DOSEN PENGAMPU :
DWI AGUS KURNIAWAN, S.Pd.,M.Pd
KELOMPOK 4 :
1. ANDI BERLIANA ( A1C317062 )
2. JUNIKA PURNAMA ( A1C317026 )
3. NUR IKA SANDI PRATIWI ( AIC317016 )
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan
banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Menguasai prinsip-prinsip dan prosedur penggunaan model pembelajaran
kelompok pengolahan informasi: Model PBL( Problem-Based Learning)” dengan baik tanpa
ada halangan yang berarti.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada segenap
pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan
kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , kami selaku penyusun
menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kajian Pustaka 3
2.1.1 Pengertian Pembelajaran 3
2.1.2 Pengertian Problem Based Learning 4
2.1.3 Tujuan Problem Based Learning 12
2.1.4 Karakteristik Model Problem Based Learning 12
2.1.5 Langkah-Langkah Model Problrm Based Learning 20
2.1.6 Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis PBL 24
2.1.7 Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis PBL 26
2.1.8 Keterkaitan PBL dan Hasil Belajar 27
2.1.9 Peran Patisipan Dalam Problem Based Learning 28
2.1.10 Evaluasi dalam Problem Based Learning29
2.1.11 Komponen-komponen dalam Problem Based Learning……………...30
2.2 Kajian Kritis33
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan35
3.2 Saran36
DAFTAR PUSTAKA37
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan pengajar yang
memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai individu yang harus
dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat mematikan potensi peserta didik. Dan
dalam keadaan tersebut peserta didik hanya mendengarkan pidato guru di depan kelas, sehingga
mudah sekali peserta didik merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta didik
tidak paham dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru.
Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model pembelajaran yang
lainnya, Dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah menyodorkan berbagai masalah,
memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya
guru telah menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah
guru menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan
penyelidikan dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses pembelajaran diarahkan agar
peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Model pembelajaran ini
dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas
itu sendiri merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai
masalah.
Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model pembelajaran ini berdasarkan
pada psikologi kognitif yang berakar dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah
laku berkat adanya pengalaman. Melalui model pembelajaran ini peserta didik dapat berkembang
secara utuh, artinya bukan hanya perkembangan kognitif, tetapi peserta didik juga akan
berkembang dalam bidang affektif dan psikomotorik secara otomatis melalui masalah yang
dihadapi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
BAB II
PEMBAHASAN
2. Ketua kelompok.
3. Mendengarkan.
4. Menghargai pendapat teman.
5. Berpikir kritis.
7. Kemampuan berpresentasi.
b. Organizes curriculum around a given holistic problem, enabling student learning in relevant and
connected ways.
c. Creates a learning environment in which teachers coach student thingking and guide student
inquiry, facilitating deeper levels of understanding.
6. Pada proses diskusi PBL terjadi interaksi antar anggota. Proses ini menjadikan
mahasiswa belajar berkomonikasi yang efektif dan toleransi sesama anggota.
8. Pada saat diskusi PBL, mahasiswa akan belajar bagaiamana menyakinkan anggota
lain agar dapat menerima ide-ide yang disampaikan.
7. A change in focus from staff assement of learning outcomes to students self-and
peer assessement.
8. A focus on communication and interpersonal skills which help students understand
that in order to pass on their knowledge, communication skills are necessary and go
beyond their area of tecnical expertise.
Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu (publikasi tahun 2005)
( dalam Saleh, 2013 : 206 ). menjelaskan karakteristik dari PBL, yaitu :
1. Learning is student-centered
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada mahasiswa sebagai
orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana
mahasiswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.
2. Authentic problems from the organizing focus for learning
Masalah yang disajikan kepada mahasiswa adalah masalah yang otentik
sehingga mahasiswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.
3. New information is acquired through self-directed learning
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja mahasiswa belum mengetahui
dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga mahasiswa berusaha
untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.
4. Learning occurs in small groups
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun
pengetahuan secara kolaborativ, maka PBL dilaksakan dalam
kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan
penetapan tujuan yang jelas.
5. Teachers act as facilitators.
Pada pelaksanaan PBL, dosen hanya berperan sebagai fasilitator. Namun, dosen
harus selalu memantau perkembangan aktivitas mahasiswa dan mendorong
mahasiswa agar mencapai target yang hendak dicapai.
Selain itu, Menurut Saleh ( 2013: 206 – 207 ). karakteristik Pembelajaran Berbasis
Masalah dapat dirinci sebagai berikut:
a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang
tidak terstruktur.
