Pengecer
Luar Bogor
1 (4,6%) Tengkulak
1
2 (78,8%) Pengecer 2
Peternak 3 (4,7 %) Bogor 3
3 4 Konsumen
5 ( 0,3 %) 5
4 (11,70%)
Koperasi
Gambar 3. Saluran Tataniaga Kelinci Hias Jenis Lokal di Desa Gunung Mulya
Keterangan :
1). Peternak – Tengkulak – Pengecer Luar Bogor – Konsumen
48
2). Peternak – Tengkulak – Pengecer Bogor – Konsumen
3). Peternek – Pengecer Bogor – Konsumen
4). Peternak – Koperasi – Pengecer Bogor – Konsumen
5). Peternak – Konsumen
Pada saluran 1 dalam tataniaga kelinci hias jenis lokal lembaga tataniaga
yang terlibat adalah peternak, tengkulak dan pengecer luar bogor, jumlah kelinci
hias jenis lokal yang dipasarkan berjumlah 78 ekor per bulan (4,6 persen), dengan
tujuan konsumen Jakarta dan Depok dan dipasarkan di tempat wisata. Pada
saluran 2 dimana lembaga tataniaga yang terlibat meliputi peternak, tengkulak,
dan pengecer Bogor, jumlah kelinci hias lokal yang dipasarkan berjumlah 1.351
ekor per bulan (78,8 persen) dengan tujuan konsumen Bogor dan dipasarkan di
tempat wisata seperti Kebun Raya Bogor dan Pasar di Cibonong (Kompleks
Pemda). Pada saluran 3 lembaga tataniaga yang terlibat adalah peternak dan
pengecer Bogor dengan pembelian 80 ekor per bulan (4,7 persen) dengan tujuan
Konsumen Bogor dan kelinci di jual di Pasar Leweliang dan Pasar Minggu di IPB
Dramaga. Pada saluran 4 lembaga tataniaga yang terlibat adalah peternak,
koperasi dan pengecer Bogor dengan jumlah pembelian kelinci 200 ekor per bulan
(11,7 persen) dengan penjualan kepada konsumen Bogor yang berlokasi di Kebun
Raya Bogor dan Cibinong. Pada saluran 5 lembaga tataniaga yang terlibat dalam
tataniaga kelinci hanya peternak. Dimana pada saluran ini konsumen akhir
langsung datang berkunjung di Desa Gunung Mulya dan membeli kelinci dengan
jumlah yang relatif sedikit yaitu 5 ekor per bulan (0,3 persen). Jumlah total kelinci
kelinci hias jenis lokal yang dipasarkan adalah sebanyak 1.714 ekor per bulan.
49
Pengecer 20%
Luar
1
Tengkulak 40% 2 2
Konsumen
1 2
3
Peternak
Pengecer 20%
3 Bogor
Koperasi
Pada saluran 1 dalam tataniaga kelinci hias jenis luar, lembaga yang terlibat
adalah peternak, tengkulak dan pengecer luar Bogor dengan pembelian kelinci
jenis hias luar per bulan adalah 20 ekor (20 persen), dengan tujuan konsumen
Jakarta dan Depok dan dipasarkan di tempat wisata. Pada saluran 2 lembaga
tataniaga yang terlibat meliputi peternak, tengkulak dan pengecer Bogor dengan
jumlah pembelian 40 ekor per bulan (40 persen), dengan tujuan konsumen Bogor
terutama di tempat wisata seperti Kebun Raya Bogor dan Pasar Cibinong. Pada
saluran 3 lembaga tataniaga yang terlibat meliputi peternak, koperasi dan
pengecer Bogor dengan jumlah kelinci yang dijual adalah 20 ekor per bulan (20
persen), dengan tujuan yang sama pada saluran 2. Jumlah total kelinci jenis hias
luar adalah 100 ekor per bulan.
