RIKI NURHIDAYAT
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ...........................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dimasa pandemi covid-19 ini , perekonomian negara Indonesia
menunjukkan kondisi yang kurang menggembirakan bagi para pelaku usaha dan
masyarakat. Tingginya angka inflasi nasional sekarang yang mencapai4,01% dan
di DIY yang mencapai 3,07 % dan isu meningkatnya kasus Covid -19 diberbagai
Wilayah di Indonesia khusunya di Kabupaten Subang menjadi bukti adanya kurang
kondusifnya kondisi perekonomian negara. Dalam kondisi yang seperti ini,
masyarakat semakin terpuruk ketika harga kebutuhan beberapa bahan pokok
mengalami peningkatan dan tidak lagi terjangkau yang juga tidak diimbangi dengan
meningkatnya pendapatan masyarakat. Di sektor pertanian, kondisi tersebut juga
sangat dirasakan oleh para petani. Biaya operasional yang tidak sebanding dengan
harga jual hasil pertanian membuat lesu sektor ini.
Terlebih ketika pemerintah menetapkan kebijakan impor untuk beberapa
komoditas pertanian yang kualitas dan harganya jauh lebih murah dari hasil
pertanian masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, dengan mengacu pada kondisi
perekonomian yang kurang kondusif dan tidak berpihak pada perekonomian rakyat,
menuntut masyarakat untuk mempunyai daya saing dan keahlian tertentu untuk
meningkatkan derajat hidupnya sebagai bekal dalam kehidupansehari – hari. Bagi
para pelaku usaha, kondisi yang perlu diperhatikan adalah mengenai bagaimana
daya beli masyarakat di sekitar sehingga bisa memunculkan permintaan dari
beberapa penawaran yang dilakukan oleh perusahaan. Apabila permintaan
meningkat memungkinkan pasar menjadi potensial dan ketika kondisi permintaan
menurun menyebabkan kondisi pasar pada posisi yang tidak menguntungkan. Yang
perlu diperhatikan adalah mengenai bagaimana tingkat pesaing , daya beli
masyarakat dan hukum permintaan maupun penawaran itu terjadi pada konsisi yang
demikian. Sehingga Usaha Budidaya Bawang Merah merupakan salah satu cara
atau alternatif untuk meningkatan ekonomi para petani karena memiliki nilai
ekonomis tinggi.
Motto
4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
5 g NPK dilarukan dengan 1 l air dicampur dengan Previcur 0,5 cc/l dan
disiramkan di perakaran.
Penyiraman pada budidaya bawang merah hendaknya dilakukan sehari dua kali
setiap pagi dan sore. Setidaknya hingga tanaman berumur 10 hari. Setelah itu,
frekuensi penyiraman bisa dikurangi hingga satu hari sekali.
Gambar 5. Penyiraman Semaian
b). Penjarangan
c). Pemupukan
Pupuk dasar yang di anjurkan untuk bawang merah off- season di lahan
kering meliputi pupuk kandang atau kompos, dosis pupuk kandang sapi (10-15
t/ha) atau kotoran ayam (5-6 t/ha) atau kompos (2-3 t/ha) dan pemberian
Kaptan/dolomite (1,5 ton/ha). Pupuk buatan TSP/SP-36 (150-200 kg/ha).
Pemberian pupuk dasar tersebut diaplikasikan pada bedengan tanam sebelum tanam
atau saat pengolahan tanah ke dua pada setiap bedengan, sekitar 1-3 hari sebelum
tanam.Pupuk susulan diberikan pada umur (10-15) hari setelah tanam dan pada
umur satu bulan (30 hari), dengan dosis pempukan I dan II, masing-masing
campuran Urea (100-150 kg/ha)+ ZA (200-350 kg/ha) + KCl (150-200 kg/ha).
Untuk meningkatkan kondisi pertumbuhan tanaman diberikan tambahan pupuk
majemuk NPK Mutiara atau hidrokompleks pada umur tanaman 3 minggu dengan
dosis 25-50 kg/hektar. Pemberian pupuk susulan perlu diiukuti dengan penyiraman
apabila diperkirakan tidak terjadi hujan. Di samping itu dapat pula diberikan pupuk
hayati efektif sesuai anjuran apabila tersedia dan mampu mengurangi pemakaian
pupuk kimia..
d). Pemberian Pestisida Pada Masa Pembibitan
1). Persiapan
a). Pembajakan
b). Penggarukan dan Pencangkulan Lahan Serta Waktu Lahan Siap Tanam
Selama 5–7 hari lahan dibiarkan kering setelah dibajak (atau dibalik). Proses
ini akan membuat tanah menjadi lengket dan berbongkah sehabis dibajak menjadi
agak hancur karena mengalami proses pengeringan matahari dan penganginan.
