Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS DISTRIBUSI PEMASARAN IKAN AIR TAWAR

HASIL USAHA BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG (KJA)


DI KOTA PONTIANAK

Suparmin, Novira Kusrini dan Eva Dolorosa


Fakultas Pertanian, Program Magister Manajemen Agribisnis,
Universitas Tanjungpura Pontianak

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis distribusi margin pemasaran
dari setiap pola saluran pemasaran, mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi margin pemasaran, mengetahui tingkat efisiensi pola saluran pemasaran
ditinjau dari Indeks Efisiensi Ekonomis (IEE), mengetahui tingkat elastisitas transmisi
harga (Et) dan struktur pasar ikan mas hasil usaha budidaya keramba jaring apung
(KJA) di Kecamatan Pontianak Timur Kelurahan Parit Mayor kota Pontianak. Metode
dasar yang digunakan dalam penelitian ini berupa metode survey. Lokasi penelitian
ditentukan dengan metode purposive sampling yaitu menentukan lokasi secara sengaja
di Kecamatan Pontianak Timur dengan pertimbangan bahwa di kota Pontianak, daerah
ini merupakan sentra budidaya ikan air tawar dengan system keramba jaring apung
khususnya di Kelurahan Parit Mayor karena kegiatan budidaya ikan telah dilakukan
sejak tahun 2005. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa terdapat 2 (dua)
lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ikan hasil dari keramba jaring apung
(KJA) yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, membentuk 2 (dua) pola
saluran pemasaran yaitu: Petani → pengumpul → pengecer → konsumen, dan Petani →
pengecer → konsumen. Distribusi margin pemasaran pada pola saluran pemasaran 1
(kesatu) tidak merata. Pada pola saluran pemasaran 2 (kedua) diperoleh margin
pemasaran tertinggi yaitu Rp9.500- dan farmer share terendah yaitu: 73,23%. Factor-
faktor yang mempengaruhi margin pemasaran ikanmas meliputi: variable harga jual
ikan (X1) dan variable jumlah lembaga pemasaran (X2). Nilai indeks efisiensi
Ekonomis (IEE) tertinggi pada pola saluran 2 (kedua) yaitu: 4,27. Nilai elastisitas
transmisi harga (Et) sebesar 0,2968. Nilai Et < 1, di artikan bahwa perubahan harga
sebesar 1 persen berdampak pada perubahan harga di petani kurang dari 1 persen atau
0,2968 persen. Elastisitas transmisi harga (Et) bersifat in-elastis dan struktur pasar
mengarah ke pasar struktur pasar monopsoni.

Kata Kunci: distribusi, marjin, pemasaran, ikan mas

Abstract: The purpose of this study was to analyze the distribution of marketing margin
so feach marketing channel pattern, determine the factors that influence the marketing
margin, Determine the level of efficiency in terms of the pattern of marketing channels
Economic Efficiency Index (IEE), determine the level of price transmission elasticity
(Et) and market structure results of the cultivation of carp floating cages (KJA) in the
East Village District Ditch Major Pontianak Pontianak city. The basic method used in
this research is a method of survey research location is determined by purposive
sampling method to determine the location of the accident in the Eastern District of
69
70
Pontianak on the basis tha tin the city of Pontianak, This area is the center of
freshwater fish farming in floating cages systeme specially in the Village Ditch Major
for fish farming activities have been conducted since 2005.The result obtained shows
that there are two (2) marketing boards engaged in fish marketing keramba net
proceeds from the float (KJA) that distributor sand retailers traders, establish
marketing channels are 2 patterns: Farmers → collector → retailer → consumer
gatherers, and farmers → retailer → consumer. Distribution of marketing margins in
the marketing channel pattern 1 (unity) is uneven. In marketing channel pattern 2
(second) earned the highest marketing margin that is Rp9.500,- and the lowest share
farmer, namely: 73.23%. The factors that influence the marketing margin carp include:
variable selling price of fish (X1) and a variable number of marketing agencies (X2).
Economic efficiency index values(IEE) at the highest pattern of channel 2 (two) are:
4.27. The elasticity ofprice transmission (Et) of 0.2968. Etvalues < 1, in mean that a 1
percent change in price impact of price changes on farmers less than 1 percent, or
0.2968 percent. Price transmission elasticity (Et) is in-elastic and market structure
leads to market monopsony market structure.

Keywords: distribution, margins, marketing, goldfish.

