijelaskan
secara singat untuk masing-masing metode tersebut.
1. EXAMPLE NON EXAMPLE
Contoh dapat dari kasus/ gambar yang relevan dengan KD
2. PICTURE NON PICTURE
3. NUMBERED HEADS TOGETHER
(Kepala bernomor, Spencer Kagan 1992)
4. COOPERATIVE SCRIPT
(Dansereau Cs 1985)
5. KEPALA BERNOMOR STRUKTUR
(Modifikasi dari number heads)
6. STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Tim siswa kelompok prestasi
7. JIGSAW -MODEL TIM AHLI
(Aronssn Braney Stephen Sikes and Snapp 1978)
8. PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
Pembelajaran berdasarkan masalah
9. ARTIKULASI
10. MIND MAPPING
11. MAKE A MATCH
mencari pasangan (lorna Curran 1994)
12. THINK PIR AND SHARE
13. DEBATE
14. ROLE PLAYING
Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and nonexample merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media
pembelajaran. Metode Example non Example adalah metode yang menggunakan media
gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk
belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang
terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar
tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar.
Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks
analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga
digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan
siswa kelas rendah seperti :
a. kemampuan berbahasa tulis dan lisan,
b. kemampuan analisis ringan, dan
c. kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya
Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui OHP,
Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah
jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat
dengan jelas.
B. Ciri-ciri
Metode Example non Example juga merupakan metode yang mengajarkan pada siswa untuk
belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui
dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan
juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and Nonexample adalah taktik
yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat
dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi
konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan
konsep yang ada.
Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang
sedang dibahas, sedangkan
non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi
yang sedang dibahas.
Metode Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu
konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya.
Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan
dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang
ada.
C Kelebihan dan Kekurangan.
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non Example antara lain:
1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas
pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk
membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Example non Example
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu
konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat
beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada
bagian example.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
1. Langkah-langkah :
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat pada kertas
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai
7. Kesimpulan
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi
Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur
sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan
indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan
dapat dicapai oleh peserta didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan
momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai
dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama
ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik
minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh
temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energy kita dan siswa akan
lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai
guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi
yang kegiatan tertentu.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambargambar menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung
kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian,
sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan
indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain
untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekananpenekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan
atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam
pencapaian KD dan indicator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai
indicator yang telah ditetapkan.
7. Kesimpulan/rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi
pelajaran
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture:
Kelebihan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together adalah sebagai
berikut :
Kelebihan:
Setiap siswa menjadi siap semua
Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat
ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar
menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang
lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar
dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
6. Kesimpulan guru.
7.
Kelebihan:
Kekurangan:
studi menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang
signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe NHT (Numbered Heads Together).
Model ini dapat dijadikan alternatif variasi model pembelajaran sebelumnya. Dibentuk
kelompok heterogen, setiap kelompok beranggotakan 3-5 siswa, setiap anggota memiliki satu
nomor, guru mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan bersama dalam kelompok. Guru
menunjuk salah satu nomor untuk mewakili kelompoknya. Menurut Muhammad Nur (2005)
model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi
kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili
kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya
tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini upaya yang
sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam dalam diskusi kelompok.
Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada
aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber
yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan
oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran
kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja
saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut
dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan
tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang
telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para
siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti
(Tryana, 2008). Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung
melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara
dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Kepala bernomor
struktur)
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu ia akan memilih
manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran tertentu.
Ciri-ciri pembelajaran kepala bernomer struktur sebagai berikut:
1) Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan
memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda,
sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
2) Pengajuan Pertanyaan
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada
siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang
sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik
hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
3) Berpikir Bersama
mencarikan jawabnya.Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu .
c. Apabila pada satu nomer kurang maximal mengerjakan tugasnya, tentu saja mempengaruhi
pekerjaan pemilik tugas lain pada nomer selanjutnya.
1.
Menurut wina (2008:242) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil,yaitu antara 4-5
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,ras atau suku
yang berbeda (heterogen)
2.
Johnson (dalam Etin Solihatin,2005 :4 ) menyatakan bahwa :pembelajaran kooperatif
adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja
sama.
3.
Slavin ( dalam Wina,2008:242) mengemukakan dua alasan bahwa : pembelajaran
kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki pembelajaran selama
ini. Pertama,beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat menngkatkan kemampuan
hubungan sosial,menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain,serta dapat
meningkatkan harga diri.kedua,pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan
siswa dalam belajar,berfikir,memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
keterampilan.
2. Prinsip Pembelajaran Kooperatif sebagai berikut.
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan
dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama
diantara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
f.
Masih menurut Nur dalam Chotimah (2007), ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai
a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik
tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari
ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.
c. Penghargaan menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
4. Sintaks Model Pembelajaran STAD
Langkah-langkah model pembelajaran STAD dapat dilihat pada tabel 2.1 seperti
Tabel 2.1 Enam Langkah Model Pembelajaran STAD
Langkah
Indikator
Langkah 1
memotivasi siswa
memotivasi siswa
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok- kelompok
belajar
Evaluasi
Langkah 5
Guru memberi penghargaan hasil
belajar
individual dan kelompok
Langkah 6
Memberikan penghargaan
Poin peningkatan
10
20
30
30
Nilai Perkembangan
Excellent
22,6 30
15,1 22,5
Good teams
7,6 15,0
General teams
7,5
A)
b)
c)
Meningkatkan komitmen
d)
e)
f)
B)
a)
b)
c)
Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang
pandai lebih dominan.
1. Hubungan Penerapan Model STAD dengan Motivasi dan Prestasi
Belajar Siswa
Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat menciptakan
kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian diharapkan terjadi
interaksi antara guru dan siswa yang pada umumnya akan merasa mendapat motivasi yang
tinggi apabila guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Selain itu
siswa akan lebih memahami dan mengerti konsep-konsep fisika secara benar.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara konsisten baik
bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, dan resistensi (daya lekat)
terhadap materi pelajaran menjadi lebih panjang (Ellyana, 2007). Pembelajaan kooperatif
yang dikemas dalam kegiatan pembelajaran yang bervariasi dengan model STAD dapat
menumbuhkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Pengajaran fisika yang disajikan dengan
model pembelajaran STAD memungkinkan untuk memberikan pengalaman-pengalaman
sosial sebab mereka akan bertanggung jawab pada diri sendiri dan anggota kelompoknya.
Keberhasilan anggota kelompok merupakan tugas bersama.
Dalam pembelajaran STAD ini anggota kelompok berasal dari tingkat prestasi yang berbedabeda, sehingga melatih siswa untuk bertoleransi atas perbedaan dan kesadaran akan
perbedaan. Disamping itu pembelajaran yang disajikan dengan model STAD akan melatih
siswa untuk menceriterakan, menulis secara benar apa yang diteliti dan diamati. Apabila
ditinjau dari proses pelaksanaannya, kegiatan model pembelajaran STAD lebih membawa
siswa untuk memahami materi yang disajikan oleh guru, karena siswa aktif dalam proses
belajar mengajar. Berdasarkan uraian di atas, pengajaran fisika yang disajikan dengan dengan
penerapan model pembelajaran STADakan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar
siswa.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-studentteams.html#ixzz2uZXKTNWl
Model Pembelajaran Jigsaw
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronsons. Model
pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari
materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut kepada kelompoknya.Pada model pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa (student
centered) sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang
beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.
Dalam Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, siswa dibagi dalam beberapa kelompok
belajar yang heterogen yang beranggotakan 3-5 orang dengan menggunakan pola kelompok
asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa
anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang.
Guru harus trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik
bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri
dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu
untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam
kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing
anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut.
Disini, peran guru adalah mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar
mudah untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota
kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman
sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.Para
kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan saat melakuakn
diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada
kelompok asal. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota
tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki
tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan
informasi dan memecahkan masalah yang biberikan.
1. Langkah- Langkah dalam metode jigsaw
Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji.
Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw, yaitu:
1. Awal kegiatan pembelajaran
a. Persiapan
1. Melakukan Pembelajaran Pendahuluan
Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan
menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut.
2. Materi
4/21/2012
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED
INTRODUCTION)
berdasarkan pada pengetahuan terkini. Mengikuti Glaser (1991) secara umum diasumsikan
bahwa belajar adalah proses yang konstruktif dan bukan penerimaan. Proses-proses kognitif
yang disebut metakognisi mempengaruhi penggunaan pengetahuan, dan faktor-faktor sosial
dan kontektual mempengaruhi pembelajaran.
A. Pengertian Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Suherman (2003: 7)
Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas
yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Konsep yang dikemukakan Suherman menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu
bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara guru dan siswa berhubungan dengan strategi,
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunkan dalam proses pembelajaran.
Gijselaers ( 1996)
Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah proses dimana
pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan.
Konsep ini menjelaskan bahwa belajar terjadi dari aksi siswa, dan pendidik hanya berperan
dalam memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh pembelajar. Pendidik
harus memusatkan perhatiannya untuk membantu siswa dalam mencapai keterampilan self
directed learning.
Tujuan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Departemen Pendidikan Nasional (2003)
Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri, artinya
ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil
menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta
termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu.
Dari pengertian ini, dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran berbasis masalah adalah
untuk menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa untuk terus
belajar.
Muslimin Ibrahim (2000:7)
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan
informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah
dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan
masalah, dan ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan
mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri.
Dari pengertian ini kita dapat mngetahui bahwa pembelajaran berbasis masalah ini
difokuskan untuk perkembangan belajar siswa, bukan untuk membantu guru mengumpulkan
informasi yang nantinya akan diberikan kepada siswa saat proses pembelajaran.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning) bertujuan untuk:
1. membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan
masalah,
2. belajar peranan orang dewasa yang otentik,
3. menjadi siswa yang mandiri,
4. untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat kemungkinan transfers
pengetahuan baru,
5. mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
6. meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
7. meningkatkan motivasi belajar siswa
8. membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
B. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Berdasar pada pandangan psikologi kognitif terdapat tiga prinsip pembelajaran yang
berkaitan dengan PBL
1. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran tradisional
didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan pengetahuan ke kepala
pebelajar. Kepala pebelajar dipandang sebagai kotak kosong yang siap diisi melalui repetisi
dan penerimaan. Pengajaran lebih diarahkan untuk penyimpanan informasi oleh pebelajar
pada memorinya seperti menyimpan buku-buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali
informasi bergantung pada kualitas nomer panggil(call number) yang digunakan dalam
mengklasifikasikan informasi. Namun, psikologi kognitif modern menyatakan bahwa memori
merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan disusun dalam jaringan antar konsep, mengacu
pada jalinan semantik. Ketika belajar terjadi informasi baru digandengkan pada jaringan
informasi yang telah ada. Jalinan semantik tidak hanya menyangkut bagaimana menyimpan
informasi, tetapi juga bagaimana informasi itu diinterpretasikan dan dipanggil.
2. Knowing About Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.
Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila pebelajar
mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum mengacu pada
metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi dipandang sebagai elemen
esensial keterampilan belajar seperti setting tujuan (what am I going to do), strategi seleksi
(how am I doing it?), dan evaluasi tujuan (did it work?). Keberhasilan pemecahan masalah
tidak hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge), tetapi juga
penggunaan metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Secara khusus keterampilan
metokognitif meliputi kemampuan memonitor prilaku belajar diri sendiri, yakni menyadari
bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah hasil pemecahan masalah masuk akal?
2. mengumpulkan data,
3. menganalisis data,
4. memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,
5. memilih cara untuk memecahkan masalah,
6. merencanakan penerapan pemecahan masalah,
7. melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan
8. melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Arends (2004)
Ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.
Fase Aktivitas guru
Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan pembelajaran,
logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih
Fase 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa membatasi dan
mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong mahasiswa
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk
penjelasan dan pemecahan
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka
untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu mahasiswa
melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama
berlangusungnya pemecahan masalah.
Berikut langkah-langkah PBM.
1. Guru memulai sesi awal PBM dengan presentasi permasalahan yang akan dihadapi oleh
siswa.
2. Siswa terstimulus untuk berusaha menyelesaikan permasalahan di lapangan.
3. Siswa mengorganisasikan apa yang telah mereka pahami tentang permasalahan dan
mencoba mengidentifikasi hal-hal terkait.
4. Siswa berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak mereka
pahami.
5. Guru mendampingi siswa untuk fokus terhadap pertanyaan yang dianggap penting.
6. Setelah periode self-study, sesi kedua dilakukan.
7. Pada awal sesi ini siswa diharapkan dapat membagi pengetahuan baru yang mereka
peroleh.
8. Siswa menguji validitas dari pendekatan awal dan menyaringnya.
9. Siswa berlatih mentransfer pengetahuan dalam konteks nyata melalui pelaporan di kelas.
Dalam penyelidikan suatu masalah, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1. Membaca dan menganalisis skenario dan situasi masalah.
Periksa pemahaman Anda tentang skenario dengan mendiskusikan hal itu dalam kelompok
Anda. Sebuah upaya kelompok mungkin akan lebih efektif dalam menentukan apa faktorfaktor kunci dalam situasi ini. Karena ini adalah situasi pemecahan masalah nyata, grup Anda
akan harus secara aktif mencari informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
2. Daftar hipotesis, ide, atau firasat
Tulis dalam daftar teori atau hipotesis tentang penyebab masalah atau ide-ide tentang
bagaimana untuk memecahkan masalah. Anda juga akan mendukung atau menolak ide-ide
sebagai hasil penyelidikan Anda. Daftar ide yang berbeda lain yang perlu ditangani.
3. Daftar apa yang dikenal.
Buat pos berjudul Apa yang kita ketahui? pada selembar kertas. Kemudian temukan
informasi yang terkandung dalam skenario.
4. Mengembangkan sebuah pernyataan masalah.
Suatu pernyataan masalah harus berasal dari analisis Anda apa yang Anda ketahui. Dalam
satu atau dua kalimat Anda harus dapat menjelaskan apa yang grup Anda sedang mencoba
untuk menyelesaikan, memproduksi, menanggapi, tes, atau mencari tahu. Pernyataan masalah
mungkin harus direvisi sebagai informasi baru ditemukan dan dibawa ke menanggung pada
situasi.
5. Daftar apa yang dibutuhkan.
Siapkan daftar pertanyaan Anda pikir perlu dijawab untuk memecahkan masalah. Rekam
mereka di bawah daftar kedua berjudul: Apa yang kita perlu tahu? Beberapa jenis
pertanyaan yang mungkin sesuai. Beberapa orang mungkin alamat konsep atau prinsipprinsip yang perlu dipelajari untuk mengatasi situasi. Pertanyaan lain mungkin dalam bentuk
permintaan untuk informasi lebih lanjut. Pertanyaan-pertanyaan ini akan membimbing
pencarian yang mungkin akan terjadi on-line, di perpustakaan, atau dalam pencarian out-ofkelas yang lain.
6. Daftar tindakan yang mungkin.
Daftar rekomendasi, solusi, atau hipotesis di bawah judul: Apa yang harus kita lakukan?.
Daftar rencana Anda untuk penyelidikan. Rencana ini mungkin termasuk mempertanyakan
ahli, mendapatkan data online, atau mengunjungi perpustakaan.
7. Mengumpulkan dan Menganalisis informasi.
Bagilah tanggung jawab untuk mengumpulkan, mengorganisir, menganalisis, dan
menafsirkan informasi dari banyak sumber. Menganalisis informasi yang anda kumpulkan.
Anda mungkin perlu merevisi pernyataan masalah. Anda dapat mengidentifikasi laporan
masalah yang lebih. Pada titik ini, grup Anda mungkin akan merumuskan dan menguji
hipotesis untuk menjelaskan masalah. Beberapa masalah mungkin tidak memerlukan
hipotesis, bukan solusi yang dianjurkan atau pendapat (berdasarkan data riset Anda) mungkin
tepat.
8. Menyajikan temuan-temuannya.
Siapkan laporan di mana Anda membuat rekomendasi, prediksi, kesimpulan, atau solusi
lainyang tepat untuk masalah berdasarkan data Anda dan latar belakang. Bersiaplah untuk
mendukung rekomendasi Anda. Jika sesuai, pertimbangkan presentasi multimedia dengan
menggunakan gambar, grafik, atau suara.
Pelaksanaan Pembelajaran Bedasarkan Masalah
Pierce dan Jones (Ratnaningsih, 2003)
Mereka mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul pada waktu
pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a. Keterlibatan (engagement) meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah
masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan siswa pada situasi yang
mendorong untuk mampu menemukan masalah dan meneliti permasalahan sambil
mengajukkan dugaan dan rencana penyelesaian.
b. Inkuiri dan investigasi (inquiry dan investigation) yang mencakup kegiatan mengeksplorasi
dan mendistribuskan informasi.
c. Performansi (performnace) yaitu menyajikan temuan.
d. Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi
terhadap proses pemecahan masalah.
A. Tugas Perencanaan.
Pembelajaran Bedasarkan Masalah memerlukan banyak perencanaan seperti halnya modelmodel pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.
1. Penetapan Tujuan.
Pertama mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berdasarkan masalah direncanakan untuk
membantu tercapainya tujuan-tujuan tertentu misalnya ketrampilan menyelidiki, memahami
peran orang dewasa dn membantu siswa menjadi pebelajar yang mandiri Hendaknya
difikirkan dahulu dengan matang tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat
dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa
2. Merancang situasi masalah yang sesuai
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru memberikan kebebasan siswa untuk memilih
masalah yang akan diselidiki, karena cara ini meningkatkan motivasi siswa. Masalah
sebaiknya otentik ( berdasarkan pada pengalaman dunia nyata siswa ), mengandung teka-teki
dan tidak terdefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa dan
konsisten dengan tujuan kurikulum.
3. Organisasi sumber daya dan rencana logistik.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru mengorganisasikan sumber daya dan
merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa karena dalam model pembelajaran ini
dimungkinkan siswa bekerja dengan beragam material dan peralatan, pelaksanaan dapat
dilakukan didalam maupun diluar kelas.
B. Tugas interaktif
1. Orientasi siswa pada masalah.
Siswa perlu memahami bahwa pembelajaran berdasarkan masalah tidak untuk memperoleh
informasi baru dalam jumlah besar, tetapi pembelajaran ini adalah kegiatan penyelidikan
terhadap masalah-masalah yang penting dan untuk menjadi pelajar yang mandiri. Oleh karena
itu cara yang baik dalam menyajikan masalah adalah dengan menggunakan kejadian-kejadian
yang mencengangkan dan menimbulkan misteri sehingga merangsang untuk memecahkan
masalah tersebut.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa memerlukan bantuan guru untuk
merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan. Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok belajar kooperatif juga diperlukan pengembangan ketrampilan kerja sama di
anatara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama.
3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.
a. guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi
pertanyaan yang membuat siswa memimikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan
untuk pemecahan masalah sehingga siswa diajarkan menjadi penyelidik yang aktif dan dapat
menggunakan metode yang sesuai untuk memecahkan masalah tersebut. Membantu
penyelidikan mandiri dan kelompok
b. Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan penerimaan sepenuhnya ide-ide tersebut.
