Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM PEMASARAN PERTANIAN

PEMASARAN CABAI KERITING

DI DESA PLERET KECAMATAN PANJATAN

KABUPATEN KULON PROGO

Kelompok 3 :

Afifah Nurawalia 20180220163

Titin Resiana 20180220164

Nurul Hanifah 20180220196

Prahiya Zepa Ayudya 20180220211

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2
DAFTAR TABEL....................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................5
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................6
A. Latar Belakang..............................................................................................6
B. Rumusan Masalah.........................................................................................8
C. Tujuan Praktikum..........................................................................................8
D. Kegunaan Praktikum.....................................................................................9
BAB II. LANDASAN TEORI...............................................................................10
A. Saluran Pemasaran......................................................................................10
B. Fungsi Pemasaran........................................................................................11
C. Harga...........................................................................................................13
D. Biaya Pemasaran.........................................................................................13
E. Margin Pemasaran.......................................................................................14
F. Keuntungan.................................................................................................15
G. Farmer Share...............................................................................................16
H. Efisiensi (IET dan IEE)...............................................................................16
BAB III. PROFIL RESPONDEN..........................................................................18
A. Profil Petani.................................................................................................18
B. Profil Pedagang...........................................................................................19
BAB IV. HASIL LAPANGAN..............................................................................22
A. Saluran Pemasaran dan Lembaga Pemasaran.............................................22
B. Fungsi Pemasaran.......................................................................................24
C. Biaya Pemasaran, Harga, Margin Pemasaran, dan Keuntungan Pemasaran26
D. Farmer Share...............................................................................................31
E. Efisiensi Pemasaran....................................................................................31
BAB V. PEMBAHASAN.......................................................................................33
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................35
3
A. Kesimpulan.................................................................................................35
B. Saran............................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................36

4
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Profil Petani Desa Pleret, Panjatan, Kulon Progo...............................................19


Tabel 2. Profil PedagangDesa Pleret, Panjatan, Kulon Progo...........................................21
Tabel 3. Biaya Pemasaran Lembaga.................................................................................27
Tabel 4. Biaya Pemasaran Saluran...................................................................................28
Tabel 5. Harga Ditingkat Petani.......................................................................................29
Tabel 6. Harga Pedagang..................................................................................................30
Tabel 7. Margin Pemasaran..............................................................................................31
Tabel 8. Keuntungan Pemasaran......................................................................................31
Tabel 9. Farmer Share......................................................................................................32
Tabel 10. Nilai IEE...........................................................................................................33
Tabel 11. Nilai IET...........................................................................................................33

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Pemasaran....................................................................................23

5
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hortikultura merupakan sektor penting untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia.


Perkembangan kmoditas hortikultura khususnya sayuran dan buah cukup potensial dan
prospektif ,karena didukung oleh potensi sumber daya manusia ,sumber daya alam , ketersediaan
teknologi dan potensi pasardi dalam negeri maupun di luar negeri. Kebanyakan sayuran
mempunyai nilai komersial yang cukup tinggi disebabkan produk hortikultura ini senantiasa
dikonsumsi setiap saat. Komoditas unggulan nasional hortikultura adalah pisang, mangga, manggis,
jeruk, durian, anggrek, rimpang, kentang,bawang merah, dan cabai (Direktorat Jenderal
Hortikultura 2008). Salah satu jenis sayuran yang banyak di konsumsi masyarakat adalah cabai.

Cabai merupakan komoditas agribisnis yang besar pengaruhnya terhadap dinamika


perokonomian nasional sehingga dimasukkan dalam jajaran komoditas penyumbang inflasi yang
terjadi setiap tahun. Angka inflasi tahun 2010 sebesar 6,96% dan jenis bahan makanan yang
memberikan andil besar dalam inflasi antara lain beras sebesar 1,29%, cabai merah sebesar 0,32%,
dan cabai rawit sebesar 0,22% (BPS 2011). Pada umumnya cabai banyak digunakan dalam berbagai
produk pangan seperti bumbu masakan, bahan industry, obat-obatan dan zat pewarna. Dengan
semakin beragamnya penggunaan cabai, maka permintaan akan cabai dalam negeri semakin
meningkat. Sadar akan meningkatnya permintaan pasar, maka semakin banyak juga petani yang
membudidayakannya.

