Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH


(Capsicum annum L) Di Kecamatan Salimpauang Kabupaten
Tanah Datar

(Proposal Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Riset Agribisnis)

Disusun Oleh:

NIKEN AYU DIAH FITRI

211000454201006

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMIN

2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT., yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat,hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat
menyelesaikan Tugas Proposal Penelitian dengan judul : “Analisis Kelayakan
Usahatani Cabai Merah (Capsicum annum l) Di Kecamatan Salimpauang
Kabupaten Tanah Datar”.

Adapun tujuan pembuatan proposal ini untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Metode Riset Agribisnis pada Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Mahaputra Muhammad Yamin.

Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang
ingin memberikan kritik dan saran kepada saya sehingga saya dapat memperbaiki
kedepannya.

Batusangkar, 28 Desember 2023

Penulis

i
1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Holtikultura adalah sub sektor yang memiliki potensi dan kontribusi yang
besar terhadap petani. Sub sektor ini memberi peran strategis dalam pendapatan
dan penyerapan lapangan kerja. Pilihan paling menarik dari sub sektor
holtikultura adalah cabai merah. Komoditas ini harga jual nya tidak menentu
kadang tinggi, kadang rendah. Namun, meskipun pasokannya naik turun,
permintaanya tidak pernah surut.Cabai merah merupakan salah satu varietas yang
paling banyak dibudidayakan oleh petani. Cabai merah dapat diolah menjadi
berbagai macam produk, salah satunya adalah saos cabai. Cabai merah memiliki
masa tanam selama empat sampai enam bulan. Tumbuhanya berakar serabut,
pembiakanya menggunakan biji yang disemai kurang lebih selama dua minggu di
tempat khusus setelah tumbuh tunas baru dipindahkan ke lahan (Setia, 2004).

Produksi cabai merah antar tahun di Kabupaten Tanah Datar diduga


dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi, karena secara teoritis hubungan tersebut
digambarkan dalam fungsi produksi. Faktor produksi dapat berupa tenaga kerja
dan modal produksi maupun faktor iklim. Masukan (input) seperti sarana produksi
pertanian masih dapat dikendalikan oleh petani, sedangkan curah hujan, suhu dan
berbagai variabel iklim yang lain tentu diluar kendali petani. Masukan produksi
merupakan sumber biaya pada suatu usahatani sehingga harus digunakan dengan
efisien. Usahatani diharapkan dapat dilakukan dengan biaya produksi minimal,
namun dihasilkan keuntungan maksimum. Biaya sarana produksi dapat
dikendalikan melalui alokasi jumlah yang tepat, sehingga setiap masukan
digunakan dengan efisien. Keuntungan maksimum usahatani diharapkan dapat
dicapai melalui efisiensi tersebut.

Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu daerah sentra produksi cabai
merah terbesar di Sumatera Barat, dengan produksi cabai merah sebanyak 20.665
ton pada tahun 2021, dengan luas panen panen 2126 Ha. Salah satu kecamatan
yang memiliki potensi dan sumber daya yang sangat menunjang untuk

2
melaksanakan usahatani cabai merah di Kabupaten Tanah Datar adalah
Kecamatan Salimpauang.

Kecamatan Salimpauang merupakan daerah penghasil tanaman


hortikultura termasuk cabai merah. Kecamatan Salimpauang adalah salah satu
daerah sentra produksi cabai merah di Kabupaten Tanah Datar, yang mampu
memproduksi sebesar 16.505,36 ton cabai merah pada tahun 2021 dengan luas
panen 2.890,40 Ha.

Berdasarkan survei pendahuluan, cabai merah yang dihasilkan di


Kecamatan Salimpauang tidak menjual produknya secara langsung ke konsumen
akhir, namun melalui pedagang pengumpul. Adanya keterlibatan antara pedagang
pengumpul dan beberapa pedagang perantara lainya akan menyebabkan harga
yang diterima petani dan dibayar konsumen akan jauh berbeda, sehingga
keuntungan yang diterima petani sangat sedikit. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk meneliti “Analisis Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsicium
annum L) di Kecamatan Salimpauang Kabupaten Tanah Datar”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah di Kecamatan


Salimpauang Kabupaten Tanah Datar.

2. Bagaimana tingkat pendapatan usahatani cabai merah di Kecamatan


Salimpauang Kabupaten Tanah Datar.