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective).
d. Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa, sikap dan
kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang
baru dlam belajar.
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaanya da evaluasi
sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBL.
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.
h. Pengembangan ketrampilan inquiry ( menemukan) dan pemecahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah
permasalahan.
i. Keterbuakaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses
belajar.
j. PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman mahasiswa dan proses belajar.
2. Triger masalah yang dipakai di dalam problem based learning memberikan gambaran
situasi nyata dan memberikan kebebasan pada mahasiswa dalam mencari
pemecahannya.
4. Apa yang terjadi selama belajar mandiri, mahasiswa menerapkan kembali dengan cara
menganalisi ulang penyelesaiannya.
5. Analisis akhir dari kegiatan pemecahan masalah dan diskusi tentang konsep dan
prinsip yang dipelajari merupakan hal yang terpenting.
7. Model pembelajaran yang mencakup keseluruhan, berbagai disiplin ilmu dan subjek
belajar.
13. Kurikulum PBL harus berdasarkan pedagogic dan bukan bagian dari kurikulum didaktik.
Savery (2006: 12-14 ). Each of these essential characteristics has been extended
brienfly to provide additional information and resource:.
PBL is a learner-centered approach – students engage with the problem with whatever
their current knowledge/experience affods. Learner motivation increases when
reponbility for the solution to the problem and the process rests with the learner (Savery
& Duffy, 1995) and as student ownership for learning increases (Savery,1998;1999).
Inherent in the design of PBL is a public articulation by the learners of what they know
and about what they need to learn more. Individuas accept responbility for seeking
relevant information and bringing that back to the group to help inform the development
of a vible solution.
Problems in the real world are ill-structured (or they would not be problems). A critical
skill developed through is the ability to identify the problem and set parameters on the
development of a solution. When a problem is well-structured learners are less
motivated and less invested in the development of the solution.
Barrows notes that during self directed learning, students should be ableto access,
study and integrate information from all the disciplines that might be related to
understanding and resolving a particular problem-just as people in the real world must
recall and aplly information integrated from diverse sources in their work. The rapid
expansion of information has encouranged a cross-fertilization of ideas and led to the
development of new disciplines. Multiple perspectives lead to a more through
understanding of the issues and the development of a robust solution.
4) Collaboration is essential
In the world after most learners will find themselves in jobs where they need to share
information and work productively with others. PBL provides a format for the
development of these essential skills. During a PBL session the tutor will ask question
of any and all members to ensure that information has been shared between members
in relation to the group’s problem.
5) What student learn during ther self- directed learning must be applied back to the
problem with reanalysis and resolution.
The point of self-firected research for individuals to collect information that will inform
the group’s decision-making process in relation to the problem. Is is essential that each
individual share coherently what he or she has learned and how that information might
impact on developing a solution to the problem.
6) A closing analysis of what has been learned from work with the problem and a
discussion of what concepts and principles have been learned are essential.
Given that PBL is very enganging, motivating and involving form of experiential learning,
learners are often very close to the immediate details of the problem and the proposed
solution. The purpose of the post-experience debriefing process (see Steinwachs, 1992;
Thiagarajan, 1993 for details on debriefing) is to consolidate the learning and ensure
that the experience all facets of the PBL process to better understand what they know,
what they learned, and how they perfomed.
7) Self and peer assessment should be carried out at the completion of each problem and
at the end of every curricular unit.
These assessment activities related to the PBL process are closely related to the
previous essential characteristic of refecation on knowledge gains. The significance of
this activity is to reinforce the self-reflective nature of learing and sharpen a range of
metacognitive processing skills.
8) The activities carried out in problem-based learning must be those valued in the real
world.
A relation and guidelines for the selection of authentic problems in PBL is discussed
extensively in savery & Duffy.
9) Students examinations must measure student progress towards the goals of problem-
based learning.
The goals of PBL are both knowledge-based and process-based. Students need to be
assessed on both dimensions at regular intervals to ensure that they are benefiting as
intended from the PBL approach. Students are responsible for the content in the they
have “convered” through engagement with problems. They need to be able to recognize
and articulate what they know and what they have learned.
10) problem-based learning must be the pedagogical base in the curriculum and not part of
a didactic curriculum.
PBL is based on the principles of adult learning. Knowles, the father os adult
learning theory, proposed that a learning environment which is characterized by physical
comfort, mutual respect and freedom of expression is accepted, the learners perceive
learning goals as their own and accept partial responbility for planning amd conducting
the learning sessions and their active participation in the learning process is
encouranged. PBL is usually carried out in small groups of 5 to 10 students each, who
meet two or three times a week for PBL tutorials. The groups are presented with a
clinical problem and in a series of steps, they disuss the possible mechanisms and
causes, develop hypotheses and methods to test them, are presented with further
information, use this new information to refine their hypotheses and finally, reach a
conclusion (Shankar, 2010 : 3249-3250).
e) A focus on the process of knowledge acquisition rather than the products of such a
process.
g) A change in focus from staff assement of learning outcomes to students self-and
peer assessement.
h) A focus on communication and interpersonal skills which help students understand
that in order to pass on their knowledge, communication skills are necessary and go
beyond their area of tecnical expertise.
2 Fase 2:
Mengorganisasikan siswa agar d. Membantu siswa mendefinisikan dan
dapat melakukan penelitian mengorganisasikan tugas-tugas belajar
yang terkait dengan permasalahan yang
dihadapi
.
3 Fase 3:
e. Mendorong siswa untuk mendapatkan
Membantu siswa melakukan informasi yang tepat, melaksanakan
investigasi secara mandiri dan eksperimen, serta mencari penjelasan
Kelompok dan solusi.
4 Fase 4:
f. Membantu siswa dalam merencanakan
Mengembangkan dan dan menyiapkan artefak-artefak yagn
mempresentasikan artefak dan tepat seperti laporan, rekaman video,
exhibit serta model-model.
g. Membantu siswa untuk
. menyampaikannya kepada orang lain.
5 Fase 5:
Menganalisis dan mengevaluasi h. Membantu siswa untuk melakukan
proses-proses dalam mengatasi refleksi terhadap investigasinya serta
masalah proses-proses yang mereka gunakan.
Menurut Efendi (2008 : 125- 126), problem based learning merupakan metode
belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru. Dalam metode ini, peserta didik diberikan suatu
permasalahan. Selanjutnya secara berkelompok (disarankan kelompok kecil : 8-10
orang) mencari solusi atas permasalahan tersebut. Untuk mendapatkan solusi, mereka
diharapkan secara katif mencari informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber.
Informasi dapat diperoleh dari bahan bacaan (literature), narasumber, dan sebagainya.
Untuk dapat memperoleh hasil yang diharapkan, maka terdapat langkah-
langkah yang dilakukan dalam metode PBL.
1. Identifikasi masalah
Isu pembelajaran dapat didefinisikan sebagai pertanyaan yang tak dapat dijawab
dengan pengetahuan yang masih dimiliki mahasiswa. Pada tahap ini mahasiswa harus
menyadari apa yang menjadi isu pembelajaran, baik bagi kelompok maupun tiap
individu.
5. Belajar mandiri
Pada tahap ini harus jelas isu pembelajaran yang menjadi tujuan bagi tiap
mahasiswa. Pada area tertentu, perlu ditentukan bagian yang merupakan bagian dari
belajar mandiri mahasiswa. Hal ini bermanfaat sebelum masuk pertemuan (tutorial)
berikutnya.
6. Re-evaluasi dan penerapan pengetahuan bary terhadap masalah
Hal ini termasuk melakukan review terhadap pembelajaran yang telah diraih,
sekaligus kesempatan bagi kelompok untuk memberikan umpan balik mengenai proses
yang telah berlangsung.
Jensen And Mostrom (2002: 21)Steps in the based learning tutorial process
1. Step one: identify and elarify terms in the case scenario that are unfamiliar
2. Step two: define the problem or problems to be discussed (all views should be
considered)
4. Step four: review move expanations to tentative solutions, record explanations and
restructure if needed
5. Step five: formulate learning objectives group works toword consensusof learning
objectives tutor make sure learning abjectives are focused, achievable, comprehensive,
and appropriate.
6. Step six: private (all students gather information related to each learning objective)
7. Group shares results of private study (students identify their learning resources and
share their results) tutor checks learning and assesses group (scribe records key
findings during each of the process).
d. Motivasi : PBL menyenangkan bagi tutor dan mahasiswa dalam proses melibatkan
mahasiswa dalam proses pembelajaran.
b) Pembelajaran dengan model PBL dianggap lebih menyenangkan dan lebih disukai siswa.
c) Model PBL dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, dan
d) Model PBL dapat memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan pengetahuan yang mereka
miliki ke dalam dunia nyata.
a. Tutor tidak dapat mengajar : tutor merasa nyaman dengan metode tradisional
sehingga kemungkinan PBL akan terasa membosankan dan sulit.
b. Sumber daya manusia : lebih banyak staf yang terlibat dalam proses tutorial.
b. Sebagai sumber pembelajaran untuk informasi yang tidak ditemukan dalam sumber
pembelajarab berupa bahan cetak atau elektronik.