Guru mendorong siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi
pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan
untuk pemecahan masalah. Selama tahap penyelidikan guru memberi bantuan yang
dibutuhkan tanpa mengganggu siswa.
c. Puncak kegiatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah penciptaan dan peragaan
artifak seperti laporan, poster, model-model fisik, videotape dsb. Tugas guru pada tiap akhir
pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi
proses berfikir mereka sendiri, dan ketrampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Tugas guru pada tahap akhir
pembelajaran berdasarkan masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi
proses berpikir mereka sendiri dan ketrampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
C. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Managemen
Guru perlu memberikan seperangkat aturan, sopan santun kepada siswa untuk mengendalikan
tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan sehingga terciptanya kenyamanan,
kemudahan siswa dalam melakukan aktivitasnya.
D. Asesmen dan evaluasi
Penilaian yang dilakukan guru tidak hanya terbatas dengan tes kertas dan pensil ( paper and
paper tes ) tetapi termasuk menemukan prosedur penilaian alternative yang dapat digunakan
untuk mengukur pekerjaan siswa. Penetapan kriteria penilaian tugas-tugas kinerja/ hasil karya
harus dilakukan pada awal-awal pembelajaran dan harus dapat dikerjakan oleh pebelajar
(Fottrell, 1996). Kriteria penilaian itu harus didiskusikan terlebih dahulu bersama pebelajar di
kelas. Diskusi ini meliputi berapa grade yang harus mereka capai dan siapa yang akan
menilai mereka (pembelajar, pebelajar, atau ahli luar).
Penilaian pada pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada proses dengan tujuan untuk
menilai ketrampilan berkomunikasi, bekerjasama, penerimaan siswa terhadap tanggung
jawab belajar, kemampuan belajar bagaimanan belajar ( learning to learn ), penyelesaian dan
penggunaan sumber serta pengembangan ketrampilan memecahkan masalah. Dalam
pembelajaran berbasis masalah guru berperan dalam mengembangkan aspek kognitif dan
metakognitif siswa, bukan sekedar sumber pengetahuan dan penyebar informasi. Disamping
itu siswa bukan sebagai pendengar yang pasif tetapi berperan aktif sebagai problem.
Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan
sebagai berikut:
Guru sebagai pelatihv
Siswa sebagai problem solverv
Masalah sebagai awal tantangan dan motivasiv
Asking about thinking ( bertanya tentang pemikiran)
memonitor pembelajaran
probbing ( menantang siswa untuk berfikir )
menjaga agar siswa terlibat
mengatur dinamika kelompok
menjaga berlangsungnya proses
peserta yang aktif
terlibat langsung dalam pembelajaran
membangun pembelajaran
menarik untuk dipecahkan
menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari
Muslimin Ibrahim menjelaskan bahwa dalam menerapkan model pembelajaran berbasis
masalah membutuhkan banyak latihan dan perlu membuat ke putusan-keputusan khusus pada
fase-fase perencanaan, interaksi dan setelah pembelajaran.
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh pebelajar
yang diajar dengan PBL yaitu:
1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.
Siswa yang melakukan inkuiri dalam pempelajaran akan menggunakan ketrampilan berpikir
tingkat tinggi (higher-order thinking skill) dimana mereka akan melakukan operasi mental
seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan reasoning.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
1. Penetapan Tujuan.
2. Merancang situasi masalah yang sesuai.
3. Organisasi sumber daya dan rencana logistik.
B. Tugas interaktif
1. Orientasi siswa pada masalah.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.
4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
C. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Managemen.
D. Asesmen dan evaluasi
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh pebelajar
yang diajar dengan Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:
1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif dan mandiri
2. Meningkatkan motivasi dan kemampuan memecahkan masalah
3. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
4. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
5. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan
secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
6. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan
hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.
2. Kurangnya waktu pembelajaran.
3. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar.
4. Seorang guru sulit menjadi fasilitator yang baik.
Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan
mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota
yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan
secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah
peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita
akan pergi dan dimana kita berada.
Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa
menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan
dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan
daripada menggunakan teknik mencatat biasa..
Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat
materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan
sebagai teknik mencatat kreatif.
Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan
pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat
mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia
akan semakin kreatif.
Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik
ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau
kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping
sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan
membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk
mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon
dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi
yang lain.
Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan
seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan
kanan. Dengan metode mind mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.
Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Maping
Catatan biasa :
a.
Catatan Biasa
b.
c.
d.
e.
f.
Statis
Mind mapping :
a.
Peta pikiran
b.
c.
Berwarna warni
d.
e.
f.
Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat yang
mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi
kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan
otak maka kan memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk
informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol,
bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.Peta
pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena
berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana
menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar
akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar adalah
menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses
pembuatan mind mapping.(Sugiarto,Iwan. 2004. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan
Berfikir.)
Cara membuat mind mapping, terlebih dahulu siapkan selembar kertas kosong yang diatur
dalam posisi landscape kemudian tempatan topik yang akan dibahas di tengah-tengah
halaman kertas dengan posisi horizontal. Usahakan menggunakan gambar, simbol atau kode
pada mind mapping yang dibuat. Dengan visualisasi kerja otak kiri yang bersifat rasional,
numerik dan verbal bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosi,
kreativitas dan seni. Dengan ensinergikan potensi otak kiri dan kanan, siswa dapat dengan
lebih mudah menangkap dan menguasai materi pelajaran.
Selain itu, siswa dapat menggunakan kata-kata kunci sebagai asosiasi terhadap suatu ide pada
setiap cabang pemikiran berupa sebuah kata tunggal serta bukan kalimat. Setiap garis-garis
cabang saling berhubungan hingga ke pusat gambar dan diusahakan garis-garis yang dibentuk
tidak lurus agar tidak membosankan. Garis-garis cabang sebaiknya dibuat semakin tipis
begitu bergerak menjauh dari gambar utama untuk menandakan hirarki atau tingkat
kepentingan dari masing-masing garis.
Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa
atau untuk menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok secara
berpasangan ( 2 orang ).
Langkah-langkah pembelajarannya :
1.
2.
3.
Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4.
Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima
dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian
berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5.
Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan
teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6.
7.
Kesimpulan/penutup.
2. Prinsip Dasar Mind Mapping
Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan kata kunci
bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik
pohon.
3. Kelebihan dan Kekurangan mind mapping
Merencana
b.
Berkomunikasi
c.
Menjadi Kreatif
d.
Menghemat Waktu
e.
Menyelesaikan Masalah
f.
Memusatkan Perhatian
g.
h.
i.
j.
Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu :
a.
b.
Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
c.
d.
b.
c.
KESIMPULAN
Jadi model pembelajaran mind mapping adalah suatu model pembelajaran untuk
menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind
mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Model
pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau
untuk menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok secara
berpasangan ( 2 orang ).
Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan kata kunci
bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik
pohon.
Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat
materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan
sebagai teknik mencatat kreatif.
Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan
pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat
mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia
akan semakin kreatif.
Kelebihan :
a.
b.
Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
c.
d.
Kekurangan :
a.
b.
c.
Rendahnya pencapaian nilai akhir siswa ini, menjadi indikasi bahwa pembelajaran yang
dilakukan belum efektif. Nilai akhir dari evaluasi belajar belum mencakup penampilan dan
partisipasi siswa dalam pembelajaran, hingga sulit untuk mengukur keterampilan siswa .
Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang
lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di
lingkungan sekitarnya .Atas dasar itulah mencoba dikembangkan pendekatan kooperatif
dalam pembelajaran dengan metode make a match.
Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini
menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27). Sedangkan menurut
Ibrahim (2000:2) model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran
kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan
positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi
proses kelompok (Lie, 2003:30)
Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan
jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan
permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran.
Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan metode
pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah
satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik
yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas
waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
2. PRINSIP ATAU CIRI-CIRI
Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna
Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkahlangkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk
sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang
kartu yang bertuliskan bela negara akan berpasangan dengan kartu yang bertuliskan soal
sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada negara dalam
Berdasarkan pada kegiatan belajar mengajar penggunaan metode make a match, siswa
nampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode
pencarian kartu pasangan ini siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di
dalam kartu yang ditemukannya dan menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara
bersama-sama.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa metode make a
match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan
kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak
sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa
tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing.
Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk menarik perhatian sehingga
pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan motivasi siswa dalam diskusi. Hal ini sejalan
dengan pendapat Hamalik (1994:116), Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan
peningkatan keaktifan siswa yang dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran tertentu, dan
motivasi belajar dapat ditujukan ke arah kegiatan-kegiatan kreatif. Apabila motivasi yang
dimiliki oleh siswa diberi berbagai tantangan, akan tumbuh kegiatan kreatif. Selanjutnya,
penerapan metode make a match dapat membangkitkan keingintahuan dan kerja sama di
antara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan
tuntutan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan proses
pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu: berpusat pada siswa; mengembangkan
keingintahunan dan imajinasi; memiliki semangat mandiri, bekerja sama, dan kompetensi;
menciptakan kondisi yang menyenangkan; mengembangkan beragam kemampuan dan
pengalaman belajar; karakteristik mata pelajaran.
Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)
Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)
Strategi think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagai adalah merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
1. Pengertian
Strategi think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu.
Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya di universitas Maryland sesuai
yang dikutip Arends (1997),menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang
efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua
resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara
keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih
banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya
melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda
tanya . Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah
1.
Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu
satu sama lain.
2.
3.
4.
5.
6.
Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya
untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
7.
Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam kelas.
8.
Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi
antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.
9.
Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara
berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan
(diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
10. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan
yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang
diajarkan.
11. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan
temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.
12. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok,
dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
13. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh
siswa sehingga ide yang ada menyebar.
14. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.
15. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS
menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan
yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami
materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
16. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain
untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa
dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir
maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar
mereka.
17. Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan dapat memotivasi
siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada
pembelajaran dengan model konvensional.
18. Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa
malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan
menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam
proses belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton
dibandingkan metode konvensional.
19. Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional,
siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat
dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah
pendengar materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini dapat
diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh
guru.
20. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih
oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi
secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih
optimal.
21. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan
dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim,
sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau
mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.
1. Kelemahan TPS (Think-Pair-Share)
1.
2.
3.
Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang
berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat
meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
4.
5.
6.
7.
8.
Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu
siswa tidak mempunyai pasangan.
9.
Contoh lain debat yang diselenggarakan secara formal adalah debat antar kandidat legislatif
dan debat antar calon presiden/wakil presiden yang umum dilakukan menjelang pemilihan
umum.
Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di tingkat
sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan dengan aturan
(format) yang jelas dan ketat antara dua pihak yang masing-masing mendukung dan
menentang sebuah pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau beberapa orang juri yang
ditunjuk untuk menentukan pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari debat kompetitif
adalah tim yang berhasil menunjukkan pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik.
B. DEBAT KOMPETITIF DALAM PENDIDIKAN
Tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat kompetitif tidak bertujuan untuk
menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk mengembangkan kemampuankemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti kemampuan untuk mengutarakan
pendapat secara logis, jelas dan terstruktur, mendengarkan pendapat yang berbeda, dan
kemampuan berbahasa asing (bila debat dilakukan dalam bahasa asing).
Namun demikian, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif didasarkan atas
debat formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah debat parlementer
sebagai salah satu gaya debat kompetitif yang populer. Ada berbagai format debat
parlementer yang masing-masing memiliki aturan dan organisasinya sendiri.
Kejuaraan debat kompetitif parlementer tingkat dunia yang paling diakui adalah World
Universities Debating Championship (WUDC) dengan gaya British Parliamentary di tingkat
universitas dan World Schools Debating Championship (WSDC) untuk tingkat sekolah
menengah atas.
Kompetisi debat bertaraf internasional umumnya menggunakan bahasa Inggris sebagai
pengantar. Tidak ada bantuan penerjemah bagi peserta manapun. Namun demikian, beberapa
kompetisi memberikan penghargaan khusus kepada tim yang berasal dari negara-negara yang
hanya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (English as Second Language
ESL).
Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara lain Inggris, Australia, Irlandia, dan
Amerika Serikat. Di Asia, negara yang dianggap relatif kuat antara lain Filipina dan
Singapura.
1. Debat kompetitif di Indonesia
Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun masih didominasi oleh
kompetisi debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat parlementar pertama di tingkat
universitas adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED) yang diselenggarakan
tahun 1997 di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, dan diikuti oleh tim-tim dari
berbagai wilayah di P. Jawa. Kejuaraan debat se-Indonesia yang pertama adalah Indonesian
Varsity English Debate (IVED) 1998 di Universitas Indonesia. Hingga kini (2006), kedua
kompetisi tersebut diselenggarakan setiap tahun secara bergilir di universitas yang berbeda.
Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke WSDC. Delegasi tersebut dipilih setiap
tahunnya melalui Indonesian Schools Debating Championship (ISDC) yang diselenggarakan
oleh Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Association for Critical Thinking
(ACT).
Aturan untuk interupsi (Points of Information POI) mirip dengan format BP. POI hanya
dapat diberikan antara menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan tidak ada POI dalam pidato
penutup.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian Schools Debating
Championship (ISDC). Beberapa SMU di Indonesia yang pernah mengadakan kompetisi
debat juga menggunakan format ini.
e. American Parliamentary
Debat parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap debatnya dengan
susunan sebagai berikut:
Government
Prime Minister (PM)
Member of the Government (MG)
Opposition
Leader of the Opposition (LO)
Member of the Opposition (MO)
Debat parlementer diadakan oleh beberapa organisasi berbeda di Amerika Serikat di tingkat
pendidikan menengah dan tinggi. National Parliamentary Debate Association (NPDA),
American Parliamentary Debate Association (APDA), dan National Parliamentary
Tournament of Excellence (NPTE) menyelenggarakan debat parlementer tingkat universitas
dengan susunan pidato sebagai berikut:
Prime Minister 7 menit
Leader of the Opposition 8 menit
Member of the Government 8 min
Member of the Opposition 8 min
Leader of the Opposition Rebuttal 4 min
Prime Minister Rebuttal 5 min
California High School Speech Association (CHSSA) dan National Parliamentary Debate
League (NPDL) menyelenggarakan debat parlementer tingkat sekolah menengah dengan
susunan pidato sebagai berikut:
Prime Minister 7 menit
Leader of the Opposition 7 menit
Member of the Government 7 menit
Member of the Opposition 7 menit
Leader of the Opposition Rebuttal 5 menit
Prime Minister Rebuttal 5 menit
Dalam semua format tersebut kecuali CHSSA, interupsi berupa pertanyaan dapat ditanyakan
kepada pembicara keempat pidato pertama, kecuali pada menit pertama dan terakhir pidato.
Dalam format CHSSA, keenam pidato semuanya dapat diinterupsi.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.
3. Debat kompetitif selain debat parlementer
Debat Proposal
Dalam gaya Debat Proposal (Policy Debate), dua tim menjadi penganjur dan penentang
sebuah rencana yang berhubungan dengan topik debat yang diberikan. Topik yang diberikan
umumnya mengenai perubahan kebijakan yang diinginkan dari pemerintah. Kedua tim
biasanya memainkan peran Afirmatif (mendukung proposal) dan Negatif (menentang
proposal). Pada prakteknya, kebanyakan acara debat tipe ini hanya memiliki satu topik yang
sama yang berlaku selama setahun penuh atau selama jangka waktu lainnya yang sudah
ditetapkan.
Bila dibandingkan dengan debat parlementer, debat proposal lebih mengandalkan pada hasil
riset atas fakta-fakta pendukung (evidence). Debat ini juga memiliki persepsi yang lebih luas
mengenai argumen. Misalnya, sebuah proposal alternatif (counterplan) yang membuat
proposal utama menjadi tidak diperlukan dapat menjadi sebuah argumen dalam debat ini.
Walaupun retorika juga penting dan ikut memengaruhi nilai setiap pembicara, pemenang tiap
babak umumnya didasari atas siapa yang telah memenangkan argumen sesuai dengan fakta
pendukung dan logika yang diberikan. Sebagai konsekuensinya, juri kadang-kadang
membutuhkan waktu yang lama untuk mengambil keputusan karena semua fakta pendukung
harus diperiksa terlebih dahulu.
Di Amerika Serikat, Debat Proposal adalah tipe debat yang lebih populer dibandingkan debat
parlementer. Kegiatan ini juga telah dicoba dikembangkan di Eropa dan Jepang dan gaya
debat ini ikut memengaruhi bentuk-bentuk debat lain. Di AS, Debat Proposal tingkat SMU
diselenggarakan oleh NFL dan NCFL. Di tingkat universitas, debat ini diselenggarakan oleh
National Debate Tournament (NDT), Cross Examination Debate Association (CEDA),
National Educational Debate Association, dan Great Plains Forensic Conference.
Debat Proposal terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing dua orang dalam tiap
debatnya. Setiap pembicara membawakan dua pidato, satu pidato konstruktif (8 atau 9 menit)
yang berisi argumen-argumen baru dan satu pidato sanggahan (4, 5, atau 6 menit) yang tidak
boleh berisi argumen baru namun dapat berisi fakta pendukung baru untuk membantu
sanggahan. Biasanya, sehabis setiap pidato konstruktif, pihak lawan diberikan kesempatan
untuk melakukan pemeriksaan silang (cross-examination) atas pidato tersebut. Setiap isu
yang tidak ditanggapi oleh pihak lawan dianggap sudah diterima dalam debat. Dewan juri
secara seksama mencatat semua pernyataan yang dibuat dalam suatu babak (sering disebut
flow).
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.
Lincoln-Douglas Debate
Nama gaya debat ini diambil dari debat-debat terkenal yang pernah dilakukan di Senat
Amerika Serikat antara kedua kandidat Lincoln dan Douglas. Setiap debat gaya ini diikuti
oleh dua pedebat yang bertarung satu sama lain.
Argumen dalam debat ini terpusat pada filosofi dan nilai-nilai abstrak, sehingga sering
disebut sebagai debat nilai (value debate). Debat LD kurang menekankan pada fakta
potongan/model pakaian tersebut. Maka secara lugas dapat dikatakan bahwa tujuan daripada
berpakaian sudah tercapai.
Demikian juga dengan pembelajaran. Banyak ragam strategi pembelajaran, pendekatan,
metode pembelajaran dan juga model pembelajaran. Tujuan dilaksanakannya berbagai
macam strategi pembelajaran, metode pembelajaran dan model pembelajaran adalah agar
guru/pendidik lebih mudah, lebih efektif dan efisien dalam menerapkan suatu pembelajaran
sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran akan mudah tercapai secara maksimal.
Bagi peserta didik akan menimbulkan perasaan senang, termotivasi, tertantang sehingga
pembelajaran pun menjadi lebih bermakna dan PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif
Efektif dan Menyenangkan ). Tidak ada lagi pembelajaran yang monoton dan menjemukan.
Khusus model pembelajaran, ternyata jumlahnya cukup banyak. Hal ini karena selalu ada
inovasi-inovasi baru yang dilakukan oleh kalangan guru/pendidik, ahli pendidikan dan kaum
cerdik cendikiawan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Efektif atau tidaknya suatu model pembelajaran diterapkan, tidak ditentukan oleh
kecanggihan suatu model pembelajaran saja, karena pada prinsipnya tidak ada satu model
pembelajaran pun yang terbaik. Model pembelajaran yang terbaik adalah model pembelajaran
yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Dari sekian model pembelajaran, berikut
penulis sampaikan salah satu contoh model pembelajaran yakni model pembelajaran
Artikulasi.