Cabai merah digemari untuk dijadikan bahan bumbu masakan karena memiliki rasa warna
yang merah mencolok dibandingkan cabai besar. Selain itu, cabai merah dapat membuat tampilan
masakan menjadi cerah dan mampu meningkatkan selera makan. Kebutuhan cabai merah semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan variasi menu masakan.

Melihat permintaan cabai merah yang meningkat, membuka peluang besar untuk pemasaran
cabai merah di Indonesia. Pemasaran cabai merah itu sendiri banyak kendala yang harus dihadapi
diantaranya pola saluran pemasaran, biaya, margin, keuntungan dan efisiensi pemasaran.

Desa Pleret merupakan salah satu daerah di Kulon progo yang menjadikan sector pertanian
sebagai mata pencaharian utama masyarakatnya. Salah satu komoditas utama subsector tanaman
pangan di desa Pleret adalah cabai merah. Tanaman cabai merah merupakan komoditas penting

6
bagi seluruh masyarakat Indonesia. Memiliki luas lahan sawah yang cukup tinggi, tingkat produksi
cabai merah di wilayah ini juga cukup tinggi pada musim panen.

Melihat produksi cabai merah cukup tinggi di Pleret, tidak menjamin memberikan
pendapatan yang tinggi bagi petani. Harga yang diterima petani, sangat berperan dalam menentukan
tingkat pendapatan petani dari usahatani tersebut, sedangkan tingkat harga dipengaruhi oleh sistem
pemasaran cabai merah yang dipasarkan. Pemasaran dapat dikatakan efisien apabila mampu
menyampaikan hasil-hasil dari produsen ke konsumen dengan biaya yang serendah-rendahnya
(Martodireso, 2002).

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana baik individu maupun
kelompok yang terlibat dalam proses tersebut memperoleh apa (produk atau jasa) yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk atau
jasa yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 1997). Konsep-konsep inti pemasaran meluputi:
kebutuhan, keinginan, permintaan,produksi, utilitas, nilai dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan
hubungan pasar, pemasaran dan pasar.

7
B. Rumusan Masalah

Setelah kami melakukan survey ke lapangan dan mencari tahu tentang proses pemasaran
yang terjadi desa Pleret ,Panjatan, Kulon Progo dapat di ketahui masalah – masalah pertanian di
daerah tersebut, kemudian kami bisa mengelompokkan rumusan-rumusan masalah yang akan kami
bahas di bab pembahasan. Berikut poin-poin yang akan dibahas

1. Bagaimana saluran pemasaran komoditas cabai keriting yang terjadi di desa Pleret, Panjatan,
Kulon progo?

2. Bagaimana fungsi pemasaran komoditas cabai keriting yang terjadi di desa Pleret, Panjatan,
Kulon progo?

3. Berapa biaya, marjin, dan keuntungan dari pemasaran komoditas cabai keriting yang terjadi di
desa Pleret, Panjatan, Kulon progo?

4. Bagaimana efisiensi pasar dari pemasaran komoditas cabai keriting yang terjadi di desa Pleret,
Panjatan, Kulon progo?

C. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan yang diharapkan dari praktikum pemasaran pertanian ini yaitu sebagai
berikut:

1. Mengetahui dan mengidentifikasi saluran pemasaran komoditi cabai.

2. Mengetahui lembaga yang terlibat dalam pemasaran komoditi cabai.

3. Mengetahui dan menghitung macam-macam biaya, marjin, dan keuntungan pemasaran


komoditi cabai.

4. Mengetahui farmer share yang didapatkan petani komoditi cabai.

5. Mengetahui efisiensi pemasaran komoditi cabai baik ekonomi maupun teknis.

8
D. Kegunaan Praktikum

1. Dari praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai berbagai
saluran dan lembaga yang terlibat dalam pemasaran cabai di Desa Pleret, Panjatan, Kulon
Progo, Yogyakarta.

