Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Introduksi
Apakah anda pernah mendengar salah satu tanaman yang berjenis Tithonia diversifolia.
Mungkin anda tidak begitu memahami jenis tanaman ini apabila hanya mengetahui binomial
name nya saja. Tanaman ini sangat umum dan mudah untuk ditemukan. Tanaman ini terpencar di
setiap daerah seiring dengan sebutan nama di setiap daerahnya. Tanaman ini mudah untuk
tumbuh ditanah yang kurang subur, sehingga Cocok bagi anda yang mempunyai lahan yang
kering dan tandus. Jadi tak heran beberapa kali kita pernah melihatnya diperkarangan rumah,
dijalan ataupun dilahan pertanian kita tanaman ini tumbuh subur. Tanaman ini tumbuh dengan
cepat dan cenderung sulit untuk dikendalikan. Umumnya pun sering kali dijadikan bahan pakan
ternak lokal yang sudah teruji secara alami dapat beradaptasi diberbagai kondisi iklim serta
tersebar di seluruh Indonesia.

A. Sejarah
Tumbuhan paitan (Tithonia diversifolia) sudah ada sejak lama, tumbuhan ini menyebar
ke berbeagai tempat dibawa oleh angin, air, maupun binatang. Tanaman paitan yang aslinya
berasal dari Meksiko yang dikenal umum dengan bernama Mexican sunflower. Tak hanya itu,
tanaman paitan (Tithonia diversifolia) telah menyeber ke berbagai negara tropika basah dan
subtropika di Amerika selatan, Asia, dan Afrika. Karena tanaman ini memiliki sifat yang mudah
merambat dan gampang untuk tumbuh di area tanah yang tandus. Di indonesia banyak sekali
tanaman ini yang tumbuh. Hanya saja tanaman paitan ini tumbuh sebagai gulma. Di jawa
menyebutnya Rondo Noleh. Rondo Semoyo, Paitan, Kembang Bulan , orang Sunda umumnya
menyubutkan Kipait dan sedangkan NTT menyebutnya sebagai Tanaman Bunga Kuning dan
masih banyak lagi.
Jaman perdagangan colonial dahulu tanaman paitan digunakan sebagai tanaman hias
perkarangan rumah mereka. Karena tumbuhan paitan memiliki bunga berwarna kuning yang
cukup indah untuk dijadikan hias. Tumbuhan paitan yang begitu rindang sampai tumbuh hingga
4-7 meter cocok sebagai pelindung rumah akibat terpaan angin. Ada sekiranya yang unik ketika
jaman dahulu dipulau Jawa, tanaman paitan ini digunakan sebagai penawar racun. Saat perajurit
perang terkena lemparan senjata dan terluka parah daun paitan ini digunakan sebagai penawar
obat antiseptic, yang caranya ditumbuk daun nya hinga menjadi setengah hancur lalu
ditempelkan pada badan yang terluka. Tak hanya itu sudah sejak lama tanaman ini digunakan
sebagai obat luka, luka lebam dan obat sakit perut kembung. Jaman dahulu belum ada peralatan
medis yang modern mereka lebih mengandalkan alam yang sekitar mereka tetapi mereka
memahami karakteristik serta morfologinya karena saat itu begitu banyak tumbuhan hidup
dengan subur. Belum diketahui kenapa didaerah Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur)
menyebutnya tanaman paitan ini dengan sebutan Rondo Noleh dan Rondo Semoyo. Tetapi dari
hasil penelusuran perkata “Rondo” artinya “Janda” sedangkan “Noleh” mengartikan melihat.
Lalu untuk semoyo “mengundur-ngundurkan janji”. Sedangkan untuk nama “Paitan” berasal dari
“Kipait” atau kayu paik yang mempunyai makna terhadap batangnya yang terasa sangat pahit,
hingga hewan lain pun tidak suka memakan tunas-tunas muda dan daun mudanya. (Anonim,
2016).
Tumbuhan paitan ini sangat suka tumbuh pada tempat yang lembab tetapi mudah terkena
sinar matahari. Paitan ini sering kali terlihat pada sekitaran sungai dan saluran-saluran air yang
mengandung kelembapan tinggi. Pertumbuhan tanam yang cepat, serta toleran terhadap
kerapatan tajuk yang tinggi, dengan perakaran yang dalam, Tanaman ini dijadikan sebagai
penahan erosi dan sumber bahan organik tanah. Jaman dulu tanaman ini digunakan sebagai
sumber hara N dan K oleh petani Kenya. Hal wajar karena tumbuhan paitan meniliki adaptasi
yang cukup luas kisaran 550-1950 m. (Sri, 2016)

B. Ciri-Ciri Paitan
Klasifikasi Tumbuhan paitan (Tithonia diversifolia)
Menurut Wijaya (2014) Tumbuhan paitan memiliki klasifikasi tanaman meliputi:
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivision : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Division : Magnoliophyta (berbunga)
Class : Magnoliopsida (Dikotil/berkeping dua)
Subclass : Asteridae
Order : Asterales
Family : Compositae = Asteraceae (suku aster)
Gunus : Tithonia
Species : Tithonia diversifolia
Adapun ciri-ciri umum dari tumbuhan paitan ini. Tumbuhan paitan merupakan tumbuhan
perdu dengan tinggi bisa mencapai 5 m, dengan batang yang tegak, bulat berkayu dan berwarna
hijau. Pada daun berbentuk tunggal lalu berseling dengan panjang 26-32 cm, lebar 15-22 cm,
ujung dan pangkal runcing, pertulangan menyirip dan berwarna hijau gelap dan berbulu. Bunga
muncul secara majemuk di ujung ranting, tangkai bulat, kelopak berbentuk tabung, berbulu
halus, putik melengkung, dan serta berwarna kuning. Biji yang dihasilkan ringan sehingga
mudah tersebat oleh angin, air, dan hewan. Buahnya berbentuk kotak, bulat, buah muda
berwarna hijau dan berwarna cokelat. Tanaman ini berakar tunggang dan berwarna putih kotor.
(Tona et al, 2010).

Gambar 1. Tumbuhan Paitan (Tithonia diversifolia)


Sumber : www.Google.com

Dari morfologinya paitan sendiri telah bayak digunakan sejak jaman dahulu, tetapi
menurut beberapa penelitian modern tumbuhan paitan yang selama ini kita sebut sebagai gulma
tahunan memiliki segudang manfaat yang bisa kita gunakan. berbagai keuntungan menggunakan
paitan sebagai bahan organik guna perbaikan unsur hara tanah dengan produksi biomassanya
yang besar. Mungin dari perspektif tentang produksi biomassa memiliki bab tersendiri untuk
dibahas. Menurut Hartatik (2007) menjelaskan dengan menggunakan daun paitan dapat mampu
memberikan unsur N sebanyak 3,50%-4,00%, P 0,35-0,38%, K 3,50-4,10%, Ca 0,59% dan Mg
0,27%. Adapun dengan menambah hijauan paitan kering dapat menstubsitusikan pupuk KCL.
Hanya saja pemanfaatan paitan belum sampai pada pakan ternak sebagai subsitusi pakan.
Sehingga ada beberapa manfaat yang harus kita ketahui dengan tanaman paitan ini yang ditinjau
dari beberapa aspek yang telah diringkas pada Tabel 1.

Tabel 1. Manfaat Tumbuhan Paitan


No Fungsi Perlauan terbaik Sumber
1 Memanfaatkan ekstrak methanol daun penambahan 1% ekstrak Wardhana
kipahit/paitan guna mengendalikan methanol daun dan, Diana.
pertumbuhan larva lalat Chrysomya bezziana kipahit/paitan mampu 2014
sebagai penyakit myasis atau belatungan yang menyebabkan kematian,
hidup di jaringan yang hidup baik pada manusia penurunan bobot pupa
ataupun hewan. dan menolak terbentuk
pupa dan daya tetas.
2 Pemanfaatan pangkasan paitan sebagai mulsa Sri, 2016
yang disebar ke permukaan tanah sehingga
menutupi tanah mampu mengendalikan gulma,
disamping itu fungsi utamanya dapat
mengurangi penguapan air tanah dan
mengurangi fluktuasi suhu tanah. Mulsa berasal
dari paitan mudah untuk dekomposisi dan
haranya terdaur ulang, sehingga menambah
kesuburan tanah
3 Pemanfaatan pangkasan paitan sebagai bahan Sri, 2016
kompos. Paitan dapat meningkatkan kesuburan
kimiawi (unsur N, P, K, dan Mg tanah) dan
meningkatkan biota tanah, yang dapat
meningkatkan kualias tanah
4. Mengindikasikan adanya bakteri non simbiotik Populasi ragam Agustian,
pemfiksasi N yang berasosiasi dengan akar Rhizosfir Titonia paling Rimadhani,
sesuai umur dari tumbuhan paitan. tinggi pada ukuran dan Lusi.
batang 3 cm-6cm 2012
5 Penambahan biomasa paitan dengan kombinasi 40% pupuk kandang Andhika,
pupuk kandang sapi dan pupuk anorganik sapi + 50% dosis 2011
terhadap jerapan P ditanah sawah kebiasaan petani +
10%biomass paitan

