Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TIPOLOGI USAHA PETERNAKAN


Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Perkuliahan
Pengelolahan Usaha Peternakan
yang di bina oleh Dosen Musdalifa Mansur., S.Pt., M.Pt

Disusun : Kelompok 1
Nama Nim
Muh Shapri 0910580620006
Dewi Baharuddin 0910580620021
Muh Yusran Sukri 0910580620016

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDENRENG RAPPANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penyusun panjatkan kepada Allah S.W.T, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan karunianya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah Analisis Laporan Keuangan dengan judul “Tipologi
Usaha Peternakan”.
Makalah ini disusun atas dasar untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengelolahan Usaha Peternakan. Tidak lupa penyusun mengucapkan banyak-
banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu dan memberikan
bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dalam kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, Penyusun mohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya
bagi para pembaca.

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................1

B. Tujuan Penulisan...............................................................................................1

C. Rumusan Masalah.............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................2

A. Tipologi Usaha Peternakan...............................................................................2

B. Perbedaan Antara Usaha Peternakan Rakyat dan Usaha Peternakan


Komersial..........................................................................................................3

BAB III PENUTUP.....................................................................................................7

A. Kesimpulan.......................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lebih dari 90% pasokan daging sapi lokal berasal dari peternakan rakyat yang
kurang efisien, sehingga pertumbuhan produksi daging sapi lokal belum dapat
memenuhi permintaan nasional. Harga daging sapi impor lebih rendah
dibandingkan daging lokal, sehingga di tingkat peternak terjadi penyesuaian harga
yang merugikan. Naskah ini mendiskripsikan gagasan yang dapat
memformulasikan strategi alternatif untuk membangun industri peternakan sapi
potong rakyat. Strategi yang diperlukan untuk membangun industri peternakan
sapi potong rakyat, diantaranya adalah (1) Pengadaan fasilitas pasar peternakan
guna memudahkan akses untuk mendapatkan sarana produksi; (2) Ketersediaan
teknologi yang dapat diterapkan peternak dan memberikan perbaikan
kesejahtaraan melalui peningkatan produktivitasnya; (3) Menciptakan pasar
produk ternak yang menguntungkan bagi peternak; dan (4) Terbentuknya
subsistem lembaga pembiayaan tingkat perdesaan untuk mendanaipeningkatan
produksi dan produktivitas usaha. Perlu adanya keterkaitan secara bersinergi
diantara strategi tersebut disertai dukungan kebijakan pemerintah yang
operasional.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :

1. Mengetahui tingkatan usaha dari berbagai macam tipologi usaha peternakan.

2. Mengetahui perbedaan antara usaha peternakan rakyat dan usaha peternakan


komersial
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai
berikut :

1. Bagaimana system dalam skala usaha peternakan rakyat.

2. Bagaimana system dalam skala Usaha peternakan komersial.

1
BAB II
ISI
A. Tipologi Usaha Peternakan di Indonesia
Menurut Soehadji (1992), tipologi usaha peternakan berdasarkan skala
usaha dan tingkat pendapatan peternakan dpt diklassifikasikan menjadi 4
kelompok usaha :

1) Peternakan sebagai usaha sampingan (Side Job) yaitu petani yg


mengusahakan berbagai macam komoditi pertanian terutama tanaman
pangan, dimana ternak sebagai usaha sambilan untuk mencukupi kebutuhan
sendiri dgn tingkat pendapatan dari ternak kurang dari 30%.

2) Peternakan sebagai cabang usaha Petani peternak yg mengusahakan


pertanian campuran (Mixed farming) dgn ternak sebagai cabang usaha tani
dgn tingkat pendapatan dari budidaya peternakannya 30-70% (Semi
komersial atau usaha terpadu).

3) Peternakan sebagai usaha pokok peternak mengusahakan ternak sebagai


usaha pokok dan komoditi pertanian lainnya sebagai usaha sambilan (Single
commodity) dgn tingkat pendapatan dari ternak sekitar 70%-100%.

