Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cabai merupakan komoditas potensial yang memiliki nilai


ekonomi tinggi dan berpotensi untuk terus dikembangkan. Dirjen
Hortikultura (2015) menyatakan beberapa alasan penting dalam
pengembangan komoditas cabai, antara lain merupakan komoditas
unggulan bernilai ekonomi tinggi, banyak digunakan untuk konsumsi
rumah tangga (80%) maupun keperluan industri pengolahan
makanan (20%). Loizzo et al. (2015) melaporkan bahwa cabai
memiliki aktivitas antioksidan, kandungan fenol dan
capsaicinoid yang tinggi. Terdapat dua jenis tanaman cabai yang
umumnya dibudidayakan di Indonesia yaitu, cabai merah besar
(Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum frutescens L.).
Menurut FAOSTAT (2015) Indonesia menduduki peringkat keempat
sebagai negara dengan produksi cabai tertinggi di dunia setelah China,
Mexico dan Turki sedangkan angka produktivitasnya masih lebih
rendah dibandingkan negara China yang mencapai 21.89 ton ha.

Salah satu ciri organisme adalah tumbuh dan berkembang.


Pertumbuhan merupakan peristiwa perubahan biologi yang terjadi pada
makhluk hidup yang berupa pertambahan ukuran (volume, massa, dan
tinggi). Pertumbuhan ini bersifat kuantitatif atau terukur. Perkembangan
adalah proses menuju kedewasaan pada organisme. Proses ini berlangsung
secara kualitatif. Baik pertumbuhan atau perkembangan bersifat
irreversible. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses
yang dilakukan oleh tanaman hidup baik pada lingkungan tertentu maupun
sifat tertentu dalam menghasilkan berat kering.

1
Menurut Gardner et al (1991). pertumbuhan didefinisikan sebagai
proses pembelahan dan pemanjangan sel di mana pada proses tersebut
terjadi pertambahan ukuran yang tidak dapat balik sehingga
mencerminkan pertambahan protoplasma dan bobot kering pada tanaman.
Selama pertumbuhan, tanaman akan membentuk berbagai macam organ di
mana organ tersebut dibedakan menjadi organ vegetatif yang terbentuk
lebih awal terdiri dari akar, batang dan daun yang kemudian disusul
dengan organ generatif yang terdiri dari bunga, buah dan biji.

Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang


dalam bentuk panas, partikel, atau gelombang elektromagnetik (foton) dari
suatu sumber energi (Ritongga, 2008). Radiasi dapat menginduksi
terjadinya mutasi karena sel yang teradiasi akan dibebani oleh tenaga
kinetik yang tinggi, sehingga dapat mempengaruhi atau mengubah reaksi
kimia sel tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya
perubahan susunan kromosom tanaman.

Sinar gamma adalah sebuah radiasi elektromagnetik yang


diproduksi oleh radioaktivitas atau proses nuklir atau subatomik lainnya.
Sinar gamma diproduksi oleh transisi energi karena percepatan elektron,
karena beberapa transisi elektron memungkinkan untuk memiliki energi
lebih tinggi dari beberapa transisi nuklir, ada tumpangtindih antara apa
yang kita sebut sinar gamma energi rendah dan sinar-X energi tinggi.
Pemanfaatan radiasi sinar gamma pada berbagai konsentrasi diharapkan
mendapatkan jenis varietas unggul yang mempunyai karakter buah yang
baik dari sebelumnya. Radiasi gamma dengan dosis yang terlalu tinggi
dapat memberikan efek negatif langsung pada tanaman, karena dapat
menyebabkan tanaman mati. Hal ini memperlihatkan bahwa semakin
tinggi dosis radiasi gamma maka ketahanan hidup atau pertumbuhan dari
tanaman semakin rendah, bahkan pada dosis lebih tinggi menyebabkan
tanaman mati.

2
Berdasarkan uraian di atas maka penulis membuat judul “Efek
Radiasi Sinar Gamma Terhadap Pertumbuhan Fisiologis Tanaman Cabai
Rawit (Capsium annum)” untuk mengetahui apa saja perubahan yang
ditimbulkan dari efek sinar gamma.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan rangkaian latar belakang yang sudah dipaparkan diatas maka
permasalahan yang akan dibahas dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apakah efek yang ditimbulkan jika tanaman cabai rawit terus dipapari
sinar gamma?
2. Apakah pertumbuhan fisiologis tanaman cabai rawit menjadi
terhambat atau sebaliknya?
3. Berapakah dosis sinar gamma yang tepat agar tumbuhan cabai rawit
tidak mati?
4. Bagaimana cara kerja sinar gamma mempengaruhi pertumbuhan
fisiologis cabai rawit?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari paparan sinar gamma
pada cabai rawit.
2. Untuk membuktikan adanya pengaruh radiasi pada pertumbuhan
fisiologis cabai rawit.
3. Untuk mengetahui tingkat kepedasan cabai rawit setelah terkena
radiasi sinar gamma.
4. Untuk mengetahui cara kerja sinar gamma yang mempengaruhi
pertumbuhan fsiologis cabai rawit.

3
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan menulis Karya Tulis
Ilmiah, meningkatkan kemampuan literasi, dan analisis penelitian.
2. Bagi Pembaca
Penelitian ini untuk menambah wawasan baru mengenai macam –
macam radiasi, jenis – jenis cabai rawit, dan cara kerja radiasi sinar
gamma.
3. Bagi Instansi/Lembaga
Penelitian ini untuk menambah daftar pustaka di perpustakaan SMA
NEGERI 10 MALANG.
1.5 Metode Penelitian
1. Sinar gamma adalah sebuah bentuk berenergi dari radiasi
elektromagnetik yang diproduksi oleh radiokativitas atau proses nuklir.
2. Fisiologi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari tentang fungsi
bagian – bagian tumbuhan mulai dari organel hingga jaringan yang
berkaitan dengan proses pertumbuhan, perkembangana dan respon
terhadap perubahan lingkungan.
3. Cabai adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya
dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu tergantung
bagaimana pemanfaatannya.
4. Jenis jenis cabai di Indonesia : Cabai rawit, Cabai merah besar, Cabai
bendot, cabai katokkan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cabai Rawit
Cabe rawit (Capsicum annum) merupakan salah satu jenis rempah
yang seringkali ditambahkan sebagai bumbu masakan karena rasanya yang
pedas memberikan kesegaran, serta mengandung vitamin C yang
bermanfaat bagi kesehatan. Hal ini dikarenakan kekhasan rasanya
sehingga hampir semua orang menggunakan cabe. Selain sebagai bumbu
juga dapat memberikan warna yang membuat orang yang melihat selera.
Kebutuhan sebagai bumbu memiliki indicator bahwa cabe diperlukan
dalam jumlah yang besar.