1. Pengertian Model Pembelajaran Artikulasi
Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti pesan berantai,
artinya apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada
siswa lain (pasangan kelompoknya). Di sinilah keunikan model pembelajaran ini. Siswa
dituntut untuk bisa berperan sebagai penerima pesan sekaligus berperan sebagai penyampai
pesan.
Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif
dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-masing
siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya
tentang materi yang baru dibahas. Konsep pemahaman sangat diperlukan dalam mode
pembelajaran ini.
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Artikulasi
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima
dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian
berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan
teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
7. Kesimpulan/penutup.
dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil
kelompok, bimbingan penyimpulan dan refleksi.
D. Pengertian dan ciri-ciri pembelajaran Role Playing
Bermain peran pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk menghadirkan peran-peran
yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas/pertemuan,
yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian
terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut,
dan kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran
tersebut. Pembelajaran ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam
pertunjukan, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran
.
Role playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan
sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid
dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di
dalam kelas, dengan menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, role Playing sering kali
dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya
seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).
Dalam role playing murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan
praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama temantemannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada
diri murid (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, 2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran PKn standar kompetensi memahami
kebebasan berorganisasi, dan menghargai keputusan bersama, murid akan lebih berhasil jika
mereka diberi kesempatan memainkan peran dalam bermusyawarah, melakukan pemungutan
suara terbanyak dan bersikap mau menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai
kegiatan tersebut dan secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa
yang mereka pelajari (Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena
tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi
.
Sementara itu, sesuai dengan pengalaman penelitian sejenis yang telah dilakukan, manfaat
yang dapat diambil dari role playing adalah: Pertama, role playing dapat memberikan
semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan
terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari. Kedua, role playing melibatkan
jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, role playing dapat
memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan.
Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke
dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby DePorter, 2000: 12)
E. kelebihan dan kekurangan role playing
Kelebihan Metode Role Playing
Group Investigationn merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi)
pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku
pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan,
baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe
ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun
dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk
menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat
mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri,
pengetahuan atauknowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group,
(Udin S. Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan
respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman
belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan
dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling
berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman
melaui proses saling beragumentasi.
Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting untuk melakukan
metode Group Investigationadalah:
1. Membutuhkan Kemampuan Kelompok.
Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan
memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai
informasi dari dalam maupun di luar kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang
diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.
2. Rencana Kooperatif.
Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan,
siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di
dalam kelas.
3. Peran Guru.
Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen,
(Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman
atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk
diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah dipilih, kemudian
menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.
1. Langkah-Langkah dalam Menggunakan Model Group Investigation
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya
digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi
kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan
2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun
kemampuan akademik.
2. Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan
umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1
diatas.
3. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). pembelajaran
harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan
mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam
maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan
memberikan bantuan jika diperlukan.
4. Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3
dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan
kelas.
5. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah
dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang
luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
6. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap
pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara
individu atau kelompok, atau keduanya.
1. Tahapan-tahapan Dalam Group Investigation
Tahap III
Membuat penyelidikan.
Tahap IV
Mempersiapkan tugas
akhir.
Tahap V
Siswa mempresentasikan hasil kerjanya.
Model pembelajaran Group Investigation merupakan model yang sulit diterapkan dalam
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini mempunyai cirri-ciri, yakni sebagai
berikut:
1. Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigationberpusat
pada siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan
sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
2. pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan
berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar
belakang, setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan
pendapat, saling berdiskusi dan beragumentasi dalam memahami suatu
pokok bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi
kelompok.
3. pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigationsiswa dilatih
untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, semua
kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik
yang telah dipelajari, semua siswa dalam kelas saling terlihat dan
mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.
4. adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar
mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
5. pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigationsuasana
belajar terasa lebih efektif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini
dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam
mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya
dalam membahas materi pembelajaran.
1. Kelebihan dan Kelemahan Model Group Investigation
5. Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai
dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
de-mokratis, dan masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman
belajarnya kepada siswa lain.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Bertukar Pasangan)
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu dia akan memilih
manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran tertentu. Dalam hal
ini Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran
kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang
berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
3. Langkah-langkah pembelajarannya
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk
pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling
menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan
semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.
4. Keunggulan dan Kelemahannya
Keunggulan :
1. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran
menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
Kelemahan :
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila
kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya , lembar penilaian tidak diberi nama si penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada temannya untuk
mencarikan jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.
5. Contoh model pembelajarannya
Pada Kompetensi Dasar (KD) Menaati Peraturan Perundang-undangan Nasional. misalnya
siswa dibagi menjadi beberapa kelompok masing masing mempunyai tugas berbeda.
Misalnya mempelajari sikap kritis terhadap peraturan perundangan yang tidak
mengakomodasi aspirasi rakyat , sikap patuh terhadap peraturan perundangan nasional.
Kemudian masing-masing anggota kelompok membentuk kelompok baru,sehingga kelompok
baru tersebut tersebut berisi siswa dari grup sikap kritis dan sikap patuh dan seterusnya.
Dalam kelompok baru tersebut setiap siswa menerangkan apa yang telah dipelajari.Ada
penilaian antar siswa dalam kelompok baru tersebut. Meliputi keaktivan, dalam diskusi serta
kemampuan menerangkan dan kemampuan menjawab pertanyaan.
KESIMPULAN
Dari uraian-uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa :
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat mobilitas
cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya
harus kembali ke pasangan semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu pembelajaran
kooperatif yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena
mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir
rasional (Rustaman et al., 2003: 206).
Dan ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Bertukar Pasangan)
Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran
kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang
berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk
pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling
menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan
semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.
Keunggulan :
1. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran
menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
Kelemahan :
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila
kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya , lembar penilaian tidak diberi nama si penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada temannya untuk
mencarikan jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-bertukarpasangan.html#ixzz2uZZWKdYa
MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
Pengertian model pembelajaran snowball throwing
Model Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL). Snowball Throwing yang menurut asal katanya
berarti bola salju bergulir dapat diartikan sebagai model pembelajaran dengan menggunakan
bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara
bergiliran di antara sesama anggota kelompok. Dilihat dari pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran siswa Pkn, model Snowball Throwing ini memadukan pendekatan komunikatif,
integratif, dan keterampilan proses.
Kegiatan melempar bola pertanyan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena
kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bartanya, atau berbicara. Akan tetapi mereka
juga melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain.
Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya
mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola kertas.
Dalam metode (Snowball Throwing), guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan keterampilan menyimpulkan isi berita atau informasi yang mereka
peroleh dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman
kepada siswa melalui pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling
berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah baik sosial, sains, hitungan dan
lingkungan pergaulan.
Dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian
masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan)
lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang
diperoleh.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
Jadi, model pembelajaran course review horay ini merupakan suatu model
pembelajaran yang dapat digunakan guru agar dapat tercipta suasana pembelajaran di
dalam kelas yang lebih menyenangkan. Sehingga para siswa merasa lebih tertarik.
Karena dalam model pembelajaran course review horay ini, apabila siswa dapat
menjawab pertanyaan secara benar maka siswa tersebut diwajibkan meneriakan kata
hore ataupun yel-yel yang disukai dan telah disepakati oleh kelompok maupun
individu siswa itu sendiri.
Model pembelajaran course review horay juga merupakan suatu metode pembelajaran
dengan pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal
dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau
kelompok yang mendapatkan jawaban atau tanda dari jawaban yang benar terlebih
dahulu harus langsung berteriak horay atau menyanyikan yel-yel kelompoknya.
Jadi, dalam pelaksanaan model pembelajaran course review horay ini pengujian
pemahaman siswa dengan menggunakan kotak yang berisi nomor untuk menuliskan
jawabannya. Dan siswa yang lebih dulu mendapatkan tanda atau jawaban yang benar
harus langsung segera menyoraki kata-kata horay atau menyoraki yel-yelnya.
Agar pemahaman konsep materi yang akan dibahas dapat dikaji secara terarah maka
seiring dengan perkembangan dunia pendidikan pembelajaran Corse Review Horay
menjadi salah satu alternative sebagai pembelajaran yang mengarah pada pemahaman
konsep. Pembelajaran Course Review Horay, merupakan salah satu pembelajaran
kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara pengelompokkan siswa ke
dalam kelompok-kelompok kecil.
Pembelajaran Course Review Horay yang dilaksanakan merupakan suatu
pembelajaran dalam rangka pengujian terhadap pemahaman konsep siswa
menggunakan kotak yang diisi dengan soal dan diberi nomor untuk menuliskan
jawabannya. Siswa yang paling terdahulu mendapatkan tanda benar langsung
berteriak horay atau yel-yel lainnya. Melalui Pembelajaran Course Review Horay
diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukkan
kelompok kecil.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Course Review Horay
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya jawab
3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok.
4. Untuk menguji pemahaman siswa disuruh membuat kartu atau kotak sesuai dengan
kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan guru.
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam kartu
atau kotak yang nomornya disebutkan guru.
6. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis didalam kartu atau kotak,
guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.
7. Bagi yang benar,siswa memberi tanda check list ( ) dan langsung berteriak horay
atau menyanyikan yel-yelnya.
8. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak horay .
9. Guru memberikan rewardv pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang banyak
memperoleh horay.
10. Penutup
C. Kelebihan Model Pembelajaran Corse Review Horay
a. Pembelajarannya menarik dan mendorong siswa untuk dapat terjun kedalamnya.
b. Pembelajarannya tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana
tidak menegangkan.
c. Siswa lebih semangat belajar karena suasana pembelajaran berlangsung
menyenangkan
d. Melatih kerjasama
D. Kelemahan Model Pembelajaran Course Review Horay
a. Siswa aktif dan pasif nilainya disamakan
b. Adanya peluang untuk curang
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-coursereview-horay.html#ixzz2uZZtkw00
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh
penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan
pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku), sebagaimana dikemukakan Carol
Locust berikut ini :The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes
as a means of just and impartial hearing. The talking stick was commonly used in
council circles to decide who had the right to speak. When matters of great concern
would come before the council, the leading elder would hold the talking stick, and
begin the discussion. When he would finish what he had to say, he would hold out the
talking stick, and whoever would speak after him would take it. In this manner, the
stick would be passed from one individual to another until all who wanted to speak
had done so. The stick was then passed back to the elder for safe keeping.
Artinya:
Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh sukusuku Indian
sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering
digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara.
Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus
memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin
berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari
satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya.
Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke
ketua/pimpinan rapat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda
seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara
bergiliran/bergantian.
B. Talking Stick Sebagai Model Pembelajaran
Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat
wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.
Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan
SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan
suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif. Langkah-langkah
penerapannya dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang.
2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.
4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru
mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.
6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok,
setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat
tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa
mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak
bisa menjawab pertanyaan.
8. Guru memberikan kesimpulan.
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-talkingstick.html#ixzz2uZZyAQpF
Metode Demonstrasi
1. Pengertian Metode Demonstrasi
Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada
siswa.
Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan oleh guru
atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstran cukup baik apabila di gunakan dalam
yang berharga.
c. Tidak semua hal dapat di Demonstrasikan di kelas karna sebab alat-alat yang terlalu
besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.
d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan di
Demonstrasikan.
Dan adapun sebaiknya dalam Mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru harus
terlebih dulu Mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya, baru di ikuti oleh muridmuridnya yang sesuai dengan petunjuk.
4. Adapun dalam metode demonstran ini memiliki kelebihan dan ada juga
kekurangannya sebagaimana yang akan di paparkan di bawah ini.
Kelebihan metode demonstran adalah:
Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap penting oleh
guru dapat di amati
Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di Demonstrasikan, jadi
proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik
kepada masalah lain
Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar
Dapat menambah pengalaman anak didik
Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan
Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan kongkrit
Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karna
ikut serta berperan secara langsung.
Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode demonstransi tersebut, maka
dalam bidang setudi agama, banyak hal-hal yang dapat di demonstrasikan terutama
dalam bidang ibadat, seperti pelaksanaan shalat, zakat dan yang lainnya.
Apabila teori menjalankan ibadah yang betul dan baik telah di miliki oleh anak didik,
maka guru harus mencoba mendemonstrasikan di depan para murit. Dan apabila anak
didik sedang mendemonstrasikan ibadah, guru harus mengamati langkah dari langkah
dari setiap gera-gerik murid tersebut,
sehingga apabila ada kesalahan atau kekurangannya guru berkewajiban
memperbaikinya. Tindakan mengamati segi-segi yang kurang baik lalu
memperbaikinya akan memberikan kesan yang dalam pada diri anak didik, karna guru
telah memberi pengalaman kepada anak didik baik bagi anak didik yang menjalankan
Demonstrasi ataupun bagi yang menyaksikannya.
Dari segi kelemahan atau metode demonstran adalah:
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metodedemonstrasi-dan-eksperimen.html#ixzz2uZaOCi2m
Pengertian
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-explicitinstruction.html#ixzz2uZaSlNPM
c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuantemuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat
bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa
dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh temanteman sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat
argumen.
C. Kelebihan Model Pembelajaran CIRC
Kelebihan dari model pembelajaran terpadu atau (CIRC) antara lain:
1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat
perkembangan anak;
2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak;
3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik
akan dapat bertahan lebih lama;
4) pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak;
5) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai
dengan permasalahan yang sering ditemuai dalam lingkungan anak;
6) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar yang
dinamis, optimal dan tepat guna;
7) menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan
respek terhadap gagasan orang lain;
8) membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar
(Saifulloh, 2003).
D. Kekurangan Model Pembelajaran CIRC
Kerurangan dari model pembelajaran CIRC tersebut antara lain:
Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan
bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti: matematika dan
mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.
E. Kesimpulan
Model pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena dengan menggunakan model ini siswa
dapat memahami secara langsung peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan dengan materi
yang dijelaskan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-circcooperative.html#ixzz2uZamkHzS
MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE (LINGKARAN BESAR
LINGKARAN KECIL)
Teknik mengajar lingkaran besar dan lingkaran kecil (inside outside circle) dikembangkan
oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan pada siswa agar saling berbagi informasi
pada saat yang bersamaan.
Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang
membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antar siswa. Salah satu keunggulan teknik ini
adalah adanya struktur yang jelas yang memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan
yang berbeda dengan singkat danteratur. Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa dalam
suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Langkah-langkah :
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri membentuk
lingkaran kecil dan menghadap ke luar.
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama menghadap ke
dalam.
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil
danhttp://www.scribd.com/doc/50827028/73/INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE-LINGKARANKECIL-LINGKARAN-BESAR besar berbagi informasi. Pertukaran informasi bisa dilakukan
oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
4. Kemudian siswa yang di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang di lingkaran
besar bergeser, satu atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi demikian
seterusnya.
Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda
dengan singkat dan teratur.
Kelebihan :
Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat yang bersamaan.
Kekurangan :
Membutuhkan ruang kelas yang besar.
Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau, juga rumit untuk
dilakukan.
Materi yang cocok dengan model pembelajaran.
1. IPA kelas 5 Bab V
Penyesuaian Makhluk Hidup
a. Penyesuaian diri pada hewan
1. Penyesuaian diri untuk memperoleh makanan.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari musuhnya.
b. Penyesuaian diri pada tumbuhan
1. Penyesuaian diri tumbuhan dengan lingkungan tertentu.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari musuhnya.
Alasan :
Pada pembelajaran dengan menggunakan model outside inside circle (lingkaran besar
lingkaran kecil) ini. Terlebih dahulu guru menyampaikan informasi dengan menjelaskan isi
materi (penyesuaian makhluk hidup). Menurut saya materi penyesuaian makhluk hidup
sangat cocok untuk model outside inside circle (lingkaran besar lingkaran kecil).
Karena materi ini sering ditemui anak dalam kehidupan sehari-hari, melalui penjelasan dari
guru tentang penyesuaian makhluk hidup maka anak memadukan apa yang dilihatnya dalam
kehidupan sehari-hari dengan informasi yang disampaikan oleh guru, sehingga pada saat anak
membentuk lingkaran besar dan lingkaran kecil yang selanjutnya anak akan menyampaikan
informasi, anak mudah mengingat informasi yang akan dia sampaikan kepada teman
pasangannya, materi ini juga memiliki cakupan isi/materi yang cukup banyak sehingga
memudahkan guru untuk membagi materi sesuai dengan siswa yang membentuk lingkaran,
karna masing masing-masing anak membawa informasi yang berbeda untuk teman
pasangannya.
2. IPA Kelas 5 Bab XIV
Sumber Daya Alam
a. Sumber Daya Alam di Lingkungan Sekitar
1. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui
2. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
b. Penggunaan Sumber Daya Alam
1. Mineral
2. Kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi
Alasan :
Pada pembelajaran menggunakan model outside inside circle (lingkaran besar lingkaran
kecil). saya materi ini cocok untuk model inside (outside circle) (lingkaran besar
lingkaran kecil) karena materinya dapat dikembangkan oleh anak berdasarkan pengetahuan
dan pengalaman mereka. Misalnya : materi tentang kegiatan manusia yang mengubah
permukaan bumi, jika guru menggunakan soal pertanyaan dalam pertukaran pikiran dan
informasi untuk setiap anak, maka mempermudah pekerjaan guru dalam membuat
pertanyaan, pertanyaan yang sama dapat diberikan kepada beberapa anak, karena
kemungkinan jawaban yang akan mereka dapat dari teman pasangannya berbeda. Dengan
model pembelajaran outside inside circle materi akan mudah dipahami oleh anak karena
materi ini dapat disampaikan dengan singkat dan eratur, misalnya berkaitan dengan sumber
daya alam yang dapat diperbaharui, dan tidak dapat diperbaharui, sehingga dengan model
pembelajaran outside inside circle ini cakupan materi yang cukup luas dapat dipahami
dan dikembangkan oleh anak.
3. Pendidikan kewarganegaraan kls XI Semester II
Pentingnya nilai dalam kehidupan
Pentingnya nilai dalam kehidupan bangsa
Pancasila sebagai sumber nilai
a. Pancasila sebagai sumber nilai hokum
b. Pancasila sebagai sumber nilai etik
Menurut saya materi ini cocok dan bias digunakan dalam model pembelajaran IOC
dikarnakan materi yang disampaikan tidak terlalu sulit dan melatih tingkat pemikiran siswa
karna yang dibahas dalam materi ini menyangkut kehidupan sehari-hari dan bangsa.
Dalam buku Cooperative Learning PAIKEM oleh Agus Suprijono menjelaskan pembelajaran
aktif yaitu; Pembelajaran adalah proses belajar dengan menempatkan peserta didik sebagai
center stage performance, dengan proses pembelajaran yang menarik sehingga siswa dapat
merespon pemelajaran dengan suasana yang menyenangkan. Sedangkan aktif adalah siswa
atau peserta didik mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasan.
Maka dari itu, berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar
atau tidak terbatas pada empat dinding kelas. Melainkan pembelajaran dapat terlaksana
dengan pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang
cinta terhadap lingkungan sekitar. Sedikit contoh metode Pembelajaran Aktif yaitu dengan
Metode Tebak kata.