3. Apakah usahatani cabai merah layak untuk diusahakan di Kecamatan


Salimpauang Kabupaten Tanah Datar.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah di


kecamatan Salimpauang Kabupaten Tanah Datar.

2. Untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani cabai merah di Kecamatan


Salimpauang Kabupaten Tanah Datar.

3
3. Untuk mengetahui kelayakan usahatani cabai merah di Kecamatan
Salimpauang Kabupaten Tanah Datar.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi petani cabai merah dalam mengembangkan


usahataninya.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkanya.

3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengembangkan kebijakan


mengenai usahatani cabai merah.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cabai

Cabai merupakan terna tahunan yang tumbuh tegak dengan batang


berkayu, banyak cabang, serta ukuran yang mencapai tinggi 65-120 cm dan lebar
tajuk tanaman berdiameter 50-90 cm. Umumnya, daun cabai berwarna hijau muda
sampai hijau gelap, tergantung varietasnya. Daun cabai berbentuk bulat telur,
lonjong, ataupub oval dengan ujung meruncing, tergantung spesies dan
varietasnya (Redaksi Agro Media, 2008).

Cabai yang pertama kali dibawa oleh Colombus ke Spanyol adalah cabai
merah (Capsicum annum L). Cabai tersebut adalah herba semusim yang berbuah
di umur 3 bulan dan berumur hingga 6 bulan. Saat ini cabai mengalami banyak
perubahan, baik dari bentuk, rasa, serta warna, seperti yang telah kita temui di
pasar (Redaksi Agro Media, 2008). Klasifikasi Cabai Merah :

Kingdom : Plantarum

Subkingdom : Tracheobionta

Super Devisi : Spermatophyta

Devisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Sub class : Asteridae

Ordo : Solanale

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annum L

2.2 Produksi

5
Produksi merupakan sejumlah hasil pada satu lokasi dalam waktu tertentu
dengan demikian dapat dikatakan bahwa produksi yaitu kegiatan yang dilakukan
guna memperoleh hasil produksi yang maksimal dengan menggunakan faktor
produksi untuk memperbesar nilai. Jika permintaan suatu produksi tinggi maka
harga ditingkat petani akan ikut tinggi, sehingga dengan biaya yang sama petani
akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Begitu sebaliknya, jika petani
telah berhasil meningkatkan produksi, tetapi harga turun maka pendapatan petani
akan ikut turun.

Menurut Daniel, (2002) Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan


membuat. Proses produksi bisa berjalan apabila persyaratan yang dibutuhkan
dapat terpenuhi, persyaratan ini dapat dikatan sebagai faktor produksi. Faktor
produksi terdiri dari 3 komponen yaitu : modal, tenaga kerja, dan luas lahan.

1. Modal

Modal usaha yang harus ada atau mampu membiaya pengeluaran operasi
perusahaan, karena dengan modal usaha yang cukup akan menguntungkan
pengusaha, juga memungkinkan bagi pengusaha untuk beroperasi secara
ekonomis dan efisien serta tidak mengalami kesulitan keuangan. Menurut Thomas
(2009:217) Modal adalah segala bentuk kekayaan yang digunakan untuk
memproduksi kekayaan yang lebih banyak.

Modal salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi setiap usaha.
Permasalahan modal sering kali terjadi pada usaha kecil. Mudal adalah suatu
aktiva dengan umur lebih dari satu tahun yang tidak diperdagangkan dalam
kegiatan bisnis sehari-hari (Prawirosoentono, 2007:117). Menurut Astamoen
(2005:289) memberikan pengertian modal sebagai ketersediaan uang dalam
bentuk uang tunai.

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja memiliki peran krusial dalam menentukan tingkatan


pendapatan. Tanpa tenaga kerja, faktor produksi lain seperti modal dan teknologi
tidak akan berarti. Tenaga kerja dihitung dari jumlah yang aktif bekerja dalam
suatu usaha. Mankiw (2003:46) mendefinisikan tenaga kerja sebagai “waktu yang

6
dihabiskan orang untuk bekerja, merupukan faktor produksi yang digunakan
sepenuhnya”.

Mulyadi (2003:59) mendefinisikan tenaga kerja sebagai penduduk usia


produktif yang mampu menghasilkan barang dan jasa, dengan syarat ada
permintaan dan mereka bersedia bekerja. Sementara itu, Rosyidi (2004:57)
memandang tenaga kerja sebagai kemampuan manusia yang dapat dimanfaatkan
untuk memproduksi barang dan jasa.