Tanaman cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong-


terongan (solanaceae) yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabe
berasal dari benua Amerika lebih tepatnya daerah Peru dan menyebar ke
Negara – Negara benua Amerika, Eropa, dan Asia termasuk Indonesia.
Selain di Indonesia, cabai juga tumbuh dan populer sebagai bumbu
masakan di Negara Negara Asia Tenggara lainnya. Cabai di Malaysia dan
Singapura dinamakan cili padi , di Filipina siling labuyo, dan di Thailand
phrik khi nu. Negara Kerala dan India, terdapat masakan tradisional yang
menggunakan cabe rawit dan dinamakan kanthari mulagu. Dalam bahasa
inggris dikenal dengan nama thai pepper bird’s eye chilli pepper
(Pollengs, 2011).

Buah cabe rawit berubah warna nya menjadi hijau menjadi merah
saat matang. Meskipun ukurannya lebih kecil daripada varietas cabai
lainnya, cabai rawit dianggap cukup pedas karena kepedasannya mencapai
skala 50.000 – 100.000 pada skala Scoville. Cabe rawit bisa dijual di pasar
pasar bersama dengan varietas cabe lainnya.

Pada umumnya cabe dapat ditanam pada dataran rendah sampai


ketinggian 2000 mdpl, serta menyukai daerah kering, dan ditemukan pula
pada ketinggian 0,5-1.250 mdpl. . Cabe dapat beradaptasi dengan baik

5
pada temperatur 24–27 derajat Celsius dengan kelembaban yang tidak
terlalu tinggi. Tanaman cabe dapat ditanam pada tanah sawah maupun
tegalan yang gembur, subur, tidak terlalu keras dan cukup air. Permukaan
tanah yang paling ideal adalah datar dengan sudut kemiringan lahan 0
sampai 10 derajat serta membutuhkan sinar matahari penuh dan tidak
ternaungi, pH tanah yang optimal antara 5,5 sampai 7.

Tanaman cabe juga sangat bagus jika intensitas pengairannya


cukup, tetapi apabila jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan
kelembaban yang tinggi dan merangsang tumbuhnya penyakit jamur dan
bakteri, namun sebaliknya jika kekurangan air, tanaman cabe dapat kurus,
kerdil, layu dan mati. Sehingga harus benar-benar diperhatikan tingkat
pengairannya agar tak terlalu over. Pengairan dapat menggunakan irigasi,
air tanah dan air hujan, sebaiknya menghadapi musim kemarau, kita
membuat kolam penampung dari pelastik di kebun kita agar pasokan air
untuk tanaman dapat terjaga secara optimum (Polengs, 2011).

2.1.1 Jenis – jenis Cabai Rawit

1. Cabai Kecil

Jenis cabai kecil atau sering disebut cabai jemprit . Cabai jenis ini
memiliki karakteristik ukuran buah kecil, panjang 2-2,5 cm dan lebar 5
mm, serta berat 0,65 g/buah. Pada saat masih muda, buah berwarna hijau
dan pada saat masak berubah menjadi merah (Rukmana, 2002).

6
Gambar 2.1. Jenis Cabai Rawit Kecil

2. Cabai Ceplik

Cabai ceplik atau cabai hijau memiliki panjang 3-3,5 cm dan


lebar11 mm, serta berat 1,4 g/buah. Pada waktu masih muda, buah
berwarna hijau dan berubah menjadi merah pada saat matang. Rasa buah
pedas, tetapi masih kurang pedas jika dibandingkan dengan cabai kecil dan
cabai putih (Rukmana, 2002).

Gambar 2.2 Jenis Cabai Rawit Ceplik

3. Cabai Putih

Cabai putih memiliki ciri-ciri buah berbentuk bulat agak lonjong


dan berukuran panjang 3 cm serta berat rata-rata 2,5 g/buah. Buah yang
muda memiliki rasa yang kurang pedas, namun buah yang matang
memiliki rasa pedas (Rukmana, 2002).

Gambar 2.3 Jenis Cabai Rawit Putih

7
2.1.2 K andungan gizi dan manfaat cabai rawit

Buah cabai rawit mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap,


yakni protein, lemak, karbohidrat, mineral (kalsium, fosfor dan besi),
vitamin A, B1, B2 dan C. Cabai rawit mengandung zat oleoresin dan zat
aktif capsaicin yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit rematik,
obat batuk berdahak, sakit gigi, masuk angin, asma serta mencegah infeksi
sistem pencernaan (Rukmana,2002).

Table 2.1 Kandungan Gizi dalam tiap 100 gram Cabai Rawit

2.2 Pengertian Radiasi

Dalam fisika, radiasi mendeskripsikan setiap proses di mana energi


bergerak melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh
benda lain. Apa yang membuat radiasi adalah bahwa energi memancarkan
(yaitu, bergerak ke luar dalam garis lurus ke segala arah) dari suatu
sumber. geometri ini secara alami mengarah pada sistem pengukuran dan
unit fisik yang sama berlaku untuk semua jenis radiasi.

Radiasi adalah fenomena/peristiwa penyebaran energi gelombang


elektromagnetik atau partikel subatom melalui vakum atau media material.

8
Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat
walau tidak ada medium. Radiasi terdiri dari beberapa jenis, dan setiap
jenis radiasi tersebut memiliki panjang gelombang masing-masing, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 2.4 Skema Radiasi Menurut Jenis

Ditinjau dari "massa" nya, radiasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Radiasi elektromagnetik, adalah radiasi yang tidak memiliki


massa. Radiasi ini terdiri dari gelombang radio, gelombang mikro,
inframerah, cahaya tampak, sinar-X, sinar gamma dan sinar kosmik.