Model pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang menggunakan media kartu
teka-teki yang berpasangan dengan kartu jawaban teka-teki. Permainan tebak kata
dilaksanakan dengan cara siswa menjodohkan kartu soal teka-teki dengan kartu jawaban yang
tepat. Melalui permainan tebak kata, selain anak menjadi tertarik untuk belajar juga
memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran IPS dalam ingatan siswa. Jadi, guru
mengajak siswa untuk bermain tebak kata dengan menggunakan media kartu dari kertas
karton dalam mata pelajaran IPS.
Dalam menerapkan metode permainan ada beberapa hal yang harus disiapkan adalah sebagai
berikut :
1. siapkan materi yang akan di sampaikan.
2. siapkan bahan ajar yang di butuhkan.
3. siapkan kata kunci yang akan di pertanyakan.
Media: :
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada
jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak. Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis
kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi
ataudiselipkan di telinga.
Langkah-langkah :
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi 45 menit.
2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas
3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 1010 cm yang nanti dibacakan pada
pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 52 cm yang isinya
tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
4. Sementara siswa membawa kartu 1010 cm membacakan kata-kata yang tertulis
didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 1010 cm.
jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk.
Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain
asal jangan langsung memberi jawabannya.
6. Dan seterusnya
CONTOH KARTU:
BERDASARKAN SIKAP YANG DITUNJUKKAN.
tidak memandang perbedaan sebagai usaha mencari alternatif
yang dicari adalah kambing hitam bukan peraturannya yang mungkin salah.
TIPE BUDAYA POLITIK APAKAH AKU?
JAWABAN:
TIPE BUDAYA POLITIK MILITAN
B. Prinsip atau Ciri-Ciri
Pembelajaran berlangsung menyenangkan
Siswa diarahkan untuk aktif
Menggunakan media kartu
C. Kelebihan dan Kekurangan dalam Pemanfaatannya
Kelebihannya :
a. anak akan mempunyai kekayaan bahasa.
b. Sangat menarik sehingga setiap siswa ingin mencobanya.
c. Siswa menjadi tertarik untuk belajar
d. memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa.
Kekurangannya :
a. memerlukan waktu yang lama sehingga materi sulit tersampaikan.
b. Bila siswa tidak menjawab dengan benar maka tidak semua siswa dapat maju karena waktu
terbatas.
D. Kesimpulan
Jadi, mopdel pembelajaran Tebak Kata merupakan salah satu model pembelajaran
Cooperative Lerning, dengan proses pembelajaran yang menarik agar siswa menjadi berminat
atau tertarik untuk belajar, mempermudah dalam menanamkan konsep-konsep dalam ingatan
siswa. Selain itu siswa juga diarahkan untuk aktif, yaitu siswa atau peserta didik mampu dan
dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-cooperativelearning.html#ixzz2uZaxj99D
MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE
MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE
Pengertian
Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode ceramah yang
diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui pengelompokkan metode ceramah yang
diperkaya yang berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana
disebutkan oleh Mujiman (2007)
2.
3.
Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban secara
vertikal, horizontal maupun diagonal.
4.
CONTOH SOALNYA :
1.
Asas dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat orang tersebut
dilahirkan disebut asas
2.
Negara Indonesia memakai asas kewarganegaraan berdasarkan keturunan yang disebut
asas ius
3.
Seseorang yang mempunyai dua kewarganegaraan dari dua Negara yang berbeda
disebut
4.
5.
2.
3.
4.
Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat siswa terhadap materi yang
disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari jawaban dalam
lembar kerja. Dan tentu saja yang ditekankan disini adalah dalam berpikir efektif, jawaban
mana yang paling tepat.
Sedangkan beberapa kekurangan dari model pembelajaran word square yaitu:
1.
2.
3.
Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau potensi
yang dimilikinya.
Dalam model pembelajaran ini siswa tidak dapat mengembangkan kreativitas masing-masing,
dan lebih banyak berpusat pada guru. Karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan
oleh guru, dan jawaban dari lembar kerja pun tidak bersifat analisis, sehingga siswa tidak
dapat menggali lebih dalam materi yang ada dengan model pembelajaran word square ini.
Dari penjelasan tentang model pembelajaran word square maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran word square adalah suatu pengembangan dari metode ceramah namun
untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan maka diberikan
lembar kerja yang didalamnya berisi soal dan jawaban yang terdapat dalam kotak kata.
Membutuhkan suatu kejelian dan ketelitian dalam mencari pilihan jawaban yang ada dengan
tepat. Namun sebagaimanan model pembelajaran yang lainnya, model pembelajaran word
square mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kekurangan dari model pembelajaran ini yaitu
siswa hanya menerima bahan mentah dari guru dan tidak dapat mengembangkan
kreativitasnya, karena siswa hanya dituntut untuk mencari jawaban bukan untuk
mengembangkan pikiran siswa masing-masing. Sedangkan kelebihannya yaitu meningkatkan
ketelitian, kritis dan berfikir efektif siswa. Karena siswa dituntut untuk mencari jawaban yang
paling tepat dan harus jeli dalam mencari jawaban yangada dalam lembar kerja.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-wordsquare.html#ixzz2uZb6Ll3H
Model pembelajaran Scramble
Model Pembelajaran Scramble tampak seperti Model Pembelajaran Word Square, bedanya
jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan namun
dengan susunan yang acak, nah siswa nanti bertugas mengkoreksi ( membolak-balik huruf )
jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat/ benar.
Model pembelajaran scramble tampak seperti model pembelajaran word square, bedanya
jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan, namun
dengan susunan yang acak, jadi siswa bertugas mengoreksi (membolak-balik huruf) jawaban
tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat / benar.
Kelebihan Model pembelajaran Scramble :
1. Memudahkan mencari jawaban
2. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal tersebut
3. Semua siswa terlibat
4. Kegiatan tersw dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
5. Melatih untuk disiplin
Kekurangan model pembelajaran scramble
1. Siswa kurang berfikir kritis
2. Bisa saja mencontek jawaban teman lainnya
3. Mematikan kreatifitas siswa
4. Siswa tinggal menerima bahan mentah
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranscramble.html#ixzz2uZbB3HCM
MODEL PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran menerima dan memberi (Take and Give) merupakan model
pembelajaran yang memiliki sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi pelajaran
yang diberikan guru dan teman sebayanya (siswa lain).
Kelebihan :
Kelemahan:
a)
b)
Setiap kartu berisi nama siswa, bahan belajar (sub materi) dan nama yang diberi
informasi, kompetensi dan sajian materi.
1. Contoh Kartu :
NAMA SISWA :
SUB MATERI :
Pemilihan materi yang sesuai untuk model pembelajaran take and give adalah materi yang
mengandung informasi yang singkat, jelas dan padat. Hal ini dikarenakan model
pembelajaran ini lebih menekankan pada unsur ingatan dengan materi yang ringan dan
mudah serta membutuhkan pemahaman yang cepat. Pembelajaran model ini pun tidak
memerlukan pemahaman materi dengan teknik pelajaran praktek maupun diskusi.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-take-andgive.html#ixzz2uZbEwKLz
Model Pembelajaran Consept Sentence
Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas
yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk
saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan
baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka
perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat
mengajar.
Pengertian
Consepct sentence merupakan salah satu teknik dari cooperative Learning,dimana siswa
belajar dengan kelompoknya untuk membuat beberapa kalimat sesuai dengan kata kunci yang
telah diberikan oleh guru kepada siswa.Pembentukan kelompok didasarkan pada kartu kata
yang dimiliki oleh setiap siswa.Setiap siswa membentuk satu kalimat yang telah dipelajari
sebelumnya.Consecptsentence ini dibuat seperti games sehingga siswa bersemangat untuk
memenangkan games ini.Setiap kelompok akan membahas pola kalimat yang telah diberikan
oleh guru ,setelah diberikan batas waktu tertentu ,maka setiap kelompok harus mengirim
wakil dari masing-masing kelompok sebanyak dua orang kedepan .Wakil dari kelompok
diharuskan membuat beberapa dari kata kunci yang ada berdasarkan kata kunci yang telah
diberikan
Proses kelompok terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka
mencapai tujuan dan memelihara kerjasama yang efektif. Para siswa perlu mengetahui
tingkat-tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dan efektivitas kerjasama yang telah
dilakukan.
Untuk memperoleh informasi itu, para siswa perlu mengadakan perbaikan-perbaikan secara
sistematis tentang bagaimana mereka telah bekerja sama sebagai satu tim, dalam hal :
Seberapa baik tingkat pencapaian tujuan kelompok
Bagaimana mereka saling membantu satu sama lain
Bagaimana mereka bersikap dan bertingkah laku positif untuk memungkinkan setiap
individu dan kelompok secara keseluruhan menjadi berhasil, dan
Apa yang mereka butuhkan untik melakukan tugas-tugas yang akan datang supaya lebih
berhasil.
Ciri-ciri
Siswa dibentuk kelompok heterogen dan membuat kalimat dengan minimal 4 kata kunci
sesuai materi yang disajikan.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan tujuan.
2. Guru menyajikan materi secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya kurang lebih 4 orang secara heterogen.
4. Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi/ topik yang disajikan.
5. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata
kunci setiap kalimat.
6. Hasil diskusi kelompok didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu guru.
7. Kesimpulan.
Kelebihan:
1. Lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran.
2. Siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang kurang pandai.
Kekurangan:
1. Hanya untuk mata pelajaran tertentu.
2. Untuk yang pasif mengambil jawaban dari temannya.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-conseptsentence.html#ixzz2uZbLHxbH
Model Pembelajaran Complete Sentence
1. Pengertian
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran mudah dan sederhana di
mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci
jawaban yang tersedia.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru Menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau modul
dengan waktu secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen.
4. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.
5. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
6. Siswa berdiskusi secara berkelompok.
7. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta membaca
sampai mengerti atau hafal.
8. Kesimpulan.A
2. Prinsip/ ciri-ciri Complete sentence
a. Soal yang disampaikan berupa kalimat yang belum lengkap, sehingga makna/ arti kalimat
tersebut belum dapat dimengerti
b. Kalimat yang banyak dan saling berkaitan dalam sebuah paragrap, dan belum sempurna
serta belum dimengerti maknanya
c. Kalimat dapat dilengkapi dengan pilihan kata yang disediakan
d. Harus diisi dengan kata-kata tertentu, misal istilah keilmuan/ kata asing.
e. Jawaban dari kalimat yang belum lengkap itu sudah disediakan
3. Kelebihan/kekurangan model pembelajaran complete sentence
a. Kelebihan
1. Mudah dibuat guru, hanya dengan menghilangan satu kata dalam kalimat
2. Siswa tidak perlu menjelaskan jawabannya, hanya perlu memadukan rumpang/tidak
jawabannya.
3. Siswa diajarkan untuk mengerti dan hafal mengenai materi
b. Kekurangan
1. Guru kurang kreatif dan inovasi dalam membuat soal
2. Siswa kurang terpacu mencari jawaban karena hanya cukup menebak kata, karena biasanya
hanya kata hubung.
3. Kurang cocok untuk dipergunakan dalam setiap bidang studi.
4. Kesimpulan
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran yang sederhana di mana
siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci
jawaban yang tersedia. Model pembelajaran ini sebenarna mempermudah guru namun
terkadang gurunya kurang inovatif dan kreatif dalam membuat soalnya. Dan siswanya kurang
terpacu untuk mencari jawabannya karena hanya tinggal menebak kaata-kata yang rumpang
yang jawabannya telah disediakan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-completesentence.html#ixzz2uZbQhplK
PEMBELAJARAN TIME TOKEN
PEMBELAJARAN TIME TOKEN
1. MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN
Model pembelajaran Time Token Arends merupakan salah satu contoh kecil dari
penerapan pembelajaran yang demokratis di sekolah. Proses pembelajaran yang
demokratis adalah proses belajar yang menempatkan siswa sebagai subyek. Mereka
harus mengalami sebuah perubahan ke arah yang lebih positif. Dari yang tidak bisa
menjadi bisa, dari tidak paham menjadi paham, dan dari tidak tahu menjadi tahu. Di
sepanjang proses belajar itu, aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan
kata lain mereka selalu dilibatkan secara aktif. Guru dapat berperan untuk mengajak
siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
Model ini digunakan (Arends, 1998) untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan
sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Guru
memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu 30 detik per kupon pada tiap
siswa. Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu pada guru.
Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan
siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang
masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.
B. LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS
Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran Time Token Arends ini adalah
sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/ KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal.
3. Guru memberi tugas pada siswa.
4. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu 30 detik per kupon pada
tiap siswa.
5. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau
memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi
setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh
bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya
habis. Demikian seterusnya hingga semua anak berbicara.
6. Guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa
(Pada RPP ini, tiap siswa maju ke depan untuk membacakan puisi secara bergiliran
dan siswa yang lain mengomentari puisi yang dibaca siswa dengan menggunakan
kupon berbicara)
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN TIME
TOKEN ARENDS
Kelebihan Model Time Token Arends
Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasinya.
Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali
Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran
Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara)
Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.
Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi,
memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik
(kemampuan gender, karakter) ada control dan fasilitasi, serta meminta tanggung jawab hasil
kelompok berupa laporan atau presentasi.
Model pembelajaran ini dimaksudkan agar masing-masing anggota kelompok mendapat serta
pemikiran anggota lain.
v Kelebihan Round Club Atau Keliling Kelompok
1)
2)
3)
4)
Bisa saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat, pandangan serta hasil
pemikiran
5)
Hasil pemikiran beberapa kepala lebih kaya dari pada satu kepala
6)
2)
3)
v Langkah-langkah pembelajaran
1)
2)
3)
4)
Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan
pandangan dan pemikiran mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
5)
6)
Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jamk atau
dari kiri ke kanan
v unsur-unsur yang perlu diperhatikan
1)
2)
Ketika suatu kelompok mempresentasikan hasil dari deskripsinya, maka kelompok lain
lebih bertanya dari hasil deskripsi materinya
3)
Setelah selesai dari kelompok yang satu maka yang lainnya atau kelompok selanjutnya
yang mempresentasikan dan yang alinnya bisa mengajukan pandangan dan pemikiran
anggota lainnya
4)
Kegiatan tersebut terus-menerus sampai kelompok yang terakhir yang silaksanakan
arah perputaran jarum jam
Contoh RPP model pembelajaran ini :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP)
Mata Pelajaran
Tema
Kelas/Semester
: V/II
Alokasi Waktu
: 2 X 35 Menit
A. Standar Kompetensi
Mengenal berbagai macam perubahan sifat-sifat benda
B. Kompotensi Dasar
Mengetahui perubahan sifat ada yang dapat kembali dan ada yang tidak dapat kembali ke
wujud semula.
C. Indikator
1. Menjelaskan perubahan sifat benda dan factor-faktor yang mempengaruhinya
2. Mengetahui sifat-sifat benda
3. Menjelaskan macam macam perubahan sifat benda
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengetahui perubahan sifat benda dan factor-faktor yang
mempengaruhinya
2. Siswa dapat mengetahui sifat-sifat benda
3. Siswa dapat mengetahui macam-macam perubahan sifat benda.
E. Materi Pokok
Perubahan sifat-sifat benda
F. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demosntrasi
4. Tugas kelompok
5. Evaluasi
Tanah liat
6. Buah
2.
Batu bara
7. Paku
3.
Kertas
8. Air
4.
Korek api
9. Gula
5.
Lilin
H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan awal ( 5 menit )
a.
Guru memberi salam, berdoa, menanyakan kabar siswa dan mengabsen siswa.
b.
c.
Guru memberitahukan indicator dan tujuan yang akan di capai setelah pembelajaran
d.
b.
c.
bau
Guru menjelaskan sifat-sifat benda seperti bentuk, warna, kelenturan, kekerasan dan
d.
e.
Guru mendemostrasikan bagaimana penyebab perubahan sifat benda itu dapat terjadi
f.
g.
h.
i.
Siswa disuruh untuk mengisi table-tabel yang ada di buku paket hal.71 dan 74 dan
menyalinnya di buku tugas.
j.
Siswa disuruh memberikan pandangan dan pemikiran mengenai tugas yang sedang
mereka kerjakan
k.
Siswa dalam kelompok lain juga disuruh ikut memberikan kontribusinya dan
dilaksanakan searah dengan perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.
3. Kegiatan akhir ( 5 menit )
a.
b.
c.
d.
I.
Penilaian
Penilaian dilakukan dengan tes dan tulisan
1. Tes lisan : ketepatan jawaban
evaluasi
Bentuk istrumen : tes isian
J.
Evaluasi
SOAL :
1. Proses perubahan dari cair ke padat disebut ?
a. memhuap
b. membeku
c. menyublim
d. mencair
e. mengembun
Sumber :
http://rumahdesakoe.blogspot.com
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-round-clubatau.html#ixzz2uZcCRIFb
PAIR CECKS SPENCER KAGEN 1993
A. Pengertian
Pair check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan
yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran
berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
persoalan yang diberikan. Banyak kelebihan maupun kelemahan.
Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model pembelajaran ini
juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian.
B. prinsip model pembelajaran Pair Cheks
prinsipnya adalah sebagai berikut :
1. Siswa berkelompok berpasangan sebangku,
2. salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan,
3. pengecekan kebenaran jawaban,
4. bertukar peran
4. penyimpulan,
5. evaluasi
6. refleksi.
Berikut ini langkah dari model pair check
1. Guru menjelaskan konsep
2. Siswa dibagi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu ti ada 2 pasangan.
Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi pelatih dan ada yang patner.
3. Guru membagikan soal kepada si patner
4. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang
benar pelatih memberi kupon.
5. Bertukar peran. Si pelatih menjadi patner dan si patner menjadi pelatih
6. Guru membagikan soal kepada si patner
7. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang
benar pelatih memberi kupon.
8. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain.
9. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaaban dari berbagai soal dan tim
mengecek jawabannya.
10. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah
C. Langkah-langkah Pembelajarannya, sebagai berikut :
1). Bekerja Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan mengerjakan
soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih siswa dalam menilai.
2). Pelatih Mengecek
Apabila patner benar pelatih memberi kupon.
3). Bertukar Peran
Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1 3.
4). Pasangan Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.
5). Penegasan Guru
Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep.
Demikianlah, mudah-mudahan postingan ini dapat menambah khasanah pembelajaran kita
sehingga pembelajaran yang dirancang Bapak/Ibu Guru dapat lebih bervariatif, lebih
bermakna, menantang sekaligus menyenangkan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-taribambu.html#ixzz2uZcS0HYt
PEMBELAJARAN OTENTIK (OUTENTIC LEARNING)
PEMBELAJARAN OTENTIK (OUTENTIC LEARNING)
1. Pengertian
Menurut definisi, belajar otentik berarti pembelajaran yang menggunakan masalah dunia
nyata dan proyek-proyek dan yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi dan
membahas masalah-masalah ini dengan cara yang relevan untuk mereka.
Pendekatan ini sangat berbeda dari kelas tradisional kuliah, di mana profesor memberikan
fakta-fakta mahasiswa dan konten lain yang siswa kemudian harus menghafalkan dan ulangi
pada tes. misalnya, siswa tidak hanya harus terhubung sejarah pasca-Perang Sipil untuk
peristiwa terkini dan kehidupan mereka sendiri, mereka juga harus membantu mengajar kelas
dan didorong untuk memberikan pandangan mereka sendiri pada peristiwa sejarah.