C. Tanah
Paitan dapat tumbuh didaerah tropis yang lembab dan semi lembab yang telah menyebar
di beberapa daerah seperti Amerika Tengah dan Selatan, Asia dan Afrika. Telah kita ketahui
untuk paitan sendiri sangat suka untuk hidup dan mudah kita jumpai di padang savana, padang
rumput, pinggir jalan, dipinggir sungai serta di persawahan. Untuk daerahnya sangat cocok untuk
tinggal di ketinggian 550-1950 m diatas permukaan laut dan dengan suhu tahunan rata-rata 15-
31o C dan pada curah hujan tahunan rata-rata 1000-2000 mm.
Pada produksi biomassa pada paitan dapat diperbanyak secara vegetative atau generative.
Dimana proses penanaman secara vegetative dapat menggunakan akar dan stek batang atau tunas
untuk bibit tanam. Lalu stek ditanam ditempat yang lembab dan terlindung dari matahari. Karena
belum ada pernyataan penelitian mengenai tanah tentang pengaruh terhadap biomasa paitan
sehingga perlu adanya penelitian tentang mengenai kecocokan tanah bagi tumbuhan paitan ini.
Karena hidupnya mudah di berbagai tempat tetapi bagi para produsen produksi tanaman perlu
mengetahui klarifikasi tanah yang baik bagi tanaman paitan guna dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik. Adapun sebab hal lain tanaman ini mempunyai keunggulan yang banyak sehingga
perlu kita membahas lebih lanjut kecocokan tanah dalam produksi tumbuhan paitan (Tithonia
diversifolia).
Seperti halnya makhluk hidup normal lainnya tanaman membutuhkan tempat tumbuh
ideal bagi hidupnya. Umumnya kebutuhan unsur hara, air, suhu dan kondisi lingkungan sangat
penting untuk keberlangsungan akan bertahan hidup bagi tumbuhan. Adapun pengaruh kualitas
tanah dan pH tanah sangat mempengaruhi hubungan antara ketersediaan unsur hara. Dimana
pada pH rendah akan terjadi kekahatan (deficiency) unsur-unsur hara makro dan dengan
bersamaan dari itu terjadi peningkatan ketersediaan unsur-unsur hara mikro yang tinggi hingga
menjadi racun bagi tanaman. Sedangkan pada pH tinggi hampir semua unsur hara makro yang
ketersediaannya rendah dan hampir semua unsur hara mikro bersifat kahat. Dengan kata lain pH
tanah pun harus kita ketahui dan menjadi faktor penting yang mengatur keadaan ion dalam tanah.
Tanah adalah suatu segala dari beberapa asal-usul yang merupakan hasil dari alihrupa
(transformation) dan alihtempat (translocation) zat-zat mineral dan organik yang berlangsung
diatas permukaan daratan akan tetapi pengaruh faktor lingkungan dari waktu yang sangat
panjang, dan berbentuk lapisan yang tertata sesuai morfologinya yang berbeda sifat. Melalui
proses perpanjangan waktu yang panjang akibat beberapa kejadian yang membuat perubahan
sifat setiap lapisannya. Akibat nya hakekat tanah hanya dapat dibuat dan berperoses selama
berjuta-juta tahun lamanya.
Sifat tanah beragam dari arah samping (lateral) dan kearah acak (vertical) mengikuti
keragaman fator-faktor lingkungan yang membentuk pembentukan tanah. Morfologi tanah
merupakan luasan yang terlihat nampak yang berkaitan dengan pola tanah yang beracak-acak
sifat (vertical distribution pattern of soil properties). Lalu untuk bidang irisan tegak sepanjang
tubuh tanah, yang menampakkan morfologi tanah, disebut profil tanah. Profil tanah berguna
untuk mengklasifikasikan tanah. Ada sekitar lima faktor yang berpengaruh dalam pembentukan
tanah dan menentukan bentang tanah yaitu bahan induk, iklim, organisme hidup, timbulan dan
waktu.
Dalam peningkatan intensitas penggunaan tanah khusus dalam bidang pertanian, manusia
bisa dimasukan dalam membentuk pembentukan tanah. Karena proses perlakuan dalam
mengfungsikan tanah, manusia menggunakan tanah sebagai mengolah tanah mengirigasi,
memupuk, mengubah bentuk muka tanah (meratakan, menteras) dan mereklamasi, manusia
dapat mengubah atau mengganti proses tanah yang semula dihasilkan oleh faktor alam. Faktor
pembentukan tanah merupakan keadaan atau kakas (force) lingkungan yang berdaya
menggerakan proses pembentukan tanah atau memungkinkan proses pembentukan tanah
berjalan. Proses tersebut berlangsung dengan kejadian reaksi fisik, kimia dan biologi. Reaksi
tersebut menghasilkan sifat-sifat tanah dan arena yang telah memiliki ciri sifat, maka tanah dapat
terjadi dan menjalankan fungsi-fungsi tertentu. Proses pembentukan tanah berlangsung dengan
tiga tahap :
1. Mengubah bahan mentah menjadi bahan induk tanah
2. Mengubah bahan induk tanah menjadi penyusun tanah, dan
3. Menata bahan penyusun tanah menjadi tubuh tanah.
Tanah yang menjadi sebuah lapisan yang memulai dari permukaan bumi yang secara fisik
berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkambangnya pertumbuhan tanaman hingga menjadi
tegak akibat suplai kebutuhan air dan udara oleh tanah. Kebutuhan itu dapat dipengaruhi secara
kimiawi dalam tanah yang menyuplai unsur hara atau nutrisi senyawa organik dan anorganik
sederhana serta unsur-unsur ensensial lainya (N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl). Lalu
untuk secara biologi sebagai tempat tinggal habitat biota zat-zat aditif (pemacu tumbuh) bagi
tanaman.
Berdasarkan lapisan tanah, tanah terbentuk berasal dari pencampuran komponen penyusun
tanah yang bersifat heterogen dan beraneka. Penyusun tanah terdapat empat komponen utama
yang dimana mineral tidak dapat dipisahkan oleh pengamatan. Komponen tersebut dipilah
menjadi tiga fase penyusun tanah yaitu fase padat ( bahan mineral dan bahan organik), fase cair
(lengas tanah dan air tanah) dan fase gas (udara tanah). Penjelasan tersebut menceritakan dari
struktur tanah yang menjadi karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antara
agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Ruang antaragregat dapat disebut juga sebagai
porus/pori (jamak). Apabila tanah yang baik apabila pori berukuran besar (makropori) yang terisi
udara dan pori berukuran kecil (mikropori) terisi air. Struktur tanah sangat tergantung dari tiga
faktor ini (fase padat, cair, dan gas). Tanah yang gembur memiliki agregat yang cukup besar
dengan makropori dan mikropori yang seimbang.
Berdasarkan menurut Rachmat (2005) menjelaskan tanah itu memiliki komposisi tanah
melalui volume yang masing-masing komponen dapat diperkirakan. Mineral memiliki komponen
penyusun yang berasal dari jenis bahan padat hasil pelapukan batuan induk, termasuk mineral
primer, mineral sekunder dan bahan amorf yang mempunyai bermacam-macam ukuran dan
komposisi. Pada ukuran pasir (2000-50 µm), debu (50-2 µm), dan lempung (<2 µm). Lalu untuk
komposisi mineralogy :
a. Pasir/Debu : feldspar, hornblend, biotit, dan lain-lain.
b. Lempung : kaolinit, montmorillonit, illit, bentonit.
c. Amorf : alofan, imogolit, alofan dan oksida.

Jenis – Jenis Tanah Ideal Bagi Tanaman Paitan


Waktu mempunyai peran penting terhadap sumberdaya pada nilai tanah. Waktu
memberikan jelajah baru setiap harinya dan waktulah memberikan cerita lama yang tergenang
dalam peran pembentukan proses tanah. Sudah menjadi takdir illahi apabila tanah dapat terjadi
dengan demikian yang memang kita hanya dapat mengikhtiarkan dan mempelajari apa yang
telah diciptakan. Kemajuan ilmu akibat pergeseran perubahan atau kebutuhan keinginan manusia
yang ingin menggunakan tanah sebagai bentuk lainnya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi meningkatkan pengetahuan terhadap ilmu tanah sehingga tanah memiliki perbedaan-
perbedaannya. Perbedaan tersebut terlihat dari setiap lapisan-lapisan yang ada di dalam tanah,
serta adapun jenis-jenis dari tanah itu sendiri.
Tanah memiliki berbagai element yang membentuk dari alamnya. Akibat pembentukan
tersebut menjelma menjadi beberapa jenis tanah akibat pelapukan tumbuhan, hewan, bebatuan,
dan lain sebagainya. Oleh karena itu tanaman membutuhkan sumber mineral tanah guna
pertumbuhannya, dan itu terlihat dari jenis tanah yang cocok bagi tanaman. Jenis tanah yang
berbeda tersebut disebabkan lokasi berada. Menurut Soepraptoharjo (1961) menyatakan ada
beberapa jenis tanah yang dapat ditemukan di Indonesia antara lain adalah
1. Tanah Humus merupakan tanah sangat subur yang terbentuk berasal dari lapukan daun
dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
2. Tanah Pasir merupakan tanah kurang baik untuk pertanian yang terbentuk dari batuan
beku serta batuan sedimen yang memilki butir kasar dan berkerikil.
3. Tanah Aluvial/Endapan merupakan tanah dari lumpur sungai yang mengendap di dataran
rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.
4. Tanah Podzolit merupakan tanah subur letak banyak di pegunungan dengan curah hujan
yang tinggi dan bersuhu rendah/dingin.
5. Tanah Vulkanis merupakan tanah berasal dari lapukan meteri letusan gunung berapi yang
subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah ini ditemui disekitar lereng gunung
berapi.
6. Tanah Laterit merupakan tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya unsur hara,
hanya saja hara tersebut hilang sebab larut dibawa oleh air hujan yang tinggi.
7. Tanah Mediteran merupakan tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan
batuan kapur.
8. Tanah Organosol merupakan jenis tanah yang kurang subur bagi bercocok tanam yang
merupakan hasil bentuk pelapukan tumbuhan rawa.
Jenis tanah menjadi induk bahan organik yang berasal tempo waktu lama. Secara jelas
jenis tanah mempengaruhi unsur hara dalam tanah tersebut, rekontruksi, dan ciri sifat terlah
terpengaruh akibat waktu lama. Tanaman paitan lebih cocok hidup pada daerah tanah organosol.
Menurut Dian (2007) ada sistem klasifikasi tanah PPT-Bogor jenis tanah organisol merupakan
tanah yang mempunyai horizon histik setebal 50 cm atau lebih dengan bulk density (berat
volume) yang rendah. Tanah organisol atau sebutan lainnya histosol merupakan tanah berbahan
organik yang mempunyai horizon histik atau folik dengan ketebalan ≥ 10 cm bila diatas batuan
induk atau ≥ 40 cm bila diatas tanah mineral dan tidak mempunyai andik.

Profil Tanah Histosol/Organosol


Jenis dari tanah ini merupakan jenis tanah gambut menurut Sugiharyanto, dkk. (2009)
berasal dari bahan induk organik seperti hutan rawa atau rumput atau rumput rawa, yang
bercirikan dan sifat : tidak terjadi diferensiasi horizon secara jelas, ketebalan lebih dari 0,5 meter,
warna cokelat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat-
agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20%
untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4,0) dan kandungan hara rendah.
Adapun jenis tanah gambut dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Gambut ombrogen : lokasi jenis berada di dataran pantai berawa, mempunyai ketebalan
0,5-16 meter, berbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput rawa, hampir selalu
tergenang air, dan bersifat sangat asam. Paling banyak terdapat di daerah dataran pantai
Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya (Papua)
2. Gambut topogen : lokasi ini berada di daerah cekungan (depresi) antara rawa-rawa yang
didaerah dataran rendah dengan dipegunungan, berasal dari sisa tumbuhan rawa,
ketebalan 0,5-6 meter, bersifat agak asam, kandungan unsur hara relative lebih tinggi.
Penyebaran di daerah rawa Pening (Jawa Tengah), Rawa Lakbok (Ciamis, Jawa Barat),
dan Segara Anakan (Cilacap, Jawa Tengah).
3. Gabut Pegunungan : lokasi ini berada di daerah tofografi pegunungan, berasal dari sisa
tumbuhan yang hidupnya didaerah sedang (vegetasi sphagnum). Penyebaran paling
banyak di Dataran Tinggu Dieng.
Untuk berdasarkan susunan kimianya tanah gambut dibedakan menjadi tiga jenis :
1. Gambut eutrop : bersifat agak asam, kandungan O2 serta unsur haranya lebih tinggi
2. Gambut oligotrop : sangat asam, miskin O2, miskin unsur hara, biasanya selalu
tergenang air
3. Gambut maesotrop : peralihan antara eutrop dan oligotrop.

Pengaruh tanah terhadap produksi biomasa

-daun, batang, dkk (morfologi)


Biasa hidup dimana ? (hidup liar, bagaimana untuk tanah pada lembab (jenis tanah
ORGANOSOL)).
Perbandingan tempat produksi antara lembab dan lainnya (TABEL).

Kegunaan tumbuhan paitan untuk musim panceklik

BAB II
Jelaskan :
2. Potensi produksi Biomasa.
a. Daun, batang, dkk (dihitung berapa?)
b. Proporsi ranting berapa, batang berapa, bunga (?) (dihitung melalui regesi)
BAB III
Potensi nutrisi sebagai pakan ternak.
3. EM, SK, PK, LK, dkk.
a. Potensi gisi, Silase bagaimana ?
b. Kck, Kbo, dkk ?
c. Proksimat, invivo, insacco dkk.
Bab IV
Potensi Rekasaya pitonia Peningkatan Kualitas sebagai pakan
4. Peningkatan, saponin, tannin, silase poksimat,

BAB V
5. Penutup
Recomendasi, dibuatkan begini akan dimanfaatkan begiini, dan begini, dari BAB II-V

Tambahan Jurnal
Eksikopledia,

Jenis umum tanah untuk budidaya tanaman

Ciri-ciri tanah yang subur


Tanah lembab, termasuk jenis apa ?
Komposisi mineral tanah lembab
Komposisi pupuk yang baik untuk

pembahasan
Pengertian tanamannya apa
Ciri-ciri tanaman apa
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2016. https://bluepurplegarden.wordpress.com/tag/paitan/ , disuting pada tanggal 18-8-


2018: pukul 20;24.
Agustian, Rimadhani S., Dan Lusi M. 2012. Keragaman Bakteri Penambat N Pada Rhizosfir Titonia. Jurnal
Solum, Vol. 9(2), Hal : 98-105
Andika, H. W. 2011. Pengaruh Biomass Paitan (Tithonia diversifolia) Dengan Kombinasi Pupuk
Kandang Sapi dan Pupuk Anorganik Terhadap Jerapan P Di Tahan Sawah Pereng
Mojogedang. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Dian, F. 2007. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Padang : Lembaga Pengembangan Teknologi
Informasi dan Komuniasi (LPTIK)
Rachmad S. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta : Kanisius
Soepraptohardjo, M. 1961. Sistim Klasifikasi Tanah di Balai Penyelidikan Tanah. Kongres
Nasional Ilmu Tanah (KNIT) I. Bogor.
Sri. A.D.L. 2016. Pemanfaatan Paitan (Tithonia diversifolia) sebagai Pupuk Organik pada
Tanaman Kedelai. Iptek Tanaman Pangan, Vol. 11 (1), Hal : 49-56
Sugiharyanto, Nurul K., dan Nurulkhotimah. 2009. Diktat Mata Kuliah Geografi Tanah.
Universitas Negeri Yogyakarta
Tona et al, 2010. Pestisida Alami (Nabati). Jakarta : Erlangga.
Wardhana A.H. Dan Diana N. 2014. Aktivitas Biolarvasidal E Kstrak Metanol Daun Kipahit
(Tithonia Diversifolia ) Terhadap Larva Lalat Chrysomya Bezziana. Jural Ilmu Ternak
Veteriner, Vol. 19, No. 1, Hal : 43-51
Wijaya, I. I. 2014. Aktivitas Antihiperglikemia Pemberian Bersama Ekstrak Etanol Daun Yacon
(Smallanthus Sonchifolius) dan Daun Pahitan (Tithonia Diversifolia) pada Tikus Jantan
Galur Wistar yang Diinduksi Aloksan (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Indonesia).

Anda mungkin juga menyukai