Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL

BUDIDAYA BAWANG MERAH

RIKI NURHIDAYAT

“ YOUTH ENTREPRENEURSHIP AND EMPLOYMENT


SUPPORT SERVICES PROGRAMME”
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji beserta syukur kehadirat Allah SWT.


Yangtelah memberikan kita Nikmat Iman, Rahmat, Taufik serta Inayahnya juga sehingga
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan proposal bantuan dana “ Hibah Kompetitip”.
Sholawat dan Salam kita haturkan kepada junjungan kita sang reformasi, Nabi
besar muhammad SAW, yang telah membimbing kita sebagai umatnya dari alam
kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu mengeluarkan tenaga dan pikiran sehingga
proposal bantuan dana “ Hibah Kompetitip “  ini dapat terselesaikan. 
untuk itu penulis menyampaikan rasa hormat dan penghargaan serta ucapan terima kasih
yang setinggi - tinginya.
Akhirnya, semoga proposal ini dapat bermanfaat, di terima oleh
bapak (Orang tua, instansi pemerintah, mentor, Mobilezer, Penyuluh pertanian atau
lembaga lembaga terkait yang penuh perhatian kepada pendidikan.

Subang, 01 Juni 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Secara Umum.............................................................. 1


B. Gambaran Potensi Usaha ..................................................................... 3

BAB II ASPEK UMUM

A. Latar Belakang Usaha...........................................................................


B. Visi & Misi ..........................................................................................
C. Gambaran Produk.................................................................................
D. Gambaran Cara Budidaya.....................................................................
E. Pemasaran ( Target Konsumen )..........................................................
F. Pesaing Usaha & Keunggulan Produk ( Analisa SWOT )....................
G. Strategi Pemasaran Produk...................................................................
H. Tata Cara Penjualan .............................................................................
I. Strategi Menciptakan Loyalitas Konsumen .........................................
J. Gambaran Resiko Usaha.......................................................................
K. Tim Kerja ...........................................................................................
L. Rencana Target Penjualan.....................................................................
M. Perhitungan Kebutuhan Modal Usaha & Modal Kerja.........................
N. Perhitungan Pendapatan & Titik Impas ...............................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...........................................................................................
B. Saran ...........................................................................................

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dimasa pandemi covid-19 ini , perekonomian negara Indonesia
menunjukkan kondisi yang kurang menggembirakan bagi para pelaku usaha dan
masyarakat. Tingginya angka inflasi nasional sekarang yang mencapai4,01% dan
di DIY yang mencapai 3,07 % dan isu meningkatnya kasus Covid -19 diberbagai
Wilayah di Indonesia khusunya di Kabupaten Subang menjadi bukti adanya kurang
kondusifnya kondisi perekonomian negara. Dalam kondisi yang seperti ini,
masyarakat semakin terpuruk ketika harga kebutuhan beberapa bahan pokok
mengalami peningkatan dan tidak lagi terjangkau yang juga tidak diimbangi dengan
meningkatnya pendapatan masyarakat. Di sektor pertanian, kondisi tersebut juga
sangat dirasakan oleh para petani. Biaya operasional yang tidak sebanding dengan
harga jual hasil pertanian membuat lesu sektor ini.
Terlebih ketika pemerintah menetapkan kebijakan impor untuk beberapa
komoditas pertanian yang kualitas dan harganya jauh lebih murah dari hasil
pertanian masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, dengan mengacu pada kondisi
perekonomian yang kurang kondusif dan tidak berpihak pada perekonomian rakyat,
menuntut masyarakat untuk mempunyai daya saing dan keahlian tertentu untuk
meningkatkan derajat hidupnya sebagai bekal dalam kehidupansehari – hari. Bagi
para pelaku usaha, kondisi yang perlu diperhatikan adalah mengenai bagaimana
daya beli masyarakat di sekitar sehingga bisa memunculkan permintaan dari
beberapa penawaran yang dilakukan oleh perusahaan. Apabila permintaan
meningkat memungkinkan pasar menjadi potensial dan ketika kondisi permintaan
menurun menyebabkan kondisi pasar pada posisi yang tidak menguntungkan. Yang
perlu diperhatikan adalah mengenai bagaimana tingkat pesaing , daya beli
masyarakat dan hukum permintaan maupun penawaran itu terjadi pada konsisi yang
demikian. Sehingga Usaha Budidaya Bawang Merah merupakan salah satu cara
atau alternatif untuk meningkatan ekonomi para petani karena memiliki nilai
ekonomis tinggi.

Bawang merah (Allium cepa L. kelompok Agregatum) merupakan salah satu


komoditas sayuran unggul yang sejak lama sudah dibudidayakan oleh petani secara
kontinue. Kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah akan terus meningkat
seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Komoditas ini merupakan sumber
pendapatan yang cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi daerah maupun
wilayah di bagian Indonesia. Karena kegunaan bawang merah sebagai kebutuhan
penunjang rumah tangga untuk pelengkap bumbu masak sehari-hari (Wibowo,
2005).
Analisis data ekspor-impor 2003-2008 mengindikasikan bahwa selama
periode tersebut Indonesia adalah net impoerter bawang merah, karena volume
ekspor untuk komoditas ini secara konsisten selalu lebih rendah dibandingkan
volume impornya. Produksi bawang merah provinsi Sumatera Utara pada tahun
2009 menurut Dinas Pertanian yang dikutip dari Badan Pusat Statistik (2010)
adalah 12.655 ton, sedangkan kebutuhan bawang merah mencapai 66.420 ton.
(Anonymous, 2010).

