Anda di halaman 1dari 74

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PAI

TENTANG SEJARAH MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)


(PTK PADA SISWA KELAS XI MIPA 7 SMA NEGERI 1 PANGANDARAN)

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh :

H. DADAN RAMDHAN, M.Pd.I

DINAS PENDIDIKAN JAWA BARAT


KANTOR CABANG DINAS WILAYAH XIII
SMA NEGERI 1 PANGANDARAN
2020
ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi karena rendahnya hasil belajar siswa yang belum efektif.
Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi kurangnya pemahaman terhadap materi
pembelajaran yang disebabkan penyampaian materi berpusat pada guru sehingga pembelajaran
menjadi membosankan dan siswa menjadi pasif dalam mengikuti pembelajaran. Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di KELAS XI MIPA 7 SMA NEGERI 1 PANGANDARAN
Kab. Bandung Jawa Barat. Upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan diterapkan model
Problem Based Learning (PBL) sebagai alternatif dalam pemecahan masalah. Dalam
penelitian ini yang menjadi subjeknya adalah siswa KELAS XI MIPA 7 SMA NEGERI 1
PANGANDARAN yang berjumlah 23 orang siswa, 21 orang perempuan dan 2 orang laki-
laki. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa. Metode penelitian ini
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model kemmis dan Taggart. Penelitian ini
terdiri dari 2 siklus yang setiap siklusnya terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I hasil belajar
siswa mencapai 48 % dengan kategori kurang, dan siklus II mencapai 83 % dengan kategori
baik. Hambatan yang diperoleh adalah kurang efektifnya waktu dan materi dan upaya untuk
mengatasi hambatan tersebut ialah meneliti aktivitas dan kemapuan siswa di kelas agar dapat
mencapai hasil penelitian yang memuaskan. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini
adalah, bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mampu
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Dengan demikian, penggunaan Model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat dijadikan salah satu model pembelajaran
untuk diterapkan pada pembelajaran PAI SMK.

Kata Kunci: Problem Based Learning, hasil belajar, upaya.


KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan untuk
memenuhi salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan Tugas PPG telah selesai dikerjakan dengan
harapan agar proses pembelajaran yang dilaksanakan semakin berkualitas yang pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian yang telah dilaksanakan tersebut dengan judul “UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PAI TENTANG SEJARAH
MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) (PTK PADA SISWA KELAS XI MIPA
7 SMA NEGERI 1 PANGANDARAN).
Penelitian tindakan ini menguji dan meneliti apakah penggunaan model PBL dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Dari hasil penelitian yang diungkapkan ternyata penggunaan model
PBL telah meningkatkan hasil belajar siswa dan lebih dari itu telah memberikan aktifitas dan nuansa
kelas lebih baik daripada model yang selama ini digunakan dalam pembelajaran.
Mudah-mudahan hasil penelitian tindakan ini dapat bermanfaat bagi guru, sekolah dan dunia
pendidikan sebagai alternatif model pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran demi
terwujudnya tujuan pendidikan.

Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan pengalaman belajar yang berlangsung secara bertahap.


Pendidikan mempunyai peran penting dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas
dan memiliki daya saing. Usman (1995, hal. 4) berpendapat bahwa proses belajar mengajar
merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas
dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik itu merupakan syarat
utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi yang terjadi merupakan interaksi
edukatif yaitu proses yang terjadi tidak hanya menanamkan materi pelajaran namun penanam
sikap dan nilai pada diri peserta didik yang sedang belajar.
Hasil pengamatan dan diskusi dengan beberapa guru bahwa pembelajaran masih berpusat
pada guru (teacher center), hal ini menyebabkan beberapa permasalahan salah satunya adalah
apabila guru berhalangan hadir maka bisa dipastikan proses pembelajaran berhenti. Untuk itu
perlu adanya model pembelajaran yang dapat menunjukkan keaktifan peserta didik sehingga
proses pembelajaran dapat terus berjalan meskipun guru berhalangan hadir.
Hal inilah yang mendorong penulis untuk mencoba melakukan penelitian terhadap
model-model belajar yang saat ini banyak dikembangkan oleh pakar pendidikan. Model
pembelajaran yang cukup menjadi perhatian penulis adalah model pembelajaran Problem Based
Learning. Metode pembelajaran Problem Based Learning dikembangkan dengan maksud
terdapat kebermaknaan belajar yang cukup tepat untuk memotivasi siswa dalam belajar
terutama dalam menggali dan menemukan sendiri pengembangan keilmuan yang mereka
dapatkan melalui proses belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Karena
dengan model pembelajaran Problem Based Learning peranan guru lebih banyak menempatkan
diri sebagai pembimbing dan fasilitator bagi peserta didik.
Pembelajaran Problem Base Learning merupakan suatu model pembelajaran yang
menampilkan permasalahan pada materi yang dipelajari yang dapat dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari. Dalam model Problem Base Learning ini peserta didik dituntun berpikir
kritis dan inovatif untuk menyelesaikan permasalahan yang ada tentunya dengan bimbingan serta
kolaborasi dengan guru. Problem Base Learning diharapkan dapat memberikan stimulus kepada
peserta didik untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan nantinya akan meningkatkan hasil
1
belajar peserta didik itu sendiri. Selama ini hasil belajar peserta didik KELAS XI MIPA 7
SMA NEGERI 1 PANGANDARAN pada mata pelajaran PAI, kurang lebih 60% hasil belajar
berada di bawah KKM. Hal ini mendorong kami untuk dapat menemukan sebuah model
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi tersebut, yang tujuan akhir adalah peningkatan hasil
belajar peserta didik yang diharapkan dapat memenuhi standar atau KKM.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian ini, yang diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif model
pembelajaran bagi guru PAI, sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan mutu
belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Maka dari itu
peneliti mengadakan sebuah penelitian dengan judul ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Materi PAI Tentang Sejarah Melalui Model Problem Based Learning (PBL)”

B. Rumusan Masalah
Guna mempermudah dalam memahami penggunaan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL), maka penelitian difokuskan pada pertanyaan berikut:
1. Bagaimana Hasil Belajar Siswa Sebelum di terapkan model Problem Based Learning
(PBL) pada materi PAI tentang sejarah?
2. Bagimana penerapan Problemm Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi PAI tentang sejarah?
3. Bagaimana Hasil Belajar Siswa terapkan di terapkan model Problem Based Learning
(PBL) pada materi PAI tentang sejarah?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusuan masalah diatas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Analisis hasil belajar siswa Siswa Sebelum di terapkan model Problem Based Learning
(PBL) pada materi PAI tentang sejarah
2. Untuk mendeskripsikan penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi materi PAI tentang sejarah
3. Untuk menganalisis hasil belajar siswa setelah penerapan model Problem Based Learning
(PBL) pada materi PAI tentang sejarah

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh praktisi pendidikan, khususnya
bagi:

2
1. Lembaga SMK KP Baleendah sebagai bahan evaluasi dan dapat dijadikan pedoman dalam
meningkatkan mutu pendidikan khususnya di SMK KP Baleendah
2. Guru PAI, untuk membantu mengatasi masalah, memberikan wawasan dan pemahaman
metodologis pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan model Problem
Based Learning.
3. Peneliti, sebagai penambah hazanah keilmuan khususnya menambah pengalaman mengajar
siswa dengan pendekatan konstektual
4. Siswa dapat memperoleh pengalaman belajar dengan model PBL melalui pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti agar lebih menarik, menyenangkan, memberikan
kepuasan yang sangat berguna bagi masyarakat dan kehidupannya.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru ataupun dapat disebut sebagai bungkus
atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran. Model
pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur
pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai 4 ciri khusus yang tidak dimiliki oleh
strategi atau metode pembelajaran:
a. Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik
b. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
c. Langkah-langkah mengajar yang diperlukan agar model pembelajaran dapat dilaksanakan
secara optimal
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai (Khosim,
2017).
Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pemebalajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru ataupun dapat disebut sebagai bungkus
atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan
termasuk di dalamnya tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Guna memperkuat pendekatan saintifik serta pendekatan rekayasa dan teknologi serta
mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya nyata, baik individual maupun
kelompok maka diterapkan strategi pembelajaran menggunakan model model pembelajaran
penyingkapan (inquiry learning), pembelajaran penemuan (discovery learning) dan
pendekatan pembelajaran berbasis hasil karya yang meliputi pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning) serta pelatihan berbasis produk (production based training) dan
pembelajaran berbasis proyek (project based learning) serta teaching factory sesuai dengan
karakteristik pendidikan menengah kejuruan.

4
2. Macam-macam model pembelajaran
a. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) adalah memahami konsep, arti
dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan
(Budiningsih, 2005:43).
Discovery terjadi bila individu terlibat terutama dalam penggunaan proses mentalnya
untuk menemukan beberapa hukum, konsep dan prinsip, melalui observasi, klasifikasi,
pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi (pengambilan keputusan/kesimpulan).
Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the
mental process of assimilating concepts and principles in the mind (Robert B. Sund dalam
Malik, 2001:219).
Tujuan pembelajaran model Discovery Learning
1) Meningkatkan Kesempatan peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran
2) Peserta didik belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak
3) Peserta didik belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan memperoleh
informasi yang bermanfaat dalam menemukan
4) Membantu peserta didik membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi
informasi serta mendengarkan dan menggunakan ide- ide orang lain
5) Meningkatkan Keterampilan konsep dan prinsip peserta didik yang lebih bermakna
6) Dapat mentransfer keterampilan yang dibentuk dalam situasi belajar penemuan ke dalam
aktivitas situasi belajar yang baru.
Sintak model Discovery Learning
1) Pemberian rangsangan (Stimulation);
2) Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement);
3) Pengumpulan data (Data Collection);
4) Pembuktian (Verification), dan
5) Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).

b. Model Inquiry Learning Terbimbing dan Sains


Model pembelajaran yang dirancang membawa peserta didik dalam proses penelitian
melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang singkat (Joice &Wells, 2003).
Model pembelajaran Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
sesuatu secara sistematis kritis dan logis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
5
temuannya dari sesuatu yang dipertanyakan.Sedangkan Inkuiri Sains esensinya adalah
melibatkan siswa pada kasus yang nyata di dalam penyelidikan dengan cara mengkonfontasi
dengan area yang diselidiki, dengan cara membantu mereka mengidentifikasi konsep atau
metodologi pada area investigasi serta mendorong dalam cara-cara mengatasi masalah.
Tujuan Pembelajaran Inquiry untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara
sistimatis, logis dan kritis sebagai bagian dari proses mental.
Sintak/tahap model inkuiri terbimbing meliputi:
1) Orientasi masalah;
2) Pengumpulan data dan verifikasi;
3) Pengumpulan data melalui eksperimen;
4) Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan
5) Analisis proses inkuiri.

c. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)


Menurut Soekamto model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Trianto, 2009: 23). Jadi
model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapa suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.
Sedangkan menurut Ibrahim dkk., (2000: 5) bahwa : “Problem Based Learning (PBL)
atau pelajaran berdasarkan masalah berguna untuk merangsang siswa berfikir dalam situasi
yang berorientasi masalah termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar”. Jadi secara garis
besar Problem Based Learning (PBL) menyajikan kepada siswa situasi masalah yang
autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan
penyelidikan dan inkuiri. Siswa dituntut bertanggung jawab atas pendidikan yang mereka
jalani, serta diarahkan untuk tidak terlalu tergantung pada guru. Problem Based Learning
(PBL) membentuk siswa mandiri yang dapat melanjutkan proses belajar pada kehidupan dan
karir yang akan mereka jalani.
Seorang guru lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor yang memandu siswa yang
menjalani proses pendidikan. Ketika siswa menjadi lebih cakap dalam menjalani proses

6
belajar Problem Based Learning (PBL), tutor akan berkurang keaktifannya. Siswa
dihadapkan pada masalah dan mencoba untuk menyelesaikan dengan bekal pengetahuan
yang mereka miliki. Pertama-tama mereka mengidentifikasi apa yang harus dipelajari untuk
memahami lebih baik permasalahan dan bagaimana cara memecahkannya. Langkah
selanjutnya, siswa mulai mencari informasi dari berbagai sumber seperti buku, jurnal,
laporan, informasi online atau bertanya pada pakar yang sesuai dengan bidangnya. Melalui
cara ini, balajar dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan dan gaya tiap individu.
Pada model pembelajaran ini peran guru adalah mengajukan masalah, mengajukan
pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, dan memberikan fasilitas penelitian
serta melakukan penelitian. Kegiatan ini dapat dilakukan guru saat pembelajaran di kelas dan
melalui latihan yang cukup (Hamzah, 2007:57). Ini berarti bahwa model pembelajaran
Problem Based Learning hanya dapat terjadi jika guru mampu menciptakan lingkungan kelas
yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan sehingga peran guru adalah sebagai
pemberi rangsangan, pembimbing kegiatan siswa dan penentu arah belajar siswa. Pada
pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning, selain guru menjadi penentu
keberhasilaan pembelajaran, juga faktor sumber belajar, sarana yang digunakan dan kurikulum
turut berperan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sudjana (Hamzah, 2007:69)
bahwa keberhasilan model pembelajaran Problem Based Learning tergantung adanya sumber
belajar bagi siswa, alat-alat untuk menguji jawaban atau dugaan. Menuntut adanya
perlengkapan kurikulum, menyediakan waktu yang cukup, apa lagi data yang diperoleh dari
lapangan serta kemampuan guru dalam mengangkat dan merumuskan masalah
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa model Problem
Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang menitik beratkan kegiatan
belajar pada siswa mulai dari mendefinisikan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan
eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Guru hanya
sebagai fasilitator, sedangkan siswa secara aktif berperan serta dalam proses belajar mengajar.
Menurut Aerend (2008: 157-158) karakteristik Problem Based
Learning adalah sebagai berikut:
1) Driving questions or problems; Pengajuan pertanyaan atau masalah PBL
mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan dan masalah yang kedua-
duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka
mengajukan situasi kehidupan secara nyata (autentik), menghindari jawaban sederhana
dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.