2. Diharapkan mahasiswa dapat mengtahui dan dapat menghitung biaya, margin, dan keuntungan
pemasaran cabai di Desa Pleret, Panjatan, Kulon Progo, Yogyakarta.

3. Diharapkan mahasiswa dapat menilai efisiensi pemasaran cabai di Desa Pleret, Panjatan, Kulon
Progo, Yogyakarta.

4. Diharapkan mahasiswa dapat memberikan saran dan pemecahan masalah dalam upaya untuk
meningkatkan efisiensi pemasaran cabai di Desa Pleret, Panjatan, Kulon Progo, Yogyakarta.

9
BAB II. LANDASAN TEORI

A. Saluran Pemasaran

Menurut [ CITATION Tji081 \l 1033 ] saluran pemasaran merupakan salah satu elemen
yang sangat penting dalam pemasaran. Suatu perusahaan perlu melaksanakan fungsi pemasaran
dikarenakan pemasaran merupakan salah satu proses pada perusahaan dalam penyetoran barang
atau penawaran produknya ke pasar. Dan pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran
yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyimpanan barang dan jasa kepada konsumen
sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan(jenis, jumlah, harga, temapt dan saat
dibutuhkan).

Menurut [ CITATION Kot09 \l 1033 ] yaitu sebagai proses dimana perusahaan menciptakan
nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk
menangkap nilai dari pelanggan.

Saluran pemasaran merupakan suatu jalur dari lembaga-lembaga penyalur yang mempunyai
kegiatan menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Penyalur ini secara aktif akan
mengusahakan perpindahan bukan hanya secara fisik tapi dalam arti agar barang-barang tersebut
dapat dibeli konsumen [ CITATION Sta93 \l 1033 ].

Saluran distribusi atau saluran pemasaran merupakan suatu alur yang dilalui oleh arus
barang-barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai pada pemakai. Saluran pemasaran
merupakan suatu struktur unit organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri atas
agen, dealer, pedagang besar, pengecer, melalui mana sebuah komoditi, produk atau jasa
dipasarkan[ CITATION Swa97 \l 1033 ].

E. Fungsi Pemasaran

Fungsi penjualan merupakan kegiatan yang terdiri dari kegiatan untuk memenuhi pesanan
yang diterima dari pelanggan. Biaya fungsi penjualan terdiri dari gaji karyawan fungsi penjualan,
biaya depresiasi kantor, biaya sewa kantor.

Fungsi advertensi merupakan kegiatan yang terdiri dari kegiatan perancangan dan
pelaksanaan kegiatan order getting melalui kegiatan advertensi dan promosi. Biaya fungsi

10
advertensi terdiri dari gaji kayawan fungsi advertensi, biaya iklan, biaya pameran, biaya promosi,
biaya contoh (sample).

Fungsi Pergudangan merupakan kegiatan yang terdiri dari kegiatan penyimpanan produk
jadi yang siap untuk dijual. Biaya fungsi pergudangan terdiri dari gaji karyawan gudang, biaya
depresiasi gudang dan biaya sewa gudang.

Fungsi Pembungkusan dan Pengiriman merupakan kegiatan yang terdiri dari kegiatan
pembungkusan produk dan pengiriman produk kepada pembeli. Biaya fungsi pembungkusan dan
pengiriman terdiri dari biaya karyawan fungsi pembungkusan dan pengiriman, biaya bahan
pembungkus, biaya pengiriman, biaya depresiasi kendaraan, biaya operasi kendaraan.

Fungsi Kredit dan penagihan merupakan kegiatan yang terdiri dari kegiatan pemantauan
kemampuan keuangan pelanggan dan penagihan piutang dari pelanggan. Biaya fungsi kredit dan
penagihan terdiri dari gaji karyawan bagian penagihan, kerugian penghapusan piutang, potongan
tunai.