B. Gambaran Umum Potensi Usaha


Kalau kita mencermati secara lebih mendetail mengenai kondisi
perekonomian negara yang kurang stabil, maka apabila kita memposisikan diri
sebagai pelaku usaha Budidaya Tanaman Bawang Merah, sangatlah potensial.
Kegunaan utama bawang merah adalah sebagai bumbu masak. Meskipun bukan
merupakan kebutuhan pokok, bawang merah cenderung selalu dibutuhkan sebagai
pelengkap bumbu masak sehari-hari. Kegunaan lainnya adalah sebagai obat
tradisional (sebagai kompres penurun panas, diabetes, penurun kadar gula dan
kolesterol darah, mencegah penebalan dan pengerasan pembuluh darah dan maag)
karena kandungan senyawa allin dan allisin yang bersifat bakterisida.
Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu
komoditas sayuran dataran rendah, berasal dari Syria dan telah dibudidayakan
semenjak 5.000 tahun yang lalu. Bawang merah merupakan tanaman semusim yang
memiliki umbi yang berlapis, berakar serabut, dengan daun berbentuk silinder
berongga. Umbi bawang merah terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan
membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk
umbi. Umbi terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu.
Tanaman ini dapat ditanam di daratan rendah sampai daratan tinggi yang tidak
lebih dari 1200 m dpl. Di daratan tinggi umbinya lebih kecil dibanding daratan
rendah.
Gambar 1. Buah Bawang Merah Golden & Rock Bawang Merah

Gambar 2. Bawang Merah Golden Alisha F1

Gambar 3. Rock Bawang Merah Hana F1


BAB II
ASPEK UMUM

A. Latar Belakang Usaha


Unit usaha ini diberi nama …………………. dikarenakan bermula dari ide
sekumpulan anak muda ( teman-teman ) yang senang dalam mempelajari dunia
pertanian dan gelisah akan regenerasi petani di negeri ini.
Saya sendiri memutuskan untuk membudidayakan tanaman Bawang Merah
sebagai File Projeck berwirausaha di atas luas lahan 1000 m2 dengan populasi
1200 Tanaman, modal yang digunakan untuk berwirausaha Budidaya Tanaman
Bawang Merah diambil dari tabungan pribadi dan pinjaman dari teman. Lokasi
lahan budidaya tanaman Bawang Merah pertama kali berlokasi di Kp Cikondang
Desa Sukasari, Kecamatan Subang, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.
pada saat ini lokasi yang akan dijadikan tempat budidaya Bawang Merah
adalah tanah milik IP2TP Subang ( Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi
Pertanian Subang ) RT. 33/11, Wera Sari, Dangdeur, Kec. Subang, Kabupaten
Subang, Jawa Barat . disini saya bekerja sama dengan IP2TP Subang untuk
mengelola tanah aset Kementrian pertanian, dengan metode penanaman tumpang
sari Pisang & Bawang Merah dengan luas lahan 2 Ha .

B. Visi & Misi


Visi
“ Menjadikan Kabupaten Subang Sebagai Central Distributor Buah Bawang
Merah Eksklusif Se-Jawa Barat”
Misi
 Mencetak SDM yang ahli dalam bidang budidaya Bawang Merah
 Memperluas lahan produksi
 Menjalin kemitraan dengan kelompok tani
 Memperluas koneksi dengan para reseller
 Memperluas koneksi dengan investor

Motto

“ Pembeli Bagi Saya Adalah Raja”


C. Gambaran Produk
Buah Bawang Merah yang saya budidayakan merupakan salah satu Bawang
Merah Eksklusif yaitu Bawang Merah Golden & Rock Bawang Merah, Harga
Terjangkau dari mulai Rp. 15.000/Kg Sampai Rp.35.000/Kg dan Buah Bawang
Merah bisa di panen sendiri/petik buah langsung ke kebun serta bisa pesan Buah
Bawang Merah siap makan ( Bawang Merah Potong Dalam Cup).

Gambar 4. Pembeli Petik buah Bawang Merah secara langsung

Gambar 5. Bawang Merah Potong

Gambar 6. Penjualan Secara COD


D. Gambaran Cara Budidaya Bawang Merah
D.1. Pembibitan
1). Persyaratan Benih
Benih bawang merah yang baik berasal dari umbi yang dipanen tua, lebih
dari 80 hari untuk dataran rendah dan 100 hari dataran tinggi. Benih bawang merah
yang baik setidaknya telah disimpan 2-3 bulan. Ukuran benih sekitar 1,5-2 cm
dengan bentuk yang bagus, tidak cacat, berwarna merah tua mengkilap.
2). Penyiapan Benih
Beberapa standar penyiapan bibit yang diperhatikan diantaranya:
a) Calon bibit merupakan umbi dari tanaman sehat, disimpan dalam keadaan
kering, dan masih terdapat daun pada umbi calon bibit.
b) Berasal dari tanaman yang dipanen minimal 55 hari.
c) Bibit telah disimpan 2-3 bulan, bernas (keras, tidakkempos) dan berwarna
merah.
d) Umbi memiliki ukuran sedang (1,5-1,8 cm)
e) Umbi tidak luka dan memiliki penampakan yang bagus serta tidak busuk.
f) Umbi yang siap tanam dipotong 1/3 bagian ujung untuk memecah dormansi
segera setelah akan ditanam.Setelah umbi siap, kegiatan selanjutnya adalah
penanaman.
Bibit bawang merah ditanam di bedengan-bedengan yang telah dibuat
pada proses pengolahan tanah. Bibit ditanam dengan jarak tanam 12 x 15 cm,
15 x 17 cm, 16 x 18 cm atau sesuai dengan kebiasaan dan kearifan lokal
setempat. Bibit ditanam menghadap atas dengan ¾ bagian dibenamkan dalam
tanah. Penanaman dilakukan pada pagi atau sore hari ketika intensitas cahaya
matahari telah berkurang. Pada musim kemarau, lahan disiram terlebih dahulu
sebelum bibit ditanam.

3). Teknik Penyemaian Benih

 Ukuran bed semai dibuat sesuai kondisi lahan.


 Campurkan benih dengan Insektisida ST (Seed Treatment)
 Benih ditaburkan pada bed semai dengan kedalaman lubang semai 2 cm dan
jarak antar jalur tanam 10 cm.
 Kurang lebih sebanyak 1 gram untuk jalur tanam dengan panjang 1 m. 
 Biji yang sudah disemai agak ditekan sebelum ditutup dengan tanah.
 Persemaian ditutup dengan jerami dan dibuka 7 hari setelah semai.
 Benih akan mulai tumbuh 4-5 hari setelah semai.

Gambar 4. Penyemaian Bawang Merah


 Pembuatan Media Semai
- Media tanam yang bagus untuk persemaian adalah tanah gembur dan
berpasir.
- Media bisa didapatkan dengan mencampur:
- Pupuk Kandang Halus dan tanah halus (perbandingan 1:1)
- Tanah halus, Pupuk Kandang halus dan arang sekam dengan perbandingan
(1:1:1)

4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

 Penyiraman 2 kali sehari (Sesuai kebutuhan).

 Pemupukan umur 21 Hari Setelah Semai.

 5 g NPK dilarukan dengan 1 l air dicampur dengan Previcur 0,5 cc/l dan
disiramkan di perakaran.

 Dosis pemupukan 10 liter/3 m2.

 Pencabutan gulma secara manual.

a). Cara dan Waktu Penyiraman

Penyiraman pada budidaya bawang merah hendaknya dilakukan sehari dua kali
setiap pagi dan sore. Setidaknya hingga tanaman berumur 10 hari. Setelah itu,
frekuensi penyiraman bisa dikurangi hingga satu hari sekali.
Gambar 5. Penyiraman Semaian

b). Penjarangan

Penjarangan dilakukan dengan tujuan untuk menyiapkan bibit-bibit yang


sehat dan kekar untuk ditanam. Penjarangan ini mulai dilakukan 3 hari sebelum
penanaman bibit ke lapangan. Bibit yang mempunyai pertumbuhan seragam
dikumpulkan menjadi satu. Bibit-bibit yang pertumbuhannya merana disingkirkan
dan tidak ditanam.

c). Pemupukan

Pupuk dasar yang di anjurkan untuk bawang merah off- season di lahan
kering meliputi pupuk kandang atau kompos, dosis pupuk kandang sapi (10-15
t/ha) atau kotoran ayam (5-6 t/ha) atau kompos (2-3 t/ha) dan pemberian
Kaptan/dolomite (1,5 ton/ha). Pupuk buatan TSP/SP-36 (150-200 kg/ha).
Pemberian pupuk dasar tersebut diaplikasikan pada bedengan tanam sebelum tanam
atau saat pengolahan tanah ke dua pada setiap bedengan, sekitar 1-3 hari sebelum
tanam.Pupuk susulan diberikan pada umur (10-15) hari setelah tanam dan pada
umur satu bulan (30 hari), dengan dosis pempukan I dan II, masing-masing
campuran Urea (100-150 kg/ha)+ ZA (200-350 kg/ha) + KCl (150-200 kg/ha).
Untuk meningkatkan kondisi pertumbuhan tanaman diberikan tambahan pupuk
majemuk NPK Mutiara atau hidrokompleks pada umur tanaman 3 minggu dengan
dosis 25-50 kg/hektar. Pemberian pupuk susulan perlu diiukuti dengan penyiraman
apabila diperkirakan tidak terjadi hujan. Di samping itu dapat pula diberikan pupuk
hayati efektif sesuai anjuran apabila tersedia dan mampu mengurangi pemakaian
pupuk kimia..
d). Pemberian Pestisida Pada Masa Pembibitan

Pada masa pembibitan penyemprotan pestisida dilakukan apabila dianggap


perlu. Konsentrasi penuh akan menyebabkan daun-daun bibit Bawang Merah ini
terbakar (plasmolisis). Penyomprotan ini dilakukan terutama pada saat 2-3 hari
sebelum bibit ditanam dilapangan. Contoh pestisida yang digunakan adalah
Insektisida Dicarzol 0,5 g/liter dan fungisida Previcur N 1,0 ml/liter.

D.2. Pengolahan Media Tanam

1). Persiapan

a). Pengukuran pH Tanah

Pengukuran pH tanah dengan menggunakan alat pH meter. Tanah yang


akan di ukur dibasahi terlebih dahulu. Pengambilan sampel dilakukan di 10 titik
yang berbeda, kemudian dihitung pH rata-rata.

Gambar 6. Pengukuran PH Tanah

b). Analisis Tanah

Berdasarkan fakta di lapangan tanaman Bawang Merah dapat ditanam pada


berbagai jenis tanah terutama Struktur tanah untuk menanam bawang merah
haruslah gembur, dengan pH 4,5-6,5. Tanah juga harus subur, mengandung unsur
hara yang tinggi dan memiliki daya serap air baik.

c). Penetapan Waktu/Jadwal Tanam

Penetapan waktu tanam berkaitan dengan perkiraan waktu panen suatu


varietas Bawang Merah yang ditanam dan waktu panen varietas Bawang Merah
lainnya. Misalnya waktu tanam Bawang Merah pada bulan Maret adalah varietas
ten me, April varietas aroma, Mei varietas new century (hamiqua) dan seterusnya
sehingga petani/pengusaha agribisnis perlu menjadwal waktu tanaman varietas
Bawang Merah yang dikehendaki pelanggan.
d). Penetapan Luas Areal Penanaman

Penetapan luas penanaman berkaitan erat dengan pemilikan modal, luas


lahan yang tersedia, musim dan permintaan pasar. Tanaman Bawang Merah yang
diusahakan di lahan terbuka di musim hujan akan rusak terserang penyakit karena
terguyur hujan terus-menerus. Maka penanaman Bawang Merah di musim hujan
lebih diarahkan penanaman di indoor/green house.

Gambar 7. Penetapan Luas Area

e). Pengaturan Volume Produksi

Pengaturan volume produksi berkaitan erat dengan perkiraan harga pada


saat panen dan permintaan pasar. Cara penanaman Bawang Merah dilakukan secara
bertahap. Misalnya penanaman pertama 20% di lokasi A, kedua 40% di lokasi B,
dan ketiga 40% di lokasi C. Interval penanaman berkisar 2 minggu.

