Anda di halaman 1dari 42

KATA PENGANTAR

Tiada kata layak penulis ucapkan selain puji syukur kehadirat Allah
SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis
dapat selesaikan laporan Kerja Lapang Agribisnis.
Dalam penulisan laporan ini bahkan tidak jarang penulis
menemukan kesulitan-kesulitan mendasar, hal ini disebabkan kurangnya
buku referensi. Akan tetapi, berkat motivasi dan dukungan dari berbagai
pihak, kesulitan-kesulitan itu akhirnya bisa diatasi.
Meskipun demikian penulis menyadari bahwa laporan ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu demi kesempurnaan laporan ini
penulis sangat mengharapkan masukan yang bersifat membangun.
Harapan penulis, mudah-mudahan laporan ini bermanfaat bagi semua.

Makassar, Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...............................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................iii
I. PENDAHULUAN.............................................................................1
I.1 Latar Belakang..........................................................................
I.2 Rumusan Masalah....................................................................
I.3 Tujuan Praktik Lapang..............................................................
II. KONDISI AGRIBISNIS SELADA.....................................................
II.1 Selada.......................................................................................
II.2 Subsistem Agribisnis.................................................................
III. STUDI KASUS.................................................................................
III.1Subsistem Hulu.........................................................................
III.2Subsistem Usahatani (On Farm)..............................................
III.3Subsistem Pengolahan.............................................................
III.4Subsistem Pemasaran..............................................................
III.5Subsistem Pendukung..............................................................
III.6Membangun Sistem Agribisnis.................................................
III.7Refleksi Agribisnis Selada.........................................................
IV. PENUTUP.......................................................................................
IV.1..................................................................................................Kes
impulan......................................................................................
IV.2..................................................................................................Sar
an...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar
penduduknya bekerja pada sektor pertanian dan
perkebunan.Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang
memiliki peranan penting dalam struktur pembangunan
perekonomian nasional. Banyak sedikitnya jumlah petani di
berbagai bidang usaha pertanian tentu saja akan mempengaruhi
pendapatan nasional, oleh sebab itu pengembangan usaha
pertanian sangat diharapkan guna meningkatkan pendapatan
petani untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehingga
secara otomatis akan meningkatkan perekonomian negara.
Indonesia terkenal dengan hasil pertaniannya, seperti padi, jagung,
kedelai, singkong dan aneka tanaman hortikultura lainnya dan juga
tanaman perkebunan seperti kopi, kelapa sawit, dan lain
sebagainya. Singkong merupakan salah satu hasil komoditi
pertanian yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara
tanaman pertanian lainnya dan juga berperan penting sebagai
sumber devisa negara.
Tanaman singkong di Indonesia tumbuh dan berproduksi di
dataran rendah sampai dataran tinggi, yakni antara 10 m – 1.500
mdpl.Daerah yang paling ideal untuk mendapatkan produksi yang
optimal adalah daerah dataran rendah yang berketinggian antara
10 m- 700 mdpl.Tanaman singkong membutuhkan kondisi iklim
panas dan lembab. Kondisi iklim yang ideal adalah daerah daerah
yang bersuhu minimum 10ºC, kelembaban udara (rH) 60% - 65%
dengan curah hujan 700 mm – 1.500 mm pertahun. Hampir semua
jenis tanah pertanian cocok ditanami singkong karena tanaman ini
toleran terhadap berbagai jenis dan tipe tanah.Jenis tanah yang
paling ideal adalah jenis alluvial, latosol, podsolik merah kuning,
mediteran, grumosol, dan andosol.Di Pulau Jawa hampir di Semua
provinsi terdapat penanaman singkong. Di luar Jawa, daerah

1
sentrum produksi singkong terdapat antara lain di provinsi
Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Jambi, NTT,
Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan
Maluku.
Kondisi alam dan kesesuaian lahan akan berpengaruh
terhadap banyak sedikitnya produksi singkong yang dihasilkan,
namun untuk menghasilkan produksi yang memuaskan akan lebih
baik jika dilakukan pemeliharaan ketika singkong telah ditanam.
Pemeliharaan singkong pada umumnya meliputi penyulaman,
pemberian pupuk, penyiangan dan pembumbunan, dan juga
pembuangan tunas. Pemeliharaan 3 singkong yang dilakukan akan
mempengauhi kualitas tanaman maupun singkong yang akan
dihasilkan. Singkong merupakan Produk Pertanian yang cocok
untuk di jadikan unit bisnis karena manfaat yang di peroleh komoditi
tersebut cukup banyak dan bermanfaat melihat pangsa pasar yang
cukup menggiurkan atas bahan baku singkong. Singkong ( Manihot
esculenta) yang di kenal juga Ktela pohon atau Umbi kayu, adalah
pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga
Euphorbiaceae. Umbinya di kenal luas sebagai makanan pokok
penghasil Karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.Sejalan
dengan permintaan pasar yang terus meningkat, maka beberapa
singkong dibudidayakan di Indonesia
Sebenarnya, prospek pengembangan usaha singkong di
Indonesia cukup menjanjikan. Dalam beberapa tahun terakhir,
minat masyarakat dalam mengonsumsi singkong juga semakin
meningkat dan terus meningkat dari tahun ke tahun . Hal ini
dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin
memilih gaya hidup sehat secara vegetarian. Dari segi bisnis,
usaha singkong sangat menguntungkan.Hal ini disebabkan waktu
panen singkong yangrelatif singkat yakni 1 – 5 bulan. Peluang
pasar singkong tidak terbatas pada singkong segar saja, tetapi

2
meliputi produk olahan seperti singkong siap saji, kripik singkong,
dan lain sebagainya.
Industri rumah tangga adalah kegiatan ekonomi yang
berlangsung di sekitar rumah (home-base-production).Pekerjaan ini
dapat memberi peluang kerja bagi diri sendiri dan anggota keluarga
tanpa harus keluar jauh.semakin banyak anggota keluarga yang
terlibat, semakin besar pula penghasilan yang
diperoleh.Pertimbangan industri rumah tangga di beberapa tempat
bisa dikatakan sebagai penjabaran kebijakan industri nasional dan
kebijakan daerah yang dituangkan ke dalam program
pembangunan dan dilaksanakan sesuai visi dan misi
pengembangan sektor industri yang disesuaikan dengan kondisi
dan potensi daerah.
Berdasarkan hal diatas maka perlu dilakukan praktik lapang
untuk menganalisis lebih mendalam para pelaku agribisnis
singkong untuk mengetahui bagaimana kegiatan usaha yang
dilakukan dan perkembangan usaha agribisnis singkongnya serta
bagaimana pengaruhnya bagi pendapatan para pelaku untuk
dijadikan sebagai acuan apabila akan menjalankan usahatani
agribisnis singkong yang labih baik.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaku agribisnis subsistem hulu dalam menjalankan
usahanya?
2. Bagaimana pelaku agribisnis subsistem usahatani (onfarm) dalam
menjalankan usahanya ?
3. Bagaimana pelaku agribisnis subsistem pengolahan dalam
menjalankan usahanya ?
4. Bagaimana pelaku agribisnis subsistem pemasaran dalam
menjalankan usahanya?
5. Bagaimana pelaku agribisnis subsistem pendukung (lembaga) dalam
menjalankan usahanya ?

3
6. Bagaimana refleksi atau pembelajaran yang diterima dari para
pelaku subsistem agribisnis ?
I.3 Tujuan Praktik Lapang
1. Untuk mengetahui kegiatan usaha yang dilakukan oleh pelaku
subsistem hulu.
2. Untuk mengetahui kegiatan usaha yang dilakukan oleh pelaku
subsistem usahatani (onfarm).
3. Untuk mengetahui kegiatan usaha yang dilakukan oleh pelaku
subsistem pengolahan.
4. Untuk mengetahui kegiatan usaha yang dilakukan oleh pelaku
subsistem pemasaran.
5. Untuk mengetahui kegiatan usaha yang dilakukan oleh pelaku
subsistem pendukung (lembaga)
6. Untuk memperoleh pembelajaran (refleksi) dari para pelaku
agribisnis singkong.

4
II. KONDISI AGRIBISNIS SINGKONG

II.1 Selada
Selada dapat dipanen setelah berumur 2 bulan (Edi dan Bobihoe,
2010) dan dapat dibudidayakan di dataran tinggi maupun dataran
rendah. Selada tumbuh optimum pada suhu udara antara 15 –200C.
Namun, tumbuh baik pada dataran tinggi dan lembab (Rubatzky dan
Yamaguci, 1998). Awal pengolahan tanah pada penanaman selada
memerlukan pupuk kandang sekitar 10 –15 ton/ha (Rukmana, 2007)
dengan rekomendasi pada tanaman selada membutuhkan pupuk N setara
200 kg N ha-1, P2O5 Setara 100 kg ha -1, dan K 2O setara 100 kg ha -1
(Liu, dkk., 2014).
Kedudukan selada dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom: Plantae
Super Divisi: Spermathophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Asterales
Famili: Asteraceae
Genus: Lactuca
Species : Lactuca sativa L (Saparinto, 2013).
Menurut Cahyono, (2014) selada yang dibudidayakan dan
dikembangkan saat ini memiliki banyak varietas diantaranya yaitu :
a. Selada kepala atau selada telur (Head lettuce) Selada yang
memiliki ciri-ciri membentuk krop yaitu daun-daun saling
merapat membentuk bulatan menyerupai kepala.
b. Selada rapuh (Cos lettuce dan Romaine lettuce) Selada yang
memiliki ciri-ciri membentuk krop seperti tipe selada kepala.
Tetapi krop pada tipe selada rapuh berbentuk lonjong dengan
pertumbuhan meninggi, daunnya lebih tegak, dan kropnya
berukuran besar dan kurang padat.

