Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM BIOLOGI

LAPORAN RESMI

ALAT PENCERNAAN
MAKANAN PADA HEWAN

Disusun Oleh:
Syakira Aufa Zahranah
22033010090

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hewan memerlukan energi untuk hidupnya. Energi ini akan dicukupi dengan makanan yang
dikonsumsi. Pakan hewan yang dimakan biasanya masih dalam ukuran yang besar dan komplek
sehingga energi yang ada tidak dapat langsung digunakan. Hewan harus mencerna terlebih
dahulu untuk dapat memanfaatkan energi yang terkandung dalam makanan tersebut melalui
sitem pencernaan. Sistem pencernaan hewan merupakan sistem organ dalam hewan multisel
yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa
proses tersebut melalui anus/dubur

Namun, tidak semua hewan punya sistem pencernaan yang sama. Setiap jenis hewan punya
sistem pencernaan yang berbeda-beda. Hal ini bergantung pada tinggi rendahnya tingkat
organisasi sel hewan tersebut. pada hewan invertebrata alat pencernaan makanan umumnya
masih sederhana, dilakukan secara fagositosis dan secara intrasel, sedangkan pada hewan-hewan
vertebrata sudah memiliki alat pencernaan yang sempurna yang dilakukan secara ekstrasel.
Fungsi utama sistem pencernaan adalah menyediakan zat nutrisi yang sudah dicerna secara
berkesinambungan untuk didistribusikan ke dalam sel melalui sirkulasi dengan unsur-unsur air,
elektrolit dan zat gizi.

Tidak hanya itu, sistem pencernaan pada hewan tergantung pada makanan yang dikonsumsi.
Hewan karnivora, omnivora, maupun herbivora juga memiliki sistem pencernaan yang berbeda.
Ada beberapa hewan yang memiliki sistem organ maupun organ yang mirip dengan manusia.
Salah satunya, adalah tikus. Tikus memiliki alat-alat pencernaan mulut, kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus.

B. Tujuan

Untuk mempelajari alat-alat pencernaan dalam hewan, Untuk mempelajari fungsi masing-
masing alat pencernaan pada hewan, Untuk melatih kemampuan analisis dalam mengidentifikasi
alat pencernaan hewan.

C. Manfaat

Mengetahui alat-alat pencernaan dalam hewan beserta fungsi-fungsinya, terlatihnya


kemampuan analisis praktikan dalam mengidentifikasi alat pencernaan hewan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi hewan merupakan ilmu yang mempelajari struktur perkembangan tubuh hewan,
struktur tubuh hewan berkembang dari struktur sederhana menuju struktur yang lebih sempurna.
Dalam perkembangan biologi, sel-sel berhimpun menjadi struktur jaringan, yang kemudian
berhimpun kembali menjadi organ. Organ - organ tubuh bagian dalam hewan dapat dilihat
dengan jalan penangkapan (sectio), untuk selanjutnya dapat dipelajari struktur dan fungsi setiap
organnya. (Ardian, 2016)

A. Sistem Pencernaan

Pencernaan atau digesti merupakan perombakan partikel besar dari makanan tak larut
menjadi partikel larut oleh kerja enzim. Sebelum diabsorbsi, makanan ini berada di dalam
saluran pencernaan. Dalam sel – sel endokrin, tersebar hormon peptida yang mempengaruhi
fungsi pencernaan dan mengandung tujuh belas asam amino. Sistem pencernaan pada manusia
meliputi sistem saluran yang menerima makanan, menyerap sari makanan, hingga mengeluarkan
sisa – sisa dari proses pencernaan tersebut (Darwis, 2012).