3. Luas Lahan

Luas lahan merupakan luas areal persawahan yang akan di tanam pada
musim tertentu. Secara umum luas lahan merupakan lahan pertanian berbentuk
petak-petak dan dibatasi oleh pematang untuk mengatur air. Menurut Assis et al
(2014), luas lahan merupakan faktor tunggal yang berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan bulanan petani. Jadi, semakin luas lahan yang digarap,
semakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh.

Fungsi produksi adalah hubungan antara faktor produksi dengan barang


produksi yang dihasilkan dalam proses produksi, kegiatan produksi menyangkut
input terdiri dari faktor-faktor produksi seperti tanah, modal, tenaga kerja, dan
kewirausahaan. Mengenai input atau keluaran yang dihasilkan dalam proses
produksi. Dengan demikian, fungsi produksi merupakan hubungan fungsional
antara input dengan output. Misalnya, jumlah cabai merah yang dihasilkan
merupakan fungsi luas tanah dan tempat kerja (Sukwiaty, dkk, 2009).

2.3 Definisi Usahatani

Usahatani (farm) adalah organisasi dari alam (lahan), tenaga kerja, dan
modal yang ditunjukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi
tersebut ketatalaksanaanya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang
atau sekumpulan orang sebagai pengelolanya. Istilah diatas telah mencakup
pengertian yang luas dari bentuk yang paling sederhana sampai paling modern. Di
Indonesia, selain usahatani dikenal dengan istilah perkebunan merupakan baagian
usahatani yang dilaksanakan secara komersial (Firdaus, 2010).

7
Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara petani
mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal,
teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien dan kontinu untuk
menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat
(Hastuti dan Rahim, 2007).

2.4 Konsep Biaya

Biaya adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk


memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan
digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi perusahaan atau
usaha tersebut. Menurut Soekartawi (2002), biaya usahatani adalah semua
pengeluaran yang dipergunakan dalam usahatani.

Untuk tujuan yang berbeda, biaya dapat dibedakan dalam berbagai cara
menurut Supriyono (2002) pengolahan biaya adalah proses mengelompokan
secara sistematis atas keseluruhan elemen yang ada kedalam golongan-golongan
tertentu yang lebih ringkas untuk memberikan informasi yang lebih mempunyai
arti yang lebih penting.

1. Biaya tetap (fixed cost)

Biaya tetap adalah biaya produksi yang tidak berubah jumlahnya,


berapapun output yang dihasilkan. Biaya ini dikeluarkan untuk memperoleh faktor
produksi yang tidak dapat diubah jumlahnya, seperti sewa gedung, gaji karyawan
tetap, dan penyusutan mesin. Biaya tetap perunit semakin rendah seiring dengan
meningkatnya volume produksi. Sebaliknya, biaya perunit akan semakin tinggi
jika volume produksi rendah.

2. Biaya tidak tetap (variable cost)

Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Semakin besar volume kegiatan, maka
semakin tinggi jumlah total biaya variabel dan sebaliknya semakin rendah volume
kegiatan, makan semakin rendah jumlah total biaya variabel. Biaya satuan pada
biaya variabel bersifat konstan karena tidak dipengaruhi oleh perubahan volume
kegiatan.

8
3. Biaya total (total cost)

Biaya total adalah keseluruhan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam


proses produksi. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

TC = TFC + TVC

Dimana :

Total Cost = Total Fixed Cost + Total Variable Cost

2.5 Penerimaan

Menurut Tuwo (2011), penerimaan usahatani yaitu penerimaan dari semua


sumber usahatani meliputi hasil penjualan tanaman, ternak, ikan atau produk yang
dijual, produk yang dikonsumsi pengusaha dan keluarga selama melakukan
kegiatan dan kenaikan nilai investasi, maka penerimaan usahatani memiliki
bentuk-bentuk penerimaan dari sumber penerimaan usahatani itu sendiri.

Unsur yang digunakan dalam pendapatan usahatani yaitu permintaan dan


pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah
produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya sebagai
nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain dikeluarkan pada proses produksi.
Produski berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi, penerimaan tersebut
diterima petani karena masih harus dikuragi dengan biaya produksi yaitu
keseluruhan biaya yang dipakai dalam proses produksi tersebut (Suratiyah, 2015).