Akibatnya, mereka menjadi sejarawan.
Otentik belajar juga merupakan pendekatan untuk pembelajaran yang kokoh didasarkan pada
penelitian tentang belajar dan kognisi. Satu secara luas teori belajar diadakan,
konstruktivisme, mendalilkan bahwa siswa belajar terbaik dengan terlibat dalam tugas-tugas
belajar otentik, dengan mengajukan pertanyaan, dan dengan menggambar pada pengalaman
masa lalu. Singkatnya, untuk belajar terjadi bagi siswa, itu harus dilakukan dengan cara dan
di tempat yang relevan dengan nyata kehidupan mereka, baik di dalam maupun di luar
kelas.
Pembelajaran otentik (authentic learning) adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan siswa menggali, mendiskusikan, dan membangun secara bermakna konsepkonsep dan hubungan-hubungan, yang melibatkan masalah nyata dan proyek yang relevan
dengan siswa (Donovan, Bransford & Pallegrino, 1999). Istilah otentik berarti asli, sejati,
dan nyata (Websters Revised Unabridged Dictionary, 1998). Pembelajaran ini dapat
digunakan untuk siswa pada semua tingkatan kelas, maupun siswa dengan berbagai macam
tingkat kemampuan.
belajar otentik merupakan pendekatan pedagogis yang memungkinkan siswa untuk
mengeksplorasi, berdiskusi, dan penuh arti membentuk konsep dan hubungan dalam konteks
yang melibatkan dunia nyata masalah dan proyek-proyek yang relevan dengan peserta didik
(Donovan, Bransford, & Pellegrino, 1999). Istilah yang otentik didefinisikan sebagai asli,
benar, dan nyata (Websters Revisi lengkap Dictionary , 1998). Kamus, 1998Jika belajar
adalah otentik, maka siswa harus terlibat dalam masalah belajar asli yang mendorong
kesempatan bagi mereka untuk membuat koneksi langsung antara material baru yang sedang
dipelajari dan pengetahuan mereka sebelumnya. Jenis pengalaman akan meningkatkan
motivasi siswa. Bahkan, sebuah tidak adanya keterlibatan yang berarti keturunan rendah di
sekolah dan menghambat [belajar] transfer (Newmann, Secada, & Wehlage, 1995). Siswa
harus mampu menyadari bahwa prestasi mereka peregangan luar dinding kelas. Mereka
membawa ke pengalaman kelas, pengetahuan, keyakinan, dan keingintahuan dan belajar
otentik menyediakan sarana untuk menjembatani elemen-elemen dengan kelas belajar. Siswa
tidak lagi hanya mempelajari fakta-fakta hafalan dalam situasi abstrak atau buatan, tetapi
mereka pengalaman dan informasi digunakan dalam cara-cara yang didasarkan pada realitas.
Kekuatan sebenarnya dari pembelajaran otentik adalah kemampuan untuk secara aktif
melibatkan siswa dan menyentuh motivasi intrinsik mereka (Mehlinger, 1995).
instruksi Otentik akan mengambil bentuk yang jauh berbeda daripada metode tradisional
pengajaran. Literatur menunjukkan bahwa pembelajaran otentik memiliki beberapa
karakteristik kunci.
Belajar adalah berpusat pada tugas-tugas otentik yang menarik bagi peserta didik.
Siswa terlibat dalam eksplorasi dan penyelidikan.
Belajar, paling sering, adalah interdisipliner.
Belajar sangat erat hubungannya dengan dunia di luar dinding kelas.
Siswa menjadi terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan-order kemampuan berpikir lebih
tinggi, seperti menganalisis, sintesis, merancang, memanipulasi dan mengevaluasi informasi.
Siswa menghasilkan produk yang bisa dibagi dengan pemirsa di luar kelas.
Belajar adalah siswa didorong dengan guru, orang tua, dan para ahli di luar semua
membantu / pembinaan dalam proses pembelajaran.
Pembelajar menggunakan perancah teknik.
Siswa memiliki peluang untuk wacana sosial.
(Donovan et al;., 1999 Newman & Associates, 1996; Newmann et al;., 1995 Nolan & Francis,
1992).
2. Prinsip Pembelajaran Otentik
pengalaman belajar otentik menganut prinsip yaitu:
Ruang kelas ber-berpusat. Pada berpusat-kelas pelajar, fakultas memperhatikan apa yang
siswa membawa mereka ke dalam kelas, masing-masing pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan keyakinan. Siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan, terlibat dalam wacana sosial,
dan menemukan jawaban mereka sendiri Dalam pengaturan ini, peran profesor bergerak lebih
dari seorang konstruktor-co pengetahuan dari pemberi konten.. Marc Richards pernyataan
bahwa Pada akhirnya, kita semua akan sejarawan profesional, pelajar, dan guru bersamasama menggambarkan bagaimana ia struktur kelas untuk menjadi pembelajar berpusat. Juni
Dodd juga menegaskan bahwa peserta didik dia mengambil tengah panggung di kedua
membangun dan program pengajaran dan mereka sendiri mini kursus.
Mahasiswa adalah pembelajar aktif. Sama seperti peran perubahan profesor, peran
mahasiswa harus berubah sehingga mereka melakukan lebih dari pasif duduk dan
mendengarkan ceramah profesor mereka. Mereka harus menjadi peserta aktif dalam proses
pembelajaran, dengan menulis, membahas, menganalisis dan mengevaluasi informasi.
Singkatnya, siswa harus mengambil tanggung jawab lebih untuk pembelajaran mereka
sendiri, dan menunjukkan kepada profesor mereka dengan cara lain dari pada ujian.
mahasiswa Marc Geisler, misalnya, menunjukkan pemahaman mereka tentang Shakespeare
dengan melakukan interpretasi kelompok mereka sendiri dan kinerja Pekerjaan Bards. Tag
Stan juga berpendapat bahwa siswa harus ditantang untuk membuat seni, untuk membuat,
untuk melakukan, dan untuk berpartisipasi dalam humaniora melalui karya mereka sendiri,
bukan hanya dengan mempelajari apa yang orang lain lakukan.
Ini menggunakan tugas yang otentik. Ini mungkin tampak jelas, tetapi pengalaman belajar
otentik harus menggabungkan tugas-tugas otentik. Ini adalah tugas, yang, sebisa mungkin,
memiliki dunia nyata yang berkualitas untuk mereka dan siswa menemukan orang yang
relevan dengan kehidupan mereka. siswa Juni Dodd mengambil peran instruktur dalam
Pengantar ke kelas Pendidikan Jarak Jauh, bergiliran isi kursus mengajar satu sama online
lainnya, dan membuat program mereka sendiri secara online berdasarkan proses desain
instruksional. Profesor Dodd bekerja dengan masing-masing siswa untuk menyesuaikan
proyek ini berdasarkan kerja masa lalu mereka dan pengalaman pendidikan serta potensi
untuk pengiriman aktual instruksi dalam kehidupan profesional mereka.
3. Ciri Pembelajaran Otentik
Pembelajaran otentik sangat berbeda dengan metode-metode pembelajaran yang tradisional.
Ciri-ciri pembelajaran otentik:
Belajar berpusat pada tugas-tugas otentik yang menggugah rasa ingin tahu siswa. Tugas
otentik berupa pemecahan masalah nyata yang relevan dengan kehidupan siswa;
Siswa terlibat dalam kegiatan menggali dan menyelidiki;
Belajar bersifat interdisipliner;
Belajar terkait erat dengan dunia di luar dinding ruang kelas;
Siswa mengerjakan tugas rumit yang melibatkan kecakapan berpikir tingkat tinggi, seperti
menganalisis, mensintesis, merancang, mengolah dan mengevaluasi informasi;
Siswa menghasilkan produk yang dapat dibagikan kepada audiens di luar kelas;
Belajar bersifat aktif dan digerakkan oleh siswa sendiri, sedangkan guru, orangtua, dan
narasumber bersifat membantu atau mengarahkan;
Guru menerapkan pemberian topangan (scaffolding), yaitu memberikan bantuan seperlunya
saja dan membiarkan siswa bekerja secara bebas manakala mereka sanggup melakukannya
sendiri;
Siswa berkesempatan untuk terlibat dalam wacana dalam masyarakat;
Siswa bekerja dengan banyak sumber;
Siswa seringkali bekerja bersama dan mempunyai kesempatan luas untuk berdiskusi dalam
rangka memecahkan masalah.
4. Kesimpulan
belajar otentik merupakan pendekatan pedagogis yang memungkinkan siswa untuk
mengeksplorasi, berdiskusi, dan penuh arti membentuk konsep dan hubungan dalam konteks
yang melibatkan dunia nyata masalah dan proyek-proyek yang relevan dengan peserta didik.
Istilah yang otentik didefinisikan sebagai asli, benar, dan nyata (Websters Revisi lengkap
Dictionary , 1998). Jika belajar adalah otentik, maka siswa harus terlibat dalam masalah
belajar asli yang mendorong kesempatan bagi mereka untuk membuat koneksi langsung
antara material baru yang sedang dipelajari dan pengetahuan mereka sebelumnya. Jenis
pengalaman akan meningkatkan motivasi siswa. Bahkan, sebuah tidak adanya keterlibatan
yang berarti keturunan rendah di sekolah dan menghambat [belajar] transfer (Newmann,
Secada, & Wehlage, 1995). Siswa harus mampu menyadari bahwa prestasi mereka
peregangan luar dinding kelas. Mereka membawa ke pengalaman kelas, pengetahuan,
keyakinan, dan keingintahuan dan belajar otentik menyediakan sarana untuk menjembatani
elemen-elemen dengan kelas belajar. Siswa tidak lagi hanya mempelajari fakta-fakta hafalan
dalam situasi abstrak atau buatan, tetapi mereka pengalaman dan informasi digunakan dalam
cara-cara yang didasarkan pada realitas. Kekuatan sebenarnya dari pembelajaran otentik
adalah kemampuan untuk secara aktif melibatkan siswa dan menyentuh motivasi intrinsik
mereka (Mehlinger, 1995).
instruksi Otentik akan mengambil bentuk yang jauh berbeda daripada metode tradisional
pengajaran.
5. Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan
Siswa tidak merasa jenuh terhadap pembelajaran karena pembelaaran dapat terjadi dimana
saja.
Siswa mempunyai keterampilan yang lebih dalam menganalisis wacana social
Siswa mempunyai pengalaman belajar yang mumpuni dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya
Pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga memungkinkan siswa memahami materi
secara utuh
b. Kekurangan
Pembelajaran Otentik cenderung hanya dapat dilakukan pada siswa yang memiliki taraf
intelegensi diatas rata-rata sehingga pembelajaran berjalan secara aktif
Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan pembelajaran otentik, karena materi
yang sesuai dengan pembelajaran otentik bersifat studi social
Memerlukan waktu, biaya, dan tenaga ektra dari siswa untuk melaksanakannya.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pembelajaran-otentik-outenticlearning.html#ixzz2uZcbsNg1
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya
kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa
dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran
yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan
kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam
kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada
siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh
Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif
dengan tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar
belakang.
3. Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat
orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan
sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam
Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam
langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario
Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa.
Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang
berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang
sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan
kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masingmasing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan
meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam
LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang
bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor
yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
2.
3.
Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam
proses inkuiri.
Kondisi Umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah :
1.
Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi.
2.
3.
Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses
ilmiah kedalam waktu yang relative singkat, Hasil penelitian Schlenker dalam joice dan weil
(1992) menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif
dalam berfikir kreatif dan siswa menjadi trampil dalam memperoleh dan menganalisis
informasi.
Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Inquiry
Strategi pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009). Proses berpikir itu
sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Menurut Sanjaya (2009) bahwa strategi pembelajaran inquiry, memiliki beberapa ciri utama,
yaitu:
1. Strategi Inquiry menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya strategi inquiry menempatkan siswa
sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya
berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara
verbal, akan tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari
materi pelajaran itu sendiri.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri yang sifatnya sudah pasti dari sesuatu yang
sudah dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sifat
percaya diri. Dalam strategi pembelajaran inquiry, guru bukan sebagai
sumber belajar tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
3. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inquiry adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis.
Jika proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
4.
Jika akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemamuan dan
kemampuan berpikir.
5.
Jika siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
6.
Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat
pada siswa.
Prinsipprinsip Penggunaan Inquiri
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan inquiri menurut Sanjaya
(2009).
1.
Tujuan utama dari strategi inquiri adalah pengembangan kemampuan berfikir. Dengan
demikian , strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi
pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan
menggunkan strategi inquiri bukan ditentukan sejauh mana siswa dapat menguasai materi
pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan.
2.
Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa
maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran
sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi
sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
3.
Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inquiri adalah guru sebagai
penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah
merupakan sebagian dari proses berfikir.
4.
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berfikir
(learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri
maupun otak kanan. Pembelajaran berfikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara
maksimal.
5.
Prinsip Keterbukaan
ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara
terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
Gulo (2005) menyatakan bahwa, inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual
tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan.
Secara umum proses pembelajaran SPI dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran
yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:
a.
Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa
b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai
dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan
c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka
memberikan motivasi belajar siswa.
2.
Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa
untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya,
dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang
sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental
melalui proses berpikir.
3.
Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban
sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru
untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan
mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan
jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari
suatu permasalahan yang dikaji.
4.
Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses
mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data
bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan
ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
5.
Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data
atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti
mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan
bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan
dan dapat dipertanggungjawabkan.
6.
Merumuskan kesimpulan
5. Menyelidiki validitas logis dan konsisten internal pada proposisi dan unsur-unsur
penunjangnya.
6.
7.
8.
Kemudian pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru
terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya.
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa
melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi.
Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap
pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih
beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsepkonsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan
untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu
menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai
dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian
pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu
melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa
pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat
memahami konsep pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan
melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus
memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan
petunjuk-petunjuk dan scafoldingyang diperlukan oleh siswa.
2.
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar
dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa
seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan
permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri,
merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan
sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan
siswa dalam memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif pemecahan masalah
lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya
sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum
pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
a. Waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu
yang sudah ditetapkan dalam kurikulum,
b. Karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada
kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam kurikulum,
c. Ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda, sehingga
guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa,
d. Karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan
kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok
atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
3.
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri
sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun
begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau
mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak
dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang
belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap
memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri
terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa berupaya
terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri
penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan
permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan
memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui
diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.
Keunggulan dan Kelemahan SPI
1.
Keunggulan :
2.
Kelemahan
a. SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran,maka akan sulit mengontrol kegiatan dan
keberhasilan siswa
b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dalam
kebiasaan siswa dalam belajar
c. Kadang kadang dalam implementasimnya,memerlukan waktu yang panjang sehingga
sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d. Selama ketentuan keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai
materi pelajaran,maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Pembelajaran dengan Metode Inkuiri Suchman
Berdasarkan uraian pembelajaran inkuiri umum, kita dapat melihat bahwa waktu dan sumber
yang tersedia merupakan permasalahan dalam pembelajaran. Menanggapi permasalahan ini,
Richard Suchman mengembangkan suatu pembelajaran inkuiri yang telah dimodifikasi. Hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Suchman tentang model inkuiri ini menunjukkan bahwa
keterampilan inkuiri siswa meningkat dan motivasi belajarnya juga meningkat.
Dahlan dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, Suchman berkeyakinan bahwa siswa akan
menyadari tentang proses penyelidikannya dan mereka dapat diajarkan tentang prosedur
ilmiah secara langsung. Selajutnya, Suchman berpendapat tentang pentingnya membawa
siswa pada sikap bahwa semua pengetahuan bersifat tentative. Joyce dalam Trianto (2009)
menyatakan, bahwa teori Suchman dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4. Memperoleh data dari kondisi tersebut dengan membuat pertanyaan dan jawabannya
ya atau tidak.
5.
1. Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang singkat
ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkuiri dengan cepat, dan pelatihan mereka
akan terampil melakukan inkuiri.
2.
Perbedaan utama antar inkuiri Suchman dengan Inkuiri umum terletak pada proses
pengumpulan data.
Suchman mengembangkan suatu motode penemuan baru yang menuntun siswa
mengumpulkan data melalui bertanya, maka dari itu model pembelajaran inkuiri menurut
Schuman harus memperhatikan :
1. Struktur Sosial Pembelajaran. Suasana kelas yang nyaman merupakan hal yang penting
dalam pembelajaran inkuiri Suchman karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari siswa
agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Kerja sama guru dengan siswa, siswa
dengan siswa diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Dua atau
lebih siswa yang bekerja sama dalam berfikir dan bertanya, akan lebih baik hasilnya jika
dibanding bila siswa bekerja sendiri.
2. Peran Guru. Pembelajaran inkuiri Suchman, peran guru memonitor pertanyaan siswa
untuk mencegah agar proses inkuiri, tidak sama dengan permainan tebakan. Hal ini
memerlukan dua aturan penting, yaitu : Pertanyaan harus dapat dijawab ya atau tidak dan
harus diucapkan dengan suatu cara siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan
melakukan pengamatan; Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak
mengakibatkan guru memberikan jawaban pertanyaan tersebut, tetapi mengarahkan siswa
untuk menemukan jawabannya sendiri.
3. Sintaks Pembelajaran Inkuiri. Dalam upaya menanamkan konsep , misalnya konsep IPA
Biologi pokok bahasan saling ketergantungan pada siswa, tidak cukup hanya sekedar
ceramah. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan
terlibat secara aktif dalam menemukan konsep-konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari
lingkungan dengan bimbingan guru.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari tahapan
pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak dalam Trianto (2009).
Adapun tahapan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
Tahap Pembejaran Inkuiri
Fase
Perilaku Guru
2.
3.
Membuat hipotesis
Merancang percobaan
6.
Membuat kesimpulan
Kesimpulan
Gulo dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari
dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah keterlibatan siswa secara maksimal
dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan
belajar , mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam
proses inkuiri. Namun dalam penerapannya, pembelajaran inkuiri ini memiliki kelemahan
seperti adanya kesulitan dalam mengontrol siswa, ketidaksesuaian kebiasaan siswa dalam
belajar, kadang memerlukan waktu yang panjang dalam pengimplementasiannya, dan
sulitnya dalam implementasi yang dilakukan oleh guru bila keberhasilan belajar bergantung
pada siswa.
Segi lemahnya
1) Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif dan terampil serta sabar
Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi pengajar saat ini.
2) Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini untuk sekolah
sekolah tertentu dirasa sukar.
3) Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak di pedesaan
4) Oleh karena agak sukar menganjarkan para pengajar metode SAS maka di sana-sini
Metode ini tidak dilaksanakan.
Teknik pelaksanaan Metode SAS ialah keterampian memilih kata kartu kata dan kartu
kalimat. Sementara anak-anak mencari huruf, suku kata, kata., pengajar dengan sebagian
anak yang lain. Menempel-empelkan kata kata yang tersusun menjadi kalimat yang berarti.
Begitu seterusnya sehingga semua anak mendapat giliran untuk menyusun kalimat,
membacanya dan yang paling mengutpnya sebagai ketreampilan menulis. Media lain selain
papan tulis, papan panel, papn tali, OHP (Over Head Projector) dapat juga digunakan.