Proses pencernaan merupakan proses penguraian bahan makanan ke dalam zat-zat


makanan agar dapat diserap dan digunakan oleh jaringan-jaringan tubuh. Sistem pencernaan
makanan yang berhubungan langsung membantu saluran pencernaan. Saluran pencernaan adalah
saluran yang kontinu berupa tabung yang dikelilingi otot. Saluran pencernaan makanan akan
mencerna makanan, memecahnya menjadi bagian yang lebih kecil dan menyerap bagian tersebut
menuju pembuluh darah. Saluran pencernaan meliputi mulut, kerongkongan, lambung, usus
halus, usus besar, dan anus. Pada sistem pencernaan makanan direduksi secara fisis, reduksi yang
lebih lanjut berlangsung secara kimia, menyerap hasil pencernaan, bahan buangan yang tidak
dapat dicerna ditahan dan dibuang keluar tubuh (Waluyo, 2016).

Sistem pencernaan adalah kumpulan organ pencernaan dan saluran pencernaan yang
berfungsi untuk mencerna makanan yang masuk menjadi sumber energi bagi tubuh sampai pada
akhirnya sisa-sisa makanan tersebut dikeluarkan melalui anus, (Nurhayati, 2015).

Sistem pencernaan adalah suatu sistem yang dimulai dari mulut hingga ke anus.
Berfungsi untuk menerima makanan, mencerna menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat
gizi ke aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan
sisa metabolisme tubuh. Makanan masuk melalui rongga mulut, lalu terjadi proses masuknya
makanan dengan mekanik, menggunakan gigi dan kimiawi dengan enzim dari kelenjar saliva
menghancurkan makanan makromolekul menjadi lebih halus (bolus). Bolus memasuki
esophagus lalu menuju lambung. Lambung adalah lokasi pencernaan secara kimiawi sebab
banyak enzim yang mengubah bolus menjadi lebih halus. Makanan akan berubah menjadi
kimiawi yang bersifat asam karena makanan telah bercampur dengan HCl dan cairan gastria
yang berfungsi untuk proses pemecah makanan tersebut. (Campbell, 2010)

Menurut Nurul, et al (2019). Makanan yang dimakan tidak dapat langsung diserap oleh
tubuh melainkan melalui dua macam proses pencernaan yaitu:

1. Pencernaan Secara Mekanisme

Merupakan proses pencernaan yakni dengan cara mematahkan partikel makanan yang
semula besar menjadi lebih kecil. Proses pencernaan ini dilakukan dengan proses fisik atau
mekanis. Misalnya seperti mengunyah makanan di dalam mulut, atau gerakan meremas-remas
(gerakan peristaltic) yang ada di dalam lambung dan tenggorokan. Beberapa organ tubuh yang
melakukan pencernaan mekanis adalah gigi, lambung atau kontraksi perut, dan empedu. Fungsi
pencernaan mekanis adalah untuk meningkatkan luas permukaan dari makanan. Hal ini berguna
dalam proses reaksi enzimatik atau proses reaksi yang memerlukan bantuan dari enzim, sehingga
mampu meningkatkan laju reaksi kimia yang ada di dalam tubuh.

2. Pencernaan Secara Kimiawi

Merupakan jenis proses pencernaan yang menggunakan bahan kimiawi yang ada di
dalam tubuh. Fungsinya adalah merubah atau melakukan transformasi bentuk makanan yang
awalnya besar, menjadi bentuk partikel yang lebih kecil. Dalam hal ini, bentuk kimiawi tubuh
adalah enzim. Reaksi yang digunakan adalah enzim yang mampu mengkatalisis reaksi dengan
cara memisahkan ikatan kimiawi dalam proses hidrolisis.

B. Sistem Pencernaan pada hewan

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin, adalah sistem organ dalam hewan multisel
yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa
proses tersebut. (Pandit, 2011)

Organ atau sistem pencernaan hewan melaksanakan empat macam fungsi yaitu
memasukkan makanan kedalam tubuh, mengubah makanan yang kompleks 12 menjadi
sederhana, menyerap hasil pencernaan serta membawa hasil penyerapan ke dalam darah dan
mengeluarkan sisa makanan yang tidak tercerna atau yang tidak dapat diserap oleh tubuh.
Bagian makanan yang tercerna dan terserap digunakan oleh tubuh hewan sebagai sumber
energi dan bahan pembangun tubuh. Setelah mendapatkan makanan hewan harus
mencernanya dengan baik agar sari-sarinya dapat diserap oleh sel-sel tubuh. (Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2013)

Proses pengolahan makanan tersebut melalui organ-organ pencernaan sebagai berikut:

1) Mulut
Mulut Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada manusia
ataupun hewan. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam mulut
dilapisi oleh selaput lendir. Di dalam rongga mulut terdapat lidah, gigi, dan kelenjar ludah
(Pearce, 2011)

2) Kerongkongan (esofagus)

Kerongkongan Yaitu penghubung antara rongga mulut dan lambung. Kerongkongan


merupakan tabung berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari
bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik (Irianto, 2014).

3) Lambung

Lambung adalah rongga seperti kantung berbentuk J yang terletak antara esofagus dan usus
halus. Organ ini dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan perbedaan anatomik, histologis, dan
fungsional. Fundus adalah bagian lambung yang terletak di atas lubang esofagus. Bagian tengah
atau utama lambung adalah korpus. Lapisan otot polos di fundus dan korpus relatif tipis, tetapi
bagian bawah lambung, antrum, memiliki otot yang jauh lebih tebal. Bagian sfingter pilorus,
yang bekerja sebagai sawar antara lambung dan bagian atas usus halus. (Sherwood, 2011).

Lambung melakukan fungsi utama :

a. Menyimpan makanan yang masuk sampai makanan dapat disalurkan ke usus halus
dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan penyerapan yang optimal
(Sherwood, 2011).

b. Lambung mengeluarkan asam hidroklorida (HCI) dan enzim yang memulai pencernaan
protein (Sherwood, 2011).

4) Usus halus

Usus halus adalah tempat sebagian besar pencernaan dan penyerapan berlangsung. Usus
halus terletak bergelung di dalam rongga abdomen, terbentang antara lambung dan usus besar
(Sherwood, 2011).

a. Duodenum

Dinding duodenum terdiri dari empat lapisan: mukosa dengan epitel permukaan, lamina
propria, dan muskularis mukosa; submukosa dengan kelenjar mukosa duodenal; dua lapisan
otot polos dari muskularis eksterna; dan serosa (Eroschenko, 2008).

b. Jejunum
Jejunum memiliki vili yang lebih tinggi dan lebih sempit dan hanya terdapat sedikit
kelenjar Brunner. Hampir seluruh sel yang menutupi vili adalah sel absorpsi permukaan yang
terdapat brush border, dimana brush border tersebut dibentuk oleh mikrovili yang merupakan
organel yang berfungsi untuk memperluas permukaan sehingga meningkatkan absorpsi
molekul (Telser, 2007).

c. Ileum

Karakteristik ileum adalah nodulus agregasi atau bercak Peyer, setiap bercak terdiri atas
agregasi (kelompokan) dari 10 atau lebih nodulus limfatikus. Kelompokan ini terletak di
dalam dinding ileum berhadapan dengan tempat melekatnya mesenterium (Eroschenko,
2008).

5. Usus Besar

Usus besar adalah bagian usus antara usus buntu dan rectum. Fungsi utama organ ini
adalah menyerap air selama proses pencernaan, membentuk massa feses, mendorong sisa
makanan hasil pencernaan (feses) keluar tubuh, dan membentuk lendir untuk melumasi
permukaan mukosa. Usus besar memiliki diameter lebih besar dari usus halus, yaitu memiliki
panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U terbalik. (Purnamasari dan Anti, 2017)

Menurut Nurul, et al (2019) Usus besar dibagi menjadi 3 daerah yaitu:

1) Kolon Asenden (usus halus), berfungsi untuk menyerap nutrisi, menghaluskan


makanan, menghasilkan zat, penyerapan zat di dalam tubuh.