5
c. Selada daun (cutting lettuce atau leaf lettuce) Selada yang
memiliki ciri-ciri daun selada lepas, berombak dan tidak
membentuk krop, daunnya halus dan renyah. Biasanya
tipe selada ini lebih enak dikonsumsi dalam keadaan mentah.
d. Selada batang (Asparagus lettuce atau stem lettuce) Selada
yang memiliki ciri-ciri tidak membentuk krop, daun
berukuran besar, bulat panjang, tangkai daun lebar dan
berwarna hijau tua serta memiliki tulang daun menyirip.
Selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut.
Akar serabut menempel pada batang dan tumbuh menyebar ke
semua arah pada kedalaman 20-50 cm atau lebih. Daun selada
memiliki bentuk, ukuran dan warna yang beragam tergantung
varietasnya. Tinggi tanaman selada daun berkisar antara 30-40 cm
dan tinggi tanaman selada kepala berkisar antara 20-30 cm
(Saparinto, 2013).

II.2 Subsistem Agribisnis


Secara konsepsional Sistem Agribisnis adalah semua aktivitas
mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai
kepada pemasaran produk- produk yang dihasilkan oleh usaha tani
dan agroindustri yang saling terkait satu sama lain. Sistem
agribisnis merupakan suatu konsep yang menempatkan kegiatan
pertanian sebagai suatu kegiatan yang utuh dan komprehensif
sekaligus sebagai suatu konsep yang dapat menelaah dan
menjawab berbagai masalah dan tantangan (Eka Agustina).
Sistem Agribisnis merupakan suatu system yang terdiri dari
beberapa subsistem, diantaranya :
1. Sub sistem agribisnis hulu (upstream agribusiness) (off-farm)
Kegiatan ekonomi yang menyediakan sarana produksi bagi
pertanian, seperti industri dan perdagangan agrokimia (pupuk,
pestisida, dll), industri agrootomotif (mesin dan peralatan), dan
industri benih/bibit.
Contoh:

6
 Industri pembibitan tumbuhan dan hewan,
 Industri agrokimia (pupuk,pestisida,obatobatan),
 Industri agro otomotif (mesin dan peralatan pertanian) seta
industri pendukungnya.
2. Sub sistem produksi/usaha tani (on-farm agribusiness)
Kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang
dihasilkan oleh subsistem agribisnis hulu untuk menghasilkan produk
pertanian primer.Termasuk ke dalam subsistem usaha tani ini adalah
usaha tanaman pangan, usaha tanaman hortikultura, usaha tanaman
obat-obatan, usaha perkebunan, usaha perikanan, usaha
peternakan, dan kehutanan.
Contoh :
 Usaha tanaman pangan dan holtikultura
 Perkebunan
 Tanaman Obat 19
 Peternakan
 Perikanan
 Kehutanan
3. Sub sistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness) (off-farm)
Berupa kegiatan ekonomi yang mengolah produk pertanian primer
menjadi produk olahan, baik produk awal maupun produk akhir,
beserta kegiatan perdagangan di pasar domestik maupun di pasar
internasional. Kegiatan ekonomi yang termasuk dalam subsistem
agibisnis hilir ini antara lain adalah industri pengolahan makanan,
industri pengolahan minuman, industri pengolahan serat (kayu, kulit,
karet, sutera, jerami) industri jasa boga industri farmasi dan bahan
kecantikan, dan lain-lain beserta kegiatan perdagangannya.
Contoh:
 Produk makanan dan minuman
 Industri serat alam

 Industri biofarmaka

7
 Industri agro-wisata dan estetika

4. Subsistem lembaga penunjang (off-farm)


Seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis, seperti
lembaga keuangan, lembaga penelitian dan pengembangan,
lembaga transportasi, lembaga pendidikan, dan lembaga pemerintah
(kebijakan fiskal dan moneter, perdagangan internasional, kebijakan
tata-ruang, serta kebijakan lainnya).
Contoh :
 Distribusi 20
 Konsumsi
 Promosi
 Informasi pasar

8
III. STUDI KASUS

III.1 Subsistem Hulu


Subsistem hulu adalah kegiatan ekonomi yang menyediakan
sarana produksi bagi pertanian, seperti industri dan perdagangan
agrokimia (pupuk, pestisida, dll), industri agrootomotif (mesin dan
peralatan), dan industri benih/bibit.
III.1.1 Siapa aku
Biodata Informan :
Nama : Sumiati
Umur : 49 Tahun
Jumlah Tanggungan : 6 orang
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan Pokok : Pedagang Input pertanian
No. Hp, Email : 081355572456
Alamat : Kompleks Pasar Bu’rung Bu’rung
Patallassang Gowa
1. Masa dalam asuhan
Dimasa kanak-kanak ibu sumiati, beliau tinggal bersama
keluarganya di Patalassang Gowa, karena kedua orang tuanya
juga merupakan orang Gowa. Orang tua beliau merupakan
pedagang input juga, dengan demikian beliau sudah terbiasa
dengan kegiatan berdagang, beliau telah membantu orang tuanya
berdagang sejak masih kecil, sehingga jiwa untuk berwirausahanya
pun sudah ada dan tertanam dalam dirinya. Selain itu beliau
terbiasa ikut bersama orangtuanya ke toko tani yang ada di Jalan
Veteran untuk membeli barang-barang jualannya yang sudah
berkurang, sehingga beliau tahu toko-toko tani yang ada di
Makassar.Beliau juga diajarkan untuk melakukan kegiatan
berdagang dengan baik oleh orang tuanya, sehingga beliau bisa

9
mengembangkan usaha yang dirintisnya tersebut sampai sekarang.
Manfaat yang di dapatkan oleh ibu sumiati dengan masa dalam
asuhan yang telah beliau alami yaitu beliau lebih mandiri dan
pemikirannya sudah terbuka untuk mencari uang sendiri, akan
tetapi beliau saat itu masih sangat belia untuk mencari uang
sendiri, sehingga beliau hanya bisa membantu orang tuanya dalam
berdagang.
2. Masa dalam pendidikan
Dari TK Ibu Sumiati sudah belajar untuk mandiri, dengan
diajari oleh gurunya dengan kegiatan-kegiatan yang dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Setelah lulus
dari TK beliaupun kemudian melanjutkan sekolahnya di SD Inpres
Patallassang yang tidak jauh dari tempat tinggalnya tersebut.
Dalam menempuh pendidikannya semasa duduk di bangku SD
beliau seringkali mendapat juara di kelasnya, karena ketekunannya
dan juga kerja kerasnya dalam belajar sehingga beliau bisa
mendapatkan juara tersebut. Beliau akan di hukum oleh
orangtuanya apabila tidak mengerjakan tugasnya tersebut, dengan
demikian beliau di didik untuk menjadi disiplin. Setelah menempuh
pendidikannya di SD tersebut, beliau melanjutkan sekolahnya di
SMP Negeri 3 Patallassang yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan
rumahnya, di jenjang SMP tersebut kemudian beliau belajar
mengenai beberapa hal yang tingkat pegetahuannya lebih tinggi,
beliau sudah harus beradaptasi terhadap mata pelajaran yang
mulai dirasa rumit tersebut. Selanjutnya setelah lulus dari SMP,
beliaupun melanjutkan sekolahnya ke jenjang SMA Insan Cendekia
Syech Yusuf, sekolahnya tersebut memiliki jarak yang jauh dari
rumahnya. Dengan demikian beliau harus menempuh perjalanan
sejauh 6 KM, beliau ke sekolahnya tersebut menggunakan sepeda
motor miliknya yang di berikan orangtuanya karena orangtuanya
merasa beliau harus berangkat sekolah sendiri karena orangtuanya
tersebut sibuk untuk berjualan. Di SMA beliau memilih jurusan IPA,

10
dan di sekolah beliau cukup dikenal karena prestasi yang
dicapainya.Beliau mengatakan sangat dekat dengan guru
matematika dan juga guru biologinya, dan beliaupun sering
berkunjung kerumah gurunya tersebut ketika di panggil oleh
gurunya tersebut.Setelah lulus di SMA beliau memutuskan untuk
tidak melanjutkan sekolahnya dan berpikir untuk membantu kedua
orangtuanya dalam menjalankan usahanya tersebut, dan orang
tuanya pun menerima dan mendukung pilihannya tersebut.
3. Masa dalam Pencarian Nafkah
Masa dalam mencari nafkah Ibu Sumiati dapat dilihat dari
pekerjaannya, beliau memiliki pekerjaan utama sebagai pedagang
di pasar.Beliau merupakan seorang pedagang penyedia input
usahatani seperti pupuk, pestisida dan lain-lainnya. Beliau telah
menggeluti pekerjaan ini selama kurang lebih 12 tahun lamanya.
Sebelum menggeluti pekerjaannya sebagai pedagang input, Ibu
Sumiati juga merupakan seorang ibu rumah tangga yang memiliki 5
orang anak. Dan pada saat itu suami ibu Sumiati merupakan
seorang petani jagung dan padi yang sering membeli pupuk dan
juga pestisida di toko tani yang ada di Makassar.Waktu itu usia
beliau menginjak 36 tahun, beliau melihat masalah dan kendala
yang di alami oleh petani bahwa para petani mengambil input di
tempat yang sangat jauh. Akhirnya, dengan modal yang mencukupi
dan kemampuan serta pengalaman berdagang yang didapatkan
oleh ibu Sumiati dari orang tuanya, dengan jangka waktu yang
lama setelah membangun usahanya tersebut, beliau kini memiliki
pelanggan yang sangat banyak, khususnya petani yang berada di
daerah Gowa dan sekitarnya. Awalnya, beliau hanya menjual
pestisida, lama kelamaan produknya bertambah seperti pupuk,
paakan ternak, alat-alat pertanian seperti cangkul, dan juga
sangakar bagi hewan peliharaan. Adapun dalam menjalankan
usahanya tersebut beliau di bantu oleh suaminya dan juga anak-
anaknya yang tinggal bersamanya.