Metode Struktural Analitik Sintetik
Menurut Supriyadi (1996) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita yang
disertai dengan gambar, yang didalamnya terkandung unsur struktur analitik sintetik. Metode
SAS menurut Djauzak (1996) adalah suatu metode pembelajaran menulis permulaan yang
didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan
menampilkan cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa.
Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis huruf, kartu suku
kata, kartu kata dan kartu kalimat. Proses operasional metode SAS mempunyai langkahangkah dengan urutan sebagai berikut :
(1) Struktur yaitu menampilkan keseluruhan,
(2) Analitik yaitu melakukan proses penguraian,
(3) Sintetik yaitu melakukan penggabungan pada struktur semula. Demikian langkahlangkah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran menulis permulaan dengan metode SAS,
sehingga hasil belajar itu benar-benar menghasilkan Struktur Analitik Statis. (Subana : 176).
Kegiatan pembelajaran menulis permulaan dengan metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Guru bercerita atau berdialog dengan siswa.
2. Memperlihatkan gambar yang berhubungan dengan isi cerita.
3. Menulis beberapa kalimat sebagai kesimpulan dari isi cerita.
4. Menulis satu kalimat yang diambil dari isi cerita.
5. Menulis kata-kata sebagai uraian dari kalimat.
6. Menulis suku-suku kata sebagai uraian dari kata-kata.
7. Menuliskan huruf huruf sebagai uraian dari suku-suku kata.
8. Mensintesiskan huruf-huruf menjadi suku-suku kata.
9. Menyatukan kata-kata menjadi kalimat.
7. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara Indonesia.
8. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang di
akui oleh seorang ayah warga negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan
sebelum anak tsb berusia 18 tahun atau belum kawin.
9. Anak yang lahir di wilayah republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
kewarganegaraan ayah ibunya.
10. Anak yang baru lahir ditemukan di wilayah Indonesia selam ayah dan ibunya tidak di
ketahui.
11. Anak yang di wilayah Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak memiliki
kewarganegaraan atau tidak di ketahui keberadaanya.
12. Anak yang dilahirkan diluar wilayah Indonesia dari seorang ayah da ibu warga negara
Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tsb dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah di kabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan
sumpah atau janji setia.
2.Asas Kewarganegaraan
Pada umumnya, asas dalam menentukan kewarganegaraan dibedakan antara asas ius
sanguinis dan asas ius soli.
a. Ius soli
Asas ius soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut daerah atau
negara tempat dimana ia dilahirkan.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, maka ia akan menjadi warga negara A,
walaupun orangtuanya warga negara B. Asas ini di anut oleh negara Inggris, Mesir Amerika
Serikat dan lain-lain.
b. Ius sanguinis
Asas ius sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut
pertalian darah atau keturunan dari orang tsb.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, tetapi orangtuanya warga negara B, maka
orang tsb tetap menjadi warga negara B.(asas ini dianut leh RRC)
3.Pengertian Pewarganegaraan (Naturalisasi)
Pewarganegaraan atau naturalusasi adalah pemerolehan kewarganegaraan bagi negara asing
setelah memenuhi syarat sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Didalam UU RI No.12 tahun 2006, permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh
pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin.
2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertampat tinggal di wilayah negara Indonesia
paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-turut.
3. Sehat jasmani dan rohani.
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UUD negara
Republik Indonesia tahun 1945.
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
1 tahun atau lebih.
berakhir, dan setiap 5 tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan
ingin tetap menjadi warga negara Indonesia kepada perwakilan Republik Indonesia di
wilayah kerjanya meliputi tempat tingal yang bersangkutan padahal perwakilan Republik
Indonesia tersebut telah memberitahukan kepada yang bersangkutan, sepajang yang tidak
menjadi tanpa kewarganegaraan.
Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan Indonesia dapat memperoleh kembali
kewrganegaraannya apabila memenuhi syarat-syarat seperti yang tertera dalam pasal 31 dan
32. UU RI No.3 tahun 1976 tentang perubahan pasal 18 UU No. 62 tahun 1958 yaitu :
1. Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan karena 5 tahun berturut-turut tinggal diluar
negeri tanpa keterangan, dapat memperoleh kewarganegaraan RI kembali jika ia bertempat
tinggal di Indonesia berdasarkan kartu ijin masuk dan menyatakan ingin kembali menjadi
warga negara Indonesia
2. Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan Rikarna sebab lain, dapat memperoleh
kembali kewarganegaraan RI jika ia mlaporkan diri dan menyatakan keterangan untuk
kembali ke kewarganegaaan RI kepada perwakilan RI dinegara tempat tinggalnya dalam
jangka waktu 1 tahun terhitung sejak tanggal diundangkannya UU No.3 tahun 1976 pada 5
April 1976.
5.Kedudukan Warga Negara di Indonesia
Dalam sistem kewarganegaraan di Indonesia, Kedudukan warga negara pada dasarnya adalah
sebagai pilar terwujudnya Negara. Sebagai sebuah negara yang berdaulat dan merdeka
Indonesia mempunyai kedudukan yang sama dengan negara lain di dunia, pada dasarnya
kedudukan warga negara bagi negara Indonesia diwujudkan dalam berbagai peraturan
perundang-undangan tentang kewarganegaraan, yaitu :
1. UUD 1945
Dalam konteks UUD 1945, Kedudukan warga negara dan penduduk diatur dalam pasal 26
yaitu :
1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang warga Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan UU sebagai warga negara.
2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang tinggal di Indonesai.
3. Hal-hal mengenai warga negara penduduk di atur dengan UU.
2. UU No. 3 tahun 1946
Undang-undang No.3 ialah tentang warga negara dan penduduk negara adalah peraturan
derivasi dibawah dibawah UU 1945 yang digunakan untuk menegakan kedudukan Negara RI
dengan warga negaranya dan kedudukan penduduk negara RI.
3. UU No. 62 tahun 1958
UU No.62 tahun 1958 merupakan penyempurnaan dari UU tentang kewarga negaraan yang
terdahulu. UU No. 62 tahun 1958 tenang kewarganegaraan RI merupakan produk hukum
derivasi dari pasal 5 dan 144 UUD RI 1950 yang sampai saat ini masih berlaku dan tetap
digunakan sebagai sumber hakum yang mengatur masalah kewarganegaraan di Indonesai
setelah kurang lebih 48 tahun berlaku, dan saat ini dinilai sudah tidak sesuai lagi.
Pernasalahan kewarganegaraan yang semakin kompleks ternyata tidak mampu ditampung
oleh undang-undang ini.
setiap penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan keinginannya. Agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan YME dijalankan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
6. Persamaan dalam upaya pembelaan negara
Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara. Lebih lanjut, pasal 30 UUD 1945 memuat ketentuan
pertahanan dan keamanan negara. Kedua pasal tersebut secara jelas dapat kita ketahui bahwa
negara memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga negara yang ingin membela
Indonesia.
7. Pesamaan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan
Pasal 31 dan 32 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan
kedudukan yang sama dalam masalah pendidikan dan kebudayaan. Kedua pasal ini
menunjukan bahwa begitu konsen dan peduli terhadap pendidikan dan kebudayaan warga
negara Indonesia. Setiap warga negara mendapat porsi yang sama dalam kedua masalah ini.
8. Persamaan dalam perekonomian dan kesejahteraan sosial
Persamaan kedudukan warga negara dalam perekonomian dan kesejahteraan diatur dalam
Bab XIV pasal 33 dan 34. pasal 33 mengatur masalah perekonomian nasional yang
diselenggarakan berdasar atas asas kekeluargaan dengan prinsip demokrasi ekonomi untuk
kemakmuran rakyat secara keseluruhan. Selanjutnya pasal 34 memuat ketentuan tentang
kesejahteraan sosial dan jaminan sosial diman fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara
oleh negara (pasal 1) dan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak (pasal 3).
7Menghargai Persamaan Kedudukan Warga Negara di Indonesia
Dalam NKRI, semua warga negar mempunyai kedudukan yang sama dalam bidang ekonomi,
politik, hukum, sosial, budaya, agama dan pertahanan keamanan.
Berikut ini dijelaskan lebih lanjut wujud persamaan kedudukan warga negara di indonesia
dalam berbagai bidang kehidupan.
1. Bidang ekonomi
Setiap individu memiliki kesamaan untuk melakukan usaha ekonomi seperti berdagang,
bertani, berkebun, menjual jasa, dsb. Untuk memenuhi dan meningkatkan taraf hidupnya.
2. Bidang budaya
Setiap warga negara mempunyai kesamaan hak dalam mengembangkan seni, misalnya
berkreasi dalam seni tari, seni lukisseni musik seni pahat seni bangunan dsb.
3. Bidang politik
Setiap orang memiliki hak politik yang sama, yakni individu berhak memilih, menjadi
anggota salah satu partai, atau mendirikan partai politik.
4. Bidang hukum setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama, yakni berhak untuk
mengadakan pembelaan, penuntutan, berperkara di depan pengadilan, dsb.
5. Bidang agama setiap warga negara di berikan kedudukan yang sama dalam memeluk
agama, menjalankan ibadah dan ritual keagamaannya, berpindah agama ataupun belajar
integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan
kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik.
Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak.
Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan
suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan
perkembangan siswa.
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran
maupun antarmata pelajaran.
Prabowo (2000:3) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai
beberapa ciri yaitu :
1. berpusat pada siswa (student centered)
2. proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung
3. pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas.
Jadi, sesuai dengan pengertian-pengertian di atas, bahwa dengan adanya pemaduan itu siswa
akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi
bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu
siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman
langsung dan nyata yang menghubungkan antarkonsep dalam intramata pelajaran maupun
antarmata pelajaran. Pembelajaran terpadu tampak lebih menekankan keterlibatan siswa
dalam belajar, sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran untuk pembuatan
keputusan. Setiap siswa memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di
masyarakat dan bakal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar di sekolah. Oleh
karena itu pengalaman belajar di sekolah sedapat mungkin memberikan bekal siswa dalam
mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut kecakapan hidup yang
cakupannya lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan.
B. Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Pembalajaran terpusat pada anak
Pembalajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak, karena pada
dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan
keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun secara kelompok. Siswa dapat aktif
mencari, menggali, dan manemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang
harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
2. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk
semacam jalinan antarskemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga akan berdampak pada
kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep
yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan
mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna.hal ini diharapkan dapat berakibat
pada kemampuan siswa untuk dapat menerapakan perolahan belajaranya pada pemecahan
masalah-masalah yang nyata dalam kehidupannya.
3. Belajar melalui proses pengalaman langsung
Pada pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung pada
konsep dan prisip yang dipelajari dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan
kegiatan secara langsung. Sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya secara langsung
dan kemudian siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang
mereka alami, bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai
fasilitator yang membimbing kearah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa sebagai
aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.
4. Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata
Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquiry (penemuan
terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari
perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan
melihat keinginan, minat, dan kemampua siswa sehingga memungkinkan siswa termotivasi
untuk belajar terus-menerus.
5. Sarat dengan muatan keterkaitan
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala
atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang
terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena
pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan
bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
C. Tujuan Pembelajaran Terpadu
Pembalajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembalajaran yang telah
ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat :
1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna,
2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi,
3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan
dalam kehidupan,
4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi,
serta menghargai pendapat orang lain,
5. Meningkatkan minat dalam belajar,
6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
D. Kemanfaatan Pembalajaran Terpadu
Ada beberapa manfaat dalam menggunakan pembelajara terpadu, yaitu :
1. Memungkinkan anak mengekplorasi dan mengekpresikan pengetahuan dan
keterampilannya melalui berbagai kegiatan.
2. Meningkatkan pemahaman anak secara komprehensif.
3. Meningkatkan kecakapan berpikir anak
4. Banyak topik yang tertuang di setiap mata pelajaran mempunyai keterkaiatan konsep
dengan yang dipelajari siswa.
5. Pada pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memanfaatkan keterampilannya yang
dikembangkan dari mempelajari keterkaitan antarmata pelajaran.
6. Pembelajaran terpadu melatih siswa untuk semakin banyak membuat hubungan inter dan
antarmata pelajaran, sehingga siswa mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai
disiplin ilmu;
4. memperluas wawasan dan apresiasi guru.
b. Kekurangan
1. Cukup sulit dilaksanakan karena membutuhkan guru yang berkemampuan tinggi dan yakin
dengan konsep dan kemampuan yang akan dikembangkan di setiap bidang pengembangan;
2. kurang efektif karena membutuhkan kerjasama dari banyak guru;
3. sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga
mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait;
4. dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna mencari
keterkaitan dan mencari tema.
F. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu
1. Kelebihan
Kelebihan tersebut didasari oleh beberapa alasan.
1. Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah
memahami sekaligus melakukannya.
2. Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran
yang satu dengan mata pelajaran lainnya.
3. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan
belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek kognitif.
4. Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
5. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan belajar
siswa aktif sebagai metode pembelajaran.
2. Kekurangan
1. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan
metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan
mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku
agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini,
maka pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.
2. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik
yang relatif baik, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi
karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai),
kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif
(menggali dan menemukan). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model
pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan
atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet.
Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila
sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
4. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan
pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu
siswa. Biasanya guru yang memilih tema dasarnya dan dengan musyawarah siswa memilih
unit tema. Pemilihan tema dasar yang dilakukan oleh guru dengan mengaju pada tema dan
materi-materi pada pokok bahasan pada setiap mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum.
Tema dapat juga dipilih berdasarkan pertimbangan lain, yaitu tema yang dipilih merupakan
consensus antar siswa, misal dari buku-buku bacaan, pengalaman, minat, isu-isu, yang sedang
beredar di masyarakat dengan mengingat ketersediaan sarana dan sumber belajar yang sesuai
dengan tingkat perkembanagn siswa.
1) Tema dasar-Unit tema
Tema dapat muncul dari siswa, kemudian guru yang mengorganisir atau guru melontarkan
tema dasar, kemudian siswa mengembangkan unit temanya.
2) Curah pendapat
Curah pendapat ini bermanfaat untuk memunculkan tema dasar kemudian dikembangkan
menjadi unit tema. Setelah tema dasar dan unit tema dipilih maka akan terbentuk jaringjaring.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penentuan tema, yaitu :
Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai materi di dalam satu atau beberapa
mata pelajaran.
Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang terpadu dalam
materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan pengalaman belajar oleh para
siswa.
Tema disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa sehingga asas perkembangan berpikir
anak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Tema harus bersifat cukup problematik atau popular sehingga membuka kemungkinan luas
untuk melaksanakan pembelajaran yang beragam yang mengandung substansif yang lebih
luas yang apabila dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa.
Beberapa prosedur pemilihan tema adalah sebagai berikut :
Model ke-1
Pada model ini tema sudah ditentukan atau dipilih oleh guru berdasar pada beberapa
kurikulum beberapa mata pelajaran yang kemudian dapat dikembangkan menjadi sub-sub
tema atau unit tema.
Model ke-2
Pada model ini tema ditentukan bersama antara guru dengan siswa. Meskipun demikian tema
tidak boleh lepas dari materi yang akan dipelajari.
Model ke-3
Pada model ini tema ditentukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
b. Langkah perencanaan aktivitas
Langkah perencanaan aktivitas di sini meliputi : pemilihan sumber, pemilihan aktivitas, dan
perencanaan evaluasi. Evaluasi dalam pembalajaran terpadu meliputi berikut ini :
1. Janis evaluasi yaitu evaluasi otentik.
2. Sasaran evaluasi berupa proses dan dan hasil belajar siswa.
3. Aspek yang dievaluasi. Keseluruhan aspek kepribadian siswa dievaluasi yaitu
meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
4. Teknik-teknik evaluasi yang digunakan meliputi :
a. Observasi (mengamati prilaku hasil belajar siswa) dengan menggunakan daftar cek atau
skala penilaian.
b. Wawancara guru dan siswa dengan menggunakan pedoman wawancara.
c. Evaluasi siswa
d. Jurnal siswa
e. Portofolio
f. Tes prestasi belajar (baku atau buatan guru)
c. Kontrak belajar
Kontrak belajar ini akan memeberikan arah dan isi aktivitas siswa dan merupakan suatu
kesepakatan antara guru dan siswa.
2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu dan Evaluasi
Pada tahap pelaksanan ini langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas siswa
Aktivitas dapat berupa : pengumpulan informasi baik kelompok maupun individual,
membaca sumber, wawancara dengan narasumber, pengamatan lapangan, eksperimen,
pengolahan informasi, dan penyusunan laporan.
b.Kulminasi (Sharing)
Kulminasi (Sharing) dalam bentuk penilaian proses (merupakan dampak dari proses
pembelajaran, dampak pengiring, prosedur formal dan informal terutama untuk memperoleh
balikan) yaitu penyajian laporan, diskusi dan balikan, unjuk kerja dan pameran, serta
evaluasi.
I. Kesimpulan
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran
maupun antarmata pelajaran. Disini dituntut keprofesionalan seorang guru dalam
mengkaitkan beberapa materi dalam satu mata pelajaran atau bahkan dari berbagai macam
mata pelajaran. Guru sangat dituntut untuk berwawasan yang luas, sehingga dalam
mengkaitkan antar beberapa mata pelajaran tidak terpisah-pisah, melainkan menjadi suatu
kesatuan yang utuh.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranterpadu.html#ixzz2uZczpIaO
Model Pembelajaran Berbasis Proyek atau Tugas
Pembelajaran berbasis proyek atau tugas adalah metode belajar yang menggunakan masalah
sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.
(Kerka, 1997). Perluasan dan pendalaman pemahaman pengetahuan tersebut dapat diamati
dengan mengukur peningkatan kecakapan akademiknya.
Peranan guru yang utama adalah mengendalikan ide-ide dan interpretasi siswa dalam belajar,
dan memberikan alternatif-alternatif melalui aplikasi, bukti-bukti, dan argumen-argumen.
2. Katakteristik pembelajaran berbasis proyek / tugas
Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk memberikan pengalaman
belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa ( Gear, 1998). Sedangkan menurut Buck
Institute For Education (1999)dalam Made (2000, 145) belajar berbasis proyek memiliki
karakteristik yaitu :
1. Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja
2. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya
3. Siswa merancang proses untuk mencapai hasil
4. Siswa bertanggunga jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi
yang dikumpulkan
5. Siswa melakukan evaluasi secara kontinu
6. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang meraka kerjakan
7. Hasil akhir berupa produk dan di evaluasi kualitasnya
8. Kelas memiliki atmosfir yang memberikan toleransi kesalahan dan
perubahan.
3. Ciri ciri dan Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek atau Tugas
Ada lima criteria apakah suatu pembelajaran berproyek termasuk pembelajaran berbasis
proyek , lima criteria itu yaitu :
1. Keterpusatan ( centrality)
Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau inti kurikulum, bukan
pelengkap kurikulum ,didalam pembelajaran proyek adalah strategi pembelajaran, pelajaran
mengalami dan belajar konsep konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. Model ini
merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu
pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karna itu, kerja proyek bukan merupakan praktik
tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari , melainkan menjadi sentral
kegiatan pembelajaran dikelas.
1. Berfokus pada pertanyaan atau masalah
Proyek dalam PBL adalah berfokus pada pertanyaan atau masalah , yang mendorong pelajar
menjalani (dalam kerja keras ) konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari
disiplin.
