Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMULIAAN TANAMAN

“ PEMULIAAN TANAMAN CABE “

DOSEN PENGAMPU : Dr. HERMAN, SP, M.Sc

DI SUSUN OLEH:

RIVAL KURNIAWAN

184110408

AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan izin dan kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

Tugas Pemuliaan Tanaman,  Yakni yang berjudul “Pemuliaan Tanaman Cabe ”.

Meskipun banyak hambatan yang Penulis alami dalam proses pengerjaannya, tapi

penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Penulis juga  sampaikan terima kasih kepada dosen Pengampu yang telah

membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini, penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada temen-teman yang sudah memberikan bantuan dan

masukannya.

Penulis menyadari dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kata

kesempurnaan. Untuk itu  penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

                                                                       

           

                                                                                          Pekanbaru, 8 April 2021

ii
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1
Latar Belakang………………………………………………………………...1
Rumusan Masalah……………………………………………………………..2
Tujuan…………………………………………………………………………2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………………3
Tanaman Cabai Merah Besar (Capsicum annuum L)…………………………3
BAB III
PEMBAHASAN………………………………………………………………………6
Pemuliaan Tanaman Cabe Merah……………………………….…………….6
Pemuliaan tanaman……………………………………………………6
Tujuan pemuliaan cabai……………………………………………….7
Pemuliaan Cabai Konvensional………………………………………8
Teknik Budidaya Tanaman Cabe.…………………………………………….9

Teknik Budidaya cabe ………………………………………………..9

Hibridisasi (persilangan)…………………………………………….10

BAB III

PENUTUP…………………………………………………………………………...11

Kesimpulan…………………………………………………………………..11

Saran…………………………………………………………………………11

Daftar Pustaka……………………………………………………………………….12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Produksi cabe merah (Capsicum annuum L.) dapat ditingkatkan melalui
perbaikan teknik budidaya, seleksi varietas baru, dan penggunaan benih unggul yang
berkualitas. Benin unggul yang berkualitas dapat diperoleh dengan memperbaiki
varietas yang telah menurun produksinya. Perbaikan varietas dapat ditujukan pada
kuantitas dan kualitas produksi maupun resistensinya terhadap hama maupun
penyakit (Sunaryono, 1984).

Alam genetika tumbuhan, perlakuan colchicine dikenal sebagai suatu eara


yang dapat menginduksi tanaman agar dapat memberikan hasil yang lebih unggul
daripada tanaman yang Sudan ada. Golchicine (C22H2SO6N) merupakan alkaloid
yang terkandung dalam ekstrak biji dan umbi Colchicum autumnale L. (LiliaCeae).
Pada umumnya dengan penggunaan konsentrasi - 0,2% larutan colchicine dan lama
perendaman 3-24 jam dapat menimbulkan poliploid pada biji tanaman yang
berdinding tebal (Eigsti & Dustin, 1957). Tanaman cabe merah yang normal (diploid)
mempunyai jumlah kromosom 2n=24 (n=12) (Purseglove, 1974).

Dengan perlakuan colchicine, tanaman dapat diinduksi menjadi poliploid


(tetraploid). Perlakuan colchicine berpehgaruh terhadap proses pembelahan sel
dehgan mencegah pembentukan serabut gelondong dan pemisahan kromosom pada
pembelahan mitosis sehingga menghasilkan sel tetraploid (Stickberger, 1968).
Peristiwa ini terjadi pada fase metafase ke anafase (Elliot, 1958). Tanaman yang
poliploid (tetraploid) dapat memiliki sifat-sifat khusus yang berbeda dengan tanaman
diploid. Sifat-sifat tersebut antara lain memiliki sel yang lebih besar, kecepatan
pertumbuhannya lebih lambat, memiliki batang, bunga, dan buah yang lebih besar
dengan masa pembungaan yang lebih lama, daun lebih lebar dan warna lebih hijau,
kandungan vitamin dan protein meningkat, fertilitas lebih rendah dan kualitas

1
buahnya lebih baik dibandingkan tanaman diploid (Elliot, 1958; Strickberger, 1968;
Crowder, 1986).

Perlakuan colchicine pada tanaman cabe merah diharapkan dapat


memperkaya keragaman genetik, sehingga dihasilkan beberapa galur cabe merah
yang baru. Galur diartikan sebagai keturunan individu tunggal homozygot yang
melakukan penyerbukan sendiri (Hayes et al, 1955) dan keturunan yang dihasilkan
selalu memiliki sifat keturunan yang sama dengan induknya (Suryo, 1990). Beberapa
galur tanaman cabe merah yang dihasilkan dari perlakuan colchicine memerlukan
pengujian selama beberapa generasi untuk mengetahui stabilitas genotip pertumbuhan
dan hasilnya maupun pengaruh lingkungan terhadap penampakan fenotip tanaman.
Penelitian ini bertujuan menguji sifat-sifat pertumbuhan dan daya hasil dari beberapa
galur tanaman cabe merah (Capsicum annuum L.) yang berasal dari beberapa
perlakuan colchicine. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam
pengembangan dan pemuliaan cabe merah di waktu mendatang.

2. Rumusan Masalah
1. Melihat pemulihan tanaman pada cabe
2. Teknik pemulian pada tanaman cabe merah

3. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana teknik pemulian tanaman pada cabe merah

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tanaman Cabai Merah Besar (Capsicum annuum L.)

Tanaman cabai tergolong dalam famili terung-terungan (Solanaceae) yang

tumbuh sebagai perdu atau semak. Cabai termasuk tanaman semusim atau berumur

pendek. Menurut Haryanto, (2018), dalam sistematika tumbuh-tumbuhan cabai

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledoneae

Ordo : Tubiflorae (Solanales)

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annuum L.

Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki

nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru

dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk negara

Indonesia (Baharuddin, 2016). Tanaman cabai banyak ragam tipe pertumbuhan dan

bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di

negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis jenis

3
saja, yakni cabai besar, cabai keriting, cabai rawit dan paprika (Pratama, Swastika,

Hidayat, dan Boga, 2017).

Cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori,

Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C. Selain

digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabe juga dapat digunakan untuk keperluan

industri diantaranya, Industri bumbu masakan, industri makanan dan industri obat-

obatan atau jamu.

Cabai termasuk komoditas sayuran yang hemat lahan karena untuk

peningkatan produksinya lebih mengutamakan perbaikan teknologi budidaya.

Penanaman dan pemeliharaan cabai yang intensif dan dilanjutkan dengan penggunaan

teknologi pasca panen akan membuka lapangan pekerjaan baru. Oleh karena itu,

dibutuhkan tenaga kerja yang menguasai teknologi dalam usaha tani cabai yang

berwawasan agribisnis dan agroindustry (Pratama et al., 2017). Cabai (Capsicum

annum Linnaeus) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika tropik seperti

Meksiko, Bolivia, Peru, dan Guatemala (Pratama et al., 2017).

Negara - negara tersebut memiliki iklim yang tidak jauh berbeda dengan

Indonesia. Cabai sudah dimanfaatkan sejak 7000 SM oleh suku Indian sebagai bumbu

masakan. Bagi suku Indian, cabai merupakan jenis tumbuhan yang sangat dihargai

dan menempati urutan kedua setelah jagung dan ubi kayu. Selain itu, cabai juga

mempunyai peranan penting dalam upacara keagamaan dan kultur budaya orangorang

Indian. Akibat persebaran cabai yang begitu luas, maka tidak bisa digambarkan pusat

4
asalnya di Amerika tropik. Penyebaran cabai ke seluruh dunia dilakukan oleh

pedagang Spanyol dan Portugis (Djarwaningsih, 2005).

5
BAB III

PEMBAHASAN

1. Pemuliaan Tanaman Cabe Merah

1.1. Pemuliaan tanaman

Cekaman abiotik dan biotik di atas dapat diatasi dengan pendekatan.

Pendekatan yang pertama adalah merubah atau memodifikasi lingkungan tumbuh

cabai menjadi lebih menyerupai kondisi optimal pertumbuhan cabai. Caranya adalah

dengan memodifikasi faktor-faktor seperti suhu, air, cahaya, nutrisi, kemasaman,

penggunaan pestisida dan berbagaifactor tumbuh lainnya. Pendekatan ini relatif lebih

mahal dan memerlukan kehatihatian karena seringkali input yang diberikan dapat

menyebabkan kerusakan permanen bagi lingkungan serta biayanya sangat mahal.

Pendekatan dengan memdofikasi lingkungan tumbuh seringkali mengakibatkan

petani harus mengeluarkan biaya yang tinggi untuk produksinya.

Misalkan saja dengan tingginya serangan hama dan penyakit pada tanaman

cabai, untuk mengurangi tingkat kerusakan, petani harus mengaplikasikan pestisida

dengan dosis tinggi mulai dari fase benih hingga fase produksi buah. Aplikasi dengan

dosis yang tinggi ini tentunya dapat memunculkan berbagai masalah lingkungan baru

disamping masalah kesehatan petani dan konsumen yang terancam sehingga dewasa

ini penggunan pestisida semakin dibatasi (Dik et al., 2000). Pendekatan yang kedua

adalah dengan menyesuaikantanaman cabai dengan kondisi yang ada. Hal ini dapat

6
dilakukan dengan menggunakan varietas cabai yang mampu berproduksi di lahan

yang kurang optimal akibat stress seperti cabai tahan kekeringan, cabai tahan hama

penyakit. Cara yang kedua ini dipandang lebih tepat karena dapat menekan biaya

produksi dan relatif lebih aman bagi lingkungan.

Untuk menghasilan varietas baru yang memiliki ketahanan tersebut, program

pemuliaan tanaman cabai untuk cekaman lingkungan mulai dijalankan. Pemuliaan

tanaman teknik yang dilakukan untuk memodifikasi genetik tanaman sedemikian rupa

hingga meningkatkan nilai guna tanaman tersebut (Sleper & Poelman,

1995).Serangkaian metode dan teknik dapat digunakan untuk memodifikasi genetik

tanaman cabai sehingga mampu mengatasi berbagai cekaman di atas. Langkah dalam

pemuliaan tanaman adalah: meningkatkan keragaman genetik, evaluasi, seleksi,

pengujian, perbanyakan, pelepasan dan distribusi varietas baru.

1.2. Tujuan pemuliaan cabai

Tujuan utama pemuliaan cabai tentunya adalah memodifikasi genetik tanaman

cabai untuk menghasilkanvarietas tanaman cabai untuk hasilkan tanaman dengan

daya hasil dan kualitas buah yang lebih baik, serta lebih tahan terhadap cekaman

abiotik dan biotik seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Review lengkap

mengenai keberhasilan program pemuliaan cabai telah banyak dilaporkan(Greenleaf,

1986; Poulos, 1994). Karakter utama untuk seleksi cabai yang disukai oleh pasar

diantaranya: daya hasil, warna dan intensitas buah, bentuk, ukuran, tingkat

kepedasan, ketebalan perikarp, waktu berbunga, pembentukan buah. Selain hal

7
tersebut, pemuliaan tanaman cabai juga sudah mulai diarahkan kepada kandungan

senyawa-senyawa berkhasiat obat.

Mengingat tipe budidaya cabai juga berbeda di setiap daerah, maka pemuliaan

cabai juga diarahkan untuk menyesuaikan tipe pertumbuhan tanaman dengan tipe

budidaya di daerah tertentu. Sebagai contoh, di Indonesia seringkali petani

menggunakan pola tumpang sari tanaman cabai dengan tanaman tertentu. Pola

tumpang sari ini memiliki kelemahan dengan berkurangnya intensitas cahaya yang

diterima tanaman akibat naungan serta kompetisi hara dan air. Oleh sebab itu

diperlukan cabai yang tahan intensitas cahaya rendah dan efisien dalam penggunaan

nutrisi dan air. Selain karakter hortikultura di atas, pemuliaan tanaman secara teoritis

juga dapat digunakan untuk mengatasi cekaman abiotik dan biotik. Meskipun terdapat

berbagai kemajuan dalam pemuliaan untuk cekaman ini, penelitian dalam bidang ini

akan terus berlangsung dikarenakan ketahanan tanaman dapat patah dan juga akibat

munculnya strain virus baru atau biotipe hama yang baru akibat perubahan iklim.

Faktanya hingga saat ini, belum banyak ditemukan varietas cabai dengan tingkat

ketahanan yang tinggi.

1.3. Pemuliaan Cabai Konvensional

Program pemuliaan cabai secara konvensional dilakukan kebanyakan

menggunakan metode selesi galur murni dan pedigree. Metode yang lain yang juga

digunakan diantaranya seleksi massa, single seed descent, recurrent selection dan

backcross. Metode seleksi yang digunakan juga seringkali menggunakan metode-

metode konvensional seperti seleksi menggunakan pathogen secara langsung,

8
misalnya dengan infestasi di lapangan. Pemuliaan dengan metode konvensional

memiliki beberapa batasandiantarnya waktu yang diperlukan relatif lama seperti saat

pemurnia galur untuk tetua, kemudian dampak bagi lingkungan seperti saat pengujian

atau seleksi ketahanan terhadap penyakit dengan infestasi di lapangan hingga

keterbatasan biodiversitas genetik untuk sifat-sifat yang diperlukan.

2. Teknik Budidaya Tanaman Cabe

A. Teknik Budidaya cabe

(1) penyiapan media semai dengan cara mencampur hasil ayakan cocopeat dan pupuk

kandang dengan perbandingan 2 : 1, ditambah NPK dan fungisida Victory. Kemudian

dimasukkan ke dalam plastik semai.

(2) pemeraman benih dengan air hangat selama 2 jam untuk pemecahan dormansi.

Benih diberi kode dan diperam dalam lemari dilengkapi dengan lamput 20 watt.

(3) Persemaian di dalam greenhouse.

(4) penanaman dengan cara memberi kode tiap karung sesuai kode tanaman.

Kemudian pemeliharaan, disiram setiap hari dan diberi pupuk.

(5) Penyulaman mengganti tanaman yang mati, layu, kurang baik dilakukan hingga

tanaman usia 1 mst. Dilanjutkan dengan pemasangan ajir dan tali pengikat.

(6) Pembumbunan yaitu menutup akar yang ke luar ke permukaan. Tujuanya

mengokohkan tanaman

(7) Penyiangan tanaman dari gulma yang tumbuh di sekitarnya.

9
(8) Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu dengan cara menjaga kebersihan,

menghancurkan tanaman inang, tanaman yang rusak akibat OPT.

(9) Pemelihraan buah umur sekitar 85-90 hst. Buah berubah dari warna hijau menjadi

merah.

(10) Panen dilakukan tiap minggu sekali dengan tingkat kemasakan sekitar 80%.

kemudian dipisahkan buah dengan kualitas baik dari buah yang kurang baik.

B. Hibridisasi (persilangan)

Kegiatan hibridisasi diawali dengan isolasi atau menutup bunga cabe yang

telah siap sehari sebelum dipolinasi. Tanda bunga cabe yang siap untuk dipolinasi

adalah mahkota bunga masih menguncup dan berwarna putih dan mekar. Cabe yang

diisolasi atau ditutup dengan sedotan agar tidak terjadi penyerbukan oleh serangga.

Persilangan bunga cabe adalah proses mempertemukan antara serbuk sari

dengan kepala putik untuk tujuan menhasilkan varietas yang berbeda dari induknya.

Persilangan siap dilakukan 30 hari setelah tanaman dimana sudah terdapat ruas

cabang pertama. Bunga pada ruas pertama tidak disilangkan, karena dapat

menghambat laju unsur hara dari dalam tanah. Persilangan dilakukan dari ruas kedua.

10
BAB IV

PENUTUPAN

1. Kesimpulan

Bahwa cekaman abiotik dan biotik di atas dapat diatasi dengan pendekatan.

Pendekatan yang pertama adalah merubah atau memodifikasi lingkungan tumbuh

cabai menjadi lebih menyerupai kondisi optimal pertumbuhan cabai. Caranya adalah

dengan memodifikasi faktor-faktor seperti suhu, air, cahaya, nutrisi, kemasaman,

penggunaan pestisida dan berbagaifactor tumbuh lainnya

2. Saran

Sebaiknya selalu memperhatikan kondisi cabe sebelum melakukan

penanaman atau pun menyilangan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Babu B, Pandravada S, Reddy K, Varaprasad K & Sreekanth M (2002) Field

screening of pepper germplasm for sources of resistance against leaf curl caused by

thrips (Scirtothrips dorsalis Hood) and mites (Polyphagotarsonemus latus Banks).

Indian J. Plant Prot. 30: 7-12. Bosland PW & Votata EJ, eds. (2000) Peppers:

Vegetable and Spice Capsicum. Wallingford, UK: CABI. Boulter D (1995) Plant

biotechnology: Facts and public perception. Phytochemistry 40: 1-9. Chozin MA

(2006) Peran ekofisiologi tanaman dalam pengembangan teknologi budidaya

pertanian: Orasi Ilmiah Guru Besar (ed. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Dik A, Ceglarska E & Ilovai Z (2000) Sweet Pepper: Development in Plant

Pathology: Integrated Pest and Disease Management in Greenhouse Crops (ed. by R

Albajes, M Gullino, J van Lenteren & Y Elad) Springer Netherlands, pp. 473-485.

Dong CZ (1995) Transgenic tomato and pepper plants containing CMV sat-RNA

cDNA. Acta Hortic 402: 78-86.

12

Anda mungkin juga menyukai