11
4. Masa Pembentukan Keluarga
Setelah selesai menempuh pendidikan SMA nya, Ibu Sumiati pun
menikah, beliau tidakmelanjutkan pendidikannya hingga
keperguruantinggikarenatelahdipinang oleh suaminya setelah lulus dari
SMA dan juga keputusannya memilih untuk membantu orangtuanya
dalam berusaha. Pada saat itu suami ibu sumiati bekerja sebagai petani.
Dalampernikahannya, merekadikaruniailima orang anak, diantaranya tiga
orang anaknya telah duduk dibangku kuliah, dankeduaanaknya yang lain
masing-masingmasihbersekolah di sekolahmenengahatas, dan
sekolahmenengahpertama. Karena suaminya yang bekerja sebagai petani
dan memiliki kendala dalam melakukan pengadaan input, maka beliau
bersama-sama dengan suaminya membangun usaha miliknya tersebut.
III.1.2 Deskripsi Usaha
1. Proses Pembentukan Usaha
Pada proses pembentukan usaha yaitu ibu Sumiati memulai
usahanya dari awal, usahanya terbentuk karena adanya kendala
yang dialami oleh suaminya yang terlalu jauh dalam membeli
sarana produksi di Jalan Veteran Makassar, sementara dirinya
tinggal di daerah Patallassang. Dengan demikian ibu Sumiati pun
berbekal pengalaman berdagang yang diperoleh dari orang tuanya
mendirikan usahanya tersebut bersama dengan suaminya dengan
modal sendiri yang dimilikinya.Beliau mendirikan usahanya di
daerah pasar pabu’rung-bu’rung.
2. Struktur sumberdaya
Struktur sumberdaya yang dimilikinya yaitu berupa, modal
dan tenaga kerja.Modal yang digunakan dalam mengelola usaha
yang dmilikinya yaitu berupa modal sendiri yang di kumpulkan
bersama dengan suaminya, dengan modal tersebutlah beliau
membeli berbagai macam produk pertanian seperti berbagai merek
pestisida dan juga alat pertanian serta pupuk.sedangkan untuk
sumberdaya berupa tenaga kerjanya yaitu beliau melakukan
usahanya di bantu dengan suaminya dan juga anaknya yang

12
apabila pulaang dari sekolah, jumlah keseluruhan sumberdaya
manusia yang dimilikinya yaitu 5 orang dengan dirinya sendiri.
3. Kegiatan dalam usaha
Adapun kegiatan yang di lakukan dalam usaha ibu sumiati tersebut
yaitu hanya dengan melakukan pengadaan produk yang akan di jualnya
serta penjualan produk input pertanian tersebut. Adapun dalam
melakukan penjualan pupuk, ibu Sumiati terkadang memberikan
pinjaaman kepada petani yang belum memiliki cukup modal untuk
membeli sarana produksi tersebut.

4. Kinerja Usaha
Kinerja usaha dari toko tani yang dimiliki oleh ibu Sumiati dapat di
katakan sangat bagus, karena dilihat dari penjualan produk pertanian
yang berbagai merek tersebut sangat laku, selain karena varian produk
yang lengkap, harga yang di jualkan juga sangat ekonomis, sehingga tidak
terlalu membebani petani dalam membeli sarana produksi tersebut, hasil
penjualannya selalu meningkat. Dari banyaknya toko tani yang ada di
pasar Pabu’rung-Bu’rung, toko tani Ibu Sumiati merupakan toko tani yang
paling ramai pembeli, sehingga ibu Sumiati memiliki banyak langganan di
daerah tersebut, khususnya di daerah Patallassang.

5. Persoalan Usaha
Adapun perosalan usaha yang dimiliki oleh Ibu Sumiati yaitu belum
adanya sarana Transportasi khusus yang dimilikinya untuk mengangkut
barang-barang yang telah di belinya di toko tani yang ada di jalan veteran,
sehingga sangat sulit baginya untuk membeli banyak barang dan juga
jarak tempat usahanya yang lumayan jauh dari toko tani tempatnya
mengambil barang atau produk pertanian untuk di jualnya. Persoalan lain
yang dihadapinya yaitu tidak cukupnya sarana produksi berupa pupuk
untuk di salurkan kepada petani.

III.1.3 Refleksi
Adapun refleksi atau pembelajaran yang diperoleh dari pelaku
subsistem hulu agribisnis singkong yaitu Ibu Sumiati antara lain :

13
1. Pentingnya pengetahuan yang dimiliki dalam mengelola suatu
usaha.
2. Pentingnya membangun relasi dan juga kerjasama antar semua
pihak.
3. Mampu melihat peluang yang ada, sehingga dapat memunculkan
suatu ide usaha yang dapat di kembangkan.
III.2 Subsistem Usahatani (Onfarm)
Subsistem onfarm adalah kegiatan ekonomi yang
menggunakan sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem
agribisnis hulu untuk menghasilkan produk pertanian primer.
3.2.1 Siapa Aku
Biodata Informan :
Nama : Dg. Ngoi
Umur : 59 Tahun
Jumlah Tanggungan : 3 orang
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : Tidak ada
Pekerjaan Pokok : Petani
No. Hp : 082292148237 (Anak)
Alamat : Desa BorongPa’la’la Dusun Sumbarrang
Kecamatan
Patallassang Kabupaten Gowa
1. Dalam Masa Asuhan
Dg. Ngoitinggal bersama keluarganya di Desa Borong Pa’la’la Dusun
Sumbarrang Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa selama bertahun
tahun.Sebelumnya, beliau tidak menanam singkong tetapi hanya
menanam padi.Beliau merupakan orang asli Gowa yang lahir dari
keluarga dengan latar belakang petani sehingga sejak kecil beliau diasuh
dan diajarkan berusahatani padi oleh orang tuanya sehingga sejak kecil
sudah terbiasa mengerjakan kegiatan bertanam atau kegiatan

14
berusahatani.Dg. Ngoi kecil dididik untuk bekerja keras dan membantu
orang tuanya di sawah kira-kira saat itu beliau berusia 6 atau 7
tahun.Sejak dulu beliau sudah terbiasa menjadi petani dengan melihat
dan membantu keluarganya hingga pada saat beliau berusia 17 tahun,
akhirnya keluarganya membiarkan beliau lebih mandiri dengan mengurus
sawah sendiri tanpa bantuan dari keluarga. Selain orang tuanya, Dg. Ngoi
juga banyak diajarkan oleh teman-teman yang juga merupakan
tetangganya seperti Pak Salli (kepala sekolah) yang juga gemar menanam
singkong, selain itu ada Dg. Baso beliau mengajarkan cara berusahatani
singkong dan jagung yang lahannya terletak disebelah tanah kavling yang
digunakan oleh Dg. Ngoi. Akhirnya, pada 2016 beliau mulai
memanfaatkan tanah kavling yang kosong untuk dijadikan lahan untuk
berusahatani jagung dan singkong.Karena didikan dan pengalaman yang
diberikan oleh teman dan keluarganya akhirnya beliau bisa bertahan dan
mandiri sampai sekarang bekerja tanpa bantuan keluarga dan anak-
anaknya.

2. Masa Dalam Pendidikan


Dg. Ngoi tidak bersekolah seperti anak pada
umumnya.Dg.Ngoi kecil lebih memilih membantu orang tuanya di
sawah dan tidak tertarik untuk ke sekolah. Hal itu karena sejak usia
6 tahun sudah terbiasa membantu orang tuanya di sawah sehingga
untuk urusan padi beliau sudah sangat mengerti karena banyak
belajar dari pengalamannya sejak kecil hingga sekarang. Hanya
saja, beliau merasa masih kurang mempelajari masalah budidaya
jagung dan singkong sehingga kadangkala hasil yang diperoleh
kurang maksimal.Jadi, beliau memperoleh pengetahuan bukan dari
bangku sekolah atau pendidikan formal tetapi beliau peroleh dari
pengalamannya sejak kecil hingga sekarang sudah beliau berusia
59 tahun.
3. Masa Dalam Pencarian Nafkah
Dalam mencari nafkah, Dg. Ngoi bekerja sebagai petani padi, jagung
dan singkong dan sudah mandiri dalam mengurus sawahnya sejak usia

15
17 tahun. Sehingga beliau tidak kesulitan mencari nafkah untuk istri dan
anaknya walaupun penghasilannya masih dianggap kurang tetapi
keluarganya tetap bersyukur menerima hal tersebut.Selain menjadi
seorang petani, Dg. Ngoi juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai
penjaga perumahan dengan gaji perbulannya sekitar Rp. 500.000.
Pekeraan ini digeluti beliau dengan alasan karena gajinya akan diperoleh
setiap minggu karena pendapatan dari usahataninya masih kurang pasti
terkadang gagal panen ataupun rugi. Khusus untuk singkong yang beliau
geluti sejak 3 tahun terakhir beliau mengolah lahan seluas kurang lebih
0,5 Ha diatas tanah kavling ditambah 1 Ha di lahan lainnya dengan
pendapatan mencapai Rp. 16.000.000-17.000.000 per tahunnya sehingga
dalam sebulan beliau memperoleh sedikitnya Rp. 1.300.000 untuk
keluarga dan belum dikurangi untuk modal selanjutnya. Menurut beliau
dan keluarga hal tersebut masih kurang untuk memenuhi kebutuhan
keluarga apalagi pendapatan tersebut diperoleh setelah menunggu
selama 1 tahun, untuk itulah beliau memilih pekerjaan sampingan dengan
menjaga perumahan karena beliau menerima gajinya setiap bulan.
Sedangkan padi beliau memilih untuk mengkonsumsi dan membaginya
dengan anaknya yang telah berkeluarga dan keluarga lainnya yang tinggal
di sekitar rumahnya karena untuk padi biasanya keluarga membantu
untuk proses tanam dan panennya sehingga Dg. Ngoi merasa perlu untuk
memberikan sebagian dari hasil panen yang diperoleh.