7
2) interdisciplinary focus; Berfokus pada keterkaitan antar disiplin dengan masalah yang
akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau
masalah itu dari banyak mata pelajaran
3) authentic investigation; Penyelidikan autentik: PBL mengharuskan siswa melakukan
penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata
4) production of artifacts and exhibit; Menghasilkan produk: PBL mengharuskan siswa
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan penampilan yang
menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan
5) collaboration; Kolaborasi: Problem Based Learning (PBL) menuntut adanya kerjasama
kolaborasi antara anggota kelompok
Arti pernyataan di atas adalah 1) belajar berpusat pada siswa 2) belajar dalam
kelompok kecil 3) seorang tutor bertindak sebagai fasilitator atau guide 4) masalah-masalah
disajikan dari awal urutan belajar sebelum beberapa atau pelajaran berlangsung 5) sulitnya
masalah digunakan sebagai alat untuk mencapai pengetahuan yang dibutuhkan dan
ketrampilan pemecahan masalah pada akhirnya diperlukan memecahkan masalah, 6)
informasi baru diperoleh melalui belajar mandiri. Ini tidak berarti bahwa guru melepaskan
otoritasnya untuk membuat pertimbangan tentang kekuatan apa yang menjadi penting untuk
siswa belajar, melainkan ciri yang parsial dan tanggung jawab yang tegas kepada siswa
sendiri. Dengan kata lain bukan berarti guru yang mendominasi dalam kegiatan belajar
mengajar yang mengakibatkan siswa menjadi pasif. Penciptaan tugas dan aktivitas yang
memerlukan masukan dari siswa kiranya juga meningkatkan kemungkinan siswa termotivasi
untuk belajar.
Sedangkan tujuan Problem Based Learning (PBL) menurut Arends (2008: 158)
adalah menghasilkan siswa yang mempunyai kemampuan:
1) Mengatasi masalah yang dihadapi dalam kehidupannya dengan inisiatif dan antusiasme.
2) Melakukan pemecahan masalah secara efektif dengan berdasar pada pengetahuan yang
terintergrasi, fleksibel dan berguna
3) Menggunakan ketrampilan belajar yang mandiri dan efektif
4) Memantau dan menilai kelayakan pengetahuan, pemecahan masalah dan ketrampilan
belajar mandiri secara berkesinambungan
5) Kolaborasi secara aktif sebagai anggota kelompok
Problem Based Learning (PBL) berusaha membantu siswa menjadi pembelajar yang
mandiri dan otonom. Bimbingan guru yang berulang-ulang mendorong dan mengarahkan
siswa untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh
8
mereka sendiri. Dengan begitu, siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara
mandiri dalam kehidupan kelak.
Agus Suprijono (2011: 74) langkah-langkah model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2. Sintak Model Pembelajaran Berbasis Masalah


(Problem Based Learning)
Fase – fase Prilaku Guru
Fase 1 : Orientasi siswa kepada Guru menyampaikan tujuan
masalah pembelajaran mendeskripsikan
berbagai kebutuhan logistik
penting dan memotivasi siswa
untuk terlibat dalam kegiatan
mengatasi masalah

Fase 2 : Mengorganisasi siswa Guru membantu siswa


untuk belajar mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan
masalah tersebut

Fase 3 : Membimbing Guru mendorong siswa untuk


penyelidikan individual dan mengumpulkan informasi yang
kelompok sesuai, melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalahnya
Fase 4 : Mengembangkan dan Guru membantu siswa
menyajikan hasil karya merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan,
video dan model serta membantu
mereka berbagi tugas denga
temannya
Fase 5 : Menganalisis dan Guru membantu siswa melakukan
mengevaluasi proses mengatasi refleksi atau evaluasi terhadap
masalah penyelidikan mereka dan proses-
proses yang mereka gunakan

Ada 7 langkah proses pembelajaran Problem Based Learning seperti yang dikemukakan
Amir. T (2009: 24), sebagai berikut:

9
1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
2) Merumuskan masalah
3) Menganalisis masalah
4) Menata gagasan siswa dan secara sistematis menganalisisnya lebih dalam
5) Memformulasikan tujuan pembelajaran
6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok)
7) Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan untuk
kelas.

d. Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL)


Model pembelajaran PjBL merupakan pembelajaran dengan menggunakan proyek
nyata dalam kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi, pertanyaan menantang, tugas-
tugas atau permasalahan untuk membentuk penguasaan kompetensi yang dilakukan secara
kerja sama dalam upaya memecahkan masalah (Barel, 2000 and Baron 2011).
Tujuan Project Based Learning adalah meningkatkan motivasi belajar, team work,
keterampilan kolaborasi dalam pencapaian kemampuan akademik level tinggi/taksonomi
tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada abad 21 (Cole & Wasburn Moses, 2010).
Sintak/tahapan model pembelajaran Project Based Learning, meliputi:
1) Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the Essential Question);
2) Mendesain perencanaan proyek;
3) Menyusun jadwal (Create a Schedule);
4) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress
of the Project);
5) Menguji hasil (Assess the Outcome),
6) Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience).

e. Model Pembelajaran Production Based Training / Production Based Education


Training
Model ini merupakan proses pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada proses
produksi, dimana peserta didik diberikan pengalaman belajar pada situasi yang kontekstual
mengikuti aliran kerja industri mulai dari perencanaan berdasarkan pesanan, pelaksanaan
dan evaluasi produk/kendali mutu produk, hingga langkah pelayanan pasca produksi.

10
Tujuan penggunaan model pembelajaran PBT/PBET adalah untuk menyiapkan
peserta didik agar memiliki kompetensi kerja yang berkaitan dengan kompetensi teknis serta
kemampuan kerjasama (berkolaborasi) sesuai tuntutan organisasi kerja.
Sintak/tahapan model pembelajaran Production Based Trainning meliputi:
1) Merencanakan produk;
2) Melaksanakan proses produksi;
3) Mengevaluasi produk (melakukan kendali mutu), dan
4) Mengembangkan rencana pemasaran.

f. Model Pembelajaran Teaching Factory

Pembelajaran teaching factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis


produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan
dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri. Pelaksanaan teaching factory
menuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai kualitas
hasil pendidikan di SMK. Pelaksanaan teaching factory (TEFA) juga harus melibatkan
pemerintah, pemerintah daerah dan stakeholders dalam pembuatan regulasi, perencanaan,
implementasi maupun evaluasinya.
Pelaksanaan teaching factory sesuai Panduan TEFA Direktorat PMK terbagi atas 4
model dan dapat digunakan sebagai alat pemetaan SMK yang telah melaksanakan TEFA.
Adapun model tersebut adalah sebagai berikut:
1) Model pertama, Dual Sistem dalam bentuk praktek kerja industri yaitu pola
pembelajaran kejuruan di tempat kerja yang dikenal sebagai experience based training
atau enterprise based training.
2) Model Kedua, Competency Based Training (CBT) atau pelatihan berbasis kompetensi
merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan
dan peningkatan keterampilan dan pengetahuan peserta didik sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan. Pada metode ini, penilaian peserta didik dirancang sehingga dapat
memastikan bahwa setiap peserta didik telah mencapai keterampilan dan pengetahuan
yang dibutuhkan pada setiap unit kompetensi yang ditempuh.
3) Model ketiga Production Based Education and Training (PBET) merupakan
pendekatan pembelajaran berbasis produksi. Kompetensi yang telah dimliki oleh
peserta didik perlu diperkuat dan dipastikan keterampilannya dengan memberikan

11
pengetahuan pembuatan produk nyata yang dibutuhkan dunia kerja (industri dan
masyarakat).
4) Model keempat, Teaching Factory adalah konsep pembelajaran berbasis industri
(produk dan jasa) melalui sinergi sekolah dan industri untuk menghasilkan lulusan
yang kompeten dengan kebutuhan pasar.
Tujuan Pembelajaran Teaching Factory:
1) Mempersiapkan lulusan SMK menjadi pekerja, dan wirausaha;
2) Membantu siswa memilih bidang kerja yang sesuai dengan kompetensinya.
3) Menumbuhkan kreatifitas siswa melalui learning by doing.
4) Memberikan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
5) Memperluas cakupan kesempatan rekruitmen bagi lulusan SMK
6) Membantu siswa SMK dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta membantu
menjalin kerjasama dengan dunia kerja yang aktual, dll
7) Memberi kesempatan kepada siswa SMK untuk melatih keterampilannya sehingga
dapat membuat keputusan tentang karier yang akan dipilih.
Tujuan yang selaras tentang pembelajaran teaching factory (Sema E. Alptekin,
Reza Pouraghabagher, atPatricia McQuaid, and Dan Waldorf; 2001) adalah:

1) Menyiapkan lulusan yang lebih profesional melalui pemberian konsep manufaktur


moderen sehingga secara efektif dapat berkompetitif di industri.
2) Meningkatkan pelaksanaan kurikulum SMK yang berfokus pada konsep manufaktur
moderen.
3) Menunjukan solusi yang layak pada dinamika teknologi dari usaha yang terpadu
4) Menerima transfer teknologi dan informasi dari industri pasangan terutama pada
aktivitas peserta didik dan guru saat pembelajaran.
Sintaksis Teaching Factory: Pembelajaran teaching factory dapat menggunakan
sintaksis PBET/PBT atau dapat juga menggunakan sintaksis yang diterapkan di Cal Poly-
San Luis Obispo USA (Sema E. Alptekin: 2001) dengan langkah-langkah:
1) Merancang produk
2) Membuat prototype
3) Memvalidasi dan memverifikasi prototype
4) Membuat produk masal
Berdasarkan hasil penelitian, Dadang Hidayat (2011) mengembangkan langkah-
langkah pembelajaran Teaching Factory sebagai berikut:

12
1) Menerima Order
2) Menganalisis order
3) Menyatakan Kesiapan mengerjakan order
4) Mengerjakan order
5) Mengevaluasi produk
6) Menyerahkan order

a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi hasil Belajar


a. Peningkatan Hasil Belajar

1) Hasil Belajar

Pada prinsipnya, kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses transformasi


ilmu pengetahuan dan merupakan proses komunikasi. Proses transformasi berbagai
pengetahuan tersebut harus diciptakan atau diwujudkan melalui kegiatan
penyampaian dan tukar menukar informasi atau pesan, baik oleh guru dan peserta
didik. Adapun yang dimaksud dengan belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman (Thompson dalam Sudjana, 2004).
Sudjana (2004: 28) menjelaskan Belajar adalah suatu proses yang ditandai
adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan yang terjadi pada individu
merupakan perubahan bentuk seperti berubahnya pemahaman, pengetahuan, sikap,
tingkah laku, keterampilan, kecakapan, serta keinginan menuju kearah yang lebih baik.
Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses.
Jadi proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor
yang terjadi dalam diri mahasiswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti
berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Dalam uraian
tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas yang berproses menuju pada satu
perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
proses perubahan tingkah laku yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan sikap berdasarkan pengalaman pribadi (individu),
maupun orang lain.
Dalam proses pembelajaran kegiatan belajar mengajar, perubahan terhadap
aspek-aspek intelektual, emosional atau sikap (keterampilan) akan dapat terlihat dalam
bentuk hasil belajar. Ini berdasarkan pada respon yang diberikan mahasiswa terhadap

13
stimulus (rangsangan) yang diberikan guru. Baik stimulus tersebut berupa jawaban
berbentuk lisan, tulisan, tes ataupun pelaksanaan tugas-tugas. Winkel (2007:48)
menyatakan hasil belajar adalah setiap macam kegiatan belajar menghasilkan
perubahan yang khas yaitu, belajar. Hasil belajar tampak dalam suatu prestasi yang
diberikan siswa, misalnya menyebutkan huruf dalam abjad secara berurutan.
Hasil belajar merupakan kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam
menyelesaikan suatu hal. Hasil suatu pembelajaran (kemampuan, keterampilan, dan
sikap) dapat terwujud jika pembelajaran (kegiatan belajar mengajar) terjadi. Baik
individu ataupun tim, menginginkan suatu pekerjaan dilakukan secara baik dan benar
agar memeperoleh hasil yang baik dari pekerjaan tersebut. Keberhasilan ini akan
tampak dari pemahaman, pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki oleh individu
ataupun tim.
Terkai dengan hasil belajar, Djamarah (2006: 85) menyatakan hasil belajar
adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara
individu maupun tim. Menurut Bloom dan ditulis kembali oleh Sudjana (2001), secara
garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu : 1) Ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. 2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima
aspek yaitu penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3) Ranah
Psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar berupa keterampilan dan kemampuan
bertindak.
Menurut Hamalik (2004: 49) mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat
penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai
dengan tujuan pendidikan yang diterapkan. Menurut Gagne, hasil belajar adalah
terbentuknya konsep,yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di
lingkungan, yang menyediakan skema yang teroganisasi untuk mengasimilasi
stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan diantara kategori-
kategori (Purwanto, 2014: 42).
Hasil belajar termasuk komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan
tujuan pendidikan, karena hasil belajar diukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan
pendidikan melalui proses belajar mengajar (Purwanto, 2015: 47). Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. (Kingsley dalam Sudjana 2004) membagi tiga macam hasil belajar, yakni
(a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-
14
cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam
kurikulum sekolah. Gagne (dalam Sudjana 2004) mengemukakan lima kategori tip
hasil belajar, yakni (a) verbal information, (b) intelektual skill, (c) cognitive strategy,
(d) attitude, dan (e) motor skill.
Menurut Sudjana (2004: 50) perubahan kognitif siswa merupakan suatu
perubahan yang menyangkut tujuan yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan,
dan kemampuan intelektual. Perubahan kognitif siswa tersebut terdiri atas enam
bagian sebagai berikut:

a) Tipe Hasil Belajar Kognitif

1) Tipe Hasil Belajar Mengingat (C1)


Pengetahuan hapalan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata
“Knowledge” dari Bloom. Cakupan dalam pengetahuan hapalan termasuk pula
pengetahuan yang sifatnya faktual, di samping pengetahuan yang mengenai
hal-hal yang perlu diingat kembali seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum,
bab, ayat, rumus dan lain-lain.
Tipe hasil belajar ini termasuk tipe hasi; belajar tingkat rendah jika
dibandingkan dengan tipe hasil belajar lainnya. Namun demikian, tipe hasil
belajar ini penting sebagai prasyarat untuk menguasai dan mempelajari tipe
hasil belajar lain yang lebih tinggi.

2) Tipe Hasil Belajar Pemahaman (C2)


Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe
hasil belajar pengetahuan hapalan. Pemahaman memerlukan kemampuan
menangkap makna atau arti dari suatu konsep, maka diperlukan adanya
hubungan antara oertautan konsep dengan makna yang ada pada konsep
tersebut. Ada tiga macam pemahaman yang berlaku umum; pertama
pemahaman terjemahan yakni kesanggupan memahami makna yang
terkandung di dalamnya; kedua pemahaman penafsiran misalnya memahami
grafik, menghubungkan dua konsep yang berbeda; ketiga pemahaman
ekstrapolasi, yani kesanggupan melihat di balik yang tertulis, tersirat dan
tersurat, meramalkan sesuatu atau memperluas wawasan. Pemahaman siswa
diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana
diantara fakta-fakta atau konsep (Arikunto, 2012: 131).
15
3) Tipe Hasil Belajar Penerapan (C3)
Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi suatu
konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru. Misalnya, memecahkan
persoalan dengan menggunakan rumus tertentu, menerapkan suatu dalil atau
hukum dalam suatu persoalan. Jadi dalam aplikasi harus ada konsep, teori,
hukum, dan rumus. Tingkah laku operasional biasanya menggunakan katakata:
menghitung, memecahkan, mendemostrasikan, mengungkapkan, menjalankan,
menggunakan, menghubungkan, memodifikasi, mengurutkan, dan lain-lain.
Penerapan atau aplikasi siswa dituntut memiliki kemampuan untuk menyeleksi
atau memilih suatu abstraksi tertentu (konsep, hukum, dalil, gagasan, cara)
secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya
secara benar (Arikunto, 2012: 132).

4) Tipe hasil Belajar Analisis (C4)


Analisis adalah kesanggupan memecah mengurai suatu integritas
(kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian yang mempunyai arti,
atau mempunyai tingkatan/hirarki. Analisis merupakan tipe hasil elajar yang
kompleks, memanfaatkan tipe hasil belajar sebelumnya yaitu pengetahuan,
pemahaman, aplikasi. Dalam tugas analisis ini siswa diminta untuk
menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep-konsep
dasar (Arikunto, 2012: 132).
Kemampuan nalar, pada hakikatnya mengandung unsur analisis. Bila
kemampuan analisis dimiliki seseorang maka seseorang akan dapat mengkreasi
sesuatu yang baru. Kata-kata operasional yang lazim dipakai untuk analisis
antara lain: menguraikan, menganalisis, memisahkan, membedakan,
menghubungkan, dan lain-lain.

5) Tipe Hasil Belajar Sintesis (C5)


Sintesis adalah lawan analisis. Pada analisis tekanan pada kesanggupan
menguraikan suatu integritas menjadi bagian yang bermakna, pada sintesis
adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas.
Berpikir sintesis adalah berpikir devergent sedangkan berpikir analisis adalah

16
berpikir konvergen. Sintesis dan analisis maka berpikir kreatif untuk
menemukan sesuatu yang baru (inovatif) akan lebih mudah dikembangkan.
Beberapa tingkah laku operasional biasanya tercermin dalam kata-
kata: mengkategorikan, menggabungkan, menghimpun, menyusun, mencipta,
merancang, mengkontruksi, mengorganisasi kembali, merevisi,
menyimpulkan, menghubungkan, mensistematisasi dan lain-lain.

6) Tipe Hasil Belajar Evaluasi (C6)

Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai


sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya.
Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi dan terkandung semua tipe
hasil belajar yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam tipe hail belajar evaluasi,
tekanan pada pertimbangan suatu nilai mengenai baik tidaknya, tepat tidaknya
dengan menggunakan kriteria tertentu. Ranah kognitif Bloom menemukan
adanya tingkatan-tingkatan ranah, tersusun dalam urutan meningkatkan
(hierarki) yang bersifat linear. Mengadakan evaluasi dalam pengukuran aspek
kognitif ini tidak sama dengan mengevaluasi dalam pengukuran aspek afektif.
Mengevaluasi dalam aspek kogbitf ini menyangkut masalah “benar/salah” yang
didasarkan atas dalil, hukum, prinsip pengetahuan (Arikunto, 2012: 133).

b) Tipe Hasil Belajar Bidang Afektif

Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah kogitif.


Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat (dalam artian pendidikan
formal) karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu.
Perubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama. Demikian juga
pengembangan minat dari penghargaan serta nilai-nilai (Arikunto, 2012: 193).
Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli
mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang
menguasai bidang kognitif tingkat tinggi. Ada beberapa tingkatan bidang afektif
sebagai tujuan dan tipe hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai dengan tingkat
mendasar/sederhana sampai tingkatan yang kompleks.
1) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan
stimulasi dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi,

17
gejala. Dalam tipe ini termasuk kesadaran keinginan untuk menerima
stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
2) Responding (jawaban), yakni relaksi yang diberikan seseorang terhadap
stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi,
perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulan dari luar yang datang kepada
dirinya.
3) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap
gejala atau stimulus. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan
menerim nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai, dan
kesepakatan untuk nilai tersebut.
4) Organisasi, yakni pengembangan nilai keadaan satu sistem organisasi,
termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan kemantapan
dan prioritas nilai yang telah dimilikinya, yang termasuk dalam organisasi
ialah konsep tentang nilai, organisasi pada sistem nilai.
5) Karakteristik nilai dan internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari semua sistem
nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya.

c) Tipe Hasil Belajar Bidang Psikomotor


Pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang
berupa penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau
dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligua (Arikunto, 2012: 193).
Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan:
gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar); keterampilan pada
gerakangerakan dasar; kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan
visual, auditif, auditif motorik, dan lain-lain; kemampuan dibidang fisik misalnya
kekuatan, keharmonisan, ketepatan; gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan
sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks. Hasil belajar yang diterapkan
pada perubahan psikomotor berhubungan dengan kemampuan yang harus dikuasai
siswa untuk mengerjkan sesuai sebagai hasil penguasaan pengetahuan yang telah
dipelajari. Hal tersebut dapat dilihat dari performance/kinerja yang dilakukan
sisawa terhadap tugas yang diberikan, siswa diminta untuk dapat menunjukkan
kinerja yang memperlihatkan keterampilanketerampilan tertentu atau kreasi mereka

18
untuk membuat produk tertentu yang berhubungan dengan materi (Arikunto, 2012:
193).
Hasil belajar yang diharapkan dari perubahan afektif adalah sikap yang
berhubungan dengan aspek menerima, menanggapi, mengelola, dan menghayati
yang dapat mempengarubi pikiran dan tindakan siswa, misalnya sikap teliti dan
cermat dalam mengerjakan tugas pengamatan di halaman sekolah. Menurut Sudjana
(2004: 39) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni
faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan, faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang
dimilikinya.
Ketiga ranah tersebutlah yang akan menjadi objek penilaian hasil belajar.
Dan diantara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang mendapat perhatian
paling besar bagi seorang guru atau guru. Karena pada ranah kognitif inilah siswa
akan terlihat kemampuannya dalam menguasai bahan pelajaran ataukah tidak.
Berdasarkan teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah hasil yang diperoleh seseorang dalam proses kegiatan belajar mengajar, dan
hasil belajar tersebut dapat berbentuk kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
penilaiannya melalui tes.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pembelajaran


Pelaksanaan proses pembelajaran selayaknya berpegang pada apa yang telah
tertuang pada perencanaan pembelajaran. Namun kenyataannya yang dihadapi tidaklah
seratus persen berhasil. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor
tersebut antara lain:
1) Faktor Guru
Guru adalah faktor utama dalam proses pembelajaran. Berhasil atau tidaknya
sebuah pembelajaran bergantung pada bagaimana cara seorang guru membelajarkan
sebuah materi terhadap siswa-siswanya. Ada dua jenis faktor, yakni :
a) Faktor Kondisi Fisik, apabila ada seorang guru yang buta warna tetapi ia
mengajarkan materi mewarnai atau mengenal warna terhadap siswanya. Jelas
tidak mungkin, bukan? Jadi, sebaiknya seorang guru membelajarkan kepada
siswanya mengenai materi yang tidakk bertentangan dengan kondisi fisiknya.

19
Jika ia buta warna, mungkin sebaiknya ia mengajarkan materi yang tidak
berhubungan dengan warna.
b) Faktor Kondisi Psikis, seorang guru yang sedang stress sebaiknya tidak mengajar
terlebih dahulu. Karena dikhawatirkan ia akan melampiaskan emosinya kepada
siswa-siswanya. Hal ini akan berdampak sangat tidak baik kepada guru maupun
siswa-siswanya. Siswa mungkin trauma terhadap guru yang telah atau bahkan
sering melampiaskan emosinya kepada mereka. Bahkan yang lebih dikhawatirkan
apabila ia tidak hanya trauma terhadap guru tersebut saja, akan tetapi kepada guru-
guru lain juga.

2) Faktor Siswa

Dalam interaksi belajar mengajar, peserta didik adalah subyek yang akan
mencapai tujuan pembelajaran dalam bentuk hasil belajar. Setiap peserta didik
memiliki karakteristik umum dan khusus. Salah satu karakteristik umum dari peserta
didik adalah usia, dan dapat dikategorikan ke dalam :
1) Usia kanak-kanak yaitu usia pra sekolah sampai dengan usia sekolah dasar (4 – 11
tahun) ditandai dengan munculnya masa peka dan keterampilan bersosialisasi.
2) Usia sekolah lanjutan pertama (12 – 14 tahun) dimana pada usia ini ditandai
dengan munculnya pubertas dari setiap peserta didik.
3) Usia sekolah lanjutan atas (15 – 17 tahun) dimana pada usia ini peserta didik mulai
mencari identitas diri.
Kelompok usia peserta didik ini perlu sebagai dasar pertimbangan guru agar
dapat melaksanakan interaksi belajar mengajar. Guru perlu menganalisis ciri- ciri
peserta didik, tingkat kemampuan awal, pengalaman, tingkat kemahiran bahasa, latar
belakang sosial ekonomi dan budaya. Karakteristik peserta didik secara khusus dapat
dilihat dari berbagai sudut, antara lain dari gaya belajar. Gaya belajar peserta didik
dengan cara melihat (visual), dengan cara mendengar (auditorial), dan dengan cara
bergerak, bekerja, dan menyentuh (kinestetik) serta dapat dilihat dari kecerdasan
majemuk. Melalui karakteristik peserta didik tersebut akan memberikan dampak pada
disiplin yang akan diterapkan dan pendekatan yang akan dilakuan guru dalam
mengatasi masalah peserta didik secara individual/kelompok.

20
3) Faktor Kurikulum

Materi pelajaran dalam kurikulum harus diorganisasikan untuk memudahkan peserta


didik memahaminya. Materi pelajaran adalah isi pelajaran yang berfungsi sebagai
sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama dengan prosedur didaktis yang
digunakan guru.
Pengorganisasi materi pelajaran akan membantu guru dalam penyajian materi
pelajaran sedangkan bagi peserta didik akan membangkit-kan motivasi belajarnya,
memudahkan untuk menerima dan mengolahnya dan dapat melibatkan diri secara
aktif.

4) Faktor Lingkungan
Lingkungan dalam interaksi belajar mengajar merupakan konteks terjadinya
pengalaman belajar, dapat berupa lingkungan fisik (kelas, laboratorium, tata ruang,
situasi fisik yang ada di sekitar kelas laboratorium sekolah) dan lingkungan non fisik
(cahaya, ventilasi, suasana belajar, musik latar). Lingkungan yang ada di sekitar
peserta didik baik di dalam kelas, sekolah atau diluar sekolah perlu dioptimalkan
pengelolaannya agar interaksi belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Artinya
lingkungan fisik dapat difungsikan sebagai sumber belajar yang direncanakan atau
yang dimanfaatkan. Sedangkan lingkungan non fisik difungsikan untuk menciptakan
suasana belajar yang nyaman dan kondusif.
Guru akan lebih mudah dalam penataan kelasnya, mengubah variasi lingkungan ruang
kelas, penempatan alat pemelajaran juga lebih mudah dan tertata rapih.

c. Pendidikan Agama Islam

Menurut Zuhairini (1993 :27) pendidikan agama Islam berarti usaha- usaha secara
sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran
agama Islam . Adapun menurut rumusan yang tercantum dalam GBPP mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam kurikulum tahun 1994, bahwa Pendidikan Agama lslam adalah usaha
sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan
agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tujuan
untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Depdikbud, 2000:1).

21
Tujuan pendidikan agama Islam adalah membimbing anak agar menjadi muslim sejati,
beriman teguh, beramal shalih dan berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama da
negara, (Zuhairini: 1999: 45). Tujuan pendidikan agama tersebut adalah merupakan tujuan
yang hendak dicapai oleh setiap orang yang melaksanakan pendidikan agama.
Karena dalam mendidik agama yang perlu ditanamkan terlebih dahulu adalah keimanan
yang teguh maka akan menghasilkan ketaatan menjalankan kewajiban agama
Disamping beribadah kepada Allah maka setiap muslim di dunia ini harus mempunyai
cita-cita untuk dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Jadi, Pendidikan Agama Islam
bertujuan meningkatkan keimanan., pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik
tentang agama I slam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT. Serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara (GBPP PAI, 1995:1).
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam pada
dasarnya menanamkan nilai nilai keimanan yang kuat dan lekat, penguasaan ilmu pengetahuan
yang tinggi serta keterampilan untuk melakukan amal shaleh dalam kehidupan sehari -hari.
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus
mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan Islam
sebagai usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan kemana semua kegiatan dan
semua perumusan tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan.
Sementara itu yang menjadi landasan atau sumber-sumber pendidikan agama Islam
adalah:
a) Al-Qur'an
Al-Qur'an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Malaikat
Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. maka al -Qur'an dijadikan sumber utama dalam
pelaksanaan agama Islam. Karena didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat
dikembangkan untuk seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung
dalam al -Qur'an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah
keimanan yang disebut Aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut Syari'ah.
Di dalam al-Qur'an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip -prinsip berkenaan
dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. Oleh karena itu pendidikan agama Islam harus
menggunakan al -Qur'an sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai teori
tentang pendidikan Islam (Darajat Z, 2001:19).

22
b) As-Sunnah
As-Sunnah merupakan sumber ajaran yang kedua setelah al -Qur’an. As-Sunnah
ialah perkataan, perbuatan atau pun pengakuan Rosul Allah SWT. Sunah berisi petunjuk
untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat manusia
utuhnya atau muslim yang bertaqwa. Untuk itu Rosul Allah menjadi guru dan pendidik
utama.
Oleh karena itu, sunah merupakan landasan bagi cara pembinaan pribadi muslim.
Sunnah selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebabnya mengapa
ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahaminya termasuk sunah yang berkaitan dengan
pendidikan. Segala aktivitas pendidikan, belajar-mengajar dan sebagainya adalah
termasuk dalam kategori ibadah. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW :
“Menuntut ilmu adalah fardlu bagi tiap-tiap orang-orang Islam laki-laki dan perempuan”
(H.R Ibn Abdulbari)
“Barangsiapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan
sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia sampai pulang kembali”.
(H.R. Turmudzi).

c) Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu
yang dimiliki oleh ilmuan syari'at Islam untuk menetapkan/menentukan sesuatu hukum
syariat Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al -Qur'an dan
Sunnah. Ijtihad dalam hal ini meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan,
tetapi tetap berpedoman pada al -Qur'an dan Sunnah. Ijtihad dalam pendidikan harus tetap
bersumber dari al-Qur'an dan Sunah yang diolah oleh akal yang sehat dari pada ahli
pendidikan Islam. Sementara itu untuk pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Indonesia
dasar -dasar yang cukup kuat.

d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam


Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan antara:
1) Hubungan manusia dengan Allah swt.
2) Hubungan manusia sesama manusia,
3) Hubungan manusia dengan makhluk lain (selain manusia) dan lingkungan

23
Adapun materi pokok Pendidikan Agama Islam dapat diklasifikasikan menjadi lima
aspek kajian, yaitu :
1) Aspek Alquran dan Hadits
Dalam aspek ini menjelaskan beberapa ayat dalam Alquran dan sekaligus juga
menjelaskan beberapa hukum bacaannya yang terkait dengan ilmu tajwid dan juga
menjelaskan beberapa hadist Nabi Muhammad Saw.
2) Aspek keimanan dan aqidah Islam
Dalam aspek ini menjelaskan berbagai konsep keimanan yang meliputi enam rukun iman
dalam Islam.
3) Aspek akhlak
Dalam aspek ini menjelaskan berbagai sifat- sifat terpuji (akhlak karimah) yang harus diikuti
dan sifat- sifat tercela yang harus dijahui.
4) Aspek hukum Islam atau Syari’ah Islam
Dalam aspek ini menjelaskan berbagai konsep keagamaan yang terkait dengan masalah
ibadah dan mu’amalah.
5) Aspek tarikh Islam
Dalam aspek ini menjelaskan sejarah perkembangan atau peradaban Islam yang bisa diambil
manfaatnya untuk diterapkan di masa sekarang.

e. Materi Sejarah
Pembelajaran sejarah menurut kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2013:89) mempunyai
tujuan yaitu salah satunya mengembangkan kemampuan historis (historical thinking) yang
menjadi dasar untuk kemampuan berpikir logis, kreatif, inspiratif dan inovatif. Berdasarkan
salah satu tujuan pembelajaran sejarah tersebut tentunya penting untuk meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan berpikir historis (historical thinking) peserta didik, sehingga
kedepannya peserta didik mampu mengembangkan kemampuan berpikir logis, kreatif, inspiratif
dan inovatif. Peserta didik dalam pembelajaran sejarah di tuntut untuk mampu memahami
kehidupan masa lampau sebagai pandangan untuk kehidupan masa kini. Kochhar (2008:27-37)
menyatakan bahwa sasaran umum pembelajaran sejarah yaitu (1) mengembangkan pemahaman
tentang diri sendiri; (2) memberikan gambaran yang tepat tentang konsep waktu, ruang, dan
masyarakat; (3) membuat masyarakat mampu mengevaluasi nilai-nilai dan hasil yang telah
dicapai oleh generasinya; (4) mengajarkan toleransi; (5) menanamkan sikap intelektual; (6)
memperluas cakrawala; (7) mengajarkan prinsip-prinsip moral; (8) menanamkan orientasi ke

24
masa depan; (9) memberikan pelatihan mental; (10) melatih peserta didik mengenai isu-isu
kontrolversial; (11) membantu mencari solusi bagi berbagai masalah sosial dan perseorangan;
(12) memperkokoh rasa nasionalisme; (13) mengembangkan pemahaman internasional; (14)
mengembangkan keterampilan-keterampilan yang berguna. Sedangkan, menurut Ismaun
(2005:244), peserta didik mampu memahami sejarah dalam arti yaitu: (1) memiliki pengetahuan
dan pemahaman tentang suatu peristiwa; (2) memiliki kemampuan sejarah kritis yang dapat
digunakan untuk menguji dan memanfaatkan pengetahuan sejarah; (3) memiliki keterampilan
sejarah yang dapat digunakan untuk mengkaji berbagai berbagai informasi yang diterimanya
guna menentukan kesahihan atau keaslian informasi tersebut; (4) memahami dan mengkaji
setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat dilingkungan sekitarnya serta digunakan dalam
mengembangkan kemampuan berpikir dan analitis.

f. Kerangka pemikiran
Hasil pembelajaran PAI tentang sejarah para siswa masih kurang memuaskan . Hal ini
terjadi karena dalam kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga pembelajaran
membosankan bagi siswa. Faktor lainnya yaitu pada pembelajaran kelompok, guru terkadang
membagi siswa kedalam kelompok yang tidak heterogen sehingga menyebabkan adanya
penumpukkan siswa yang kemampuannya lebih dan kurang dalam satu kelompok.
Untuk mengatasi masalah tersebut penulis menerapkan model PBL karena memiliki
kelebihan. Kelebihan pada penerapan PBL telah dijelaskan oleh Handarini (2014, hlm. 20)
adalah sebagai berikut:
1) Peserta didik lebih memahami konsep yang diajarkan karena dirinya sendiri yang
menentuka konsep tersebut;
2) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam memecahkan masalah yang menuntut
keterampilan berfikir dan rasa ingin tahu yang lebih tinggi;
3) Pengetahuan tertanam berdasarkan schemata yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga
pembelajaran lebih bermakna;
4) Peserta didik dapat merasakan manfaat pembelajaran karena masalah-masalah yang
diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata. Hal ini dapat meningkatkan
motivasi dan ketertarikan peserta didik terhadap bahan yang dipelajarinya;
5) Menjadikan peserta didik lebih manditi dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan
menerima pendapat orang lain, serta menanamkan sikap sosial yang positif dengan peserta
didik lainnya;

25
6) Pengkondisian peserta didik dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap
pembelajaran dan temannya, sehingga pencapaian ketuntasan belajar peserta didik dapat
diharapkan.
7) PBL diyakini pula dapat menumbuh kembangkan kemampuan kreatifitas peserta didik baik
secara individual maupun kelompok, karena hamper disetiap langkah menuntut adanya
keaktifan peserta didik;
8) PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik belajar memecahkan suatu masalah
maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui
pengetahuan yang diperlukan.
9) Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan
dengan situasi dimana konsep diterapkan;
10) Dalam situasi PBL peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara
simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan;
11) PBL dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik
dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok.

Disamping itu Panen dalam Rusmono (2014, hlm. 74) mengatakan, “dalam strategi
pembelajaran PBL, siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang
mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan
menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah”.
Tahapan-tahapan yang dilewati oleh siswa berdasarkan pada pembelajaran yang
scientific dengan menuntut siswa untuk mengamati dan mengidentifikasi masalah (stimulation),
selanjutnya mengumpulkan data (data collecting) dan menyajikan data atau menilai
(assessment).
Sementara itu menurut Smith & Ragan dalam Rusmono (2014, hlm. 74) mengatakan,
“strategi pembelajaran dengan PBL merupakan usaha untuk membentuk suatu proses
pemahaman isi suatu mata pelajaran pada seluruh kurikulum”.
Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunkan model pembelajaran Problem Based
Learning dalam pembelajaran materi PAI tentang sejarah dengan harapan dapat meningkatkan
sikap tanggung jawab dan hasil belajar siswanya meningkat. Adapun kerangka berpikir dalam
penelitian ini sebagai berikut:

26
Rendahnya
Hasil Belajar

Penggunaan PBL
pada materi PAI
tentang sejarah

Hasil Belajar
meningkat

27
g. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian kerangka teoritik yang telah dikemukakan di atas,


maka hipotesis tindakan dalam PTK ini adalah sebagai berikut: “Model Problem Based
Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi PAI tentang
sejarah pada kelas XI OTKP 1 di SMK KP Baleendah.

28
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan
adalah guru sedangkan melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses
tindakan adalah peneliti, (Arikunto, 2006: 17). Peneliti bekerja sama dengan guru
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas XI SMK KP
Baleendah.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
yang didukung dengan data kuantitatif. Peneliti memilih pendekatan kualitatif karena
dalam penelitian ini lebih mengedepankan makna dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Sementara itu, pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendukung
pendekatan kualitatif sehingga diperoleh hasil yang lebih komprehensif. Data
kualitatif diperoleh dari observasi pembelajaran dan wawancara terstruktur. Data
kuantitatif diperoleh dari angket keaktifan peserta didik dan tes hasil belajar peserta
didik. Data kuantitatif ini nantinya akan diubah menjadi data kualitatif sehingga
mudah untuk dipahami.
Data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh hasil
pengamatan terhadap keadaan pembelajaran yang sebenarnya dan mengandung
informasi yang relevan dengan kegiatan penelitian. Data penelitian dikumpulkan dari
berbagai sumber, antara lain melalui informan yaitu guru mata pelajaran PABP di
kelas XI OTKP 1 dan seluruh siswa kelas XI OTKP 1 tahun ajaran 2021/2022, selain
itu melalui peristiwa yaitu berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar mata
pelajaran PABP di kelas XI OTKP 1 dan melalui dokumen yang berisi silabus, RPP,
nilai siswa serta, dokumentasi selama pembelajaran.
Teknik pengumpulan data dalam observasi dan tes sebagai teknik
pengumpulan data utama. Sedangkan, teknik pengumpulan data pendukung
menggunakan wawancara dan dokumentasi.

29
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik KELAS XI MIPA 7 SMA NEGERI 1
PANGANDARAN tahun pelajaran 2021/2022 yang berjumlah 23 orang. Sedang objek
penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
pada materi PAI tentang sejarah.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di KELAS XI MIPA 7 SMA NEGERI 1
PANGANDARAN, sedangkanuntuk waktunya pada semester ganjil tahun pelajaran
2021/202s.
Jangka waktu penelitian selama tiga bulan dengan dua siklus. Waktu penelitian
dimulai pada tanggal 01 Juni sampai dengan 30 Agustus 2022.

No Kegiatan Juni Juli Agustus Keterangan

1 Perencanaan X

2 Pelaksanaan X

3 Penyusunan X

4 Pelaporan X

D. Data dan Sumber


Data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer, dimana data
diperoleh secara langsung dari subyek penelitian yaitu siswa KELAS XI MIPA 7
SMA NEGERI 1 PANGANDARAN. Adapun penjabaran data dan sumber data pada
penelitian ini yaitu:

Sumber
No Aspek Yang Diamati Instrumen Keterangan
Data
1 Pembelajaran model Guru Siswa • RPP Selama
Problem Based • Lembar Kegiatan
Learning (PBL) Observasi Pembelajaran
• LKDS
2 Hasil Belajar Siswa • Tes Selama
• Dokumen Kegiatan
• Rubrik Penilaian Pembelajaran

Tabel 3.1 Data dan Sumber Data


30
E. Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tes tulis (tes kognitif), catatan lapangan,
dan dokumentasi.
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun untuk pedoman kegiatan
pembelajaran di kelas. Rencana pembelajaran dibuat setiap kompetensi dasar.
2. Tes (aspek kognitif)
Tes yang diberikan disini berupa soal ujian yang digunakan untuk
mengetahui nilai dan hasil belajar siswa dan untuk mengukur sejauh mana
keberhasilan belajar siswa dalam aspek kognitif.
3. Catatan Lapangan
Digunakan untuk melengkapi data yang tidak tercatat dalam instrumen- instrumen
lainnya
4. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto atau gambar kegiatan siswa dan kegiatan
guru dalam proses pembelajaran.

F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu silus I dan siklus II dengan alokasi
waktu masing-masing 3 jam pelajaran. Prosedur penelitian tindakan yang dilakukan
mengikuti model Kemmis and Tagart yang terdiri atas 4 komponen yaitu: (1) Perencanaan
tindakan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi dan evaluasi, dan (4) Refleksi.
Secara lebih rinci langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Siklus I
Pelaksanaan siklus I dilakukan dalam dua kali pertemuan atau enam jam pelajaran dengan
alokasi waktu tiap pertemuan 3 x 40 menit.
a. Tahap Perencanaan
1) Menelaah kurikulum PAI SMK kelas 11 semester ganjil;
2) Mempelajari bahan yang akan diajarkan dari berbagai sumber ajar;

31
3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan sesuai
dengan model pembelajaran Problem Based Learning;
4) Membuat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD);
5) Menyiapkan perangkat yang akan digunakan;
6) Membuat pedoman observasi untuk merekam proses pembelajaran;
7) Membuat kisi-kisi soal sebagai alat evaluasi untuk mengukur peningkatan hasil
belajar PAI siswa setelah melalui siklus I;
8) Membuat kunci jawaban dan pedoman penskoran.

b. Tahap Tindakan
Siklus I dilaksanakan selama dua minggu dengan materi Strategi dan
Perkembangan Islam di Indonesia. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
adalah:
1) Mengidentifikasi keadaan siswa berupa minat dan kesiapannya;
2) Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang
telah disusun;
3) Pada saat penerapan, siswa diminta mengamati perangkat yang digunakan;
4) Siswa bekerja sesuai dengan petunjuk LKPD dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning;
5) Melakukan pemantauan aktivitas dan perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran
berdasarkan pedoman observasi;
6) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil yang diamati;
7) Pada siklus I diberikan tes akhir siklus dari materi yang telah diajarkan untuk
mengukur kemampuan siswa pada materi pelajaran setelah belajar dengan model
pembelajaran Problem Based Learning;
8) Guru meminta tanggapan siswa secara umum tentang strategi mengajar yang
digunakan.

c. Tahap Observasi dan Evaluasi


Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1) Pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi
yang telah dibuat sebagai sumber data kualitatif;

32
2) Tes atau evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa selama siklus I sebagai
sumber data kuantitatif.

d. Tahap Refleksi
Pada akhir siklus I diadakan refleksi terhadap hasil-hasil yang telah diperoleh
baik dari hasil tes siklus I maupun hasil observasi. Hasil dari refleksi dari siklus I
dijadikan acuan untuk merencanakan siklus II sehingga yang dicapai pada siklus
berikutnya sesuai dengan yang diharapkan.

2. Siklus II
Kegiatan yang dilakukan pada siklus II adalah mengukur kemampuan kegiatan-
kegiatan yang pernah dilakukan pada siklus I, yaitu:
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, dirumuskan pelaksanaan siklus II sesuai dengan
pelaksanaan siklus I dengan memperhatikan beberapa kesulitan yang dialami
siswa pada siklus I, yaitu:
1) Melanjutkan materi dari siklus I;
2) Membuat rencana pembelajaran yang sama pada siklus I;
3) Membuat lembar observasi, mengamati, dan mengidentifikasi segala kegiatan yang
terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung sebagai lanjutan lembar
observasi dari siklus I.

b. Tahap Tindakan
Tahap tindakan yaitu melanjutkan langkah-langkah yang telah dilakukan pada
siklus I dan beberapa perbaikan yang dianggap perlu.

c. Tahap Observasi dan Evaluasi


Pada tahap observasi dan evaluasi yang akan dilaksanakan pada siklus II
hampir sama dengan observasi yang dilaksanakan pada siklus II. Guru mencatat
peningkatan atau perubahan yang terjadi pada siswa. Di samping itu, melaksanakan
evaluasi yaitu berupa tes hasil belajar pada akhir siklus untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar Penjasorkes pada siklus II ini.