Selama proses tersebut beberapa senyawa kimia yang beracun dan merugikan
tanaman dan akan hilang perlahan-lahan. Setelah kering, bongkahan tanah dibuat
petakan dengan tali rafia untuk membentuk bedengan dengan ukuran panjang
bedengan maksimum 12–15 m; tinggi bedengan 30–50 cm; lebar bedengan 100–110
cm; dan lebar parit 55–65 cm.
4). Pengapuran
Mulsa PHP yang terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan berwarna perak di
bagian atas dan warna hitam dibagian bawah dengan berbagai keuntungan. Warna
perak pada mulsa akan memantulkan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis
menjadi lebih optimal, kondisi pertanaman tidak terlalu lembab, mengurangi serangan
penyakit, dan mengusir serangga-serangga penggangu tanaman seperti Thirps dan
Aphids. Sedangkan warna hitam pada mulsa akan menyerap panas sehingga suhu di
perakaran tanaman menhadi hangat. Akibatnya, perkembangan akar akan optimal.
Selain itu warna hitam juga mencegah sinar matahari menembus ke dalam tanah
sehingga benih-benih gulma tidak akan tumbuh (kecuali teki dan anak pisang).
Pembuatan lubang tanam dengan jarak tanam yang sesuai untuk penanaman
benih, agar diperoleh lubang tanam dengan jarak yang sesuai rencana. Pembuatan
blak, sosrok dan tali yang telah diberi tanda sesuai dengan jarak yang direncanakan.
Penyiraman di lakukan di lahan pertanaman secukupnya dan dilanjutkan dengan
pembuatan larikan dan lubang tanaman dengan sosrok dengan kedalaman ¾ umbi
benih. Jarak tanam antar baris 15 - 20 cm untuk benih ukuran sedang dan 20 – 25
cm untuk benih ukuran besar. Jarak tanam dalam barisan 10 cm untuk benih ukuran
sedang dan 15 cm untuk benih ukuran besar
Penyulaman dilakukan yaitu dengan mengganti benih yang rusak atau tidak
tumbuh. Penyulaman dapat dilakukan pada 7-10 hari setelah tanam. Sedangkan,
penyiangan dapat dilakukan dengan cara mencabut dan membersihkan gulma pada
lahan pertanaman agar struktur tanah dan kebersihan lahan tetap terjaga sehingga
pertumbuhan tanaman optimal. Penyiangan juga dilakukan sekaligus untuk
membersihkan lahan dari akar rumput yang masih tertinggal pada saat penyiangan
dan dilakukan pada umur pertanaman 25 hari. Pembubunan, bertujuan untuk
memperbaiki struktur tanah, menutup akar tanaman bawang merah yang terbuka,
dan membuat pertumbuhan tanaman menjadi tegak dan kokoh. Pembubunan
dilakukan dengan menaikkan dan menimbunkan tanah pada pokok tanaman. Pada
saat pembubunan dilakukan pendangiran tanah di sekitar tanaman untuk
memperbaiki/meninggikan bedengan..
2). Penyiangan
3). Pembubunan
Adalah kegiatan memberi air pada tanaman untuk membantu pertumbuhan dan
membantu penyerapan unsur hara oleh tanaman
Salah satu cara untuk mengatasinya dengan pembuatan bedengan pada lahan..
4). Perempalan
Perempelan dilakukan terhadap tunas/cabang air yang bukan merupakan cabang
utama.
5). Pemupukan
a). Pengairan
b). Penyiraman
Penyiraman selanjutnya dilakukan dilakukan setiap pagi dan sore hari.
Penyiraman ini dilakukan mulai sejak tanam sampai satu minggu menjelang panen.
