Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH (STUDI KASUS DI KELOMPOK


TANI FAJAR PAGI) KELURAHAN OESAO KECAMATAN KUPANG TIMUR

Oleh

PUTRY JOFRITIARA TUDUA


1804020077

KEMENTRIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEGNOLOGI

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

FAKULTAS PERTANIAN

PRODI AGRIBISNIS

KUPANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas penyertaan
dan perkenananNya penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal yang berjudul "
ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH (STUDI KASUS DI KELOMPOK
TANI FAJAR PAGI) KELURAHAN OESAO KECAMATAN KUPANG TIMUR

dengan baik. Penulisan proposal inisebagai salah satu syara tuntuk memperoleh
gelarsarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana,
Proposal ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih kepada

2
DAFTARPUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan pertanian Indonesia bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan,menyedi
akan lapangan kerja, mensejahterakan petani, dan meningkatkan devisa. Tujuan tersebut
belum tercapai disebabkan oleh:

(a)Terus meningkatnya kebutuhan terhadap produk pertanian, sebagai akibat peningkatan


jumlah penduduk;( b) Sempitnya penguasaan lahan pertanian dan meningkatnya jumlah
petani gurem; (c) tingginya laju konversi lahan pertanian; (e) Adanya gap produktivitas
pertanaman dengan potensinya; (f) lemahnya kelembagaan pertanian, seperti perkreditan,
lembaga input, pemasaran, dan penyuluhan, sehingga belum dapat menciptakan suasana
kondusif untuk pengembangan agroindustri pedesaan. Selain itu, lemahnya kelembagaan
ini ber akibat pada tidak efisiennya sistem pertanian, dan rendahnya keuntungan yang
diterima petani (Deptan RI, 2005).
Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam
perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)
(Handiyoko,2011). Holtikultura sebagai salah satu subsektor pertanian, menempati urutan
kedua setelah tanaman pangan alam struktur pembentukan PDB sektor pertanian. Sub sektor
holtikultura memperlihatkan kecenderungan yang terus meningkat terhadap pembentukan
PDB terutama produksi sayuran.

Salah satu komoditi sayuran yang telah lama di budidayakan adalah bawang merah.
Bawang merah termasuk kedalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi
sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional. Bawang merah merupakan
salah satu komoditas holtikulturan penting di Indonesia yang di konsumsi oleh sebagian besar
penduduk tanpa memperhatikan tingkat nasional.

Bawang merah (Allium ascolonicum,L) merupakan prioritas dalam pengembangan


sayuran dataran rendah di Indonesia, yang cukup strategis dan ekonomis. Pengembangan
usahatani bawang merah di Indonesia diarahkan pada peningkatan hasil, mutu produksi dan
pendapatan serta peningkatan tarif hidup petani (Asih,2009)

4
Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu kawasan yang secara klimatalogis
beriklim kering dengan curah hujan yang relatif rendah (curah hujan rata-rata 100
hari/tahun) dengan suhu antara 24°C-34°C (NTT dalam angka 2019). Keadaan lingkungan
di NTT baik untuk bercocok tanam, akan menguntungkan petani NTT untuk dapat
menghasilkan produk-produk pertanian yang sangat dibutuhkan manusia untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari.
Kelurahan Oesao merupakan salah satu tempat yang memproduksi komoditi bawang
merah salah satunya Kelompok Tani Fajar Pagi yang memiliki jumlah anggota sebanyak 30
orang dengan luas tanah 1 Ha dan produksi sebesar 4 ton dalam setahun. Pada tahun 2018
hingga tahun 2021 luas panen bawang merah di kelompok tani Fajar Pagi mengalami
fluktuasi. Hal ini disebabkan karena pemasaran yang tidak stabil, kualitas bibit yang tidak
sesuai, daya tumbuh yang rendah, dan harga jual yang tidak pasti setiap tahun.
Pemasaran yang tidak efektif akan berdampak pada keuntungan yang diperoleh lembaga
pemasaran maupun petani akan semakin kecil karena banyak biaya yang harus dikeluarkan
dalam memasarkan bawang merah hingga sampai ke tangan konsumen. Saluran pemasaran
juga menentukan marjin keuntungan yang diterima oleh petani, semakin panjang alur
pemasaran semakin banyak lembaga pemasaran yang menikmati marjin keuntungan.
Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian masalah tentang
pemasaran komoditi bawang merah di kelompok tani Fajar Pagi kelurahan Oesao kecamatan
Kupang Timur.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengetahui saluran pendapatan dan pemasaran bawang merah di kelompok tani
Fajar Pagii.?
2. Seberapa besar pendapatan pemasaran pada saluran pemasaran bawang merah di
kelompok tani Fajar Pagi?
3. Bagaimana strategi pemasaran bawang merah di kelompok tani Fajar Pagi ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui saluran pendapatan dan pemasaran bawang merah di kelompok tani Fajar
Pagii.
2. Mengetahui layak atau tidak layaknya bawang merah di usahakan di kelompok tani
fajar Pagi.
1.4 Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

