Oleh :
Penelitian ini dilatarbelakangi karena rendahnya hasil belajar siswa yang belum efektif.
Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi kurangnya pemahaman terhadap materi
pembelajaran yang disebabkan penyampaian materi berpusat pada guru sehingga pembelajaran
menjadi membosankan dan siswa menjadi pasif dalam mengikuti pembelajaran. Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di KELAS XI MIPA 7 SMA NEGERI 1 PANGANDARAN
Kab. Bandung Jawa Barat. Upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan diterapkan model
Problem Based Learning (PBL) sebagai alternatif dalam pemecahan masalah. Dalam
penelitian ini yang menjadi subjeknya adalah siswa KELAS XI MIPA 7 SMA NEGERI 1
PANGANDARAN yang berjumlah 23 orang siswa, 21 orang perempuan dan 2 orang laki-
laki. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa. Metode penelitian ini
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model kemmis dan Taggart. Penelitian ini
terdiri dari 2 siklus yang setiap siklusnya terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I hasil belajar
siswa mencapai 48 % dengan kategori kurang, dan siklus II mencapai 83 % dengan kategori
baik. Hambatan yang diperoleh adalah kurang efektifnya waktu dan materi dan upaya untuk
mengatasi hambatan tersebut ialah meneliti aktivitas dan kemapuan siswa di kelas agar dapat
mencapai hasil penelitian yang memuaskan. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini
adalah, bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mampu
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Dengan demikian, penggunaan Model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat dijadikan salah satu model pembelajaran
untuk diterapkan pada pembelajaran PAI SMK.
Syukur alhamdulillah kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan untuk
memenuhi salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan Tugas PPG telah selesai dikerjakan dengan
harapan agar proses pembelajaran yang dilaksanakan semakin berkualitas yang pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian yang telah dilaksanakan tersebut dengan judul “UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PAI TENTANG SEJARAH
MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) (PTK PADA SISWA KELAS XI MIPA
7 SMA NEGERI 1 PANGANDARAN).
Penelitian tindakan ini menguji dan meneliti apakah penggunaan model PBL dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Dari hasil penelitian yang diungkapkan ternyata penggunaan model
PBL telah meningkatkan hasil belajar siswa dan lebih dari itu telah memberikan aktifitas dan nuansa
kelas lebih baik daripada model yang selama ini digunakan dalam pembelajaran.
Mudah-mudahan hasil penelitian tindakan ini dapat bermanfaat bagi guru, sekolah dan dunia
pendidikan sebagai alternatif model pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran demi
terwujudnya tujuan pendidikan.
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Guna mempermudah dalam memahami penggunaan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL), maka penelitian difokuskan pada pertanyaan berikut:
1. Bagaimana Hasil Belajar Siswa Sebelum di terapkan model Problem Based Learning
(PBL) pada materi PAI tentang sejarah?
2. Bagimana penerapan Problemm Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi PAI tentang sejarah?
3. Bagaimana Hasil Belajar Siswa terapkan di terapkan model Problem Based Learning
(PBL) pada materi PAI tentang sejarah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusuan masalah diatas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Analisis hasil belajar siswa Siswa Sebelum di terapkan model Problem Based Learning
(PBL) pada materi PAI tentang sejarah
2. Untuk mendeskripsikan penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi materi PAI tentang sejarah
3. Untuk menganalisis hasil belajar siswa setelah penerapan model Problem Based Learning
(PBL) pada materi PAI tentang sejarah
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh praktisi pendidikan, khususnya
bagi:
2
1. Lembaga SMK KP Baleendah sebagai bahan evaluasi dan dapat dijadikan pedoman dalam
meningkatkan mutu pendidikan khususnya di SMK KP Baleendah
2. Guru PAI, untuk membantu mengatasi masalah, memberikan wawasan dan pemahaman
metodologis pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan model Problem
Based Learning.
3. Peneliti, sebagai penambah hazanah keilmuan khususnya menambah pengalaman mengajar
siswa dengan pendekatan konstektual
4. Siswa dapat memperoleh pengalaman belajar dengan model PBL melalui pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti agar lebih menarik, menyenangkan, memberikan
kepuasan yang sangat berguna bagi masyarakat dan kehidupannya.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru ataupun dapat disebut sebagai bungkus
atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran. Model
pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur
pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai 4 ciri khusus yang tidak dimiliki oleh
strategi atau metode pembelajaran:
a. Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik
b. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
c. Langkah-langkah mengajar yang diperlukan agar model pembelajaran dapat dilaksanakan
secara optimal
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai (Khosim,
2017).
Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pemebalajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru ataupun dapat disebut sebagai bungkus
atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan
termasuk di dalamnya tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Guna memperkuat pendekatan saintifik serta pendekatan rekayasa dan teknologi serta
mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya nyata, baik individual maupun
kelompok maka diterapkan strategi pembelajaran menggunakan model model pembelajaran
penyingkapan (inquiry learning), pembelajaran penemuan (discovery learning) dan
pendekatan pembelajaran berbasis hasil karya yang meliputi pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning) serta pelatihan berbasis produk (production based training) dan
pembelajaran berbasis proyek (project based learning) serta teaching factory sesuai dengan
karakteristik pendidikan menengah kejuruan.
4
2. Macam-macam model pembelajaran
a. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) adalah memahami konsep, arti
dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan
(Budiningsih, 2005:43).
Discovery terjadi bila individu terlibat terutama dalam penggunaan proses mentalnya
untuk menemukan beberapa hukum, konsep dan prinsip, melalui observasi, klasifikasi,
pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi (pengambilan keputusan/kesimpulan).
Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the
mental process of assimilating concepts and principles in the mind (Robert B. Sund dalam
Malik, 2001:219).
Tujuan pembelajaran model Discovery Learning
1) Meningkatkan Kesempatan peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran
2) Peserta didik belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak
3) Peserta didik belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan memperoleh
informasi yang bermanfaat dalam menemukan
4) Membantu peserta didik membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi
informasi serta mendengarkan dan menggunakan ide- ide orang lain
5) Meningkatkan Keterampilan konsep dan prinsip peserta didik yang lebih bermakna
6) Dapat mentransfer keterampilan yang dibentuk dalam situasi belajar penemuan ke dalam
aktivitas situasi belajar yang baru.
Sintak model Discovery Learning
1) Pemberian rangsangan (Stimulation);
2) Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement);
3) Pengumpulan data (Data Collection);
4) Pembuktian (Verification), dan
5) Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).
6
belajar Problem Based Learning (PBL), tutor akan berkurang keaktifannya. Siswa
dihadapkan pada masalah dan mencoba untuk menyelesaikan dengan bekal pengetahuan
yang mereka miliki. Pertama-tama mereka mengidentifikasi apa yang harus dipelajari untuk
memahami lebih baik permasalahan dan bagaimana cara memecahkannya. Langkah
selanjutnya, siswa mulai mencari informasi dari berbagai sumber seperti buku, jurnal,
laporan, informasi online atau bertanya pada pakar yang sesuai dengan bidangnya. Melalui
cara ini, balajar dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan dan gaya tiap individu.
Pada model pembelajaran ini peran guru adalah mengajukan masalah, mengajukan
pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, dan memberikan fasilitas penelitian
serta melakukan penelitian. Kegiatan ini dapat dilakukan guru saat pembelajaran di kelas dan
melalui latihan yang cukup (Hamzah, 2007:57). Ini berarti bahwa model pembelajaran
Problem Based Learning hanya dapat terjadi jika guru mampu menciptakan lingkungan kelas
yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan sehingga peran guru adalah sebagai
pemberi rangsangan, pembimbing kegiatan siswa dan penentu arah belajar siswa. Pada
pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning, selain guru menjadi penentu
keberhasilaan pembelajaran, juga faktor sumber belajar, sarana yang digunakan dan kurikulum
turut berperan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sudjana (Hamzah, 2007:69)
bahwa keberhasilan model pembelajaran Problem Based Learning tergantung adanya sumber
belajar bagi siswa, alat-alat untuk menguji jawaban atau dugaan. Menuntut adanya
perlengkapan kurikulum, menyediakan waktu yang cukup, apa lagi data yang diperoleh dari
lapangan serta kemampuan guru dalam mengangkat dan merumuskan masalah
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa model Problem
Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang menitik beratkan kegiatan
belajar pada siswa mulai dari mendefinisikan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan
eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Guru hanya
sebagai fasilitator, sedangkan siswa secara aktif berperan serta dalam proses belajar mengajar.
