OLEH :
SASMITA KESUMA
NIM. 20253241018
Tanaman pakcoy (Brassica Rapa L.) merupakan salah satu jenis sayuran
yang gemar dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat. Menurut Haryanto et al.,
(2003) tanaman pakcoy telah dibudidayakan sejak 2.500 tahun lalu dan termasuk
dan telah dilakukan perluasan budidaya tanaman pakcoy melewati abad ke- 5
diseluruh bagian China dan Taiwan. Pada abad ini pembudidayaan tanaman pakcoy
Tanaman ini memiliki nama lain yaitu sawi sendok dikarenakan bentuknya
sedikit serupa dengan sendok. Kebutuhan masyarakat terhadap sayuran sawi sehari-
harinya relatif cukup tinggi sehingga tanaman sawi sangat potensial dibudidayakan
untuk menjadi sayuran yang komersial dan memiliki prospek pasar yang baik.
Kandungan yang terdapat pada sawi berupa protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe,
Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Setiap 100 g daun segar tanaman sawi
dikembangkan di daerah subtropis maupun tropis. Salah satu upaya untuk mencapai
hasil tanaman pakcoy yang optimal ialah dengan tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap kualitas tanah jangka panjang akibat dari penggunaan pupuk kimia
bahan pangan yang aman bagi masyarakat sebagai konsumen dan tidak merusak
lingkungan sekitar.
kimia yang dilakukan secara intensif dapat menurunkan kesuburan tanah, dapat
pertumbuhan dan hasil tanaman serta tetap menjaga kesuburan tanah. Upaya dalam
dapat mengambil nutrisi yang dibutuhkan jamur lain dalam tanah. Peranan
berkembang baik pada perakaran menjadikan keberadaan jamur ini dapat berperan
selulose.
Keunggulan yang dimiliki jamur Trichoderma sp adalah mudah
tanah, serta tidak meningkatkan residu di tanaman maupun di tanah (Puspita, 2006).
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut maka di lakukan kegiatan
1.2 Tujuan
trichoderma sp.
telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat
serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih sefamili
dengan Chinese vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di Filipina,
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica rapa L
2.1.1 Morfologi Tanaman pakcoy
a. Akar
tumbuh sedalam 30-50 cm dan cabang akar pakcoy memiliki bentuk bulat panjang
7 yang tumbuh menyebar ke segala arah yang berfungsi untuk menyerap unsur hara
b. Batang
Tanaman pakcoy memiliki batang yang sangat pendek dan beruas-ruas
sehingga hampir tidak kelihatan. Fungsi dari batang pakcoy yaitu sebagai
c. Daun
Pakcoy memiliki daun yang berbentuk oval, berwarna hijau tua, mengkilat,
tumbuh agak tegak atau setengah mendatar, daunnya tersusun berbentuk spiral rapat
dan mempunyai tangkai. Daun pakcoy memiliki tangkai berwarna putih atau hijau
muda dan berdaging. Tanaman pakcoy dapat tumbuh sekitar 15-30 cm. Daun
pakcoy memiliki permukaan yang sangat halus dan tidak mempumyai bulu
(Dermawan, 2010).
d. Bunga
tersusun dalam tangkai bunga panjang dan bercabang banyak. Kuntum bunga terdiri
empat helai kelopak, empat helai mahkota, empat helai benang sari dan satu buah
toleran terhadap suhu yang panas. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah rendah 8
yang memiliki curah hujan lebih dari 200 mm/bulan dan bersuhu 27°C-32°C.
Pakcoy dapat dipanen pada saat berumur 30-45 hari (Sukmawati, 2012). Menurut
Sutirman (2011) pakcoy mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanah
sampai 500 meter di atas permukaan lautsehingga tanaman ini cocok dibudidayakan
pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi dan dapat tumbuh di daerah yang
memiliki suhu panas dan suhu dingin. Tanaman pakcoy tahan terhadap air hujan
sehingga dapat di tanam sepanjang tahun, jika pada musim kemarau tanaman
2.2.1 Tanah
dataran tinggi, pada umumnya daerah penghasil sawi berada di ketinggian 100-500
mdpl. Keadaan tanah yang di kehendaki adalah tanah yang gembur, banyak
2.2.2 Iklim
Tanaman sawi pakcoy merupakan tanaman yang hidup di daerah sub tropis.
Tanaman sawi pakcoy tergolong tanaman yang tahan terhadap curah hujan yang
tinggi, akan tetapi jika kadar air terlalu tinggi maka hasil panen kurang maksimal.
90% (Cahyono,2003).
sehingga memerlukan cahaya matahari untuk proses fotosintesis. Selain itu, cahaya
laju penguapan pada daun. Semakin tinggi intensitas cahaya matahari, maka
Jamur Trichoderma sp. merupakan salah satu agen antagonis yang bersifat
saprofit dan bersifat parasit terhadap jamur lain. Jamur ini termasuk Eukariota,
di tanah yang lembab, asam dan peka terhadap cahaya secara langsung.
Kemampuan jamur ini dalam menekan jamur patogen lebih berhasil pada tanah
masam dari pada tanah alkalis. Kelembaban yang dibutuhkan berkisar antara 80-
90%. Pada media Potato Dextrose Agar (PDA) akan terlihat koloni yang khas
seperti obat nyamuk bakar seperti terlihat pada gambar 2. Jika diamati secara
mikroskopis terlihat hifa dan konidiaspora berbentuk seperti buah anggur seperti
(Rejeki,2007).
Gambar 2. Koloni jamur Gambar 3. Hifa dan Spora jamur
Trichoderma harzianum Trichoderma harzianum
salah satu jenis jamur yang mampu berperan sebagai pengendali hayati karena
mempunyai aktivitas antagonistik yang tinggi terhadap jamur patogen tular tanah.
Jamur ini termasuk jenis jamur tanah, sehingga sangat mudah didapatkan di
berbagai macam tanah, di permukaan akar berbagai macam tumbuhan, juga dapat
diisolasi dari kayu busuk atau serasah. Koloni T. harzianum pada awal inkubasi
akan berwana putih yang selanjutnya berubah menjadi kuning dan akhimya berubah
cepat, spora yang dihasilkan berlimpah, mampu bertahan cukup lama pada kondisi
metabolik toksik seperti antibiotik atau enzim yang bersifat litik serta kemampuan
yaitu:
bersama pupuk atau herbisida melalui permukaan saluran irigasi atau dalam bentuk
Trichoderma sp. merupakan salah satu agen pengendali hayati yang efektif,
bersaing dengan jamur lain dalam memanfaatkan residu tanaman sebagai bahan
dihasilkan mikroorganisme lain, selain itu juga kapang ini ternyata relatif resisten
kimia seperti: karbon disulfide, kaptan, kloropikrin, formalin, alii alkohol, metil
Nagari koto gadang guguk, kecamatan gunung talanag, Kabupaten Solok, Provinsi
Sumatera Barat.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari trichoderma, pupuk
3.3. Perlakuan
2. Perlakuan B : 30 gr/polybag
3. Perlakuan C : 40 gr/polybag
4. Perlakuan D : 50 gr/polybag
3.4 pelaksanaan
Media tanam yang digunakan yaitu tanah dan pupuk kandang ayam dengan
pebandingan 1 : 1. Seluruh media tanam yang digunakan dicampur sampai rata, dan
di diamkan selama 3 minggu. Setelah 3 minggu selanjutnya campuran media tanam
polibag selesai selanjutnya polibag disusun menjadi dua kelompok sesuai dengan
perlakuan. Kemudian polibag disiram dengan air dan diletakkan di dalam rumah
pembibitan.
3.4.2 Persemaian
Wadah semai berupa seedbed yang di isi dengan media tanam berupa tanah.
Tanah di isi hingga 3/4 wadah lalu basahi menggunakan air, lalu buat sistem
ke dalam polybag yang telah di isi oleh campuran media tanam. Ciri-ciri bibit yang
sudah siap pindah tanam adalah ketika benih yang disemai sudah menumbuhkan
dua daun pertama (kotiledon) dan dua daun sejati (daun yang memiliki tulang) ,
3.4.3 Penanaman
Setelah media tanam siap dan bibit berumur 2 minggu, maka penanaman
siap dilakukan. Sebelum melakukan penanaman polybag yang berisi media tanam
dilakukan dengan menyabut bibit yang terdapat di dalam seebed lalu langsung
menanam kedalam lubang tanam yang telah disiapkan pada polybag yaitu 1 lubang
per polybag. Penanaman di lakukan pada sore hari setelah intensitas cahaya
matahari berkurang.
3.4.4 Perlakuan Tricoderma, sp
setelah tanaman di pindahkan ke polybag atau pada umur 3 minggu setelah tanam.
3.5 Pemeliharaan
3.5.1 Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada sore hari pada saat inensitas cahaya matahari
cukup rendah. Penyiraman dilakukan 1 kali sehari, apabila turun hujan maka tidak
hara.
3.5.2 Penyiangan
mencabut gulma yang tumbuh di dalam polibag tanam. Penyiangan dilakukan untuk
mengurangi persaingan antara gulma dengan tanaman dalam penyerapan unsur hara
pertumbuhan gulma.
3.5.3 Pengendalian Hama dan Penyakit
hama secara langsung maupun pengendalian hama dan penyakit tidak dilakukan
3.5.4 Panen
batang hingga ujung daun terpanjang. Pengukuran tinggi tanaman di lakukan 4 kali
di mulai dari 1 minggu setelah pindah tanam sampai tanaman berumur 4 mingu.
Panjang daun di ukur dengan cara mengukur daun terpanjang dari masing-
berumur 1 MSPT sampai panen dengan interval waktu pengamatan 1 minggu sekali
Lebar daun yang di ukur adalah daun yang terlebar dari masing-masing sampel.
pada saat tanaman berumur 1 MSPT sampai panen dengan interval waktu
pengamatan 1 minggu sekali sebanyak 4 kali pengamatan sampai tanaman packcoy
panen.
Jumlah daun dihitung mulai dari daun muda yang telah membuka sempurna
sampai daun yang paling tua. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 1
MSPT sampai panen dengan interval waktu pengamatan 1 minggu sekali sebanyak
packcoy yang menjadi sampel, dilakukan pada saat tanaman packcoy panen pada
timbangan analitik.