Pengecer 18,8
Luar Bogor 3
3 1
Koperasi 62,5% Konsumen
peternak
1 1 1
2
Pengecer 18,8% 2
Bogor 2
Pada saluran 1 dalam tataniaga kelinci jenis pedaging, lembaga yang terlibat
adalah peternak, koperasi dan pengecer luar Bogor dengan pembelian olahan
daging kelinci per bulan adalah 15 kilogram (18,8 persen), dengan tujuan
konsumen Jakarta. Pada saluran 2 lembaga tataniaga yang terlibat meliputi
peternak dan koperasi dengan jumlah penjualan 50 kilogram per bulan (62,5
persen), dengan tujuan konsumen Bogor. Pada saluran 2 kopersi menjual olahan
daging kelinci langsung ke konsumen Bogor. Pada saluran 3 lembaga tataniaga
yang terlibat meliputi peternak, koperasi dan pengecer Bogor dengan jumlah
kelinci yang dijual adalah 15 kilogram (18,8 persen), dengan tujuan konsumen
Jakarta. Jumlah total olahan daging kelinci berupa nugget yang dipasarkan adalah
sebanyak 80 kilogram per bulan.
53
Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pengecer meliputi penggungan risiko dan
informasi pasar. Biasanya dalam proses pengangkutan sebelum kelinci di jual
kepada pengecer, ada kelinci yang sakit dan mati sehingga pengecer yang harus
menganggung risikonya. Fungsi fasilitas berupa informasi pasar terkait dengan
harga dapat diketahui dengan jelas informasinya saat terjadi transaksi di pasar.
54
Tabel 12. Fungsi Tataniaga Pada Setiap Saluran Kelinci Hias Lokal di Desa
Gunung Mulya
Saluran dan Fungsi-fungsi Tataniaga
Lembaga
tataniaga
Pertukaran Fisik Fasilitas
Jual Beli Simpan Angkut Pengolah Standari Risiko Informasi
sasi Pasar
Saluran I
Peternak - - -
Tengkulak - -
Pengecer LB - - -
Saluran II
Peternak - - -
Tengkulak - -
Pengecer B - - -
Saluran III
Peternak - - -
Pengecer B - - -
Saluran V
Peternak - - -
Koperasi -
Pengecer B - - -
Saluran V
Peternak - - -
Katerangan :
: Dilakukan - : Tidak dilakukan
Pengecer B : Pengecer Bogor Pengecer LB : Pengecer Luar Bogor
6.2.2 Fungsi Tataniaga Kelinci Hias Jenis Luar di Desa Gunung Mulya
a) Peternak Kelinci Hias Jenis Luar di Desa Gunung Mulya
Peternak kelinci hias jenis luar seperti Angora, Rex dan bulu karpet di desa
Gunung Mulya melakukan fungsi tataniaga yaitu fungsi pertukaran, fisik dan
fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan yaitu pembelian bibit/induk kelinci
jenis hias luar di Pasar Bogor atau kepada tengkulak dan penjualan anakan kelinci
jenis hias luar kepada tengkulak, koperasi dan pengecer Bogor. Harga bibit/ induk
kelinci betina Rp 300-1.000.000 per ekor tergantung dari jenis kelinci hias jenis
luar yang akan dibudidayakan, sedangkan bibit jantan Rp 25.000 per ekor, anakan
yang dijual harganya antara Rp 50-55.000 per ekor (umur 3-4 minggu). Fungsi
55
fisik meliputi penyimpanan kelinci sampai kelinci siap dijual sehingga peternak
mengeluarkan biaya untuk penyimpanan yaitu biaya pembuatan kandang dan
pemberian pakan.
Fungsi fasilitas yang dilakukan meliputi penganggungan risiko dan informasi
pasar, dimana kadang terjadi kehilangan kelinci atau kelinci mati pada saat kelinci
siap dijual. Sedangkan informasi pasar tentang harga, permintaan dan biaya terkait
dengan kelinci hias jenis lokal dapat diketahui dengan jelas oleh peternak melalui
pertukaran informasi dari sesama peternak atau informasi dari tengkulak dan
pengecer.