Menurut Aerend (2008: 157-158) karakteristik Problem Based
Learning adalah sebagai berikut:
1) Driving questions or problems; Pengajuan pertanyaan atau masalah PBL
mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan dan masalah yang kedua-
duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka
mengajukan situasi kehidupan secara nyata (autentik), menghindari jawaban sederhana
dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
7
2) interdisciplinary focus; Berfokus pada keterkaitan antar disiplin dengan masalah yang
akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau
masalah itu dari banyak mata pelajaran
3) authentic investigation; Penyelidikan autentik: PBL mengharuskan siswa melakukan
penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata
4) production of artifacts and exhibit; Menghasilkan produk: PBL mengharuskan siswa
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan penampilan yang
menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan
5) collaboration; Kolaborasi: Problem Based Learning (PBL) menuntut adanya kerjasama
kolaborasi antara anggota kelompok
Arti pernyataan di atas adalah 1) belajar berpusat pada siswa 2) belajar dalam
kelompok kecil 3) seorang tutor bertindak sebagai fasilitator atau guide 4) masalah-masalah
disajikan dari awal urutan belajar sebelum beberapa atau pelajaran berlangsung 5) sulitnya
masalah digunakan sebagai alat untuk mencapai pengetahuan yang dibutuhkan dan
ketrampilan pemecahan masalah pada akhirnya diperlukan memecahkan masalah, 6)
informasi baru diperoleh melalui belajar mandiri. Ini tidak berarti bahwa guru melepaskan
otoritasnya untuk membuat pertimbangan tentang kekuatan apa yang menjadi penting untuk
siswa belajar, melainkan ciri yang parsial dan tanggung jawab yang tegas kepada siswa
sendiri. Dengan kata lain bukan berarti guru yang mendominasi dalam kegiatan belajar
mengajar yang mengakibatkan siswa menjadi pasif. Penciptaan tugas dan aktivitas yang
memerlukan masukan dari siswa kiranya juga meningkatkan kemungkinan siswa termotivasi
untuk belajar.
Sedangkan tujuan Problem Based Learning (PBL) menurut Arends (2008: 158)
adalah menghasilkan siswa yang mempunyai kemampuan:
1) Mengatasi masalah yang dihadapi dalam kehidupannya dengan inisiatif dan antusiasme.
2) Melakukan pemecahan masalah secara efektif dengan berdasar pada pengetahuan yang
terintergrasi, fleksibel dan berguna
3) Menggunakan ketrampilan belajar yang mandiri dan efektif
4) Memantau dan menilai kelayakan pengetahuan, pemecahan masalah dan ketrampilan
belajar mandiri secara berkesinambungan
5) Kolaborasi secara aktif sebagai anggota kelompok
Problem Based Learning (PBL) berusaha membantu siswa menjadi pembelajar yang
mandiri dan otonom. Bimbingan guru yang berulang-ulang mendorong dan mengarahkan
siswa untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh
8
mereka sendiri. Dengan begitu, siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara
mandiri dalam kehidupan kelak.
Agus Suprijono (2011: 74) langkah-langkah model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) adalah sebagai berikut:
Ada 7 langkah proses pembelajaran Problem Based Learning seperti yang dikemukakan
Amir. T (2009: 24), sebagai berikut:
9
1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
2) Merumuskan masalah
3) Menganalisis masalah
4) Menata gagasan siswa dan secara sistematis menganalisisnya lebih dalam
5) Memformulasikan tujuan pembelajaran
6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok)
7) Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan untuk
kelas.
10
Tujuan penggunaan model pembelajaran PBT/PBET adalah untuk menyiapkan
peserta didik agar memiliki kompetensi kerja yang berkaitan dengan kompetensi teknis serta
kemampuan kerjasama (berkolaborasi) sesuai tuntutan organisasi kerja.
Sintak/tahapan model pembelajaran Production Based Trainning meliputi:
1) Merencanakan produk;
2) Melaksanakan proses produksi;
3) Mengevaluasi produk (melakukan kendali mutu), dan
4) Mengembangkan rencana pemasaran.
11
pengetahuan pembuatan produk nyata yang dibutuhkan dunia kerja (industri dan
masyarakat).
4) Model keempat, Teaching Factory adalah konsep pembelajaran berbasis industri
(produk dan jasa) melalui sinergi sekolah dan industri untuk menghasilkan lulusan
yang kompeten dengan kebutuhan pasar.
Tujuan Pembelajaran Teaching Factory:
1) Mempersiapkan lulusan SMK menjadi pekerja, dan wirausaha;
2) Membantu siswa memilih bidang kerja yang sesuai dengan kompetensinya.
3) Menumbuhkan kreatifitas siswa melalui learning by doing.
4) Memberikan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
5) Memperluas cakupan kesempatan rekruitmen bagi lulusan SMK
6) Membantu siswa SMK dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta membantu
menjalin kerjasama dengan dunia kerja yang aktual, dll
7) Memberi kesempatan kepada siswa SMK untuk melatih keterampilannya sehingga
dapat membuat keputusan tentang karier yang akan dipilih.
Tujuan yang selaras tentang pembelajaran teaching factory (Sema E. Alptekin,
Reza Pouraghabagher, atPatricia McQuaid, and Dan Waldorf; 2001) adalah:
12
1) Menerima Order
2) Menganalisis order
3) Menyatakan Kesiapan mengerjakan order
4) Mengerjakan order
5) Mengevaluasi produk
6) Menyerahkan order
1) Hasil Belajar
13
stimulus (rangsangan) yang diberikan guru. Baik stimulus tersebut berupa jawaban
berbentuk lisan, tulisan, tes ataupun pelaksanaan tugas-tugas. Winkel (2007:48)
menyatakan hasil belajar adalah setiap macam kegiatan belajar menghasilkan
perubahan yang khas yaitu, belajar. Hasil belajar tampak dalam suatu prestasi yang
diberikan siswa, misalnya menyebutkan huruf dalam abjad secara berurutan.
Hasil belajar merupakan kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam
menyelesaikan suatu hal. Hasil suatu pembelajaran (kemampuan, keterampilan, dan
sikap) dapat terwujud jika pembelajaran (kegiatan belajar mengajar) terjadi. Baik
individu ataupun tim, menginginkan suatu pekerjaan dilakukan secara baik dan benar
agar memeperoleh hasil yang baik dari pekerjaan tersebut. Keberhasilan ini akan
tampak dari pemahaman, pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki oleh individu
ataupun tim.
Terkai dengan hasil belajar, Djamarah (2006: 85) menyatakan hasil belajar
adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara
individu maupun tim. Menurut Bloom dan ditulis kembali oleh Sudjana (2001), secara
garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu : 1) Ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. 2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima
aspek yaitu penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3) Ranah
Psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar berupa keterampilan dan kemampuan
bertindak.
Menurut Hamalik (2004: 49) mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat
penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai
dengan tujuan pendidikan yang diterapkan. Menurut Gagne, hasil belajar adalah
terbentuknya konsep,yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di
lingkungan, yang menyediakan skema yang teroganisasi untuk mengasimilasi
stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan diantara kategori-
kategori (Purwanto, 2014: 42).
Hasil belajar termasuk komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan
tujuan pendidikan, karena hasil belajar diukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan
pendidikan melalui proses belajar mengajar (Purwanto, 2015: 47). Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. (Kingsley dalam Sudjana 2004) membagi tiga macam hasil belajar, yakni
(a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-
14
cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam
kurikulum sekolah. Gagne (dalam Sudjana 2004) mengemukakan lima kategori tip
hasil belajar, yakni (a) verbal information, (b) intelektual skill, (c) cognitive strategy,
(d) attitude, dan (e) motor skill.
Menurut Sudjana (2004: 50) perubahan kognitif siswa merupakan suatu
perubahan yang menyangkut tujuan yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan,
dan kemampuan intelektual. Perubahan kognitif siswa tersebut terdiri atas enam
bagian sebagai berikut:
16
berpikir konvergen. Sintesis dan analisis maka berpikir kreatif untuk
menemukan sesuatu yang baru (inovatif) akan lebih mudah dikembangkan.
Beberapa tingkah laku operasional biasanya tercermin dalam kata-
kata: mengkategorikan, menggabungkan, menghimpun, menyusun, mencipta,
merancang, mengkontruksi, mengorganisasi kembali, merevisi,
menyimpulkan, menghubungkan, mensistematisasi dan lain-lain.
17
gejala. Dalam tipe ini termasuk kesadaran keinginan untuk menerima
stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
2) Responding (jawaban), yakni relaksi yang diberikan seseorang terhadap
stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi,
perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulan dari luar yang datang kepada
dirinya.
3) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap
gejala atau stimulus. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan
menerim nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai, dan
kesepakatan untuk nilai tersebut.
4) Organisasi, yakni pengembangan nilai keadaan satu sistem organisasi,
termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan kemantapan
dan prioritas nilai yang telah dimilikinya, yang termasuk dalam organisasi
ialah konsep tentang nilai, organisasi pada sistem nilai.