Fungsi Akuntansi Pemasaran merupakan kegiatan yang terdiri dari kegiatan pembuatan
faktur dan penyelenggaraan catatan akuntansi penjualan. Biaya fungsi akuntansi pemasaran terdiri
dari gaji karyawan fungsi akuntansi pemasaran dan biaya kantor.

F. Harga

Harga adalah nilai suatu barang yang diukur berdasarkan jumlah uang yang harus
dibayarkan konsumen untuk membeli suatu barang dari produsen. [ CITATION Wik84 \l 1033 ]
menyatakan bahwa harga adalah jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang) yang
dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang
menyertainya.

Menurut[ CITATION Phi01 \l 1033 ] harga adalah sejumlah nilai atau uang yangdibebankan
atas suatu produk atau jasa untuk jumlah dari nilai yang ditukarkonsumen atas manfaat-manfaat
harga yang telah menjadi faktor penting yangmempengaruhi pilihan pembeli, hal ini berlaku dalam
negara miskin, namunfaktor non harga telah menjadi lebih penting dalam perilaku memilih
pembelipada dasawarsa (10 tahun) ini. Dalam arti yang paling sempit harga (price) adalahjumlah
uang yang dibebankan atas suatu atau jasa.

11
G. Biaya Pemasaran

Menurut [ CITATION Soe \l 1033 ]biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk
keperluan pemasaran. Biaya pemasaran meliputi biaya angkut, biaya pengeringan, penyusutan,
retribusi dan lainnya. Besarnya biaya ini berbeda satu sama lain disebabkan karena macam
komoditi, lokasi pemasaran dan macam lembaga pemasaran dan efektivitas pemasaran yang
dilakukan. Seringkali komoditi pertanian yang nilainya tinggi diikuti dengan biaya pemasaran yang
tinggi pula. Peraturan pemasaran di suatu daerah juga kadang-kadang berbeda satu sama lain.

Begitu pula macam lembaga pemasaran dan efektivitas pemasaran yang dilakukan. Makin
efektif pemasaran yang dilakukan, maka akan semakin kecil biaya pemasaran yang dikeluarkan.

Secara umum biaya merupakan pengorbanan yang dikeluarkan oleh produsen dalam
mengelola usaha taninya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya merupakan pengorbanan
yang diukur untuk suatu alat tukar berupa uang yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu
dalam usahataninya. Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan atau
aktifitas usaha pemasaran komoditas pertanian. Biaya pemasaran komoditas pertanian meliputi
biaya transportasi/biaya angkut, biaya pungutan retribusi, biaya penyusutan dan lain-lain. Besarnya
biaya pemasaran berbeda satu sama lain. Hal ini disebabkan lokasi pemasaran, lembaga pemasaran
(pengumpul, pedagang besar, pengecer, dan sebagainya) dan efektifitas pemasaran yang dilakukan
serta macam komoditas [ CITATION Rah \l 1033 ]

Biaya adalah semua pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani untuk memperoleh faktor-
faktor produksi yang akan digunakan untuk melakukan usahatani. Biaya dalam kegiatan usahatani
oleh petani ditujukan untuk menghasilkan pendapatan yang tinggi bagi usahatani yang dikerjakan.
Dengan mengeluarkan biaya maka petani mengharapkan pendapatan yang setinggi-tingginya
melalui tingkat produksi yang tinggi [ CITATION Soe90 \l 1057 ].

Untuk mengetahui total biaya bisa dilihat dengan rumus yaitu, sebagai berikut:

TC = TEC+TIC

Keterangan :

TC = Total Biaya

TEC = Total Biaya Eksplisit


12
TIC = Total Biaya Implisit

Terdapat dua macam biaya dalam melakukan usahatani yaitu, sebagai berikut:

1. Biaya Eksplisit Biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani untuk melakukan suatu
usahatani selama proses produksi. Biaya ekplisit biasanya digunakan untuk pembelian benih,
pupuk, upah tenaga kerja luar keluarga, penyesutan alat, sewa lahan, dan biaya lain-lain.
2. Biaya Implisit Biaya yang tidak sengaja dikeluarkan oleh petani dalam suatu usahatani.
Biaya implisit meliputi tenaga kerja dalam keluarga dan sewa lahan milik sendiri.

