Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor penting di Indonesia, peran strategis yang
dimiliki sektor ini tidak bisa digantikan oleh sektor lain. Pertanian juga merupakan hal
yang substansial dalam pembangunan, yaitu sebagai pemenuhan kebutuhan pangan,
penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia lapangan kerja, dan penyumbang devisa
negara. Relevan dengan pernyataan tersebut pertanian merupakan penyedia mayoritas
dari bahan baku industri kecil dan menengah. Muksin dan Bustang (2004)
mengemukakan sekitar 87 (%) bahan baku dari industri kecil dan menengah adalah
berbasis dari proses pertanian. Pertanian dengan demikian memberikan potensi bagi
dinamika pembangunan perekonomian bangsa.
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama
ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan
menyebar ke negara‐negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk
Indonesia.Tanaman cabai banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya.
Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di Negara asalnya.Cabai
merah (Capsicum annum L.) adalah komoditas sayuran yang sangat terkenal dan sangat
luas penggunaannya di seluruh dunia. Buahnya dapat dikonsumsi segar, kering atau
dalam bentuk yang sudah diproses sebagai sayuran atau bumbu. Warna dan baunya
digunakan dalam industri makanan dan pakan ternak seperti ginger beer, hot sauces dan
poultry feed, serta beberapa obat-obatan (Siemonsma dan Piluek, 1994).
Kebutuhan cabai terus meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai. Hal ini
menjadikan cabai sebagai komoditas sayuran yang diunggulkan secara nasional.
Pengembangan sayuran ini telah dilakukan melalui pembinaan pola produksi dan pola
tanam dalam upaya pemenuhan permintaan dalam negeri maupun ekspor. Pembinaan
pola produksi ini antara lain melalui teknologi budidaya off season, pengurangan pada in
season sehingga produksi relatif merata dan stabil dalam setahun (Sutrisno, 2001). Cabai
merah banyak dibudidayakan oleh petani Indonesia karena cabai merah memiliki harga
jual yang cukup tinggi serta permintaan terhadap cabai merah cenderung meningkat tiap
tahunnya. Permintaan akan cabai yang meningkat dari waktu ke waktu ini menyebabkan
cabai dapat diandalkan sebagai komoditas ekspor non-migas. Hal ini terbukti dari enam
besar komoditas sayuran segar yang diekspor (seperti bawang merah, tomat, kentang,
kubis dan wortel) cabai termasuk salah satunya (Prajananta, 2007).
Budidaya cabai merah akan dihadapkan dengan berbagai masalah diantaranya teknis
budidaya, ketersediaan hara dalam tanah, serangan hama dan penyakit. Maka dari itu
perlu dukungan teknologi budidaya intensif baik itu terkait dengan pemupukan, proses
pengolahan lahan, pemeliharaan, maupun penerapan-penerapan teknologi tepat guna
dalam proses budidayanya. Pemberian 2 unsur hara yang tepat sesuai dengan kebutuhan,
waktu tanam, dan penempatan hara pada daerah serapan akar juga menjadi pendukung
dalam keberhasilan budidaya tanaman cabai. Salah satu cara untuk meningkatkan
produksi cabai sekaligus menanggulangi banyaknya permintaan masyarakat tersebut
adalah dengan manajemen pemupukan yang menjadi bagian dari intensifikasi pertanian
(Suriadikarta, 2006).

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kegiatan agribisnis tanaman sayuran cabai (Capsicum annum L.) di
Polbangtan Bogor?
2. Bagaimana kelayakan usaha agribisnis tanaman sayuran cabai (Capsicum annum L.)
di Polbangtan Bogor?
3. Apa yang menjadi masalah/kendala dalam kegiatan agribisnis tanaman sayuran cabai
(Capsicum annum L.) di Polbangtan Bogor?