5) Karakteristik nilai dan internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari semua sistem
nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya.
18
untuk membuat produk tertentu yang berhubungan dengan materi (Arikunto, 2012:
193).
Hasil belajar yang diharapkan dari perubahan afektif adalah sikap yang
berhubungan dengan aspek menerima, menanggapi, mengelola, dan menghayati
yang dapat mempengarubi pikiran dan tindakan siswa, misalnya sikap teliti dan
cermat dalam mengerjakan tugas pengamatan di halaman sekolah. Menurut Sudjana
(2004: 39) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni
faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan, faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang
dimilikinya.
Ketiga ranah tersebutlah yang akan menjadi objek penilaian hasil belajar.
Dan diantara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang mendapat perhatian
paling besar bagi seorang guru atau guru. Karena pada ranah kognitif inilah siswa
akan terlihat kemampuannya dalam menguasai bahan pelajaran ataukah tidak.
Berdasarkan teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah hasil yang diperoleh seseorang dalam proses kegiatan belajar mengajar, dan
hasil belajar tersebut dapat berbentuk kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
penilaiannya melalui tes.
19
Jika ia buta warna, mungkin sebaiknya ia mengajarkan materi yang tidak
berhubungan dengan warna.
b) Faktor Kondisi Psikis, seorang guru yang sedang stress sebaiknya tidak mengajar
terlebih dahulu. Karena dikhawatirkan ia akan melampiaskan emosinya kepada
siswa-siswanya. Hal ini akan berdampak sangat tidak baik kepada guru maupun
siswa-siswanya. Siswa mungkin trauma terhadap guru yang telah atau bahkan
sering melampiaskan emosinya kepada mereka. Bahkan yang lebih dikhawatirkan
apabila ia tidak hanya trauma terhadap guru tersebut saja, akan tetapi kepada guru-
guru lain juga.
2) Faktor Siswa
Dalam interaksi belajar mengajar, peserta didik adalah subyek yang akan
mencapai tujuan pembelajaran dalam bentuk hasil belajar. Setiap peserta didik
memiliki karakteristik umum dan khusus. Salah satu karakteristik umum dari peserta
didik adalah usia, dan dapat dikategorikan ke dalam :
1) Usia kanak-kanak yaitu usia pra sekolah sampai dengan usia sekolah dasar (4 – 11
tahun) ditandai dengan munculnya masa peka dan keterampilan bersosialisasi.
2) Usia sekolah lanjutan pertama (12 – 14 tahun) dimana pada usia ini ditandai
dengan munculnya pubertas dari setiap peserta didik.
3) Usia sekolah lanjutan atas (15 – 17 tahun) dimana pada usia ini peserta didik mulai
mencari identitas diri.
Kelompok usia peserta didik ini perlu sebagai dasar pertimbangan guru agar
dapat melaksanakan interaksi belajar mengajar. Guru perlu menganalisis ciri- ciri
peserta didik, tingkat kemampuan awal, pengalaman, tingkat kemahiran bahasa, latar
belakang sosial ekonomi dan budaya. Karakteristik peserta didik secara khusus dapat
dilihat dari berbagai sudut, antara lain dari gaya belajar. Gaya belajar peserta didik
dengan cara melihat (visual), dengan cara mendengar (auditorial), dan dengan cara
bergerak, bekerja, dan menyentuh (kinestetik) serta dapat dilihat dari kecerdasan
majemuk. Melalui karakteristik peserta didik tersebut akan memberikan dampak pada
disiplin yang akan diterapkan dan pendekatan yang akan dilakuan guru dalam
mengatasi masalah peserta didik secara individual/kelompok.
20
3) Faktor Kurikulum
4) Faktor Lingkungan
Lingkungan dalam interaksi belajar mengajar merupakan konteks terjadinya
pengalaman belajar, dapat berupa lingkungan fisik (kelas, laboratorium, tata ruang,
situasi fisik yang ada di sekitar kelas laboratorium sekolah) dan lingkungan non fisik
(cahaya, ventilasi, suasana belajar, musik latar). Lingkungan yang ada di sekitar
peserta didik baik di dalam kelas, sekolah atau diluar sekolah perlu dioptimalkan
pengelolaannya agar interaksi belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Artinya
lingkungan fisik dapat difungsikan sebagai sumber belajar yang direncanakan atau
yang dimanfaatkan. Sedangkan lingkungan non fisik difungsikan untuk menciptakan
suasana belajar yang nyaman dan kondusif.
Guru akan lebih mudah dalam penataan kelasnya, mengubah variasi lingkungan ruang
kelas, penempatan alat pemelajaran juga lebih mudah dan tertata rapih.
Menurut Zuhairini (1993 :27) pendidikan agama Islam berarti usaha- usaha secara
sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran
agama Islam . Adapun menurut rumusan yang tercantum dalam GBPP mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam kurikulum tahun 1994, bahwa Pendidikan Agama lslam adalah usaha
sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan
agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tujuan
untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Depdikbud, 2000:1).
21
Tujuan pendidikan agama Islam adalah membimbing anak agar menjadi muslim sejati,
beriman teguh, beramal shalih dan berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama da
negara, (Zuhairini: 1999: 45). Tujuan pendidikan agama tersebut adalah merupakan tujuan
yang hendak dicapai oleh setiap orang yang melaksanakan pendidikan agama.
Karena dalam mendidik agama yang perlu ditanamkan terlebih dahulu adalah keimanan
yang teguh maka akan menghasilkan ketaatan menjalankan kewajiban agama
Disamping beribadah kepada Allah maka setiap muslim di dunia ini harus mempunyai
cita-cita untuk dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Jadi, Pendidikan Agama Islam
bertujuan meningkatkan keimanan., pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik
tentang agama I slam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT. Serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara (GBPP PAI, 1995:1).
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam pada
dasarnya menanamkan nilai nilai keimanan yang kuat dan lekat, penguasaan ilmu pengetahuan
yang tinggi serta keterampilan untuk melakukan amal shaleh dalam kehidupan sehari -hari.
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus
mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan Islam
sebagai usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan kemana semua kegiatan dan
semua perumusan tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan.
Sementara itu yang menjadi landasan atau sumber-sumber pendidikan agama Islam
adalah:
a) Al-Qur'an
Al-Qur'an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Malaikat
Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. maka al -Qur'an dijadikan sumber utama dalam
pelaksanaan agama Islam. Karena didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat
dikembangkan untuk seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung
dalam al -Qur'an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah
keimanan yang disebut Aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut Syari'ah.
Di dalam al-Qur'an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip -prinsip berkenaan
dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. Oleh karena itu pendidikan agama Islam harus
menggunakan al -Qur'an sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai teori
tentang pendidikan Islam (Darajat Z, 2001:19).
22
b) As-Sunnah
As-Sunnah merupakan sumber ajaran yang kedua setelah al -Qur’an. As-Sunnah
ialah perkataan, perbuatan atau pun pengakuan Rosul Allah SWT. Sunah berisi petunjuk
untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat manusia
utuhnya atau muslim yang bertaqwa. Untuk itu Rosul Allah menjadi guru dan pendidik
utama.
Oleh karena itu, sunah merupakan landasan bagi cara pembinaan pribadi muslim.
Sunnah selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebabnya mengapa
ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahaminya termasuk sunah yang berkaitan dengan
pendidikan. Segala aktivitas pendidikan, belajar-mengajar dan sebagainya adalah
termasuk dalam kategori ibadah. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW :
“Menuntut ilmu adalah fardlu bagi tiap-tiap orang-orang Islam laki-laki dan perempuan”
(H.R Ibn Abdulbari)
“Barangsiapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan
sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia sampai pulang kembali”.
(H.R. Turmudzi).
c) Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu
yang dimiliki oleh ilmuan syari'at Islam untuk menetapkan/menentukan sesuatu hukum
syariat Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al -Qur'an dan
Sunnah. Ijtihad dalam hal ini meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan,
tetapi tetap berpedoman pada al -Qur'an dan Sunnah. Ijtihad dalam pendidikan harus tetap
bersumber dari al-Qur'an dan Sunah yang diolah oleh akal yang sehat dari pada ahli
pendidikan Islam. Sementara itu untuk pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Indonesia
dasar -dasar yang cukup kuat.
23
Adapun materi pokok Pendidikan Agama Islam dapat diklasifikasikan menjadi lima
aspek kajian, yaitu :
1) Aspek Alquran dan Hadits
Dalam aspek ini menjelaskan beberapa ayat dalam Alquran dan sekaligus juga
menjelaskan beberapa hukum bacaannya yang terkait dengan ilmu tajwid dan juga
menjelaskan beberapa hadist Nabi Muhammad Saw.