56
kelinci hias jenis lokal adalah 40 ekor per bulan, dimana 20 ekor langsung dijual,
sisanya 20 ekor untuk dibesarkan. Fungsi fisik yang dilakukan yaitu penyimpanan
dan pengangkutan. Fungsi pengangkutan dilakukan pada saat proses pemanenan
dan kelinci di simpan di rumah/ kandang pengurus koperasi. Koperasi
mengeluarkan biaya untuk penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan.
Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh koperasi meliputi standarisasi,
penggungan risiko dan informasi pasar. Standarisasi yang dilakukan oleh koperasi
yaitu membeli kelinci hias jenis luar dengan umur 1 bulan, hal ini berbeda dengan
tengkulak yang membeli kelinci pada umur 3 minggu. Selain itu, biasanya dalam
proses pengangkutan dan penyimpanan sebelum kelinci di jual kepada pengecer,
ada kelinci yang sakit dan mati sehingga koperasi yang harus menganggung
risikonya. Fungsi fasilitas berupa informasi pasar terkait dengan harga dapat
diketahui dengan jelas informasinya dari pengecer.
57
dilakukan oleh tengkulak yaitu pembelian anakan kelinci jenis hias lokal dengan
harga Rp 65.000 per ekor dan di jual kepada konsumen luar Bogor dengan harga
Rp 85.000 per ekor. Fungsi fisik yang dilakukan yaitu pengangkutan. Fungsi
pengangkutan dilakukan pada saat pengecer membeli kelinci dari peternak,
tengkulak maupun koperasi. Pengecer mengeluarkan biaya untuk pengangkutan.
Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pengecer meliputi penggungan risiko dan
informasi pasar. Biasanya dalam proses pengangkutan sebelum kelinci di jual
kepada konsumen, ada kelinci yang sakit dan mati sehingga pengecer yang harus
menganggung risikonya. Fungsi fasilitas berupa informasi pasar terkait dengan
harga dapat diketahui dengan jelas informasinya saat terjadi transaksi di pasar.
Fungsi tataniaga kelinci hias jenis luar yang dilakukan oleh lembaga tataniaga
dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Fungsi Tataniaga Pada Setiap Saluran Kelinci Hias Luar di Desa
Gunung Mulya
Saluran Fungsi-fungsi Tataniaga
dan
Lembaga
tataniaga
Pertukaran Fisik Fasilitas
Jual Beli Simpan Angkut Pengolah Standaris Risiko Informasi
asi Pasar
Saluran 1
Peternak - - -
Tengkulak - -
Pengecer - - -
LB
Saluran 2
Peternak - - -
Tengkulak - -
Pengecer B - - -
Saluran 3
Peternak - - -
Koperasi - -
Pengecer B - -
Katerangan :
: Dilakukan - : Tidak dilakukan
Pengecer B : Pengecer Bogor Pengecer LB : Pengecer Luar Bogor
58
6.2.3 Fungsi Tataniaga Kelinci Jenis Pedaging di Desa Gunung Mulya
60
Tabel 14. Fungsi Tataniaga Pada Setiap Saluran Kelinci Pedaging di Desa
Gunung Mulya
Saluran dan Fungsi-fungsi Tataniaga
Lembaga
tataniaga
Pertukaran Fisik Fasilitas
Jual Beli Simpan Angkut Pengolah Standarisasi Risiko Informasi
Pasar
Saluran I
Peternak - - -
Koperasi
Pengecer LB - - -
Saluran II
Peternak - - -
Koperasi
Saluran III
Peternak - - -
Koperasi
Pengecer B - - -
Katerangan :
: Dilakukan - : Tidak dilakukan
Pengecer B : Pengecer Bogor Pengecer LB : Pengecer Luar Bogor
61
tentang informasi harga yang diperoleh dari sesama peternak kelinci atau
pedagang pengumpul (tengkulak).
62
harga produk sejenis yang ada dipasaran. Informasi harga selalu diperolah dari
pengecer kelinci dan agen (frezeer point) dalam dan luar Bogor.
63
6.4 Perilaku Pasar
Perilaku pasar merupakan tingkah laku lembaga tataniaga dalam struktur
pasar tertentu, sehingga struktur pasar yang terbentuk sangat mempengaruhi
perilaku setiap lembaga tataniaga yang terlibat. Analisis perilaku pasar dapat
diketahui dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian yang dilakukan
oleh masing-masing lembaga tataniaga, sistem penentuan harga, sistem
pembayaran dan kerjasama diantara berbagai lembaga tataniaga.
