Abstrak
Banyuwangi merupakan salah satu daerah penghasil buah naga di Indonesia. Buah naga hasil
produksi Banyuwangi memiliki keunggulan yaitu rasa lebih manis, ukuran buah besar, dan tidak
tergantung musim. Tataniaga merupakan proses gerakan perpindahan produk dari sektor produsen
kegiatan sektor konsumen serta segala kejadian dan perlakukan yang dialami oleh produk sehingga
lebih effisien dalam sistem distribusinya. Akan tetapi sistem tataniaga yang ada saat ini terlalu
panjang dan kurang efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis model
tataniaga buah naga organik yang paling effisien di Kabupaten Banyuwangi sehingga usahatani ini
mempunyai keuntungan yang lebih baik bagi petani, khususnya petani buah naga organik. Sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan petani buah naga organik di Kabupaten Banyuwangi. Data
penelitian bersumber dari data Primer berupa wawancara dan memberikan kusioner kepada petani
buah naga organik serta lembaga-lembaga yang terlibat seperti pedagang pengumpul, dan pedagang
pengecer. Data sekunder berasal dari sumber lain yang terkait seperti Disperindag Kabupaten
Banyuwangi, data statistik, buku literatur dan studi empiris. Adapun alat analisis yang akan
diterapkan adalah analisis margin tataniaga, analisis farmer’s share dan analisis rasio keuntungan
serta biaya. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa efisiensi tataniaga untuk komoditas buah naga
organik adalah saluran tataniaga satu. Saluran tataniaga I memiliki marjin tataniaga terkecil sebesar
Rp.5300/Kg, nilai farmer’s share tertinggi sebesar 80%, dan memiliki nilai rasio keuntungan dan
biaya terbesar yaitu 14,3 dibandingkan saluran yang lain. Rasio keuntungan dan biaya yang tinggi
secara langsung dapat meningkatan kesejahteraan petani khususnya petani buah naga organik.
1. PENDAHULUAN
Buah Naga merupakan salah satu komoditas unggulan di Banyuwangi. Permintaan buah
Naga di Banyuwangi dari tahun ke tahun meningkat. Selain dikonsumsi di Banyuwangi, buah Naga
ini juga didistribusikan ke luar daerah Banyuwangi. Dengan meningkatnya angka permintaan atau
konsumsi (demand) buah Naga di Banyuwangi dan tingkat produksi (supply), maka perlu adanya
manajemen untuk menstabilkan supply dan demand. Penerapan manajemen rantai pasok yang baik
dan efisien akan mampu mewujudkan aktivitas rantai pasok yang kompetitif seiring dengan
persaingan dan kompetisi dalam dunia agroindustri. Oleh karena itu, diharapkan penelitian ini akan
memberikan kontribusi optimal untuk Dinas Pertanian Banyuwangi khususnya mengenai ketapatan
produk, ketepatan tempat dan sesuai kebutuhan pasar dan perkembangan khasanah keilmuan pada
umumnya.
Buah naga atau dragon fruit merupakan komoditas buah yang menjadi salah satu primadona
Banyuwangi (Tiyas, et al. 2015). Hal tersebut ditunjukkan pada tabel produksi buah di kabupaten
Banyuwangi pada tahun 2016.
Harga buah naga seringkali berfluktuatif berkisar Rp.7.000 hingga Rp.17.500 ditingkat
petani pada tahun 2016. Fluktuasi harga pada buah naga bergantung pada hasil panen buah naga
setiap musimnya. Berikut adalah daftar harga buah naga tahun 2016 yang ditunjukkan dalam tabel
2.
Tabel 2 Harga Buah Naga Tahun 2016
Harga Buah Naga Tahun 2016
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
7.000 17.500 12.600 8.000
Petani produsen memerlukan lembaga perantara untuk menyalurkan produk hasil pertanian
agar dapat sampai ditangan konsumen. Lembaga perantara ini merupakan lembaga yang berada
diantara produsen dan konsumen akhir. Lembaga tataniaga memberikan pelayanan dalam
hubungannya dengan pembelian dan atau penjualan barang dari produsen ke konsumen. Lembaga-
lembaga ini yang melaksanakan fungsi-fungsi tataniaga seperti pembelian, penjualan, penyimpanan,
pengelolaan, pengangkutan serta pendistribusian ke konsumen. Faktor yang penting dalam
memperlancar arus barang dari produsen ke konsumen adalah pemilihan yang tepat dari saluran
tataniaga.
Tataniaga dapat dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil-hasil dari produsen ke
konsumen dengan biaya-biaya yang serendah-rendahnya. Tingginya biaya tataniaga disebabkan oleh
kurang tepatnya saluran tataniaga Analisis efisiensi tataniaga menggunakan ukuran efisiensi
operasional (teknis) yang meliputi: analisis marjin tataniaga, farmer’s share, serta rasio keuntungan
dan biaya.
2. METODE
Keterangan :
Mi = marjin tataniaga;
Psi = harga di tingkat pengecer atau konsumen;
Pbi = harga di tingkat produsen.