LATAR BELAKANG Usaha perikanan merupakan sistem


agribisnis yang mencakup lima subsistem
Kegiatan budidaya ikan di wilayah
yaitu subsistem pengadaan sarana produksi,
kota Pontianak merupakan sektor usaha
subsistem proses produksi, subsistem pasca
yang sedang tumbuh dengan laju pening-
panen, subsistem pemasaran dan pendu-
katan yang cepat. Pengembangan agribisnis
kung. Lima subsistem tersebut akan saling
budidaya ikan dalam keramba jaring apung
terkait satu sama lain dalam mendukung
di kota Pontianak memiliki prospek pasar
tingkat produksi maupun pendapatan yang
yang cukup tinggi baik untuk memenuhi
diperoleh petani, mengabaikan salah satu
pasaran kota Pontianak maupun pasaran
subsistem akan menimbulkan masalah da-
kabupaten tetangganya, hal ini terlihat dari
lam mencapai peningkatan pendapatan
peningkatan produksi dari tahun ke tahun
petani.
sehingga dengan pengembangan usaha ini
Subsistem pemasaran merupakan
dapat meningkatkan pendapatan petani.
salah satu subsistem yang kompleks dan
Menurut data Dinas Pertanian, Peri-
penting dalam agribisnis karena adanya
kanan dan kehutanan Kota Pontianak
perbedaan yang cukup mencolok antara
(2012), jumlah produksi ikan mas dari KJA
produksi dan konsumsi, kegiatan pemasaran
mengalami peningkatan dari tahun 2009:
akan sangat berpengaruh terhadap penda-
311,200 ton dengan jumlah KJA 389 unit,
patan petani karena terkait langsung dengan
tahun 2010: 397,899 ton dengan jumlah
tingkat harga yang diterima petani.
KJA 467 unit dan tahun 2011: 453,885 ton
Kegiatan pemasaran berusaha untuk
dengan jumlah KJA 467 unit.
menempatkan barang yang diusahakan
petani ketangan konsumen dengan nilai dan

Jurnal Eksos, Juli 2013, Th. IX, No. 2


71
kegunaan yang meningkat. Secara umum, bobot dan pengaturan stock. Upaya lain
di Kecamatan Pontianak Timur, pemasaran yang dilakukan pengepul adalah membe-
hasil ikan merupakan suatu proses yang rikan bantuan pinjaman modal (ijon)
kompleks karena diusahakan secara kecil- kepada petani untuk modal usaha seperti
kecilan, lokasinya tersebar, sehingga salur- pembuatan keramba, pembelian bibit ikan,
annya lebih panjang dan lebih banyak pakan ikan dan untuk kebutuhan hidup
pedagang perantara yang terlibat. Permasa- sehari-hari.
lahan lain yang dihadapi petani yaitu hasil Ditingkat petani harga ikan mas dijual
produksi yang berfluktuasi baik dilihat dari berkisar antara Rp22.000,- hingga
jumlah produksi maupun harga. Fluktuasi Rp26.000,- per kilo gram sedangkan ikan
produksi lebih disebabkan oleh hasil pro- nila dijual dengan harga berkisar antara
duksi yang tergantung pada musim, sedang- Rp15.000,- hingga Rp18.000,- per kilo
kan fluktuasi harga terjadi karena adanya gramnya. Selanjutnya pengepul mendistri-
pergesaran permintaan dan penawaran. busikan ikan ke pengepul besar atau agen
Apabila jumlah yang diminta lebih kecil hingga ke pengecer di pasar-pasar tradisi-
dari jumlah yang ditawarkan, maka harga onal yang ada di kota Pontianak.
cenderung akan turun atau sebaliknya. Hal Harga ikan di beberapa pasar
ini sering terjadi karena petani tidak tradisional di kota Pontianak untuk ikan
mengetahui perkembangan pasar, informasi mas berkisar antara 35.000,- hingga
pasar yang diterima petani khususnya yang 40.000,- sedangkan ikan nila kisaran harga
berkaitan dengan perkem-bangan harga dan antara Rp25.000,- hingga 30.000,- per kilo
permintaan sering kali diperoleh dari peda- gram dengan ukuran 3 sampai 5 ekor per
gang pengepul. Dalam melakukan distribusi kilo gram. Selisih antara harga ditingkat
produk, pengepul melakukan fungsi-fungsi pengecer dan harga di tingkat petani
pemasaran yang menambah biaya operasi- (margin) untuk ikan mas berkisar antara
onal seperti adanya biaya sortasi, grading, Rp13.000,- hingga Rp14.000,- atau 35,00-
pengangkutan, bongkar muat, penyusutan 37,14 persen, sedangkan untuk ikan nila
dan lain-lain. Dari pertimbangan biaya berkisar antara Rp10.000,- hingga
tersebut, biaya angkut atau transportasi Rp12.000,- atau 40 persen. Tingginya
merupakan biaya yang paling besar ditang- margin pemasaran mengindikasikan adanya
gung oleh pengepul karena pertimbangan permasalahan distribusi pemasaran
jarak lokasi dan mutu ikan yang diangkut. sehingga diperlukan penelitian tentang
Besarnya biaya dan risiko yang harus faktor-faktor yang mempengaruhi margin
ditanggung, pengepul melakukan berbagai pemasaran ikan air tawar hasil budidaya
upaya untuk menghindari risiko kerugian KJA.
dan perolehan keuntungan. Beberapa upaya
yang dilakukan biasanya pengepul membeli METODE PENELITIAN
ikan dengan ukuran dibawah ukuran pasar Metode dasar yang digunakan dalam
dan harga lebih rendah untuk kemudian penelitian ini berupa metode survey yaitu
dipelihara kembali didalam keramba mi- melakukan pengamatan langsung ke
liknya selama seminggu hingga 1 (satu) lapangan untuk memperoleh gambaran
bulan dengan tujuan untuk penambahan tentang distribusi pemasaran ikan air tawar

Analisis Distribusi Pemasaran Ikan Air Tawar Hasil Usaha Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) Di Kota Pontianak
72
hasil usaha keramba jaring apung di Kota menelaah distribusi margin pemasaran,
Pontianak. Lokasi penelitian ditentukan faktor-faktor yang mempengaruhi margin
dengan metode purposive sampling yaitu pemasaran, tingkat efisiensi pemasaran,
menentukan lokasi secara sengaja di tingkat elastisitas transmisi harga dan struk-
Kecamatan Pontianak Timur dengan tur pasar.
pertimbangan bahwa di kota Pontianak, Untuk analisis margin pemasaran dari
daerah ini merupakan sentra budidaya ikan setiap pola saluran pemasaran, dihitung
air tawar dengan system keramba jaring menggunakan rumus menurut Tomek dan
apung khususnya di Kelurahan Parit Mayor Robinson (1977):
karena kegiatan budidaya ikan telah MP = Pr - Pf
dilakukan sejak tahun 2005.
Pada penelitian ini populasi yang Keterangan: MP = Marjin pemasaran, Pr =
Harga di tingkat pengecer, Pf = Harga di
diamati yaitu petani ikan mas dan pelaku
tingkat petani.
lembaga pemasaran, dalam hal ini
Selanjutnya untuk mengetahui distri-
pedagang pengumpul, pedagang besar dan
pedagang pengecer. Pengambilan sampel busi margin pemasaran dan besarnya bagian
(share) petani pada setiap pola saluran
petani ikan secara simple random sampling
pemasaran digunakan rumus menurut
sebanyak 35 persen dari 125 petani sehing-
ga diambil 30 responden. Dari responden Budiningsih dan Utami (2007), sebagai
dilakukan wawancara, kuesioner dan berikut:
pencatatan. Sedangkan data primer yang Bi
Sbi = x 100%
diambil pada pedagang pengumpul atau Pr Pf
agen meliputi: jenis ikan, harga beli Ki
Ski = x 100%
ditingkat petani, ukuran, jumlah, pasar Pr Pf
tujuan, mekanisme distribusi, biaya Farmer share = Pf / Pr x 100%
pemasaran, dan harga jual pada pedagang Keterangan: Sbi = bagian (share) biaya
pengecer. Pengumpulan data pada tingkat lembaga pemasaran ke-i, Ski = bagian
pedagang pengecer meliputi: jenis ikan, (share) keuntungan lembaga pemasaran ke-
ukuran, jumlah, harga beli, biaya pemasaran i, Bi = biaya lembaga pemasaran ke-i, Ki =
keuntungan lembaga pemasaran ke-i, Fs =
dan harga jual pada konsumen akhir. bagian (share) petani, Pr = harga di tingkat
Pengumpulan data pada pedagang pengecer, Pf = harga di tingkat petani
pengumpul hingga pedagang pengecer (produsen).
menggunakan metode snowball. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pada penelitian ini data yang akan margin pemasaran dilakukan analisa data
dianalisis berupa data cross-sectional. dengan model regresi linear berganda:
Menurut Sugiyono (2009), data cross- MP = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 D1 + b4D2
sectional yaitu data yang mengacu pada
data yang dikumpulkan pada titik yang Keterangan: MP = Margin
sama waktu, atau tanpa memperhatikan Pemasaran, X1 = Variabel harga jual ikan di
perbedaan waktu. Untuk menjawab tujuan tingkat petani, X2 = Variabel jumlah
dari penelitian ini maka proses berikutnya lembaga pemasaran ikanyang terlibat, D =
dilakukan analisis data untuk dapat Variabel dummy untuk sistem penjualan

