Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS SISTEM AGRIBISNIS TANAMAN CABAI MERAH

(Capsicum annuum L)
DI DESA LAU CIMBA KECAMATAN KABANJAHE
KABUPATEN KARO

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem dan Usaha Agribisnis

Dosen Pengampu:
Dr. Lindawati SP, M.Si

Oleh:
Kelompok 1

1) Muhammad Saddam 210304121


2) Adrianus Fidelis S Pandia 210304122

AGB-3
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Dr. Lindawati SP, M.Si
selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem dan Usaha Agribisnis yang telah
memberikan tugas ini dan membuka serta memperluas wawasan kami mengenai
sistem agribisnis dari hulu ke hilir.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki. Maka dari itu
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi kita semua, Amiin.

Medan, Mei 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Hlm
COVER……………………………………………………………………
KATA PENGANTAR…………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep agribisnis sebenarnya adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari proses
produksi, mengolah hasil, pemasaran dan, aktivitas lain yang berkaitan dengan
kegiatan pertanian. Menurut Wibowo dkk (1994), pengertian Agribisnis adalah semua
kegiatan mulai dari pengadaan, pelaksanaan, penyaluran, sampai pada pemasaran
produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agro-industri yang saling terkait
satu sama lain. Dengan kata lain agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari
beberapa subsistem yakni, (1) subsistem faktor produksi, (2) subsistem produksi, (3)
Subsistem pengolahan, (4) subsistem pemasaran, dan (5) Subsistem penunjang.
Sistem ini merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berkesinambungan mulai dari
hulu sampai hilir.
Downey dan Erikson (1992) menyebutkan agribisnis dapat dibagi menjadi tiga
sektor yang saling tergantung secara ekonomis, yaitu sektor masukan, produksi, dan
sektor keluaran. Sektor masukan menyediakan perbekalan kepada petani untuk dapat
memproduksi hasil tanaman. Termasuk kedalam masukan ini adalah bibit, pupuk,
pestisida, mesin pertanian, bahan bakar, dan banyak perbekalan lainnya, yang
diproses dan disebarkan kepada konsumen akhir oleh sektor keluaran. Agribisnis
merupakan sektor perekonomian yang menghasilkan dan mendistribusikan masukan
bagi pengusaha tani, memproses, serta memasarkan produk usahatani kepada
konsumen akhir.
Cabai merah (Capsicum annuum L) termasuk salah satu komoditi sayuran yang
mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi sehingga menjadi komoditas
hortikultura potensial untuk dikembangkan. Agribisnis cabai merah merupakan
sumber pendapatan yang menjanjikan bagi masyarakat khususnya petani, mengingat
nilai jualnya yang relatif tinggi serta potensi serapan pasar yang terus meningkat
(Ditjen Hortikultura, 2008).
Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah sentra produksi Cabai Merah di
Sumatera Utara. Petani di Kabupaten Karo sangat berminat dengan komoditi cabai.
Tanaman ini telah sejak lama ditanam baik secara tradisional maupun melalui
penemuan baru teknologi penanamannya. Pengembangan komoditi ini di Kabupaten
Karo dinyatakan potensial karena dukungan petani dan ketersediaan lahan. Untuk
jenis cabe merah keriting sangat baik adaptasinya dengan iklim di Kabupaten Karo
sehingga menambah minat petani dalam membudidayakannya.
Sistem pemasaran cabai mulai dari produsen (petani) hingga cabai sampai pada
konsumen akhir (rumah tangga). Pemasaran melibatkan pihak yang sangat banyak
yaitu petani sebagai produsen, pengumpul, bandar, pedagang pasar tradisional,
pedagang pasar induk, pedagang pasar eceran besar, pedagang eceran kecil, industri.
Kekuatan penentu harga berada di tingkat bandar yang berada di pasar induk
(terminal agribisnis).

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat diperoleh beberapa rumusan masalah,
diantaranya:
a. Apa yang dimaksud dengan sistem agribisnis?
b. Bagaimana sistem agribisnis hulu cabai merah di kawasan Karo beroprasi?
c. Bagaimana sistem agribisnis hilir cabai merah di kawasan Karo beroprasi?