Penyiraman disesuaikan pada masing - masing jenis tanah. Pada tanah dengan jenis
debu berpasir, pemberian air dilakukan dengan di leb/digenangi sampai rata dengan
permukaan bedengan selama 15 menit. Untuk tanah lempung berpasir, pemberian
air dilakukan dengan penyiraman dengan ember. Untuk usaha budidaya bawang
merah di beberapa wilayah Jakarta, untuk penyiraman sebaiknya memperhatikan
kondisi iklim lokasi penanaman. Di wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Barat,
dengan penyiraman yang hanya dilakukan 1 kali, masih belum mencukupi untuk
pertumbuhan tanaman bawang merah. Karena kondisi iklim yang cukup panas dan
kering, dibandingkan dengan wilayah Jakarta yang lain, maka untuk wilayah
Jakarta barat dan Jakarta Utara, dianjurkan penyiraman 2 kali sehari..
Sedangkan untuk menekan populasi trips dan kutudaun, dipasang perangkap lekat
warna kuning sebanyak 40-50 buah/ ha.
Dalam pengendalian OPT ramah lingkungan, peranan musuh alami harus lebih
diutamakan dengan menitikberatkan pada pemanfaatan musuh alami domestik dengan
cara menciptakan lingkungan yang mendukung semakin berfungsinya musuh-musuh
alami secara maksimal. Beberapa musuh alami penting seperti parasitoid, predator dan
cendawan entomatogen diketahui dapat menekan serangan OPT pada tanaman bawang
merah.
Ajir atau tongkat dari kayu atau bilahan bambu, untuk rambatan dapat di pasang
setelah selesai membuat pembubunan dan selesai mensterilkan kebun. Atau dapat
juga ajir dipasang sesudah bibit ditanam, dan bibit sudah mengeluarkan sulur-
sulurnya kira-kira tingginya adalah 50 cm. Ajir harus terbuat dari bahan yang kuat
sehingga mampu menahan beban buah dengan bobot kira-kira 2–3 kg. Tempat
ditancapkannya ajir dengan jarak kira-kira 25 cm dari pinggir guludan baik kanan
maupun kiri. Supaya ajir lebih kokoh lagi, kita bisa menambahkan bambu panjang
yang diletakkan di bagian pucuk segitiga antara bambu atau kayu yang menyilang,
mengikuti barisan ajir-ajir di belakangnya.
b). Penyiangan
Penyiangan tanaman bawang merah di pot. Lakukan dengan mencabut rumput/gulma yang
tumbuh di sekitar tanaman bawang merah. Lakukan satu sampai dua kali penyiangan
sebelum pemupukan kedua.
D.5.1. Hama
D.5.2. Penyakit
Jika ditemui gejala serangan penyakit bercak ungu/ trotol, lakukan tindakan
pengendalian, antara lain:
• Jika pada siang hari, setelah hujan rintik-rintik, harus dilakukan
penyiraman (untuk mencuci sisa-sisa air 20 hujan dan percikan tanah
yang menempel pada daun). Jika kerusakan telah melebihi ambang
batas, maka lakukan penyemprotan fungisida dengan menggunakan 2
ml/l Score 250 EC, 2g/l Daconil 500F, 2g/lantracol 70 WP, atau 2 g/l
Dithane M-45 80 WP.
• Jika tanaman terkena layu fusarium, lakukan pencabutan dan
musnahkan agar tidak menular
D.6. PANEN
Umur panen bawang merah sangat ditentukan oleh jenis varietasnya. Pemanenan
sendiri dilakukan sesuai dengan penggunaan bawang merah tersebut nantinya. Untuk
varietas Bima, panen bawang merah untuk konsumsi dapat dilakukan saat tanaman
berumur 60 hari, dan jika akan digunakan sebagai umbi bibit, dilakukan pada saat
umur tanaman 70 sampai 90 hari.
Ciri-ciri tanaman bawang merah yang siap dipanen diantaranya: a) Jika dipegang,
pada bagian pangkal daun sudah lemas, b) 70 – 80% bagian daunnya berwarna
kuning pucat dan 80% telah rebah, c) sebagian umbi sudah terlihat dipermukaan
tanah, d) Umbi bawang berwarna merah tua/keunguan.
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah. Caranya dengan mencabut
seluruh tanaman secara hati-hati lalu ikat menjadi satu. Setiap ikatan terdiri dari 10
- 15 tanaman yang diikat pada 1 / 3 bagian ujung daunnya. Hal yang perlu
diperhatikan saat pemanenan adalah hindari luka pada umbi akibat gesekan dengan
tanah dan umbi yang tertinggal dalam tanah. Untuk menghindari pelukaan pada
umbi bawang merah, lakukan penyiraman 1-2 hari sebelum panen.