Jurnal Eksos, Juli 2013, Th. IX, No. 2


73
ikan, D1 = 1, Variabel dummy sistim penju- persaingan sempurna; (3) Apabila
alan ikan dengan uang muka atu sistim ijon, elastisitas transmisi harga lebih besar dari
D1 = 0, Variabel dummy sistem penjualan satu (Et > 1), maka perubahan harga
dengan uang kontan, D2 = 1, Variabel sebesar 1% di tingkat pengecer akan
dummy jarak petani dengan lembaga mengakibatkan perubahan harga lebih besar
pemasaran < 30 km, D2 = 0, Variabel dari 1% di tingkat petani, bentuk pasar
dummy jarak petani dengan lembaga mengarah ke pasar monopoli.
pemasaran > 30 km
Untuk mengetahui efisiensi pada PENYAJIAN DATA
setiap pola saluran pemasaran ikan Distribusi margin pemasaran dari setiap
dianalisis berdasarkan Indeks Efisiensi pola saluran pemasaran
Ekonomis (IEE) Calkin dan Wang (1978), Pola saluran pemasaran. Hasil
sebagai berikut: penelitian di Kelurahan Parit Mayor
E = P / V. Kecamatan Pontianak Timur terdapat 2
Keterangan: E = Indeks efisiensi ekonomis, (dua) lembaga pemasaran yang terlibat
V = Total biaya pemasaran, P = Total dalam pemasaran ikan hasil dari keramba
keuntungan. jaring apung (KJA) yaitu pedagang
Untuk mengetahui tingkat elastisitas pengumpul dan pedagang pengecer,
transmisi harga dihitung berdasarkan model membentuk pola saluran pemasaran berikut:
Sudiyono (2004), sebagai berikut: (1) Pola saluran I: Petani → pengumpul →
Et = dPr/dPf . Pf / Pr. pengecer → konsumen; dan (2) Pola saluran
Jika Pr dan Pf mempunyai hubungan II: Petani → Pengecer → konsumen.
linier dPr / Pf = B, Maka: Margin dan Distribusi Margin
Et = B. Pf / Pr. Pemasaran (MP). Marjin pemasaran terdiri
Keterangan: Et = Elastisitas transmisi, Pr dari dua komponen yaitu biaya pemasaran
= Harga di tingkat pengecer, Pf = Harga di dan keuntungan pemasaran. Adanya pola
tingkat petani, dPr = Peruahan harga di saluran pemasaran yang berbeda mengaki-
tingkat pengecer, dPf = Perubahan harga di batkan perbedaan pengeluaran biaya-biaya
tingkat petani. aktivitas pemasaran dan besarnya perolehan
Kriteria penilaian: (1) Apabila keuntungan masing-masing lembaga pema-
elastisitas transmisi harga lebih kecil dari saran. Panjang pendeknya pola saluran
satu (Et < 1) dapat diartikan bahwa pemasaran juga berdampak pada perbedaan
perubahan harga sebesar 1% di tingkat margin pada setiap pola saluran pemasaran.
pengecer akan mengakibatkan perubahan Rekapitulasi Analisis margin pemasaran
harga kurang dari 1% di tingkat petani dan ikan mas pada 2 (dua) pola saluran
bentuk pasar mengarah ke bentuk pasar pemasaran dapat dilihat pada Tabel 1.
monopsoni; (2) Apabila elastisitas transmisi Faktor-Faktor yang Mempenga-
harga sama dengan satu (Et = 1), maka ruhi Margin Pemasaran (MP). Faktor-
perubahan harga sebesar 1% di tingkat faktor yang mempengaruhi margin
pengecer akan mengakibatkan perubahan pemasaran di analisis menggunakan model
harga sebesar 1% di tingkat petani dan regresi linier berganda (multiple regres-
bentuk pasar mengarah ke bentuk pasar sion). Hasil regresi linier berganda dari data

Analisis Distribusi Pemasaran Ikan Air Tawar Hasil Usaha Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) Di Kota Pontianak
74
primer yang dianalisis dengan menggu- keuntungan yang diperoleh dan besaran
nakan software SPSS for windows versi biaya yang dikeluarkan dalam setiap pola
17.0 diperoleh koefisien regresi ikan mas saluran pemasaran, dapat dilihat pada Tabel
seperti pada tabel 2. 3.

Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Margin Tabel 3. Indek Efisiensi Ekonomis (IEE)