2) Aspek keimanan dan aqidah Islam
Dalam aspek ini menjelaskan berbagai konsep keimanan yang meliputi enam rukun iman
dalam Islam.
3) Aspek akhlak
Dalam aspek ini menjelaskan berbagai sifat- sifat terpuji (akhlak karimah) yang harus diikuti
dan sifat- sifat tercela yang harus dijahui.
4) Aspek hukum Islam atau Syari’ah Islam
Dalam aspek ini menjelaskan berbagai konsep keagamaan yang terkait dengan masalah
ibadah dan mu’amalah.
5) Aspek tarikh Islam
Dalam aspek ini menjelaskan sejarah perkembangan atau peradaban Islam yang bisa diambil
manfaatnya untuk diterapkan di masa sekarang.
e. Materi Sejarah
Pembelajaran sejarah menurut kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2013:89) mempunyai
tujuan yaitu salah satunya mengembangkan kemampuan historis (historical thinking) yang
menjadi dasar untuk kemampuan berpikir logis, kreatif, inspiratif dan inovatif. Berdasarkan
salah satu tujuan pembelajaran sejarah tersebut tentunya penting untuk meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan berpikir historis (historical thinking) peserta didik, sehingga
kedepannya peserta didik mampu mengembangkan kemampuan berpikir logis, kreatif, inspiratif
dan inovatif. Peserta didik dalam pembelajaran sejarah di tuntut untuk mampu memahami
kehidupan masa lampau sebagai pandangan untuk kehidupan masa kini. Kochhar (2008:27-37)
menyatakan bahwa sasaran umum pembelajaran sejarah yaitu (1) mengembangkan pemahaman
tentang diri sendiri; (2) memberikan gambaran yang tepat tentang konsep waktu, ruang, dan
masyarakat; (3) membuat masyarakat mampu mengevaluasi nilai-nilai dan hasil yang telah
dicapai oleh generasinya; (4) mengajarkan toleransi; (5) menanamkan sikap intelektual; (6)
memperluas cakrawala; (7) mengajarkan prinsip-prinsip moral; (8) menanamkan orientasi ke
24
masa depan; (9) memberikan pelatihan mental; (10) melatih peserta didik mengenai isu-isu
kontrolversial; (11) membantu mencari solusi bagi berbagai masalah sosial dan perseorangan;
(12) memperkokoh rasa nasionalisme; (13) mengembangkan pemahaman internasional; (14)
mengembangkan keterampilan-keterampilan yang berguna. Sedangkan, menurut Ismaun
(2005:244), peserta didik mampu memahami sejarah dalam arti yaitu: (1) memiliki pengetahuan
dan pemahaman tentang suatu peristiwa; (2) memiliki kemampuan sejarah kritis yang dapat
digunakan untuk menguji dan memanfaatkan pengetahuan sejarah; (3) memiliki keterampilan
sejarah yang dapat digunakan untuk mengkaji berbagai berbagai informasi yang diterimanya
guna menentukan kesahihan atau keaslian informasi tersebut; (4) memahami dan mengkaji
setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat dilingkungan sekitarnya serta digunakan dalam
mengembangkan kemampuan berpikir dan analitis.
f. Kerangka pemikiran
Hasil pembelajaran PAI tentang sejarah para siswa masih kurang memuaskan . Hal ini
terjadi karena dalam kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga pembelajaran
membosankan bagi siswa. Faktor lainnya yaitu pada pembelajaran kelompok, guru terkadang
membagi siswa kedalam kelompok yang tidak heterogen sehingga menyebabkan adanya
penumpukkan siswa yang kemampuannya lebih dan kurang dalam satu kelompok.
Untuk mengatasi masalah tersebut penulis menerapkan model PBL karena memiliki
kelebihan. Kelebihan pada penerapan PBL telah dijelaskan oleh Handarini (2014, hlm. 20)
adalah sebagai berikut:
1) Peserta didik lebih memahami konsep yang diajarkan karena dirinya sendiri yang
menentuka konsep tersebut;
2) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam memecahkan masalah yang menuntut
keterampilan berfikir dan rasa ingin tahu yang lebih tinggi;
3) Pengetahuan tertanam berdasarkan schemata yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga
pembelajaran lebih bermakna;
4) Peserta didik dapat merasakan manfaat pembelajaran karena masalah-masalah yang
diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata. Hal ini dapat meningkatkan
motivasi dan ketertarikan peserta didik terhadap bahan yang dipelajarinya;
5) Menjadikan peserta didik lebih manditi dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan
menerima pendapat orang lain, serta menanamkan sikap sosial yang positif dengan peserta
didik lainnya;
25
6) Pengkondisian peserta didik dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap
pembelajaran dan temannya, sehingga pencapaian ketuntasan belajar peserta didik dapat
diharapkan.
7) PBL diyakini pula dapat menumbuh kembangkan kemampuan kreatifitas peserta didik baik
secara individual maupun kelompok, karena hamper disetiap langkah menuntut adanya
keaktifan peserta didik;
8) PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik belajar memecahkan suatu masalah
maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui
pengetahuan yang diperlukan.
9) Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan
dengan situasi dimana konsep diterapkan;
10) Dalam situasi PBL peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara
simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan;
11) PBL dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik
dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok.
Disamping itu Panen dalam Rusmono (2014, hlm. 74) mengatakan, “dalam strategi
pembelajaran PBL, siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang
mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan
menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah”.
Tahapan-tahapan yang dilewati oleh siswa berdasarkan pada pembelajaran yang
scientific dengan menuntut siswa untuk mengamati dan mengidentifikasi masalah (stimulation),
selanjutnya mengumpulkan data (data collecting) dan menyajikan data atau menilai
(assessment).
Sementara itu menurut Smith & Ragan dalam Rusmono (2014, hlm. 74) mengatakan,
“strategi pembelajaran dengan PBL merupakan usaha untuk membentuk suatu proses
pemahaman isi suatu mata pelajaran pada seluruh kurikulum”.
Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunkan model pembelajaran Problem Based
Learning dalam pembelajaran materi PAI tentang sejarah dengan harapan dapat meningkatkan
sikap tanggung jawab dan hasil belajar siswanya meningkat. Adapun kerangka berpikir dalam
penelitian ini sebagai berikut:
26
Rendahnya
Hasil Belajar
Penggunaan PBL
pada materi PAI
tentang sejarah
Hasil Belajar
meningkat
27
g. Hipotesis Tindakan
28
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
29
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik KELAS XI MIPA 7 SMA NEGERI 1
PANGANDARAN tahun pelajaran 2021/2022 yang berjumlah 23 orang. Sedang objek
penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
pada materi PAI tentang sejarah.
1 Perencanaan X
2 Pelaksanaan X
3 Penyusunan X
4 Pelaporan X
Sumber
No Aspek Yang Diamati Instrumen Keterangan
Data
1 Pembelajaran model Guru Siswa • RPP Selama
Problem Based • Lembar Kegiatan
Learning (PBL) Observasi Pembelajaran
• LKDS
2 Hasil Belajar Siswa • Tes Selama
• Dokumen Kegiatan
• Rubrik Penilaian Pembelajaran
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu silus I dan siklus II dengan alokasi
waktu masing-masing 3 jam pelajaran. Prosedur penelitian tindakan yang dilakukan
mengikuti model Kemmis and Tagart yang terdiri atas 4 komponen yaitu: (1) Perencanaan
tindakan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi dan evaluasi, dan (4) Refleksi.
Secara lebih rinci langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Siklus I
Pelaksanaan siklus I dilakukan dalam dua kali pertemuan atau enam jam pelajaran dengan
alokasi waktu tiap pertemuan 3 x 40 menit.
a. Tahap Perencanaan
1) Menelaah kurikulum PAI SMK kelas 11 semester ganjil;
2) Mempelajari bahan yang akan diajarkan dari berbagai sumber ajar;
31
3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan sesuai
dengan model pembelajaran Problem Based Learning;
4) Membuat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD);
5) Menyiapkan perangkat yang akan digunakan;
6) Membuat pedoman observasi untuk merekam proses pembelajaran;
7) Membuat kisi-kisi soal sebagai alat evaluasi untuk mengukur peningkatan hasil
belajar PAI siswa setelah melalui siklus I;
8) Membuat kunci jawaban dan pedoman penskoran.
b. Tahap Tindakan
Siklus I dilaksanakan selama dua minggu dengan materi Strategi dan
Perkembangan Islam di Indonesia. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
adalah:
1) Mengidentifikasi keadaan siswa berupa minat dan kesiapannya;
2) Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang
telah disusun;
3) Pada saat penerapan, siswa diminta mengamati perangkat yang digunakan;
4) Siswa bekerja sesuai dengan petunjuk LKPD dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning;
5) Melakukan pemantauan aktivitas dan perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran
berdasarkan pedoman observasi;
6) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil yang diamati;
7) Pada siklus I diberikan tes akhir siklus dari materi yang telah diajarkan untuk
mengukur kemampuan siswa pada materi pelajaran setelah belajar dengan model
pembelajaran Problem Based Learning;
8) Guru meminta tanggapan siswa secara umum tentang strategi mengajar yang
digunakan.