2) Kolon Transversum (usus datar) berfungsi untuk menerima sisa makanan yang tidak
diserap oleh usus halus, menyerap air, menurunkan tingkat keasaman dan mencegah
infeksi, memperkuat sistem kekebalan tubuh.

3) Kolon Desenden (usus turun), berfungsi untuk menyerap air dan garam, pada bagian
ujung usus buntu terdapat apendik atau disebut sebagai umbai cacing. Apendik berfungsi
sebagai sistem kekebalan tubuh. Apendik berperan aktif dalam sistem imunoglobin yang
memiliki kelenjar limfoid di dalamnya. Kelenjar limfoid berfungsi untuk melindungi
tubuh dari kerusakan akibat zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Kelenjar limfoid
mampu membedakan sel-sel tubuh dengan zat-zat asing yang masuk ke tubuh dan
berpotensi melakukan inaktivasi atau perusakan (Raharjanngntyas dan Raras, 2013).

6. Rektum

Rektum merupakan sebuah saluran yang berawal dari ujung usus besar dan berakhir di
anus. Rektum berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses, menahan feses agar tidak
keluar secara tiba-tiba, dan membantu feses keluar dengan gerak peristaltik. Biasanya rectum
akan kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang
air besar (defekasi). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam
rektum akan memicu sistem syaraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika
defekasi tidak terjadi, seringkali material akan dikembalikan ke usus besar, dimana penyerapan
air akan kembali dilakukan. (Guyton dan Hall, 2008)

7. Anus

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus.
Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup. Fungsi utama anus yakni
membuang feses dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar). Setelah dicerna di usus
halus, makanan kemudian dibawa ke usus besar, sisa hasil pencernaan yang melewati usus besar
disebut feses. Feses disimpan di rectum, dan ketika rectum penuh, otot sfingter eksternal dan
internal di saluran anal dan anus akan relaksasi sehingga feses bisa keluar dari tubuh melalui
anus. (Tortora dan Derrickson, 2009)

C. Tikus Putih

Sistem pencernaan tikus menurut (Lazuarine, 2016) terdiri atas saluran pencernaan atau
kelenjar-kelenjar yang berhubungan, fungsinya untuk :

a) Ingesti dan Digesti makanan.

b) Absorbsi sari makanan.

c) Eliminasi sisa makanan. Sistem pencernaan pada hewan tikus sama dengan pencernaan
pada manusia, karena tikus adalah hewan yang memiliki genetika lengkap dan mempunyai organ
yang hampir sama dengan manusia.

1) Pencernaan di mulut dan di rongga mulut,makanan digiling menjadi kecil-kecil oleh gigi
dan dibasahi oleh saliva.

2) Disalurkan melalui faring dan esophagus.

3) Pencernaan di lambung dan di usus halus. Dalam usus halus diubah menjadi asamasam
amino, monosakarida, gliserida, dan unsur-unsur dasar yang lain.

4) Absorbsi air dalam usus besar akibatnya, isi yang tidak dicerna menjadi setengah padat
(feses).

5) Feses dikeluarkan dari dalam tubuh melalui kloaka (bila ada) kemudian ke anus
BAB III METODOLOGI

Lapsem ditempel

BAB IV HASIL PENGAMATAN

BAB V

PEMBAHASAN

Pada praktikum dengan judul Alat Pencernaan Makanan pada Hewan yang dilaksanakan
pada tanggal 16 November 2022 lalu, mengamati organ-organ dalam pada hewan tikus
khususnya organ-organ pencernaan makanan. Tujuan dari praktikum ini adalah Untuk
mempelajari alat-alat pencernaan dalam hewan, mempelajari fungsi masing-masing alat
pencernaan pada hewan, dan untuk melatih kemampuan analisis dalam mengidentifikasi alat
pencernaan hewan. Praktikum kali ini dilakukan dengan menyiapkan tikus putih, papan
sterofoam, beberapa jarum pentul, toples, kapas, eter/ammonia, pinset, dan gunting bedah. Pada
praktikum ini menggunakan tikus dikarenakan tikus memiliki sistem pencernaan yang mirip
dengan manusia, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Chaqiqi (2013) bahwa tikus
memiliki karakteristik dan fisiologi yang hampir sama dengan manusia.

Cara kerja pada praktikum ini yakni dilakukan dengan membius tikus terlebih dahulu,
caranya yakni memasukkan tikus ke dalam toples berisi kapas yang sudah diberi diethyl eter
sampai tikus tidak sadarkan diri. Setelah tikus tidak sadarkan diri keluarkan tikus dari toples dan
letakkan pada papan uji dari sterofoam. Rentangkan tikus dengan posisi perut di atas dan tempelkan
kaki dan tangannya menggunakan jarum pentul agar tidak lepas dan memudahkan dalam
melakukan proses membedah. Setelah itu gunting bagian kulit berambutnya terlebih dahulu dan
akan terlihat bagin kulit dalam pembungkus organ-organnya lalu bedah mulai dari bagian leher
hingga bagian perut paling bawah menggunakan gunting dan pinset dengan hati-hati agar tidak
mengenai organ-organ yang terdapat dalam tubuh tikus sehingga sistem organ pencernaannya terlihat
jelas. Setelah terbedah, terlihatlah organ-organ bagian dalam tikus, mulai dari kerongkongan
hingga anus. Kemudian praktikan melakukan pengamatan secara menyeluruh pada bagian tubuh
tikus yang telah terbuka dengan teliti, dan menggambar kembali bagian tubuh tikus pada kertas
buram.

Peninjauan kali ini adalah organ dari sistem pencernaannya saja. Mulai dari mulut,
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Semua organ tersebut
memiliki peranan yang berkaitan satu sama lain, sehingga jika satu organ terganggu kerjanya
maka akan berdampak kepada organ lainnya.

Menurut Handayaningsih (2006) klasifikasi dari Rattus novergicus adalah sebagai berikut: Kingdom :
Animalia Filum : Chordata Sub Filum : Vertebrata Kelas : Mammalia Ordo : Rodentia Famili : Murinae
Genus : Rattus Spesies : Rattus novergicus

Proses pencernaan yang pertama berwal dari mulut. Di dalam mulut terdapat gigi yang
berfungsi untuk memecah makanan menjadi lebih kecil agar memudahkan dalam mencernanya,
Hal ini sesuai dengan literatur dari (Nugroho, 2018) yang mengatakan bahwa terdapat gigi yang berada di
rongga mulut. Gigi normal mencit terdiri atas sebuah incisivus dan tiga buah molar di tiap kuadran nya.
Perkembangan dan erupsi gigi berawal dari gigi depan ke belakang. Molar ketiga merupakan gigi terkecil
di tiap rahang. molar ketiga di bagian atas ada kalanya tidak ada pada beberapa mencit liar dan beberapa
strain inbred. pertumbuhan gigi insisivus berlangsung terus menerus dan meluruh selama pengunyahan .
Makanan yang masuk diproses secara mekanik sesuai dengan pernyataan Nurul et al (2016)
bahwa Pencernaan mekanisme merupakan proses pencernaan dengan cara mematahkan partikel
makanan yang semula besar menjadi lebih kecil. Proses pencernaan ini dilakukan dengan proses
fisik atau mekanis, misalnya seperti mengunyah makanan di dalam mulut.

Kedua ada kerongkongan, Esofagus tersusun atas otot dan memiliki fungsi gerak
peristaltic. Gerak peristaltic gerak otot kerongkongan berkontraksi sehingga dapat mendorong
makanan masuk ke dalam lambung, tidak untuk mencerna makanan. Disampaikan juga dalam
literatur (Nugroho,2018) esophagus tikus berupa saluran yang tersusun atas epitelium squamosa.
Bagian ventrikulus mengalami keratinisasi, sementara bagian distal ventrikulus dijumpai
kelenjar-kelenjar ventrikulus. Sekret ventrikulus selalu ada, baik ada makanan atau tidak di
ventrikulus. Di bagian intestinum tikus dijumpai lebih dari 100 spesies bakteri yang berkoloni
dan menguntungkan bagi tikus.

Setelah itu makanan akan masuk ke dalam lambung. Menurut Irianto (2014), Lambung
merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kacang keledai. Terdiri dari 3
bagian yaitu kardia, fundus, antrum. Makanan akan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan
melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan
normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung
berfungsi menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltic
lambung dan getah lambung. Lambung menghasilkan enzim yang berfungsi untuk mempercepat
proses pencernaan makanan serta memudahkan organ lainnya dalam menyerap nutrisi dari
makanan yang dikonsumsi. Terdapat beberapa jenis enzim protase, yaitu pepsin (enzim
pencernaan utama di lambung), tripsin, dan kimotripsin. Lipase adalah enzim yang memiliki
tugas memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol (zat gula yang mengandung alkohol).

Makanan kemudian akan diteruskan ke dalam usus halus. Bagian yang pertama kali dimasuki
oleh makanan adalah usus dua belas jari (duodenum). Makanan masuk ke dalam duodenum
melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum
akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. Duodenum
menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari hati. Cairan tersebut (yang masuk ke
dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfingter Oddi) merupakan bagian yang penting
dari proses pencernaan dan penyerapan. Gerakan peristaltik juga membantu pencernaan dan
penyerapan dengan cara mengaduk dan mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus
halus. Sel yang melapisi usus membuat enzim maltase, sukrase, dan laktase, masing-masing
mampu mengubah jenis gula tertentu menjadi glukosa. Sukrase: memecah sukrosa menjadi
disakarida dan monosakarida. Maltase: memecah maltosa menjadi glukosa. Laktase : memecah
laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Bagian usus halus yang paling berperan adalah
duodenum. Pada gambar tikus tersebut terlihat bahwa usus halus memiliki warna merah muda
pucat mendekati orange yang bertumpuk di bagian bawah kiri tepat di bawah organ hati.

Selanjutnya ada usus besar, yang terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rectum). Apendiks (usus buntu)
merupakan suatu tonjolan kecil berbentuk seperti tabung, yang terletak di kolon asendens, pada
perbatasan kolon asendens dengan usus halus. Usus besar menghasilkan lendir dan berfungsi
menyerap air dan elektrolit dari tinja. Ketika mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan,
tetapi ketika mencapai rektum bentuknya menjadi padat. Banyaknya bakteri yang terdapat di
dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri
ini penting untuk fungsi normal dari usus.

Terakhir ada rectum dan anus adalah organ akhir sebelum sisa-sisa makanan akan
dikeluarkan oleh tubuh. Menurut (Guyton dan Hall, 2008) Rektum merupakan sebuah saluran
yang berawal dari ujung usus besar dan berakhir di anus. Rektum berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses, menahan feses agar tidak keluar secara tiba-tiba, dan membantu
feses keluar dengan gerak peristaltik. Biasanya rectum akan kosong karena tinja disimpan di
tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja
masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (defekasi).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu
sistem syaraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak
terjadi, seringkali material akan dikembalikan ke usus besar, dimana penyerapan air akan
kembali dilakukan.

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana zat sisa makanan keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar), yang merupakan fungsi utama anus

BAB VI
PENUTUP

Kesimpulan

Dari praktikum yng telah dilaksanakan, maka dpat disimpulkan:

1) Proses pencernaan merupakan proses penguraian bahan makanan dengan organ-organ


sistem pencernaan ke dalam zat-zat makanan agar dapat diserap dan digunakan oleh
jaringan-jaringan tubuh

2) Sistem pencernaan pada tikus memiliki kemiripan dengan sistem pencernaan manusia baik dari
bentuk dan letaknya, hanya berbeda dalam ukuran dan tikus tidak memiliki kantung empedu serta
lobus hati tikus lebih banyak dari manusia.

3) Pencernaan terdiri dari 2 jenis yaitu mekanisme (menggunakan gerak peristaltik) dan
kimiawi (mmenggunkan enzim).

4) Organ sistem pencernaan terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus besar, usus
halus, rektum, dan anus.

Saran

Ketika kegiatan praktikum praktikan harus berhati-hati dalam membius tikus dan membedah
tikus karena cairan untuk membius tikus memiliki bau yang sangat menyengat. Pada saat membedah tikus
praktikan juga harus melakukannya dengan sangat hati-hati dan perlahan agar tidak merusak organ
pencernaan pada tikus.
DAFTAR PUSTAKA

Ardian. 2016. Anatomi Hewan. Bandung : Kubu Buku


Campbell, N. A., Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., et al. 2010.
Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Chaqiqi, F. 2013. Efek Pemberian Ekstrak Etanol Daun Sisik Naga (Drymoglossum piloselloides (L.)
Presl) Terhadap Berat Testis dan Histologi Testis Tikus Putih (Ratus norvegicus). Skripsi. Tidak
Diterbitkan. UIN Malang

Darwis, Welly. 2012. Tanaman Obat yang Terdapat di Kota Bengkulu yang Berpotensi sebagai Obat
Penyakit dan Gangguan pada Sistem Pencernaan Manusia. Jurnal Konservasi Hayati. Vol 8 (1) :
1
-15.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. 2013. Anatomi Hewan Kelas X Semester 1. Jakarta:
Ditektoran Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Eroschenko, V.P. 2008. diFiore’s Atlas of Histology with Functional Correlations.
11th. Ed. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.
Guyton A, C. dan Hall J, E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.

Irianto, K. 2014. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung: Yrama Media

Lazuarine. 2016. PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS EKSTRAK DAUN KELOR

(Moringa oleifera) TERHADAP HISTOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus novergicus)

YANG DIPAPAR TIMBAL ASETAT (Dikembangkan Menjadi Media Poster pada Mata

Pelajaran Biologi Materi Sistem Ekskresi) (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah

Malang).

Nurhayati, S. (2015). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Lingkungan Sehat Melalui Penggunaan
Metode Pengamatan Lingkungan Siswa Kelas II SDN Mekarsari. Jurnal Pendidiikan PGRI
Kabupaten Ciamis, 4(1).
Nurul, dkk. 2019. Sistem Pencernaan Pengantar Biopsikologi.

Pearce, E. C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Pustaka Umum.

Purnamasari, Risa dan Santi, Dwi D. 2017. Fisiologi Hewan. Surabaya: Program Studi Arsitektur

UIN Sunan Ampel Surabaya.

Raharjaningtyas, E. Raras Pramudita. 2013. Pengaruh Pemberian Infusa Daun Sirsak (Annona muricata
L.) Secara Subkronis Terhadap Gambaran Histologis Lambung dan Usus Tikus. Skripsi. Fakultas
Farmasi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Sherwood, Laura Iee. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC.
Surayana, Pandit. 2011. Pedoman Praktikum Ichticology. Denpasar: Warmadewa University

Press.

Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2009). Principles of Anatomy & Physiology. USA: John Wiley

& Sons. Inc.

Valko, M., Leibfritz, D., Moncol, J., Cronin, M.T.D., Mazur, M., Telser, J. 2007. Free radicals

and antioxidants in normal physiological functions and human disease. The International

Journal of Biochemistry dan Cell Biology. 39.

Waluyo, J. 2016. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Jember: Universitas Jember
Press.

Anda mungkin juga menyukai