4) Peternakan sebagai usaha Industri Peternak sebagai usaha industri,


mengusahakan komoditas ternak secara khusus (Specialized farming) dgn
tingkat pendapatan 100% dari usaha peternakan (komoditi pilihan)
TIPOLOGI USAHA PETERNAKAN
No Typologi Usaha Pendapatan Pilihan komoditi
1 Sambilan/sampingan (side 30% Sbg pendukung
job) pertanian
2 Cabang Usaha 30-70% Campuran
3 Usaha Pokok 70-100% Tunggal
4 Industri 100% Pilihan

2
B. PERBEDAAN USAHA PETERNAKAN RAKYAT DAN USAHA
PETERNAKAN KOMERSIL
Usaha peternakan rakyat adalah usaha yang dilakukan oleh rakyat antara
lainpetani disamping usaha taninya.Perusahaan peternakan yaitu peternakan yang
di selenggarakan dalam bentuk suatu perusahaan secara komersial dan
mempunyai izin usaha.
Usaha peternakan rakyat mencirikan sebagai tipe usaha peternakan di pedesaan.
Beberapa ciri umum tipe usaha ini :

1. Rendahnya tingkat ketrampilan

2. Kecilnya modal usaha

3. Belum di gunakannya bibit –bibit unggul

4. Kecilnya jumlah ternak produktif

5. Cara penggunaan ransum yang belum sempurna.

1. Usaha Peternakan Rakyat


Usaha ini diwakili oleh petani-petani dengan lahan sempit yang
mempunyai 1-2 ekor ternak, baik ternak ruminansia besar,kecil bahkan ayam
kampung. Keluarga petani yang bergerak dalam usaha ini diperkirakan terdiri atas
37.836.000 rumah tangga dengan populasi ternak sebesar :

a. ± 7 juta ekor sapi potong

b. ± 3 juta ekor kerbau

c. ± 11 juta ekor kambing dan domba

d. ± 140 ekor ayam kampung


Usaha peternakan nasional hingga saat ini masih didominasi usaha
peternakan rakyat. Jumlahnya mencapai lebih dari 95 persen dari jumlah
keseluruhan peternak di Indonesia. Tipe usaha ini tidak mengalami kemajuan
pesat, karena perkembangannya sangat dipengaruhi oleh daya dukung wilayah

3
dan terbatasnya modal dan pemakaian teknologi. Cara ini dapat digambarkan
hanya merupakan usaha sambilan, memanfaatkan by produk pertanian dan sangat
berguna untuk saving keluarga. Dari tipe usaha ini tentu telah ada yang
berkembang ke arah usaha semi intensif.
Usaha peternakan rakyat atau small farmers merupakan usaha peternakan
yang melaksanakan biosekuriti secara terbatas, karena masalah biaya sedangkan
perkandangan terbuka, sehingga terjadi hubungan dengan ternak liar.
Secara terperinci ciri-ciri system peternakan rakyat adalah :

a. Manajemen intensif yang rendah

b. Modal yang sangat rendah

c. Produknya adalah pengan dengan ketergantungan pada pasar output dan


input pada jasa pelayanan.
Salah satu upaya yang mungkin dapat dilakukan untuk menjaga
kesinambungan usaha peternakan rakyat, adalah melalui sentuhan perbaikan
sistem pemasaran ternak. potong, yang paling tidak dapat dilakukan 2
pendekatan :

a. Peternak sapi dan kerbau rakyat mendirikan wadah dan bersatu didalamnya
untuk menggalang sumber daya yang dimiliki untuk diarahkan pada
keberlangsungan peternakan rakyat dibidang usaha ternak potong secara
agribisnis, dengan pengertian peternak melalui wadah dimaksud mampu
mengendalikan kegiatan hulu sampai dengan hilir sub sistem agribisnis
usaha ternak potong yang tentunya pemasaran termasuk didalamnya.

b. Pemerintah atau pengusaha yang peduli terhadap pembangunan peternakan


rakyat mempelopori pendirian usaha pembelian ternak rakyat secara
langsung, menjamin pembelian dengan harga memadai, memiliki cabang-
cabang pada sentra pengembangan ternak potong, tanpa perantara, dan
menggunakan cara penentuan harga per ekor ternak berdasarkan timbangan
berat hidup ternak. Selanjutnya jikayang menjadi pelopor tersebut adalah
pemerintah dan usaha dimaksud telah berjalan lancar dan menguntungkan,
dapat dijual ke pihak swasta melalui kebijakan privatisasi.