32
2) Tes atau evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa selama siklus I sebagai
sumber data kuantitatif.
d. Tahap Refleksi
Pada akhir siklus I diadakan refleksi terhadap hasil-hasil yang telah diperoleh
baik dari hasil tes siklus I maupun hasil observasi. Hasil dari refleksi dari siklus I
dijadikan acuan untuk merencanakan siklus II sehingga yang dicapai pada siklus
berikutnya sesuai dengan yang diharapkan.
2. Siklus II
Kegiatan yang dilakukan pada siklus II adalah mengukur kemampuan kegiatan-
kegiatan yang pernah dilakukan pada siklus I, yaitu:
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, dirumuskan pelaksanaan siklus II sesuai dengan
pelaksanaan siklus I dengan memperhatikan beberapa kesulitan yang dialami
siswa pada siklus I, yaitu:
1) Melanjutkan materi dari siklus I;
2) Membuat rencana pembelajaran yang sama pada siklus I;
3) Membuat lembar observasi, mengamati, dan mengidentifikasi segala kegiatan yang
terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung sebagai lanjutan lembar
observasi dari siklus I.
b. Tahap Tindakan
Tahap tindakan yaitu melanjutkan langkah-langkah yang telah dilakukan pada
siklus I dan beberapa perbaikan yang dianggap perlu.
33
d. Tahap Refleksi
Refleksi akan dilaksanakan pada akhir siklus. Hasil akan diperoleh pada tahap
observasi dikumpulkan serta dianalisis. Demikian pula hasil evaluasi. Dari hasil yang
diperoleh, penulis dapat membuat kesimpulan atas penggunaan model pembelajaran
Problem Based Learning selama proses belajar mengajar materi sejarah dalam PAI
yang dilaksanakan selama dua siklus.
2. Tes
Tes yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah tes tulis dalam bentuk
Posttest yang dilaksanakan pada akhir setiap siklus. Post-test dilaksanakan untuk
mengukur pemahaman siswa terhadap materi puasa wajib dan sunah dengan
melihat hasil belajar siswa setelah menggunakan model problem based learning.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah data yang bersumber dari dokumen-dokumen yang
terdapat pada saat pelaksanaan penelitian berlangsung. Data dokumentasi pada
penelitian ini berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaraan (RPP), video
proses pembelajaran berlangsung sebagai bukti pelaksanaan pembelajaran yang
34
telah dilakukan., hasil tes siswa, dan hasil observasi selama kegiatan penelitian
berlangsung.
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan ini digunakan untuk melengkapi data yang tidak
tercatat dalam instrumen penilaian lainnya. Catatan lapangan diisi oleh peneliti
selama proses pembelajaran model Problem Based Learning dilaksanakan
Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis ini
bertujuan untuk menampung data-data yang diperoleh, mengungkapakan data-data
yang diperoleh dan mencari kembali data-data yang belum lengkap dan perlu
diperbaiki, serta mengetahui hasil yang didapat dari adanya penelitian tindakan
kelas dengan cara observasi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung yang
bertujuan untuk mengetahui perkembangan peningkatan yang dicapai. Sedangkan
analisis data kuantitatif menggunakan skala likert dan rumus untuk mengukur
ketepatan dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran dengan penerapan
model problem based learning dan mengukur hasil belajar siswa. Berikut adalah
penjelasan analisis data pada penelitian ini:
35
untuk mendapatkan informasi yang jelas dan bermakna, yang kemudian disusun
lebih sistematis dengan ditonjolkan pokok-pokok yang penting sehingga lebih
tajam tentang hasil pengamatan dan dapat mempermudah peneliti untuk
mencatat kembali.
• Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data dilakukan dengan menampilkan data secara jelas dan mudah
dipahami bagi siapa saja yang membacanya baik dalam bentuk naratif, tabel,
grafik atau perwujudan lainnya dari informasi-informasi yang telah diperoleh
dari hasil reduksi sehingga dapat diberikan penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan selanjutnya.
• Kesimpulan (Consulusion)
Kesimpulan dilakukan setelah melakukan reduksi data dan penyajian data.
Penarikan kesimpulan dapat dilakukan dalam bentuk deskripsi atau gambaran
tentang subyek yang diteliti. Dengan adanya kesimpulan data dapat disajikan
lebih jelas.
36
Penghitungan hasil observasi masing-masing indikator dihitung
menggunakan rumus berikut :
NO NILAI/SKOR KATEGORI
1 85 - 100 Sangat Tinggi
2 65 - 84 Tinggi
3 55 - 64 Sedang
4 35 - 54 Rendah
5 0 - 34 Sangat Rendah
tabel 3.2
37
Ketuntasan belajar klasikal = ∑ __________________ 𝑃𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 _𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100%
Kualifikasi nilai hasil belajar bidang kognitif siswa dapat dilihat pada tabel 3.3.
5. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apabila skor
rata-rata belajar PAI melalui pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dari
subyek penelitian terjadi peningkatan. Sebagai data tambahan, keaktifan belajar PAI
siswa kelas XI OTKP 1 di SMK KP Baleendah mengalami peningkatan.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
b. Data-data Sekolah
39
1 Nama Sekolah SMK Karya Pembangunan
Baleendah
2 Nama Kepala Sekolah Dra. Ifa Rosfita
3 Nomor HP/Tlp. Rumah 081321656418
4 Nama WKS Kurikulum Bori Rinaldi, S.Pd
5 Nama WKS Kesiswaan Dani Jembar Ramadhan, S.Pd.I
6 Nama WKS Sarpras Kalisha Audina D, SH
7 Nama WKS Hubin Ningning Nurbayati, SE
8 NPSN 20227949
(Nomor Pokok Sekolah Nasional)
9 Nomor Statsistik Sekolah (NSS) 342020838115
10 Alamat Sekolah Jl. Adipati Agung No. 32
Kelurahan Baleendah
11 Kecamatan Baleendah
12 Kabupaten Bandung
13 Propinsi Jawa Barat
14 Kode Pos 40375
15 Telepon & Faximili (022) 5940412
16 e-mail / smkkpbe_bdg@yahoo.com /
Web smkkpbaleendah.sch.id
17 Status Sekolah Swasta
18 Lembaga Penyelenggara (Khusus YPPKP
Swasta)
19 Nomor ijin Pendirian & Tahun 775a/1025/Kep/07/1998
Pendirian Sekolah Tanggal 29 September 1998
Instansi yang mengeluarkan Dinas Pendidikan Propinsi
20 Akreditasi Sekolah
Program Tahun Peringkat Akreditasi
Administrasi
1 “B“
Perkantoran (AP)
Teknik Komputer
2 “A”
Jaringan (TKJ)
40
Teknik Kendaraan
3 “B”
Ringan (TKR)
41
Sarjana Muda (D-III) 2 5%
Diploma II (D-II) - -
Diploma I (D-I) - -
SLTA - -
Total 41 100%
42
i. Perpustakaan
Jenis Buku Jumlah Persen
Buku Pelajaran 2480 47%
Buku Penunjang 1516 28%
43
4) Meningkatkan pembinaan budaya daerah terutama dalam berbahasa Sunda dan Seni
Budaya.
5) Meningkatkan pembinaan IPTEK dan bahasa dalam aktifitas akademis maupun non
akademis sehingga menguasai teknologi terbaru dan mampu berkomunikasi dengan
beberapa bahasa.
c. Tujuan
Tujuan SMK KP Baleendah adalah:
1) Melaksanakan pendidikan karakter dan ahlak melalui pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif , Efektif dan Menyenangkan
2) Membina Peserta didik dan seluruh warga sekolah untuk hidup bersih, sehat dan
mencintai lingkungan hidupnya sehingga menjadi salah satu sumber kearifan dalam
berperilaku dan bermasyarakat.
3) Membina Peserta didik dan seluruh warga sekolah untuk berprilaku disiplin dalam
menjalankan setiap kegiatan sekolah.
4) Membina dan memotivasi peserta didik di bidang akademik dan non akademik
sehingga mampu memperoleh prestasi yang baik.
5) Memberdayakan fasilitas sekolah secara optimal sehingga mampu meningkatkan
prestasi akademik dan non akademik.
6) Menumbuhkan pembiasaan peserta didik dalam budaya sunda dan bahasa sunda
melalui keteladanan guru dengan menunjukan sikap toleransi.
7) Menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk menghargai karya seni dan budaya
nasional.
8) Menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk mengekspresikan diri melalui
penggunaan teknologi dalam setiap kegiatan sekolah.
9) Menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk mengekspresikan diri melalui
pembiasaan berkomunikasi dalam berbagai bahasa.
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Hasil Belajar Siswa sebelum di terapkan Model Problem Based Learning
(PBL) pada Materi PAI tentang sejarah
Pembelajaran di SMK KP Baleendah belum menerapkan metode Problem
Based Learning terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti materi Strategi Dakwah dan Perkembangan Islam di Indonesia.
44
Metode yang digunakan oleh guru pada pembelajaran yaitu menggunakan
ceramah dengan menyebabkan siswa kurang termotivasi dalam belajar berdampak
pada elemahan siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Bagi siwa yang kurang
minat atau tidak bisa dengan pelajaran Pendidikan Agama Islam sering sekali
mendapat nilai di bawah KKM , namunn dengan adanya remidi dan tugas tambahan
dari guru siswa tersebut mampu menutup nilai kekurangan itu, karena remidi dan tugas
tambahan itu adalah suasana yang dilakukan guru agar siswa tersebut mendapat nilai
tambahan dan mampu menambah kekurangan nilai tersebut. Sehingga dalam catatan
daftar nilai tidak ada istilah siswa mendapat nilai di bawah KKM. Sebagian siswa
mampu memperoleh nilai di atas KKM, siswa ini rajin dan memiliki kelebihan dalam
pelajaran Pendidika Agama Islam ini. Siswa tersebut juga sangat senang bahkan
senang sekali terhadap manta pelajaran Pendidiak Agama Islam, tak henti-hentinya
mencoba mengerjakan mengerjakan latihan- latihan soal sampai siswa ini benar- benar
mampu mengerjakan soal yang di hadapinya ketelatenan dan keuletan siswa ini mampu
menempuh nilai KKM ke atas.
Guna menanalisis hasil belajar siswa sebelum di terapkan Model Problem
Based Learning (PBL) pada Materi PAI tentang sejarah maka peneliti melakukan pre
test dengan hasil sebagai berikut:
Ketuntasan
No NIS Nama Hasil Ket
(KKM=75)
1 202110255 ASYIFA FITRIYA 82 Tuntas
2 202110256 CHELSA ZAHIRA 60 Belum Tuntas
3 202110257 CITRA RESTU 78 Tuntas
MHARANI
4 202110258 DEA SALSABILA 82 Tuntas
5 202110259 DINA GUSTIANI 55 Belum Tuntas
6 202110260 EKA AMALIA SARI 55 Belum Tuntas
7 202110261 FANI OKTAVINAI 78 Tuntas
8 202110263 INDRIYANTI AZHARA 60 Belum Tuntas
9 202110264 JUNITA PUTRI INDIANI 82 Tuntas
10 202110265 LULU RAHMAWATI 55 Belum Tuntas
11 202110266 MEIVA WULANDARI 78 Tuntas
12 202110267 MUHAMMAD ARIE 55 Belum Tuntas
ALAMSYAH
13 202110268 NIA RAHMAWATI 55 Belum Tuntas
45
14 202110269 PANDU BAIHARI 90 Tuntas
KHAUZAN
15 202110270 PUTRI FEBIYANTI 88 Tuntas
16 202110273 SALSABILA 55 Belum Tuntas
17 202110275 SHYFA DILA FAUZIAH 60 Belum Tuntas
18 202110276 SINTIA SAFITRI 60 Belum Tuntas
19 202110277 SITI LIDYA 78 Tuntas
20 202110278 SITI NURHALIMAH 55 Belum Tuntas
21 202110280 TRIA DAMAYANTI 78 Tuntas
22 202110282 YULY 55 Belum Tuntas
23 212211210 SITI MASITOH 55 Belum Tuntas
Dari tabel data diatas menunjukan bahwa secara rata-rata siswa belum
mencapai KKM yaitu 67,35. Dengan rincian, dari jumlah seluruhnya yaitu 23 siswa,
13 siswa belum tuntas dan 10 siswa tuntas.
46
• Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru
• Menyiapkan soal-soal pre test siklus I
• Menyiapkan soal diskusi untuk penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning
• Menyiapkan laptop dan proyektor untuk melaksanakan Pembelajaran tatap
muka.
I. Kegiatan Awal
Guru memberi salam dan menyapa siswa, kemudian berdoa dipimpin
oleh siswa. Guru memberikan motivasi dan apersepsi. Guru memberikan
penjelasan singkat terkait tujuan pembelajaran.
Guru mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Guru
menayangkan video Strategi Dakwah dan Perkembangan Islam di Indonesia dan
mengajukan pertanyaan, seperti tampak dalam gambar di bawah ini;
Gambar 4.1
47
II. Kegiatan Inti
Pada kegiatan ini guru menjelaskan materi yang akan dipelajari yaitu
tentang Strategi Dakwah dan Perkembangan Islam di Indonesia selanjutnya guru
membagi siswa menjadi 4 kelompok dan masing-masing kelompok
beranggotakan 4-5 siswa, kemudian guru mengarahkan siswa untuk menyimak
video melalui proyektor.
Kemudian guru memberikan permasalahan. Siswa diminta
menyelesaikan permasalahan yang telah diberikan oleh guru, kemudian siswa
bersama kelompoknya memecahkan permasalahan yang telah diberikan oleh
guru. Kemudian siswa bekerjasama dengan kelompok bertukar ide untuk
menemukan jawabannya.
48
Gambar 4.3 siswa mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas
49
d) Pengamatan Siklus I
Pengamatan Siklus I dilakukan pada saat proses pembelajaran sedang
berlangsung. Pengamatan yang dilakukan berdasarkan kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran sesuai dengan RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan hasil belajar melalui ranah kognitif
dan ranah ketrampilan.
Ketuntasan
No NIS Nama Hasil
(KKM=75)
1 202110255 ASYIFA FITRIYA 82 Tuntas
2 202110256 CHELSA ZAHIRA 72 Belum Tuntas
3 202110257 CITRA RESTU MHARANI 78 Tuntas
4 202110258 DEA SALSABILA 82 Tuntas
5 202110259 DINA GUSTIANI 68 Belum Tuntas
6 202110260 EKA AMALIA SARI 68 Belum Tuntas
7 202110261 FANI OKTAVINAI 78 Tuntas
8 202110263 INDRIYANTI AZHARA 78 Tuntas
9 202110264 JUNITA PUTRI INDIANI 82 Tuntas
10 202110265 LULU RAHMAWATI 62 Belum Tuntas
11 202110266 MEIVA WULANDARI 78 Tuntas
12 MUHAMMAD ARIE 62 Belum Tuntas
202110267
ALAMSYAH
13 202110268 NIA RAHMAWATI 55 Belum Tuntas
14 PANDU BAIHARI 92 Tuntas
202110269
KHAUZAN
15 202110270 PUTRI FEBIYANTI 88 Tuntas
16 202110273 SALSABILA 68 Belum Tuntas
17 202110275 SHYFA DILA FAUZIAH 68 Belum Tuntas
18 202110276 SINTIA SAFITRI 72 Belum Tuntas
19 202110277 SITI LIDYA 78 Tuntas
20 202110278 SITI NURHALIMAH 72 Belum Tuntas
21 202110280 TRIA DAMAYANTI 68 Belum Tuntas
22 202110282 YULY 68 Belum Tuntas
50
23 212211210 SITI MASITOH 78 Tuntas
Tabel 4.2 hasil nilai siswa post tes Siklus I di laksanakan PBL
1697 73,78 11 12
𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝐾𝐾𝑀
Ketuntasan belajar klasikal = ∑ 𝑥 100%
𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
11
=∑ 𝑥 100% = 47,82
23
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa hasil belajar kogintif siklus nilai
rata-rata kelas 73,78 dan yang belum tuntas sebanyak 12 siswa sedangkan yang
tuntas 11 siswa dengan daya serap klasikal 47,82 %.
e) Refleksi Siklus I
Refleksi merupakan tahap mengkaji dan melihat hasil tindakan yang
telah dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi perlu dilakukan perbaikan rencana
awal, perbaikan yang perlu dilakukan antara lain:
• Guru kurang memberikan motivasi yang lebih pada siswa untuk lebih
bersemangat dalam kegiatan pembelajaran
• Guru terlalu lama menjelaskan materi sehingga membuat pembelajaran
yang berikutnya yaitu tahap mengembangkan solusi melalui
pengidentifikasian alternatif-alternatif, tukar-pikiran dan mengecek
perbedaan pandang dan tahap melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-
pengaruh dari solusi yang dilakukan menjadi kurang maksimal.
51
• Terdapat beberapa siswa yang masih bingung dalam mengeksplorasi
ide mereka menentukan masalah yang sering dihadapi di kehidupan sehari
– hari dan dipadukan dengan permasalahan yang diberikan oleh Guru.