5
1. Petani, sebagai informasi tambahan dalam pengembangan usaha taninya sehingga
dapat meningkatkan pendapatannya agar petani yang lain yang ada di kelompok tani
Fajar Pagi juga dapat melihat produktivitas dari usaha tani Bawang Merah.
2. Pemerintah dan instansi terkait agar dijadikan sebagai bahan acuan dalam mengambil
kebijakan pembangunan khususnya dalam bidang pertanian.
3. Peneliti, sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Penelitian Terdahulu

Afandi Arman (2016), dengan judul “Analisis Pemasaran Bawang Merah di Desa
Oloboju Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi” Penelitian ini di laksanakan di Desa
Oloboju Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. Mengambil sebanyak 33 responden dari
50 petani dengan menggunakan metode sampel acak sederhana (Simple Random Sampling).
Untuk menetukan responden pedagang digunakan metode penjajakan responden (Tracing
Sampling) dengan pedagang pengumpul sebanyak 2 orang dan pedagang pengecer sebanyak
2 orang. Jumlah keseluruhan responden sebanyak 37 orang. Hasil analsis menunjukan total
margin pemasaran bawang merah yang diperoleh untuk saluran pertama Rp 25,000 total
margin pemasaran bawang merah yang diperoleh untuk saluran kedua yaitu sebesar Rp
26,000 bagian harga yang diterima petani pada saluran pertama sebesar 96,2%. Bagian harga
yang diterima petani pada saluran kedua sebesar 86,7% dengan demikian, bagian harga yang
paling besar diterima petani adalah pada saluran kedua. Saluran pemasaran Bawang merah di
Desa Olobojuada dua saluran: 1. Petani ke pedagang Pengumpul ke Pedagang Pengecer Ke
Konsumen. 2. Petani Ke Pedagang Pengecer Ke Konsumen. Saluran pertama nilai efisiensi
96,2% sedangkan saluran kedua nilai efisiensinya sebesar 86,7%. Dari 2 saluran pemasaran
Bawang Merah tersebut, saluran pemasaran yang efisien adalah saluran kedua.

Maria Celestina Suni, SSP Pudjiastuti, Maria Bano (2019), dengan judul “Analisis
Pemasaran Bawang Merah Di Desa Nulle Kecamatan Amanuban Barat Kabupaten Timor
Tengah Selatan” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) saluran pemasaran
bawang merah, (2) fungsi-fungsi pemasaran, (3) besar biaya, margin pemasaran, keuntungan
pemasaran dan farmer’s share. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey.
Jumlah sampel sebanyak 71 responden. Penentuan sampel secara acak sederhana atau simple
random sampling dan penentuan lembaga pemasaran menggunakan metode snowball
sampling. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh
dari hasil wawancara langsung dengan responden berdasarkan daftar pertanyaan yang sudah
disiapkan dan data sekunder diperodeh dari kantor desa, Badan Pusat Statistik, sumber
kepustakaan dan internet. Saluran pemasaran bawang merah, fungsi-fungsi pemasaran,besar
biaya, margin pemasaran, keuntungan pemasaran dan farmer’s share dianalisis secara
kuantitatif, kualitatif dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) pola saluran

7
pemasaran yaitu petani─konsumen dan petani─pedagang pengecer─konsumen, (2)fungsi-
fungsi pemasaran yaitu funfsi pertukarang, fungsi fisik dan fungsi fasilitas, (3)total biaya
pada petani Rp 1.025, pedagang pengecer Rp 1.295, margin pemasaran petani Rp 0 atau tidak
ada selisih harga, marging pemasaran pedagang pengecer Rp 5.000. bagian yang diterima
petani adalah sebesar Rp 13.975, bagian yang diterima pedagang pengecer adalah Rp 18.705.
farmer’s share pada petani 100% dan pedagang pengecer 75%.

Suyuti, Muhamad abdur Rohman (2019), dengan judul “Analisis Pemasaran Bawang
Merah (Studi Kasus : Desa Sumberjo Kecamatan Gondang Kabupaten Nganjuk)” Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengkaji tingkat efisiensi tingkat ekonomis masing-masing
saluran pemasaran bawang merah berdasarkan pola pemasaran yang terbentuk, nilai
presentase marjin pemasaran dan bagian yang diterima petani (farmer’s share) pada
pemasaran bawang merah didesa Sumberjo Kecamatan Gondang Kabupaten Nganjuk dan
untuk mengetahui fungsi lembaga-lembaga pemasaran bawang merah didesa Sumberjo
Kecamatan Gondang Kabupaten Nganjuk. Data yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder.teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, obsesvasi dan pencatatan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukan terdapat tiga saluran pemasaran
bawang merah yang ada didesa Sumberjo yaitu: 1. Saluran pemasaran | Petani pedagang
pengumpul, pedagang besar, pedagang luar kota 2. Saluran pemasaran || petani pedagang
pengumpul, pedagang pengecer, konsumen rumah tangga 3. Saluran pemasaran ||| Petani
pedagang besar, pabrik/industri total biaya yang dikeluarkan saluran pemasaran | Sebesar Rp
1000 per kg, total keuntungan saluran | sebesar Rp 900 per kg, sementara untuk total biaya
saluran || sebesar Rp 1000 per kg, total keuntungan Rp 1300 per kg, dan untuk saluran || total
biaya sebesar Rp 800 per kg, total keuntungan Rp 700 per kg. Untuk marjin harga saluran |||
merupakan saluran yang paling efisien secara ekonomis dengan farmer share sebesar 90,47
%.