2) Radiasi partikel, adalah radiasi berupa partikel yang memiliki


massa, misalnya partikel beta (β), partikel alfa (α), sinar gamma (γ), sinar-
X, partikel neutron.

Jika ditinjau dari "muatan listrik"nya, radiasi dapat dibagi menjadi


dua yaitu:

1) Radiasi Pengion, adalah radiasi yang apabila menumbuk atau


menabrak sesuatu, akan muncul partikel bermuatan listrik yang disebut ion
(radiasi yang dapat menimbulkan ionisasi). Termasuk ke dalam radiasi
pengion adalah sinar-X, partikel alfa (α), partikel beta (β), sinar gamma
(γ), partikel neutron. Partikel beta (β), partikel alfa (α), dan neutron dapat
menimbulkan ionisasi secara langsung. Meskipun tidak memiliki massa

9
dan muatan listrik, sinar-X, sinar gamma dan sinar kosmik juga termasuk
ke dalam radiasi pengion karena dapat menimbulkan ionisasi secara tidak
langsung.

2) Radiasi Non-Pengion, adalah radiasi yang tidak dapat


menimbulkan ionisasi. Termasuk ke dalam radiasi non-pengion adalah
gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak dan
ultraviolet.

Sedangkan dilihat dari "jenis" nya, radiasi terdiri dari: radiasi


elektromagnetik, radiasi pengion, radiasi thermal, radiasi Cerenkov,
radiasi sel hidup, radiasi matahari, radiasi nuklir, radiasi benda hitam,
radiasi non-ionisasi, radiasi cosmic.

Radiasi telah menjadi bagian dari lingkungan semenjak dunia ini


diciptakan, bukan hanya sejak ditemukan tenaga nuklir setengah abad
yang lalu, yang mana terdapat lebih dari 60 radionuklida.

Berdasarkan "asal" nya, radiasi dapat dibedakan menjadi dua


sumber, yaitu:
1) Sumber radiasi alam.
Radiasi alam dapat berasal dari sinar kosmos, sinar
gamma dari kulit bumi, hasil peluruhan radon dan thorium di
udara, serta berbagai radionuklida alamiah yaitu radionuklida
yang terbentuk secara alami yang terbagi menjadi dua, yaitu:
a) Primordial, yaitu radionuklida ini telah ada sejak bumi
diciptakan. Pada Tabel 1 memperlihatkan beberapa radionuklida
primordial.

b) Kosmogenik, yaitu radionuklida ini terbentuk sebagai


akibat dari interaksi sinar kosmik.
2) Sumber radiasi buatan.
Radiasi buatan adalah radiasi yang timbul karena atau
berhubungan dengan kegiatan manusia, seperti penyinaran di bidang

10
medik, jatuhan radioaktif, radiasi yang diperoleh pekerja radiasi di
fasilitas nuklir, radiasi yang berasal dari kegiatan di bidang industri:
radiografi, logging, pabrik lampu.
Beberapa radiasi dapat berbahaya, namun radiasi juga banyak
dimanfaatkan untuk kepentingan kesehatan seperti radioterapi. Selain
untuk radioterapi pada saat ini radiasi lebih dikemabangkan sebagai
metode untuk pengawetan bahan makanan, yang disebut sebagai teknik
iradiasi. Iradiasi bertujuan untuk mengurangi atau bahkan membasmi
mikroorganime atau penyakit yang terbawa oleh makanan.

2.2.1 Efek Radiasi

Radiasi dapat menginduksi terjadinya mutasi karena sel yang


teradiasi akan dibebani oleh tenaga kinetik yang tinggi, sehingga dapat
mempengaruhi atau mengubah reaksi kimia sel tanaman yang pada
akhirnya dapat menyebabkan terjadinya perubahan susunan kromosom
tanaman. Dosis radiasi yang diberikan untuk mendapatkan individu yang
memperlihatkan perubahan sifat (mutan) tergantung pada jenis tanaman,
fase tumbuh, ukuran, kekerasan, dan bahan yang akan dimutasi.

2.3 Sinar Gamma

Radiasi gamma merupakan radiasi elektromagnetik yang


membawa energi dalam bentuk paket-paket yang disebut foton. Dari
eksperimen diketahui sinar gamma tidak bermassa dan tidak bermuatan
sehingga diberi notasi 0 0 . Pada umumnya radiasi gamma yang
digunakan adalah hasil peluruhan inti atom Co-60. Co-60 dihasilkan dari
reaksi inti antara Co-59 dengan neutron dalam reaktor, sesuai dengan
persamaan 1.
59
Co27 + 1n0 60
Co27
60
Co27 60
Ni27 + β- + v + 2ϒ

Persamaan 1

11
Co-60 dalam keadaan tidak stabil, meluruh memancarkan dua sinar
gamma dengan energi masingmasing sebesar 1,17 MeV dan 1,33 MeV
dengan waktu paruh 5,27 tahun. Suatu bahan yang terpapar radiasi akan
menerima radiasi yang besarnya sebanding dengan lamanya paparan
adalah radiasi. Besar radiasi yang diterima bahan tersebut dinamakan dosis
radiasi. Secara matematis dosis radiasi dituliskan pada persamaan 2.

D(Gy) = Dt

Persamaan 2

Dengan D adalah dosis radiasi dalam Gy. D adalah laju dosis dalam Gy.s-1
dan t adalah lama paparan radiasi dalam s.

Sinar gamma memiliki beberapa sifat alamiah berikut ini:

 Sinar gamma tidak memiliki jangkauan maksima di udara, semakin


jauh dari sumber maka interaksinya makin kecill
 Mempunyai daya ionisasi paling lemah
 Mempunyai daya tembus yang terbesar
 Tidak membelok dalam medan listrik maupun medan magnet

Radionuklida atau radioisotop adalah isotop dari zat radioaktif.


Radionuklida mampu memancarkan radiasi. Radioisotop atau radionuklida
dapat terjadi secara alamiah atau sengaja dibuat oleh manusia dalam
reaktor penelitian.