4
Peternak dengan peluang perolehan yang tinggi akan bergairah dalam
pengembangan usahanya dan selanjutnya akan muncul pendatang baru sebagai
investor untuk menanamkan modalnya dalam usaha pengembangan ternak potong
tersebut. Argumentasi penguat dapat ditinjau dari realitas dan keunggulan
usahatani skala kecil. Pertama, usaha pertanian tidak pernah akan lenyap selama
manusia masih perlu makan. Kedua, kenyataan bahwa kepemilikan faktor
produksi (lahan, modal) petani kita sangat sempit dan terbatas. Ketiga, sebagian
besar penduduk masih bergantung pada sektor pertanian di pedesaan. Keempat,
kontribusi pertaniansangat besar dalam menunjang sector industry hulu dan hilir
serta jasa pertanian, baik dalam kontribusi komoditi pertanian,pendapatan, pasar
maupun penyerapan tenaga kerja. Kelima,program-program dalam skala kecil
lebih memungkinkan adanya partisipasi, lebih mudah disesuaikan, serta lebih peka
menjawab kebutuhan petani. Keenam, program kecil membutuhkan teknologi
sederhana yang disesuaikan dengan kemampuan pelakupelakunya. Terakhir,
program-program skala kecil memberi ruang yang besar bagi partisipasi dan
kemandirian demi pencapaian masyarakat yang bebas, demokratis dan berkeadian
sosial.

2. Usaha Peternakan Komersil


Merupakan usaha yang benar-benar telah menerapkan prinsip-prinsip
ekonomi,antara lain usaha dengan tujuan untuk profit maksimal. Dalam usaha ini
profit adalah motivasinya yang diproyeksikan kepada pasar-pasar yang ada.
Sistem perusahaan Peternakan Komersial (SPPK) memiliki ciri-ciri :

a. Melaksanakan sekuriti relative intensif

b. Modal relative tinggi

c. Manajemen sekuriti relatuf moderat sampai tinggi

d. Produknya merupakan pangan dengan input tergantung pada Sistem Industri


Peternakan Terintegrasi atau impor
Usaha komersial dalam bidang peternakan dapat bermacam-macam, misalnya :

a. Usaha pembibitan

5
b. Usaha makanan ternak

c. Usaha penggemukan (feed lot)

d. Usaha ranch, dan lain-lainya


Sebagai gambaran jumlah usaha peternakan yang bergerak dalam tipe komersial
antara lain :

a. 7 usaha peternak pembibitan ayam tipe GPS (Grant Parent Stock)

b. 61 buah usaha peternakan pembibitan type PS (Parent Stock)

c. 97 Buah pabrik makanan ternak dengan kapasitas dari 1 ton/jam sampai 60


ton/jam

d. 3 jumlah feedlot

e. 45 jumlah ranch sapi potong


Usaha peternakan komersial umumnya dilakukan oleh peternak yang
memiliki modal besar serta menerapkan teknologi modern. Disamping itu usaha
peternakan komersial telah melakukan pemeliharaan dalam ruangan tertutup dan
menerapkan biosekuriti secara moderat. Seperti usaha lainnya, usaha
peternakandapat juga dikelola secara industry.
Beberapa jenis ternak yang sudah dikelola secara industi antara lain ayam
ras, sapi potong, dan sapi perah. Usaha ternak secara industry sudah berbadan
hukum. Usaha peternakan skala besar seyogyanya berbadan hukum karena
melibatkan banyak pihak yang terdiri dari pemilik modal dan pekerja. Beberapa
bentuk badan hukum yang dapat dipilih antara lain yayasan, koperasi, CV, atau
perseroan terbatas.
Tingkat pendapatan yang diperoleh dari usaha ini mencapai 100%. Contoh
usaha yang dikelola secara industry adalah adalah peter nakan sapi perah. Namun
demikian, usaha ini dikelola oleh peternak di bawah gabungan Koperasi Susu
Indonesia.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian dari penjelasan tentang tipologi usaha peternakan dan
usaha peternakan rakyat serta usaha peternakan komersial terdapat banyak sekali
perbedaan dari mulai cara pemeliharaan ternak maupun pakan yang di berikan
untuk ternak nya. Selain itu dari segi kesehatan ternak sangatlah berbeda, satu di
pelihara di kandang biasa dan satu dipelihara dengan system kandang yang sangat
ketat dan ruangan tertutup.