Eswida Sanak, I Wayang Nampa, Made Tusan Surayasa (2020), dengan judul
“Pemasaran Bawang Merah Di Kecamatan Kuanfatu Kabupaten Timor Tengah Selatan”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi-fungsi pemasaran, saluran pemasaran,
margin pemasaran, keuntungan pemasaran, farmer’s share serta efisiensi pemasaran bawang
merah di Kecamatan Kuanfatu Kabupaten Timor Tengah Selatan. Data penelitian diperoleh
dari mewawancarai 30 orang petani dan pelaku pasar yang meliputi pedagang pengumpul,
pedagang besar, dan 15 orang pedagang pengecer (snowball sampling). Analisis data
dilakukan menggunakan analisis margin pemasaran, keuntungan pemasran, farmer’s share,

8
dan efisiensi pemasaran. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat tiga saluran pemasaran
yaitu saluran 1 (petani-pedagang pengecer- konsumen akhir), saluran 2 (petani-pedagang
pengumpul-pedagang pengecer-konsumen akhir), dan saluran 3 (petani-pedagang
pengumpul- pedagang besar- pedagang pengecer-konsumen akhir). Panjang pendeknya
saluran pemasaran ini sangat tergantung dari pasar sasaran bawang merah secara geografis.
Semakin jauh pasar sasaran, maka akan semakin panjang rantai pasarnya. Kondisi ini juga
tercermin dari margin dan farmers share dari setiap saluran yang ada. Semakin pendek
saluran (saluran 1) margin pemasaran semakin kecil, dan farmers share yang semakin besar,
dan sebaliknya margin pemasaran semakin besar pada saluran pemasaran yang semakin
panjan.

Erlin Tudang Killa’allo, Dafina Howara, Effendy Efendy (2021), dengan judul
“Analisis Bawang Merah Di Desa Alitupu Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk saluran pemasaran, margin pemasaran,
bagian harga yang diterima petani dan efisiensi pemasaran bawang merah di Desa Alitupu
Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso. Metode yang digunakan yaitu metode sensus dengan
29 petani bawang merah. Selain itu untuk menentukan responden pedagang digunakan
metode Snowball Sampling sehingga diperoleh 2 pedagang pengumpul dan 5 pedagang
pengecer. Hasil analisis pemasaran menunjukan bahwa saluran pemasaran bawang merah di
desa Alitupu terdapat dua saluran pemasaran. Marjin saluran | yaitu Rp 9.667 dan marjin
saluran || yaitu Rp 15. 267 bagian harga yang diterima oleh produsen pada saluran | sebesar
66, 66 % sedangkan bagian harga yang diterima oleh produsen pada saluran || sebesar 54,
83%. Efisiensi pemasaran saluran | sebesar 2,47%, dan pada saluran || sebesar 2,17%
sehingga saluran | lebih efisien dibangding dengan saluran ||.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Bawang Merah

Bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan
50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan di bagian tengah
menggembung, bentuknya seperti pipa yang berlubang di dalamnya. Tangkai tandan bunga
ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai 30–50 cm. Bunga bawang
merah termasuk bunga sempurna yang tiap bunga terdapat benang sari dan kepala putik.
Bakal buah sebenarnya terbentuk dari 3 daun buah yang disebut carpel, yang membentuk tiga
buah ruang dan dalam tiap ruang tersebut terdapat 2 calon biji. Buah berbentuk bulat dengan

9
ujung tumpul. Bentuk biji agak pipih. Biji bawang merah dapat digunakan sebagai bahan
perbanyakan tanaman secara generatif. Bawang merah mengandung vitamin C, kalium, serat,
dan asam folat. Selain itu, bawang merah juga mengandung kalsium dan zat besi. Bawang
merah juga mengandung zat pengatur tumbuh alami berupa hormon auksin dan giberelin.
Kegunaan lain bawang merah adalah sebagai obat tradisional, bawang merah dikenal sebagai
obat karena mengandung efek antiseptik dan senyawa alliin. Senyawa alliin oleh enzim
alliinase selanjutnya diubah menjadi asam piruvat, amonia, dan alliisin sebagai anti mikoba
yang bersifat bakterisida.
Bawang merah diiris menyebabkan mata manusia mengeluarkan airmata.
Pembentukannya terpicu oleh di lepaskannya enzim lachrymatory-factor synthase ketika
jaringan tubuh tanaman dilukai. Enzim ini akan mengubah asam-asam amino sulfoksida
(mengandung oksida belerang) menjadi asam sulfenat yang tidak stabil. Salah satu senyawa
yang terbentuk dari asam sulfenat adalah sin-propanatial-S-oksida, yang kemudian menyebar
ke udara.

Klasifikasi tanaman bawang merah :


Kindom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas :Liliopsida
Ordo : Asparagales
Famili : Amaryllidaceae
Genus : Allium
Species : Allium cepa var ascalonicum (L). (Wikipedia,2017).

Bawang merah (Allium cepa L. var. aggregatum) juga merupakan sayuran rempah
yang digunakan sebagai bumbu atau penyedap masakan sehari-hari yang di pergunakan juga
sebagai obat. Wujudnya berupa umbi yang dapat dimakan mentah, untuk bumbu masak, obat
tradisional, kulit umbinya dapat dijadikan zat pewarna dan daunnya dapat pula digunakan
untuk campuran sayur. Bawang merah saat ini dianggap sebagai sebuah varietas dari spesies
Allium cepa, spesies yang memuat sejumlah besar varietas bawang merah yang dikenal
dengan nama kolektif bawang bombai.

Bawang merah asal mulanya merupakan perubahan bentuk dari bawang bombay yang
mengadakan adaptasi dengan membentuk klon-klon yang spesifik dengan jumlah kromosom

10
2n = 16. Perkembangan bawang merah di daerah iklim sedang tidak normal, tetapi cukup
potensial untuk dikembangkan di daerah tropis(Anonim,2013).

Dalam tiap 100 gram umbi bawang merah segar mengandung kalori 39,0 kalori,
protein 1,5 gram, lemak 0,3 gram, karbohidrat 0,2 gram, kalsium 36,0 mg, fosfor 40,0 mg, zat
besi 0,8 mg, vitamin B1 0,03 mg, vitamin C 2,0 mg, dan air 88,0 gram. Selain kaya akan
kandungan gizi, umbi bawang merah juga banyak mengandung senyawa kimia seperti
proplonaldehida, metil alkohol, dan propil merkaptan, serta sedikit sampai sedikitnya
senyawa-senyawa yang terdiriatas hydrogen sulfida, asetaldehida, sulfur dioksida, dipropil
alkohol, 4-heksana-1- alkohol, dan 2-hidroksil propantiol (Sunaryono dan Soedomo, 1983).

Tanaman bawang merah ini dapat ditanam dan tumbuh di dataran rendah sampai
ketinggian 1000 meter dpl. Walaupun demikian, untuk pertumbuhan optimal adalah pada
ketinggian 0-450 meter dpl. Komoditas sayuran ini umumnya peka terhadap keadaan iklim
yang buruk seperti curah hujan yang tinggi serta keadaan cuaca yang berkabut.Tanaman
bawang merah membutuhkan penyinaran 7 cahaya matahari yang maksimal (minimal 70%
penyinaran), suhu udara 25º-32ºC serta kelembaban nisbi yang rendah(Sunaryono dan
Soedomo, 1983).

2.2.2 Pemasaran
Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh produksi baik
itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup
usahanya.Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan
perusahaan, di mana secara langsung 8 berhubungan dengan konsumen.Maka kegiatan
pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang berlangsung dalam kaitannya
dengan pasar
Pemasaran adalah salah satu kegiatan dalam perekonomian yang membantu dalam
menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga barang dan jasa.
Faktor penting dalam menciptakan nilai tersebut adalah produksi, pemasaran, dan konsumsi.
Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi.
(Menurut Nitisemito, 2002). Pemasaran adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk
mempelancar arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen secara paling efesien dengan
maksud untuk menciptakan pemasaran yang efektif dan pemasaran pula suatu sistem dari
kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetukan harga, mempromosikan dan

11
mendistribusikan produk yang dapat memuaskan keinginan dalam mencapai tujuan
perusahaan.
Fungsi Pemasaran.

1. Fungsi Penjualan
Petani bawang merah yang ada kelompok tani Fajar Pagi tidak melakukan penjualan
secara langsung kepada konsumen tetapi melalui pedagang pengumpul yang datang
ke Desa Rasabou kemudian dipasarkan melalui lembaga pemasaran lainnya seperti
pedagang besar dan pedagang pengecer.
2. Fungsi Pembelian
Pembelian bawang merah kelompok tani Fajar Pagi melakukan transaksi jual beli
antara petani dan pedagang pengumpul terjadi di sawah atau tempat penyimpanan
bawang merah. Pedagang besar yang yang berasal dari Rai-oi dan langsung ke tempat
penyimpanan bawang merah. Adapun pembayaran yang dilakukan pedagang
pengumpul ke petani yaitu ada yang dibayar langsung dan ada yang dibayar pada
waktu satu minggu setelah pembelian berlangsung. Penetapan harga di tentukan dulu
oleh petani jika harganya sesuai maka langsung diambil oleh pedagang pengumpul
itupun masih ada penawaran dari pedagang pengumpul atau pedagang besar yang
menginginkan bawang merah tersebut.
3. Fungsi Pengangkutan
Pengangkutan bawang merah dari lahan petani sampai ke tempat pengimpanan
menggunakan mobil Pick Up. Begitupun dengan pedagang pengumpul dan pedagang
besar juka mereka membeli langsung ke sawah mereka harus mengangkut bawang
merah menggunakan mobil Pick Up. Karna jika mereka menggunakan motor jalanan
mungkin susah untuk dilewati dan bawang yang dibeli juga cukup banyak.
2.2.3 Saluran Pemasaran
Pemasaran pada prinsipnya adalah aliran barang dari produsen ke konsumen. Aliran
barang ini dapat terjadi karena adanya peranan lembaga tataniaga. Peranan lembaga tataniaga
atau pemasaran ini sangat tergantung dari sistem pasar yang berlaku dan karakteristik aliran
yang dipasarkan. Oleh karena itu dikenal istilah ”saluran pemasaran” (Marketing chanel).
Fungsi saluran pemasaran ini sangat penting, khususnya dalam melihat tingkat harga masing-
masing lembaga pemasaran (Soekartawi, 2002).

12
Saluran tataniaga akan menjadi panjang apabila sebelum jatuh ke tangan konsumen
produk harus melalui berbagai macam perdagangan, sebaliknya saluran tataniaga menjadi
pendek apabila produk secara langsung menghubungi konsumen (Siswanto, 1983).
Perantara tataniaga adalah lembaga-lembaga yang membantu arus perpindahan barang
dan jasa antar pengusaha dan pasar, pada sebuah saluran tataniaga pihak produsen
berhubungan langsung dengan pihak konsumen disebut dengan saluran tataniaga langsung
sedangkan saluran tidak langsung pihak produsen menggunakan pihak pertama yaitu
pedagang untuk menyalurkan barang kepada konsumen (Radiosunu, 1987).
Harga merupakan nilai yang dinyatakan dalam satuan mata uang atau nilai tukar suatu
komodoti barang tertentu atau merupakan perpotongan antara kurva demand dan supply.
Harga suatu barang ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran dipasar.
Ditambahkan oleh Nitisemito (1991), bahwa harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang
diukur dengan sejumlah uang dimana suatu pihak bersedia melepaskan barang atau jasa yang
dimilikinya kepada pihak lain.
Bahwa hal yang sangat mempengaruhi usaha dagang adalah saluran pemasaran dan
pelaksanaan kegiatan fungsi-fungsi pemasaran yang ada dalam produk pertanian adalah
penyimpanan, transportasi, grading dan standarisasi serta periklanan. Area pemasaran yang
dibentuk oleh lembaga pemasaran yakni menyampaikan barang atau jasa dari produsen ke
konsumen dapat menyumbangkan profit tertentu bagi lembaga pemasaran. Jika saluran
pemasaran pendek maka harga ditingkat konsumen tidak jauh berbeda dengan harga yang
diberikan produsen. Sebaliknya jika saluran pemasaran yang terjadi adalah saluran pemasaran
yang panjang dan banyak melibatkan lembaga pemasaran maka harga konsumen akhir dapat
dipastikan sangat jauh berbeda dari harga produsen karena tingginya margin yang tercipta
(Anindita, 2004).
2.2.4 Lembaga Pemasaran
Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan
pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta
mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga-lembaga
tataniaga dalam menyampaikan komoditi pertanian dari produsen berhubungan satu sama lain
yang membentuk jaringan tataniaga. Arus tataniaga yang terbentuk dalam proses tataniaga ini
beragam sekali, misalnya produsen berhubungan langsung dengan tengkulak atau pedagang
pengumpul (Sudiyono,2004).
Kelembagaan petani sangat berkontribusi dalam meningkatkan kemandirian dan
kesejahteraan petani karena kelembagaan memiliki ikatan yang sangat kuat dengan kondisi

13
tekno sosial petani, hidayanto dkk menambahkan bahwa pengembangan kelembagaan petani
sangat penting karena beberapa alasan yaitu (1) banyak masalah pertanian yang dapat
diselesaikan oleh lembaga petani; (2) memberikan kontuinitas pada usaha penyebaran
teknologi atau pengetahuan teknis pada petani (3) menyiapkan petani agar mampu bersaing
dalam struktur ekonomi yang lebih terbuka dan (4) adanya kerja sama petani yang dapat
mendorong penggunaan sumberdaya petani menjadi lebih efesien (Anantanyu,2011).
2.2.5 Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran adalah sema biaya yang sejak saat produk selesai diproduksi dan
disimpan dalam gudang sampai dengan produk tersebut berubah kembali berbentuk uang
tunai. Ditambahkan oleh Kusnadi dalam bukunya akuntansi manjemen komprehensif,
tradisional dan kontenporer, biaya pemasaran adalah biaya yang dibebankan (segala
pengeluaran) didalam penjualan suatu barang atau jasa dari keluarnya barang sampai
ketangan pembeli. Biaya pemasaran juga dapat diartikan semua biaya yang telah terjadi
dalam rangka memasarkan produk atau barang dagangannya siap dijual sampai dengan di
terimanya hasil penjualan menjadi kas (Mulyadi, 1991).
Secara garis besar biaya pemasaran dapat dibagi menjadi dua golongan (a) biaya
untuk mendapatkan pesanan (order – getting cost), yaitu biaya yang dikeluarkan dalam usaha
untuk memperoleh pesanan. Contoh biaya yang termasuk dalam golongan ini adalah biaya
gaji wiraniaga (sales person), komisi penjualan, advertensi dan promosi. (b) biaya untuk
memenuhi pesanan (order – filling costs), yaitu semua biaya yang dikeluarkan untuk
mengusahakan agar supaya produk sampai ke tangan pembeli. Contoh biaya yang termasuk
dalam golongan ini adalah biaya pergudangan, biaya pembungkusan dan pengiriman, biaya
angkutan, biaya penagihan (Mulyadi,1991).
2.2.6 Margin Pemasaran
Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1993), margin adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayarkan kepada penjual pertama dan harga yang
dibayarkan oleh pembeli akhir.
Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang dibayarkan konsumen akhir
untuk suatu produk pertanian, dengan harga yang diterima oleh petani produsen untuk produk
yang sama, termasuk semua ongkos yang menyelenggarakan dari produk tersebut, mulai dari
petani produsen hingga ke konsumen akhir. Adapun sifat umum dari margin pemasaran
adalah (a) cenderung akan naik dalam jangka panjang dengan menurunnya bagian harga yang
diterima oleh petani produsen. (b) margin pemasaran pertanian akan berbeda satu dengan

14
yang lainnya. Jadi yang dimaksud dengan margin pemasaran adalah selisih antara harga yang
diterima petani produsen dengan harga yang dibayarkan konsumen akhir (Azzaino,1992).
Menurut Mubyarto (1989), setiap barang ekonomi mempunyai kegunaan atau manfaat
bagi manusia apabila barang tersebut berada pada suatu keadaan tertentu, waktu tertentu dan
harga tertentu. Barang ekonomi akan mempunyai nilai jika berada di tempat yang diinginkan
konsumen, diwaktu tertentu (setiap saat), dan dengan harga yang terjangkau. Kegunaan atau
manfaat tersebut merupakan proses dari pengangkutan (distribusi), perubahan bentuk
(produksi) dan penyediaan (penawaran) yang merupakan fungsi dari tataniaga. Besaran biaya
tataniaga berbeda antara setiap pelaku tataniaga, tergantung pada hal berikut: (a) macam
komoditas yang dipasarkan , ada komoditas yang bobotnya besar tetapi nilainya kecil
sehingga membutuhkan biaya pemasaran yang besar. Sebaliknya ada komoditi yang kecil dan
ringan, tetapi mempunyai nilai yang tinggi, dalam hal ini biaya pemasaran lebih rendah, dan
lain sebagainya. (b) lokasi / daerah produsen, bila lokasi produsen jauh dari pasar atau lokasi
konsumen, maka biaya transportasi menjadi besar pula. Biasanya lokasi yang terpencil
menjadi salah satu penyebab rendahnya harga di tingkat produsen. (c) macam dan peran
lembaga.
2.2.7 Efisiensi Pemasaran
Azzaino (1985), menyatakan bahwa gejala rendahnya harga yang diterima petani erat
kaitannya dengan keadaan pasar yang kurang efesien. Hal ini sering ditunjukkan dengan
gejala terlalu besarnya marjin pemasaran dan struktur pasar yang bersaing kurang sempurna.
Untuk memeroleh nilai jual yang baik, maka mekanisme pemasaran harus berjalan dengan
baik dengan tujuan agar semua pihak yang terlibat diuntungkan. Bagi konsumen tingkat
harga yang tinggi merupakan beban. Bagi petani produsen perolehan keuntungan dapat
diterima rendah atau berkurang karena rendahnya tingkat harga yang diterima. Pendapatan
petani sangat dipengaruhi oleh pemasaran hasil produksinya dan harga yang berlaku, dimana
pemasaran yang kurang efesien adalah kecilnya bagian yang diterima petani dari harga yang
diterima konsumen akhir (Soekartawi, 2005).

15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Pemasaran pertanian merupakan kegiatan menyampaikan produk pertanian dari
produsen hingga kepada konsumen. Produk tersebut akan melalui jalur pemasaran yang dapat
berbeda panjang pendeknya. Saluran pemasaran bawang merah dapat dimulai dari petani
sebagai produsen diteruskan ke pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer,
hingga sampai ke konsumen akhir.
Untuk mencapai tingkat efisiensi perlu kiranya pengaturan dengan menerapkan
prinsip efesiensi agar share margin petani dan pedagang dapat memperoleh laba yang adil
pada tingkat harga yang terjangkau oleh konsumen.dan kerangka pemekiran di bawah dapat
di jelaskan bahwa dari produksi atau usahatani bawang merah tidak luput dari pemasaran
kepada pedangan eceran dan pengepul agar di pasarkan kepada konsumen atau pembeli.

16
USAHATANI BAWANG MERAH

PEMASARAN

PEDAGANG

PENGECER

PEDAGANG
PENGUMPUL

BIAYA
KONSUMEN

penerimaan

pendapatan

RC/RASIO

17
3.2 Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di kelurahan Oesao Kecamatan Kupang Timur Kabupaten
Kupang pada Bulan Oktober 2022 sampai selesai. Pemilihan lokasi dilakukan secara
purposive yaitu ditetapkan secara sengaja (purposive sampling) karena Kecamatan Kupang
Timur Kabupaten Kupang daerah penghasil tanaman bawang merah

3.3 Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari wawancara lansung kepada responden dengan mengumpulkan
pertanyaan yang telah dibuat terlebih dahulu,sedangkan data sekunder diperoleh dari
penyuluh petani.
Pengumpulan data dalam penelitian ini yakni:
1. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung
terhadap obyek yang diteliti dengan cara mencatat secara sistematis terhadap gejala-
gejala yang terkait dengan penelitian.
2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada
responden yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih
dahulu.
3. Dokumentasi, yaitu langkah mencari data mengenai hal-hal variabel berupa catatan,
bukan majalah atau sebagainya. Dalam melaksanakan metode ini mempelajari dari
buku-buku, majalah dan media masa. Data dokumentasi ini berupa foto-foto, majalah,
berita dari media masa dan lain-lainnya.
3.5 Metode Penentuan sampel
3.5.1 Petani
Sampel dalam penelitian ini adalah petani bawang merah di Kelompok Tani Faja Pagi
Kelurahan Oesao Kecamatan Kupang Timur, pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sample jenuh yaitu dengan mengambil keseluruhan jumlah populasi
sampel dengan jumlah sebanyak 30 responden petani maka keseluruhan responden dijadikan
sampel. Sensus adalah cara pengumpulan data dari keseluruhan objek penelitian
(Afriyanti,2006).
3.5.2 Lembaga Pemasaran

Sampel pedagang adalah orang-orang yang terlibat dalam mendistribusikan hasil


produksi bawang merah dari petani sampai konsumen. Pedagang perantara ditentukan dengan
metode snowball yaitu cara pengambilan sampel yang ada mulanya menggunakan sejumlah

18
kecil sampel kemudian secara berjenjang bertambah hingga sampel yang diambil menjadi
besar. Aplikasi metode ini dengan menggunakan sejumlah kecil individu atau kelompok
orang untuk dintannyakan menyangkut hal-hal tertentu, kemudian individu atau kelompok
tersebut diminta untuk menunjukan individu atau kelompok lain yang mereka kenal dan
mengerti tentang seluk beluk masalah yang ditanyakan.
3.5.3
Defenisi dan Batasan Operaisonal
Untuk menghindari dan kesalah pahaman serta kekeliruan dalam proses penelitian, maka
penulis membuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:
1. Lembaga pemasaran adalah orang atau badan yang terlibat dalam proses pemasaran hasil
pertanian bawang merah di Kelompok Tani Fajar Pagi Di Kelurahan Oesao Kecamatn
Kupang Timur.
2. Produsen yaitu merupakan petani yang menjual produknya terhadap pedagang pengumpul.
3. Biaya pemasaran terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembagalembaga pemasaran
untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran
4. Marjin pemasaran merupakan keuntungan dan total biaya pemasaran komoditi tanaman
bawang merah tiap lembaga pemasaran
5. Share margin adalah bagian harga yang diterima oleh setiap lembaga pemasaran terhadap
harga beli
6. Efesiensi pemasaran adalah suatu keadaan yang digunakan dalam penilaian prestasi kerja
proses pemasaran bagi semua lembaga yang terkait dalam pemasaran atau biaya
pemasaran dibagi dengan nilai produk yang dihasilkan.
7. Lokasi penelitian dilakukan di Kelompok Tani Fajar Pagi Di Kelurahan Oesao Kecamatn
Kupang Timur Penelitian ini dilakukan pada tahun 2022.
8. Sampel adalah lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan bawang merah baik
itu dari petani sampai ke konsumen di Kelompok Tani Fajar Pagi Di Kelurahan Oesao
Kecamatn Kupang Timur.
9. Lembaga pemasaran adalah orang atau badan yang terlibat dalam proses pemasaran
bawang merah di Kelompok Tani Fajar Pagi Di Kelurahan Oesao Kecamatn Kupang
Timur.
10. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2022.

19
3.3. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh ditabulasi kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian
sebagai berikut:
3. Untuk menjawab tujuan pertama Untuk mengetahui tingkat Mengetahui saluran
pendapatan dan pemasaran bawang merah di kelompok tani Fajar Pagii. di Kecamatan
Kupang Timur Kabupaten Kupang meliputi biaya produksi, harga produksi,
penerimaan dan pendapatan sebagai berikut: Soekartawi (1995)
a. Penerimaan:
TR = Pq x Q
Dimana:
TR = Total Penerimaan usaha bawang merah (Total Revenue) (Rp)
Pq = Harga tanaman bawang meah (Price) (Rp)
Q = Produksitanaman bawang merah (kg)
b. Pendapatan
Pd = TR-TC
N
Secara matematis Pd = Pq. Q - ∑ Pi . Xi
I

Dimana:
Pd = Pendapatan usaha pembibitan bawang merah
Pq = Harga tanaman bawang merah (Rp)
Q = Produksi tanaman bawang merah (kg)
Px1…Pxn = Harga input ke 1….n
X1….Xn = Jumlah input ke 1…n
Keterangan:
Pd = Pendapatan usaha bawang merah (Rp)
TR = Total Penerimaanusaha bawang merah (Total Revenue) (Rp)
TC = Total Biayausaha bawang merah (Total Cost)) (Rp)
Pq = Harga tanaman bawang merah (Price) (Rp)
Q = Produksi tanaman bawang merah (kg)
FC = Biaya Tetap (Rp)
VC = Biaya Variabel (Rp)

20
4. Untuk menjawab tujuan kedua yaitu Untuk Mengetahui layak atau tidak layaknya
bawang merah di usahakan di kelompok tani fajar Pagi.di Kecamatan Kupang Timur
Kabupaten Kupang
Perhitungan R/C ratio
TR
R/C=
TC
Keterangan:
R/C = Perbandingan Penerimaan dan Biaya
Dimana:
R/C= Rasio Penerimaan dan Biaya
TR= Penerimaan usaha pembibitan bawang merah (Rp)
TC= Biaya Total usaha pembibitan bawang merah (Rp)
Kriteria :
R/C >1, Usahatani bawang merah layak diusahakandan
menguntungkan
R/C <1, Usahatani bawang merah tidak layak diusahakandan tidak
menguntungkan
R/C= 1, Usahatani bawang merah dikatakan impas

3.6 Definisi Operasional Dan Pengukuran variabel


Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan konsep pengukuran,
berikut penjelasan tentang konsep pengukuran:

1. Petani bawang merah merupakan petani yang mengusahakan usahatani jagung,


yang berada di kelurahan Oesao Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang
yang menjadi anggota Kelompok Tani Bersukur
2. Luas lahan yang diolah petani dalam kegiatan usahatani bawang merah diukur
dalam satuan hektar (Ara).
3. Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi
usahatani bawang merah yang diukur dalam rupiah.
4. Biaya tetap merupakan biaya usahatani bawang merah yang besarnya tidak
tergantung pada jumlah produksi bawang merah yang akan dihasilkan, diukur
dalam satuan rupiah (Rp).
5. Biaya variabel merupakan biaya usahatani bawang merah yang besar kecilnya
tergantung pada berapa jumlah produksi bawang merah yang akan dihasilkan

21
seperti biaya benih, pupuk, tenaga kerja dan obat-obatan yang diukur dalam
satuan rupiah (Rp).
6. Biaya Total yaitu total seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang digunakan
untuk menghasilkan suatu output dalam satu proses produksi, yang diukur dalam
rupiah.
7. Produksi adalah jumlah fisik output yang dihasilkan dalam suatu proses usahatani
yang diukur dalam kg.
8. Harga jual adalah harga jual output yang berlaku di lokasi penelitian yang diukur
dalam Rp/kg.
9. Penerimaan adalah jumlah output yang dihasilkan dikalikan dengan harga output
yang diukur dalam rupiah (Rp).
10. Pendapatan usahatani padi sawah adalah besarnya pendapatan dari usahatani
jagung dalam satu kali proses produksi diukur dalam rupiah (Rp).
11. Tenaga kerja dalam keluarga adalah pekerja yang berasal dari anggota keluarga
baik istri, suami, anak yang ikut serta dalam usahatani jagung yang diukur dengan
satuan HKO (Hari Kerja Orang).
12. Tenaga kerja luar keluarga adalah sumber tenaga kerja yang berasal dari luar
keluarga atau sumber tenaga kerja selain dari anggota keluarga yang diukur
dengan satuan HKO (Hari Kerja Orang).
13. Pendidikan petani adalah lamanya petani menjalankan pendidikan formal, yang
diukur dalam satuan tahun.
14. Pengalaman berusahatani adalah lama petani dalam mengusahakan usahatani
jagung diukur dalam satuan tahun.
15. Umur merupakan umur petani responden pada saat dilakukan penelitian
dinyatakan dalam tahun.
16. Upah tenaga kerja adalah besarnya nilai yang diterima sebagai bentuk imbalan
atas pekerjaannya dalam usahatani jagung, yang diukur dalam rupian per HOK.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ananta, Aris, Dkk., 1999. EkonomiSumber Daya Manusia. Jakarta: LDFE UI


Asnawi, R., (2003). Analisis Fungsi Produksi Usaha Tani bawang merah Dan Industri
Tepung Tapioka Rakyat di Provinsi Lampung. Jurnal Pengkajian Dan Pengembangan
Teknologi Pertanian, 6(2), 131–140.
Azzaino, Z. 2005. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusal Sosial Ekonomi Pertanian. IPB
Bogor.
Babakan. Kecamatan Mengwi. Kabupaten Badung. Bandung.
Basu dan Hani. (2011). Manajemen Pemasaran-Analisis Perilaku. Konsumen.
Basu Swastha, Hani Handoko. (2011). Manajemen Pemasaran-Analisis Perilaku. Konsumen.
Yogyakarta : BPFE.
Dewi, I.G.A.C. (2012). Analisis efisiensi usahatani padi sawah studi kasus di Subak. Pacung
Empat.
Hasyim. (2006). Ilmu Usaha Tani dan ekonomi kerakyatan, Jakarta: Penerbit Salemba
Huraerah dan Purwanto. (2015). Dinamika Kelompok, Konsep dan Aplikasi. Bandung:
Kendari: Unhalu Press.
Muhammad Akib Tuwo. (2011). Ilmu Usaha Tani; Teori dan Aplikasi Menuju Sukses.
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Rukmana. 1995.Bawang Merah. Kanisius. Yokyakarta
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran hasil-hasil pertanian PT Raja.
Grafindo Persada. Jakarta.
Yogyakarta : BPFE.

23

Anda mungkin juga menyukai