64
Untuk pengecer luar Bogor biasanya kelinci di bawa ke Depok dan Jakarta dan
dijual ke tempat-tempat wisata.
Kelinci jenis pedaging, peternak menjual dalam hitungan berat tubuh
kelinci (bobot hidup). Biasanya kelinci langsung dijual pada koperasi pada hari
yang sama dengan pembelian kelinci anakan jenis hias lokal. Namun kelinci
pedaging oleh koperasi terlebih dahulu diolah kemudian dijual sendiri koperasi
atau oleh melalui agen (freezer point) dalam bentuk olahan daging kelinci
setengah jadi.
66
atau pada saat penjualan kelinci telah habis terjual. Sistem pembayaran panjer
yang dilakukan kepada peternak dengan pesentase 12 persen.
Sistem pembayaran yang dilakukan dengan kelinici baik itu kelinci hias
jenis lokal, luar dan pedaging biasanya dilakukan oleh peternak kepada koperasi,
misalnya pada saat peternak dalam keadaan sangat membutuhkan uang untuk
membeli pakan bagi kelinci, maka peternak biasanya datang ke koperasi dan
meminjam uang ke koperasi. Kemudian koperasi membantu untuk menyediakan
kebutuhan peternak sehingga peternak berhutang pada koperasi dan sebagai
pengembalian pinjaman, koperasi tidak minta dibayarkan/dikembalikan dengan
uang, namun pada saat panen kelinci peternak harus menjual kelincinya pada
koperasi. Persentase dari sistem pembayaran dengan kelinci adalah 8 persen.
69
di keluarkan dengan kapasitas kelinci 40 ekor per bulan adalah Rp 2.306,3 per
ekor.
Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh koperasi untuk kelinci pedaging terdiri
dari biaya pengangkutan, pengemasan, penyimpanan dan pengolahan. Produk
olahan yang dihasilkan oleh koperasi dari daging kelinci adalah nugget, baso, dan
cilok. Namun pada penelitian ini diasumsikan bahwa koperasi hanya
memproduksi nugget salama masa produksi. Biaya pengolahan untuk empat kali
produksi dalam satu bulan terdiri dari biaya bahan baku (kelinci 40 kilogram) Rp
740.000, bumbu Rp 100.000 dan tenaga kerja Rp 240.000 (jam kerja 24 jam
dalam 4 kali produksi atau 1 bulan, seminggu 6 jam kerja, sehingga total biaya
pengolahan adalah Rp 1.230.000/4 kali produksi = Rp. 307.500. Untuk biaya
pengangkutan Rp 40.000, pengemasan, Rp 10.000 dan biaya penyimpanan Rp
25.000, sehingga total biaya yang dikeluarkan koperasi untuk mengolah 1
kilogram daging kelinci 2 kilogram nugget adalah Rp 9.562,5 per kilogram
daging kelinci.
70
Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pengecer bogor untuk kelinci hias jenis
lokal dengan tujuan penjualan ke Kebun Raya Bogor dan Cibinong dengan
pembelian yang berasal dari koperasi dengan jumlah pembelian 200 ekor per
bulan, biaya yang dikeluarkan meliputi biaya penyimpanan Rp 20.000, biaya
pengangkutan Rp 80.000, biaya pengemasan Rp 30.000 dan biaya retribusi Rp
20.000 sehingga biaya pengecer bogor dengan tujuan penjualan Kebun Raya
Bogor dan Cibinong dengan pembelian dari koperasi adalah Rp 750 per ekor.
Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pengecer luar bogor untuk kelinci jenis
hias lokal dengan tujuan Jakarta dan Depok dengan jumlah pembelian 78 ekor per
bulan yang berasal dari tengkulak meliputi biaya penyimpanan Rp 10.000, biaya
pengangkutan Rp 160.000, biaya pengemasan Rp 45.000 dan biaya retribusi Rp
20.000 sehingga total biaya yang dikeluarkan oleh pengecer luar bogor adalah Rp
3.012,8 per ekor.
Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pengecer Bogor dengan pembelian 40
ekor kelinci jenis hias luar dimana pembelian dari tengkulak dengan tujuan Kebun
Raya Bogor dan Cibinong, biaya yang dikeluarkan yaitu biaya pengangkutan Rp
40.000, biaya pengemasan Rp 15.000, biaya retribusi Rp 20.000, sehingga total
biaya yang dikeluarkan pengecer dalam memasarkan kelinci hias jenis luar adalah
Rp 1.875 per ekor.
Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pengecer Bogor dengan pembelian 40
ekor kelinci hias dimana pembelian dari koperasi dengan tujuan Kebun Raya
Bogor dan Cibinong, biaya yang dikeluarkan yaitu biaya pengangkutan Rp
40.000, biaya pengemasan Rp 15.000, biaya retribusi Rp 20.000, sehingga total
biaya yang dikeluarkan pengecer dalam memasarkan kelinci hias jenis luar adalah
Rp 1.875 per ekor.
Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pengecer luar Bogor dengan pembelian
dari tengkulak yang berjumlah 20 ekor kelinci hias luar per bulan, biaya yang
dikeluarkan meliputi biaya pengangkutan Rp 80.000, biaya pengemasan Rp
15.000, biaya retribusi Rp. 20.000 sehingga total biaya yang dikeluarkan oleh
pengecer luar bogor untuk kelinci hias jenis luar adalah Rp 5.750 per ekor.
71
e) Biaya di tingkat Pengecer (Freezer point) untuk kelinci pedaging
Biaya yang dikeluarkan oleh pengecer dalam Bogor (Freezer point) dalam
memasarkan olahan daging kelinci yaitu nugget yang dibeli dari koperasi dengan
jumlah 15 kilogram nugget dengan tujuan Konsumen Bogor. Biaya yang
dikeluarkan meliputi biaya pengangkutan, biaya pengemasan dan biaya
penyimpanan. Biaya pengangkutan Rp 30.000, biaya penyimpanan Rp 15.000 dan
biaya pengemasan Rp 15.000 sehingga total biaya yang dikeluarkan oleh pengecer
yang memasarkan olahan daging kelinci berupa nugget ke daerah Bogor sebesar
Rp 4.000 per kilogram.
Biaya yang dikeluarkan oleh pengecer luar Bogor (Freezer point) dalam
memasarkan olahan daging kelinci yaitu nugget yang dibeli dari koperasi dengan
jumlah 15 kilogram nugget dengan tujuan konsumen Jakarta. Biaya yang
dikeluarkan meliputi biaya pengangkutan, biaya pengemasan dan biaya
penyimpanan. Biaya pengangkutan Rp 80.000, biaya penyimpanan Rp 15.000 dan
biaya pengemasan Rp 10.000 sehingga total biaya yang dikeluarkan oleh pengecer
yang memasarkan olahan daging kelinci berupa nugget ke daerah Bogor sebesar
Rp 7.333,3 per kilogram. Rincian Biaya tataniaga kelinci baik itu kelinci hias
jenis lokal, jenis luar dan kelinci pedaging untuk semua lembaga tataniaga kelinci
di Desa Gunung Mulya dapat dilihat pada lampiran 4.
72
a) Margin Tataniaga Kelinci Hias Jenis Lokal di Desa Gunung Mulya
Margin tataniaga kelinci hias jenis lokal di Desa Gunung Mulya terdiri dari
lima saluran tataniaga. Margin tataniaga kelinci hias jenis lokal dapat dilihat pada
Tabel 15.