1. Investigasi konstruktif atau desain
Lebih mengutamakan otonomi, pilihan waktu kerja dan tanggung jawab pelajaran terhadap
proyek
1. Bersifat realisme
Berdasarkan kegiatan pengajar dan pelajar dalam pendekatan PBL, maka PBL yang akan
dibuat di dalam lingkungan web terbagi dalam tiga tahapan yakni persiapan, pembelajaran
dan evaluasi, tetapi dari tiga tahapan tersebut dapat dideskripsikan menjadi enam tahapan
sebagai berikut
1. Persiapan
Pengajar merancang desain atau membuat kerangka proyek yang bermanfaat dalam
menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pelajar dalam mengembangkan pemikiran
terhadap proyek tersebut sesuai dengan kerangka yang ada, dan menyediakan sumber yang
dapat membantu pengerjaannya. Hal ini akan mendukung keberhasilan pelajar dalam
menyelesaikan suatu proyek dan cukup membantu dalam menjawab pertanyaan, beraktifitas
dan berkarya. Kerangka menjadi sesuatu yang penting untuk dibaca dan digunakan oleh
pelajar. Oleh karenanya, pengajar harus melakukan perannya dengan baik dalam menganalisa
dan mengintegrasikan kurikulum, mengumpulkan pertanyaan, mencari web site atau sumber
yang dapat membantu pelajar dalam menyelesaikan proyek, dan menyimpannya di dalam
web.
1. Penugasan/menentukan topik.
Sesuai dengan tugas proyek yang diberikan oleh pengajar maupun pilihan sendiri, pelajar
akan memperoleh dan membaca kerangka proyek, lalu berupaya mencari sumber yang dapat
membantu. Dengan berdasar pada referensi alamat web yang berisi materi relevan, pelajar
dengan cepat dan langsung mendapatkan materi yang berkualitas yang sesuai dengan
kebutuhan proyek. Lalu pelajar berupaya berpikir dengan kemampuannya berdasar pada
pengalaman yang dimiliki, membuat pemetaan topik, dan mengembangkan gagasannya
dalam menentukan sub topik suatu proyek.
1. Merencanakan kegiatan.
Pelajar bekerja dalam proyek individual, kelompok dalam satu kelas atau antar kelas. Pelajar
menentukan kegiatan dan langkah yang akan diambil sesuai dengan sub topiknya,
merencanakan waktu pengerjaan dari semua sub topik dan menyimpannya di dalam web. Jika
bekerja dalam kelompok, tiap anggota harus mengikuti aturan dan memiliki rasa
tanggungjawab. Sedangkan pengajar berkewajiban menyampaikan isi dari rencana proyeknya
kepada orang tua, sehingga orang tua dapat ikut serta membantu dan mendukung anaknya
dalam menyelesaikan proyek.
1. Investigasi dan penyajian.
Investigasi disini termasuk kegiatan : menanyakan pada ahlinya melalui e-mail, memeriksa
web site, dan saling tukar pengalaman dan pengetahuan serta melakukan survei melalui web.
Dalam perkembangannya, terkadang berisi observasi, eksperimen, dan field trips. Diskusi
dapat dilakukan secara sinkron dan asinkron melalui chating. Lalu penyajian hasil dapat
berupa gambar, tulisan, diagram matematika, pemetaan dan lain-lain. Secara rutin, orang tua
dan pengajar berkomunikasi untuk memantau kegiatan dan prestasi yang dicapai oleh pelajar.
1. Finishing.
Pelajar membuat laporan, presentasi, halaman web, gambar, dan lain-lain. Sebagai hasil dari
kegiatannya. Lalu pengajar dan pelajar membuat catatan terhadap proyek untuk
pengembangan selanjutnya. Peserta menerima feedback atas apa yang dibuatnya dari
kelompok, teman, dan pengajar. Fasilitas feedback online disajikan untuk memungkinkan
setiap individu secara langsung berkomentar dan memberikan kontribusi, dan agar dilihat dan
bermanfaat bagi orang lain.
1. Monitoring/Evaluasi.
Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh
tiap pelajar berdasar pada partisipasi dan produktifitasnya dalam
pengerjaan proyek.
2. Kesimpulan
Pembelajaran berbasis proyek / tugas adalah sebuah metode penyajian bahan pembelajaran
yang diberikan oleh guru kepada peserta didik berupa seperangkat tugas yang harus
dikerjakan peserta didik, baik secara individual maupun secara kelompok.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran
dan memberikan kesempatan peserta didik melakukan sendiri kegiatan belajar yang
ditugaskan. empat prinsip berikut ini akan membantu siswa dalam perjalana mereka menjadi
pembelajar mandiri yang efektif.
1. Membuat tugas bermakna, jelas, dan menantang
Salah satu tantangan paling sukar yang dihadapi guru pada saat mereka menggunakan
pekerjaan kelas atau pekerjaan rumah adalah menjaga siswa tetap terlibat. Pada saat bekerja
sendiri, sangat mudah bagi sisa untuk kehilangan minat dan melalukan tindakan yang tidak
relevan, khususnya apabila tugas-tugas itu rutin.
Kebanyakan guru setuju bahwa tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah mandiri yang
dapat mempertahankan keterlibatan siswa memiliki tujuan yang jelas. Siswa perlu
mengetahui dengan tepat apa yang mereka harus kerjakan, mengapa mereka mengerjakan
pekerjaan itu, dan apa yang dibutuhkanuntuk menyelsaikan pekerjaan itu. Siswa-siswa itu
tetap berada dalam tugas selama pekerjaan kelas dan menyelesaikan pekerjaan rumah apabila
mereka menyikapi tugas-tugas tersebut secar bermakna.
Linda Anderson (1985) menunjukan bahwa guru jarang menaruh perhatian pada tujuan
pekerjaan kelas atau strategi-strategi belajar yang telibat. Sebaliknya, guru menekankan pada
arahan-arahan procedural. Sebagai contoh guru dpat menghabiskan waktu banyak
menjelaskan kepad siswa di mana menulis nama di kertas atau bagaimana menyusun
jawaban-jawabannya. Sementar petunjuk-petunjuk tentang apa yang dilakukan adalah
penting guru tidak menyertakan penjelasan tentang mengapa sesuatu harus dikerjakan dan
proses-proses pembelajaran yang terlibat. Sebelum memberikan suatu tugas, guru hendaknya
mempertimbangkan cirri penting itu secara seksama dan kemudian menyediakan waktu
cukupuntuk menjelaskan cirri penting itu kepada siswa.
1. Menganekaragamkan Tugas-tugas
Sama dengan kehidupan pada umumnya, keanekaragaman menambah daya tarik tugas
pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah.siswa kemungkinan besar ttap terlibata dan
mengerjakan pekerjaan mereka jika tugas-tugas lebih bervariasi dan menarik daripada
rutindan monoton. Guru yang efektif mengubah panjang dan cara tugas yang diberikan di
samping hakikat tugas beljar dan strategi-strategi kognitif yang telibat. Membaca di dalam
hati, laporan proyek-proyek khusus, dan bahan-bahan multimedia menawarkn berbagai
macam cara untuk menyelesaikan pekerjaan mandiri. Pilihan kemungkinan tidak terbatas dan
tidak aka alasan bagi guru untuk membuat jenis tugas yang sama dari hari ke hari.
1. Menaruh Perhatian pada Tingkat Kesulitan
Menetapkan tingkat kesulitan yang cocok atas tugas-tugas yang diberikan kepada siswa
merupakan suatu bahan baku penting untuk keterlibatan berkelanjutan yang dibutuhkan untuk
penyelesaian tugas-tugas tersebut. Apabila siswa diharapkan untuk bekerja secara mandiri,
tugas tesebut sehrusnya memiliki tingkat kesulitan yang menjamin kemungkinan berhasil
tinggi. Siswa tidak akan tertantang ketika tugas-tugas yang diberikan guru terlalu mudah.
Mereka menyikapi tugas-tugas seperti sebagai pekerjaan yang tidak menantang. Pada
umumnya tugas yang baik perlu memiliki tingkat kesulitan cukup sehingga kebanyakan siswa
memandangnya sebagai sesuatu yang menantang, namun cukup mudah sehingga kebanyakan
siswa akan menemukan pemecahannya dan mengerjakan tugas tersebut atas jerih payah
sendiri.
1. Memonitor Kemajuan Siswa
Akhirnya, merupakan hal penting bagi guru untuk memonitor tugas-tugas pekerjaan kelas dan
pekerjaan rumah. Monitoring hendaknya meliputi pengecekan untuk mengetahui apakah
siswa memahami tugas mereka dan proses-proses kognitif yang telibat. Monitoring ini juga
termasuk pengecekan pekerjaan siswa dan mengembalikan tugas dengan umpan balik. Pad
saat beberfapa siswa diberikan pekerjaan kelas, maka guru dapat bekerja dengan siswa lain.a
dianjurkan agar guru menyediakan waktu 5 atau 10 menit untuk berkeliling di antara siswa
yang bekerja untuk memastikan apakah mereka memahami tugas tersebut sebelum
menangani siswa-siswa lain. Apabila siswa bekerja dalam kelompok-kelompok, maka guru
hendaknya berada dalam kelompok-kelompok tersebut secara bergantian dan berkeliling di
antara siswa yang bekerja secara mandiri. Meskipun mengoreksi tugas menghabiskan waktu,
hendaknya guru mengoreksi pekerjaan yang dibuat siswa dan mengembalikan kepda mereka
dengan umpan balik.
Kompetensi yang dikembangkan selain kompetensi disiplin ilmu (discipline-based
competencies) dan kompetensi interpersonal (interpersonal competencies ) dan kompetensi
intrapersonal ( intrapersonal competencies) dalam diri siswa. Kompetensi disiplin ilmu
berkaitan dengan pemahaman konsep, prinsip dan teori dari disiplin ilmu. Kompetensi
interpersonal mencakup kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, berperilaku sopan dan
baik, menangani konflik, bekerjasama, membantu orang lain, dan menjalin hubungan dengan
orang lain dan masyarakat. Kompetensi intrapersonal mencakup apresiasi terhadap
keragaman, melakukan refleksi diri, disiplin, beretos kerja tinggi, membiasakan diri hidup
sehat, mengendalikan emosi, tekun, mandiri, dan mempunyai motivasi.
Kompetensi yang telah diidentifikasi dari pebelajar ini merupakan kompetensi yang amat
penting untuk keberhasilan hidupnya, dan sebagai tenaga kerja merupakan kompetensi yang
amat penting di tempat kerja. Karena hakikat kerja proyek adalah kolaboratif, maka
pengembangan kompetensi tersebut berlangsung di antara pebelajar. Di dalam kerja
kelompok suatu proyek, kekuatan individu dan cara belajar yang diacu memperkuat kerja tim
sebagai suatu keseluruhan.
6. Keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek atau tugas
Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa siswa suka tekun
sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan
pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa
belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain.
1. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan
tugas yang kompleks. Pembelajaran Berbais Proyek yang diimplementasikan secara baik
memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan
membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan
tugas.
1. Increased resource management skills
Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik menberikan kepada siswa
pembelajaran dan praktik dalam pengorganisasian proyek dan membuat alokasi waktu dan
sumber-sumber lain seperi perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
Kelemahan dari pembelajaran ini yaitu :
1. Kebanyakan permasalahan dunia nyata yang tidak terpisahkan dengan
masalah kedisiplinan , untuk itu disarankan mengajarkan dengan cara
melatih dan menfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah .
2. Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan
masalah.
3. Memerlukan biaya yang cukup banyak
Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek seorang peserta didik dapat
mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah , membatasi
waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimaliskan dan menyediakan
peralatan yang sederhana yang terdapat dilingkungan sekitar , memilih lokasi penelitian yang
terjangkau yang tidak membutuhkan banyak biaya dan waktu.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-berbasis-proyekatau.html#ixzz2uZd5hMce
PEMBELAJARAN BERBASIS JASA-LAYANAN (SERVICE LEARNING)
PEMBELAJARAN BERBASIS JASA-LAYANAN (SERVICE LEARNING)
A. Pengertian
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan salah satu bagian dari strategi pembelajaran
kontekstual. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) merupakan
suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami
makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa
memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel, sehingga dapat diterapkan dari
satu permasalahan atau konteks, ke permasalahan atau konteks lainnya.
Jadi dalam pembelajaran kontekstual, siswa diharapkan mampu memahami makna materi
pelajaran yang diajarkan oleh guru, sehingga siswa memiliki ketrampilan yang dapat
diterapkan dalam kehidupan nyata berkaitan dengan materi yang diajarkan tersebut.
Kehidupan nyata siswa tersebut berkaitan dengan kehidupan sosialnya, kehidupan pribadinya
maupun kehidupan budaya dari lingkungan siswa tersebut.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen
utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),
menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan
penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Jadi pembelajaran kontekstual menitikberatkan pada suatu konsep belajar dimana guru
menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Salah satu bentuk nyata dari pembelajaran kontekstual ini dapat kita temui dalam
pembelajaran berbasis jasa layanan, yakni menempatkan siswa di dalam konteks bermakna
yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari.
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah, guna
merefleksikan jasa-layanan tersebut. Jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasalayanan dan pembelajaran akademis. Dengan kata lain, pendekatan ini menyajikan suatu
penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagi keterampilan untuk
memenuhi kebutuhan dalam masyarkat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.
B. Ciri-ciri
Seperti yang telah kita ketahui di atas, bahwa pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan
salah satu bentuk nyata dari pembelajaran kontekstual. Oleh karena itu, ciri-ciri pembelajaran
berbasis jasa layanan harus sesuai dengan cirri-ciri pembelajaran kontekstual. Cirri-ciri
tersebut antara lain:
1. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections)
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran dan pengajaran
kontekstual. Ketika siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu
pengetahuan alam atau sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri, berarti mereka
menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan
pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan
keterkaitan inilah inti dari CTL
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (doing significant works)
Pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan di dalam
kelas harus punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran
dengan kehidupan siswa.
3. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated Learning)
Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan
kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang
berarti bagi siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa
menggunakan gaya belajarnya sendiri.
4. Bekerjasama (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok,
membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami
bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
5. Berpikir kritis dan kreatif (critical dan creative thinking)
Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap
tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara
teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan,
memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan
tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism),
bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Pembelajaran
berbasis jasa layanan mengandung ciri bahwa:
1. Melakukan hubungan yang bermakna, hal ini diwujudkan dengan kerjasama kelompok
yang dilakukan dalam menyelesaikan tugas terstruktur.
2. Bekerja sama guna penerapan praktis dari pengetahuan yang baru diketahui siswa.
3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti melalui kegiata yang beranfaat untuk memenuhi
kebutuhan dalam masyarkat( jasa layanan yang berkaitan dengan tugas terstruktur).
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pembelajaran-berbasis-jasalayanan.html#ixzz2uZdA2G4Y
https://teguhtdodo.wordpress.com/2014/08/02/41-macam-model-metode-pembelajaranefektif/
Teori Tentang Minat Belajar Siswa
Minat selama ini hanya dikenal dengan sebuah keinginan yang dimiliki oleh seseorang,
sehingga antara satu dengan yang lain mempunyai perbedaan dalam keinginannya. Terlepas
dari anggapan tersebut, minat siswa belajar merupakan bagian penting yang perlu dikaji
dalam sebuah lembaga/ sekolah, karena tidak ada sekolah tanpa proses pembelajaran,
sehingga minat siswa belajar adalah kunci tercapainya visi dan misi sekolah.
Minat secara bahasa diartikan dengan kesukaan, kecenderungan hati terhadap suatu
keinginan. Sedangkan arti minat menurut istilah diartikan oleh sebagian tokoh sebagai berikut
:
1. Menurut Slamito, minat adalah suatu perasaan cenderung lebih cenderung atau suka
kepada sesuatu hak atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh.
2. Mahfud Shalahuddin, mengemukakan minat secara sederhana, minat adalah perhatian yang
mengandung unsur- unsur perasaan.
3. Menurut Abu Ahmadi, minat adalah sikap seseorang termasuk tiga fungsi jiwa (kognisi,
konasi, dan emosi) yang tertuju pada sesuatu dan dalam hubungan itu terdapat unsure
perasaan yang sangat kuat.
4. Andi Mappiare berpendapat bahwa, minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari
suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka takut atau kecenderungankecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.
Dari pemaparan menganai definisi- deinisi minat diatas dapat disimpulkan bahwa, minat
adalah gejala psikis yang muncul dalam diri seseorang dan direalisasikan dengan perasaan
senang dan menimbulkan perhatian yang khusus terhadap sasaran, sehingga seseorang
cenderung berupaya untuk mencapai sasaran tersebut. Jadi untuk melihat reaksi dari gejala
psikis tersebut dapat di pastikan dari sikap, prilaku, atau motivasi yang dimiliki oleh
seseorang dalam beraktifitas.
Selanjutnya tentang teori belajar, menurut beberapa ahli dijelaskan sebagai berikut :
1. Menurut Thomas Aquinas belajar itu pada hakikatnya adalah belajar untuk berfikir, untuk
itu perlu diadakan kebiasaan sejak anak didik masih muda.
2. Menurut Mauly belejar pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang
berkat adanya pengalaman.
3. Menurut Gagne belajar adalah suatu proses yang memungkinkan organisme untuk
mengubah tingkah laku dengan cepat dan bersifat permanen sehingga perubahan yang serupa
tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi baru. Belajar adalah suatu proses
perubahan disposisi dan kapabilitas.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa, belajar merupakan proses
perubahan tingkah laku dan polaa pikir seseorang yang diakibatkan karena kebiasaan dan
pengalaman.
Faktor Yang Mempengaruhi Minat Siswa Belajar Muatan Lokal Budidaya Perikanan
Minat yang muncul dalam pikologis siswa merupakan sebuah gejala, sehingga munculnya
minat tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor yang menjadi penyebabnya. Faktor tersebut
Peran minat sangat besar jika dikaitkan dalam pelaksanaan pembelajaran, karena dengan
adanya minat siswa untuk belajar, proses pembelajaran akan dapat efektif. Sebagaimana
dikatakan oleh A. Tafsir bahwa, jika murid telah berminat dalam kegiatan belajar mengajar,
maka hampir dapat dipastikan proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik dan hasil
belajar juga optimal.
lalu kalau boleh bertanya, apa perbedaan antara minat belajar dengan motivasi belajar...??
trimakasih
memang membingungkan, tapi sbenarnya tidak terlalu rumit. motivasi merupakan dorongan
untuk melakukan sesuatu. adanya dorongan tentu ada sumbernya, dan minat merupkan salah
satu sumber motivasi, selain minat juga masih terdapat ribuan bahkan jutaan sumber motivasi
lain. adanya minat menjadikan seseorang termotivasi untuk belajar.
http://bloglaskarkopi.blogspot.com/2011/02/teori-tentang-minat-belajar-siswa.html
Pengertian Minat Belajar
Ilustrasi Belajar
Pendapat lain seperti yang dikemukakan oleh Yusuf Djayadisastra (1989:8), ialah:
belajar adalah pada hakekatnya suatu perubahan, baik sikap maupun tingkah
laku kearah yang baik, kuantitatif dan kualitatif yang fungsinya lebih tinggi dari
semula. Disamping itu Ahmad Tono (1978:25), juga mengemukakan bahwa:
belajar terdiri dari melakukan sesuatu yang baru, kemudian sesuatu yang baru
tersebut dicamkan atau dipahami oleh individu kemudian ditampilkan kembali
dalam kegiatan kemudian.