1.3 Manfaat
1. Mengetahui kegiatan agribisnis tanaman sayuran cabai (Capsicum annum L.) di
Polbangtan Bogor.
2. Mengetahui kelayakan usaha agribisnis tanaman sayuran cabai (Capsicum annum L.)
di Polbangtan Bogor.
3. Mengetahui masalah/kendala serta upaya pemecahan masalah/hambatan pada
kegiatan agribisnis tanaman sayuran cabai (Capsicum annum L.) di Polbangtan
Bogor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Syarat Tumbuh Cabai Merah (Capsicum annum L.)
Tanaman cabai merah mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman
ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400
m di atas permukaan laut, tetapi pertumbuhannya di dataran tinggi lebih lambat. Suhu
udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai merah adalah 25-27 oC pada siang
hari dan 18-20 oC pada malam hari. Suhu malam di bawah 16 oC dan suhu siang hari
di atas 32 oC dapat menggagalkan pembuahan. Suhu tinggi dan kelembaban udara
yang rendah menyebabkan transpirasi berlebihan, sehingga tanaman kekurangan air.
Akibatnya bunga dan buah muda gugur.
Pembungaan tanaman cabai merah tidak banyak dipengaruhi oleh panjang
hari. Curah hujan yang tinggi atau iklim yang basah tidak sesuai untuk pertumbuhan
tanaman cabai merah. Pada keadaan tersebut tanaman akan mudah terserang penyakit,
terutama yang disebabkan oleh cendawan, yang dapat menyebabkan bunga gugur dan
buah membusuk. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai merah
ialah sekitar 600-1.200mm pertahun.Walaupun cabai merah dapat ditanam hampir di
semua jenis tanah dan tipe iklim yang berbeda, tetapi penanamannya yang luas
banyak dijumpai pada jenis tanah mediteran dan Aluvial tipe iklim D3/E3 (0-5 bulan
basah dan 4-6 bulan kering). Tanaman cabai merah dapat tumbuh pada berbagai jenis
tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik, dan air cukup tersedia selama
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tanah yang ideal untuk penanaman cabai merah adalah tanah yang gembur,
remah, mengandung cukup bahan organik (sekurangkurangnya 1,5%), unsur hara dan
air, serta bebas dari gulma.Kelembaban tanah dalam keadaan kapasitas lapang
(lembab tetapi tidak becek) dan temperatur tanah antara 24-30 oC sangat mendukung
pertumbuhan tanaman cabai merah.Temperatur tanah yang rendah akan menghambat
pengambilan unsur hara oleh akar. Cabai merah dapat tumbuh baik pada kisaran pH
tanah antara 5,5 - 6,8. Pada pH > 7,0 tanaman cabai merah merah seringkali
menunjukkan gejala klorosis, yakni tanaman kerdil dan daun menguning karena
kekurangan hara besi (Fe). Pada pH < 5,5 tanaman cabai merah merah juga akan
tumbuh kerdil karena kekurangan Ca, Mg dan P atau keracunan Al dan Mn.
2.2 Kandungan Gizi Cabai Merah (Capsicum annum L.)
Cabai adalah bahan makanan yang masih satu keluarga dengan paprika dan
tomat, lebih tepatnya di bawah genus Capsicum. Ternyata, cabai dan tumbuhan di
genus Capsicum lainnya masuk ke dalam kategori buah, bukan sayuran.Ada beberapa
jenis cabai yang biasa kita temui di Indonesia, yaitu cabai rawit dan cabai merah.
Walaupun bentuknya tidak besar, seperti kata pepatah ‘kecil-kecil cabe rawit’,
ternyata cabai memiliki berbagai macam vitamin dan mineral. Tak hanya itu, ada
kandungan karbohidrat, protein, dan sedikit lemak yang turut melengkapi nutrisi
cabai.
Berikut adalah kandungan gizi yang ada di dalam 100 gram (g) cabai merah segar:

 Air: 90,9 g.
 Energi: 36 kalori (Kal).
 Protein: 1 g.
 Lemak: 0,3 g.
 Karbohidrat: 7,3 g.
 Serat: 1,4 g.
 Kalsium: 29 miligram (mg).
 Fosfor: 24 mg.
 Zat besi: 0,5 mg.
 Natrium: 23 mg.
 Kalium: 272 mg.
 Seng: 0,2 mg.
 Beta-karoten: 5.800 mikrogram (mcg).
 Niacin: 3 mg.
 Vitamin C: 18 mg.