Pada saluran 1 total margin tataniaga yang didapat adalah Rp 16.875 per ekor
kelinci hias jenis lokal. Margin pada pola 1 merupakan margin tertinggi pertama
sama dengan margin tataniaga pada saluran 2 dan 4. Pada pola saluran 1 margin
tataniaga tertinggi di ambil oleh pengecer yaitu sebesar Rp 10.000 per ekor (59,3
persen), hal ini karena biaya yang dikeluarkan oleh pengecer lebih besar yaitu Rp
3.012,8 per ekor karena jarak yang ditempuh pengecer yaitu ke Jakarta dan Depok
serta jumlah kelinci yang dibeli relatif sedikit yaitu 78 ekor per bulan, sehingga
pengecer mendapatkan keuntungan terbesar Rp 6.987,2 per ekor di bandingkan
keuntungan tengkulak Rp 4.842. Margin tataniaga tertinggi kedua saluran 1 pada
tengkulak sebesar Rp 5.000 per ekor (29,6 persen), margin terendah yaitu pada
peternak sebesar Rp 1.875per ekor (11 persen).
Tabel 15. Margin tataniaga kelinci hias lokal di Desa Gunung Mulya
Lembaga Saluran 1 % Saluran 2 % Saluran 3 % Saluran 4 % Saluran 5 %
(Rp/ekor) (Rp/ekor) (Rp/ekor) (Rp/ekor) (Rp/ekor)
Peternak
Harga Beli 8.125 8.125 8.125 8.125 8.125
Biaya pemeliharaan 1.562,5 1.562,5 1.562,5 1.562,5 1.562,5
Harga Jual 10.000 10.000 11.000 12.000 12.000
Keuntungan 312,5 312,5 1.312,5 2.312,5 2.312,5
Margin 1.875 11 1.875 11 2.875 24,2 3.875 22,9 3.875 100
Tengkulak
Harga Beli 10.000 10.000
Biaya tataniaga 176,3 176,3
Harga Jual 15.000 15.000
Keuntungan 4.827,4 4.827,4
Margin 5.000 29,6 5.000 29,6
Koperasi
Harga Beli 12.000
Biaya tataniaga 1.086,3
Harga Jual 17.500
Keuntungan 4.413,7
Margin 5.500 32,6
Pengecer
Harga Beli 15.000 15.000 11.000 17.500
Biaya tataniaga 3.012,8 240,6 1.312,5 750
Harga Jual 25.000 25.000 20.000 25.000
Keuntungan 6.987,2 9.733,6 7.687,5 6.750
Margin 10.000 59,3 10.000 59,3 9.000 75,8 7.500 44,4
Total Biaya 4.751,60 1.979,40 2.875 3.398,8 1.562,5
Total Keuntungan 12.123,40 14.895,60 9.000 13.476,2 2.312,5
Total Margin 16.875 100 16.875 100 11.875 100 16.875 100 3.875 100
73
Margin total pada saluran 2 merupakan margin tertinggi pertama atau
sama dengan margin saluran 1 dan 4. Pada saluran ini kelinci hias jenis lokal di
pasarkan di Bogor tepatnya di Kebun Raya Bogor dan Cibinong ( Kompleks
Pemda). Margin tataniaga tertinggi pada saluran ini diambil oleh pengecer Bogor
yaitu sebesar Rp 10.000 per ekor kelinci (59,3 persen). Tingginya margin
tataniaga pada pengecer karena biaya yang dikeluarkan relatif tinggi yaitu Rp
240,6 per ekor dibandingkan tengkulak yaitu Rp 176,3 per ekor sehingga
pengecer mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan tengkulak.
Margin tataniaga tertinggi kedua di ambil oleh tengkulak Rp 5.000 (29, persen)
dan margin tataniaga terendah diambil oleh peternak yaitu Rp 1.875 per ekor
(11,1 persen).
Margin total pada saluran 3 merupaka margin tertinggi kedua yaitu sebesar
Rp 11.875 per ekor (75,8 persen), hal ini karena lembaga pemasaran yang terlibat
pada saluran ini hanya 1 yaitu pengecer Bogor dengan target konsumen di Pasar
Leweliang dan IPB Dramaga. Margin tataniaga terendah diambil oleh peternak
yaitu Rp 2.875 per ekor (24,2 persen).