Setelah membahas tentang pengertian minat dan belajar maka yang maksud
tentang minat belajar itu ialah kondisi kejiwaan yang dialami oleh siswa untuk
menerima atau melakukan suatu aktivitas belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar
Minat belajar seseorang tidaklah selalu stabil, melainkan selalu berubah.
Olehnya itu perlu diarahkan dan dikembangkan kepada sesuatu pilihan yang
telah ditentukan melalui faktor-faktor yang mempengaruhi minat itu.
1. Faktor intern adalah sama yang ada pada diri seseorang baik jasmani
maupun rohani, fisik maupun psikhis.
2. Faktor ekstern adalah semua faktor yang ada diluar individu: keluarga,
masyarakat dan sekolah.
Cara membangkitkan minat belajar
Campbell (dalam Sofyan,2004:9) berpendapat: Bahwa usaha yang dapat
dilakukan untuk membina minat anak agar menjadi lebih produktif dan efektif
antara lain sebagai berikut:
1. Memperkaya ide atau gagasan.
2. Memberikan hadiah yang merangsang.
3. Berkenalan dengan orang-orang yang kreatif.
4. Petualangan dalam arti berpetualangan ke alam sekeliling secara sehat.
5. Mengembangkan fantasi.
6. Melatih sikap positif.
Bob dan Anik Anwar. 1983. Pedoman Pelaksanaan Menuju Pra Seleksi
Murni. Bandung : Ganesa Exact.
Minat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena bila hal yang dipelajari
tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya
karena siswa akan melakukan sesuatu yang sesuai dengan apa yang
diminatinya. Dengan memiliki minat belajar yang tinggi, siswa akan merasa
belajar merupakan kegiatan yang menyenangkan sehingga berpotensi untuk
mencapai keberhasilan belajar yang tinggi. Pada proses pembelajaran, minat
merupakan salah satu faktor internal yang sangat penting dalam membantu
tercapainya tujuan pembelajaran.
Siswa yang mempunyai minat belajar tinggi terhadap mata pelajaran sudah
tentu rasa keingintahuannya besar dan akan berusaha meningkatkan prestasi
belajarnya. Secara sederhana, minat merupakan kecendrungan seseorang untuk
tertarik terhadap sesuatu atau keinginan yang muncul dalam diri seseorang
untuk melakukan suatu aktivitas/kegiatan tanpa paksaan dari siapapun.
Minat yang diperoleh melalui adanya suatu proses belajar dikembangkan melalui
proses menilai suatu objek yang kemudian menghasilkan suatu penilaian
penilaian tertentu terhadap objek yang menimbulkan minat seseorang. Menurut
Arikunto (2003: 21) minat merupakan faktor internal yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa disamping dipengaruhi oleh faktor lain.
Minat atau kesenangan belajar siswa merupakan suatu kondisi psikologis dalam
diri siswa yang mampu mempengaruhi siswa dalam belajar. Minat adalah suatu
rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada sesuatu hal atau aktivitas, tanpa ada
yang menyuruh (Slameto, 2003: 180). Minat adalah hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat hubungan tersebut, maka semakin
kuat/besar minatnya. Menurut Sudarsono (2003: 28) menyatakan bahwa minat
merupakan sikap ketertarikan atau sepenuhnya terlibat dengan suatu kegiatan
karena menyadarinya pentingnya atau bernilainya kegiatan tersebut.
Minat menurut Sardiman (2008: 76) diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi
apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara yang dihubungkan dengan
keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan tersendiri. Minat yang ada pada
diri seseorang akan memberikan gambaran dalam aktivitas untuk mencapai
tujuan. Di dalam belajar banyak siswa yang kurang berminat dan yang berminat
terhadap pelajaran termasuk didalamnya adalah aktivitas praktek maupun teori
untuk mencapai suatu tujuannya. Dengan diketahuinya minat seseorang akan
dapat menentukan aktivitas apa saja yang dipilihnya dan akan melakukannya
dengan senang hati.
Menurut Luwzee (2008) minat belajar adalah Proses terjadinya yang didahului
oleh perasaan senang dan perhatian terhadap suatu objek, sehingga terjadi
kecendrungan untuk berbuat sesuatu atas obyek tersebut. Minat belajar itu
sendiri dibagi menjadi dua, yaitu
1. Minat pembawaan, minat muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktorfaktor lain, baik itu kebutuhan maupun lingkungan. Minat semacam ini biasanya
muncul berdasarkan bakat yang ada.
2. Minat yang muncul karena adanya pengaruh dari luar, maka minat
seseorang bisa saja berubah karena adanya pengaruh dari luar, seperti:
lingkungan, orangtua atau bahkan gurunya.
Proses belajar itu akan berjalan dengan lancar apabila disertai dengan minat.
Minat ini antara lain dapat dikembangkan dengan cara-cara sebagai berikut.
1. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
2. Menghubungkan adanya persoalan yang lampau.
3. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
4. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar (Sardiman, 2001: 93).
Hal yang terpenting dalam kegiatan belajar adalah membangkitkan minat
terhadap semua mata pelajaran yang dihadapinya. Jika minat tersebut dapat
ditimbulkan maka kegiatan belajar akan lebih baik dan berhasil. Minat dapat
dibangkitkan dengam berbagai macam cara, misalnya dengan melengkapi
fasilitas belajar dan nasihat atau dorongan yang dapat membangkitkan minat
siswa.
Menurut Slameto (2003 :58) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciriciri sebagai berikut.
1. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan
mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
2. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
3. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati.
4. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.
5. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.
6. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.
Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan pengajar untuk meningkatkan
minat belajar siswa.
1. Memberikan informasi kepada siswa mengenai hubungan antara suatu
bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu serta
menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa akan datang.
2. Menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang
http://hendriansdiamond.blogspot.co.id/2012/01/tinjauan-pustaka-tentang-minat-belajar.html
DEFINISI BELAJAR
DAN PEMBELAJARAN
03 Tuesday Sep 2013
Sedangkan pada Bab III tentang Dasar, Fungsi dan Tujuan, pasal 3 disebutkan bahwa
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab
2. Menurut Burton dalam buku The Guidance of Learning Activities
Belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu berkat adanya interaksi antara individu
dengan individu dan individu dengan lingkungan, sehingga mereka mampu berinteraksi
dengan lingkungannya.
3. Menurut H.C. Witherington dalam buku Education Psychology
Belajar adalah perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru
dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian.
4. Menurut James O. Whittaker
Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.
5. Menurut Abdillah (2002)
Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku
baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.
Dari beberapa definisi ini dapat disimpulkan ciri-ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut :
1) Belajar menunjukkan adanya suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau
disengaja.
2) Belajar merupakan interaksi antara individu dengan lingkungannya
3) Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku.
6. Menurut Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses (Glosarium)
Pembelajaran diartikan sebagai usaha sengaja, terarah dan bertujuan oleh seseorang atau
sekelompok orang (termasuk guru dan penulis buku pelajaran) agar orang lain (termasuk
peserta didik), dapat memperoleh pengalaman yang bermakna. Usaha ini merupakan kegiatan
yang berpusat pada kepentingan peserta didik.
7. Menurut beberapa ahli dalam buku Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Sardiman,
A.M. Rajawali Pers. Jakarta. 2011. Halaman 20)
1) Cronbach memberikan definisi Learning is shown by a change in behavior as a result of
experience
2) Harold Spears memberikan batasan Learning is to observe, to read, to initiate, to try
something themselves, to listen, to follow direction
3) Geoch, mengatakan Learning is a change in performance as a result of practice
Menurut Sardiman belajar adalah berubah. Belajar berarti mengubah individu yang belajar,
bukan saja yang berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, akan tetapi juga
terbentuknya kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan
penyesuaian diri. Dengan kata lain belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga, psiko fisik
untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut aspek
cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
8. Menurut
Dalam buku Happiness Inside, Gobind Vasdev (Penerbit Hikmah. 2009) mengumpamakan
belajar seperti menuangkan air dari botol ke gelas. Ia mengatakan ada 3 syarat (sikap mental)
dalam belajar, yaitu :
Pertama adalah terbuka, hanya dengan berpikiran terbuka (open mind) suatu ilmu akan
mengalir ke dalam diri seseorang. Seseorang bersikap terbuka hanya bila ia memiliki
keingintahuan yang besar. Leonardo Da Vinci menjadikan rasa ingin tahu sebagai prinsip
utamanya dalam belajar. Demikian pula Albert Einstein, yang mengatakan bahwa dia
bukanlah orang yang punya bakat khusus, tetapi orang yang memiliki rasa ingin tahu yang
hebat.
Kedua adalah kosong, sesuatu yang penuh tidak akan dapat menampung apa-apa. Hanya
kekosonganlah yang dapat menerima sesuatu. Pikiran yang penuh dengan persepsi yang
salah, terkadang menjadi penghalang besar dalam belajar.
Ketiga adalah lebih rendah daripada botol yang mengisinya. Ini mengandung makna bahwa
siapapun yang belajar, harus merasa lebih rendah daripada yang memberi pelajaran. Bersikap
rendah hati, menyadari bahwa masih banyak kekurangan adalah salah satu syarat dalam
belajar.
Slameto (2010:2) menyatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sardiman (2010: 20) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku
atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
Suhartono (2008) menyatakan belajar adalah keterlibatan langsung seseorang secara jasmani
dan rohani dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, dan sikap yang berguna
dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.
Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan
individu berlangsung melalui kegiatan belajar.
Darsono (2001:4) mendefinisakn belajar ialah suatu aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Ngalim Purwanto, (1992 : 84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
M. Sobry Sutikno mengemukakan, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Oemar H. Belajar adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara-cara berperilaku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
Slavin (2000:143) menyatakan, belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus
dan respon.
Wingkel (1991) mengungkapkan bahwa belajar pada manusia merupakan suatu proses
psikologi yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan, dan
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
bersifat konstan/menetap.
Robert. M.Gagne (1977), mengungkapkan belajar merupakan sejenis perubahan yang
diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum
individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu.
Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan
serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
Cronbach (1954) berpendapat Belajar ditunjukkan dengan perubahan perilaku sebagai hasil
dari pengalaman.
Al Ghazali membuat pengertian, belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku dan ilmu pengetahuan sebagai hasil dari
pengalaman individu.
Piaget mendefinisikan belajar adalah suatu proses perolehan pengetahuan yang dibentuk oleh
individu itu sendiri karena individu melakukan interaksi secara terus menerus dengan
lingkungan.
Ernest R. Hilgard, belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang
kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang
ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada
keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti
perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.
Skinner mengungkapkan, bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons
yang tercipta melalui proses tingkah laku.
Spears menyatakan, belajar adalah mengamati, membaca, menirukan, mencoba sesuatu
sendiri, mendengarkan, mengikuti arah.
Edward Walter mengungkapkan, belajar adalah perubahan atau tingkah laku akibat
pengalaman dan latihan.
Clifford T. Morgan, belajar merupakan perubahan tingkah laku karena hasil pengalaman
sehingga memungkinkan seseorang menghadapi situasi selanjutnya dengan cara yang
berbeda-beda.
Woodword, belajar merupakan perubahan yang relatif permanen, akibat interaksi lingkungan.
Crow & Crow, belajar adalah suatu perubahn dalam diri individu karena kebiasaan
pengetahuan dan sikap.
Jadi dapat disimpulkan, belajar merupakan kegiatan sadar secara jasmani dan rohani oleh
seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang dibuktikan dengan adanya perubahan
tingkah laku
GAYA BELAJAR
29 Saturday Jun 2013
1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam
keluarga.
1. Berbicara perlahan.
2. Penampilan rapi.
3. Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan.
4. Belajar melalui memanipulasi dan praktek.
5. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat.
6. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca.
7. Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita.
8. Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca.
9. Menyukai permainan yang menyibukkan.
10. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu.
11. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang
mengandung aksi
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.
d) Witherington,dalam buku Educational Psychology. Belajar adalah suatu perubahan
didalam kepribadian yan menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.
Dari definsi-definisi yang dikemukakan diatas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen
yang penting yang merincikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa :
a)Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat
mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah
kepada tingkah laku yang lebih buruk.
b)Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman : dalam
arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak
dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang
bayi.
c)Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan
akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lam periode waktu itu
berlangsung sulit dtentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir
dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahuntahun. Ini berarti kita harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang
disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang,
yang biasanya hanya berlangsung sementara.
d)Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek
kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: Perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu
masalah / berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
B.Mengajar
Pada uraian di atas telah dikemukakan bahwa istilah belajar pernah dipandang sebagai proses
penambahan pengetahuan. Senada dengan nuansa penafsiran terhadap belajar seperti itu,
maka mengajar pun pernah dianggap sebagai proses pemberian atau penyampaian
pengetahuan. Pandangan demikian membawa konsekuensi logis terhadap situasi belajar
mengajar yang diwujudkan oleh guru, yakni proses belajar-mengajar (PBM) yang terjadi di
dalamnya bersifat teacher-centered. Pengajaran menjadi berpusat pada guru mengajar lebih
dominan daripada belajar. Guru berperan sebagai pemberi informasi sebanyak-banyaknya
kepada para siswa (information givers) atau dengan nama lain sebagai instructor. Oleh sebab
itu, sumber belajar yang digunakan, maksimal hanya sebatas apa yang ada diantara dua kulit
buku dan empat dinding kelas. Bahkan, banyak diantara mereka yang menjadikan dirinya
sebagai satu-satunya sumber belajar. Akibatnya, siswa-siswa menjadi individu-individu yang
pasif, kedaulatan merekapun pada akhirnya harus tunduk pada kekuasaan guru. Mereka tidak
dididik untuk berfikir kritis, berlatih menemukan konsep atau prinsip, ataupun untuk
mengembangkan kreatifitasnya. Mereka tidak dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan
yang perubahan-perubahannya sangat cepat, bahkan dapat terjadi dalam hitungan detik
seperti sekarang ini. Hal ini bisa terjadi pada masa mendatang, karena dengan penerapan
konsep mengajar semacam itu, siswa-siswa tidak dididik untuk belajar sebagai manusia
seutuhnya, sementara kita berharap agar kelak siswa-siswa menjadi orang-orang yang
terdidik, tidak sekedar tersekolah atau belajar.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka mengajar sepantasnya dipandang sebagai
upaya atau proses yang dilakukan oleh seorang guru untuk membuat siswa-siswanya belajar.
Dalam hal ini guru berupaya untuk membelajarkan siswa-siswanya, dan sebaliknya para
siswa menjadi pembelajar-pembelajar yang aktif, kritis dan kreatif. Dengan cara ini interaksi
belajar mengajar dapat terjadi, dan pengajaran tidak lagi bersifat teacher-centered, karena
telah bergeser pada kontinum pengajaran yang lebih bersifat student-centered. Pertanyaan
selanjutnya, yang menggelitik kita selaku guru yang bertugas pada era informasi ini yaitu :
Apakah diantara kita yang terlanjur telah menerapkan pengajaran bersifat teacher-centered
akan segera berubah kearah student-centered ?
2. MAKNA PEMBELAJARAN
Istilah pembelajaran mengundang berbagai kontroversi diberbagai kalangan pakar
pendidikan, terutama di antara guru-guru di sekolah. Hal ini disebabkan oleh demikian
luasnya ruang lingkup pembelajaran, sehingga yang menjadi subyek belajar atau
pembelajarpun bukan hanya siswa dan mahasiswa, tetapi juga peserta penataran/pelatihan
atau pendidikan dan pelatihan (diklat), kursus, seminar, diskusi panel, symposium, dan
bahkan siapa saja yang berupaya membelajarkan diri sendiri.
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatau system atau proses membelajarkan subyek
didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara
sistematis agar subyek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara
efektif dan efisien (Depdiknas,Model pembelajaran IPA SD,2003). Dengan demikian, jika
pembelajaran dianggap sebagai suatu system, maka berarti pembelajaran terdiri dari sejumlah
komponen yang terorganisir antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi
dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi
pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran. Sebaliknya bila pembelajaran dianggap
sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru
dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan program
pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut
penyiapan perangkat kelengkapannya antara lain alat peraga, dan alat-alat evaluasi. Persiapan
pembelajaran ini juga mencakup kegiatan guru untuk membaca buku-buku atau media cetak
lainnya yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan disajikan kepada para siswa dan
mengecek jumlah dan keberfungsian alat peraga yang akan digunakan.
Setelah persiapan tersebut, guru melaksanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran dengan
mengacu pada persiapan pembelajaran yang telah dibuatnya. Pada tahap pelaksanaan
pembelajaran, struktur dan dan situasi pembelajaran yang diwujudkan guru akan banyak
dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan meode-metode pembelajaran yang telah dipilih
dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru yang bersangkutan,
persepsi, dan sikapnya terhadap siswa. Jadi semuanya itu akan menentukan terhadap struktur
pembelajaran.
diantaranya:
1.Metode ceramah, inti kegiatannya adalah memberikan orientasi atau penjelasan mengenai
suatu definisi, pengertian, konsep, hukum, dan sejenisnya. Metode ceramah akan efektif
apabila digabungkan dengan metode lainnya.
2.Metode demonstrasi, yaitu pengajar melakukan peragaan suatu proses, suatu kerja,
keterampilan tertentu, atau suatu penampilan, dihadapan pembelajar.Metode demonstrasi,
terdiri atas metode demonstrasi pasif (pembelajar hanya mengamati) dan metode demonstrasi
aktif (sebagian pembelajar mencoba mendemonstrasikan kembali). Penggunaan metode
demonstrasi aktif dapat mempertinggi retensi dan metode ini sangat sesuai untuk
mengajarkan ketrerampilan proses, penampilan, dan kerja.
3.Metode diskusi, dapat diterapkan sebagai diskusi kelas atau kelompok. Diskusi akan lebih
baik apabila dilakukan dalam kelompok. Dalam kegiatan diskusi menghasilkan interaksi
antara siswa dengan siswa dan gguru dengan siswa
4.Metode tutorial, lebih cenderung sebagai kegiatan melajar mandirii. Bahan ajar diberikan
kepada pembelajar untuk dikembangkan. Selama melaksanakan pengembangan bahan ajar,
pembelajar diberi kesempatan untuk konsultasi dengan pengajar.
5.Metode simulasi, mewajibkan kepada pembelajar untuk melakukan simulasi tentang suatu
peran, kegiatan khusus atau ,menggunakan simulator.
6.Metode praktikum, menitikberatkan pada kegiatan untuk melakukan pengamatan,
percobaan, pengumpulan data, yang dilakukan di laboratorium atau ditempat lain yang
disamakan dengan laboratorium atau workshop.
7.Metode proyek, pada umumnya sama dengan metode praktikum, akan tetapi
pelaksanaannya memerlukan perencanaan (proposal) yang mencakup rancangan,
penjadwalan, kebutuhan bahan, dan sebagainya
https://sumberbelajarsmkn10.wordpress.com/kompetensi-guru/kompetensipedagodis/konsep-belajar-dan-pembelajaran/