7
DAFTAR PUSTAKA
Agus A. 2013. Pakan ternak secara mandiri. Yogyakarta (Indonesia): PT Citra Adi
Pratama.
Amir P, Knipscheer HC. 1989. Conducting on-farm animal research. Procedure &
economi analysis. Singapore (Singapore): Singapore National Printed Ltd.
BPS. 2013. Hasil sensus pertanian 2013. Jakarta (Indonesia): Badan Pusat
Statistik.
Direktorat Pangan dan Pertanian. 2011. Strategi dan kebijakan dalam percepatan
pencapaian swasembada daging sapi 2014 (suatu penelaahan konkrit). Info
Kaji Bappenas. 8:70-77.
Ditjen PKH. 2013. Statistik peternakan dan kesehatan hewan 2013. Jakarta
(Indonesia): Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Ekowati T, Darwanto DH, Nurtini S, Suryantini A. 2011. The analysis of beef
cattle subsystem agribusiness implementation in Central Java Province,
Indonesia. JITAA. 36:281-289.
Ginting SP. 2012. Prospek penerapan teknologi proses pakan berbasis hasil
samping industri perkebunan pada ruminansia kecil. Wartazoa. 22:53-64.
Maart-Noelck SC, Musshoff O. 2013. Investing today or tomorrow? An
experimental approach to farmers’ decision behaviour. JAE. 64:295-318.
Mahendra AVH, Arifin Z, Abdillah Y. 2014. Analisis dampak kebijakan
pembatasan kuota impor sapi terhadap kinerja perusahaan (studi kasus pada
PT
Great Giant Livestock (GGLC), Lampung Tengah- Lampung). J Admisnistrasi
Bisnis. 13:1-8.
Mayulu H, Sunarso, Sutrisno CI, Sumarsono. 2010. Kebijakan pengembangan
peternakan sapi potong di Indonesia. J Litbang Pertanian. 29:34-41.
Penson JB, Capps O, Rosson CP. 2005. Introduction to agricultural economic. 3rd
ed. Upper Saddle River (US): Prentice Hall.
Prawiradiputra BR. 2011. Tanaman pakan untuk menunjang rehabilitasi
peternakan di lereng Gunung Merapi. Wartazoa. 21:171-178.

8
Prawirodigdo S, Utomo B. 2011. Inovasi teknologi dekomposisi limbah organik
dalam penyediaan pakan. Wartazoa. 21:60-71.
Purba HJ, Hadi PU. 2012. Dinamika dan kebijakan pemasaran produk ternak sapi
potong di Indonesia Timur. Anal Kebijakan Pertanian. 10:361-373.
Riani NZ. 2011. Kecenderungan konsumsi marginal di kalangan masyarakat
Indonesia. J Tingkap. 7:189- 199.
Rizov M, Pokrivcak J, Ciaian P. 2013. Common agricultural policy (CAP)
subsidies and productivity of the EU farms. JAE. 64:537-557.
Rouf AA, Daryanto A, Fariyanti A. 2014. Daya saing usaha sapi potong di
Indonesia: Pendekatan domestic resources cost. Wartazoa. 24:97-107.
Stür W, Khanh TT, Duncan A. 2013. Transformation of smallholder beef cattle
production in Vietnam. Int J Agric Sust. 11:363-381.
Suswono. 2012. Blue print program swasembada daging sapi dan kerbau
(PSDSK) 2014. Edisi revisi. Jakarta (Indonesia): Kementerian Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai