Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN SEMENTARA

FISIOLOGI TERNAK

Disusun Oleh :

Nama : Eni lutfiana zulfa


NPM : 2010701044
Kelas : Peternakan B
Asisten : Mellyana Afifah

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fisiologi merupakan ilmu yang mempelajari fungsi-fungsi baik pada
tingkat sel maupun tingkat organ yang terjadi dalam tubuh suatu makhluk
hidup. Bidang fisiologi merupakan gabungan berbagai disiplin ilmu seperti
biokimia, fisika, kima genetik, imunologi, dan pathologi dengan tujuan
memahami secara jelas proses-proses yang menjamin kelangsungan hidup
individu suatu organisme atau kelestarian suatu spesies. fisiologi ternak dapat
diartikan pula ilmu yang mempelajari fungsi tubuh ternak secara lengkap dan
serta fungsi semua bagian-bagian tubuh ternak serta proses-proses biofisika
dan biokimia yang terjadi pada tubuh berbagai ternak. (Sonjaya H, 2013)
Ilmu fisiologi ternak secara khusus mempelajari tentang berbagai ternak,
yaitu seperti sapi, kambing, ayam, domba, kelinci dan jenis ternak lainnya.
Dalam ilmu fisiologi ternak akan dipelajari pula tentang proses percobaan
status faali, saccus pneumatics, sel darah merah, sistem digesti, pembekuan
darah, kadar haemoglobin dalam darah, tekanan darah, dan waktu pendarahan.
Pada percobaan praktikum status faali bertujuan untuk mengetahui data-data
fisiologis yang meliputi temperatur rectal, pulsus dan respirasi pada hewan
ternak salah satunya yaitu ternak domba. Percobaan tersebut dapat digunakan
untuk mengetahui kondisi kesehatan probandus domba. (Isnaeni W, 2019)
Berdasarkan uraian diatas, dilakukannya percobaan praktikum kali ini
yaitu agar dapat menguntungkan para peternak untuk mengetahui secara dini
tentang kelainan pada ternak maka penanggulannya akan semakin mudah
diatasi, selain itu dengan adanya praktikum ini bisa mengetahui bagaimana
cara melalukan percobaan status faali dengan baik dan benar. (Nugroho D,
2014)
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya kegiatan praktikum fisiologi ternak adalah :
1. Mengatahui data fisiologis yang meliputi temperatur rectal, pulsus dan
respirasi
2. Mengetahui kondisi kesehatan probandus (dengan membandingkan
dengan kisaran normal)
1.3 Manfaat
Manfaat dilaksanakannya kegiatan praktikum fisiologi ternak adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi kesehatan pada probandus
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara mengukur respirasi pada probandus,
mengukur pulsus denyut jantung pada probandus, dan mengetahui
temperatur rektal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Respirasi
Respirasi atau pernapasan adalah suatu proses yang dilakukan hewan
untuk memperoleh oksigen. Oksigen merupakan hal yang sangat penting
untuk proses metabolisme seluler, yaitu proses pengubahan makanan menjadi
ebergi melalui proses oksidasi. Hasil dari proses tersebut ialah karbon
dioksida (CO₂) dan air yang harus dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa sistem respirasi memiliki fungsi utama untuk memasok
oksigen ke dalam tubuh serta membuang CO₂ dan air dari tubuh hewan
ternak. Pengukuran frekuensi respirasi pada ternak domba diamati dengan cara
menghitung frekuensi gerakan tulang rusuk, perut, dan rongga dada,
selanjutnya menghitung banyaknya respirasi dalam satu menit.
Respirasi pada hewan ternak dibagi menjadi dua, yaitu respirasi eksternal
dan internal. Respirasi eksternal merupakan perpindahan oksigen dari
lingkungan sekitar ke dalam darah dengan melintasi permukaan organ
pernapasan dan sebaliknya: mengalirkan karbon dioksida dari darah ke
lingkungan sekitar. Sedangkan pada respirasi internal merupakan pertukaran
gas antara darah dan sel-sel pada jaringan tubuh terbak. Pada tingkatan seluler,
perpindahan oksigen dan karbon dioksida terjadi dengan cara difusi pasif dari
wilayah yang berkonsentrasi tinggi ke wilayah yang berkonsentrasi rendah.
Oksigen yang diperoleh hewan dari lingkungannya digunakan dalam
proses fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP. Sebenarnya, hewan
ternak dapat menghasilkan ATP tanpa oksigen. Prosses semacam ini disebut
respirasi anaerob. Akan tetapi, proses tersebut tidak dapat menghasilkan ATP
dalam jumlah banyak. Respirasi yang dapat menghasilkan ATP dalam jumlah
banyak iala h respirasi aerob. Dalam proses anaerob, sebuah molekul glukosa
hanya menghasilkan dua molekul ATP, sementara dalam proses aerob,
molekul yang sama akan menghasilkan 36 atau 38 molekul ATP. Oleh karena
itu, hampir semua hewan sangat bergantung pada proses respirasi secara
aerob. (Isnaeni W, 2019)
2.2 Pulsus
Pulsus merupakan denyut jantung yang dirasakan saat penekanan secara
perlahan di atas pembuluh arteri. Suhu siklus jantung menghasilkan sekali
denyutan jantung. Ritme denyut jantung dikendalikan oleh cacat kontraksi dan
relaksasi serambi dan bilik jantung yang berlangsung secara bergantian.
Jantung merupakan organ pemompa darah keseluruh tubuh yang memiliki
gugus sel untuk menunjukkan laju dan waktu ketika semua otot sel
berkontraksi. Aktivitas jantung dalam melaksanakan tugasnya dipengaruhi
oleh sistem saraf. Sistem ini bekerja dengan kombinasi tertentu dan
fungsional. Saraf misalnya eferen, saraf cardial anhibitory dan saraf
accelerate. Kecepatan denyut jantung dapat dipengaruhi oleh temperatur
lemak, aktivitas tubuh, letak geografis, dan penyakit atau stress. Kisaran
normal pulsus pada hewan ternak domba adalah 70-135. (Nurmi A, 2016)
Pengukuran frekuensi denyut jantung dilakukan dengan mengukur jumlah
detakan di bagian dada kiri atas dekat tulang axilla sebelah kiri dengan
menggunakan stetoskop. Penghitungan denyut jantung dengan cara
menghitung jumlah denyutan jantung selama satu menit. Hitungan diulang
sebanyak tiga kali dalam setiap pengambilan data denyut jantung. Data denyut
jantung adalah rata-rata dari ketiga penghitungan. (Santos G et al, 2019)
2.3 Temperatur rectal
Suhu tubuh domba diperoleh dari pengukuran temperature rectal.
Temperature rectal merupakan indikator yang baik untuk panas tubuh, selain
itu juga temperature rectal sebagai salah perubah yang dapat menunjukkan
efek dari cekaman lingkungan panas. Ukuran suhu tubuh domba dinilai masih
dalam kisaran normal yaitu berkisar antara 38,2-40ºC. Temperatur tubuh pada
hewan ternak biasanya dipengaruhi oleh lingkungan, jenis hewan dan kondisi
hewan. Hewan-hewan betina, ternak bunting, dan ternak-ternak muda
biasanya memiliki temperatur tubuh lebih tinggi dibandingkan dengan ternak
jantan, ternak tidak bunting dan ternak tua. (Widodo et al, 2011)
Panas tubuh yang hilang lewat kulit kira-kira sejumlah 85% sisanya
dikeluarkan melalui respirasi dan urinasi. Regulasi dari panas tubuh terletak
pada pusat termolegurator yang terletak di otak. Jika temperature lingkungan
naik maka tubuh akan beradaptasi dengan meningkatkan frekuensi denyut nadi
dan frekuensi respirasi sehingga panas tubuh akan dialirkan oleh dara lebih
cepat dan dikeluarkan oleh tubuh melalui konduksi, konveksi, evaporasi dan
radiasi. Suhu rectal diamati dengan cara memasukkan thermometer digital
klinis sampai menempel ke dinding rektum pembacaan dilakukan setelah suara
alarm thermometer digital klinis berbunyi.
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Materi
Materi alat dan bahan yang digunakan pada praktikum status faali :
1. Termometer rektal
2. Stetoskop
3. Counter
4. Arloji
5. Probandus (ternak)
3.2 Metode
3.2.1 Respirasi
1. Disiapkan probandus ternak domba yang akan diamati dan diukur
2. Posisis domba istirahat atau tenang
3. Dijepitkan bagian leher domba untuk memudahkan dalam pengukuran
4. Untuk respirasi domba, didekatkan punggung telapak tangan pada hidung
domba
5. Diamati kembang kempisnya perut ternak sehingga terasa hembusannya
6. Dilakukan selama 1 menit sebanyak 3 kali dan hasilnya dirata-rata
7. Domba diajak berjalan selama 5 menit
8. Ukur respirasi domba tersebut dengan mendekatkan punggung telapak
tangan pada hidung
9. Amati kembang kempisnya perut ternak sehingga terasa hembusannya
10. Dilakukan selama 1 menit sebanyak 3 kali dan hasilnya dirata-rata
3.2.2 Pulsus
1. Meraba domba pada bagian arteri dengan keempat ujung jari tangan di
pangkal paha bagian dalam
2. Dilakukan selama 1 menit sebanyak 3 kali dan hasilnya dirata-rata
3. Pengukuran dengan stetoskop pada daerah kostal (dada) sebelah kiri di
bawah tulang rusuk keempat
4. Mencari searah yang paling keras bunyinya
5. Frekuensi denyut jantung dihitung selama 1 menit sebanyak 3 kali dan
hasilnya dirata-rata
3.2.3 Temperatur rectal
1. Disiapkan termometer klinik
2. Skala termometer di nolkan dengan cara dikibas-kibaskan dengan hati-hati
Ujung termometer diberi pelicin (vaseline)
3. Kemudian termometer dimasukkan ke dalam rectum ± 1/3 bagian selama 5
menit, sebanyak 3 kali dan hasilnya dirata-rata
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Data Respirasi
1 2 3 Rata-rata
Tenang 70 64 68 67,3
Setelah Beraktivitas 75 73 70 72,67