2.3 Kelayakan Pasar Cabai Merah (Capsicum annum L.)


Berdasarkan informasi pasar harga cabai saat ini cenderung stabil, karena
banyak petani yang membudidayakan cabai sehingga permintaan konsumen pun
relatif banyak, ketersediaan produk banyak dan juga sudah tersedia pasar ataupun
distributor untuk memasarkan cabai.
BAB III
METEDOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Lokasi praktik dilaksanakan di lahan Polbangtan Bogor yang berada di Bogor
rt/04 rw/01, Pasirkuda,kec.Bogor Barat,kota Bogor, Jawa Barat 16119.Praktikum ini
dilaksakan pada semester II tahun pembelajaran 2022/2023 mulai tanggal 9 Maret
2023 sampai dengan pemanenan.Praktikum dilakukan 1 minggu sekali selama
4jam/hari.

3.2 Alat dan Bahan


ALAT BAHAN
 Cangkul  Benih
 Pengukur Luas Lahan (Meteran)  Pupuk Kandang
 Tali Rapia  SP-36
 Karung  Dolomit
 Gembor  Batang Pisang
 Ember
 Mulsa
 Naungan
 Pasak
 Golok

3.3 Prosedur Kerja


1. Siapkan alat dan bahan
2. Tentukan lahan yang akan dijadikan tempat budidaya
3. Lakukan pengolahan tanah pertama disertai pengukuran lahan dan pemupukan
dasar mengunakan pupuk kendang
4. Lakukan pengolahan tanah ke 2
5. Ukur bedengan dengan luas Panjang 15m dan luas 120cm
6. Lakukan pengapuran mengunakan kapur dolomit
7. Setelah itu lakukan pengaplikasian pupuk kimia mengunakan pupuk NPK dan
SP-36
8. Diam kan lahan selamaa 2minggu
9. Lakukan penyemaian benih cabai
10. Pemasangan mulsa
11. Buat lubang tanam dengan jarak 25x75cm
12. Lakukan sanitasi lahan
13. Lakukan penanam apabila bibit sudah berdaun 4
14. Sebelum melakukan penanaman disiram terlebih dahulu
15. Bibit yang sudah ditanam diberi naungan daun pisang
16. Lakukan penyiraman setiap hari pagi dan sore
17. Setelah selesai praktikum bersihkan dan simpan Kembali alat dan bahan
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
1. Persiapan lahan/pengolahan tanah
Jenis pengolahan tanah yang dilakukan adalah pengolahan tanah minimum
(minimum tillage) dengan cara menggemburkan tanah menggunakan cara
mencangkul dengan jarak antar bedeng 30cm, kedalaman parit 25cm,Panjang
bedengan 15m dan lebar bedengan 1,2 m. Langkah selanjutnya membuat
larikan untuk pemupukan dasar menggunakan pupuk kendang setelah dipupuk
larikan ditutup menggunakan tanah dan rapihkan bedengan dengan dosis
1kg/tanaman.
2. Persemaian
Persemaian dilakukan setelah bedengan terbentuk, benih sebelum disemai
dilakukan perlakuan khusus yaitu direndam terlebih dahuku menggunkan air
panas,tujuanya untuk mempercepat perkecambahan. Ciri bibit yang sudah siap
tanam yaitu Ketika sudah memiliki daun sejati yaitu 3-4 helai daun.
3. Penanaman
Penanaman dilakukan pada larikan yang telah diberi pupuk kandang. Pada saat
tanam, tanah harus lembab tetapi tidak becek. Mulsa dibuat lubang tanam
dengan jarak tanam 25 cm x 75 cm. 2 cm kemudian dilakukan penanaman
dengan jumlah perlubangnya adalah 1 bibit. Setelah dilakukan penanaman
pasangkan naungan gebog pisang satu/tanaman,yang bertujuan agar bibit tidak
kaget dengan sinar mata hari penuh. Nauangan dapat dilepas setelah 1 minggu
penanaman.
4. Penyulaman
Penyulaman merupakan penanaman kembali pada lubang tanam yang tidak
tumbuh. Benih yang baru digunakan untuk mengganti tanaman yang tidak
tumbuh 7 - 10 hari setelah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan
dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
5. Pengairan

Pengairan dilakukan dengan cara penyiraman setiap pagi dan sore yang
bertujuan mencegah tanaman layu. Apabila musim kemarau penyiraman
dilakukan setiap hari.