Produksi radionuklida dengan proses aktivasi dilakukan dengan cara


menembaki isotop stabil dengan neutron di dalam teras reaktor. Proses ini
lazim disebut iradiasi neutron, sedangkan bahan yang disinari disebut
target atau sasaran.

Neutron yang ditembakkan akan masuk ke dalam inti atom target sehingga
jumlah neutron dalam inti target tersebut bertambah. Peristiwa ini dapat
mengakibatkan ketidakstabilan atom sehingga berubah sifat menjadi

12
radioaktif. Banyak isotop buatan yang dapat dimanfaatkan antara lain
60Co, 24Na, 32P, 51Cr, 99Tc dan 131I.

2.3.1 Efek Radiasi Sinar Gamma

Sinar gamma dapat menekan pertumbuhan akar, batang, dan daun


(pertumbuhan vegetatif). Dosis radiasi yang diberikan untuk mendapatkan
individu yang memperlihatkan perubahan sifat (mutan) tergantung pada
jenis tanaman, fase tumbuh, ukuran, kekerasan, dan bahan yang akan
dimutasi. Pemanfaatan radiasi sinar gamma pada berbagai konsentrasi
diharapkan mendapatkan jenis varietas unggul yang mempunyai karakter
buah yang baik dari sebelumnya. Radiasi gamma dengan dosis yang terlalu
tinggi dapat memberikan efek negatif langsung pada tanaman, karena
dapat menyebabkan tanaman mati. Hal ini memperlihatkan bahwa semakin
tinggi dosis radiasi gamma maka ketahanan hidup atau pertumbuhan dari
tanaman semakin rendah, bahkan pada dosis lebih tinggi menyebabkan
tanaman mati. Dosis radiasi yang digunakan untuk menginduksi
keragaman sangat menentukan keberhasilan terbentuknya tanaman mutan.
Broertjes dan Van Harten (1988) melaporkan kisaran dosis radiasi sinar
gamma pada berbagai jenis tanaman hias, dan untuk tanaman anyelir
kisaran yang telah dicobakan berada pada selang yang masih cukup lebar,
yaitu antara 25-120 Gy. Jika iradiasi dilakukan pada benih, pada umumnya
kisaran dosis yang efektif lebih tinggi dibandingkan jika dilakukan pada
bagian tanaman lainnya, yaitu berkisar 50-250 Gy (Harten, 1998).
Semakin banyak kadar oksigen dan molekul air (H2O) dalam materi yang
diiradiasi, maka akan semakin banyak pula radikal bebas yang terbentuk
sehingga tanaman menjadi lebih sensitif (Herison, et al., 2008).

Untuk itu maka perlu dicari dosis optimum yang dapat efektif
menghasilkan tanaman mutan yang pada umumnya terjadi pada atau
sedikit dibawah nilai LD50 (Lethal Dose 50). LD50 adalah dosis yang
menyebabkan 50% kematian dari populasi yang diradiasi.

13
Pemberian dosis yang terlalu tinggi akan menghambat pembelahan
sel yang menyebabkan kematian sel yang berpengaruh terhadap proses
pertumbuhan tanaman, menurunnya daya tumbuh dari tanaman dan
morfologi tanaman. Tetapi dosis radiasi yang terlalu rendah tidak cukup
untuk memutasi tanaman karena frekuensi mutasi yang terlalu rendah
hanya menghasilkan sedikit sektor yang termutasi (Hammed et al., 2008).

Dari beberapa hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa


pemberian sinar gamma dengan konsentrasi tinggi secara umum dapat
menurunkan persentase pertumbuhan tanaman. Penurunan persentase
pertumbuhan tanaman akibat radiasi sinar gamma disebabkan oleh adanya
efek deterministik. Efek deterministik adalah efek kematian sel yang
disebabkan oleh paparan radiasi. Ini muncul karena dosis paparan radiasi
yang diberikan di atas dosis ambang yang seharusnya diterima. Semakin
tinggi dosis radiasi maka semakin tinggi efek deterministiknya. Tinggi
tanaman merupakan sifat kuantitatif yang dikendalikan oleh banyak gen.
Karakter tinggi tanaman atau penurunan tinggi tanaman merupakan
indikator yang paling umum yang digunakan untuk melihat efek mutagen
baik fisik maupaun kimia (Aisyah, 2006).

Penurunan tinggi tanaman atau tanaman menjadi kerdil karena


pengaruh dosis yang tinggi akibatnya adanya gangguan fisiologis atau
kerusakan kromosom yang diakibatkan oleh mutagen (radiasi sinar
gamma) yang diberikan. Sinar gamma termasuk ke dalam radiasi pegion
dan berinteraksi dengan atom atau molekul untuk memproduksi radikal
bebas (kehilangan satu buah elektron dari pasangan elektron bebasnya)
dalam sel. Radikal tersebut dapat merusak atau memodifikasi komponen
yang sangat penting dalam sel tanaman dan menyebabkan perubahan
sebagian dari morfologi, anatomi, biokimia dan fisiologi tanaman
tergantung dari level radiasinya. Hal ini menunjukkan bahwa pemuliaan
mutasi dapat menciptakan keragaman genetik pada karakter kuantitatif (Al
Safadi et al., 2009).

14
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penulisan karya ilmiah ini saya menggunakan jenis


penelitian kepustakaan atau library research, yakni penelitian yang
dilakukan melalui mengumpulkan data atau karya tulis ilmiah yang
bertujuan dengan obyek penelitian atau pengumpulan data yang bersifat
kepustakaan, atau telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu
masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan
mendalam terhadap bahan – bahan pustaka yang relevan. Penelitian ini
juga menggunakan penelitian studi literatur dan pendekatan Kualitatif.
Pendekatan Kualitatif ialah metode yang cenderung menggunakan analisis
penelitian dan menggunakan data deskriptif yang berkaitan dengan radiasi
gamma terhadap tanaman cabai. Metode kualitatif juga digunakan untuk
mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna.
Penyusun dalam penelitian ini akan menggali makna dari informasi atau
data yang didapat dari hasil laporan penelitian ilmiah ataupun resmi, dan
dari literatur yang lainnya.