Tabel 2. Denyut Nadi


1 2 3 Rata-rata
Tenang 80 69 73 74
Setelah Beraktivitas 86
83 87 88

Tabel 3. Denyut Jantung


1 2 3 Rata-rata
Tenang 64 65 67 64
Setelah Beraktivitas 70
70 72 68

Tabel 4. Temperatur Rectal


1 2 3 Rata-rata
Tenang 40°C 39°C 39°C 39,3°C
Setelah Beraktivitas 39,67°C
40°C 39°C 40°C

Tabel 5. Pengecekan Ulang dengan Thermometer Digital


Tenang
39,1°C

Setelah Beraktivitas
39,5°C
4.2 Pembahasan
4.2. 1 Respirasi
Indikasi terjadinya stres panas pada domba salah satunya dapat
dilihat melalui laju respirasi yang dihasilkan, selain melalui metode
perhitungan aliran gas oksigen yang dihirup oleh domba dengan
menggunakan chamber atau head box. Laju respirasi digunakan sebagai
indikator stres panas karena berhubungan dengan pengurangan gas CO2
pada jaringan tubuh dan masuknya O2 sebagai pembakaran pakan yang
akan menghasilkan panas. Hasil laju respirasi yang didapat kemudian
dibandingkan dengan laju respirasi normal yang umum pada domba
memiliki rata-rata 26-32 respirasi/menit.
Hasil penelitian menunjukkan laju respirasi ternak domba berada di
atas rata-rata frekuensi pernafasan normal ternak domba yaitu dalam
keadaan tenang 67,3 hembusan nafas/menit dan dalam keadaan setelah
beraktivitas 72,67 hembusan nafas/menit. Hal ini menujukkan bahwa hasil
yang diperoleh tidak sesuai dengan kisaran normal respirasi pada domba.
Faktor yang mempengaruhi respirasi dapat berasal dari hewan itu sendiri
mapupun lingkungan sekitar, misalnya aktivitas gerak, kenaikan suhu
lingkungan, kenaikan kelembaban, dan faktor stress pada ternak domba.
4.2. 2 Denyut nadi
Berdasarkan penelitian, diperoleh denyut nadi rata-rata 74
kali/menit dalam keadaan tenang, dan rata-rata 86 kali/menit dalam
keadaan setelah beraktivitas. Kisaran normal pulsus pada domba yaitu 60
sampai 120 kali/menit. Hal ini menunjukkan hasil yang diperoleh pada
domba sesuai dengan kisaran normal.
Faktor yang mempengaruhi pulsus adalah temepratur lingkungan,
pakan, aktivitas, latihan otot dan tidur. Dalam keadaan panas, frekuensi
pulsus meningkat karena temperatur berfungsi untuk mempercepat
pemompaan darah ke permukaan tubuh kemudian akan terjadinya
pembebasan energi (Ganon, 2003)
4.2. 3 Denyut jantung
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata denyut jantung
pada domba pada saat tenang adalah 64 kali/menit, dan setelah beraktivitas
70 kali/menit. Kisaran normal denyut jantung pada domba yaitu 60 sampai
120 kali/menit. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kecepatan denyut
jantung pada saat domba tenang dan setelah beraktivitas sesuai dengan
kisaran normal.
Faktor yang mempengaruhi pulsus denyut jantung adalah umur
ternak, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas, pakan, suhu dan
kelembaban lingkungan sekitar. (Nurmi A, 2016)
4.2. 4 Temperatur rectal
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata temperature rectal
pada domba saat tenang adalah 39,3°C, kemudian pada saat setelah
beraktivitas adalah 39,67°C. Untuk kisaran normal temperatur rectal pada
domba adalah 38,5°C sampai 39°C. Hal ini menunjukkan bahwa ternak
domba dalam keadaan sehat karena domba termasuk hewan homoitherm
sehingga hanya terjadi perubahan suhu yang sedikit. Jika terjadi perubahan
suhu yang cukup jauh, kemungkinan besar keadaan domba sedang tidak
sehat. (Nurmi A, 2016)
4.2. 5 Pengecekan ulang dengan thermometer digital
Berdasarkan hasil penelitian, pengecekan ulang menggunakan
therometer digital perlu dilakukan agar dapat diperoleh hasil data yang
cukup akurat. Dari hasil yang diperoleh masing-masing domba pada saat
tentang bersuhu 39,1°C dan pada saat setelah beraktivitas bersuhu 39,5°C.
Hal ini menunjukkan bahwa proses menggunakan temperature rectal
dengan pengecekan ulang dengan thermometer digital memperoleh hasil
yang tidak jauh berbeda dan dalam keadaan suhu domba normal.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Status faali yang dimaksud adalah proses penelitian untuk mengetahui
data-data fisiologis yang meliputi temperatur rectal, pulsus dan respirasi pada
hewan ternak salah satunya yaitu ternak domba. Faktor-faktor yang
mempengaruhi status faali yaitu suhu lingkungan, aktivitas probandus (ternak
domba), umur, jenis kelamin, kelembaban udara dan pakan.
Upaya perlakuan status faali terhadap ternak yaitu dilakukan dengan
bertujuan agar mempermudah para peternak untuk mengetahui secara dini tentang
kelainan atau penyakit pada ternak dengan cara pemeriksaan status faali agar
mencegah terjadinya kelainan dan penanggulannya akan semakin mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Isnaeni, wiwi. 2019. Fisiologi Hewan Edisi Revisi. Daerah istimewa yogyakarta:
PT kanisius anggota IKAPI (ikatan penerbit indonesia)
Sonjaya, Herry. 2013. Dasar fisiologi Ternak. Bogor: IPB Press Kampus
IPB Taman Kencana.
Nurmi, A. (2016). Respons Fisiologis Domba Lokal Dengan Perbedaan Waktu
Pemberian Pakan Dan Panjang Pemotongan Bulu. Jurnal eksakta, vol. 6,
Hal 60.
Santos Gonzaga A.C., Yamin M., Priyanto R., & Maheshwari H. (2019). Respon
Fisiologi Domba Pada Sistem Pemeliharaan Dan Pemberian Jenis
Konsentrat Berbeda. Jurnal ilmu produksi dan teknologi hasil peternakan,
vol. 07, Hal 1-9.

CATATAN :
1. Margin atas, kiri 4 cm, bawah kanan 3 cm
2. Font times new roman 12, kecuali cover
3. Spasi 1,5, rata kanan kiri/Justify
4. Ukuran kertas A4
5. Save as Word 97-2003 Doc

Anda mungkin juga menyukai