33
d. Tahap Refleksi
Refleksi akan dilaksanakan pada akhir siklus. Hasil akan diperoleh pada tahap
observasi dikumpulkan serta dianalisis. Demikian pula hasil evaluasi. Dari hasil yang
diperoleh, penulis dapat membuat kesimpulan atas penggunaan model pembelajaran
Problem Based Learning selama proses belajar mengajar materi sejarah dalam PAI
yang dilaksanakan selama dua siklus.

G. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa cara sebagai
berikut :
1. Observasi
Observasi yang dilaksanakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran
dengan penggunaan model Problem Based Learning Kelas VIII B, baik pada
aktifitas guru dan murid serta pada penilaian hasil belajar kognitif. Jenis
observasi dalam penelitian ini adalah observasi terstruktur, yaitu observasi
yang pelaksanaannya telah dirancang secara sistematis dengan menggunakan
instrumen lembar observasi. Lembar observasi yang berbentuk skala likert
akan berisi catatan pengamatan pada saat pelaksanaan penelitian yang didapat
selama kegiatan proses pembelajaran di kelas berlangsung. Kegiatan observasi
juga dilaksanakan pada saat pelaksanaan diskusi untuk menilai hasil belajar
siswa dalam bidang psikomotor.

2. Tes
Tes yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah tes tulis dalam bentuk
Posttest yang dilaksanakan pada akhir setiap siklus. Post-test dilaksanakan untuk
mengukur pemahaman siswa terhadap materi puasa wajib dan sunah dengan
melihat hasil belajar siswa setelah menggunakan model problem based learning.

3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah data yang bersumber dari dokumen-dokumen yang
terdapat pada saat pelaksanaan penelitian berlangsung. Data dokumentasi pada
penelitian ini berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaraan (RPP), video
proses pembelajaran berlangsung sebagai bukti pelaksanaan pembelajaran yang

34
telah dilakukan., hasil tes siswa, dan hasil observasi selama kegiatan penelitian
berlangsung.

4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan ini digunakan untuk melengkapi data yang tidak
tercatat dalam instrumen penilaian lainnya. Catatan lapangan diisi oleh peneliti
selama proses pembelajaran model Problem Based Learning dilaksanakan

H. Teknik Analisis Data, Evaluasi dan Refleksi


1. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis ini
bertujuan untuk menampung data-data yang diperoleh, mengungkapakan data-data
yang diperoleh dan mencari kembali data-data yang belum lengkap dan perlu
diperbaiki, serta mengetahui hasil yang didapat dari adanya penelitian tindakan
kelas dengan cara observasi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung yang
bertujuan untuk mengetahui perkembangan peningkatan yang dicapai. Sedangkan
analisis data kuantitatif menggunakan skala likert dan rumus untuk mengukur
ketepatan dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran dengan penerapan
model problem based learning dan mengukur hasil belajar siswa. Berikut adalah
penjelasan analisis data pada penelitian ini:

a. Analisis Data Kualitatif


Analisis data lapangan model Miles and Huberman dalam penelitian
kualitatif ada tiga tahap yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification.
Berikut adalah penjelasannya (Sugiyono, 2011: 246).
• Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data adalah suatu kegiatan penyeleksian, pemfokusan, dan
penyederhanaan data yang dimulai sejak pengumpulan data sampai penyusunan
laporan penelitian,. data yang dimaksud meliputi hasil observasi, tes, dan
catatan lapangan. Kegiatan penyederhanaan data yang terkumpul dimaksudkan

35
untuk mendapatkan informasi yang jelas dan bermakna, yang kemudian disusun
lebih sistematis dengan ditonjolkan pokok-pokok yang penting sehingga lebih
tajam tentang hasil pengamatan dan dapat mempermudah peneliti untuk
mencatat kembali.
• Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data dilakukan dengan menampilkan data secara jelas dan mudah
dipahami bagi siapa saja yang membacanya baik dalam bentuk naratif, tabel,
grafik atau perwujudan lainnya dari informasi-informasi yang telah diperoleh
dari hasil reduksi sehingga dapat diberikan penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan selanjutnya.
• Kesimpulan (Consulusion)
Kesimpulan dilakukan setelah melakukan reduksi data dan penyajian data.
Penarikan kesimpulan dapat dilakukan dalam bentuk deskripsi atau gambaran
tentang subyek yang diteliti. Dengan adanya kesimpulan data dapat disajikan
lebih jelas.

b. Analisis Data Kuantitatif


Analisis data kuantitatif pada penelitian in didapat dari hasil observasi atau
pengamatan observer selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan hasil belajar
siswa setelah mengerjakan post test di setiap akhir siklus. Kegiatan observasi
merupakan obervasi terstruktur yang akan disajikan dalam lembar observasi dengan
pengukuran menggunakan skala likert.

2. Keterlaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Problem based learning dalam


Kegiatan Pembelajaran
Kriteria penilaian keterlaksanaan penerapan model problem based learning
dihitung dengan melihat setiap munculnya indikator pada lembar observasi dengan
menggunakan skala likert yang terdiri dari lima kategori. Menurut Sugiyono (2011:
93) lima kategori pilihan skala likert adalah sebagai berikut: sangat setuju/selalu (5),
setuju/sering (4), kurang setuju/kadang-kadang (3), tidak setuju/tidak pernah (2), dan
sangat tidak setuju (1). Pengamatan ketepatan keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa
dalam penerapan model problem based learning sebagai penunjang kegiatan
pembelajaran dilaksanakan dalam lembar observasi berbeda.

36
Penghitungan hasil observasi masing-masing indikator dihitung
menggunakan rumus berikut :

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟


P = ∑ _________________ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100%

Ketercapaian penerapan model problem based learning sebagai


penunjang kegiata pembelajaran kemudian dibandingkan antara siklus I dan II untuk
melihat keberhasilan tindakan. Kualifikasi keberhasilan tindakan ditunjukkan
dengan keterangan pada tabel 3.2 berikut:

Teknik Kategorisasi Standar Nilai dari Departemen Pendidikan Nasional

NO NILAI/SKOR KATEGORI
1 85 - 100 Sangat Tinggi
2 65 - 84 Tinggi
3 55 - 64 Sedang
4 35 - 54 Rendah
5 0 - 34 Sangat Rendah
tabel 3.2

3. Hasil Belajar Bidang Kognitif


Hasil belajar siswa yang diperoleh dari bidang kognitif ditentukan dari
perolehan skor nilai post test. Untuk perhitungan hasil belajar pada bidang kognitif
antara siklus I dan siklus II menggunakan rata-rata skor kelas dari Post-test yang
diberikan dan persentase siswa yang melampui KKM (>=75). Nilai KKM yang
ditetapkan untuk Mata Animasi adalah tujuh puluh lima. Hasil belajar bidang kognitif
pada penelitian ini akan dihitung rata-rata dan ketuntasan belajar klasikal setiap
siklusnya. Menurut Gantini dan Suhendar (2017: 28), rumus menghitung nilai rata-
rata kelas adalah:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟
P = ∑ _________________ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100%

Ketuntasan belajar klasikal menurut Daryanto (2011:191) merupakan


ketuntasan belajar dalam kelas. Kelas dikatakan tuntas apabila dalam suatu
pembelajaran apabila hasil belajar seluruh siswa yang melampui KKM dalam kelas
tersebut mencapai 80%. Berikut rumus menghitung ketuntasan klasikal:

𝑃𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢𝑖 𝐾𝐾𝑀

37
Ketuntasan belajar klasikal = ∑ __________________ 𝑃𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 _𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100%

Kualifikasi nilai hasil belajar bidang kognitif siswa dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kualifikasi Hasil Belajar Siswa Bidang Kognitif

NO Rentang Skor Konversi Nilai Kualitas


1 91 – 100 Sangat Baik A
2 80 – 90 Baik B
3 70 – 79 Cukup C
4 < 70 Kurang D

4. Evaluasi dan Refleksi


Evaluasi merupakan suatu tindakan yang dirancang untuk mengetahui
keefektifitasan tindakan pembelajaran yang telah dilakukan di dalam kelas. Refleksi
adalah kegiatan untuk mengkaji tindakan perbaikan yang telah dilakukan, tentang apa
yang telah dihasilkan atau yang belum dituntaskan atas tindakan perbaikan tersebut.
Hasil dari kegiatan evaluasi dan refleksi adalah menentukan tindakan atau langkah
lebih lanjut untuk upaya mencapai tujuan dari penelitian

5. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apabila skor
rata-rata belajar PAI melalui pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dari
subyek penelitian terjadi peningkatan. Sebagai data tambahan, keaktifan belajar PAI
siswa kelas XI OTKP 1 di SMK KP Baleendah mengalami peningkatan.

38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Objektif SMK KP Baleendah


Kondisi Obejektif merupakan profil sekolah yang di dalamnya termuat riwayat
singkat pendirian SMK KP Baleendah, data-data sekolah, jumlah siswa keseluruhan,
jumlah rombongan belajar, jumlah pendidik dan tenaga kependidikan, gambaran sarana
serta visi, misi dan tujuan SMK KP Baleendah.
1. Profil Sekolah
a. Riwayat Singkat Sekolah
Awal berdirinya SMK KP Baleendahadalah untuk memenuhi tuntutan pasar
kerja pada saat itu tahun 1998 masih bernama Sekolah Menengah Ekonomi Atas
(SMEA) KP Baleendah dan berlokasi di Jl. Adipati Agung No. 32. Jurusan yang
dibuka meliputi Administrasi Perkantoran. Nomor ijin Pendirian dan Tahun Pendirian
Sekolah 775a/1025/Kep/07/1998 Tanggal 29 September 1998.
Perubahan nama menjadi SMK KP Baleendah karena mengikuti perubahan
nomenklatur yang diterbitkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui
Keputusan Mendikbud RI nomor 036/O/1997 Tentang Perubahan Nomenklatur
SMKTA menjadi SMK Serta Organisasi dan Tata Kerja SMK. Hingga saat ini belum
ada aturan baru mengenai perubahan nomenklatur SMK sehingga masih bernama
SMK KP Baleendah. SMK KP Baleendah saat ini memiliki tiga kompetensi kealian
yaitu Teknik Kendaraan Ringan Otomotif (TKRO), Teknik Komputer dan Jaringan
(TKJ) dan Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran (OTKP).

b. Data-data Sekolah

NAMA SEKOLAH : SMK KARYA PEMBANGUNAN BALEENDAH


NSS : 302020838115
NPSN : 20227949
ALAMAT SEKOLAH : JL. ADIPATI AGUNG NO.32
TELP.(022) 5940412 BANDUNG 40375
E-MAIL : smkkpbe_bdg@yahoo.com

39
1 Nama Sekolah SMK Karya Pembangunan
Baleendah
2 Nama Kepala Sekolah Dra. Ifa Rosfita
3 Nomor HP/Tlp. Rumah 081321656418
4 Nama WKS Kurikulum Bori Rinaldi, S.Pd
5 Nama WKS Kesiswaan Dani Jembar Ramadhan, S.Pd.I
6 Nama WKS Sarpras Kalisha Audina D, SH
7 Nama WKS Hubin Ningning Nurbayati, SE
8 NPSN 20227949
(Nomor Pokok Sekolah Nasional)
9 Nomor Statsistik Sekolah (NSS) 342020838115
10 Alamat Sekolah Jl. Adipati Agung No. 32
Kelurahan Baleendah
11 Kecamatan Baleendah
12 Kabupaten Bandung
13 Propinsi Jawa Barat
14 Kode Pos 40375
15 Telepon & Faximili (022) 5940412
16 e-mail / smkkpbe_bdg@yahoo.com /
Web smkkpbaleendah.sch.id
17 Status Sekolah Swasta
18 Lembaga Penyelenggara (Khusus YPPKP
Swasta)
19 Nomor ijin Pendirian & Tahun 775a/1025/Kep/07/1998
Pendirian Sekolah Tanggal 29 September 1998
Instansi yang mengeluarkan Dinas Pendidikan Propinsi
20 Akreditasi Sekolah
Program Tahun Peringkat Akreditasi
Administrasi
1 “B“
Perkantoran (AP)
Teknik Komputer
2 “A”
Jaringan (TKJ)

40
Teknik Kendaraan
3 “B”
Ringan (TKR)

c. Jumlah siswa Keseluruhan

Kelas X Kelas XI Kelas XII Jumlah


Program Keahlian Jml Total
L P L P L P L P
Otomatisasi dan
Tata Kelola
- 39 2 46 - 43 2 128 130
Pertkantoran
(OTKP)
Teknik Kendaraan
Ringan Otomitif 82 - 91 - 58 - 231 - 231
(TKR)
Teknik Komputer
Jaringan (TKJ) 98 14 73 16 55 12 42 226 258

Jumlah 143 53 166 62 113 55 275 354 619

d. Jumlah Rombongan Belajar


Kelas Jumlah
Program Keahlian
X XI XII Rombel
Otomatisasi dan Tata Kelola
2 2 2 6
Perkantoran (OTKP)
Teknik Komputer Jaringan
3 3 2 8
(TKJ)
Teknik Kendaraan Ringan
3 3 2 8
Otomotif (TKR)
Jumlah 8 8 6 22

e. Jumlah Tenaga Pendidik / Guru Berdasarkan Kualifikasi


Kualifikasi Jumlah Persen
Doktor (S-3) - -
Magister (S-2) 3 7%
Sarjana (S-1) 37 88%

41
Sarjana Muda (D-III) 2 5%
Diploma II (D-II) - -
Diploma I (D-I) - -
SLTA - -
Total 41 100%

f. Jumlah Tenaga Pendidikan


Kualifikasi Jumlah Persen
Pegawai Negeri Sipil (PNS) - -
Tetap Yayasan 27 64%
Tidak tetap (Honorer) 14 36%
Total 41 100%

g. Jumlah Tenaga Non-Guru Berdasarkan Jenis Pekerjaan


Jenis Pekerjaan Jumlah
Tata Usaha atau Administratif 3
Keuangan 1
Pustakawan 2
Teknisi/Toolman/Laboran 1
Penjaga Sekolah/Caraka 2
Keamanan 1
Operator 1
Total 11

h. Jumlah ruang Kelas / Teori


Kondisi Ruang Kelas Jumlah Persen
Baik 22 100%
Rusak Ringan - -
Rusak Berat - -
Total 22 100%

42
i. Perpustakaan
Jenis Buku Jumlah Persen
Buku Pelajaran 2480 47%
Buku Penunjang 1516 28%

Buku Bacaan 1257 23%

Total 5253 100%

j. Lapangan Olah Raga


Jenis Lapangan Jumlah Luas (m2)
1. Upacara 1
2. Bola Basket 1

k. Laboratorium dan Ruang Praktek


Jenis Ruang Luas (m2) Kondisi & Pemanfaatan
1. Ruang Praktek Komputer 126 Baik
2. Ruang Praktek TKR 126 Baik
3. Ruang Praktek AP 126 Rusak Ringan

2. Visi, misi dan tujuan SMK KP Baleendah


Visi, misi dan tujuan SMK KP Baleendah selaras dengan visi yayasan YPPKP
Bandung yang menaunginya dan telah disesuaikan dengan arah perkembangan pendidikan
menuju revolusi industri 4.0.
a. Visi
Visi SMK KP Baleendah adalah Sekolah sehat, disiplin, berkarya, dan berbudaya lokal
serta mampu bersaing di pasar global.
b. Misi
Misi SMK KP Baleendah adalah:
1) Meningkatkan pembinaan karakter dan ahlak mulia sehingga memiliki kecerdasan
emosional, spiritual, sosial dan tubuh yang sehat.
2) Meningkatkan kedisiplinan warga sekolah sehingga terbentuk sikap patriotisme.
3) Meningkatkan pembinaan keterampilan sehingga terbentuk kreatifias dan jiwa
kewirausahaan serta mampu menghasilkan karya yang inovatif.

43
4) Meningkatkan pembinaan budaya daerah terutama dalam berbahasa Sunda dan Seni
Budaya.
5) Meningkatkan pembinaan IPTEK dan bahasa dalam aktifitas akademis maupun non
akademis sehingga menguasai teknologi terbaru dan mampu berkomunikasi dengan
beberapa bahasa.

c. Tujuan
Tujuan SMK KP Baleendah adalah:
1) Melaksanakan pendidikan karakter dan ahlak melalui pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif , Efektif dan Menyenangkan
2) Membina Peserta didik dan seluruh warga sekolah untuk hidup bersih, sehat dan
mencintai lingkungan hidupnya sehingga menjadi salah satu sumber kearifan dalam
berperilaku dan bermasyarakat.
3) Membina Peserta didik dan seluruh warga sekolah untuk berprilaku disiplin dalam
menjalankan setiap kegiatan sekolah.
4) Membina dan memotivasi peserta didik di bidang akademik dan non akademik
sehingga mampu memperoleh prestasi yang baik.
5) Memberdayakan fasilitas sekolah secara optimal sehingga mampu meningkatkan
prestasi akademik dan non akademik.
6) Menumbuhkan pembiasaan peserta didik dalam budaya sunda dan bahasa sunda
melalui keteladanan guru dengan menunjukan sikap toleransi.
7) Menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk menghargai karya seni dan budaya
nasional.
8) Menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk mengekspresikan diri melalui
penggunaan teknologi dalam setiap kegiatan sekolah.
9) Menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk mengekspresikan diri melalui
pembiasaan berkomunikasi dalam berbagai bahasa.

B. Hasil Penelitian
1. Analisis Hasil Belajar Siswa sebelum di terapkan Model Problem Based Learning
(PBL) pada Materi PAI tentang sejarah
Pembelajaran di SMK KP Baleendah belum menerapkan metode Problem
Based Learning terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti materi Strategi Dakwah dan Perkembangan Islam di Indonesia.

44
Metode yang digunakan oleh guru pada pembelajaran yaitu menggunakan
ceramah dengan menyebabkan siswa kurang termotivasi dalam belajar berdampak
pada elemahan siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Bagi siwa yang kurang
minat atau tidak bisa dengan pelajaran Pendidikan Agama Islam sering sekali
mendapat nilai di bawah KKM , namunn dengan adanya remidi dan tugas tambahan
dari guru siswa tersebut mampu menutup nilai kekurangan itu, karena remidi dan tugas
tambahan itu adalah suasana yang dilakukan guru agar siswa tersebut mendapat nilai
tambahan dan mampu menambah kekurangan nilai tersebut. Sehingga dalam catatan
daftar nilai tidak ada istilah siswa mendapat nilai di bawah KKM. Sebagian siswa
mampu memperoleh nilai di atas KKM, siswa ini rajin dan memiliki kelebihan dalam
pelajaran Pendidika Agama Islam ini. Siswa tersebut juga sangat senang bahkan
senang sekali terhadap manta pelajaran Pendidiak Agama Islam, tak henti-hentinya
mencoba mengerjakan mengerjakan latihan- latihan soal sampai siswa ini benar- benar
mampu mengerjakan soal yang di hadapinya ketelatenan dan keuletan siswa ini mampu
menempuh nilai KKM ke atas.
Guna menanalisis hasil belajar siswa sebelum di terapkan Model Problem
Based Learning (PBL) pada Materi PAI tentang sejarah maka peneliti melakukan pre
test dengan hasil sebagai berikut:
Ketuntasan
No NIS Nama Hasil Ket
(KKM=75)
1 202110255 ASYIFA FITRIYA 82 Tuntas
2 202110256 CHELSA ZAHIRA 60 Belum Tuntas
3 202110257 CITRA RESTU 78 Tuntas
MHARANI
4 202110258 DEA SALSABILA 82 Tuntas
5 202110259 DINA GUSTIANI 55 Belum Tuntas
6 202110260 EKA AMALIA SARI 55 Belum Tuntas
7 202110261 FANI OKTAVINAI 78 Tuntas
8 202110263 INDRIYANTI AZHARA 60 Belum Tuntas
9 202110264 JUNITA PUTRI INDIANI 82 Tuntas
10 202110265 LULU RAHMAWATI 55 Belum Tuntas
11 202110266 MEIVA WULANDARI 78 Tuntas
12 202110267 MUHAMMAD ARIE 55 Belum Tuntas
ALAMSYAH
13 202110268 NIA RAHMAWATI 55 Belum Tuntas

45
14 202110269 PANDU BAIHARI 90 Tuntas
KHAUZAN
15 202110270 PUTRI FEBIYANTI 88 Tuntas
16 202110273 SALSABILA 55 Belum Tuntas
17 202110275 SHYFA DILA FAUZIAH 60 Belum Tuntas
18 202110276 SINTIA SAFITRI 60 Belum Tuntas
19 202110277 SITI LIDYA 78 Tuntas
20 202110278 SITI NURHALIMAH 55 Belum Tuntas
21 202110280 TRIA DAMAYANTI 78 Tuntas
22 202110282 YULY 55 Belum Tuntas
23 212211210 SITI MASITOH 55 Belum Tuntas

Tabel 4.1 hasil belajar siswa sebelum di laksanakan PBL

Dari tabel data diatas menunjukan bahwa secara rata-rata siswa belum
mencapai KKM yaitu 67,35. Dengan rincian, dari jumlah seluruhnya yaitu 23 siswa,
13 siswa belum tuntas dan 10 siswa tuntas.

2. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam Meningkatkan


Hasil Belajar Siswa pada Materi PAI tentang sejarah
a) Penelitian Data Siklus I
Pelaksanaan penelitian Tindakan kelas telah dilaksanakan dalam dua siklus.
Kegiatan penelitian pada siklus I meliputi empat tahap yaitu tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan
di SMK KP Baleendah pada kelas XI OTKP 1 semester genap tahun pelajaran
2021/2022 dengan pokok bahasan Strategi Dakwah dan Perkembangan Islam di
Indonesia. Data yang ditulis dan dianalisis dalam bab ini diambil dari 23 orang
siswa pada siklus I dan II yang mengikuti pembelajaran. Berikut uraian mengenai
keempat tahap tersebut.

b) Perencanaan Tindakan Siklus


Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan beberapa kegiatan
sebagai tahap awal dalam PTK, sebagai berikut:
• Menganalisis KD untuk menentukan IPK dan Tujuan Pembelajaran
• Menyusun RPP siklus I

46
• Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru
• Menyiapkan soal-soal pre test siklus I
• Menyiapkan soal diskusi untuk penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning
• Menyiapkan laptop dan proyektor untuk melaksanakan Pembelajaran tatap
muka.

c) Pelaksanaan Tindakan Siklus I


Pembelajaran Siklus I dilakukan selama 1 kali pertemuan pada hari kamis
09 Juni 2022 secara tatap muka, dengan rincian sebagai berikut:

I. Kegiatan Awal
Guru memberi salam dan menyapa siswa, kemudian berdoa dipimpin
oleh siswa. Guru memberikan motivasi dan apersepsi. Guru memberikan
penjelasan singkat terkait tujuan pembelajaran.
Guru mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Guru
menayangkan video Strategi Dakwah dan Perkembangan Islam di Indonesia dan
mengajukan pertanyaan, seperti tampak dalam gambar di bawah ini;

Gambar 4.1

47
II. Kegiatan Inti
Pada kegiatan ini guru menjelaskan materi yang akan dipelajari yaitu
tentang Strategi Dakwah dan Perkembangan Islam di Indonesia selanjutnya guru
membagi siswa menjadi 4 kelompok dan masing-masing kelompok
beranggotakan 4-5 siswa, kemudian guru mengarahkan siswa untuk menyimak
video melalui proyektor.
Kemudian guru memberikan permasalahan. Siswa diminta
menyelesaikan permasalahan yang telah diberikan oleh guru, kemudian siswa
bersama kelompoknya memecahkan permasalahan yang telah diberikan oleh
guru. Kemudian siswa bekerjasama dengan kelompok bertukar ide untuk
menemukan jawabannya.

Gambar 4.2 Siswa sedang berdiskusi kelompok

Selanjutnya siswa berusaha untuk menemukan masalah dan


mengidentifikasi permasalahan yang diberikan oleh guru. Dan tak lupa guru
memberi tahu waktu durasi diskusi, lanjut kelompok yang sudah selesai diminta
untuk maju ke depan kelas membacakan hasil diskusinya, begitu juga dengan
kelompok yang lain. Setelah itu guru bersama siswa meluruskan jawaban-
jawaban yang kurang tepat. Kelompok yang menjawab dengan benar diberi
tepuk tangan sebagai bentuk apresiasi.

48
Gambar 4.3 siswa mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas

III. Kegiatan Akhir

Akhir dari pembelajaran, guru dan siswa menyimpulkan materi yang


telah dipelajari secara bersama- sama. Siswa diminta untuk bertanya agar siswa
dapat lebih memahami materi yang diberikan oleh guru. Kemudian Siswa
mengerjakan soal postest yang berjumlah 5 soal pilihan ganda, kemudian guru
menyampaikan rencana kegiatan pada pertemuan yang akan datang dan
menghimbau kepada seluruh siswa untuk mempelajari materi selanjutnya agar
pertemuan yang akan datang siswa lebih mudah dalam memahami materi. Guru
meminta ketua kelas menyiapkan doa, guru menutup pembelajaran mengucap
salam.

Gambar 4.4 Guru menyimpulkan materi

49
d) Pengamatan Siklus I
Pengamatan Siklus I dilakukan pada saat proses pembelajaran sedang
berlangsung. Pengamatan yang dilakukan berdasarkan kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran sesuai dengan RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan hasil belajar melalui ranah kognitif
dan ranah ketrampilan.

Ketuntasan
No NIS Nama Hasil
(KKM=75)
1 202110255 ASYIFA FITRIYA 82 Tuntas
2 202110256 CHELSA ZAHIRA 72 Belum Tuntas
3 202110257 CITRA RESTU MHARANI 78 Tuntas
4 202110258 DEA SALSABILA 82 Tuntas
5 202110259 DINA GUSTIANI 68 Belum Tuntas
6 202110260 EKA AMALIA SARI 68 Belum Tuntas
7 202110261 FANI OKTAVINAI 78 Tuntas
8 202110263 INDRIYANTI AZHARA 78 Tuntas
9 202110264 JUNITA PUTRI INDIANI 82 Tuntas
10 202110265 LULU RAHMAWATI 62 Belum Tuntas
11 202110266 MEIVA WULANDARI 78 Tuntas
12 MUHAMMAD ARIE 62 Belum Tuntas
202110267
ALAMSYAH
13 202110268 NIA RAHMAWATI 55 Belum Tuntas
14 PANDU BAIHARI 92 Tuntas
202110269
KHAUZAN
15 202110270 PUTRI FEBIYANTI 88 Tuntas
16 202110273 SALSABILA 68 Belum Tuntas
17 202110275 SHYFA DILA FAUZIAH 68 Belum Tuntas
18 202110276 SINTIA SAFITRI 72 Belum Tuntas
19 202110277 SITI LIDYA 78 Tuntas
20 202110278 SITI NURHALIMAH 72 Belum Tuntas
21 202110280 TRIA DAMAYANTI 68 Belum Tuntas
22 202110282 YULY 68 Belum Tuntas

50
23 212211210 SITI MASITOH 78 Tuntas

Tabel 4.2 hasil nilai siswa post tes Siklus I di laksanakan PBL

Jumlah Rata-rata Tuntas Belum Tuntas

1697 73,78 11 12

No Rentang Nilai Frekuensi Presentase


1 91-100 1 4,34 %
2 80-10 4 17, 39 %
3 70-79 9 39, 13 %
4 <70 9 39, 13 %

𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝐾𝐾𝑀
Ketuntasan belajar klasikal = ∑ 𝑥 100%
𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎

11
=∑ 𝑥 100% = 47,82
23

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa hasil belajar kogintif siklus nilai
rata-rata kelas 73,78 dan yang belum tuntas sebanyak 12 siswa sedangkan yang
tuntas 11 siswa dengan daya serap klasikal 47,82 %.

e) Refleksi Siklus I
Refleksi merupakan tahap mengkaji dan melihat hasil tindakan yang
telah dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi perlu dilakukan perbaikan rencana
awal, perbaikan yang perlu dilakukan antara lain:
• Guru kurang memberikan motivasi yang lebih pada siswa untuk lebih
bersemangat dalam kegiatan pembelajaran
• Guru terlalu lama menjelaskan materi sehingga membuat pembelajaran
yang berikutnya yaitu tahap mengembangkan solusi melalui
pengidentifikasian alternatif-alternatif, tukar-pikiran dan mengecek
perbedaan pandang dan tahap melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-
pengaruh dari solusi yang dilakukan menjadi kurang maksimal.

51
• Terdapat beberapa siswa yang masih bingung dalam mengeksplorasi
ide mereka menentukan masalah yang sering dihadapi di kehidupan sehari
– hari dan dipadukan dengan permasalahan yang diberikan oleh Guru.
• Kebanyakan siswa masih pasif dan belum berani mengungkapkan
pendapat saat diskusi kelas maupun saat mempresentasikan tugas mereka.

Dari hambatan-hambatan yang terjadi pada siklus 1 maka pada siklus 2


guru melakukan perbaikan-perbaikan, yaitu memberikan semangat kepada siswa
yang kurang bersemangat dan kurang berusaha secara maksimal untuk
memahami materi yang diajarkan, memberikan nasehat untuk tidak rendah diri
harus percaya diri, yakin akan kemampuan diri sendiri pada dasarnya manusia
mempunyai kemampuan asalkan kita mau berusaha sekuat tenaga, memberikan
dan memperlihatkan metode semenarik mungkin agar dalam proses
pembelajaran siswa tidak merasa bosan, pada waktu akhir penjelasan, penelitian
seharusnya menanyakan kepada siswa apakah ada yang belum mengerti dari
penjelasan tadi, serta diadakan tanya jawab sehingga guru tahu siapa saja siswa
yang belum paham atas materi yang telah dijelaskan, mengalokasikan dengan
tepat, sehingga siswa yang mengungkapkan pendapat lebih banyak dan lebih
maksimal dalam diskusi pada saat pembelajaran siklus 1 guru kurang maksimal
dalam memberikan bimbingan kepada siswa yang kurang kemampuannya, untuk
melihat sekaligus memberikan bimbingan secara maksimal kepada siswa
sehingga siswa lebih berani untuk memberikan pertanyaan, penelitian akan
berusaha untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep
dengan memberikan penjelasan materi-materi yang akan lebih mudah dipahami
siswa serta memberikan contoh- contoh yang lebih banyak lagi kepada siswa
yang kurang serius pada saat proses pembelajaran berlangsung maupun untuk
belajar dirumah, diberi nasihat untuk terus belajar selagi ada kesempatan untuk
bertanya kepada guru atau teman yang lebih pandai. Hambatan-hambatan diatas
merupakan hasil dari pengamatan guru pada pertemuan siklus 1.

f) Penelitian Data Siklus II


Melihat kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada siklus I, maka
peneliti harus melakukan upaya yang lebih untuk memberbaiki Tindakan pada

52
siklus II. Kegiatan peneliti pada siklus II meliputi empat tahap yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Berikut uraian mengenaik
keempat tahap berikut :

g) Perencanaan Tindakan Siklus II


Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan beberapa kegiatan
sebagai berikut :
• Menganalisis IPK dan Tujuan Pembelajaran yang belum tercapai
• Menyusun RPP siklus II
• Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru
• Menyiapkan soal-soal post test siklus II
• Menyiapkan soal diskusi untuk penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning
• Menyiapkan laptop dan proyektor untuk melaksanakan Pembelajaran tatap muka.

h) Pelaksanaan Tindakan Siklus II


Pembelajaran Siklus II dilakukan selama 1 kali pertemuan pada hari kamis
18 Juni 2022 secara tatap muka, dengan rincian sebagai berikut :
I. Kegiatan Awal
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan diawali dengan salam.
Kemudian dilanjutkan dengan memberi apersepsi yaitu dengan mengulas
materi sebelumnya tentang Strategi Dakwah dan Perkembangan Islam di
Indonesia kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa, yaitu dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Sebelum masuk
dalam kegiatan inti guru memberikan ice breaking. Hal ini dilakukan agar
siswa tidak merasa jenuh dan bosan serta menumbuhkan dapat menumbuhkan
semangat siswa.

53
Gambar 4.5 Guru memberikan motivasi

II. Kegiatan Inti


Pada kegiatan ini guru menjelaskan materi yang akan dipelajari yaitu
tentang tentang Strategi Dakwah dan Perkembangan Islam di Indonesia
selanjutnya guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dan masing-masing
kelompok beranggotakan 4-5 siswa, kemudian guru memutar video
pembejaran pada proyektor.

Gambar 4.6 siswa berdiskusi

Kemudian guru memberikan permasalahan. Siswa diminta


menyelesaikan permasalahan yang telah diberikan oleh guru, kemudian siswa
bersama kelompoknya memecahkan permasalahan yang telah diberikan oleh
guru. Kemudian siswa bekerjasama dengan kelompok bertukar ide ntuk
menemukan jawabannya. Selanjutnya siswa berusaha untuk menemukan

54
masalah dan mengidentifikasi permasalahan yang diberikan oleh guru. Dan
tak lupa guru memberi tahu waktu durasi diskusi, lanjut kelompok yang sudah
selesai diminta untuk maju ke depan kelas membacakan hasil diskusinya,
begitu juga dengan kelompok yang lain. Setelah itu guru bersama siswa
meluruskan jawaban-jawaban yang kurang tepat.

Gambar 4.7 siswa mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas


III. Kegiatan Akhir
Akhir dari pembelajaran, guru dan siswa menyimpulkan materi yang
telah dipelajari secara bersama- sama. Siswa diminta untuk bertanya agar
siswa dapat lebih memahami materi yang diberikan oleh guru. Kemudian
Siswa mengerjakan soal postest yang berjumlah 5 soal pilihan ganda,
kemudian guru menyampaikan rencana kegiatan pada pertemuan yang akan
datang dan menghimbau kepada seluruh siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya. Agar pertemuan yang akan datang siswa lebih mudah dalam
memahami materi. Guru meminta ketua kelas menyiapkan doa, guru menutup
pembelajaran mengucap salam.

Gambar 4.8 guru menyimpulkan materi

55
i) Pengamatan Siklus II
Pengamatan Siklus II dilakukan pada saat proses pembelajaran
sedang berlangsung dan melalui video pratik pembelajaran. Pengamatan yang
dilakukan berdasarkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti
selama proses pembelajaran sesuai dengan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) dan hasil belajar melalui ranah kognitif.

Ketuntasan
No NIS Nama Hasil
(KKM=75)
1 202110255 ASYIFA FITRIYA 82 Tuntas
2 202110256 CHELSA ZAHIRA 82 Tuntas
3 202110257 CITRA RESTU 78 Tuntas
MHARANI
4 202110258 DEA SALSABILA 82 Tuntas
5 202110259 DINA GUSTIANI 78 Tuntas
6 202110260 EKA AMALIA SARI 78 Tuntas
7 202110261 FANI OKTAVINAI 78 Tuntas
8 202110263 INDRIYANTI 72 Belum Tuntas
AZHARA
9 202110264 JUNITA PUTRI 82 Tuntas
INDIANI
10 202110265 LULU RAHMAWATI 62 Belum Tuntas
11 202110266 MEIVA WULANDARI 78 Tuntas
12 202110267 MUHAMMAD ARIE 62 Belum Tuntas
ALAMSYAH
13 202110268 NIA RAHMAWATI 62 Belum Tuntas
14 202110269 PANDU BAIHARI 90 Tuntas
KHAUZAN
15 202110270 PUTRI FEBIYANTI 88 Tuntas
16 202110273 SALSABILA 82 Tuntas
17 202110275 SHYFA DILA 78 Tuntas
FAUZIAH
18 202110276 SINTIA SAFITRI 78 Tuntas
19 202110277 SITI LIDYA 78 Tuntas
20 202110278 SITI NURHALIMAH 78 Tuntas
21 202110280 TRIA DAMAYANTI 78 Tuntas
22 202110282 YULY 82 Tuntas

56
23 212211210 SITI MASITOH 90 Tuntas

Jumlah Rata-rata Tuntas Belum Tuntas


1789 78,17 19 4
Tabel 4.3 hasil nilai siswa post tes Siklus II di laksanakan PBL

No Rentang Nilai Frekuensi Presentase


1 91-100 2 8,69 %
2 80-90 7 30,43 %
3 70-79 11 47,82 %
4 <70 3 13,04 %

𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝐾𝐾𝑀
Ketuntasan belajar klasikal = ∑ 𝑥 100%
𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎

19
=∑ 𝑥 100% = 82,60
23

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa hasil belajar kogintif siklus


II nilai rata-rata kelas 78.17 dan yang belum tuntas 4 siswa sedangkan yang
tuntas 19 siswa dengan daya serap klasikal 82,60 %.
Hasil evaluasi siklus I nilai rata-rata kelas 73.78 dan yang belum
tuntas 12 siswa sedangkan yang tuntas 11 siswa dengan daya serap klasikal
47,82%. Adanya kenaikan signifikan pada siklus II ini jumlah siswa yang telah
mencapai ketuntasan 19 siswa, secara klasikal adalah 82,60%.

j) Refleksi Siklus III


Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis data pada siklus II yang
dilaksanakan pada 13 Juni 2022 dengan menerapkan model pembelajaran
Problem Based Learning sudah berjalan dengan baik. Hasil evaluasi belajar
siswa telah mengalami kenaikan pada kriteria ketuntasan belajar. Jumlah siswa
yang mencapai KKM pada siklus II ini adalah 19 siswa dan yang tidak
memenuhi KKM adalah 4 siswa, dengan persentase ketuntasan belajar 82,60%.
Hal ini dapat terlihat dari :
• Diskusi kelas berjalan cukup lancar

57
• Siswa memperhatikan penjelasan guru dalam menyampaikan materi
Hasil belajar siswa pada siklus II ini mengalami peningkatan yang
baik, hal ini disebabkan siswa mampu mengerjakan soal dengan baik,
memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin saat mengerjakan tes.
Berdasarkan hasil refleksi siklus II, menunjukkan bahwa beberapa
kekurangan yang ditemui oleh peneliti pada siklus I, sudah mengalami
perbaikan pada siklus II setelah penerapan model Problem Based Learning
maka penerapan model Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada kelas XII OTKP 1 mata pelajaran Pendidiakan Agama
Islam dan Budi Pekerti SMK KP Baleendah dianggap sudah cukup berhasil
dan dihentikan sampai pada siklus II.

3. Analisis Hasil Belajar Siswa Setelah Penerapan Model PBL pada Materi PAI
tentang Sejarah
a) Observasi Kegiatan Guru siklus 1
Guru menyampaikan pembelajaran di kelas dengan menggunakan model
problem based learning yang disesuaikan dengan lembar observasi yang telah
dipersiapkan oleh peneliti. Observer yang bertindak sebagai kolaborator peneliti
melakukan pengamatan dan mencatat perkembangan-perkembangan dan kegiatan
yang terjadi. Data hasil pengamatan kegiatan guru dapat dilihat pada tabel berikut:

KEGIATAN YANG DI PERTEMUAN PERTEMUAN RATA-


NO AMATI 1 2 KRITERIA
RATA
1 Membuka pelajaran 3 2 2,5 Cukup
2 Melakukan apersepsi
3 2 2,5 Cukup
dan motivasi
3 Menjelaskan tujuan
3 3 3 Baik
pembelajaran
4 Mengarahkan siswa
3 3 3 Baik
pada masalah
5 Membantu penyelidikan
mandiri atau kelompok 2 2,5 Baik
3
6 Mengembangkan dan
nyajikan produk/hasil 3 3 3 Baik
penyelesaian masalah
7 Menganalisis dan
mengevaluaisi proses 2 3 2,5 Kurang
pemecahan masalah

58
8 Memberi
penguatan kepada
siswa dan 2 3 2,5 Kurang
menyimpulkan
hasil pembelajaran
9 Memberikan tugas 3 3 3 Baik
10 Memberikan
informasi 3 2 2,5 Cukup
berikutnya
11 Memanfaatkan media
3 3 3 Baik
dan sumber belajar
12 Latihan/evaluasi
1 3 2 Cukup
pembelajaran
13 Menutup
1 3 2 Cukup
pembelajaran
Jumlah Total 32 35 34
Presentasi Keberhasilan 61% 67% 65,3%
Rata-rata 2,46 2,69 2,61 cukup

Kriteria Penilaian
A = 4 (sangat baik) B = 3 (baik)
C = 2 (cukup) D = 1 (kurang)

Berdasarkan tabel diatas, dapat terlihat adanya peningkatan kegiatan


guru dalam proses pembelajaran saat menggunakan model problem based
learning siklus I yaitu persentase pada pertemuan pertama sebesar 61% dan hanya
sedikit mengalami peningkatan sehingga pada pertemuan kedua menjadi 67%.
Sedangkan persentase rata-rata siklus I pertemuan pertama dan kedua adalah
2,61%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa telah terjadi peningkatan
aktivitas guru pada setiap pertemuannya. Peningkatan tersebut belum dikatakan
baik sehingga ada aspek- aspek yang perlu di tingkatkan lagi dengan dilakukan
siklus berikutnya yaitu siklus II.

b) Hasil Aktivitas Siswa Siklus I


Tahapan tindakan selanjutnya yaitu tahapan observasi yang di amati
adalah observasi aktivitas siswa secara langsung. Materi “keragaman sosial dan
budaya berdasarkan kenampakan alam” pada siklus 1 diamati ketika siswa
mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas dengan menggunakan model Problem
Based Learning yang disesuaikan dengan lembar observasi yang telah
dipersiapkan oleh peneliti. Observer yang bertindak sebagai kolaborator peneliti

59
melakukan pengamatan dan mencatat perkembangan-perkembangan dan kegiatan
yang terjadi. Data hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini

KEGIATAN YANG PERTEMUAN PERTEMUAN RATA-


NO KRITERIA
DI AMATI 1 2 RATA

1 Siswa memperhatikan
penjelasan guru 75% 66,6% 70,8% Baik

2 Siswa bertanya pada saat


berdiskusi 66,6% 66,6% 66,6% Cukup

3 Siswa bekerja sama


dengan kelompok
untuk berdiskusi 58,3% 75% 66,5% Cukup
dalam menemukan
masalah

4 Siswa mengembangkan
dan menyajikan hasil
karya nya ,Siswa
mempersentasikan hasil
diskusi dengan tampil ke
depan kelas menjelaskan
hasil pemecahan soal 66,6% 75% 70,8% Baik
yang telah dikerjakan

5 Siswa menyimpulkan
materi yang telah di 66,6% 75% 70,8% Baik
ajarkan
Rata-rata 66,62% 71,6% 69,1% Cukup

Berdasarkan tabel dapat dilihat siswa memperhatikan guru sebesar 75%


kemudian pada pertemuan kedua mengalami penurunan yaitu sebesar 66,60%.
Kemudian pada saat bertanya ketika guru memberi arahan ataupun menjelaskan
materi pada pertemuan pertama yaitu sebesar 66,60% kemudian pada pertemuan
kedua tidak mengalami peningatan tetapi tetap yaitu sebesar 66,60%, Disini
siswa belum cukup baik dalam memperhatikan guru saat memberikan arahan,
terlihat dari presentase pada pertemuan pertama dan kedua tidak mengalami
perubahan.
Pada indikator ke tiga, siswa bekerja sama dengan kelompok untuk
berdiskusi dalam menemukan masalah, pertemuan pertama yaitu 58,30%,