Margin total pada saluran 4 merupakan margin tertinggi pertama sama
dengan margin total saluran 1 dan 2. Margin tataniaga tertinggi pada saluran ini
diambil oleh pengecer dengan target pasar sama dengan saluran 2. Margin
tataniaga pengecer Bogor sebesar Rp 7.500 per ekor (44,4 persen). Margin
tertinggi kedua diambil oleh koperasi yaitu sebesar Rp 5.500 (32,6 persen), dan
margin terendah diambil oleh peternak yaitu Rp 3.875 (22,9 persen).
Margin total pada saluran 5 merupakan margin yang paling rendah
diantara kelima saluran tataniaga kelinci hias jens lokal. Hal ini karena tidak ada
lembaga tataniaga yang telibat sehingga semua margin Rp 3.875 per ekor (100
persen) diambil oleh peternak. Namun penjualan pada saluran ini bukan prioritas
karena jumlah penjualan sangat sedikit yaitu 5 ekor per bulan.
74
Tabel 16. Margin tataniaga kelinci hias luar
Lembaga Saluran 1 % Saluran 2 % Saluran 3 %
(Rp/ekor) (Rp/ekor) (Rp/ekor)
-Peternak
Harga Beli 40.625 40.625 40.625
Biaya pemeliharaan 2.500 2.500 2.500
Harga Jual 50.000 50.000 55.000
Keuntungan 6.875 6.875 11.875
Margin 9.375 21,1 9.375 21,1 14.375 41,8
-Tengkulak
Harga Beli 50.000 50.000
Biaya tataniaga 1.125 1.125
Harga Jual 65.000 65.000
Keuntungan 13.875 13.875
Margin 15.000 33,8 15.000 33,8
-Koperasi
Harga Beli 55.000
Biaya tataniaga 2.306,3
Harga Jual 65.000
Keuntungan 7.693,7
Margin 10.000 29,1
-Pengecer
Harga Beli 65.000 65.000 65.000
Biaya tataniaga 5.750 1.875 1.875
Harga Jual 85.000 75.000 75.000
Keuntungan 14.250 8.125 8.125
Margin 20.000 45,1 10.000 29,1 10.000 29,1
Total Biaya 9.375 5.500 6.681,3
Total Keuntungan 35.000 28.875 27.693,7
Total Margin 44.375 100 34.375 100 34.375 100
75
Margin total pada saluran 3 merupakan margin total terendah atau sama
dengan margin total saluran 2 yaitu Rp 34.375 per ekor pada tataniaga kelinci hias
jenis luar. Margin tataniaga tertinggi pada saluran ini terdapat pada lembaga
peternak yaitu Rp 14.375 per ekor (41,8 persen). Hal ini karena tingginya harga
jual yang ditentukan oleh koperasi yaitu sebesar Rp 55.000 per ekor pada saluran
ini sehingga peternak mendapatkan keuntungan tertinggi yaitu Rp 11.875 per ekor
dibandingkan koperasi yaitu Rp 7.693,7 per ekor dan pengecer Rp 8.125 per ekor.
Margin tataniaga tertinggi kedua dan ketiga pada lembaga ini yaitu sama Rp
10.000 (29,1 persen) pada lembaga tengkulak dan pengecer.
77
konsumen atau harga penjualan ditingkat lembaga tataniaga tertinggi, umumnya
dinyatakan dalam persentase. Bagian harga yang diterima oleh petani merupakan
konsep balas jasa atas kegiatan yang dilakukan peternak dalam memelihara
kelinci. Besarnya farmer’s share pada kelinci hias jenis lokal dapat dilihat pada
Tabel 18.
78
b) Bagian harga yang diterima peternak kelinci hias jenis luar
Bagian harga yang diterima oleh petani atau farmer’s share merupakan
perbandingan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh
konsumen atau harga penjualan ditingkat lembaga tataniaga tertinggi, umumnya
dinyatakan dalam persentase. Besarnya farmer’s share pada kelinci hias jenis luar
dapat dilihat pada Tabel 19.