dan Distribusi Marjin Saluran I Saluran II
Peda-
Pemasaran Ikan Mas No. Ikan Biaya Keun- Biaya Keun-
gang
Saluran I Saluran II (Rp) tungan (Rp) tungan
Uraian Pengum
Mas (%) Mas (%) 1 Mas 800,- 3.200,- - -
Petani pul
Penge-
Harga jual 26.000 26.000 2
cer
Mas 1.200,- 3.800,- 1.800,- 7.700,-
Pedagang pengumpul
Total Mas 2.000,- 7.000,- 1.800,- 7.700,-
Harga beli 26.000 - -
Biaya pemasaran 800 8,88 - - IEE Mas 3,50 4,27
Harga jual 30.000 - -
Keuntungan 3.200 35,55 - - Elastisitas Transmisi Harga (Et).
Margin 4.000 11,43 - -
Pedagang pengecer
Elastisitas transmisi harga bertujuan untuk
Harga beli 30.000 26.000 mengukur besarnya perubahan permintaan
Biaya pemasaran 1.200 13,33 1.800 18,94 atau penawaran dalam persen (%) terhadap
Harga jual 35.000 35.500 komoditi ikan yang diakibatkan adanya
Keuntungan 3.800 42,22 7.700 81,05
Margin 5.000 14,28 9.500 26,76 perubahan variabel harga komoditi tersebut
Total biaya 2.000 5,71 1.800 5,07 di pasar.
Total keuntungan 7.000 20,00 7.700 21,69 Jika harga di tingkat pengecer (Pr) dan
Total margin 9.000 25,71 9.500 26,76 harga di petani (Pf) mempunyai hubungan
Farmer share 74,28 73,23
linier dPr / Pf = B, Maka: Et = B. Pf / Pr.
Tabel 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil analisis regresi linier berganda untuk
margin pemasaran ikan mas harga ikan di tingkat petani dan harga ikan
Margin Pemasaran di tingkat pengecer seperti pada tabel 4.
Variabel Koefisien
T hitung Sig
regresi Tabel 4. Hasil Regresi Linier harga di
(Constant) 3013,955 3,068 ,005 Tingkat Petani (Pf) dan Harga di
X1 ,269 7,448* ,000 Tingkat Pengecer (Pr)
Coefficientsa
X2 -565,021 -3,961** ,001
ns Standar-
D1 101,715 1,333 ,195 Mo- Unstandardized Coefficients dized
D2 116,955 1,477ns ,152 del
B Std. Error Beta t Sig.
2
R 0,746 1 (Cons- 11600.000 21101,185 ,550 ,612
F hitung 18,338** ,000 tant)
Keterangan: Sig. 1%: * → 99%, Sig. 5% : ** pr ,400 ,600 ,316 ,667 ,541
→ 95%, ns → nonsignifikan. a. Dependent Variable: pf
Analisis elastisitas transmisi harga (Et)
Efisiensi Pemasaran. Hasil Analisis dapat dilihat pada tabel 5.
efisiensi pemasaran dengan melihat nilai Tabel 5. Elastisitas Transmisi Harga (Et)
indek efisiensi ekonomis (IEE), yaitu No. Uraian
Jenis Harga Nilai
Ikan (Rp/ Kg) (Et)
dengan membandingkan antara besaran

Jurnal Eksos, Juli 2013, Th. IX, No. 2


75
Harga di tingkat Mas 26.000,00 Rp7.000,- Pedagang pengumpul menda-
1
petani (Pf) Nila 20.000,00 patkan keuntungan untuk ikan mas
Harga di tingkat Mas 35.000,00 0,2968
2
pengecer (Pr) Nila 25.800,00 0,1720
Rp3.200,-. Pedagang pengecer memperoleh
Koefisien keuntungan dari ikan mas sebesar Rp3.800,.
Mas 0, 400
3 regresi dPr / Pf Distribusikeuntungan yang tidak merata
Nila 0, 222
= B
pada saluran 1 berarti saluran pemasaran ini
DISKUSI
kurang efisien. Menurut Mubyarto dalam
Distribusi margin pemasaran dari setiap Budiningsih dan Utami (2007), menje-
pola saluran pemasaran
laskan bahwa distribusi keuntungan yang
Pola saluran pemasaran. Dari 2 pola tidak merata mengindikasikan pemasaran
saluran pemasaran tersebut yang dominan tidak efisien. Pola saluran pemasaran 2 total
dilakukan oleh petani dalam memasarkan keuntungan yang diperoleh dari ikan mas
hasil ikannya yaitu pola saluran I sebanyak Rp7.700,- total keuntungan pada saluran ini
28 petani atau sebesar 93,33 persen, hanya dinikmati oleh pedagang pengecer.
sedangkan pola saluran II hanya 2 orang Keuntungan yang tinggi diperoleh peda-
petani atau 6,67 persen. Petani lebih banyak gang pengecer karena mengambil ikan
menggunakan pola saluran I dikarenakan langsung kepetani sehingga biaya pema-
petani memiliki keterikatan yang kuat saran bisa lebih rendah, pada saluran ini
dengan pedagang pengumpul. Secara umum petani dirugikan karena tingginya selisih
tempat tinggal petani dan pengumpul berada harga jual ditingkat petani dan harga di
dalam satu wilayah, disisi lain petani tingkat konsumen akhir.
mendapat bantuan modal oleh pedagang Pola saluran pemasaran 1, total
pengumpul untuk biaya pembelian bibit dan margin pemasaran ikan mas sebesar
pakan ikan selama pemeliharaan dan Rp9.000,-. dengan distribusi margin pema-
diperhitungkan setelah panen. aran ikan mas pada masing-masing lembaga
Margin dan Distribusi Margin yaitu Rp4.000,- untuk pedagang pengumpul
Pemasaran (MP). Total biaya lembaga dan Rp5.000,- untuk pedagang pengecer.
pemasaran pada saluran pemasaran 1 Se-dangkan pada pola saluran pemasaran 2
sebesar Rp2.000,-/ kg, dengan distribusi (kedua) dengan total margin pemasaran
masing-masing yaitu pedagang pengumpul ikan mas sebesar Rp9.500,-. Dari kedua
Rp800,- untuk ikan mas, pedagang pengecer pola saluran pemasaran tersebut dapat dili-
Rp1.200,- untuk ikan mas. Sedangkan total hat distribusi margin pada saluran pema-
biaya pemasaran yang dikeluarkan pada saran 1 tidak merata yang berarti tidak
saluran pemasaran 2 adalah Rp1.800,- efisiennya pola saluran ini, hal ini didukung
masing-masing untuk ikan mas. Dilihat dari pernyataan Mauludi. Dkk. (1992), menya-
total biaya pemasaran, saluran pemasaran 1 takan bahwa berdasarkan analisis margin
kurang efisien karena biaya pemasaran lebih tataniaga akan dapat diketahui ratio profit
tinggi. Menurut Supranto (2002), biaya share dari masing-masing lembaga yang
pemasaran yang tinggi akan membuat sistim terlibat apakah cukup merata atau petani
tataniaga kurang atau tidak efisien. dirugikan. Menurut Limbong dan Sitorus
Total keuntungan pada saluran (1988), margin tataniaga yang menaik
pemasaran 1 untuk ikan mas sebesar berarti kenaikan harga di tingkat produsen