2). Pembukaan Lahan

a). Pembajakan

Untuk penanaman Bawang Merah di dataran menengah-tinggi, struktur


tanah biasanya sudah sangat remah sehingga tidak memerlukan pembajakan. Lahan
yang dibajak harus digenangi air lebih dahulu selama semalam, kemudian keesokan
harinya dilakukan pembajakan ini cukup untuk membalik tanah sehingga cukup
dilakukan sekali dengan kedalaman balikan sekitar 30 cm.

b). Penggarukan dan Pencangkulan Lahan Serta Waktu Lahan Siap Tanam

Untuk pencangkulan dan penggarukan, keadaan tanahnya harus cukup


kering. Karena kita bisa mudah membentuk tanah yang semula berbongkah-
bongkah dan cukup liat, tanah yang beremah-remah dan cukup sarang (mudah
diserap air). Dengan tanah tersebut akan menguntungkan tanaman. Selain
perakarannya mudah menembus tanah, juga akan mudah bernapas.

Cara-cara pencangkulan adalah sebagai berikut:

1. Mula-mula lakukan pembalikan tanah (tanahnya masih berbongkah-bongkah.

2. Tanah dari hasil pencangkulan pertama dihaluskan atau dihancurkan, dengan


kedalaman  30–50 cm. (untuk dua kali cangkulan)

3. Pencangkulan dilakukan kalau keadaan tanahnya betul-betul sudah dikategorikan


ke dalam tanah berat. Jika tidak, sekali cangkul tanah sudah cukup beremah dan
kita dapat mengerjakan pekerjaan yang lain.

3). Pembentukan Bedengan

a). Cara Pembuatan

Selama 5–7 hari lahan dibiarkan kering setelah dibajak (atau dibalik). Proses
ini akan membuat tanah menjadi lengket dan berbongkah sehabis dibajak menjadi
agak hancur karena mengalami proses pengeringan matahari dan penganginan.
Selama proses tersebut beberapa senyawa kimia yang beracun dan merugikan
tanaman dan akan hilang perlahan-lahan. Setelah kering, bongkahan tanah dibuat
petakan dengan tali rafia untuk membentuk bedengan dengan ukuran panjang
bedengan maksimum 12–15 m; tinggi bedengan 30–50 cm; lebar bedengan 100–110
cm; dan lebar parit 55–65 cm.

b). Bentuk Bedengan

Bedengan dibentuk dengan cara mencangkuli bongkahan tanah menjandi


struktur tanah yang remah/gembur. Bila telah bentuk bedengan terlihat, baik itu.
bedengan kasar/setengah jadi bedengan tersebut dikeringanginkan lagi selama
seminggu agar terjadi proses oksidasi/penguapan dari unsur-unsur beracun ada
hingga menghilang tuntas.

c) . Ukuran dan Jarak Bedengan

Dengan panjang maksimum 15 m tersebut akan memudahkan perawatan


tanaman dan mempercepat pembuangan air, terutama di musim hujan. Tinggi
bedengan dibuat sesuai dengan musim dan kondisi tanah. Pada musim hujan tinggi
bedengan 50 cm agar perakaran tanaman tidak terendam air jika hujan deras. Dan
pada musim kemarau tinggi bedengan cukup 30 cm, karena untuk memudahkan
perawatan pada saat bedengan digenangi. Parit dibuat dengan lebar 55–65 cm
adalah untuk memudahkan perawatan pada saat penyemprotan, pemasangan ajir,
maupun penalian.

4). Pengapuran

Pengapuran dilakukan 4 minggu sebelum tanam dengan menaburkan kapur dolomit


keseluruh permukaan petak dengan dosis sesuai perlakuan. P0= Kontrol, P1= 0,5 x Al-
dd ( 919 gr/petak), P2 = 1 x Al-dd ( 1.840 gr/petak), P3 = 1,5 x Al-dd ( 2.760 gr/petak),
P4 = 2 x Al-dd ( 3.682 gr/petak), P5 = 2,5 x Al-dd ( 4.600 gr/petak ).

5). Pemasangan Mulsa Plastik Hitam-Perak (PHP)

Mulsa PHP yang terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan berwarna perak di
bagian atas dan warna hitam dibagian bawah dengan berbagai keuntungan. Warna
perak pada mulsa akan memantulkan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis
menjadi lebih optimal, kondisi pertanaman tidak terlalu lembab, mengurangi serangan
penyakit, dan mengusir serangga-serangga penggangu tanaman seperti Thirps dan
Aphids. Sedangkan warna hitam pada mulsa akan menyerap panas sehingga suhu di
perakaran tanaman menhadi hangat. Akibatnya, perkembangan akar akan optimal.
Selain itu warna hitam juga mencegah sinar matahari menembus ke dalam tanah
sehingga benih-benih gulma tidak akan tumbuh (kecuali teki dan anak pisang).

Gambar 8. Pemasangan Mulsa

D.3. Teknik Penanaman

1). Penentuan Pola Tanam

Bawang merah merupakan tanaman sayuran semusim  yang umurnya hanya


dua bulan.Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat0 s/d 900
m dplapabila mendapatkan penyinaran matahari lebih dari 12 jam per harinya.
Suhu optimum untuk pertumbuhannya berkisar antara 25-32 °C dan keasaman
tanah yang dikehendaki berkisar pada pH 5,6-7..

Untuk penentuan waktu tanam, dilakukan untuk menetapkan waktu tanam


yang tepat untuk penanaman bawang merah, sehingga tanaman bawang merah
dapat tumbuh dengan baik, mulai dari awal pertumbuhannya sampai saat panen.
Waktu tanam bawang merah yang baik adalah pada musim kemarau dengan
ketersediaan air yang cukup (April/Mei dan Juli/Agustus). Penanaman bawang
merah pada musim kemarau biasanya dilaksanaan pada bekas lahan padi sawah.
Sedangkan pada musim penghujan dilakukan penanaman pada lahan tegalan. Untuk
memastikan perkiraan waktu tanam yang tepat, diperlukan data curah hujan
dilokasi penanaman sebelumnya, minimal selama 5 tahun sebelumnya serta data
pola tanam yang disepakati sesuai dengan kebutuhan. Selain itu pula waktu tanam
juga sebaiknya memperhatikan varietas bawang merah yang diperlukan sesuai
dengan saat tanam.