4. Masa Pembentukan Keluarga


Dg. Ngoimenikahpada usia 20 tahun dengan seorang wanita
bernama Ibu Sukmawati berusia 16 tahun. Mereka menikah karena
dijodohkan oleh orang tua mereka.Dalampernikahannya, beliau dikaruniai
7 orang anak.Namun beliau dan keluarga harus menerima kehilangan
salah satu anaknya yang telah meninggal beberapa tahun yang lalu.4
orang anaknya telah menikah dan jumlah anak yang sekarang menjadi
tanggungannya ada dua orang yang masih kuliah dan SMP.Dalam
mendidik anak-anaknya, Dg. Ngoi merasa kurang tegas dan merasa
kecewa karena tidak ada satupun dari mereka yang bisa membantunya

16
bertani ataupun menggantikannya mengurus lahan.Hal tersebut karena
sejak kecil beliau kurang tegas dalam mendidik anak-anaknya sehingga
merasakan akibatnya sekarang.Sekarang anak-anak sudah tidak ada
yang berkeinginan kerja di sawah ataupun dikebun mereka lebih tertrik
menjadi pegawai. Selain itu, di Desa tersebut terdapat kebiasaan yang
menurut kami negatif karena membawa pengaruh buruk untuk anak-anak
yaitu mereka lebih memilih memenuhi keinginannya dibandingkan
kebutuhan hanya untuk meningkatkan status sosial atau dengan kata lain,
mereka memiliki gengsi yang tinggi.
Seperti yang dilakukan oleh Dg. Ngoi dan keluarga dimana mereka
lebih memilih meminjam uang untuk membeli sesuatu atau mencicil
kendaraan seperti motor atau peralatan rumah jika hasil penen dan gaji
dari menjaga perumahan belum diterima. Hal ini menyebabkan perputaran
modal dari hasil usahatani tidak berjalan dengan baik dikarenakan banyak
digunakan untuk membayar utang.Hal tersebut kami ketahui dari cerita
Dg. Ngoi dan terlihat saat kami mengunjungi rumah beliau dimana mereka
mengatakan bahwa mereka termasuk masyarakat kurang mampu yang
memperoleh ketidakadilan dari kepala desa karena tidak memperoleh
bantuan tetapi dari yang kami lihat, rumah mereka cukup bagus untuk
dikategorikan masyarakat miskin dan mereka juga memiliki lebih dari satu
kendaraan motor.
3.2.2 Deskripsi Usaha
1. Proses Pembentukan Usaha
Dg. Ngoi memulai melakukan aktivitas berusahatani sejak
usia 6 tahun dibawah bimbingan orang tuanya. Saat itu beliau
hanya menanam padi di sawah milik keluarga namun setelah
berusia 17 tahun sudah bisa menjalankan usahataninya sendiri
secara mandiri dan di tahun 2016 memulai kegiatan usahatani
komoditi singkong dan jagung. Awalnya beliau bekerja menjaga
perumahan kemudian melihat ada tanah kavling yang belum
dibanguni rumah diatasnya sehigga beliau meminta izin untuk
menggunakannya untuk usahataninya. Beliau menggunakan lahan

17
diatas tanah kavling milik orang lain yang luasnya kurang lebih 0,5
Ha dan dilahan lainnya yang sebelumnya banyak ditumbuhi
tanaman liar kemudian dibuka oleh Dg. Ngoi yang luasnya kurang
lebih 1 Ha yang beliau bayar pajaknya setiap tahun sebesar Rp.
500.000. Semenjak saat itu, Dg. Ngoi menjalankan usahataninya
untuk menambah pendapatan keluargnya.Dilahan yang digunakan
Dg. Ngoi tidak hanya ditanami singkong tetapi juga ditanami jagung
yang berada disela-sela singkong.Namun, jumlah jagung tidak
terlalu banyak karena hanya untuk dikonsumsi oleh keluaga dan
dibagikan ketetangga dan beberapa ke pemilik tanah
kavling.Sedangkan singkong, Dg. Ngoi lebih memilih untuk
menjualnya kepada pedagang secara langsung.

2. Struktur Sumberdaya Usaha


Struktur sumberdaya yang digunakan dalam usahatani
singkong Dg. Ngoi yaitu berupa, modal dan tenaga kerja.Modal
yang digunakan dalam mengelola usaha yang dmilikinya yaitu
berupa modal sendiri yang diperoleh dari hasil panen sebelumnya
dan gaji dari pekerjaan sampingan, dengan modal tersebutlah
beliau membeli berbagai macam produk pertanian seperti pestisida,
alat pertanian serta pupuk. Sedangkan untuk sumberdaya berupa
tenaga kerjanya, beliau melakukan usahanya hanya di bantu
olehsaudara sepupunya yang tinggal dekat dari rumahnya yaitu
Bapak Samsir.
3. Kegiatan Dalam Usaha
Adapun kegiatan berusahatani yang dilakukan oleh Dg. Ngoi
cukup sederhana yaitu :
1) Pengolahan tanah. Pengolahan tanah ini bertujuan untuk membuat
tanah menjadi gembur sehingga pertumbuhan akar dan umbbi
berkembang dengan baik. Waktu pengolahan tanah sebaiknya
tidak dilakukan pada saat tanah dalam keadaan basah atau becek
sehingga struktur tanah tidak rusak. pengolahan tanah yang

18
dilakukan Dg. Ngoi yaitu dengan cara mencangkul, lalu setelah itu
diratakan dan ditanami bibit atau batang singkong yang telah di
panen sebelumnya.
2) Penanaman bibit dapat dilakukan setelah tanah disiapkan. Waktu
yang baik untuk menanam bibit singkong adalah pada saat musin
hujan. Hal ini dikarenakan singkong memerlukan air terutama pada
umur 4-5 bulan, selanjutnya kebutuhan air relatif sedikit. Cara
menanam singkong yang dilakukan Dg. Ngoi yaitu bibit ditanam
pada kedalaman sekitar 10-15 cm. Bibit yang digunakan berupa
stek batang dengan panjang kurang lebih 30 cm, ditanam dengan
jarak tanam sekitar 100 x 80 cm. Waktu penanaman dilakukan
biasanya pada saat musim hujan, karena selama masa fase
pertumbuhan tersebut singkong memerlukan air yang cukup.
3) Pemupukan. Untuk mendapatkan potensi hasil yang tinggi
pemupukan dengan pupuk organik (pupuk kandang, pupuk kompos
dan pupuk hijau) dan pupuk anorganik (urea, TSP, dan KCL) perlu
dilakukan. Pupuk organik sebaiknya diberikan pada saat
pengolahan tanah dengan tujuan untuk memperbaiki struktur tanah.
Namun, karena keterbatasan biaya atau modal yang dimiliki, Dg.
Ngoi hanya bisa memberikan tanaman singkongnya pupuk oganik
yang duperoleh dari tetangga yang memiliki ternak sapi, selain itu
juga menggunakan urea dan TSP yang tidaka sesuai dosis.
Kadang-kadang Dg. Ngoi hanya mampu memberikan pupuk
sebanyak 2 karung (100 Kg) untuk lahan dengan luas 1,5 Ha sekali
dalam setahun. Ha tersebut menyebabkan hasil yang diperoleh
tidak pernah memuaskan. Hal ini juga terlihat waktu kami
mengunjungi lahan Dg. Ngoi terlihat pertumbuhan singkongnya
cukup lambat begitu pun dengan jagungnya yang kurang berisi
karena kekurangan pupuk.
4) Pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang tinggi dengan kriteria tanaman yang baik,
sehat dan seragam. Dg. Ngoi melakukan pemeliharaan dengan

19
membersihkan rumput dan gulma yang tumbuh dan mengganggu
tanaman. Biasanya, Dg. Ngoi mendatangi lahannya hampir setiap
hari untuk memastikan tanamannya baik-baik saja dikarenakan
beliau juga bekerja menjaga perumahan yang berada di seberang
jalan lahannya, maka Dg. Ngoi bisa mendatangi lahannya setiap
hari disiang atau malam hari setelah berkeliling perumahan.
Dengan begitu, Dg. Ngoi bisa menjagap erumahan sekaligus
memantau singkong yang telah ditanam.
5) Panen. Proses panen tidak dilakukan oleh Dg. Ngoi tetapi pada
saat waktunya panen pedagang akan datang langsung untuk
mencabut singkong yang telah siap panen. Jadi, Dg. Ngoi tidak
melakukan kegiatan panen secara langsung dan sendiri. untuk
keseluruhan lahan yang digunakan. Dari hasil panen biasanya
hanya diperoleh 3 ton dari lahan 0,5 Ha dan 6 ton dari lahan 1 Ha
dan secara keselurhan Dg. Ngoi memperoleh bayaran dari
pedagang sebesar Rp. 16.000.000-Rp. 17.000.000 setiap tahunnya
yang jika dikalkulasikan pendapatan yang diperoleh setiab
bulannya mencapai sedikitya Rp.1.300.000 diluar modal dan biaya-
biaya yang harus dikeluarkan selama proses produksi. Hasil yang
diperoleh oleh Dg. Ngoi tidak sesui atau bisa dikatakan sangat
kurang dari yang seharusnya karena biasanya, hasil panen
singkong bisa mencapai 10-30 ton per hektar.