Dalam penelitian ini saya sebagai penulis menerapkan metode


penelitian seperti yang dijelaskan di atas karena setidaknya ada beberapa
alasan yang mendasarinya. Pertama, kurang nya waktu untuk melakukan
langsung penelitian sehingga menghasilkan hasil yang diharapkan. Dan
sumber data tidak selalu didapat dari lapangan, adakalanya didapat dalam
bentuk tulisan. Kedua, studi kepustakaan diperlukan sebagai salah satu
cara untuk memahami gejala- gejala baru yang terjadi yang belum dalam
dipahami, kemudian dengan studi kepustakaan ini akan dapat dipahami
gejala tersebut. Ketiga, data pustaka akan tetap andal untuk menjawab
persoalan penyusun dikarenakan bagaimanapun data yang telah
dikumpulkan terdapat kasus tertentu data lapangan yang masih kurang

15
signifikan untuk menjawab rumusan penelitian atau pertanyaan yang akan
dilaksanakan.

3.2 Sumber Data

 Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library


research). Maka dari itu sumber data yang didapat bersifat kepustakaan
atau berasal dari berbagai literatur, diantaranya jurnal perguruan tinggi,
riset, laman Google Scholar (Google Cendekia), dan website Garba
(Rujukan Digital). Dalam hal ini jurnal yang digunakan merupakan
jurnal berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris, misalnya jurnal
jurusan atau prodi Teknik Pangan, Fisika, Teknik Pertanian, Biologi,
Kimia, dan lain sebagainya.
 Pengambilan data atau pengumpulan data dilakukan dengan melalui
metode membaca sekilas atau membaca Skimming, yaitu membaca
yang membuat mata bergerak dengan cepat melihat dan
memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan mendapatkan
informasi secara cepat dan efisien (Tarigan, 1990:32). Tidak hanya itu,
penyusun juga menggunakan metode membaca memindai (scanning)
yaitu membaca secara meloncat-loncat dari bagian satu ke bagian
lainnya, namun juga mencari poin-poin penting dalam sumber bacaan
tersebut yang sesuai dengan masalah atau kasus yang dibahas.
3.3 Teknik Analisis Data

Sugiyono (2014:15) “Penelitian kualitatif adalah metode penelitian


yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel data
dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi”

16
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme yang menekankanpada cara berpikir induktif yang
menghasilkan data deskriptif, tidak berupa prosedur statistika yang
luarannya berupa simpulan makna yang mendalam dari sekumpulan
generalisasi.

Analisis data kualitatif beragam modelnya. Seperti penelitian


etnografi adalah salah satu model penelitian kualitatif yang dikenal saat
ini. Adapun model yang lainnya untuk analisis data kualitatif adalah model
Bogdan dan Biklen, model Miles dan Huberman, model Strauss dan
Corbin, analisis isi kualitatif model Philipp Mayring, analisis data
kualitatif melalui program komputer NVivo.

Setiap penelitian selalu berangkat dari suatu masalah yang akan


diteliti. “Masalah” dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara,
tentatif, dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di
lapangan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, ada tiga kemungkinan
terhadap “Masalah” yang dibawa oleh peneliti dalam penelitian. Pertama,
“masalah” yang sejak awal hingga akhir dibawa oleh peneiti tetap sama.
Kedua, “masalah” yang dibawa peneliti setelah memasuki penelitian
berkembang yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang telah
disiapkan. Namun judul penelitiannya cukup cukup disempurnakan.
Ketiga “masalah” yang dibawa peneliti setelah memasuki lapangan
berubah total, sehingga harus ganti judul (Sugiyono, 2014:283-284).

Teknik analisis data dalam penelitian ini seperti yang dikutip Miles
& Huberman dalam bukunya Qualitative Data Analisis menggunakan
prosedur model analisis mengalir (Flow Analysis Models) melalui alur
kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu:

 Pengumpulan data (data collection)

17
Pengumpulan data adalah proses dimana penyusun mencari
data melalui jurnal, buku, dan karya tulis lainnya yang
berkaitan dengan rumusan masalah yang nantinya akan menjadi
sumber dari pokok bahasan dalam pembahasan. Pengumpulan
data dilakukan penyusun dengan metode skimming (membaca
sekilas), dan membaca scanning (membaca dengan memindai).
 Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan penyederhanaan, penggolongan, dan
membuang yang tidak perlu data sedemikian rupa sehingga
data tersebut dapat menghasilkan informasi yang bermakna dan
memudahkan dalam penarikan kesimpulan.Banyaknya jumlah
data dalam dan kompleksnya data, diperlukan analisis data
melalui tahap reduksi.
 Penyajian data (data displays)
Penyajian data adalah sejumlah informasi yang tersusun dan
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan lebih lanjut.Penyajian data cenderung
mengarah pada penyederhanaan data kompleks ke dalam
bentuk yang sederhana sehingga mudah dipahami.
 Penarikan kesimpulan (conclusion drawing)

Penarikan Kesimpulan Proses penarikan kesimpulan


merupakan bagian penting dari kegiatan penelitian karena
merupakan kesimpulan dari penelitian. Proses penarikan
kesimpulan ini bermaksud untuk menganalisis, mencari makna
dari data yang ada sehingga dapat ditemukan dlam penelitian
yang telah dilakukan.

18
Gambar 3.1 skema bagan analisis data kualitatif

3.4 Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penilitian ini adalah data
primer dengan melakukan observasi dan data sekunder yaitu, data yang
diperoleh dari jurnal, buku dokumentasi, dan internet.
1. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode untuk mencari dokumen atau data


data yang dianggap penting melalui artikel pustaka, brosur, buku
dokumentasi serta melalui media elektronik yaitu internet, yang ada
kaitannya dengan diterapkannya penelitian ini.

