Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KEGIATAN

FORMULASI RANSUM
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Perkuliahan
yang di bina oleh Dosen Muh. Irwan, S.Pt., M.Si

Disusun :
Nama : Muh Yusran Sukri
Nim : 0910580620016

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDENRENG RAPPANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengetahuan tentang bahan-bahan pakan dan ransum yang siap diberikan


kepada ternak dianggap belum cukup sebelum mengetahui kandungan nutrisi di
dalamnya. Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat dicerna
sebagian atau seluruhnya dan tanpa mengganggu kesehatan pemakannya. Ransum
adalah sejumlah pakan yang dikonsumsi ternak selama 24 jam tanpa
memperhatikan nutrien yang ada. Setiap bahan pakan atau ransum pada ternak,
baik yang sengaja kita berikan kepada ternak maupun yang diperoleh sendiri,
mengandung unsur-unsur nutrisi yang konsentrasi sangat bervariasi, tergantung
pada jenis, macam dan keadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan
mempengaruhi tekstur dan strukturnya.

Berdasarkan komponen penyusunnya pakan tersusun dari air dan bahan


kering. Bahan kering tersebut terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik.
Dalam bahan organik terdapat karbohidrat, lipida, protein, asam nukleat, asam
organik dan vitamin. Sedangkan bahan organik tersebut separo abu atau mineral.
Untuk mengetahui macam fraksi atau senyawa yang menyusun pakan dilakukan
analisa secara kimia. Analisa tersebut ada dua macam yaitu analisa proksimat dan
analisa serat deterjen (Kamal, 2014).

Praktikum dilakukan di dalam laboratorium untuk analisis bahan-bahan


pakan, analisis bahan pakan dilakukan menggunakan analisis proksimat. Fungsi
analisis proksimat terhadap bahan pakan akan menghasilkan data-data tentang
nutrisi yang dikandung oleh bahan pakan tersebut dan beberapa besar
konsentrasinya.

Bahan pakan yang diuji pada praktikum kali ini adalah kulit kopi. Nutrien
yang diuji pada analisis proksimat adalah fraksi yang terdapat pada isi sel seperti
2
kadar air, kadar abu, kadar protein kasar, kadar lemak kasar, serat kasar dan
ekstrak tanpa nitrogen ( ETN ).

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kandungan nutrien


bahan pakan yang akan membantu kita mempersiapkan dan mengelola ternak,
terutama dalam meramu pakan yang dibutuhkan oleh ternak sesuai dengan tingkat
kebutuhannya dan mencapai tujuan pemeliharaannya.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini supaya praktikan dapat membuat formulasi


ransum sesuai prosedur yang ditentukan, Mengetahui kandungan nutrient yang
dipakai di formulasi ransum, setra menghitung dan Menakar bahan yang akan di
gunakan untuk membuat formulasi ransum.

C. Manfaat

Manfaat dari praktikum ini yaitu praktikan dapat memmahami secara


sistematis pembuatan atau proses formulasi ransum dan penerapannya pada
ternak, mengetahui kadar nutrisi yang ada dalam bahan pakan tersebut. Selain itu,
praktikan juga akan memperoleh banyak manfaat berupa kreativitas menyusun
ransum sesuai dengan keinginannya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, disenangi, dapat dicerna
sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorbsi dan bermanfaat bagi ternak.Pakan
harus memenuhi semua persyaratan sesuai dengan definisi di atas (Kamal,
2014).Menurut Tillman et al. (2011) menyatakan bahwa bahan pakan adalah
bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan oleh hewan. Hartadi et al.
(2017) menyatakan bahwa yang dimaksud bahan pakan adalah suatu bahan yang
dimakan oleh hewan yang mengandung energi dan zat-zat gizi atau di dalam
pakan ternak.

Ternak ruminansia yang berproduksi tinggi akan membutuhkan energi dan


zat-zat gizi lain dalam jumlah yang tinggi pula. Upaya untuk memenuhi
kebutuhan zat-zat gizi dalam ransum bagi ternak ruminansia yang berproduksi
tinggi sering terbentur pada ketidakmampuan ternak tersebut untuk
mengkonsumsi ransum yang diformulasikan. Hal ini dapat ditanggulangi dengan
cara meningkatkan frekuensi pemberian ransum (Siregar, 2014). Bahan pakan
sumber serat dapat dimanfaatkan sebagai pakan pokok bagi ternak ruminansia.
Bahan pakan sumber serat tersebut berupa limbah pertanian misalnya jerami padi,
jerami jagung, jerami kedele, pucuk tebu dan kulit kopi. Bahan pakan sumber
serat yang berupa limbah pertanian sangat potensi sebagai pakan ternak
ruminansia terutama pada musim kemarau. Limbah pertanian sebagai bahan
pakan ternak alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun
ransum. Bahan pakan konvensional yang sering digunakan dalam penyusunan
ransum sebagian besar berasal dari limbah dan pencarian bahan pakan yang belum
lazim digunakan (Sakinah, 2015).

Kulit buah kopi merupakan produk samping dari pengolahan buah kopi
yang jika tidak ditangani lebih lanjut akan menimbulkan pencemaran dan hingga
saat ini belum dimanfaatkan dengan baik. Buah kopi terdiri dari 40% pulp kopi,
4
20% mucilage (lendir kopi), dan 40% adalah biji kopi dan kulit majemuk. Di
beberapa tempat, kulit kopi sudah digunakan sebagai pakan ternak (Krishna dan
Umiyasih, 2006). Kulit kopi yang dipanen, kulitnya dikupas. Kemudian, bijinya
dijemur, kulit kopi yang berwarna kecoklatan dipisahkan dari biji-biji kopi
tersebut akan dibuang atau paling tidak kulit kopi yang dipisahkan dari biji itu tadi
dikumpulkan dan dibiarkan hingga busuk. Biji kopi tersebut ditaruh di sekeliling
pohon kopi sebagai pengganti pupuk yang bertujuan untuk menyuburkan tanaman
yang dilakukan petani kopi. Kulit buah kopi merupakan limbah dari pengolahan
buah kopi untuk mendapatkan biji kopi yang selanjutnya digiling menjadi bubuk
kopi. Kandungan zat makanan kulit buah kopi dipengaruhi oleh metode
pengolahannya apakah secara basah atau kering .

Bahan pakan hijauan terdiri atas dua macam, yaitu hijauan kering dan
hijauan segar. Hijauan kering adalah bahan pakan yang berasal dari hijauan segar
yang dikeringkan. Contoh hijauan kering antara lain jerami padi kering, jerami
jagung kering, jerami kacang-kacangan dan hay. Hijauan segar adalah pakan yang
berasal dari hijauan dan diberikan dalam bentuk segar. Contoh hijauan segar
antara lain rumput segar, batang, dan daun kacang-kacangan. Bahan pakan hijauan
ini mempunyai fungsi sebagai bulky, sumber karbohidrat, vitamin-vitamin dan
protein yaitu dari hijauan yang berasal dari kacang-kacangan (Siregar, 2014).

Secara umum, dapat dikatakan bahwa pakan yang dapat dimakan (edible)
yaitu hijauan rumput, hijauan kering (hay), bekatul dan produk lain adalah bahan
makanan ternak, namun tidak semua komponen dalam bahan pakan ternak
tersebut dapat dicerna oleh hewan. Bahan pakan mengandung zat makanan, jadi
bahan pakan adalah istilah umum, namun komponen dalam bahan pakan tersebut
yang dapat digunakan oleh hewan disebut zat makanan (Tillman et al., 2018).

Analisis proksimat dapat digunakan untuk mengetahui isi dan kandungan


dari bahan pakan. Kandungan yang terdapat dalam hijauan antara lain air, bahan
organik, protein kasar, ekstrak eter, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen.
Jumlah bahan pakan dan komponennya dapat dicerna dan diekskresikan, dapat
diketahui dengan analisis (Tillman et al., 2012).
5
Berdasarkan sifat fisik dan kimia yang spesifik sesuai dengan
kegunaannya maka bahan pakan dapat diklasifikasikan menjadi 8 kelas: 1) kelas
1: hijauan kering dan jerami kering mengandung serat kasar >18% dan dinding sel
>35% dalam bahan kering, sehingga rendah kandungan energi tersedia per unit
bobot. Contoh: hay hijauan jagung, hay hijauan legum; 2) Kelas 2: hijauan segar
dan jerami segar yaitu hijauan dan jerami yang diberikan pada ternak dalam
keadaan segar, contoh: rumput segar, hijauan, jerami padi segar; 3) Kelas 3: silase
meliputi hijauan pakan yang telah dipotong-potong dan telah mengalami
fermentasi, contoh: silase rumput, silase hijauan jagung; 4) Kelas 4: sumber
energi, mengandung protein kasar <20%, serat kasar <18% dan dinding sel <35%
dalam bahan kering, contoh: dedak, minyak tanaman, lemak hewan; 5) Kelas 5:
sumber protein, mengandung protein kasar >20% dalam bahan kering, contoh:
tepung ikan, tepung daging; 6) kelas 6: sumber mineral disebut juga konsentrat
mineral, contoh: tepung tulang, garam dapur; 7) Kelas 7: sumber vitamin disebut
juga konsentrat vitamin, contoh: minyak ikan, tablet vitamin C; 8) Kelas 8: aditif
pakan, merupakan bahan non nutrien, berfungsi untuk memacu pertumbuhan,
memacu produksi, memberi warna, memberi bau ataupun sebagai pengisi, contoh:
zat pewarna, antibiotika, obat-obatan (Kamal, 2014).

6
BAB III
MATERI DAN METODA

A. Waktu dan Tempat

Praktikum formulasi ransum dilaksanakan pada hari Jum’at, 24- 28 Juni


2022 di lingkungan kandang kambing Program Studi Peternakan Fakultas sains
dan teknologi Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan :

1. Timbangan
2. Ember

Bahan yang digunakan :

1. Bungkil kedelai
2. Dedak padi
3. Tumpi jagung
4. Jagung
5. Molases
6. Tali
7. Kantongan
C. Cara Pembuatan Ransum

Mencampur bahan- bahan yang ada sesuai dengan takarannya masing-


masing sehingga tidak terlalu kering dan terlalu basah. Setiap bahan mempunyai
kadar nutrisi tertentu maupun bahan kering meskipun lebih banyak tetapi harus di
formulasikan dengan cara menggunakan rumus sehingga tidak terlalu. Teknik
pencampuran konsentrat dengan caramanual memerlukan teknik tertentu agar

7
bahan pakan tersebut homogen karena bahan pakan yang diformulasikan
jumlahnya berbeda-beda.

8
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1.1 Tabel Hasil Pengamatan

NO Bahan Ransum Protein (%) Persentase


1 Bungkil Kedelai 38 % 11
2 Jagung 9% 20
3 Dedak padi 8% 20
4 Tumpi jagung 3% 49
5 Molases 0% 0
Total 100
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa bungkil kedelai memiliki
protein 38% dengan persentase 11, jagung 9% dengan 20, Dedak padi 8% dengan
persentase 20, Tumpi jagung 3 % dengan persentase 49 dan Molases 0% dengan
persentase 0.Berat Awal Kambing 29 Kg dan Berat akhir 22 Kg. Formulasi
ransum yang diberikan ternak adalah 3% dari berat kambing berarti 700 gram
perhari. Namun Pemberian Pakan yang dilakukan hanya 1 kali sehingga berat
kambing menurun. Menurut pendapat Priono Dkk (2014) yang menyatakan bahwa
kecernaan bahan organik(KcBO) pakan yang diberikan adalah 18,91%. Pakan
yang adalah pakan T3 terdiridari dedak 25%, bungkil kedelai 5%, complete feed
50% dan rumput lapangan20% ini tergolong rendah. Hal ini ini tidak sesuai
dengan pendapat Priono Dkk (2014) dimungkinkan karena ransum yang
diberikan terdiri dari berbagai macam bahan pakan yang kecernaannya juga
ber.beda-beda sehingga hasil analisis juga tidak sesuai dengan hasil pengamatan.

9
GAMBAR

(1)
(2)

Gambar 1 & 2 ( Proses menimbang bahan sebelum mencampurkan ransum)

(3) (4)

Gambar 3 & 4 (Proses mencampur bahan Ransum yang satu dengan yang lain)

(5)
(6)

Gambar 5 & 6 (Menyimpan ransum ke dalam kantongan diikat menggunakan tali)

10
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan Praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Ransum


adalah pakan jadi yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan
seekor ternak selama sehari semalam. Ransum ini terdiri dari beberapa bahan
pakan, bisa berupa bahan organik maupun anorganik. formulasi ransum yang
dilaksanakan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan karena berat badan
kambing menurun dari 29 kg menjadi 22 kg.

B. Saran

Sebaiknya Praktikan Memperhatikan waktu pemberian pakan setiap hari


supaya berat ternak yang di beri pakan beratnya naik. Lebih memerhatikan jadwal
pemberian pakan dan kesehatan ternaknya supaya dapat bertahan dari segala
penyakit.

11
DAFTAR PUSTAKA

Amin, F.N. Purwanigsih, S.Tantalo. 2017. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum.
Universitas Lampung,Bandar Lampung.

Hartadi, A. 1997. Metode Baru Penentuan Nilai Indek Pakan Ruminansia


Berdasarkan studi in sacco dan in vivo. Jurnal Penelitian strategi nasional
tahun anggaran 2010.Fakultas/Jurusan: Peternakan/Nutrisi Ruminansia
Universitas Hasanuddin.

Ginting M.D.2014. Sintesis Asam Risinoleat dari Minyak Jarak dengan cara
interifikasi. Skripsi Jurusan Kimia FMIPA UNIMED. Medan.

Kamal, M. 2014.NutrisiTernak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada,


Yogyakarta.

Kellems, R.O. dan D.C. Church. 2010. Livestock Feeds and Feeding. 6th Edition.
Upper Saddle River, NJ : Pearson Education, Inc.

Khalil. 2019. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap sifat fisik
pakan lokal: Kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan
berat jenis. Jurnal nasional.

Khamdinal. 2019. Tehnik Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Putaka Pelajar.

Krishna, N.H dan Umiyasih, U. 2016. Identifikasi dan evaluasi kandungan nutrisi
bahan pakan inkonvensional asal limbah yang melimpah di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.

Muchtadi, R. T. dan Sugiono. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.Petunjuk


Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Kimia.

12
Nahrowi, dan Maradoli Hutasuhut. 2013. Profil Bahan Pakan Ternak Subdit
Bahan Pakan Ternak. Jakarta.
Sakinah, B. 2015. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty,
Yogyakarta.

Siregar,S.B., Ir, M.S. 2014. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Tillman, Allen,D., Hari,H., Rekso hadiprodjo, Soedomo, Prawirokusumo,


Soeharto, Lebdosoekojo,dan Soekanto. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tisch, B. 2016. Modern Analitycal Chemistry. 1st ed. The MacGraw-Hill


Companies, Inc. North America

Traylor, S. L., G. L. Cromwell, and M. D. Lindemann. 2010. Bioavailability of


phosphorus in meat and bone meal varying in origin,particle size, and
processing pressure for chicks. J. Anim. Sci.78(Suppl. 2):51. (Abstr.)

TillmanAllen,D., Hari,H., Reksohadiprodjo, Soedomo, Prawirokusumo, Soeharto,


Lebdosoekojo, dan Soekanto. 2018. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.

Utomo, R dan Soedjono, M. 2019. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Fakultas
Peternakan UGM. Yogyakarta

Winarno, F.G., 2017. Kimia Pangan dan Gizi. Gamedia Pustaka Utama, Jakarta.

Williamson, G., and William payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah


Tropis. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Zainuddin, D. dan Murtisari, T. 2015. Penggunaan limbah agro-industribuah kopi


(kulit buah kopi) dalam ransum ayam pedaging (Broiler). Prosiding
Pertemuan Ilmiah Komunikasi dan Penyaluran Hasil Penelitian. Sub Balai
Penelitian Klepu, Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 71 – 78.
13

Anda mungkin juga menyukai