4. Kinerja Usaha
Kinerja usaha dari Dg. Ngoi dapat di katakan masih kurang
bagus, karena dilihat dari cara beliau menjalankan kegiatan
usahataninya masih cukup sederhana hal tersebut disebabkan
kurangnya pengalaman yang dimiliki. Selain itu, penggunaan pupuk
yang tidak sesuai atau bisa dikatakan kurang mengakibatkan
pertumbuhan singkong lambat dan umbi yang dihasilkan memiliki
ukuran yang kecil.

5. Persoalan Usaha

20
Adapun persoalan usaha yang dihadapi Dg. Ngoi antara lain :
(1) Modal yang terbatas sehingga biaya untuk membeli pupuk dan
pestisida tidak mencukupi sesuai kebutuhan tanaman.
(2) Pengolahan tanah belum maksimal dan jarak antar tanaman tidak
seragam
(3) Sering mengalami gagal panen atau memperoleh hasil panen yang
kurang maksimal atau ukuran umbi yang tidak sesuai.
(4) Masih kurangnya bantuan dari keluarga atau tenaga kerja.

3.2.3 Refleksi
Pembelajaran yang diperoleh dari kasus Dg. Ngoi dalam
proses usahatani singkong antara lain :
1) Pentingnya pengetahuan yang dimiliki dalam mengelola suatu
usahatani.
2) Pentingnya membangun relasi dan juga kerjasama antar semua
pihak agar bisa membantu dalam menjalankan usahataninya.
3) Pentingnya penggunaan input yang maksimal karena dapat
mempengaruhi hasil panen yang dieroleh
III.3 Subsistem Pengolahan
Subsistem pengolahan adalah berupa kegiatan ekonomi yang
mengolah produk pertanian primer menjadi produk olahan, baik
produk awal maupun produk akhir
3.3.1 Siapa Aku
Biodata Informan :
Nama : H. Djasmoyang
Umur : 39 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Desa Ngemplak Kidul Kecamatan Margoyoso
Kabupaten Pati
1. Masa Dalam Asuhan

21
Bapak H. Djasmo membentuk persatuan pekerja tepung
tapioka yang mempunyai tujuan menolong produsen untuk
menyesuaikan diri kepada situasi yang ditimbulkan oleh
pemerintah.Awalnya beliau banyak belajar dari pegusaha tepung
tapioka di Kabupaten Pati. Beiau banyak mengenal pengusaha
tepung dan belajar dari mereka karena melihat ada peluang untuk
membangun usaha yang sama di Desanya. Akhirnya, Sejalan
dengan perkembangan pembangunan di Indonesia, ternyata
pembuatan tepung tapioka berdampak baik terhadap
perkembangan pemasaran tepung tapioka di Desa Ngemplak Kidul
pada khususnya dan Kecamatan Margoyoso pada umumnya. H.
Djasmo membangun usaha tepung tapioka dan setelah sukses
membangun usahanya, beliau berniat membantu masyarakat desa
dengan membentuk persatuan pekerja tepung tapioka. Sampai
sekarang, perkembangan industri tepung tapioka di Desa
Ngemplak Kidul Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati semakin
meningkat, maka pembinaan dari koperasi dan dinas perindustrian
memang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan jumlah
prokdusi tepung tapioka.
2. Masa Dalam Pendidikan
Tingkat pendidikan dari H. Djasmo adalah tamatan MTS,
meskipun tidak kuliah tetapi sejak kecil beliau sudah diajarkan
memiliki usaha-usaha kecil dan sudah mulai berpenghasilan.Hal ini
karena tahun 1970-anbanyak pengusaha yang bahkan tidak
mengenyam pendidikan formal. Kondisi ini mencerminkan bahwa
kesadaran masyarakat Desa Ngemplak Kidul masih sangat
kurang.Masyarakat lebih menyukai bekerja daripada melanjutkan
sekolah.Tidak mengherankan jika management dalam industri yang
mereka tekuni terkadang kurang berjalan dengan baik.Meskipun
begitu mereka banyak belajar dari pengusaha yang sudh sukses
dan belajar dari pengalaman.
3. Masa Dalam Pencarian Nafkah

22
Usaha tepung tapioka yang dimiliki H. Djasmo di desa
Ngemplak Kidul Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati menjadi
tempat beliau mencari nafkah untuk keluarganya.Usaha tepung
tapioka yang dimilikinya di Desa Ngemplak Kidul semakin
mendapat tempat dihati para konsumenya karena meningkatnya
kebutuhan tepung tapioka sebagai bahan pembuat penganan.
Kedudukan usaha industri tepung tapioka di Desa Ngemplak Kidul
semakin berkembang pesat dan menjadi usaha, atau setidaknya
mempunyai kedudukan yang sama dengan usaha pertanian, dilihat
dari pendapatan yang diperoleh.
4. Masa Pembentukan Keluarga
Bapak H. Djasmo dan Istri selalu bekerjasama atau saling
membantu untuk meningkatkan perekonomian keluarga dan
membantu masyarakat sekitarnya. Bapak H. Djasmo dan istri selalu
kompak dalam menjalankan usahanya.Hal itulah yang mereka
tanamkan dalam pembentukan keluarganya yaitu hidup saling
membantu dan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan
bersama.
3.3.2 Deskripsi Usaha
1. Proses Pembentukan Usaha
Usaha tepung tapioka yang dimiliki Bapak H. Djasmo di desa
Ngemplak Kidul Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati, pada
awalnya adalah usaha mengisi waktu luang setelah iapulang dari
sawah atau mata pencaharian lain. Sejalan dengan perkembangan
pembangunan, ternyata pembuatan tepung tapioka berdampak
baik terhadap perkembangan pemasaran tepung tapioka di 41
Desa Ngemplak Kidul pada khususnya dan Kecamatan Margoyoso
pada umumnya. Tepung tapioka di Desa Ngemplak Kidul semakin
mendapat tempat dihati para konsumenya karena meningkatnya
kebutuhan tepung tapioka sebagai bahan pembuat penganan.
2. Struktur Sumberdaya

23
Struktur sumberdaya yang dimiliki yaitu modal dan tenga
kerja atau buruh.Modal yang digunakan adalah modal yang
diperoleh dari koperasi yang dibentuk di Desa dan juga dari hasil
kerjasama dengan banyak pemilik industry tepung
tapioka.Sedangkan untuk tenaga kerja sedikitnya 15 orang di
pabrik dan selebihnya dapat dikerjakan oleh masyarakat desa
dirumah.Kegiatan ini saling menguntungkan baginya dan
masayarakat Desa Ngemplak Kidul.
3. Kegiatan Usaha
Usaha produksi tepung tapioka melakukan berbagai
kegiatan mulai dari penyiapan bahan, pengolahan bahan,
pengemasan sampai pemasaran.Pemasaran produksi tepung
tapioka Desa Ngemplak Kidul kini sudah merambah ke daerah -
daerah lain di pulau jawa dan di luar jawa. Seperti : Surabaya,
Bandung, Tasikmalaya, Bogor, Malang, NTT, Sumatra dan
Kalimantan.
4. Kinerja Usaha
Kinerja usaha yang dimiliki dari usaha Bapak H. Djasmo
dapat dikatakan cukup bagus dan memuaskan.Adanya industri
tepung tapioka milik Bapak H. Djasmo di Desa Ngemplak Kidul
telah banyak membawa perubahan bagi kehidupan masyarakat
sekitar.Perubahan tersebut adalah adanya kemajuan, baik itu
kemajuan mental maupun kemajuan fisik. Kemajuan fisik antara
lain semakin membaiknya sarana transportasi, sedangkan
kemajuan mental antara lain semakin meningkatnya kesejahteraan
keluarga.
5. Persoalan Usaha
Industri tepung tapioka telah membawa perubahan kondisi
sosial masyarakat Desa Ngemplak Kidul.Perubahan yang nyata
adanya industri tepung tapioka adalah munculnya golongan baru
dalam masyarakat Desa Ngemplak Kidul.Golongan tersebut adalah
golongan pengusaha dan golongan buruh industri. Pada akhirnya

24
akan muncul stratifikasi sosial yang disebut klasklas sosial. Selain
itu juga menyebabkan sistem kekerabatan yang menurun.
3.3.3 Refleksi
1. Pada proses budi daya dan pengolahan singkong dihasilkan
beragam produk samping dalam jumlah besar, seluruh bagian
komoditas ini dapat dimanfaatkan. Daun dan batang singkong
dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Hasil samping pabrik
tapioka berupa limbah padat onggok merupakan bahan pakan
ternak potensial.
2. Limbah cair asal pabrik tapioka, yang selama ini menyebabkan
pencemaran lingkungan, dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
energi berupa gas bio. Selain itu, berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS), share produksi singkong Provinsi Lampung
mencapai 38% dari produksi nasional.
III.4 Subsistem Pemasaran
Subsistem pemasaran adalah berupa kegiatan ekonomi
perdagangan di pasar domestik maupun di pasar internasional.
III.4.1 Siapa Aku
Biodata Pelaku Usaha:
Nama : Asri Jumari, SE
Umur : 28 Tahun
Jumlah Tanggungan : 1 orang
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : S1 - Ekonomi
Pekerjaan Pokok : Pengusaha kripik sayur singkong
No. Hp, Email : 085397504004
Alamat : Makassar

1. Masa dalam asuhan

25
Diwaktu kecil Pak Asri tinggal di daerah Kabupaten Gowa
dengan keempat saudaranya.Bisnis yang dijalankan Pak Asri
merupakan usaha yang beliau jalankan sejak masih menempuh
pendidikan di perguruan tinggi di salah satu kampus swasta di
Makassar yakni Universitas Muhammadiyah Makassar.Pak Asri
besar dengan didikan orang tuanya yang bekerja sebagai Petani
singkong. Sebagai anak kedua dari emapt bersaudara ia
berkeinginan memiliki usaha sendiri tetapi sering mendapat
kendala, misalnya produk olahan singkong dengan memanfaatkan
daunnya sebagai kripik asinan yang ditambah dengan penyedap
rasa sehingga memiliki cita rasa yang khas, semula bisnis dengan
nama produk “keripik daun singkong” dan “steak dendeng” ini
kurang diminati karena dari segi brand kurang dapat menyentuh
hati konsumen untuk membelinya. Tetapi setelah mengubah nama
menjadi “KIKOME” produk ini menjadi laris dipasaran. Adapun
kepanjangan dari “KIKOME” ini yakni keripik leko lame, yang dalam
bahasa Indonesia berarti keripik daun singkong. Nama ini menjadi
nama ketiga sejak camilan ini diproduksi. Penamaan nama dari
produk Pak Asri ini dikarenakan ia ingin membawa ciri khas budaya
daerah Makassar dalam produknya ditambah dengan bumbu yang
khas dari resep buatannya sehingga menambah nilai jual dari
produk yang ia pasarkan. Adapun pemilihan bahan baku daun
singkong sebagai produk bisnisnya dikarenakan banyaknya sayur
yang bisa dijadikan keripik seperti, bayam dan kol. Tapi produk
dengan bebahan dasar daun singkong di Kota Makassar jarang
ditemukan, mereka lebih tertarik memilih buahnya yakni singkong
itu sendiri untuk diolah sebagai keripik, tetapi setelah riset yang Pak
Asri lakukan ternyata menurutnya di Kota Makassar banyak yang
suka daun singkong, tetapi diolah menjadi sayur bukan untuk
menjadikannya makanan ringan, misalnya kripik.
2. Masa dalam pendidikan

26
Dimasa dalam pendidikan. Pak Asri menempuh pendidikan di
perguruan tinggi setelah lulus dari SMA Negeri 19 Makassar. Ia
melanjutkan pendidikannya hingga ke perguruan tinggi karena
sebuah cita-cita besar yang ingin ia wujudkan, yakni sebagai
pengusaha diusia muda. Universitas Muhammadiyah Makassar
jurusan Ekonomi menjadi pilihannya untuk meraih impian tersebut.
Disanalah Pak Asri bertemu dengan dosen yang membimbingnya
hingga ia memiliki usaha “KIKOME” ini. Dimasa inilah Pak Asri
merasakan jatuh bangun untuk meraih impiannya, karena ia
berasal dari keluarga yang berlatar belakang hanya seorang petani
sehingga untuk melanjutkan studi saja merasa kesulitan ditambah
jika ia ingin menuntaskan impiannya untuk memiliki sebuah bisnis,
sehingga dari segi modal ia tidak memiliki pilihan banyak untuk
berkembang.
3. Masa dalam Pencarian Nafkah
Dalam masa pencarian nafkah, Pak Asri memang seorang
pemuda yang giat dengan tujuannya. Sebagai seorang mahasiswa
sekaligus pebisnis muda, Pak Asri dapat dikatakan mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri dengan bisnis yang
ia jalankan yakni “KIKOME”. Walapun semula untuk menjalankan
bisnis ini mengalami kesulitan dana karena modal yang kurang
cukup untuk mengembangkannya, tetapi Pak Asri tidak putus asa
untuk meraih impiannya tersebut, karena dengan tekad yang besar
ia mampu memiliki bisnis hingga membuat perusahaan sendiri
dengan Pak Asri sebagai Direktur Utamanya, perusahaan tersebut
bernama CV. Embung Jaya. Usaha tidak akan menghianati hasil,
inilah prinsip yang dipegang teguh oleh Pak Asri dalam
mengembangkan usahanya, karena menurutnya seseorang harus
punya kemauan yang kuat untuk menjadi pengusaha, dan tidak
boleh takut dengan masalah yang akan dihadapi kedepannya.
Keterbatasan Modal tidak melunturkan semangat
berwirausaha Pak Asri, karena dengan berbekal modal Rp.

27
150.000,-, Pak Asri menjalankan bisnisnya dengan sederhana,
yakni dimana uang itu ia bagi untuk Rp. 50.000,- untuk cicilan
mesin dan Rp. 100.000,- untuk membeli bahan baku. Dua alat
inilah yang ia kemas awalnya dengan sederhana, ditambah Pak
Asri memanfaatkan lahan keluarganya untuk menanam singkong
agar bisa diambil daunnya untuk bahan dasar “KIKOME”. Daun
singkong yang awalnya hanya merupakan bahan dasar sayur
tradisional, menjadi camilan berkualitas dengan kemasan modern.
4. Masa Pembentukan Keluarga
Setelah sukses meraih impiannya sebagai pengusaha muda
dan mendirikan sebuah perusahaan, serta tergabung dalam
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, Pak Asri akhirnya menikah
diusia 27 tahun, tepat ditanggal 17 September 2019, dengan Sitti
Hasbiah Arsyad.
III.4.2 Deskripsi Usaha
1. Proses Pembentukan Usaha
Pada proses pembentukan usaha, Pak Asri sebelumnya
mendapat bimbingan dari dosen di kampusnya yakni Universitas
Muhammadiyah Makassar, disana beliau mendapat dana hibah
untuk membangun bisnis. Sebelum daripada itu usaha “KIKOME”
atau Keripik leko lame Pak Asri memiliki modal Rp. 150.000,-, yakni
dimana uang itu ia bagi untuk Rp. 50.000,- untuk cicilan mesin dan
Rp. 100.000,- untuk membeli bahan baku. Pak Asri memilih daun
singkong karena menurutnya dengan memanfaatkan singkong
sebagai keripik sudah banyak ditemukan dipasaran dan telah
memiliki brand dan konsumen tersendiri, maka dari itu ia lebih
memanfaatkan daunnya sebagai cemilan kripik yang murah dan
kaya akan manfaat, selain itu lebih berkreasi dari produk lainnya.
Hal ini sejalan dengan pekerjaan orang tua Pak Asri yakni petani
singkong di Kabupaten Gowa, sehingga dari segi bahan baku, Pak
Asri sudah cukup tersedia dalam menjalankan bisnisnya.
2. Struktur sumberdaya

28
Struktur sumberdaya yang dimilikinya yaitu berupa, modal
dan tenaga kerja. Modal yang digunakan dalam mengelola usaha
yang dmilikinya yaitu berupa modal sendiri dan bantuan dari
kampus sebagai dana hibah untuk menjalankan bisnisnya, dengan
modal tersebutlah ia mampu membeli mesin pembuatan kripiknya
yang sebelumnya ia cicil. sedangkan untuk sumberdaya berupa
tenaga kerjanya yaitu ia saat ini melakukan usahanya di bantu
dengan istrinya dan membangun sebuah perusahaan dengan
nama CV. Embung Jaya, dimana Pak Asri merupakan Direktur
Utamanya.
3. Kegiatan dalam usaha
Adapun kegiatan yang di lakukan dalam usaha Pak Asri, yakni
membudidayakan komoditas singkong sebagai bahan baku usahanya,
dan memproduksi KIKOME, selanjutnya ia kemas dan siap untuk
dipasarkan. Selain daripada itu, ia tetap menghitung dan mencatat setiap
produksi yang dilakukan. Sejalan saat ini, usaha KIKOME juga telah
memiliki beberapa reseller sebagai tenaga pemasarannya yang lebih luas.

4. Kinerja Usaha
Kinerja usaha dari Pak Asri dapat dikatakan berjalan dengan baik.
Hal ini ditinjau dari segi pengumpulan bahan bakunya, Pak asri tidak
mengalami kesulitan lagi karena ia membudidayakan sendiri, selain itu
usaha KIKOME telah membuat Pak Asri memiliki perusahaan CV.
Embung Jaya, dimana ia sebagai Direktur Utamanya, yang fokus
memasarkan produk KIKOME.
Dari segi kemasan sudah terlihat mengikuti zaman dengan memiliki
press dibagian sisi atas. Tak hanya itu produk KIKOME sudah memiliki
BPOM dan izin usaha sehingga jangkauan pemasarannya bisa lebih luas
lagi.Selain daripada itu, saat ini KIKOME telah memiliki beberapa reseller
sebagai tenaga pemasarannya.

5. Persoalan Usaha

29
Dalam berwirausaha, Pak Asri saat ini terkendala dijalur
pemasarannya karena, pemasaran produk dari KIKOME ini masih
menyasar daerah Kota Makassar dan Kabupaten Gowa.Hal inilah yang
membuat Pak Asri lebih meningkatkan promosi dan kualitas dari produk
olahan daun singkongnya agar bisa menyasar hingga keluar pulau
Sulawesi dan menjadi oleh-oleh khas dari Kota Makassar, jika ada
pelancong dari luar Kota Makassar.
III.4.3 Refleksi
Adapun refleksi atau pembelajaran yang diperoleh dari pelaku
subsistem pemasaran agribisnis singkong antara lain :
1. Semangat pantang menyerah untuk menggapai impian.
2. Selalu memiliki solusi dalam setiap permasalahan yang
dihadapi, dengan cara selalu mengevaluasi setiap kegiatan
yang dijalankan.
3. Tidak bersikap “money oriented”, tetapi lebih kebermanfaatan
dari apa yang dijalankan.
4. Terlahir miskin bukan berarti harus hidup miskin. Dengan
memiliki impian, kita memiliki goal kedepan sehingga kita
memiliki tujuan hidup.
5. Kreasi dan inovasi serta mampu melihat peluang usaha
merupakan modal utama yang harus dimiliki.
6. Lakukan setiap kegiatan dengan tulus.
III.5 Subsistem Pendukung
Seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis,
seperti lembaga keuangan, lembaga penelitian dan
pengembangan, lembaga transportasi, lembaga pendidikan, dan
lembaga pemerintah (kebijakan fiskal dan moneter, perdagangan
internasional, kebijakan tata-ruang, serta kebijakan lainnya).
III.5.1 Siapa Aku
Biodata Pelaku Usaha :
Nama : Azenk Ardianto

Umur : 32 Tahun

30
Jumlah Tanggungan : 3 Orang
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan Pokok : Petani
No. Hp : 082330408888
Alamat : Jalan Sarimulya B12 Perum Rejomulyo
Permai, Kota Madiun

1. Dalam Masa Asuhan


Di masa kanak-kanak Bapak Azenk, beliau tinggal di Jalan Sarimulya
B12 Perum Rejomulyo Permai, Kota Madiun, bersama dengan kedua
orang tuanya. Beliau lahir di dalam keluarga yang serba kekurangan.
Ayahnya seorang petani biasa dan ibunya ibu rumah tangga. Walaupun
hidup di keluarga yang kurang mampu, sedari kecil dia dididik oleh orang
tuanya untuk mencintai lingkungan dan menhargainya, salian itu sikap
sopan santun dan ramah, dan menghargai orang lain juga di ajarkan oleh
kedua orang tuanya.
2. Masa Dalam Pendidikan
Bapak Azenk memulai pendidikan pada tingakt sekolah dasar (SD) di
SD Negeri 2 Madiun.di sini beliau mulai belajar menganai pelajaran dasar
dan cra menghargai teman sebayanya maupun orang dewasa termasuk
gurunya. Kemudian beliau melanjutkannya di SMP Negeri 4 kota madiun.
Beliau mendapatkan pengalaman baru dan teman teman baru dan melihat
beberapa karakter baru yang muncul di antara teman temannya, di sini
beliu mulai belajar mengambil sikap terhadap tindakannya. Kemudian
beliau melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 2 Kota Madiun, di sini
dia seperti kebanyakan anak muda, beliau banyak bergaul dengan banyak
kalangan, dan sedikit bandel dengan peraturan sekolah, namun juga
beliau mulai mengenal pertanian di sini. Beliau melanjutkan pekerjaan
ayahnya sebagai seorang petani.
3. Masa Dalam Pencarian Nafkah

31
Bapak Azenk telah menikah dengan temannya sendiri pada saat
usianya masih terbilang muda. Beliau menafkahi istrinya dengan bekerja
sebagai petani. Beliau suka mengkonsumsi sayuran. Namun, karena
semakin terbatasnya lahan pertanian di daerahnya, Pada tahun 2017 ia
mencoba membuat hidroponik salah satunya di karenakan masih banyak
masyarakat di kampungnya yang tidak suka mengkonsumsi sayuran.
Beliau mencoba mengajak masyarakat mengkonsumsi sayuran dengan
membuat olahan dari sayuran hidroponik yang praktis, enak dan disukai
semua kalangan. Semakin berkembangnya usahanya, beliau bahkan
bersama teman-temannya sesama petani hidroponik ia membentuk
Komunitas hidroponik Madiun Mataraman, beranggotakan sekitar 500
orang dari seluruh wilayah eks karesidenan Madiun. Beliau menjalankan
mitra dengan petani petani plasma untuk memperoleh sayuran yang segar
dan sehat. Bapak Azenk sudah lebih dari tiga tahun menekuni bisnis
tanaman hidroponik ini mengaku telah mengembangkan usahanya.
4. Masa Pembentukan Keluarga
Bapak Azenk menjalin hubungan dengan istrinya sudah sejak lama,
beliau memang sebelumnya menjalin hubungan pertemanan dan
menjatuhkan pilihan kepada istrinya tersebut. Istrinya juga suka yang
berhubungan dengan pertanian. Akhirnya beliau menikah dengan seorang
wanita yang dicintainya dan di karuniai dua orang anak. Anak beliau
kemudian di ajarkan untuk mencintai kebersihan lingkungan dan
mengajaran berbisnis mulai dari nol dengan cara yang halal.
III.5.2 Deskripsi Usaha
1. Proses Pembentukan Usaha
Lembaga Masyarakat Singkong Indonesia dibentuk melalui
suatu Deklarasioleh para pendiri pada tanggal 28 Febuari 2010 di
Pondok Ratna Farm, Jl. Raya Tapos no.10, Kp. Cukanggaleuh 1,
RT 01/RW 02, Desa Jambuluwuk, Kecamatan Ciawi, Kab.Bogor,
Provinsi Jawa Barat, Indonesia 16720. Para pendirinya antara lain,
DR.Marwah Daud Ibrahim; H. Suharyo Husen, BSc,SE,MBA; Prof.
DR. Winugroho, DR. Thamrin Chaniago; Prof.DR. Endang Sukara;

32
Prof. DR. Elan Masbulan; Dra. Alita Nursanti; Ir. Miftah; Hj. Ratna
Suningsih; Entang; Suparjan; Rommy; Yoyok Wastoyo; Pualam
Puteh; Aidil Akbar. MSI dibentuk dengan tujuan mensinergiskan
semua pemangku kepentingan persingkongan di Indonesia untuk
meningkatkan pendapatan petani singkong di Indonesia.
2. Struktur Sumberdaya Usaha
Anggota dari MSI terdiri dari seluruh petani singkong di
Indonesia, para pengusaha agribisnis singkong, ilmuwan, para
tenaga ahli terkait, para industriawan terkait, para pedagang terkait,
para peneliti, para pengamat terkait, para penyuluh pertanian,
pegawai negeri sipil pusat dan daerah dan para aparat terkait.
Berikut susunan dewan pengurus MSI :
a. Ketua Umum:H.Suharyo Husen,Se. Mba
b. Ketua:Prof.Dr.M.Winnugroho, Dr.Thamrin D. Chaniago
c. Sekretaris  Jenderal: Yoyok Wastoyo
d. Sekretaris: Ir.Himmatul Miftah
e. Bendahara Umum: Sutrisno Hadi
f. Bendahara: Noni Sopina
g. Kepala  Bidang Litbang :Ir. Susilohadi
h. Kepala  Bidang It Dan Kominikasi: Ir. Rhino H Pranapati
i. Kepala  Bidang  Perizinan  Dan Protokol: Drs. Sugiyanto Mm.
j. Sekretariat: Agus Setiawan,St
k. Pengawas : Hj. Ratna Suningsih

3. Kegiatan Dalam Usaha


Kegiatan dalam MSI dibuat dalam bentuk program kerja, diantaranya:
(1) Program kerja jangka panjang :
- Meningkatkan pendapatan petani singkong
- Bersama pemerintah menyusun dan membuat kebijakan
yang menguntungkan semua pemangku kepentingan
singkong , termasuk didalamnya : petani, pengolah,
pedagang, konsumen baik didalam negeri maupun dikuar
negeri

33
- Meningkatkan tekhnologi pengolahan singkong untuk
berbagai keperluan, baik untuk pangan maupun untuk
industri (non pangan)
- Memasyarakatkan varietas-varietas unggul singkong kepada
para petani singkong dalam rangka meningkatkan
produktivitas dan meningkatkan produksi singkong termasuk
didalamnya : Darul Hidayah, Manggu, MSI-I dan RS
- Secara terus menerus meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan para pelaku agribisnis singkong termasuk petani,
pengolah , pedaganga dan peneliti singkong
(2) Program kerja jangka menengah :
- Meningkatkan produksi singkong secara periodik lima
tahunan
- Meningkatkan pendapatan petani singkong dan keluarganya
secara periodik lima tahunan
- Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para pelaku
agribisnis singkong dari hulu ke hilir secara periodik lima
tahunan
- Mempromosikan singkong dan produk-produk dari singkong
secara berkala lima tahunan
- Memperkuat permodalan para pelaku agribisnis singkong
secara periodik lima tahunan, misalnya melalui
pengembangan sistem klastering didalam sistim pengolahan
agribisnis singkong ,termasuk pemasarannya
(3) Program kerja jangka pendek :
- Menyelsaikan adminstrasi MSI , antara lain Anggaran Dasar,
Anggarana Rumah Tangga, Akte Notaris dsb
- Mernginventaris varietas singkong yang dirilis pemeerintah
dan temuan-temuan varitas baru singkong di masyarakat
- Mempersiapkan proyek pengembangan klaster singkong,
termasuk industri pengolahan untuk berbagai produk olahan
- Mermbantu petani singkong memasarkan singkong mereka

34
- Membantu para pabrikan tapioka untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku singkongnya
- Menyusun rumusan klaster-klaster agribisnis singkong yang
saling menguntungkan antara petani , pengolah dan
pedagang
- Mendorong para petani singkong untuk bekerja sama
sesama petani singkong, bergabung kedalam ASPESINDO
(Asosiasi Petani Singkong Indonesia)

4. Kinerja Usaha
Kinerja usaha MSI sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari
berjalannya seluruh program kerja yang telah direncanakan. Selain
itu, lembaga ini memberdayakan beberapa petani singkong dengan
cara memberikan pelatihan kepada mereka. Salah satunya yaitu
cara membuat tepung mocaf. MSI juga melakukan kerja sama
dengan beberapa lembaga pemerintah dan pengusaha singkong
untuk meningkatkan kinerja usaha mereka.
5. Persoalan Usaha
Masalah yang dihadapi oleh MSI ialah, masih sedikitnya
petani yang membudidayakan singkong di Indonesia. Hal ini
disebabkan masih sedikitnya peluang singkong untuk bersaing di
pasar dibanding dengan bahan pangan lainnya, khususnya beras.
III.5.3 Refleksi
Pelajaran yang dapat dipetik dari subsistem pendukung ini
ialah :
1. Dari informan, yaitu Bapak Ir. Himmatul Miftah, M.Si. Kita tidak boleh
terpuruk pada satu hal, apalagi kesedihan. Kita harus bangkit dan
berusaha keras untuk mencapai tujuan dan membahagiakan serta
menjadi orang yang berguna bagi orang sekitar, khususnya keluarga.
2. Dari usaha, yaitu MSI. Kita harus konsisten terhadap hal yang telah
kita kerjakan. Walaupun hal tersebut menghadapi berbagai macam
masalah, namun kita harus berani menerima resiko yang ada. Selain

35
itu, kita harus saling menolong satu sama lain, belajar dari kesalahan
dan meningkatkan usaha kita.
III.6 Membangun sistem Agribisnis
III.6.1 Dalam pengembangan agribisnis singkong diperlukan integrasi
vertikal antar petani singkong dengan perusahan agribisnis dalam
bentuk kemitraan usaha, atau jika pemiliknya sama. Dalam hal ini
subsistem perusahan agribisnis hulu berfungsi menghasilkan dan
menyediakan sarana produksi pertanian agar mampu menghasilkan
produk usahatani yang berkualitas, melakukan pelayanan kepada
usahatani, memberikan bimbingan teknis produksi, memberikan
bimbingan manajemen dan hubungan sistem agribisnis,
memfasilitasi proses pembelajaran atau pelatihan bagi petani,
menyaring informasi agribisnis praktis untuk petani,
mengembangkan kerjasama bisnis (kemitraan) yang dapat
memberikan keuntungan bagi berbagai pihak.
Subsistem usahatani sebagai kegiatan produksi, berfungsi
melakukan kegiatan usahatani untuk menghasilkan bahan baku.
Untuk itu dalam kegiatannya diperlukan peningkatan secara kualitas
maupun kuantitas untuk memenuhi permintaan pasar dan sebaiknya
pelaku subsistem usahatani mampu melakukan manajemen secara
baik agar proses produksinya menjadi efisien sehingga mampu
bersaing di pasar. Karena itu, petani umumnya memerlukan
penyuluhan dan informasi agribisnis, teknologi dan inovasi lainnya
dalam proses produksi,bimbingan teknis atau pendampingan agar
petani dapat melakukan proses produksi secara efesien dan bernilai
tambah lebih tinggi.
Subsistem pengolahan pertanian berfungsi mengolah hasil dari
kagiatan usahatani untuk memberikan nilai tambah pada produk
tersebut agar lebih diminati oleh konsumen.Untuk itu diperlukan
perbaikan kualitas dari produk dan meningkatkan mutu produk agar
bisa memuaskan konsumen.Sedangkan untuk pemasaran sebgai
kegiatan lanjutan dari pengolahan diperlukan suatu jaringan yang

36
luas dan mengikuti perkembangan teknologi.Sehingga produk yang
pasarkan mampu manjangkau semua konsumen dimanapun melalui
pemasaran baik secara langsung maupun tidak langsung (online).
Subsistem Lembaga pendukung, sangat berpengaruh besar
terhadap 3 subsistem lain dalam sistem agribisnis, yakni hulu,
onfarm, dan hilir. Sistem agribisnis yang baik terbentuk apabila
keempat subsistem ini saling mendukung satu sama lain. Dilihat dari
kasus yang diangkat, pada subsistem hulu hendaknya menyediakan
sarana input bagi para petani yang bergerak pada subsistem onfarm
agar usahataninya dapat berjalan dengan baik. Para pelaku dibidang
hilir, juga hendaknya bekerja sama dengan para petani singkong
untuk memenuhi kebutuhan mereka, seperti bahan baku pabrik
tepung mocaf atau untuk dijual langsung di pasar. Untuk
membangun sistem agribisnis yang baik, lembaga pendukung
hendak mendukung 3 subsistem ini, yakni dibidang hulu
(Menyediakan stok input bagi para petani), onfarm (Memberikan
subsidi kepada petani serta beberapa pelatihan untuk meningkatkan
pengetahuan mereka agar pendapatan petani bisa meningkat) dan
hilir (Bekerja sama dengan para pengusaha singkong, baik
pedagang maupun pengolah seperti pabrik agar petani mudah dalam
memasarkan hasil usahatani mereka).
III.7 Refleksi Agribisnis Singkong
Adapun pembelajaran yang diterima dari menganalisis
agribisnis singkong antara lain:
1. Saling tolong menolong dalam melakukan suatu usaha,
sehingga hasil dari kegiatan usaha tersebut dapat optimal
2. Meningkatkan pengetahuan mengenai suatu kegiatan usaha
yang di tekuni tersebut.
3. Memiliki prinsip saling menguntungkan dan tidak saling
menjatuhkan serta merugikan antar pihak.
4. Memperhatikan dampak yang di timbulkan terhadap ekosistem
dari kegiatan usaha yang dilakukan.

37
5. Mampu melihat peluang usaha yang ada di sekitarnya
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari laporan praktik lapang
ini, yaitu
1. Subsistem hulu pada sistem agribisnis singkong melakukan
kegiatan penyediaan sarana produksi bagi pertanian, seperti
pupuk, pestisida, dll.
2. Subsistem onfarm pada sistem agribisnis singkong melakukan
kegiatan berupa budidaya, mulai dari pengolahan tanah,
penanaman, pemupukan, pemeliharaan, hingga panen.
3. Subsistem pengolahan pada sistem agribisnis singkong
melakukan kegiatan dengan menambah nilai jual pada singkong
dengan cara mengolahnya menjadi tepung tapioka.
4. Subsistem pemasaran pada sistem agribisnis singkong melakukan
kegiatan memasarkan singkong yang telah diolah sebelumnya.
5. Subsistem pendukung pada sistem agribisnis singkong melakukan
beberapa kegiatan untuk membantu para pelaku agribisnis hulu,
onfarm dan hilir melalui beberapa program kerja, yaitu program
kerja jangka panjang, program kerja jangka pendek dan program
kerja jangka menengah.
6. Pelajaran yang dapat dipetik dari pelaku agribisnis singkong ialah:
- Saling tolong menolong dalam melakukan suatu usaha,
sehingga hasil dari kegiatan usaha tersebut dapat optimal
- Meningkatkan pengetahuan mengenai suatu kegiatan usaha
yang di tekuni tersebut.
- Memiliki prinsip saling menguntungkan dan tidak saling
menjatuhkan serta merugikan antar pihak.
- Memperhatikan dampak yang di timbulkan terhadap ekosistem
dari kegiatan usaha yang dilakukan.
- Mampu melihat peluang usaha yang ada di sekitarnya
4.2 Saran

38
Sistem agribisnis yang baik terbentuk apabila keempat
subsistem ini saling mendukung satu sama lain. Dilihat dari kasus
yang diangkat, pada subsistem hulu hendaknya menyediakan
sarana input bagi para petani yang bergerak pada subsistem
onfarm agar usahataninya dapat berjalan dengan baik. Para pelaku
dibidang hilir, juga hendaknya bekerja sama dengan para petani
singkong untuk memenuhi kebutuhan mereka, seperti bahan baku
pabrik tepung mocaf atau untuk dijual langsung di pasar. lembaga
pendukung hendak mendukung 3 subsistem ini, yakni dibidang
hulu, onfarm dan hilir.

39
DAFTAR PUSTAKA
Aribiwo Nofita F. 2014 Industri Tepung Tapioka Dan Pengaruh Sosial
Ekonomi Masayarakat Desa Ngemplak Kidul Margoyoso
Kabupaten Pati Tahun 1990 – 2005.Jurusan Sejarah Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Eka Agustina, Andrea. 2014 Analisis Pemanfaatan Dana Pengembangan
Usaha Agribisnis Pedesaan Di Desa Sungaiselari Kecamatan
Bukit Batu Kabupaten Bengkalis. Skripsi thesis, Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Muizah, dkk. 2013. Analisis Pendapatan Usahatani. Singkong (Manihot
Esculenta Crantz) (Studi Kasus Desa mojo Kecamatan Cluwak
Kabupaten Pati). Mediagro Vol. 9. Surakarta.
Suratiyah, Ken. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Thamrin, dkk. 2013. Analisis Usahatani Singkong (Manihot utilissima).
Agrium Vol. 18. Medan.

40

Anda mungkin juga menyukai