2). Pembuatan Lubang Tanam

Pembuatan lubang tanam dengan jarak tanam yang sesuai untuk penanaman
benih, agar diperoleh lubang tanam dengan jarak yang sesuai rencana. Pembuatan
blak, sosrok dan tali yang telah diberi tanda sesuai dengan jarak yang direncanakan.
Penyiraman di lakukan di lahan pertanaman secukupnya dan dilanjutkan dengan
pembuatan larikan dan lubang tanaman dengan sosrok dengan kedalaman ¾ umbi
benih. Jarak tanam antar baris 15 - 20 cm untuk benih ukuran sedang dan 20 – 25
cm untuk benih ukuran besar. Jarak tanam dalam barisan 10 cm untuk benih ukuran
sedang dan 15 cm untuk benih ukuran besar

3). Cara Penanaman

Penanaman dilakukan dengan membenamkan umbi bawang merah, pada


lubang tanam yang telah disiapkan. Lubang tanam untuk tanaman bawang merah
yaitu 1 cm, dengan jarak tanam antar umbi 20 x 20 cm atau 20 x 15 cm. Untuk
penanaman, setiap satu lubang tanam, ditanam 1 umbi bawang merah, yaitu dengan
membenamkan ¾ bagian umbinya ke dalam lubang tanam, Sebelum ditanam,
dilakukan pemotongan pada bagian ujung umbi bawang merah. Tujuan dilakukan
pemotongan pada bagian ujung umbi tersebut, antara lain: untuk memecah masa
dormansi, mempercepat dan menyerempakkan pertumbuhan daun bawang, untuk
mengetahui apakah umbi tersebut pada bagian dalamnya busuk atau berjamur, serta
untuk mengurangi pertumbuhan bawang merah yang kurang bagus. Untuk
penanaman pada skala luas, setelah dilakukan pemotongan pada bagian ujungnya,
sebaiknya diberikan fungisida Mankozep pada bagian ujungnya, hal ini untuk
mencegah serangan penyakit. Pada saat penanaman dilakukan sebaiknya pada saat
musim kemarau tetapi yang harus diperhatikan adalah pengairan yang cukup

D.4. Pemeliharaan Tanaman

1). Penjarangan dan Penyulaman

Penyulaman dilakukan yaitu dengan mengganti benih yang rusak atau tidak
tumbuh. Penyulaman dapat dilakukan pada 7-10 hari setelah tanam. Sedangkan,
penyiangan dapat dilakukan dengan cara mencabut dan membersihkan gulma pada
lahan pertanaman agar struktur tanah dan kebersihan lahan tetap terjaga sehingga
pertumbuhan tanaman optimal. Penyiangan juga dilakukan sekaligus untuk
membersihkan lahan dari akar rumput yang masih tertinggal pada saat penyiangan
dan dilakukan pada umur pertanaman 25 hari. Pembubunan, bertujuan untuk
memperbaiki struktur tanah, menutup akar tanaman bawang merah yang terbuka,
dan membuat pertumbuhan tanaman menjadi tegak dan kokoh. Pembubunan
dilakukan dengan menaikkan dan menimbunkan tanah pada pokok tanaman. Pada
saat pembubunan dilakukan pendangiran tanah di sekitar tanaman untuk
memperbaiki/meninggikan bedengan..

2). Penyiangan

Penyiangan tanaman bawang merah dilakukan sesuai keadaan gulma di


lapangan, yaitu antara satu sampai dua kali penyiangan setiap bulannya. Cara
penyiangan dapat dilakukan secara manual atau menggunakan alat.

3). Pembubunan

Adalah kegiatan memberi air pada tanaman untuk membantu pertumbuhan dan
membantu penyerapan unsur hara oleh tanaman

Dalam melakukan pengairan pada tanaman bawang merah harus dilakukan,


karena tanaman bawang merah membentuk umbi di dalam tanah, oleh karna itu
tanaman tersebut membutuhkan air yang cukup sejak pertumbuhan awal hingga
menjelang panen, air yang diberikan pada tanaman harus segera meresap ke dalam
tanah, bila tidak umbi akan menjadi busuk dan sebagai sumber penyakit.

Salah satu cara untuk mengatasinya dengan pembuatan bedengan pada lahan..

4). Perempalan
Perempelan dilakukan terhadap tunas/cabang air yang bukan merupakan cabang
utama.

5). Pemupukan

Pemberian pupuk pada tanaman bawang merah diberikan sebanyak 3 kali,


yaitu pemberian pupuk dasar, pupuk susulan 1 dan pupuk susulan 2. Pemberian
pupuk dasar dilakukan pada 1 sampai 2 hari sebelum tanam. Pemberian pupuk dasar
terdiri dari pemberian pupuk organik dan TSP. Pupuk organik yang diberikan, yaitu
berasal dari pupuk kandang sapi sebanyak 15-20 t/ha, sedangkan jika digunakan
pupuk dari kotoran ayam sebanyak 5-6 ton/ha dan TSP sebanyak 120-200 kg/ha.
Pemberian pupuk organik maupun pupuk kimia dapat dilakukan dengan cara disebar
dan diaduk rata dengan tanah di bedenga Setelah tanaman bawang merah berumur 2
minggu (10 – 15 hari setelah tanam), dilakukan pemupukan susulan 1. Pupuk yang
diberikan yaitu: Urea sebanyak 100-150 kg/ ha, KCl sebanyak 50-100 kg/ha dan ZA
200-250 kg/ha. Sedangkan pemupukan ke 2, dilakukan pada saat tanaman berumur
20 - 25 hari setelah tanam. Pupuk yang diberikan yaitu: Urea 100-150 sebanyak
kg/ha, KCl sebanyak 50- 100 kg/ha dan ZA 200-250 kg/ha. Untuk pemberian pupuk
susulan yang 1 dan 2, dilakukan dengan cara mencampur pupuk yang akan
ditaburkan dengan mencampur rata, kemudian ditaburkan secara merata. Untuk
pemberian pupuk susulan ke 2 dilakukan 3 hari setelah pendangiran dengan cara
ditaburkan.

6). Pengairan dan Penyiraman

a). Pengairan

Yaitu mengatur pemberian air untuk memenuhi kebutuhan air bagi


pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang merah. Pengairan merupakan
salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan panen tanaman bawang
merah. Jumlah dan waktu pengairan yang diberikan tergantung pada iklim,
kandungan air tanah, tingkat pertumbuhan tanaman dan sifat perakaran tanaman.
Pada tanaman bawang merah, pada awal pertumbuhan sampai tanaman bawang
merah berumur 3 minggu, harus dilakukan penyiraman secara rutin secara rutin
pagi dan sore hari. Selain itu pula, kebutuhan air/ penyiraman pada umumnya
sangat diperlukan terutama pada saat periode kritis, yaitu pada saat pembentukan
umbi, karena jika kebutuhan air ini tidak terpenuhi, akan dapat menurunkan
produksi umbi bawang merah

b). Penyiraman
Penyiraman selanjutnya dilakukan dilakukan setiap pagi dan sore hari.
Penyiraman ini dilakukan mulai sejak tanam sampai satu minggu menjelang panen.
Penyiraman disesuaikan pada masing - masing jenis tanah. Pada tanah dengan jenis
debu berpasir, pemberian air dilakukan dengan di leb/digenangi sampai rata dengan
permukaan bedengan selama 15 menit. Untuk tanah lempung berpasir, pemberian
air dilakukan dengan penyiraman dengan ember. Untuk usaha budidaya bawang
merah di beberapa wilayah Jakarta, untuk penyiraman sebaiknya memperhatikan
kondisi iklim lokasi penanaman. Di wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Barat,
dengan penyiraman yang hanya dilakukan 1 kali, masih belum mencukupi untuk
pertumbuhan tanaman bawang merah. Karena kondisi iklim yang cukup panas dan
kering, dibandingkan dengan wilayah Jakarta yang lain, maka untuk wilayah
Jakarta barat dan Jakarta Utara, dianjurkan penyiraman 2 kali sehari..

7). Waktu Penyemprotan Pestisida

Setelah ditanam, pengendalian selanjutnya adalah Pemasangan perangkap OPT


bertujuan untuk menekan populasi awal OPT agar perkembangannya tidak
menimbulkan kerugian.

Beberapa macam perangkap OPT yang direkomendasikan adalah Feromon Exi, yang


digunakan untuk menekan serangan hama ulat bawang. Biasanya dipasang sebanyak 20
buah/hektar. Atau bisa juga menggunakan perangkap lampu sebanyak 40 buah per
hektar.

Sedangkan untuk menekan populasi trips dan kutudaun, dipasang perangkap lekat
warna kuning sebanyak 40-50 buah/ ha.

Dalam pengendalian OPT ramah lingkungan, peranan musuh alami harus lebih
diutamakan dengan menitikberatkan pada pemanfaatan musuh alami domestik dengan
cara menciptakan lingkungan yang mendukung semakin berfungsinya musuh-musuh
alami secara maksimal. Beberapa musuh alami penting seperti parasitoid, predator dan
cendawan entomatogen diketahui dapat menekan serangan OPT pada tanaman bawang
merah.

Penggunaan biopestisida juga bisa dilakukan untuk mengendalikan OPT. Lebih dari


2300 jenis tumbuhan dari berbagai penjuru dunia diketahui dapat digunakan sebagai
pestisida nabati dan tidak kurang dari 100 jenis tumbuhan telah diketahui mengandung
bahan aktif insektisida.

8). Pemeliharaan Lain

a). Pemasangan Ajir

Ajir atau tongkat dari kayu atau bilahan bambu, untuk rambatan dapat di pasang
setelah selesai membuat pembubunan dan selesai mensterilkan kebun. Atau dapat
juga ajir dipasang sesudah bibit ditanam, dan bibit sudah mengeluarkan sulur-
sulurnya kira-kira tingginya adalah 50 cm. Ajir harus terbuat dari bahan yang kuat
sehingga mampu menahan beban buah dengan bobot kira-kira 2–3 kg. Tempat
ditancapkannya ajir dengan jarak kira-kira 25 cm dari pinggir guludan baik kanan
maupun kiri. Supaya ajir lebih kokoh lagi, kita bisa menambahkan bambu panjang
yang diletakkan di bagian pucuk segitiga antara bambu atau kayu yang menyilang,
mengikuti barisan ajir-ajir di belakangnya.

b). Penyiangan

Penyiangan tanaman bawang merah di pot. Lakukan dengan mencabut rumput/gulma yang
tumbuh di sekitar tanaman bawang merah. Lakukan satu sampai dua kali penyiangan
sebelum pemupukan kedua.

D.5. HAMA DAN PENYAKIT

D.5.1. Hama

Pengendalian OPT. Pengendalian dapat menggunakan pestisida nabati. Penggunaan


pestisida kimia hanya dilakukan sebagai tindakan terakhir. Penyemprotan insektisida
dianjurkan menggunakan sprayer kipas, karena butiran yang dihasilkan lebih halus serta
menghemat insektisida lebih dari 40% (Koestoni, 1992). Penyemprotan sebaiknya
dilakukan pada sore hari, karena hama pada bawang merah ini aktif pada malam hari.
Tindakan yang dilakukan terhadap hama yang menyerang tanaman bawang merah
antara lain:

• Pemetikan secara manual (dipetik) dan dibuang. Kondisi ini dilakukan


jika ditemui telur dan daun-daun bawang menunjukkan gejala serangan.
Jika jumlah telur telah melebihi batas yang telah ditentukan, maka
lakukan penyemprotan dengan menggunakan 2ml/l curacron 500 EC,
2ml/l Buldok 25EC, dll).
• Serangan trips dapat dikendalikan menggunakan insektisida, yaitu 0,5
ml/l Tracer 120 SC; 0,5 ml/l Agrimec 18 EC; 0,5 ml/l Pegasus 500 SC;
dan 1-2 ml/l Marshal 200 EC

D.5.2. Penyakit

Jika ditemui gejala serangan penyakit bercak ungu/ trotol, lakukan tindakan
pengendalian, antara lain:
• Jika pada siang hari, setelah hujan rintik-rintik, harus dilakukan
penyiraman (untuk mencuci sisa-sisa air 20 hujan dan percikan tanah
yang menempel pada daun). Jika kerusakan telah melebihi ambang
batas, maka lakukan penyemprotan fungisida dengan menggunakan 2
ml/l Score 250 EC, 2g/l Daconil 500F, 2g/lantracol 70 WP, atau 2 g/l
Dithane M-45 80 WP.
• Jika tanaman terkena layu fusarium, lakukan pencabutan dan
musnahkan agar tidak menular

D.6. PANEN

D.6.1. Ciri dan Umur Panen

Umur panen bawang merah sangat ditentukan oleh jenis varietasnya. Pemanenan
sendiri dilakukan sesuai dengan penggunaan bawang merah tersebut nantinya. Untuk
varietas Bima, panen bawang merah untuk konsumsi dapat dilakukan saat tanaman
berumur 60 hari, dan jika akan digunakan sebagai umbi bibit, dilakukan pada saat
umur tanaman 70 sampai 90 hari.

Ciri-ciri tanaman bawang merah yang siap dipanen diantaranya: a) Jika dipegang,
pada bagian pangkal daun sudah lemas, b) 70 – 80% bagian daunnya berwarna
kuning pucat dan 80% telah rebah, c) sebagian umbi sudah terlihat dipermukaan
tanah, d) Umbi bawang berwarna merah tua/keunguan.

b). Cara Panen

Pemanenan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah. Caranya dengan mencabut
seluruh tanaman secara hati-hati lalu ikat menjadi satu. Setiap ikatan terdiri dari 10
- 15 tanaman yang diikat pada 1 / 3 bagian ujung daunnya. Hal yang perlu
diperhatikan saat pemanenan adalah hindari luka pada umbi akibat gesekan dengan
tanah dan umbi yang tertinggal dalam tanah. Untuk menghindari pelukaan pada
umbi bawang merah, lakukan penyiraman 1-2 hari sebelum panen.

c). Periode Panen

Bawang merah dapat dipanen setelah umurnya cukup tua, biasanya pada
umur 60–70 hari. Tanaman bawang merah dipanen setelah terlihat tanda-tanda
berupa leher batang 60% lunak, tanaman rebah dan daun menguning. Produksi
umbi kering mencapai 6-25 ton/ha. Pemanenan sebaiknya dilaksanakan pada
keadaan tanah kering dan cuaca yang cerah untuk mencegah serangan penyakit
busuk umbi di gudang

d). Prakiraan Produksi


Untuk mengetahui jumlah produksi yang akan dihasilkan bagian pemasaran harus
melakukan penelitian pasar. Untuk luas satu hektar tanaman Bawang Merah
diperkirakan akan menghasilkan buah Bawang Merah 10–15 ton, maka
memanennya harus dilakukan secara bertahap. Misalnya minggu I menanam seluas
2.000 m2, minggu II menanam seluas 2.000 m2, dan seterusnya. Hal ini untuk
tingkat kontinuitas produksi akan tercapai dan resiko tidak terjualnya buah Bawang
Merah akan terhindar.

D.7. PASCAPANEN

Pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah Bawang


Merah dipanen. Kesalahan penanganan dalam pascapanen akan mempengaruhi
kwalitas/penampilan buah Bawang Merah.

1. Pelayuan
- Perlakuan pelayuan akan menimbulkan suhu dan kelembaban yang tinggi yang
akan bermanfaat dalam pembentukan lapisan epidermis umbi sehingga dapat
menutupi permukaan kulit umbi apabila pada waktu panen terjadi luka atau
goresan.
- Pelayuan bertujuan untuk mendapatkan warna kulit umbi bawang merah menjadi
lebih merah dan mengkilat. Letakkan umbi di alas terpal pada siang hari dibawah
sinar matahari yang cukup, kemudian ditata secara teratur dan tidak bertumpuk,
daun menghadap keatas agar daun cepat layu dan tanah yang menempel cepat
kering
- Gabungkan 2 ikatan menjadi 1 ikatan
- Lakukan penanganan terpisah pada bawang yang cacat, rusak atau terlepas dari
ikatannya
- Tutup dengan terpal pada malam hari untuk mengurangi penguapan air dan
melindungi dari hujan, berikan ruang antara terpal dan bawang, agar terpal tidak
langsung mengenai bawang.

2. Penyortiran dan Penggolongan


Setelah bawang merah dianggap sudah kering, biasanya dilakukan penyortiran atau
seleksi untuk memisahkan umbi bawang merah yang bagus dan cacat. Sortasi dan
grading dilakukan berdasarkan keseragaman bentuk, kebersihan, kepadatan, bebas
penyakit dan kerusakan serta ukuran panjang berat serta diameter. Hal ini sangat
penting karena menyangkut nilai harga jual bawang merah.

3. Penyimpanan
Penyimpanan ditempatkan di para-para gudang yang telah didesain sesuai
dengan standar penyimpanan dan pengeringan atau instore drying.
Gudang dan para-para harus dalam kondisi kering untuk mengurangi resiko
pembusukan. Dalam gudang, bawang disimpan dan disusun pada para-para tidak
lebih dari 6 tingkat.
Bersihkan gudang secara berkala dengan ventilasi yang cukup agar sinar
matahari dan aerasi udara cukup masuk dari dan ke dalam gudang selama proses
instore drying yang dapat menyimpan bawang merah selama 2 bulan.
Penting untuk diperhatikan proses penyimpanan yang baik dan benar dapat
memperpanjang masa simpan bawang merah dan mempertahankan kesegarannya.
Selain itu membantu dalam pengaturan pemasaran, apabila ini dilakukan
dengan benar, kualitas bawang merah yang dihasilkan baik dan akan mendapatkan
keuntungan finansial bagi petani.

4. Pengemasan dan Pengangkutan


Pengemasan adalah proses perlindungan komoditas dengan cara mengepak dari
gangguan faktor luar yang dapat mempengaruhi masa simpannya dengan memakai
media (wadah/tempat dengan bahan tertentu) untuk dikirim sebelum dipasarkan.
Hanya komoditas yang baik yang dikemas. Tujuan pengemasan bawang merah
1. Untuk melindungi komoditas bawang merah dari kerusakan mekanis,
2. Menciptakan daya tarik bagi konsumen
3. Memberikan nilai tambah produk Bawang merah tersebut
4. Memperpanjang umur simpan Jenis kemasan yang digunakan harus dapat
melindungi dan mempertahankan mutu bawang merah dari pengaruh luar dan
kerusakan fisik. Bahan kemasan.

E. Pemasaran ( Target Konsumen )

Lembaga pemasaran menyelenggarakan penyaluran komoditas dari produsen ke


konsumen. Arus komoditi tersebut melalui suatu saluran yang disebut saluran
pemasaran. Setiap komoditas pertanian mempunyai saluran pemasaran yang
berlainan satu dengan yang lainnya, bahkan komoditas yang samapun memiliki
saluran yang berbeda, tergantung kepada keadaan alam, fasilitas, sarana
transportasi, akses ke pasar, waktu, jumlah pedagang, harga dan kemajuan
teknologi. Kegiatan pemasaran bawang merah yang dilakukan sampai ke tangan
konsumen akhir, pada lokasi penelitian melalui 3 cara yaitu: (1) Petani – pedagang
pengecer – konsumen akhir; (2) Petani – pedagang pengumpul – pedagang
pengecer – konsumen akhir; dan (3) Petani – pedagang pengumpul – pedagang
besar - pedagang pengecer- konsumen akhir

F. Pesaing Usaha & Keunggulan Produk ( SWOT )

a. Keunggulan :
 Pengalaman petani dalam usahatani bawang merah
 Produksi sepanjang tahun
 Sarana prasarana produksi tersedia lengkap
 Pedagang antardaerah cukup banyak
 Mandiri dalam penyediaan benih
 Kualitas dan produksi bawang merah yang baik

b. Kelemahan :
 Kabut yang sering menimbulkan penyakit
 Tingginya upah pekerja
 Sulit mendapatkan pupuk bersubsidi
 Organisasi tani tidak berjalan
 Tidak ada pergiliran tanaman
 Ketergantungan petani akan input bahan kimia tinggi
 Belum ada fasilitas gudang
 Pembukaan lahan baru yang kurang memperhatikan
 kelestarian lingkungan

c. Peluang :
• Permintaan pasar tinggi
• Investasi yang masuk dari daerah lain
• Statement harga terendah dari Menteri Pertanian
• Berpeluang menjadi daerah penyedia benih bersertifikat
• Tersedianya teknologi budidaya dan pascapanen bawang merah yang
siap diaplikasikan

d. Ancaman :
 Masuknya bawang impor dan hasil panen daerah lain yang merusak
harga di tingkat petani
 Pestisida palsu yang beredar
 Permainan pedagang/mafia
 Fluktuasi harga yang tidak menentu
 Biaya produksi yang semakin meningkat

G. Strategi Pemasaran Produk

a. Menjalin komunikasi & Kerjasama dengan instansi Pemerintahan


b. Menjalin komunikasi & Kerjasama dengan Pasar” Modern ( jogja, young Mart )
c. Menjalin komunikasi & Kerjasama dengan Hotel
d. Menjalin komunikasi & Kerjasama dengan tempat wisata
e. Menjalin komunikasi & Kerjasama dengan para Reseller
f. Membuatan Market Place

H. Tata Cara Penjualan


Alur permasaran Bawang Merah dilakukan dengan 2 cara yaitu saluran distribusi
langsung & saluran distribusi tidak langsung
a. Saluran distribusi langsung
Saluran distribusi langsung adalah saluran yang dilakukan secara langsung kepada
konsumen , membuka petik buah langsung dari kebun, menggunakan Media
Sosial sendiri ( WA, FB, IG, Website )
b. Saluran Distribusi tidak langsung
Saluran distribusi tidak langsung adalah saluran distribusi yang dalam proses
penyaluran barang dari produsen kepada konsumen dilakukan dengan terlebih
dahulu melalui sebuah lembaga/ distributor lain, Hotel, swalayan, & tempat
Wisata .

I. Startegi Menciptakan Loyalitas Konsumen


Cara menciptakan loyalitas pelanggan yang saya terapkan diantaranya :
1. Kenali Pelanggan Anda dan Tunjukkan Hal Tersebut.
2. Lakukan Follow Up Setelah Penjualan.
3. Jangan Abaikan Komplain yang Masuk.
4. Memberikan Rewards yang Pantas.
5. Memberikan Garansi Ketika Buah Bawang Merah Busuk/ Rijek

J. Gambaran Resiko Usaha


Resiko dalam Usaha Budidaya Bawang Merah
 Resiko pertama saat awal budidaya adalah matinya bibit pada saat umur
belum mencapai 2 minggu.
 Rentan terserang penyakit yang menyebabkan gagal panen
 Sulit dalam menjaga kwalitas

K. Tim Kerja
Tim Kerja dalam proses budidaya tanaman Bawang Merah, saya
mempekejakan 2 orang pekerja kaum milenial, Tim Kerja ini mengerjakan dari
proses penanaman, perawatan sampai panen tidak termasuk pengolahan tanan
karena untuk pengolahan tanah mempekerjakan tenaga kerja yang cukup banyak.

L. Rencana Target Penjualan


Rencana Target penjualan

Anda mungkin juga menyukai