6. Pemupukan
7. Pengendalian OPT
8. Panen dan pasca panen

4.2 Pembahasan

1. Aspek Botani dan Varietas Cabai:


 Deskripsi botani cabai, termasuk morfologi dan siklus hidup tanaman.
 Varietas cabai yang umum digunakan dalam industri pangan, seperti cabai
rawit, cabai merah besar, cabai hijau, dan varietas lainnya.
 Perbedaan karakteristik varietas cabai, seperti ukuran, warna, bentuk, dan
tingkat kepedasan.
2. Komposisi Nutrisi dan Senyawa Aktif dalam Cabai:
 Rincian tentang kandungan nutrisi dalam cabai, seperti vitamin, mineral, serat,
dan antioksidan.
 Senyawa aktif utama dalam cabai, terutama capsaicin yang memberikan rasa
pedas, serta senyawa bioaktif lainnya.
 Manfaat kesehatan yang terkait dengan senyawa aktif dalam cabai, seperti
peningkatan metabolisme, efek antiinflamasi, dan potensi pengobatan dalam
beberapa kondisi kesehatan.
3. Pengolahan dan Pemanfaatan Cabai dalam Industri Pangan:
 Metode pengolahan cabai segar menjadi produk olahan, seperti pengeringan,
penggilingan, dan fermentasi.
 Penggunaan cabai dalam berbagai produk pangan, seperti saus, sambal, bumbu
masakan, minuman, dan makanan ringan.
 Peran cabai dalam memberikan rasa, aroma, warna, dan ketahanan pada
produk pangan.
4. Pengaruh Cabai terhadap Sensori dan Citarasa Makanan:
 Efek pedas dan rasa cabai pada pengalaman sensori dan persepsi rasa.
 Peran cabai dalam menciptakan citarasa khas dalam hidangan, seperti pedas,
manis, asam, dan gurih.
 Kombinasi cabai dengan bahan makanan lain untuk mencapai harmoni rasa
dan keselarasan dalam masakan.
5. Dampak Kesehatan dari Konsumsi Cabai:
 Efek positif konsumsi cabai terhadap kesehatan manusia, seperti peningkatan
sistem kekebalan tubuh, penurunan risiko penyakit kardiovaskular, dan efek
antiinflamasi.
 Keterkaitan antara senyawa aktif dalam cabai dengan penanggulangan
inflamasi, penyakit metabolik, dan beberapa jenis kanker.
 Aspek kehati-hatian dalam konsumsi cabai, terutama bagi individu dengan
kondisi kesehatan tertentu atau sensitivitas terhadap cabai.
6. Potensi Ekonomi Cabai:
 Peran cabai dalam industri pertanian, termasuk penghasilan petani, pasar
domestik, dan ekspor.
 Peluang pasar internasional untuk cabai, permintaan global, dan nilai ekonomi.
 Dampak sosial dan ekonomi pada masyarakat produsen cabai, termasuk
peningkatan kesejahteraan dan peran dalam pengembangan ekonomi lokal.
7. Keberlanjutan dan Inovasi dalam Budidaya Cabai:
 Praktik pertanian berkelanjutan dalam budidaya cabai, termasuk pengelolaan
tanah, irigasi, pemupukan, dan pengendalian hama secara alami.
 Teknik peningkatan produktivitas dan kualitas cabai, seperti pemilihan
varietas unggul, pemuliaan tanaman, dan penggunaan teknologi pertanian
modern.
 Pengembangan varietas cabai yang tahan terhadap penyakit, iklim ekstrem,
dan perubahan lingkungan

Anda mungkin juga menyukai