2. Tutor/ fasilitator
Secara umum peran fasilitator adalah memantau dan memastikan kelancaran kerja
kelompok serta melakukan evaluasi terhadap efektivitas proses belajar kelompok.
Secara lebih rinci peran fasilitator adalah sebagi berikut :
a) Pada pertemuan pertama, mengatur kelompok dan menciptakan suasana yang
nyaman.
c) Memberikan materi atau informasi pada saat yang tepat, sesuai dengan perkembangan
kelompok.
d) Memastikan bahwa setiap sesi diskusi kelompok diakhiri dengan self-evaluation.
Menurut Efendi (2008 : 127- 128), tidak selamanya proses belajar dengan metode
PBL berjalan dengan lancar. Ada beberapa hambatan yang dapat muncul. Hal yang
paling sering terjadi adalah kurang terbiasanya peserta didik dan pengajajar dengan
metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan materi konvensional,
di mana pemberian materi hanya terjadi satu arah saja. Faktor penghambat lain adalah
kurangnya waktu. Proses PBL terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak.
Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang
diberikan. Sementara itu, waktu pelaksanaan PBL harus disesuaikan dengan beban
kurikulum. Untuk mengetahui apakah metode PBL berhasil atau tidak, maka dilakukan
proses evaluasi/penilaian. Dalam pembelajaran yang berorientasi pada proses, terdapat
dua komponen pokok yang perlu diperhatikan dalam proses evaluasi.
1. Pengetahuan yang diperoleh mahasiswa
Social system atau sistem sosial ialah proses belajar mengenali, menganalisis dan
mempertibangkan eksistensi dan perilaku siswa dan guru sebagai sebuah istitusi sosial dalam
berbagai ranah dan pebelajaran. Peran guru dn siswa disini lebih dilihat sebagai makhluk sosial
dan bagian dari kelompok kepentingan, bukan sebagai idividu (Andayani, 2015 :136).
Menurut Suradi (2005: 39-40) dalam Japar (2015: 16). Komunikasi antara guru dengan
siswa dapat dibagi dalam lima pola, yaitu:
Principles of reaction atau prinsip reaksi adalah suatu prinsip yang menggambarkan
bagaimana reaksi siswa terhadap aktivitas pembelajaran yang diterapkan guru. Dalam penerapan
sebuah model pembelajaran, reaksis siswa menjadi aktivitas yang terencana, tidak terjadi secara
serta merta. Karena itu guru di tuntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas perilaku-perilaku, sikap-sikap yang akan diperoleh
pada saat dan setelah pembelajaran berlangsung. Demikian pula sebaliknya, guru harus bereaksi
terhadapa aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengrahkan aspek yang sempit
melainkan ke suau kesatuan yang utuh dan bermakna (Andayani,2015 : 137).
Prinsip reaksi model PBMSK. Menurut Joyce, Weil, & Shower (2009) dalam japar
(2015:16). bahwa prinsip reaksi merupakan pedoman bagi guru dalam menghargai dan
merespons stimulus berupa prilaku-prilaku siswa dalam proses pembelajaran.
4. Sistem pendukung model PBL.
Support System atau sistem pendukung adalah komponen-komponen yang menjadi
pendukung dalan penerapan sebuah model pembelajaran. Sistem pendukung ini merupakan
sebuah sistem yang menyediakan kemampuan untuk penyelesaian masalah dan menjamin
terjadinya interaksi guru siswa untuk menyelesaikan permasalahan pembelajaran. Bentuk sistem
pendukung dapat berupa sekumpulan prosedur berbasis model untuk membantu guru dalam
mengambil keputusan dalam pembelajaran (Andayani,2015 : 137-138).
Menurut Joyce & Weil (2009) dalam Japar (2015:16). bahwa yang dimaksud sistem
pendukung adalah segala sarana, bahan, dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model
tersebut (Japar,2015:16).