Analisis Distribusi Pemasaran Ikan Air Tawar Hasil Usaha Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) Di Kota Pontianak
76
lebih kecil dengan laju kenaikan harga di ikan (X1), jumlah lembaga pemasaran (X2),
tingkat konsumen dan jumlah komoditas sistem penjualan ikan (D1), dan jarak petani
yang ditawarkan. Sementara pada saluran 2 dengan lembaga pemasaran (D2) secara
diperoleh margin pemasaran paling besar. bersama-sama mampu menjelaskan variasi
Dilihat dari ratio biaya pemasarn (marketing variabel dependen margin pemasaran (MP)
cost) dengan keuntungan pemasaran (profit sebesar 74,6%, sedangkan sisanya 25,4%
cost) lembaga pemasarn pada saluran 2 dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel
tidak logis dan keuntungan paling besar lain yang tidak dimasukan dalam model
dinikmati oleh pedagang pengumpul. penelitian ini.
Share yang diperoleh petani ikan Hasil uji parsial (uji t) menunjukkan
pada pola saluran pemasaran 1, sebesar variable harga jual ikan di tingkat petani
74,28 persen, sedangkan pada pola saluran (X1) memiliki pengaruh signifikan terhadap
pemasaran 2, petani ikan memperoleh share margin pemasaran (MP) pada tingkat
sebesar 73,23 persen. Share yang diperoleh kepercayaan 95% dengan nilai koefisien
petani lebih tinggi pada pola saluran regresi sebesar 0,269 berarti apabila harga
pemasaran 1 untuk ikan mas. Menurut jual ikan mas bertambah Rp1 maka margin
Azzaino, Z. (1981), pada umumnya share pemasaran akan meningkat sebesar
(bagian harga) yang diterima petani akan Rp26,90.
lebih sedikit jika jumlah lembaga Variabel jumlah lembaga pemasaran
pemasaran bertambah panjang. Pada kasus (X2), mempunyai pengaruh signifikan
ini tidak demikian karena lembaga terhadap margin pemasaran (MP) pada
pemasaran pada pola saluran pemasaran 2 tingkat kepercayaan 95% dengan koefisien
mengambil keuntungan lebih besar untuk regresi sebesar -565,021 berarti apabila
ikan mas dibanding pada pola saluran jumlah lembaga pemasaran bertambah satu
pemasaran 1. Margin pemasaran paling lembaga maka margin pemasaran akan
rendah dan farmer share tertinggi pada pola turun sebesar Rp565,021. Variable sistim
saluran pemasaran 1 sedangkan margin penjualan ikan (D1), dan variable jarak
tertinggi dan farmer share terendah terdapat petani dengan lembaga pemasaran (D2)
pada pola saluran 2. sebagai variable dummy tidak berpengaruh
Faktor-Faktor yang Mempenga- signifikan terhadap margin pemasaran (MP)
ruhi Margin Pemasaran (MP). Hasil uji F pada tingkat kepercayaan 95%.
secara bersama-sama variabel independen Efisiensi Pemasaran. Nilai indeks
harga jual ikan (X1), jumlah lembaga efisiensi ekonomis (IEE) berkorelasi positif
pemasaran (X2), sistem penjualan ikan dengan efisiensi pema-saran, sehingga
(D1), dan jarak petani dengan lembaga saluran pemasaran yang paling efisien
pemasaran (D2) berpengaruh nyata adalah saluran pemasaran yang mempunyai
(signifikan) terhadap margin pemasaran nilai indeks efisiensi ekonomis yang paling
(MP) pada tingkat kepercayaan 99% dan besar. Saluran pemasaran yang mempunyai
95% dengan nilai koefisien determinasi nilai efisiensi pemasaran tertinggi adalah
(R2) sebesar 0,630. Karen F hitung > F saluran pemasaran 2 (kedua), ini
tabel, maka H0 ditolak, artinya secara menjelaskan bahwa keuntungan lebih besar
signifikan variabel independen harga jual dinikmati oleh pedagang pengecer (retailer)

Jurnal Eksos, Juli 2013, Th. IX, No. 2


77
pada pola saluran pemasar 2 (kedua) yang penden secara bersama-sama dapat
membeli ikan langsung ke petani ikan. mempengaruhi besarnya margin pemasaran
Elastisitas Transmisi Harga (Et). ikan mas. Faktor-faktor yang mempe-garuhi
Dari hasil analisis data menunjukan rasio margin pemasaran ikan mas secara signi-
rata-rata harga ditingkat produsen dan harga ikan adalah harga jual ikan (X1) dan jumlah
rata-rata ditingkat pengecer (pf / pr) ikan lembaga pemasaran (X2); (3) Tingkat
mas sebesar 0,742 maka besarnya nilai efisiensi pola saluran pemasaran ditinjau
elastisitas harganya adalah 0,742 x 0,400 = dari indeks efisiensi ekonomis (IEE):
0,2968 atau ( Et < 1 ), berarti jika terjadi Secara ekonomis, pola saluran pemasaran
perubahan harga ditingkat konsumen yang mempunyai nilai indeks efisiensi
sebesar 1% maka perubahan harga yang ekonomis tertinggi terdapat padapola
terjadi pada perubahan harga ditingkat saluran pemasaran II (kedua). Ini
petani ikan kurang dari 1% atau sebesar menunjukan bahwa pola saluran ini
0,2968%, nilai Et < 1 artinya harga di memberikan keuntungan yang besar bagi
tingkat pedagang pengecer dan harga di pedagang pengecer walau secara umum
tingkat petani tidak ditransmisikan dengan kinerja pemasaran di kedua pola saluran
sempurna atau elastisitas transmisi harga pemasaran tergolong dalam kriteria
bersifat inelastis. Kecilnya nilai elastisitas efisiensi sedang; (4) Elastisitas transmisi
transmisi harga (Et) disebabkan kurangnya harga: Nilai elastisitas transmisi harga (Et)
informasi yang diperoleh petani tentang lebih kecil dari 1 ( Et < 1 ) atau bersifat in-
harga ikan di pasar, informasi harga elastis, artinya harga ditingkat pengecer dan
seringkali diperoleh petani dari pedagang harga di tingkat petani tidak ditransmisikan
pengumpul dan struktur pasar mengarah ke dengan sempurna, jika terjadi perubahan
struktur pasar monopsoni. harga ditingkat konsumen sebesar 1 persen
maka perubahan harga ditingkat petani ikan
SIMPULAN kurang dari 1 persen atau 0,2968 persen dan
Hasil penelitian menunjukan bahwa struktur pasar mengarah ke struktur pasar
di Kelurahan Parit Mayor Kecamatan Ponti- monopsoni.
anak Timur terdapat 2 (dua) pola saluran
pemasaran ikan mas dan ikan nila. (1) IMPLIKASI
Distribusi margin pemasaran dari setiap Pertama, Elastisitas transmisi harga
pola saluran pemasaran: Distribusi margin untuk ikan mas dan ikan nila bersifat in-
pemasaran (MP) pada pola saluran elastis menunjukan bahwa harga di tingkat
pemasaran I tidak merata antara pengepul pedagang pengecer tidak ditransmisikan
dan pedagang pengecer, sedangkan pada secara sempurna kepada petani ikan
pola saluran pemasaran II diperoleh margin sehingga kenaikan harga jual di tingkat
pemasaran paling tinggi, selisih harga di petani ikan rendah, diharapkan adanya
tingkat petani dan harga ditingkat pedagang informasi pasar yang jelas dan terbuka dari
pengecer tinggi berarti kedua pola saluran semua pelaku pemasaran dan lembaga
pemasaran ini kurang efisien dan petani pemasaran yang terlibat. Kedua, Struktur
dirugikan; (2) Faktor-faktor yang mempe- pasar yang ada tidak terintegrasi dengan
ngaruhi margin pemasaran: Variabel inde- sempurna karena adanya praktik

Analisis Distribusi Pemasaran Ikan Air Tawar Hasil Usaha Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) Di Kota Pontianak
78
monopsonistik pedagang pengepul terhadap Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio)
petani, diharapkan adanya perhatian dari Dalam Karamba di Kabupaten Banjar
instansi terkait atau Pemerintah untuk Provinsi Kalimantan Selatan. J-PAL,
mendirikan suatu lembaga seperti koperasi Vol.1, No.2, Feb 2011. hal. 72-139.
untuk bisa berperan sebagai penyeimbang Hanafiah dan Saefudin. (1983). Tataniaga
harga. Hasil Perikanan. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Istiyanti, Eni. (2010). Efisiensi Pemasaran
DAFTAR PUSTAKA
Cabai Merah Keriting di Kecamatan
Azzaino, Z. (1981). Pengantar Tataniaga Ngemplak Kabupaten Sleman. Jurnal
Pertanian. Bogor: Institut Pertanian
Pertanian MAPETA, ISSN: 1411 –
Bogor.
Akhmad, S. (2007). Sistem Ijon, Pola Lama 2817, Vol. XII. No. 2. April 2010,
dalam Perdagangan Pertanian yang Hal. 72- 144.
Masih Berkembang. Di ambil tanggal Ismatul Hakim, Indrika dan Elvida YS.
12 Februari 2013, dari situs: (2009). Analisis Tataniaga dan Pasar
http//tegalan-online.blogspot.com. Kayu Sengon di Kabupaten
Badan Pusat Statistik. (2010). Kalimantan Wonosobo dan Kabupaten
Barat Dalam Angka Tahun 2009. Temanggung, Jawa Tengah. Jurnal
Kalimantan Barat: Katalog BPS: Penelitian Sosial dan Ekonomi
1102001. ISSN : 0215-2509. Kehutanan Vol. 6 No. 2 juni 2009,
Badan Pusat Statistik Kota Pontianak. Hal. 99- 115.
(2012). Kota Pontianak dalam Angka Kasimin, Suyanti. (2009). Pemasaran
Tahun 2012. Dari situs: Kentang di aceh Tengah dan Bener
http://pontianakkota.bps.go.id. Meriah; Analisis Integrasi Pasar.
Calkin and Wang. (1978). Improving the Jurnal ekonomi dan bisnis, Vol.8,
Marketing of Perishable Comodities. No.2, Agustus 2009: 121- 127.
A Case Study of Selected Vegetables Karma dan Mihrani. (2007). Efisiensi
in Taiwan. Technical Bulletin No.9. Saluran Pemasaran Pisang Kepok di
Taiwan. kecamatan Marioriwa Kabupaten
Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Soppeng. Jurnal Pembangunan
Kota Pontianak. (2008). Data Potensi Manajemen dan Akuntansi, Vol.6,
Kelautan dan Perikanan Kota No.3 Desember 2007: 259 – 264.
Pontianak. Pontianak: Dinas Limbong dan Sitorus. (1988). Pengantar
Pertanian Perikanan dan Kehutanan. Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu-
Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
Kota Pontianak. (2011). Data Pasokan Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Ikan Tahun 2011.Pontianak: Dinas Mauludi, dkk. (1992). Analisis Efisiensi
Pertanian Perikanan dan Kehutanan. Pemasaran Jahe di daerah Sentra
Produksi Sumatera Utara. Dalam
Effendi, Irzal dan Oktariza, Wawan. (2006).
Buletin Litro, No. 2. Balai Penelitian
Manajemen Agribisnis Perikanan. Tanaman Rempah dan Obat. : Bogor.
Jakarta: Penebar Swadaya. Nachrowi, D. & Usman H. (2002).
Lilimantik, E. (2011). Struktur, Perilaku Penggunaan Teknik Ekonometri
dan Penampilan Pasar Usaha Pendekatan Populer & Praktis

Jurnal Eksos, Juli 2013, Th. IX, No. 2


79
Dilengkapi Teknik Analisis & Soekartawi. (1989). Prinsip Dasar Ekonomi
Pengolahan data Dengan pertanian, Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Menggunakan Paket Program SPSS. Rajawali Press.
Soekartawi. (1993). Prinsip dasar
Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Manajemen Pemasaran Hasil-hasil
Perikanan Kota Pontianak. (2008). Diambil Pertanian, Teori dan Aplikasinya.
pada tanggal 25 Juli 2012 dari situs Jakarta: Rajawali Press.
http://perikanankotaptkdup.blogspot.c Supranto, J. (1997). Metode Riset
om Aplikasinya dalam Pemasaran.
Razi, Fahrur. (2012). Potensi Perikanan Kota Jakarta: Rineka Cipta.
Pontianak. Diambil tanggal 16 Sugiyono. (2009). Statistik Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
September2012.dari Situs:
Sulistyani, Budiningsih dan Pujiati, Utami.
http://komunitaspenyuluhperikanan.bl
(2007). Analisis efisiensi Saluran
ogspot.com.
Pemasaran Salak Pondoh. Agritech,
Rifianto, Iwan. (1999). Tataniaga
vol. IX No.1 Juni 2007: 94 – 180.
Perikanan. Jakarta: Universitas
Sumandinata, K. (1983). Pengembangan
Terbuka, Depdikbud.
Ikan-Ikan Peliharaan di Indonesia.
Rukmana, Rahmat. (1997). Budidaya dan
Bogor: Sastra Hudaya.
Prospek Agribisnis. Yogyakarta:
Saanin, H. (1984). Taksonomi Dan Kunci
Kanisius.
Identifikasi Ikan. Jilid I dan II.
Saefudin, A.M. (1982). Pengkajian
Cetakan ke-2. Jakarta: Bina Cipta.
Pemasaran Komoditi. Bogor: IPB.
Sudiyono, Armand. (2004). Pemasaran Tomek, W.G. and K.L. Robinson. (1977).
Agriculture Product Price. London:
Pertanian. Malang: UMM Press.
Cornell University Press.

Analisis Distribusi Pemasaran Ikan Air Tawar Hasil Usaha Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) Di Kota Pontianak

Anda mungkin juga menyukai