Bawang merah dapat dipanen setelah umurnya cukup tua, biasanya pada
umur 60–70 hari. Tanaman bawang merah dipanen setelah terlihat tanda-tanda
berupa leher batang 60% lunak, tanaman rebah dan daun menguning. Produksi
umbi kering mencapai 6-25 ton/ha. Pemanenan sebaiknya dilaksanakan pada
keadaan tanah kering dan cuaca yang cerah untuk mencegah serangan penyakit
busuk umbi di gudang
D.7. PASCAPANEN
1. Pelayuan
- Perlakuan pelayuan akan menimbulkan suhu dan kelembaban yang tinggi yang
akan bermanfaat dalam pembentukan lapisan epidermis umbi sehingga dapat
menutupi permukaan kulit umbi apabila pada waktu panen terjadi luka atau
goresan.
- Pelayuan bertujuan untuk mendapatkan warna kulit umbi bawang merah menjadi
lebih merah dan mengkilat. Letakkan umbi di alas terpal pada siang hari dibawah
sinar matahari yang cukup, kemudian ditata secara teratur dan tidak bertumpuk,
daun menghadap keatas agar daun cepat layu dan tanah yang menempel cepat
kering
- Gabungkan 2 ikatan menjadi 1 ikatan
- Lakukan penanganan terpisah pada bawang yang cacat, rusak atau terlepas dari
ikatannya
- Tutup dengan terpal pada malam hari untuk mengurangi penguapan air dan
melindungi dari hujan, berikan ruang antara terpal dan bawang, agar terpal tidak
langsung mengenai bawang.
3. Penyimpanan
Penyimpanan ditempatkan di para-para gudang yang telah didesain sesuai
dengan standar penyimpanan dan pengeringan atau instore drying.
Gudang dan para-para harus dalam kondisi kering untuk mengurangi resiko
pembusukan. Dalam gudang, bawang disimpan dan disusun pada para-para tidak
lebih dari 6 tingkat.
Bersihkan gudang secara berkala dengan ventilasi yang cukup agar sinar
matahari dan aerasi udara cukup masuk dari dan ke dalam gudang selama proses
instore drying yang dapat menyimpan bawang merah selama 2 bulan.
Penting untuk diperhatikan proses penyimpanan yang baik dan benar dapat
memperpanjang masa simpan bawang merah dan mempertahankan kesegarannya.
Selain itu membantu dalam pengaturan pemasaran, apabila ini dilakukan
dengan benar, kualitas bawang merah yang dihasilkan baik dan akan mendapatkan
keuntungan finansial bagi petani.
a. Keunggulan :
Pengalaman petani dalam usahatani bawang merah
Produksi sepanjang tahun
Sarana prasarana produksi tersedia lengkap
Pedagang antardaerah cukup banyak
Mandiri dalam penyediaan benih
Kualitas dan produksi bawang merah yang baik
b. Kelemahan :
Kabut yang sering menimbulkan penyakit
Tingginya upah pekerja
Sulit mendapatkan pupuk bersubsidi
Organisasi tani tidak berjalan
Tidak ada pergiliran tanaman
Ketergantungan petani akan input bahan kimia tinggi
Belum ada fasilitas gudang
Pembukaan lahan baru yang kurang memperhatikan
kelestarian lingkungan
c. Peluang :
• Permintaan pasar tinggi
• Investasi yang masuk dari daerah lain
• Statement harga terendah dari Menteri Pertanian
• Berpeluang menjadi daerah penyedia benih bersertifikat
• Tersedianya teknologi budidaya dan pascapanen bawang merah yang
siap diaplikasikan
d. Ancaman :
Masuknya bawang impor dan hasil panen daerah lain yang merusak
harga di tingkat petani
Pestisida palsu yang beredar
Permainan pedagang/mafia
Fluktuasi harga yang tidak menentu
Biaya produksi yang semakin meningkat
K. Tim Kerja
Tim Kerja dalam proses budidaya tanaman Bawang Merah, saya
mempekejakan 2 orang pekerja kaum milenial, Tim Kerja ini mengerjakan dari
proses penanaman, perawatan sampai panen tidak termasuk pengolahan tanan
karena untuk pengolahan tanah mempekerjakan tenaga kerja yang cukup banyak.