79
dinyatakan dalam persentase. Besarnya farmer’s share pada kelinci pedaging
dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Farmer share pada kelinci pedaging
Saluran Harga di Tingkat Harga di Tingkat Farmer’s share (%)
Petani (Rp/ekor) pengecer (Rp/ekor)
1 18.500 70.000 26,4
2 18.500 80.000 23,1
3 18.500 88.000 21,0
80
6.6.3 Rasio Keuntungan dan Biaya
Rasio keuntungan dan biaya digunakan untuk mengetahui penyebaran
keuntungan dan biaya pada setiap lembaga tataniaga yang terlibat pada masing-
masing saluran tataniaga Kelinci hias jenis lokal, hias luar dan pedaging di Desa
Gunung Mulya. Rasio ini menunjukkan besarnya keuntungan yang diperoleh yang
diperolah suatu lembaga tataniaga terhadap biaya tataniaga dikeluarkan oleh
lembaga tataniaga pada satu pola saluran pemasaran. Semakin tinggi nilai rasio
yang diperolah dapat menujukkan semakin besar keuntungan yang didapatkan
oleh lambaga tataniaga yang terlibat. Rasio keuntungan biaya pada tataniaga
kelinci hias jenis lokal dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Rasio Keuntungan dan Biaya pada Kelinci Hias Jenis Lokal
Saluran Lembaga Keuntungan Biaya Rasio Keuntungan
Tataniaga (Rp/ekor) (Rp/Ekor) terhadap biaya
1 Tengkulak 4.617,8 172,6 26,8
Pengecer 6.987,2 3.021,8 2,3
2 Tengkulak 4.617,8 172,6 26,8
Pengecer 9.733,6 266,4 36,5
3 Pengecer 7.687,5 1.312,5 5,9
4 Koperasi 4.413,7 1.086,3 4,1
Pengecer 6.750 750 9
5 Peternak 2.312,5 1.562,5 1,5
81
Tabel 22. Rasio Keuntungan dan Biaya pada Kelinci Hias Jenis Luar
Saluran Lembaga Keuntungan Biaya Rasio keuntungan
Tataniaga (Rp/Ekor) (Rp/Ekor) terhadap biaya
1 Tengkulak 13.875 1.125 12,3
Pengecer 14.250 5.750 2,4
2 Tengkulak 13.875 1.125 12,3
Pengecer 8.125 1.875 4,3
3 Koperasi 7.693,7 2.306,3 3,3
Pengecer 8.125 1.875 4,3
Berdasarkan tabel terlihat bahwa rasio keuntungan dan biaya terbesar pada
tataniaga kelinci jenis pedaging terdapat pada saluran 1,2 dan 3 yaitu pada
koperasi sebesar 4,4. Rasio keuntungan sebesar 4,4 berarti bahwa setiap Rp 1 per
kilogram biaya tataniaga yang dikeluarkan akan mendapatkan keuntungan sebesar
Rp 4,4 per kilogram daging kelinci. Nilai rasio keuntungan biaya terkecil terdapat
pada saluran 2 dan 3 yaitu pada pengecer dalam dan luar Bogor sebesar 1,5 yang
artinya dari biaya Rp 1 per kilogram olahan daging kelinci akan mendatangkan
keuntungan hanya sebesar Rp 1,5 per kilogram.
82
Untuk melihat efisiensi dari sisi petani, maka diantara ketiga jenis kelinci
yang dibudidayakan di Desa Gunung Mulya, kelinci jenis hias luar yang paling
efisien, karena memiliki farmer’s share tertinggi yaitu antara 58,8-73,3 persen.
Sedangkan untuk melihat efisiensi operasional, menurut Ratna Winandi dalam
Buku Bunga Rampai Agribisnis Seri Pemasaran, indikator yang paling tepat
digunakan adalah menggunakan ratio keuntungan dan biaya. Pada penelitian
tentang tataniaga kelinci di Desa Gunung Mulya, saluran yang paling efisien dari
segi operasional adalah saluran 2 pada tataniaga kelinci hias jenis lokal pada
lembaga pengecer yaitu sebesar 36,5 yang berarti dari Rp 1 biaya yang
dikeluarkan dalam tataniaga kelinci hias jenis lokal akan mendapatkan
keuntungan sebesar Rp 36,5 per ekor kelinci hias jenis lokal.
83