2. Studi literature

Pada studi literature ini kami menggunakan jurnal penelitian yang


berkaitan sebagai referensi. Jurnal tersebut yaitu:

- Taufiqur Rachman, Radiasi


- Muhammad Anas Mubarok, pengaruh radiasi sinar gamma
terhadap cabai rawit
- Jurnal IPB Devie Rienazani Supriadi, Anas D. Susila, dan Eko
Sulistyono, penetapan kebutuhan air tanaman cabai merah dan
cabai rawit

19
- Buku Fisiologi tumbuhan, pengertian pertumbuhan
- I.B Alit Swamardika, pengaruh radiasi elektromagnetik terhadap
kesehatan manusia.
- Gusti Ngurah Sutapa dan I Gede Antha Kasmawan, efek
induksi mutasi radiasi gamma pada pertumbuhan tanaman tomat.

20
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Efek paparan sinar gamma terhadap tanaman cabai

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Anas


Mubarok didapatkan bahwa, pada umumnya setelah perlakuan
iradiasi berlangsung dapat terjadi efek yang dapat dikelompokkan
menjadi kerusakan fisiologi (sebagai efek utama yang langsung
dapat dikenali) dan perubahan genetic. Kerusakan fisiologi tersebut
dapat berupa terhambatnya pembelahan sel, kematian sel, induksi
pada aktifitas mitosis, pengaruh pertumbuhan rata – rata,
perubahan pada kapasitas bereproduksi, serta peningkatan
frekuensi pembentukan jaringan. Pada penelitian ini efek dari
radiasi sinar gamma menyebabkan perubahan fisiologi. Dalam hal
ini yang diteliti oleh Muhammad Anas Mubarok meliputi: karakter
tinggi tanaman, jumlah daun, dan banyak daun.
Van Harten (1998) menambahkan bahwa kerusakan
fisiologi biasanya terjadi pada generasi awal dari tanaman yang
diradiasi dan tidak diturunkan. Pernyataan ini dapat didukung dari
hasil penelitian Aisyah (2006) pada Dianthus caryophyllus Linn
yang diinduksi dengan sinar gamma melalui iradiasi tunggal,
kemudian disubkultur dan diaklimatisasi sampai dengan generasi
MV5 diketahui tidak ada pengaruh yang nyata terhadap karakter-
karakter vegetative (tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun,
dan lebar daun) sampai pada generasi lanjutan. Hal ini
dimungkinkan akibat terjadinya diplontic selection ke arah
recovery atau perbaikan fungsi dari system enzim yang terganggu
akibat radiasi sinar gamma. Diplontic session adalah adanya
kompetisi antara sel – sel normal disekelilingnya, dimana pada
akhirnya sel – sel termutasi kalah bersaing dan jaringan tanaman
kembali tumbuh normal. Mutasi yang bersifat baik akan
ditunjukkan ke generasi berikutnya.

4.2 Pertumbuhan fisiologis tanaman cabai


Pengukuran pertumbuhan tanaman cabai dibagi menjadi
tiga bagian yaitu pengukurn tinggi tanaman, pengukuran lebar
daun, serta pengukuran banyak daun. Pada saat tanaman cabai
mulai tumbuh, tanaman cabai diukur mulai dari tinggi, banyak
daun dan lebar daun menggunakan penggaris setiap sepuluh hari
yang dihitung semenjak awal penanaman bibit. Data hasil

21
penelitian kemudian dianilisis perbandingan kualitas pertumbuhan
tanaman cabai yang diradiasi dengan sinar gamma dalam 5 variasi
dosis radiasi dengan pertumbuhan tanaman cabai tanpa paparan
radiasi sinar gamma. Data hasil dapat diihat di table berikut ini:
Table 2.2 hasil pengamatan pertumbuhan cabai

22
Berdasarkan table 2.2 di atas dapat dilihat bahan
perbandingan pertumbuhan cabai setelah dipapari radiasi gamma,
tanaman cabai yang memiliki pertumbuhan yang bagus adalah
dengan paparan snar radiasi gamma sebesar 75 Gy, hal ini dapat
dilihat dari pengamatan terakhir terdapat tinggi rata – rata tanaman
25,37 cm dan lebar daun rata – rata tanaman 3,97 cm serta banyak
daun rata – rata 16 daun. Pada dosis 75 Gy ini merupakan
pertumbuhan yang paling bagus dan sangat efektif untuk
pertumbuha cabai dibandingkan dengan pemberian dosis lainnya.
Bahwa semakin tinggi dosisi iradiasi yang digunakan dapat
menurunkan tinggi tanaman. Penurunan tinggi tanaman tersebut
dapat terjadi karena iradiasi dapat menyebabkan molekul –
molekul sepanjang jalur ion yang tertinggal karena iradiasi yang
menyebabkan mutasi gen atau kerusakan kromosom.
1. Hasil tinggi tanaman cabai rawit

Gambar 4.1 grafik pengaruh radiasi gamma Co-60 terhadap pertumbuhan


(tinggi) tanaman cabai pada hari ke – 10

23
Gambar 4.2 grafik pengaruh radiasi gamma Co-60 terhadap pertumbuhan
(tinggi) tanaman cabai pada hari ke 20.

Gambar 4.3 grafik pengaruh radiasi gamma Co-60 terhadap (tinggi)


tanaman cabai pada hari ke 30.

24
Gambar 4.4 grafik pengaruh radiasi sinar gamma Co-60 terhadap (tinggi)
tanaman cabai rawit pada hari ke 40

Gambar 4.5 grafik pengaruh radiasi sinar gamma Co-60 terhadap tinggi
tanaman cabai rawit pada hari 50

25
Gambar 4.6 grafik pengaruh radiasi gamma Co-60 terhadap tinggi
tanaman cabai rawit pada hari ke 60

Berdasarkan grafik di atas bahwa pengaruh paparan radiasi sinar


gamma terhadap proses pertumbuhan (tinggi) tanaman cabai yang
dipapariradiasi sinar gamma dengan dosis sebesar 75 Gy merupakan yang
paling bagus untuk kualitas tanaman cabai dibandingkan dengan perlakuan
yang lain. Tanaman cabai yang dipapari sinar gamma dengan dosis 75 Gy
ini membuat pertumbuhan tanaman cabai lebih efektif dibandingkan
dengan pemberian dosis yang lain maupun yang tidak diberi dosis
(kontrol).
2. Hasil lebar daun tanaman cabai

Gambar 4.7 grafik pengaruh radiasi gamma Co-60 terhadap


pertumbuhan (lebar daun) tanaman cabai pada hari ke 10

26
Gambar 4.8 grafik pengaruh radiasi sinar gamma Co-60 terhadap
pertumbuhan (lebar daun) tanaman cabai pada hari ke 20

Gambar 4.9 grafik pengaruh radiasi sinar gamma Co-60 terhadap


pertumbuhan (lebar daun) tanaman cabai pada hari ke 30

27
Gambar 4.10 grafik pengaruh radiasi sinar gamma Co-60 terhadap
pertumbuhan (lebar daun) tanaman cabai pada hari ke 40

Gambar 4.11 grafik pengaruh radiasi sinar gamma Co-60 terhadap


pertumbuhan (lebar daun) pada hari ke 50
Pertumbuhan lebar daun tanaman yang telah dipapari radiasi
memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan tanpa pemberian
radiasi (kontrol). Untuk pengukuran pada daun dilakukan terhadap satu
daun yang sama dan ketika daun tersebut rontok atau terlepas dari tangkai
pengukuran di hentikan, pengukuran ini dilakukan sebanyak lima kali
dengan selang waktu 50 hari penelitian.

28
3. Hasil banyak daun tanaman cabai

Gambar 4.12 grafik pengaruh radiasi sinar gamma Co-60 terhadap


pertumbuhan (banyak daun) tanaman cabai pada hari ke 10

Gambar 4.13 grafik pengaruh radiasi sinar gamma Co-60 terhadap


pertumbuhan (banyak daun) tanaman cabai pada hari ke 20

29
Gambar 4.14 grafik pengaruh radiasi sinar gamma Co-60 terhadap
pertumbuhan (banyak daun)cabai pada hari ke 30

Gambar 4.15 grafik pengaruh radiasi sinar gamma Co-60 terhadap


pertumbuhan (banyak daun) tanaman cabai pada hari ke 40

30
Gambar 4.16 grafik pengaruh radiasi gamma Co-60 terhadap pertumbuhan
(banyak daun) tanaman cabai pada hari 50

Gambar 4.17 grafik pengaruh radiasi sinar gamma Co-60 terhadap


pertumbuhan (banyak daun) tanaman cabai pada hari 60
Seperti ditunjukkan dari beberapa grafik hasilnya terlihat bahwa
dosis 75 Gy memiliki rata-rata lebar daun paling lebar daripada lainnya. Ini
terlihat jelas pada hari ke 60 dimana grafik mengalami peningkatan. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian dosis radiasi dapat merubah pertumbuhan
lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak di radiasi (Kontrol).

31
4.3 Dosis sinar gamma

Dosis iradiasi diukur dalam satuan Gray (Gy) dimana 1 Gy setara


dengan 1 Joule energy per kilogram produk yang diradiasi, yang setara
dengan 100 Rad (Radiation absorption dose). Dosis iradiasi dibagi dalam
tiga cakupan kategori: tinggi (> 10 kGy), medium (1 – 10 kGy), dan
rendah (< 1 kGy). Perlakuan dosisi tinggi akan mematikan bahan yang
dimutasi atau mengakibatkan sterilitas. Tanaman mutan memiliki daya
tahan yang lebih baik terhadap serangan pathogen dan kekeringan.
Seringkali penampakan akibat mutasi baru muncul setelah generasi
selanjutnya, yakni M2, V2, atau kelanjutannya.

Menurut peneliti, dosis dari sinar gamma agar menghasilkan hasil


yang diinginkan seperti panjang batang, lebar daun, banyak buah dan lain
sebagainya. Tergantung dengan cara apa penelitian diawal dilakukan pada
tanaman cabai, berapa lama waktu meneliti serta penggunaan dosis sinar
gamma. Namun rata – rata penggunaan dosis sinar gamma yang umum
digunakan sekitar 50 – 75 Gy. Hal itu terbukti dengan grafik dan table
hasil penelitian (menunjukkan table hasil). Dosis optimal untuk induksi
mutasi bervariasi menurut materi tanaman, varietas tanaman, dosis radiasi
sinar gamma yang digunakan. Dengan dosis di bawah 5 krad,
frekwensi mutasi berkurang, sedang pada dosis lebih dari 25 krad radiasi
terlalu tinggi dan banyak organisme yang mati (Sudrajat dan Zanzibar,
2009).
Hal itu dilakukan karena semakin tinggi dosis yang digunakan
semakin merusak tanaman yang diteliti. Tidak mendapatkan hasil yang
diinginkan, karena mutasi akibat radiasi tidak selamanya menunjukkan
hasil yang baik. Namun teknologi radiasi juga perlu ditingkatkan di sector
pertanian khususnya cabai, agar mendapatkan bermacam – macam varietas
yang sangat berguna untuk sector teknologi pertanian di masa depan.

4.4 Cara kerja radiasi


Proses induksi mutagenetik yang terjadi pada sel terutama pada
biji melalui mekanisme: a) primer atau respons fisik yaitu terjadinya
gangguan langsung pada molekul suatu zat dan b) respon sekunder
atau kimiawi dari molekul terionisasi dengan dihasilkannya radikal

32
bebas (Lagoda,2012). Radiasi sinar gamma memilliki energy tinggi
dan mampu menembus bagian terbuka dari sel dan jaringan tumbuhan,
bahkan DNA dari bahan tanaman pun mungkin akan mengalami
perubahan ekstrim karena langsung terpapar radiasi atau melalui
pembentukan radikal bebas yaitu reaktif oksigen spesies (ROS) seperti
hydrogen peroksida dan ion hidroksi (Majeed et al., 2017; Majeed et
al., 2018). Hasil penelitian mutagenesis menunjukkan bahwa DNA
suatu organisme yang terpapar radiasi bila terjadi perbaikan DNA
maka organisme tersebut mampu bertahan hidup. Sebaliknya, bila
organisme yang terpapar radiasi tidak mampu melakukan perbaikan
DNA maka akan terjadi penurunan viabilitas dan organisme tersebut
tidak mampu bertahan hidup (Shu et al,2012).
Intensitas radiasi sinar gamma mempengaruhi ekspresi dari
keragaman secara morfologi, anatomi, biokimia, struktur, dan fisiologi
tanaman. Hal ini menyebabkan perubahan struktur selular sel dan
metabolisme seperti: proses dilasi dari membrane tilakoid, perubahan
fotosintesis, system atioksidatif, dan terjadi akumulasi fenolik (Kim et
al., 2004; Wi et al., 2005). Radiasi sinar gamma dosis tinggi yang
diapikasikan pada biji mampu mengganggu sintesitas protein,
keseimbangan hormone, pertukaran udara pada daun, pertukaran air,
dan aktivitas enzim (Hameed et al., 2008). Perlakuan mutagen sinar
gamma dapat merusak DNA dan mengganggu mekanisme perpasangan
DNA, sehingga mutan baru secara acak dan dapat diwariskan.
Perubahan dapat terjadi juga di organel sitoplasma dan menghasilkan
juga perubahan kromosomal atau mutasi genomic. Perubahan yang
terjadi secara langsung akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pada teknik pemuliaan perlakuan induksi
mutasi dengan radiasi yang diharapkan adalah dapat menimbulkan
perubahan fisiologi yang rendah dan menghasilkan variasi genetic.
Muategenesis bertujuan untuk mempengaruhi kompatibilitas, tinggi
tanaman, masa berbunga, warna buah, pematangan buah, dan
ketahanan terhadap penyakit serta serangga (Piri et al., 2011).
Pemuliaan tanaman dengan mutasi radiasi bersifat radiosensitive,
sehingga respon yang terjadi dipengaruhi oleh dosis iradiasi yang
diberikan. Beberapa proses fisiologis dapat terpengaruh dan terjadi
penurunan sifat pada aplikasi radiasi sinar gamma dosis tinggi (Maity
et al., 2005).

33
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari data yang dikumpulkan oleh penulis dari
berbagai jurnal bahwa:

1. Efek dari sinar gamma atau iradiasi terhadap tanaman cabai ialah
perubahan genetic dan kerusakan fisiologi yang dapat langsung
dikenali, namun kerusakan tersebut tidak akan menurun kepada
generasi berikutnya dengan kata lain hanya terjadi pada satu
generasi saja.
2. Pertumbuhan dari tanaman cabai yang dipengaruhi radiasi sinar
gamma Co-60 dapat dilihat pertumbuhannya melalui grafik dan
table yang telah disediakan. Penelitian meliputi tinggi tanaman,
lebar daun dan banyak daun. Dari ketiga aspek tersebut dapat
disimpulkan bahwa penggunaan radiasi sinar gamma dapat
menghambat pertumbuhan maupun tidak tergantung dari dosis
yang diberikan saat penelitian, namun sejauh ini tidak memberikn
hambatan yang berarti.
3. Dosis yang diberikan yaitu 5 variasi, yaitu control (0), 25, 50, 75,
100, dan 125. Pada dosis yang diberikan awal yaitu control (0)
belum menunjukkan reaksi, lalu pada dosis 75 Gy pertumbuhan
atau perubahan terjadi. Ketiga nya mengalami hal yang sama,
namun semakin banyak dosis yang berikan tidak membuat tanaman
semakin membaik, yang terjadi ialah sebaliknya. Tanaman cabai
mati mengering.
4. Cara radiasi sinar gamma bekerja ialah mempengaruhi suatu DNA
dari tumbuhan. Tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan
paparan sinar gamma maka tumbuhan tesebut mampu bertahan

34
hidup, begitupula sebaliknya. Intensitas radiasi sinar gamma
mampu mempengaruhi banyak hal yaitu, keragaman morfologi,
fisiologi, anatomi, biokimia, hingga struktur sebuah tanaman.
Radiasi sinar gamma dengan dosis tinggi yang diaplikasikan pada
biji mampu sintesitas protein, keseimbangan hormone, dan
aktivitas enzim.

5.2 Saran
Untuk proses iradiasi tanaman cabai rawit menggunakan paparan
sinar gamma perlu dikaji ulang atau penelitian sebanyak mungkin sehingga
dapat menghasilkan varietas tanaman cabai rawit yang baru, dan mampu
membantu para petani cabai untuk mendapatkan varietas yang bermacam –
macam di masa depan. Dari tingkat kepedasan cabai rawit, dan bentuk cabai
rawit. Diharapkan dapat dihasilkan melalui proses tanam iradiasi. Dan tentu
saja standard kelayakan atau keselamatan juga harus diperhatikan, mengingat
teknik tanam yang menggunakan radiasi beresiko tinggi terhadap lingkungan
sekitar.

35
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Anas Mubarok 2018, Pengaruh Radiasi Sinar Gamma Co – 60
terhadap Pertumbuhan Cabai Rawit
Fitri Darmayanti 2021, Potensi Pemuliaan Mutasi Radiasi Sebagai Upaya
Peningkatan Variasi Genetic Pada Tanaman Hias
I.B Alit Swamardika 2009, Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik
Terhadap Kesehatan Manusia
Gusti Ngurah Sutapa dan I Gede Antha Kasmawan 2016, Efek Induksi Mutasi
Radiasi Sinar Gamma Co – 60 pada Pertumbuhan Fisiologis Tanaman
Tomat
Shairul Rizdiyandi Omar, Osumanu Haruna Ahmed, Shaharudin Saamin and
Nik Muhammad Ab. Majid 2018, Gamma Radiosensitivity Study on Chili
Seung Gon Wi, Byung Yeoup Chung , Jae-Sung Kim, Jin-Hong Kim, Myung
Hwa Baek, Ju-Woon Lee, Yoon Soo Kim 2017, Effects of Gamma
Irradiation on Morphhological Changes and Biological Responses in
Plants
Monthida Thisawech, Orapin Saritnum, Sureeporn Sarapirom , Kittikhun
Prakrajang and Wannausa Phakham 2019, Effects of Plasma Technique
and Gamma Irradiation on Seed Germination and Seedling Growth of
Chili Pepper

36
LAMPIRAN – LAMPIRAN

37

Anda mungkin juga menyukai