1.3 Tujuan Penulisan


Dari rumusan masalah diatas dapat diambil beberapa tujuan penelitian, antara
lain:
a. Untuk memahami definisi dari sistem agribisnis.
b. Untuk mengetahui rincian dan jalannya sistem agribisnis hulu cabai di
kawasan Karo.
c. Untuk mengetahui rincian dan jalannya sistem agribisnis hilir cabai di
kawasan Karo.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Subsistem Pra-Produksi


Subsistem praproduksi agribisnis cabai merah adalah penyediaan dan
pengadaan berbagai sarana produksi cabai merah. Sub sistem praproduksi berada di
desa Lau Cimba yang memproduksi hasil pertanian cabai merah. Adapun kegiatan
subsistem praproduksi ini terdiri dari:
1) Lahan pertanian yang digunakan pertanian hortikultura khususnya cabai
merah lebih cocok di dataran tinggi dengan udara yang dingin dapat
menghasilkan produksi yang cukup baik
2) Alat produksi yang digunakan cukup lengkap, yakni:
a) Knapsack sprayer, digunakan untuk menyemprotkan obat hama
yaitu pestisida terhadap tanaman cabai untuk kondisi lahan yang
miring;
b) Kayu digunakan sebagai penyanggga pada tanaman cabai
merah;
c) Mulsa digunakan untuk menutupi tanah yang ditanami
tumbuhan cabai merah agar kadar air dalam tanah tidak terlalu
banyak;
d) Selang dan paralon digunakan untuk menyalurkan air dari hulu
ke hilir sebagai alat menyiram tanaman dengan kondisi lahan
yang miring; f) Gembor digunakan untuk menyiram tanaman.
3) Bibit. Bibit yang digunakan di Desa Lau Cimba untuk pertanian cabai
merah, yakni : bibit rampalis untuk bibit cabai jenis keriting dan bibit
merk PATEN untuk bibit cabai lokal. Dalam pembibitan awal, bibit
disimpan bersamaan selama 25 hari dengan penyiraman rutin sehari 2
kali untuk melihat pertumbuhan bibit sebelum di tanam pada lahan yang
telah disiapkan.
4) Pupuk. Pupuk yang digunakan di Desa Lau Cimba untuk pertanian cabai
merah diantaranya pupuk kandang ayam dan pupuk NPK merk phoska.
5) Pestisida. Pestisida yang digunakan antara lain : Antracol (fungisida),
Regent (insektisida), dan Bactomicyn (bakterisida). Penggunaan
pestisida disesuaikan berbagai macam hama penyakit yang kerap
menyerang, seperti hama patek/ jamur, hama ulat buah, trip, hama virus
kuning, dan layu.
6) Tenaga Kerja. Tenaga kerja yang dimaksud merupakan para petani cabai
merah yang berperan dalam agribisnis cabai merah. Kegiatan pertanian
cabai merah didominasi oleh para petani dengan usia produktif yang
dihimpun oleh beberapa kelompok tani yang membawahi gapoktan
untuk setiap desa. Dalam 1 Ha petani cabai untuk sekali panen
membutuhkan tenaga kerja sebanyak 10-15 orang tergantung kebutuhan
pada saat panen raya.
2.2 Subsistem Produksi
Subsistem produksi yakni kegiatan yang menggunakan barang modal dan
sumberdaya alam untuk menghasilkan produk pertanian primer berupa bahan pangan,
hasil perkebunan, buah-buahan, bunga dan tanaman hias, hasil ternak, hewan dan
ikan. Pada sub sistem produksi ini berada pada desa Lau Cimba sebagai penghasil
produksi pertanian cabai merah. Adapun kegiatan subsistem produksi ini terdiri dari:
1) Pemilihan benih cabai berkualitas. Bibit berkualitas bisa didapatkan dari
toko pertanian (saprodi) maupun mengambil langsung dari buahnya.
2) Penyiapan lahan tanam. Lahan tanam harus disiapkan 40 hari sebelum
masa tanam. Keasaman (pH) tanah dinetralkan dengan pemberian kapur
sesuai dosis, dan taburan pupuk kandang. Bedengan dibuat dengan lebar
1,10-1,20 meter, tinggi 30-40 centimeter dengan jarak antarbedengan 60-
70 centimeter. Panjang bedeng disesuaikan dengan panjang lahan.
Selanjutnya pemasangan mulsa (plastik) dilakukan. Mulsa dapat
mencegah tumbuhnya gulma atau tanaman pengganggu dan menjaga
kelembaban tanah.
3) Penanaman Bibit. Penanaman dilakukan pada pagi dan sore hari. Sehari
sebelumnya, lahan diairi bersamaan dengan pembuatan lubang tanam
pada mulsa.
4) Pemeliharaan dan perawatan meliputi penyiraman, pemupukan, serta
pengendalian gulma, hama dan penyakit. Penyiraman sangat diperlukan,
jika menanam cabe dan kondisi sedang musim kemarau. Pemupukan bisa
dilakukan setiap 14 hari sekali. Untuk pengendalian gulma, hama dan
penyakit dilakukan secara manual dan kimiawi (pestisida).
5) Panen. Pemanenan disesuaikan dengan jenis cabai yang ditanam,
kondisi lahan, dan teknik budidaya yang digunakan. Panen cabai bisa
dilakukan setiap dua hingga lima hari sekali sesuai dengan tingkat
kematangan.
2.3 Subsistem Pengolahan
Subsistem pengolahan hasil merupakan suatu keseluruhan kegiatan
pengolahan, mulai dari pengolahan sederhana di tingkat petani yang berupa
penanganan pasca panen hingga ke pengolahan yang lebih lajut berupa menciptakan
nilai tambah pada produk primer. Pengolahan hasil produksi pertanian cabai merah di
Kawasan Kabanjahe masih minim ini karena para petani masih menjualnya secara
langsung tanpa adanya pengolahan. Hal ini terbukti sementara belum adanya industri
pengolahan, namun ada juga yang mengolah secara sederhana kurang dari 10 persen
dari hasil produksi yang diolah dengan cara menjemur menjadi cabe kering yang
hanya digunakan untuk memasak makanan.
2.4 Subsistem Pemasaran
Subsistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan
agroindustri, baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Terdapat 3 bentuk rantai
pemasaran komoditi cabai merah di kawasan Karo, diantaranya :
1) Petani -> Pedagang pengumpul desa -> Pedagang perantara luar kota ->
Pedagang pengecer -> Konsumen
2) Petani -> Pedagang pengumpul desa -> Pedagang kabupaten -> Pedagang
perantara luar kota -> Pedagang pengecer -> Konsumen
3) Petani -> Pasar lokal -> Konsumen
2.5 Subsistem Penunjang
Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (kelembagaan) atau supporting
institution adalah semua jenis kegiatan yang berfungsi untuk mendukung dan
melayani serta mengembangkan kegiatan sub-sistem hulu, sub-sistem usaha tani, dan
sub-sistem hilir. Adapun subsistem penunjang untuk pertanian cabai di daerah
penelitian, antara lain :
1) Kelembagaan. Dalam mendukung dan meningkatkan agribisnis cabai merah,
terdapat lembaga pemerintah turut berperan serta, seperti pengadaan Balai
Penyuluhan Pertanian yang ada di tiap kecamatan, lembaga keuangan seperti
Bank yang tersebar di pusat Kecamatan dan KUD, juga gapoktan di tiap desa
dengan didalamnya terdapat kelompok kelompok tani yang berperan serta.
2) Transportasi. Transportasi yang biasa digunakan untuk mengangkut cabai
merah adalah colt bak, mobil box dan mobil angkutan penumpang.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bagian ini berisi ringkasan dan simpulan dari seluruh pembahasan yang telah
dipaparkan di BAB II. Dalam kesimpulan tidak perlu memasukkan kutipan apapun.
Panjang kesimpulan dibatasi maksimal sebanyak 2 lembar. Kesimpulan dan seluruh
isi BAB III Penutup diketik dengan format margin 4 cm (kiri), 4 cm (atas), 3 cm
(kanan), dan 3 cm (bawah). font yang digunakan adalah Times New Roman ukuran 12
pt. dengan spasi ukuran 1.5. Judul BAB dan setiap sub-judul yang ada dalam BAB III
Penutup wajib diketik cetak tebal (bold).

3.2 Saran
Bagian ini berisi saran-saran yang dikemukakan oleh mahasiswa bagi Guru
BK dan Mahasiswa BK sebagai konsekuensi dari membaca isi pembahasan makalah
yang telah dipaparkan sebelumnya. Saran dibuat dalam bentuk poin-poin sebagai
berikut:
DAFTAR PUSTAKA

Alif, S.M. 2017. Kiat Sukses Budidaya Cabai Keriting. Bio Genesis, Yogyakarta.
Biro Pusat Statistik Kabupaten Karo. 2021. Laporan Tanaman Sayuran dan Buah-
Buahan Semusim (Komoditas Cabai Besar).
Ditjen Hortikultura. 2008. Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Agribisnis
Sayuran Sumatera. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura.
Departemen Pertanian, Jakarta.
Downey dan Erikson, 1992. Manajemen Agribisnis Terjemahan Edisi II. Erlangga.
Jakarta.
Gitosudarmo, Indriyo. 2014. Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: BPFE.
Kaban, Merry. 2020. Efisiensi Pemasaran Cabai Merah Keriting di Kabupaten Karo.
Tesis. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Theresia, Mala. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cabai
Merah (Capsicum Annuum L.) di Kabupaten Karo. Skripsi. Medan :
Universitas Sumatera Utara.
Soekartawi. (2005). Agribisnis: Teori dan Aplikasinya (Agribusiness: Theory and
Practice), 8th Edition, Raja Grafindo Persada, Jakarta (ISBN: 979-421-277-6).
Wibowo, S. 1994. Pedoman Mengelola Perusahaan Kecil. Jakarta: Swadaya
Warisno dan K. Dahana. 2010. Peluang Usaha dan Budidaya Cabai. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai