FISIOLOGI TERNAK
Disusun Oleh :
Setelah Beraktivitas
39,5°C
4.2 Pembahasan
4.2. 1 Respirasi
Indikasi terjadinya stres panas pada domba salah satunya dapat
dilihat melalui laju respirasi yang dihasilkan, selain melalui metode
perhitungan aliran gas oksigen yang dihirup oleh domba dengan
menggunakan chamber atau head box. Laju respirasi digunakan sebagai
indikator stres panas karena berhubungan dengan pengurangan gas CO2
pada jaringan tubuh dan masuknya O2 sebagai pembakaran pakan yang
akan menghasilkan panas. Hasil laju respirasi yang didapat kemudian
dibandingkan dengan laju respirasi normal yang umum pada domba
memiliki rata-rata 26-32 respirasi/menit.
Hasil penelitian menunjukkan laju respirasi ternak domba berada di
atas rata-rata frekuensi pernafasan normal ternak domba yaitu dalam
keadaan tenang 67,3 hembusan nafas/menit dan dalam keadaan setelah
beraktivitas 72,67 hembusan nafas/menit. Hal ini menujukkan bahwa hasil
yang diperoleh tidak sesuai dengan kisaran normal respirasi pada domba.
Faktor yang mempengaruhi respirasi dapat berasal dari hewan itu sendiri
mapupun lingkungan sekitar, misalnya aktivitas gerak, kenaikan suhu
lingkungan, kenaikan kelembaban, dan faktor stress pada ternak domba.
4.2. 2 Denyut nadi
Berdasarkan penelitian, diperoleh denyut nadi rata-rata 74
kali/menit dalam keadaan tenang, dan rata-rata 86 kali/menit dalam
keadaan setelah beraktivitas. Kisaran normal pulsus pada domba yaitu 60
sampai 120 kali/menit. Hal ini menunjukkan hasil yang diperoleh pada
domba sesuai dengan kisaran normal.
Faktor yang mempengaruhi pulsus adalah temepratur lingkungan,
pakan, aktivitas, latihan otot dan tidur. Dalam keadaan panas, frekuensi
pulsus meningkat karena temperatur berfungsi untuk mempercepat
pemompaan darah ke permukaan tubuh kemudian akan terjadinya
pembebasan energi (Ganon, 2003)
4.2. 3 Denyut jantung
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata denyut jantung
pada domba pada saat tenang adalah 64 kali/menit, dan setelah beraktivitas
70 kali/menit. Kisaran normal denyut jantung pada domba yaitu 60 sampai
120 kali/menit. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kecepatan denyut
jantung pada saat domba tenang dan setelah beraktivitas sesuai dengan
kisaran normal.
Faktor yang mempengaruhi pulsus denyut jantung adalah umur
ternak, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas, pakan, suhu dan
kelembaban lingkungan sekitar. (Nurmi A, 2016)
4.2. 4 Temperatur rectal
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata temperature rectal
pada domba saat tenang adalah 39,3°C, kemudian pada saat setelah
beraktivitas adalah 39,67°C. Untuk kisaran normal temperatur rectal pada
domba adalah 38,5°C sampai 39°C. Hal ini menunjukkan bahwa ternak
domba dalam keadaan sehat karena domba termasuk hewan homoitherm
sehingga hanya terjadi perubahan suhu yang sedikit. Jika terjadi perubahan
suhu yang cukup jauh, kemungkinan besar keadaan domba sedang tidak
sehat. (Nurmi A, 2016)
4.2. 5 Pengecekan ulang dengan thermometer digital
Berdasarkan hasil penelitian, pengecekan ulang menggunakan
therometer digital perlu dilakukan agar dapat diperoleh hasil data yang
cukup akurat. Dari hasil yang diperoleh masing-masing domba pada saat
tentang bersuhu 39,1°C dan pada saat setelah beraktivitas bersuhu 39,5°C.
Hal ini menunjukkan bahwa proses menggunakan temperature rectal
dengan pengecekan ulang dengan thermometer digital memperoleh hasil
yang tidak jauh berbeda dan dalam keadaan suhu domba normal.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Status faali yang dimaksud adalah proses penelitian untuk mengetahui
data-data fisiologis yang meliputi temperatur rectal, pulsus dan respirasi pada
hewan ternak salah satunya yaitu ternak domba. Faktor-faktor yang
mempengaruhi status faali yaitu suhu lingkungan, aktivitas probandus (ternak
domba), umur, jenis kelamin, kelembaban udara dan pakan.
Upaya perlakuan status faali terhadap ternak yaitu dilakukan dengan
bertujuan agar mempermudah para peternak untuk mengetahui secara dini tentang
kelainan atau penyakit pada ternak dengan cara pemeriksaan status faali agar
mencegah terjadinya kelainan dan penanggulannya akan semakin mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Isnaeni, wiwi. 2019. Fisiologi Hewan Edisi Revisi. Daerah istimewa yogyakarta:
PT kanisius anggota IKAPI (ikatan penerbit indonesia)
Sonjaya, Herry. 2013. Dasar fisiologi Ternak. Bogor: IPB Press Kampus
IPB Taman Kencana.
Nurmi, A. (2016). Respons Fisiologis Domba Lokal Dengan Perbedaan Waktu
Pemberian Pakan Dan Panjang Pemotongan Bulu. Jurnal eksakta, vol. 6,
Hal 60.
Santos Gonzaga A.C., Yamin M., Priyanto R., & Maheshwari H. (2019). Respon
Fisiologi Domba Pada Sistem Pemeliharaan Dan Pemberian Jenis
Konsentrat Berbeda. Jurnal ilmu produksi dan teknologi hasil peternakan,
vol. 07, Hal 1-9.
CATATAN :
1. Margin atas, kiri 4 cm, bawah kanan 3 cm
2. Font times new roman 12, kecuali cover
3. Spasi 1,5, rata kanan kiri/Justify
4. Ukuran kertas A4
5. Save as Word 97-2003 Doc