Menurut Joyce & Weil (2009) dalam Japar (2015:16). Bahwa dampak instruksional
adalah tujuan utama yang bersifat segera/mendesak untuk dicapai (instructional effect) yaitu
hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan para siswa pada tujuan yang
diharapkan sedangkan dampak pengikut/pengiring yaitu hasil belajar lainnya yang dihasilkan
oleh suatu proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami
langsung oleh para siswa tanpa pengarahan langsung dari guru.
Menurut Huriah (2018 : 19-20), di dalam aktivitas diskusi tutorial problem based
learning terdapat tutor dan mahasiswa, juga dibutuhkan beberapa sarana dan
prasarana untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Beberapa fasilitas yang
diperlukan, diantaranya :
1. Ruang diskusi tutor yang berfungsi sebagai tempat transit dan apersepsi antara
penanggung jawab mata kuliah/blok dan tutor. Ruang tutor dilengkapi meja, kursi dan
perlengakapan lainnya yang menunjang kegiatan persiapan tutorial bagi tutor.
2. Buku penilaian kegiatan tutorial yang berfungsi mengevaluasi kesiapan dan keaktifan
dalam pelaksanaan diskusi. Selesai proses diskusi, tutor harus selesai menilai setiap
mahasiswa di buku penilaian tutorial sehingga admin dapat langsung menginput nilai.
3. Sesorang petugas yang bertugas untuk mempersiapkan kebutuhan terkait pelaksanaan
tutorial dan bertugas menginput nilai kegiatan tutorial.
4. Ruang kecil yang cukup nyaman untuk 8 sampai 10 orang, lengkap dengan meja, kursi,
papan tulis, dan penerangan yang cukup. Kondisi ruangan
5. Seperangkat komputer untuk petugas admin yang akan melakukan input nilai kegiatan
tutorial.
6. Perpustakaan mini yang harus dilengkapi dengan referensi baru, sesuai dengan materi
yang dibahas dalam diskusi kelompok. Referensi dapat berupa buku, jurnal, CD-ROM,
kaset video, akses internet. Setelah selesai diskusi kelompok mahasiswa diberi
kesempatan untuk penelusuran pustaka guna mencari informasi terkait dengan modul.
7. Ruang diskusi diluar gedung akan sangat membantu, misalnya taman yang rindang,
sejuk, tidak bising dan dilengkapi dengan tempat duduk melingkar, akan sangat
mendukung tugas mahasiswa dalam upaya self directed learning.
8. Fasilitas wifi atau internet di dalam ruang diskusi yang memungkinkan mahasiswa
maupun dosen untuk mengakses jurnal.
9. E-learning system untuk mengupload kuis atau mini kuis pada pertemuan kedua. E-
Learning juga digunakan untuk mengupload laporan tutorial mahasiswa. Hal ini sangat
penting dalam meningkatkan keaktifan mahasiswa terkait keterlibatab dalam e-
learning.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran merupakan upaya untuk menciptakan suatu kondisi bagi terciptanya suatu
kegiatan belajar yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang
memadai. Untuk mengetahui tercapainya tujuan dari sebuah proses pembelajaran maka perlu
dilakukan evaluasi atau penilaian pada akhir proses pembelajaran. Dalam mencapai tujuan
tersebut maka diperlukan sebuah model pembelajaran yang tepat dan efektif.
Model PBL (Problem-Based Learning) adalah model pembelajaran yang melatih dan
mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah
otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah menyodorkan berbagai masalah,
memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Model pembelajaran
berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan padaproses penyelesaian masalah.
Ciri- ciri dari model pembelajaran berbasis PBL ini anatar lain: aktivitas pembelajaran
diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi PBM menempatkan masalah sebagai
kata kunci dari proses pembelajaran. strategi PBM (Pembelajaran berbasis masalah)
merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam pembelajaran ini tidak
mengharapkan mahasiswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal
materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi PBM mahasiswa aktif berpikir, berkomunikasi,
mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya. pemecahan masalah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Pembelajaran berbasis masala melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran
yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan
belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karir,
dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini.
3.2 Saran
Adapun beberapa saran dari penulis adalah sebagai berikut:
1) Bagi guru mata pelajaran Fisika, penerapan model pembelajaran Fisika berdasarkan masalah
pada proses pembelajaran di kelas, dapat ditrapkan untuk membantu siswa dalam memahami
materi secara lebih mudah dengan cara berdiskusi dan bekerja sama dalam kelompok.
2) Guru dapat menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif yang disesuaikan dengan
materi pembelajaran Fisika.
DAFTAR PUSTAKA