Pendapatan

Menurut Sukirno (2006), pendapatan adalah jumlah penghasilan yang


diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik
harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan
antara lain :

- Pendapatan pribadi yaitu jenis pendapatan yang diperoleh tanpa


memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu
negara

9
- Pendapatan disposibel yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang
harus dibayarkan oleh penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap
dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel
- Pendapatan nasional yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-
jasa yang diproduksikan oleh negara dalam satu tahun.

Pendapatan merupakan hasil dari penjualan barang dan pemberian jasa dan
diukur dengan jumlah yang dibebankan kepada langganan, klaim atas barang dan
jasa yang disiapkan untuk mereka. Pendapatan adalah selisih dari anatara
penerimaan (TR) dan semua biaya (TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan (TC)
adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya
biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (Fixed cost) dan biaya
tidak tetap (variable cost).

Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus
dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya
variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang
diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah
dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Soekartawi,
2002).

Studi Kelayakan Usahatani

Studi kelayakan usaha merupakan suatu kegiatan yang mempelajari secara


mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka
menentukan layak atau tidak layak usaha tersebut dijalankan (Kasmir dan Jakfar,
2003). Studi kelayakan perlu dilakukan supaya menghindari modal yang terlalu
besar untuk suatu kegiatan ternyata tidak menguntungkan. Studi kelayakan
memerlukan biaya, namun biaya masih relatif kecil apabila dibandingkan terhadap
resiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar
(Husnan dan Suwarsono, 2002). Adanya studi kelayakan ini memungkinkan
tingkat keuntungan yang akan dicapai dapat diketahui, pemborosan terhadap
sumber daya dapat terhindarkan, serta dapat memilih proyek paling
menguntungkan di antara berbagai alternatif proyek investasi yang ada (Septiani,
2003).

10
Kadariah et, al. dalam Aulia (2008) menyatakan bahwa analisis finansial
dimulai dengan analisis biaya dan manfaat suatu proyek. Analisis finansial
bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang dengan revenue earning dari
suatu proyek, apakah proyek akan menjamin atas dana yang diperlukan, apakah
proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut, dan apakaah proyek akan
berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri.

Gittinger dalam Aulia (2008) menyebutkan beberapa biaya yang


menyangkut proyek pertanian anatar lain barang-barang fisik, tenaga kerja, tanah,
cadanggan-cadangan yang tidak terduga, pajak, jasa pengiriman dan biaya yang
tidak diperhitungkan. Penambahan nilai suatu proyek diketahui melalui
peningkatan produksi, perbaikan kualitas, perubahan waktu dalam penjualan.
Perubahan dalam bentuk produksi, pengurangan biaya melalui mekanisasi,
pengurangan biaya pengangkutan, penghindaran kerugian dan manfaat tidak
langsung proyek.

11
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Salimpauang Kabupaten Tanah


Datar. Penentuan lokasi seacara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa
Kecamatan Salimpauang merupakan salah satu daerah penghasil cabai merah di
Kabupaten Tanah Datar.

3.2 Metode Penelitian / Metode Pengambilan Sampel

Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus (case study),
yaitu penelitian dilakukan dengan melihat langsung ke lapangan. Studi kasus
merupakan metode yang menjelaskan mengenai suatu objek tertentu selama kurun
waktu atau suatu fenomena yang ditentukan pada suatu tempat yang belum sama
dengan daerah lain.

Populasi dalam penilitian ini adalah semua petani yang mengusahakan


cabai merah di Kecamatan Salimpauang Kabupaten Tanah Datar. Arikunto
(2010), menyatakan bahwa jika jumlah subyeknya besar, maka dapat diambil
sampel antara 10-30%. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple
random sampling (Secara sederhana). Berdasarkan pendapat di atas jumlah
sampel yang diambil sebanyak 15% dari jumlah populasi yang ada atau sampel
yang diambil sebanyak 33 orang dari jumlah populasi.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan
wawancara. Wawancara berdasarkan daftar pertanyaan (kuesioner) dilakukan
kepada para petani untuk memperoleh informasi mengenai usahatani cabai merah.
Data-data sekunder berasal dari berbagai instansi terkait, seperti Badan Pusat
Statistik dan Departemen Tanaman Pangan dan Hortikultura. Data sekunder
diperoleh dari berbagai literatur yang berkaitan dengan topik penelitian.

3.4 Variabel Penelitian

12
1. Variabel Terikat

Kelayakan usahatani cabai merah merupakan variabel terikat yang akan dianalisis
dalam penelitian ini. Kelayakan usahatani cabai merah dapat diukur dengan
menggunakan berbagai metode penelitian.

2. Variabel Bebas

Input produksi merupakan faktor-faktor yang dibutuhkan untuk menghasilkan


output dalam usahatani cabai merah. Input produksi dapat dibagi menjadi input
tetap dan input variabel. Input tetap adalah input yang tidak berubah jumlahnya
dalam jangka pendek, seperti lahan. Input variabel adalah input yang jumlahnya
berubah-ubah dalam jangka pendek, seperti tenaga kerja, pupuk, pestisida, dan
benih.

Faktor non-input merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani cabai


merah, tetapi tidak termasuk dalam input produksi. Faktor non-input dapat dibagi
menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor
yang berasal dari dalam usahatani, seperti harga jual dan harga input. Faktor
eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar usahatani, seperti curah
hujan, suhu, dan kelembaban udara.

3.5 Metode Analisis Data

Untuk menyelesaikan masalah pertama, metode analisis yang digunakan


adalah analisis regresi linear berganda. Analisis linier berganda merupakan
hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen dengan satu
variabel dependen yang digunakan untuk memprediksi atau meramalkan suatu
nilai variabel dependen berdasarkan variabel independen. Untuk menguji
identifikasi masalah pertama akan diuji dengan menggunakan model regresi linier
berganda, dengan persamaan berikut :

Y=a₀ + a₁X₁ + a₂X₂ + a₃X₃ + μ

Keterangan :

Y : Produksi Cabai Merah

13
a₀ : Konstanta Intership

X₁ : Tenaga Kerja (HK)

X₂ : Pupuk (Kg)

X₃ : Pestisida (Liter)

μ : Standar

a₁ - a₃ : Koefisien Variabel Regresi

Pengujian Hipotesis Model yang dianalisis merupakan pengujian terhadap


hipotesis-hipotesis yang dilakukan. Hal ini bertujuan untuk melihat nyata atau
tidaknya pengaruh variabel yang dipilih terhadap variabel-variabel yang diteliti.
Berdasarkan analisis linier berganda, maka pengujian-pengujian tersebut
mencakup sebagai berikut :

1. Uji Asumsi Klasik

Dalam sautu model regresi linier berganda ada beberapa permasalahan


yang biasa terjadi yang secara statistik dapat menggangu model yang telah
ditentukan, bahkan dapat meneyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan
yang dibentuk. Untuk itu maka perlu dilakukan uji asumsi klasik, yang terdiri dari
:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi,


variabel terikat dan variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal
atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang berdistribusi
normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi
pada residualnya.

Uji normalitas data dalam penelitian dilihat dengan cara memperhatikan


penyebaran data (titik-titik) pada Normal P-Plot of Regression Standarized
Residual dan dengan melihat Grafik Histogram dari residualnya. Persyaratan dari
uji normalitas data adalah :

14
- Jika output Grafik Histogram menenjukan pola berdistribusi normal, maka
mengidentifikasikan model regresi memenuhi asumsi normalitas.

-Jika Normal P-Plot menunjukan penyebaran data (titik-titik) disekitar garis


diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka mengidentifikasikan model
regresi memenuhi asumsi normalitas.

Menurut Ghozali (2001), bahwa untuk mengetahui apakah data


terdistribusi normal atau mendekati normal atau bisa dianggap normal, bisa
dilakukan Uji Statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov, yaitu dengan
menggunakan Tabel Kolmogorov-Smirnov Test. Pengujian normalitas data
dengan menggunakan Uji Kolmogrov-Smirnov dengan dasar pengambilan
keputusan melihat Tabel Kolmogrov-Smirnov Test, yaitu jika nilai signifikansi
pada Kolomogrov-Smirnov Test lebih besar dari α = 5%, maka data telah
berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji mulkolinieritas adalah untuk melihat ada tidaknya korelasi yang tinggi
antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linier berganda. Jika ada
korelasi yang tinggi diantara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara
variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu. Multikolonieritas
dapat dideteksi dengan beberapa metode, diantaranya adalah dengan melihat :

-Jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10 maka tidak ada korelasi anatara
variabel independen yang nilainya lebih dari 95% sehingga model tersebut bebas
dari multikolinieritas.

-Terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau melebihi 0,8 maka
multikolinieritas merupakan masalah serius.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam satu model


regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas,
dapat diketahui dengan melihat penyebaran pada grafik scatterplot. Dasar analisis.

15
-Dengan melihat apakah penyebaran data (titik-titik) pada scatterplot membentuk
pola tertentu yang teratur seperti bergelombang, melebar kemudian menyempit,
jika terdapat maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

-Jika penyebaran data pada scatterplot tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-
titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka mengindikasikan
tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Uji Kesesuaian Model (Test of goodness of Fit)

a. Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien Determinasi (R²) merupakan besaran untuk menunjukan tingkat


kekuatan hubungan dua variabel atau lebih dalam bentuk persen (%). Dengan kata
lain untuk mengukur kuatnya hubungan anatara variabel atau lebih secara bersama
–sama terhadap Y. Jika R² = 1, berarti besarnya persentase sumbangan X terhadap
variasi Y secara bersama-sama adalah 100%. Semakin dekat dengan R² dengan 1
(satu), maka makin cocok garis regresi untuk meramalkan Y.

b. Uji Serempak (Uji Statistik F)

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh secara stimulan/serempak


variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika variabel bebas memiliki pengaruh
secara stimulan terhadap variabel tergantung maka model persamaan regresi
tersebut masuk kedalam kriteria cocok atau fit. Taraf signifikasi ( α ) yang
digunakan dalam ilmu sosial adalah 0,05. Untuk menguji pengaruh variabel bebas
secara serempak terhadap variabel terikat, digunakan uji F dengan kriteria uji
sebagai berikut :

-Jika Fhitung ≤ Ftabel : maka terima H0 tolak H1

-Jika Fhitung ≥ Ftabel : maka terima H1 tolak H0

Kriteria uji berdasarkan nilai signifikasi α =0 , 05

-Jika nilai signifikasi ≥ α maka H0 diterima. Jika H0 diterima artinya tenaga kerja,
pupuk dan pestisida secara serempak tidak berpengaruh signifikasi terhadap
produksi cabai merah.

16
-Jika nilai signifikasi ≤ α maka H0 diterima. Jika H1 diterima artinya tenaga kerja,
pupuk dan pestisida secara serempak berpengaruh signifikasi terhadap produksi
cabai merah.

Untuk menyelesaikan permasalahan kedua digunakan perhitungan analisis


pendapatan. Menurut Kasim dalam Gunardi (2013) untuk menghitung biaya
digunakan rumus :

TC = TFC + TVC

Keterangan :

TC : Biaya total usahatani cabai merah (Rp)

TFC : Biaya tetap usahatani cabai merah (Rp)

TVC : Biaya variabel usahatani cabai merah (Rp)

Untuk menghitung penerimaan dapat dihitung dengan menggunakan


rumus sebagai berikut :

TR = Q x P

Keterangan :

TR : Penerimaan total usahatani cabai merah (Rp)

Q : Jumlah produk usahatani cabai merah (Rp)

P : Harga produk usahatani cabai merah (Rp)

I = TR – TC

Keterangan :

I : Pendapatan usahatani cabai merah (Rp)

TR : Penerimaan usahatani cabai merah (Rp)

TC : Biaya total usahatani cabai merah (Rp)

Untuk menganalisis tujuan ketiga yaitu kelayakan usahatani cabai merah


digunakan perhitungan R/C ratio dan B/C ratio :

17
Ratio antara Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio)

R TR
ratio=
C TC

Dimana :

R/C = Return Cost Ratio

TR = Penerimaan usahatani (Rp)

TC = Biaya total usahatani (Rp)

Kriteria :

R/C > 1, usahatani layak diusahakan

R/C < 1, usahatani tidak layak diusahakan

R/C = 1, usahatani dikatakan impas

Ratio antara Keuntungan dan Biaya (B/C Ratio) rumus matematika


mencari B/C Ratio yaitu :

B FI
ratio=
C TC

Dimana :

B/C = Benefit/Cost Ratio

FI = Total Pendapatan (Rp)

TC = Total Biaya (Rp)

Kriteria :

B/C > 1, usahatani layak diusahakan

B/C < 1, usahatani tidak layak diusahakan

B/C = 1, usahatani dikatakan impas

18
DAFTAR PUSTAKA

19
20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai