Anda di halaman 1dari 6

ACARA IV

PEMBERIAN TRICODHERMA PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI


DALAM PLANTERBAG

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari : Selasa
Tanggal : 20 September 2022
Waktu : 12.30 – 15.00
Tempat : Kebun Praktik Wedomartani

B. Tujuan Acara
1. Mempelajari dan mempraktikkan cara budidaya tanaman cabai dalam
polybag.
2. Mengkaji pemberian trichokompos pada pertumbuhan tanaman cabai.

C. Tinjauan Pustaka
Cabai merah (Capsicum annuum L.) adalah tanaman yang
termasuk dalam keluarga tanaman Solanaceae. Cabai merah merupakan
komoditas sayuran yang tidak dapat ditinggalkan masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari. Kebutuhan yang tinggi setiap hari menyebabkan
cabai merah merupakan komoditas strategis. Cabai merah mengandung zat
gizi yang dibutuhkan manusia seperti vitamin A, vitamin C, karoten, zat
besi, kalium, kalsium, fosfor dan juga mengandung alkaloid seperti
kapaicin, flavenoid, dan minyak esensial. Menurut Handayani (2018),
sistematika tanaman cabai dalam botani tanaman, yaitu:
Kingdom : Plantae
Class : Dycotyledonae
Sub-Class : Metachlamydeae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L.
Tanaman cabai termasuk tanaman perdu setahun yang memiliki
cabang yang banyak dan tinggi tanaman ini mencapai 50-100 cm.
Tanaman cabai memiliki batang yang berbuku-buku. Tanaman cabai
berdaun tunggal, bertangkai, dan letaknya berselingan. Helaian daunnya
berbentuk bulat telur dengan ujung meruncing, pangkal daun menyempit,
tepi daun yang rata, pertulangan menyirip, panjang 5-9,5 cm, lebar 1,5-5,5
cm dan berwarna hijau. Tanaman cabai mengeluarkan bunga pada ketiak
daun, mahkota bentuk bintang, bunga tunggal atau 2-3 bunga letaknya
berdekatan, berwarna putih, putih kehijauan atau ungu. Buahnya tegak,
kadang-kadang merunduk, berbentuk bulat telur, lurus atau bengkok,
ujung meruncing, panjang 1-3 cm, lebar 2,5-12 mm, bertangkai panjang,
dan rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau tua, putih kehijauan, atau
putih, buah yang masak berwarna merah terang. Bijinya banyak, bulat
pipih, berdiameter 2-2,5 mm, berwarna kuning kotor. Buahnya digunakan
sebagai sayuran, bumbu masak, acar, dan asinan, daun muda dapat
dikukus untuk lalap (Arsyanti, 2016).
Pada umumnya cabai dapat ditanam di dataran rendah maupun di
dataran tinggi atau dipegunungan yang ketinggiannya tidak lebih dari
2.000 meter dpl yang lingkungannya tidak terlalu dingin dan tidak terlalu
lembab. Temperature yang baik untuk tanaman cabai adalah 24o-27oC.
Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian,
cocok pula bagi tanaman cabai merah. Untuk mendapatkan kualitas dan
kuantitas hasil yang baik, cabai menghendaki tanah yang subur, gembur,
kaya akan bahan organic, tidak muda becek, bebas cacing (nematoda) dan
penyakit tular tanah, dengan kisaran PH Tanah yang ideal antara 5,5 - 6,8
(Lake, 2021).
Penyerapan nutrisi tanaman dipengaruhi oleh media tanam. Media
tanam merupakan tempat akar tanaman menyerap unsur-unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman. Media tanam yang baik merupakan media yang
dapat mendukung pertumbuhan dan kehidupan tanaman. Campuran
beberapa bahan untuk media tanam harus menghasilkan struktur yang
sesuai karena setiap jenis media mempunyai pengaruh yang berbeda bagi
tanaman. Media tanam yang baik harus memiliki sifat-sifat fisik, kimia,
dan biologi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Setiap jenis tumbuhan
memiliki kadar unsur yang berbeda. Secara umum media tanam dapat
dikategorikan menjadi dua yaitu media tanam tanah (soil medium plant)
dan media tanam nontanah (nonsoil medium plant). Media tanam tanah
bisa digunakan secara tunggal (100% tanah), bisa juga dicampur dengan
bahan lainnya. Sementara itu, media tanam nontanah adalah media tanam
yang sama sekali tidak mengandung tanah (Wahyuningsih et al, 2016).
Pupuk organik sangat diperlukan agar tanah berpasir mampu
menahan air dengan baik. Salah satu jenis pupuk organik adalah pupuk
kompos. Kompos memiliki sifatsifat alami dan tidak merusak tanah, serta
menyediakan unsur hara makro dan mikro serta berfungsi untuk
meningkatkan daya untuk menahan air, aktivitas mikrobiologi tanah dan
nilai kapasitas tukar kation serta memperbaiki struktur tanah guna
memperbaiki kualitas tanah yang nantinya akan berpengaruh terhadap
kualitas dan produksi hijauan pakan ternak (Kusuma, 2016).
Trichoderma sp. merupakan mikroorganisme bersifat saprofit
yang mampu menyerang secara alami cendawan pathogen yang merugikan
tanaman dan bersifat menguntungkan bagi tanaman sebagai agens hayati
pengendali organisme pengganggu tanaman. Selain menjadi pengendali
hayati organisme pengganggu tanaman (OPT) fungi Trichoderma sp.
dapat mendegradasi bahan – bahan organik. Salah satu mikroorganisme
fungsional yang digunakan sebagai bioaktivator adalah jamur
Trichoderma sp. Pemberian jamur Trichoderma sp. pada saat
pengomposan dapat mempercepat proses pengomposan dan memperbaiki
kualitas kompos yang dihasilkan karena jamur ini menghasilkan enzim
celobiohidrolase, endoglikonase dan glokosidase yang bekerja secara
sinergis sehingga proses penguraian dapat berlangsung lebih cepat dan
intensif (Kusuma, 2016).
Proses pembuatan Trichokompos, diperlukan beberapa alat dan
bahan seperti bibit atau starter jamur Trichoderma sp. 250 gr/ 1 liter air,
serbuk gergaji, arang sekam, daun-daun kering, sisa sayuran, maupun
bahan-bahan lain yang dapat digunakan untuk membuat kompos, pupuk
kandang sapi 100 kg, gula merah 1/2 kg, kapur dolomite, EM4, air
secukupnya, gembor (sprayer penyiram air), cangkul, serta plastik lebar
atau terpal. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengaduk
semua bahanbahan pupuk kompos dan pupuk kandang yang telah
disiapkan hingga rata dan diratakan di atas tanah dengan ketebalan 20 cm.
Untuk menjaga pH pupuk, taburkan kapur dolomit di atasnya. Sementara
itu, gula merah dilarutkan dengan 10 liter air. Kemudian, masukkan EM4
ke dalam larutan gula merah dan aduk hingga rata. Selanjutnya, larutan
EM4 dan gula merah disiramkan di atas campuran pupuk kompos dan
pupuk kandang menggunakan gembor. Aduk campuran pupuk kompos
dan pupuk kandang tersebut menggunakan cangkul hingga merata,
kemudian tutup rapat dengan plastik atau terpal selama kurang lebih 7
hari. Setelah 7 hari buka plastik penutup dan masukkan biang/bibit
Trichoderma sp. sebanyak 250 gram dan aduk kembali. Tutup kembali
Plastik dan biarkan kurang lebih selama 21 hari. Setelah 21 hari jamur
Trichoderma sp. sudah tumbuh yang ditandai dengan munculnya benang
halus berwarna putih pada media kompos. Pupuk trichokompos siap
digunakan dan diaplikasikan (Nugraha, 2020).
Trichoderma sp. disamping sebagai organisme pengurai, dapat
pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman.
Biakan jamur Trichoderma sp. diberikan ke areal pertanaman dan berlaku
sebagai biodekomposer, mendekomposisi limbah organik menjadi kompos
yang bermutu. Selain sebagai pengendali hayati, Trichoderma sp.
memberikan pengaruh positif terhadap perakaran tanaman, pertumbuhan
tanaman dan hasil tanaman. Keunggulan yang dimiliki kompos
Trichoderma sp. antara lain mudah diaplikasikan, tidak menghasilkan
racun atau toksin, ramah lingkungan, tidak mengganggu organisme lain
terutama yang berada di dalam tanah serta tidak meninggalkan residu di
dalam tanaman maupun tanah. Teknologi pemberian kompos yang
didekomposisi dengan jamur Trichoderma sp. sudah banyak dilakukan,
diantaranya pada tanaman padi dan jagung (Kusuma, 2016).

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Cetok
b. Ember
c. Planterbag
2. Bahan
a. Benih cabai
b. Tanah
c. Arang sekam
d. Kompos tricodherma

E. Langkah Kerja
1. Merendam benih cabai dengan air hangat selama 30 menit kemudian
kering anginkan benih.
2. Menyiapkan media persemaian berupa campuran tanah : arang sekam :
kompos Trichoderma dengan perbandingan 1:1:1.
3. Membuat lubang dan beri 1 benih cabai yang telah di kering anginkan
per lubangnya.
4. Melakukan penyiraman dua kali sehari setiap padi dan sore hari.
5. Melakukan Pemupukan dilakukan setiap 10 hari sekali.

F. Hasil Pengamatan
G. Pembahasan
H. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Arsyanti. 2016. Analisis Mutu Pasta Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)
Terhadap Aplikasi Thermal. (Skripsi). Program Studi Agroindustri D-4
Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

Handayani, Melly. 2018. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Cabai


Merah (Capsicum annuum L.) Terhadap Pemberian Biochar Kulit
Jengkol Dan Pupuk Kandang Ayam. (Skripsi). Fakultas Pertanian
Universitas Medan Area: Medan.

Kusuma, Maria Erviana. 2016. Efektifitas Pemberian Kompos Trichoderma sp


Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Rumput Setaria (Setaria spachelata).
Jurnal Ilmu Hewani Tropika 5(2): 76 – 81.

Lake, Felicia Elvira. 2021. Respon Pertumbuhan Dan Hasil Cabai Merah
(Capsicum annum L.) Terhadap Berbagai Kombinasi Komposisi
Media Tanam Dengan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair
Kirinyu (Chromolaena Odorata). (Skripsi). Fakultas Pertanian
Universitas Nusa Cendana: Kupang.

Nugraha, Bayu. 2020. Aplikasi Pupuk Trichokompos dan Pupuk Hayati Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung Putih (Solanum melongena
L.). (Skripsi). Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara: Medan.

Wahyuningsih, Anis, Sisca Fajriani, dan Nurul Aini. 2016. Komposisi Nutrisi dan
Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy
(Brassica rapa L.) Sistem Hidroponik. Jurnal Produksi Tanaman 4(8):
595 – 601.

Anda mungkin juga menyukai