Keterangan :
Fs : Farmer’s Share
Pf : Harga ditingkat petani
Pr : Harga ditingkat konsumen akhir
Pedagang Pengumpul 1
Pedagang Pengecer
Konsumen
Petani
Pedagang Pengumpul 2
Pedagang Pengecer
Konsumen
Pedagang Pengumpul 2
Pedagang Pengecer
Konsumen
Pedagang Pengumpul 1
Pedagang Pengumpul 2
Pedagang Pengecer
Konsumen
Uraian/ Harga
Lembaga
Fungsi Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV
Harga Jual
Petani
22.500 22.500 22.500 22.500
Pedagang
Pengumpul
Tingkat Pertama Harga Beli 22.500 - - 22.500
Biaya:
Transportasi 40 - - 40
Tenaga Kerja 60 - -
Pengemasan - - - 160
Marjin 1.300 - - 1.000
Uraian/ Harga
Lembaga
Fungsi Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV
Pengemasan - - - -
Marjin - - 5.500 5.500
Harga Jual - - 34.900 36.800
Keuntungan - - 6.000 6.000
Pedagang
Pengecer Harga Beli 23.900 25.500 34.900 36.800
Biaya:
Transportasi 200 - - -
Tenaga Kerja - - - -
Pengemasan 100 100 100 100
Marjin 4.000 4.000 7.200 7.200
Harga Jual 28.200 29.600 42.200 44.100
Keuntungan 4.300 4.100 7.300 7.300
Konsumen Akhir Harga Beli 28.200 29.600 42.200 44.100
Total Biaya 400 600 2.300 2.350
Total
Keuntungan 5.700 7.100 19.700 21.600
Marjin 5.300 6.500 17.400 19.250
Farmer'Share 80% 76% 53% 51%
Rasio
Keuntungan
Dan Biaya 14,3 11,8 8,6 9,2
Sumber: Data Primer diolah, 2017
Tabel 4. Rekapitulasi Harga di Tingkat Petani, Harga di Tingkat Konsumen, Marjin Tataniaga, dan
Farmer’s Share Saluran Tataniaga Buah Naga Organik di Kabupaten Banyuwangi
Saluran Tataniaga Harga Harga Marjin Farmer’s
di Tingkat di Tingkat Tataniaga Share (%)
Petani Konsumen (Rp/Kg)
(Rp/Kg) (Rp/Kg)
3.7 Implikasi Saluran Tataniaga Buah Naga Organik Terhadap Kesejahtaraan Petani
Pilihan saluran tataniaga I merupakan pilihan terbaik dari keempat pilihan saluran tataniaga.
Saluran tataniaga I memiliki efisiensi operasional tataniaga yang lebih baik. Saluran tataniaga I
memiliki nilai farmer’s share tertinggi sebesar 80% serta nilai rasio keuntungan dan biaya terbesar
yaitu 14,3 dibandingkan saluran yang lain. Harga jual buah naga organik lebih tinggi bila
dibandingkan dengan harga buah naga konvensional. Sehingga keuntungan yang diterima petani
buah naga organik lebih tinggi daripada buah naga konvensional. Hal ini berdampak positif terhadap
peningkatan kesejahteraan petani buah naga di Kabupaten Banyuwangi. Disamping itu, petani juga
dapat meningkatkan keuntungan yang diperolehnya dengan mencari alternarif tujuan penjualan,
artinya petani tidak hanya menjual hasil panennya ke pedagang pengumpul tingkat pertama maupun
pedagang pengumpul tingkat kedua, tetapi ada alternatif tujuan penjualan lainnya seperti ke
pedagang pengecer langsung sehingga harga jual petani lebih tinggi dari sebelumnya. Hal ini dapat
juga dilakukan secara berkelompok dengan membentuk suatu kelompok tani, dimana petani yang
tergabung dalam kelompok tani bersama-sama menjual hasil panennya dan mencari alternatif tujuan
penjualan sehingga posisi tawar petani dapat lebih kuat. Pembentukan kelompok tani dapat juga
berfungsi sebagai pendukung dalam proses usahatani buah naga, dimana kelompok tani dapat
bertindak sebagai penyedia sarana produksi (saprodi) seperti, pupuk, peralatan pertanian, dan lain
sebagainya bagi petani.
Petani atau kelompok tani juga dapat memberikan nilai tambah (value added) terhadap buah
naga dengan cara melakukan pengolahan sehingga menghasilkan produk-produk lain seperti selai,
kerupuk, dan lain-lain yang berbahan baku buah naga, dengan melakukan pengolahan terhadap buah
naga maka terjadi proses perubahan bentuk, sehingga dapat meningkatkan pendapatan bagi petani
atau kelompok tani.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap tataniaga buah naga organik di
Kabupaten Banyuwangi maka diperoleh kesimpulan:
1. Terdapat lima lembaga yang terlibat dalam sistem tataniaga buah naga organik di Kabupaten
Banyuwangi yaitu petani selaku produsen, pedagang pengumpul tingkat pertama, pedagang
pengumpul tingkat kedua, pedagang pengumpul tingkat ketiga, pedagang grosir pasar induk,
pedagang pengecer. Setiap lembaga tataniaga tersebut melakukan fungsi-fungsi tataniaga yang
berbeda. Saluran yang terbentuk dalam sistem tataniaga buah naga organik ada empat saluran,
yaitu:
a. petani – pedagang pengumpul tingkat pertama – pedagang pengecer – konsumen
b. petani – pedagang pengumpul tingkat kedua – pedagang pengecer – konsumen
c. petani – pedagang pengumpul tingkat kedua – pedagang pasar induk – pedagang pengecer –
konsumen
DAFTAR PUSTAKA