• Kebanyakan siswa masih pasif dan belum berani mengungkapkan
pendapat saat diskusi kelas maupun saat mempresentasikan tugas mereka.
52
siklus II. Kegiatan peneliti pada siklus II meliputi empat tahap yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Berikut uraian mengenaik
keempat tahap berikut :
53
Gambar 4.5 Guru memberikan motivasi
54
masalah dan mengidentifikasi permasalahan yang diberikan oleh guru. Dan
tak lupa guru memberi tahu waktu durasi diskusi, lanjut kelompok yang sudah
selesai diminta untuk maju ke depan kelas membacakan hasil diskusinya,
begitu juga dengan kelompok yang lain. Setelah itu guru bersama siswa
meluruskan jawaban-jawaban yang kurang tepat.
55
i) Pengamatan Siklus II
Pengamatan Siklus II dilakukan pada saat proses pembelajaran
sedang berlangsung dan melalui video pratik pembelajaran. Pengamatan yang
dilakukan berdasarkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti
selama proses pembelajaran sesuai dengan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) dan hasil belajar melalui ranah kognitif.
Ketuntasan
No NIS Nama Hasil
(KKM=75)
1 202110255 ASYIFA FITRIYA 82 Tuntas
2 202110256 CHELSA ZAHIRA 82 Tuntas
3 202110257 CITRA RESTU 78 Tuntas
MHARANI
4 202110258 DEA SALSABILA 82 Tuntas
5 202110259 DINA GUSTIANI 78 Tuntas
6 202110260 EKA AMALIA SARI 78 Tuntas
7 202110261 FANI OKTAVINAI 78 Tuntas
8 202110263 INDRIYANTI 72 Belum Tuntas
AZHARA
9 202110264 JUNITA PUTRI 82 Tuntas
INDIANI
10 202110265 LULU RAHMAWATI 62 Belum Tuntas
11 202110266 MEIVA WULANDARI 78 Tuntas
12 202110267 MUHAMMAD ARIE 62 Belum Tuntas
ALAMSYAH
13 202110268 NIA RAHMAWATI 62 Belum Tuntas
14 202110269 PANDU BAIHARI 90 Tuntas
KHAUZAN
15 202110270 PUTRI FEBIYANTI 88 Tuntas
16 202110273 SALSABILA 82 Tuntas
17 202110275 SHYFA DILA 78 Tuntas
FAUZIAH
18 202110276 SINTIA SAFITRI 78 Tuntas
19 202110277 SITI LIDYA 78 Tuntas
20 202110278 SITI NURHALIMAH 78 Tuntas
21 202110280 TRIA DAMAYANTI 78 Tuntas
22 202110282 YULY 82 Tuntas
56
23 212211210 SITI MASITOH 90 Tuntas
𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝐾𝐾𝑀
Ketuntasan belajar klasikal = ∑ 𝑥 100%
𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
19
=∑ 𝑥 100% = 82,60
23
57
• Siswa memperhatikan penjelasan guru dalam menyampaikan materi
Hasil belajar siswa pada siklus II ini mengalami peningkatan yang
baik, hal ini disebabkan siswa mampu mengerjakan soal dengan baik,
memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin saat mengerjakan tes.
Berdasarkan hasil refleksi siklus II, menunjukkan bahwa beberapa
kekurangan yang ditemui oleh peneliti pada siklus I, sudah mengalami
perbaikan pada siklus II setelah penerapan model Problem Based Learning
maka penerapan model Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada kelas XII OTKP 1 mata pelajaran Pendidiakan Agama
Islam dan Budi Pekerti SMK KP Baleendah dianggap sudah cukup berhasil
dan dihentikan sampai pada siklus II.
3. Analisis Hasil Belajar Siswa Setelah Penerapan Model PBL pada Materi PAI
tentang Sejarah
a) Observasi Kegiatan Guru siklus 1
Guru menyampaikan pembelajaran di kelas dengan menggunakan model
problem based learning yang disesuaikan dengan lembar observasi yang telah
dipersiapkan oleh peneliti. Observer yang bertindak sebagai kolaborator peneliti
melakukan pengamatan dan mencatat perkembangan-perkembangan dan kegiatan
yang terjadi. Data hasil pengamatan kegiatan guru dapat dilihat pada tabel berikut:
58
8 Memberi
penguatan kepada
siswa dan 2 3 2,5 Kurang
menyimpulkan
hasil pembelajaran
9 Memberikan tugas 3 3 3 Baik
10 Memberikan
informasi 3 2 2,5 Cukup
berikutnya
11 Memanfaatkan media
3 3 3 Baik
dan sumber belajar
12 Latihan/evaluasi
1 3 2 Cukup
pembelajaran
13 Menutup
1 3 2 Cukup
pembelajaran
Jumlah Total 32 35 34
Presentasi Keberhasilan 61% 67% 65,3%
Rata-rata 2,46 2,69 2,61 cukup
Kriteria Penilaian
A = 4 (sangat baik) B = 3 (baik)
C = 2 (cukup) D = 1 (kurang)
59
melakukan pengamatan dan mencatat perkembangan-perkembangan dan kegiatan
yang terjadi. Data hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini
1 Siswa memperhatikan
penjelasan guru 75% 66,6% 70,8% Baik
4 Siswa mengembangkan
dan menyajikan hasil
karya nya ,Siswa
mempersentasikan hasil
diskusi dengan tampil ke
depan kelas menjelaskan
hasil pemecahan soal 66,6% 75% 70,8% Baik
yang telah dikerjakan
5 Siswa menyimpulkan
materi yang telah di 66,6% 75% 70,8% Baik
ajarkan
Rata-rata 66,62% 71,6% 69,1% Cukup
60
pertemuan kedua sebesar 75%. Beberapa siswa sudah mampu untuk bekerja sama
dengan kelompok diskusinya. Pada pertemuan pertama dan kedua terlihat
mengalami peningkatan dengan presentase rata-rata 66,5 % tetapi belum
mencapai hasil yang diharapkan. Indikator yang keempat yaitu, Siswa
mengembangkan hasil kerja kelompoknya yaitu berupa hasil diskusi dengan
persentase pertemuan pertama sebesar 66,6% dan pertemuan kedua sebesar 75%,
siswa sudah cukup baik untuk diawal siklus dengan menyajikan hasil kerja
kelompoknya dengan mulai berani tampil kedepan kelas walaupun masih ada
siswa yang mengandalkan temanya. Indikator kelima yaitu,siswa dapat
menyimpulkan materi yang telah diajarkan, pada pertemuan pertama presentase
indikator keempat ini yaitu 66,6 % dan persentase yang kedua yaitu 75% dan
mendapatkan rata-rata 70,8%. Pada indikator ini siswa mulai berani dan dapat
menyampaikan hasil pemecahan masalah yang diberikan oleh guru dan sudah
mampu mengembangkan jawabannya meskipun masih ada yang kurang tepat,
dan guru membantu meluruskan jawaban yang kurang tepat.
Pada indikator kelima siswa dapat menyimpulkan walaupun masih ada
kekurangan ,meskipun demikian siswa mampu dengan baik menyimpulkan materi
yang telah diajarkan
Pada indikator kelima yaitu, Siswa menyimpulkan materi yang diajarkan
sebesar 66,6% dan pada pertemuan kedua 75% dengan rata-rata 70,8%. Persentase
ini tidak terjadi peningkatan terlihat dengan adannya beberapa siswa yang masih
belum bisa untuk menyimpulkan jawaban dengan benar.
Secara umum dari kelima hasil tahap kegiatan atau hasil belajar siswa
siswa tersebut, maka dapat disimpulkan kegiatan proses pembelajaran pada siklus
1 belum berlangsung dengan baik dan belum mencapai target yang ditetapkan,
karena hasil jumlah rata-rata hanya sebesar 69,1%. Hal ini disebabkan karena
selama waktu pelaksanaan siklus I siswa belum terbiasa mengikuti pembelajaran
dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan di kelas dengan
menggunakan model Problem Based Learning, untuk itu perlu adanya perbaikan
pada siklus selanjutnya.