60
pertemuan kedua sebesar 75%. Beberapa siswa sudah mampu untuk bekerja sama
dengan kelompok diskusinya. Pada pertemuan pertama dan kedua terlihat
mengalami peningkatan dengan presentase rata-rata 66,5 % tetapi belum
mencapai hasil yang diharapkan. Indikator yang keempat yaitu, Siswa
mengembangkan hasil kerja kelompoknya yaitu berupa hasil diskusi dengan
persentase pertemuan pertama sebesar 66,6% dan pertemuan kedua sebesar 75%,
siswa sudah cukup baik untuk diawal siklus dengan menyajikan hasil kerja
kelompoknya dengan mulai berani tampil kedepan kelas walaupun masih ada
siswa yang mengandalkan temanya. Indikator kelima yaitu,siswa dapat
menyimpulkan materi yang telah diajarkan, pada pertemuan pertama presentase
indikator keempat ini yaitu 66,6 % dan persentase yang kedua yaitu 75% dan
mendapatkan rata-rata 70,8%. Pada indikator ini siswa mulai berani dan dapat
menyampaikan hasil pemecahan masalah yang diberikan oleh guru dan sudah
mampu mengembangkan jawabannya meskipun masih ada yang kurang tepat,
dan guru membantu meluruskan jawaban yang kurang tepat.
Pada indikator kelima siswa dapat menyimpulkan walaupun masih ada
kekurangan ,meskipun demikian siswa mampu dengan baik menyimpulkan materi
yang telah diajarkan
Pada indikator kelima yaitu, Siswa menyimpulkan materi yang diajarkan
sebesar 66,6% dan pada pertemuan kedua 75% dengan rata-rata 70,8%. Persentase
ini tidak terjadi peningkatan terlihat dengan adannya beberapa siswa yang masih
belum bisa untuk menyimpulkan jawaban dengan benar.
Secara umum dari kelima hasil tahap kegiatan atau hasil belajar siswa
siswa tersebut, maka dapat disimpulkan kegiatan proses pembelajaran pada siklus
1 belum berlangsung dengan baik dan belum mencapai target yang ditetapkan,
karena hasil jumlah rata-rata hanya sebesar 69,1%. Hal ini disebabkan karena
selama waktu pelaksanaan siklus I siswa belum terbiasa mengikuti pembelajaran
dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan di kelas dengan
menggunakan model Problem Based Learning, untuk itu perlu adanya perbaikan
pada siklus selanjutnya.

61
c) Observasi Kegiatan Guru Siklus II
Tahapan tindakan pada tahapan ini dilakukan observasi aktivitas guru
secara langsung. Tindakan observasi kegiatan guru di rangkum dalam pertemuan
siklus II data kegiatan aktivitas guru dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

KEGIATAN YANG PERTEMUAN PERTEMUAN RATA-


NO DI AMATI KRITERIA
1 2 RATA

1 Membuka pelajaran 3 4 3,5 Baik

2 Melakukan
apersepsi dan 4 4 4 Baik
motivasi
3 Menjelaskan tujuan
3 4 3,5 Baik
pembelajaran
4 Mengarahkan siswa
3 4 3,5 Baik
pada masalah
5 Membantu
penyelidikan
3 3 Baik
mandiri atau 3
kelompok
6 Mengembangkan
dan nyajikan
produk/hasil 3 3 3 Baik
penyelesaian
masalah
7 Menganalisis dan
mengevaluaisi
3 3 3
proses pemecahan Baik
masalah
8 Memberi
penguatan
kepada siswa
dan 3 3 3 Baik
menyimpulkan
hasil
pembelajaran
9 Memberikan tugas 3 3 3 Baik

10 Memberikan
informasi 4 4 4 Baik
berikutnya
11 Memanfaatkan
media dan sumber 4 3 3,5 Baik
belajar
12 Latihan/evaluasi 3 4 3,5 Baik
pembelajaran
13 Menutup 3 4 3,5 Baik
pembelajaran

62
Jumlah Total 42 46 44
Presentasi
80,7 88,4 84,6
Keberhasilan
Rata-rata 3,23 3.53 3,38 Sangat Baik
Kriteria Penilaian
A = 4 (sangat baik) B = 3 (baik)
C = 2 (cukup) D = 1 (kurang)

Kegiatan pembelajaran yang di lakukan dengan menggunakan model


problem based learninng pada siklus II terjadi peningkatan yang cukup
memuaskan yang di lakukan oleh guru. Guru sepenuhnya mampu menguasai
model pembelajaran problem based learning hal ini dapat di lihat dari perolehan
hasil kegiatan guru dalam proses pembelajaran saat menggunakan model problem
based learning siklus II yaitu persentase pada pertemuan pertama sebesar 80,77%
dan mengalami peningkatan sebesar 46% sehingga pada pertemuan kedua
menjadi 84,6%. Sedangkan persentase rata-rata siklus II pertemuan pertama dan
kedua adalah 3,38%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa telah terjadi
peningkatan aktivitas guru pada setiap pertemuannya.

d) Hasil Evaluasi/Observasi Hasil Belajar Siswa Siklus II


Dalam proses pembelajaran aktivitas belajar siswa pada siklus II ini
dirangkum dalam lembar observasi yang telah dibuat oleh peneliti dan guru Ilmu
Pengetahuan Sosial sebagai observernya. Adapun data aktivitas belajar siswa
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

KEGIATAN YANG PERTEMUAN PERTEMUAN RATA-


NO KRITERIA
DI AMATI 1 2 RATA

1 Siswa memperhatikan
91% 91% Baik
penjelasan guru 91
2 Siswa bertanya pada
83% 91% Baik
saat berdiskusi 97
3 Siswa bekerja sama
dengan kelompok
untuk berdiskusi 83% 83% 83 Baik
dalam menemukan
masalah

63
4 Siswa mengembangkan
dan menyajikan
hasil karya nya, Siswa
mempersentasikan
hasil diskusi dengan
tampil ke depan kelas 75% 83% 79 Baik
menjelaskan hasil
pemecahan soal yang
telah dikerjakan

5 Siswa menyimpulkan
materi yang telah di 75% 75% 75 Baik
ajarkan
Rata-rata 81,4 80,6 83,0 Cukup

Pada tabel dan grafik pada siklus II diatas dapat dilihat indikator pada
pertemuan pertama yaitu 91%, dan pada pertemuan kedua masih sama yaitu 91%.
Siswa sudah sangat baik dalam memperhatikan dan mendengarkan penjelasan
yang di berikan guru, jika dilihat dari presentasenya yaitu dengan rata-rata 91.
Dari hasil data yang diperoleh dari siklus I, dan II dapat diketahui bahwa
penerapan model pembelajaran Problem Based learning pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I
sebesar 56%, pada siklus II meningkat menjadi 88%, sehingga dengan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa ketercapaian kriteria keberhasilan penelitian
hasil belajar siswa telah tercapai.
Pada indikator kedua yaitu siswa siswa bertanya pada saat berdiskusi,
pada pertemuan pertama yaitu 83% kemudian mengalami peningatan pada
pertemuan kedua presentasenya yaitu 91%. Sebagian besar siswa sudah terbiasa
dengan pembelajaran secara berkelompok dan ketika belum mengerti bertanya
kepada guru, hasil yang di dapat yaitu dengan presentase ratarata 87.
Indikator ketiga yaitu, siswa dapat bekerja sama dengan kelompoknya.
Pada pertemuan pertama presentasenya mencapai 83% dan pada pertemuan kedua
tidak mengalami peningkatan yaitu dengan presentasinya sama sebesar 83%
dengan hasil presentase rata-rata yaitu 83. Pada indikator ini siswa sudah dapat
bekerjasama dalam menyelesaikan suatu pemecahan masalah.

64
Indikator yang keempat yaitu, siswa dapat mengembangkan hasil
karyanya atau dengan menyampaikan hasil diskusi dengan tampil kedepan kelas
pada pertemuan pertama yaitu 75% kemudian pada pertemuan kedua tetap sama
yaitu 83% dengan presentase rata-rata 79 .Sebagian besar siswa sudah mampu
untuk menyajikan hasil pemechan masalah kedepan kelas dengan baik.
Pada indikator kelima yaitu, siswa mampu menyimpulkan materi. Pada
pertemuan pertama yaitu 75% dan pertemuan kedua sama tidak mengalami
peningkatan sehingga di dapat persentasi sebesar 75%, sehingga hasil rataratanya
adalah 75.Siswa sudah sangat baik dalam menyimpulkan materii yang telah di
ajarkan. Setelah diadakan refleksi dan tindakan untuk memperbaiki hasil belajar
siswa pada siklus I, akhirnya pada siklus II ini hasil belajar siswa meningkat
dengan rata-rata yang diperoleh sebesar 83% yang artinya telah mencapai target
yang sudah ditetapkan.

e) Hasil Post test Siswa Pada Model Problem Based Learning.


Pada kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I dan II
telah dilakukan pengambilan data dengan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar
siswa menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning.
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan pada mata
pelajaran Pendidiakan Agama Islam dan Budi pekerti di kelas XII OTKP 1 SMK
KP Baleendah terdapat adanya peningkatan hasil belajar dengan menerapkan
model pembelajaran Problem Based Learning. Berikut merupakan hasil penelitian
yang telah dilaksanakan pada siklus I, dan II
Tabel hasil belajar siswa Siklus I danSiklus II

No NIS Nama Siklus I Siklus II


1 202110255 ASYIFA FITRIYA 82 82
2 202110256 CHELSA ZAHIRA 72 82
3 202110257 CITRA RESTU 78 78
MHARANI
4 202110258 DEA SALSABILA 82 82
5 202110259 DINA GUSTIANI 68 78
6 202110260 EKA AMALIA SARI 68 78

65
7 202110261 FANI OKTAVINAI 78 78
8 202110263 INDRIYANTI AZHARA 78 72
9 202110264 JUNITA PUTRI 82 82
INDIANI
10 202110265 LULU RAHMAWATI 62 62
11 202110266 MEIVA WULANDARI 78 78
12 202110267 MUHAMMAD ARIE 62 62
ALAMSYAH
13 202110268 NIA RAHMAWATI 55 62
14 202110269 PANDU BAIHARI 92 90
KHAUZAN
15 202110270 PUTRI FEBIYANTI 88 88
16 202110273 SALSABILA 68 82
17 202110275 SHYFA DILA FAUZIAH 68 78
18 202110276 SINTIA SAFITRI 72 78
19 202110277 SITI LIDYA 78 78
20 202110278 SITI NURHALIMAH 72 78
21 202110280 TRIA DAMAYANTI 68 78
22 202110282 YULY 68 82
23 212211210 SITI MASITOH 78 90
NILAI TERTINGGI 92 90
NILAI TERENDAH 55 62
RATA-RATA 73,76 78
JUMLAH SISWA TIDAK TUNTAS 12 5
JUMLAH SISWA TUNTAS 4 19
PERSENTASE KETUNTASAN (%) 47,82 82,60

Dari hasil data yang diperoleh dari siklus I dan II dapat diketahui bahwa
penerapan model Problem Based learning pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam tentang sejarah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada
siklus I sebesar 48%, pada siklus II meningkat menjadi 83%, sehingga dengan
data tersebut dapat disimpulkan bahwa ketercapaian kriteria keberhasilan
penelitian hasil belajar siswa telah tercapai.

66
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan yang telah dikemukakan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan model Problem Based Learning pada mata pelajaran Pendidikan agama
islam KELAS XI MIPA 7 SMA NEGERI 1 PANGANDARAN sudah berjalan lancar.
Hal ini ditandai dengan peningkatan keaktifan siswa yang sebelumnya cenderung pasif
setelah diterapkan model pembelajaran ini mulai mengalami peningkatan dalam
keaktifannya di dalam kelassaat pembelajaran sedang berlangsung.
2. Penerapan model Problem Based Learning pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari hasil belajar siswa
yang mengalami peningkatan setelah diadakan tindakan siklus I dan II. Sebelum diadakan
penelitian nilai rata-rata siswa sangat rendah yaitu sebanyak 13 siswa belum tuntas,
sedangkan 10 siswa tuntas belajar. Hasil belajar siswa pada siklus I yaitu nilai rata-rata
kelas 73,78 dan daya serap klasikal 47,82% dan yang belum tuntas 12, kemudian
dilanjutkan ke siklus II dan mengalami peningkatan yang lebih baik, yaitu dengan nilai
rata-rata kelas 78,17 dan daya serap klasikal 82,60 % dengan kriteria tuntas belajar
sebanyak 4 siswa belum tuntas.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, beberapa saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut :
1. Bagi Sekolah
Bagi sekolah yang ingin menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning
penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam memberikan inovasi untuk
peningkatan pelaksanaan pembelajaran yang ada di kelas namun perlu dipertimbangkan
kriteria mata pelajaran sebaiknya mata pelajaran tersebut sesuai karakteristik model
pembelajaran Problem Based Learning.
2. Bagi Guru

67
Bagi guru yang ingin menggunakan model pembelajaran ini diharapkan
mempertimbangkan beberapa hal yaitu , (a) untuk memperhatikan dalam penggunaan
waktu agar sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, (b) guru memilih materi
yang sesuai karakteristik model Problem Based Learning (c) peran guru sangat
dibutuhkan untuk memberi pengarahan pada siswa, agar siswa lebih percaya diri
sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang menjadi lebih baik. Dengan beberapa
pertimbangan tersebut diharapkan pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
3. Bagi Siswa
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada saat model Problem Based Learning
perlu meningkatkan keaktifan dalam bertanya maupun berpendapat agar lebih memahami
materi dan bisa menjadi inovasi pembelajaran siswa untuk meningkatkan hasil belajar.

68
DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nata, Abuddin. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta:

Prenada Media Group, 2009.

Hernawan, Asep Herry. 2008. Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Ratnawulan, Elis dkk. 2015. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Pustaka Setia.

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi
Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

M.Hosnan. 2014. Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21 (kunci
sukses Implementasi kurikulum 2013). Bogor: Ghalia Indonesia.

Wena, Made. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional). Jakarta:Bumi Aksara.

Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hanafiah, Nanang dkk. 2012. Konsep strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.


Sundayana, Rostina. 2015. Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta,

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran:Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:


Rajawali Pers.

Sapriya. 2012. Pendidikan IPS (Konsep dan Pembelajaran). Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Jakarta: CV. Alfabeta.

-----------. 2009. Metodologi Penelitian. Bandung:alfabeta.

-----------. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

-----------. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasi


Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.

Tusriyanto. 2013. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Bandar Lampung: Anugrah Utama
Raharja(AURA).

Anda mungkin juga menyukai