61
c) Observasi Kegiatan Guru Siklus II
Tahapan tindakan pada tahapan ini dilakukan observasi aktivitas guru
secara langsung. Tindakan observasi kegiatan guru di rangkum dalam pertemuan
siklus II data kegiatan aktivitas guru dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
2 Melakukan
apersepsi dan 4 4 4 Baik
motivasi
3 Menjelaskan tujuan
3 4 3,5 Baik
pembelajaran
4 Mengarahkan siswa
3 4 3,5 Baik
pada masalah
5 Membantu
penyelidikan
3 3 Baik
mandiri atau 3
kelompok
6 Mengembangkan
dan nyajikan
produk/hasil 3 3 3 Baik
penyelesaian
masalah
7 Menganalisis dan
mengevaluaisi
3 3 3
proses pemecahan Baik
masalah
8 Memberi
penguatan
kepada siswa
dan 3 3 3 Baik
menyimpulkan
hasil
pembelajaran
9 Memberikan tugas 3 3 3 Baik
10 Memberikan
informasi 4 4 4 Baik
berikutnya
11 Memanfaatkan
media dan sumber 4 3 3,5 Baik
belajar
12 Latihan/evaluasi 3 4 3,5 Baik
pembelajaran
13 Menutup 3 4 3,5 Baik
pembelajaran
62
Jumlah Total 42 46 44
Presentasi
80,7 88,4 84,6
Keberhasilan
Rata-rata 3,23 3.53 3,38 Sangat Baik
Kriteria Penilaian
A = 4 (sangat baik) B = 3 (baik)
C = 2 (cukup) D = 1 (kurang)
1 Siswa memperhatikan
91% 91% Baik
penjelasan guru 91
2 Siswa bertanya pada
83% 91% Baik
saat berdiskusi 97
3 Siswa bekerja sama
dengan kelompok
untuk berdiskusi 83% 83% 83 Baik
dalam menemukan
masalah
63
4 Siswa mengembangkan
dan menyajikan
hasil karya nya, Siswa
mempersentasikan
hasil diskusi dengan
tampil ke depan kelas 75% 83% 79 Baik
menjelaskan hasil
pemecahan soal yang
telah dikerjakan
5 Siswa menyimpulkan
materi yang telah di 75% 75% 75 Baik
ajarkan
Rata-rata 81,4 80,6 83,0 Cukup
Pada tabel dan grafik pada siklus II diatas dapat dilihat indikator pada
pertemuan pertama yaitu 91%, dan pada pertemuan kedua masih sama yaitu 91%.
Siswa sudah sangat baik dalam memperhatikan dan mendengarkan penjelasan
yang di berikan guru, jika dilihat dari presentasenya yaitu dengan rata-rata 91.
Dari hasil data yang diperoleh dari siklus I, dan II dapat diketahui bahwa
penerapan model pembelajaran Problem Based learning pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I
sebesar 56%, pada siklus II meningkat menjadi 88%, sehingga dengan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa ketercapaian kriteria keberhasilan penelitian
hasil belajar siswa telah tercapai.
Pada indikator kedua yaitu siswa siswa bertanya pada saat berdiskusi,
pada pertemuan pertama yaitu 83% kemudian mengalami peningatan pada
pertemuan kedua presentasenya yaitu 91%. Sebagian besar siswa sudah terbiasa
dengan pembelajaran secara berkelompok dan ketika belum mengerti bertanya
kepada guru, hasil yang di dapat yaitu dengan presentase ratarata 87.
Indikator ketiga yaitu, siswa dapat bekerja sama dengan kelompoknya.
Pada pertemuan pertama presentasenya mencapai 83% dan pada pertemuan kedua
tidak mengalami peningkatan yaitu dengan presentasinya sama sebesar 83%
dengan hasil presentase rata-rata yaitu 83. Pada indikator ini siswa sudah dapat
bekerjasama dalam menyelesaikan suatu pemecahan masalah.
64
Indikator yang keempat yaitu, siswa dapat mengembangkan hasil
karyanya atau dengan menyampaikan hasil diskusi dengan tampil kedepan kelas
pada pertemuan pertama yaitu 75% kemudian pada pertemuan kedua tetap sama
yaitu 83% dengan presentase rata-rata 79 .Sebagian besar siswa sudah mampu
untuk menyajikan hasil pemechan masalah kedepan kelas dengan baik.
Pada indikator kelima yaitu, siswa mampu menyimpulkan materi. Pada
pertemuan pertama yaitu 75% dan pertemuan kedua sama tidak mengalami
peningkatan sehingga di dapat persentasi sebesar 75%, sehingga hasil rataratanya
adalah 75.Siswa sudah sangat baik dalam menyimpulkan materii yang telah di
ajarkan. Setelah diadakan refleksi dan tindakan untuk memperbaiki hasil belajar
siswa pada siklus I, akhirnya pada siklus II ini hasil belajar siswa meningkat
dengan rata-rata yang diperoleh sebesar 83% yang artinya telah mencapai target
yang sudah ditetapkan.
65
7 202110261 FANI OKTAVINAI 78 78
8 202110263 INDRIYANTI AZHARA 78 72
9 202110264 JUNITA PUTRI 82 82
INDIANI
10 202110265 LULU RAHMAWATI 62 62
11 202110266 MEIVA WULANDARI 78 78
12 202110267 MUHAMMAD ARIE 62 62
ALAMSYAH
13 202110268 NIA RAHMAWATI 55 62
14 202110269 PANDU BAIHARI 92 90
KHAUZAN
15 202110270 PUTRI FEBIYANTI 88 88
16 202110273 SALSABILA 68 82
17 202110275 SHYFA DILA FAUZIAH 68 78
18 202110276 SINTIA SAFITRI 72 78
19 202110277 SITI LIDYA 78 78
20 202110278 SITI NURHALIMAH 72 78
21 202110280 TRIA DAMAYANTI 68 78
22 202110282 YULY 68 82
23 212211210 SITI MASITOH 78 90
NILAI TERTINGGI 92 90
NILAI TERENDAH 55 62
RATA-RATA 73,76 78
JUMLAH SISWA TIDAK TUNTAS 12 5
JUMLAH SISWA TUNTAS 4 19
PERSENTASE KETUNTASAN (%) 47,82 82,60
Dari hasil data yang diperoleh dari siklus I dan II dapat diketahui bahwa
penerapan model Problem Based learning pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam tentang sejarah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada
siklus I sebesar 48%, pada siklus II meningkat menjadi 83%, sehingga dengan
data tersebut dapat disimpulkan bahwa ketercapaian kriteria keberhasilan
penelitian hasil belajar siswa telah tercapai.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan yang telah dikemukakan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan model Problem Based Learning pada mata pelajaran Pendidikan agama
islam KELAS XI MIPA 7 SMA NEGERI 1 PANGANDARAN sudah berjalan lancar.
Hal ini ditandai dengan peningkatan keaktifan siswa yang sebelumnya cenderung pasif
setelah diterapkan model pembelajaran ini mulai mengalami peningkatan dalam
keaktifannya di dalam kelassaat pembelajaran sedang berlangsung.
2. Penerapan model Problem Based Learning pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari hasil belajar siswa
yang mengalami peningkatan setelah diadakan tindakan siklus I dan II. Sebelum diadakan
penelitian nilai rata-rata siswa sangat rendah yaitu sebanyak 13 siswa belum tuntas,
sedangkan 10 siswa tuntas belajar. Hasil belajar siswa pada siklus I yaitu nilai rata-rata
kelas 73,78 dan daya serap klasikal 47,82% dan yang belum tuntas 12, kemudian
dilanjutkan ke siklus II dan mengalami peningkatan yang lebih baik, yaitu dengan nilai
rata-rata kelas 78,17 dan daya serap klasikal 82,60 % dengan kriteria tuntas belajar
sebanyak 4 siswa belum tuntas.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, beberapa saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut :
1. Bagi Sekolah
Bagi sekolah yang ingin menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning
penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam memberikan inovasi untuk
peningkatan pelaksanaan pembelajaran yang ada di kelas namun perlu dipertimbangkan
kriteria mata pelajaran sebaiknya mata pelajaran tersebut sesuai karakteristik model
pembelajaran Problem Based Learning.
2. Bagi Guru
67
Bagi guru yang ingin menggunakan model pembelajaran ini diharapkan
mempertimbangkan beberapa hal yaitu , (a) untuk memperhatikan dalam penggunaan
waktu agar sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, (b) guru memilih materi
yang sesuai karakteristik model Problem Based Learning (c) peran guru sangat
dibutuhkan untuk memberi pengarahan pada siswa, agar siswa lebih percaya diri
sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang menjadi lebih baik. Dengan beberapa
pertimbangan tersebut diharapkan pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
3. Bagi Siswa
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada saat model Problem Based Learning
perlu meningkatkan keaktifan dalam bertanya maupun berpendapat agar lebih memahami
materi dan bisa menjadi inovasi pembelajaran siswa untuk meningkatkan hasil belajar.
68
DAFTAR PUSTAKA
Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi
Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
M.Hosnan. 2014. Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21 (kunci
sukses Implementasi kurikulum 2013). Bogor: Ghalia Indonesia.
Wena, Made. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional). Jakarta:Bumi Aksara.
Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hanafiah, Nanang dkk. 2012. Konsep strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Jakarta: CV. Alfabeta.
Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Tusriyanto. 2013. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Bandar Lampung: Anugrah Utama
Raharja(AURA).