H. Margin Pemasaran

Saluran pemasaran ditinjau sebagai satu kelompok atau satu tim operasi, maka marjin dapat
dinyatakan sebagai suatu pembayaran yang diberikan kepada mereka atas jasa-jasanya. Jadi, margin
merupakan suatu imbalan, atau harga atas suatu hasil kerja. Apabila ditinjau sebagai pembayaran
atas jasa-jasa, margin menjadi suatu elemen yang penting dalam strategi pemasaran. Konsep marjin
sebagai suatu pembayaran pada penyalur mempunyai dasar logis dalam konsep tentang nilai
tambah. Marjin didefinisikan sebagai perbedaan antara harga beli dengan harga jual[ CITATION
Swa971 \l 1033 ].

Marjin pemasaran adalah selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran atau selisih harga
yang dibayarkan di tingkat pengecer dengan harga yang diterima oleh produsen (petani). Dengan
kata lain, marjin emasaran menunjukkan perbedaan harga di antara tingkat lembaga dalam sistem
pemasaran. Hal tersebut juga dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara apa yang dibayar oleh
konsumen dan apa yang diterima oleh produsen untuk produk pertaniannya.

Menurut[ CITATION Sud02 \l 1033 ]marjin pemasaran didefinisikan dengan dua cara
yaitu :

a. Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga antara harga yang dibayarkan konsumen dengan
harga yang diterima petani, secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

M = Pr – Pf
13
Keterangan :

M : Marjin

Pr : Harga di tingkat konsumen (Rp)

Pf : Harga di tingkat produsen (Rp)

b. Marjin pemasaran terdiri dari komponen yang terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga-
lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga
pemasaran. Secara sistematis marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut :

M = Bp + Kp

Keterangan :

M : Marjin (Rp/kg)

Bp : Biaya pemasaran (Rp/kg)

Kp : Keuntungan pemasaran (Rp/kg)

I. Keuntungan

Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya produksi sesuai dengan
tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada penggunaan terbaiknya. Selisih harga yang
dipasarkan ke produsen dan harga yang diberikan oleh konsumen dikurangi dengan biaya
pemasaran disebut keuntungan pemasaran. Jarak yang mengantarkan produksi pertanian dari
produsen ke konsumen menyebabkan terjadinya perbedaan besarnya keuntungan. Perbedaan harga
di masing-masing lembaga pemasaran sangat bervariasi tergantung besar kecilnya keuntungan yang
diambil oleh masing-masing lembaga pemasaran[ CITATION Soe93 \l 1033 ]

J. Farmer Share

Menurut[ CITATION Han83 \l 1033 ]dalam pengukuran efisiensi ekonomis maka marjin
pemasaran sering dipakai sebagai alat ukur. Untuk mengetahui efisiensi dari suatu sistem
pemasaran dapat dengan menganalisa marjin pemasaran dan memperhitungkan bagian yang

14
diterima oleh petani (farmer’s share). Bagian yang diterima petani (farmer’s share) dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

MP
F = [1- ] ×100%
PR

Keterangan:

F = Bagian yang diterima petani ubi kayu (%)

Mp =Marjin pemasaran ubi kayu (Rp/kg)

Pr =Harga ubi kayu ditingkat konsumen (Rp/kg)

Semakin besar bagian yang diterima petani atau produsen maka pemasaran tersebut semakin
efisien. Bila bagian yang diterima petani atau produsen kurang dari 50% berarti pemasaran belum
efisien dan bila bagian yang diterima petani atau produsen dari 50% maka pemasaran dapat
dikatakan efisien.

K. Efisiensi (IET dan IEE)


Terdapat berbagai konsep efisiensi yaitu efisiensi teknis (technical efficiency), efisiensi
harga (price/allocative efficiency) dan efisiensi ekonomi (economic efficiency). Efisiensi teknis
ditujukan dengan mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi yang tinggi
dapat tercapai. Efisiensi harga dapat tercapai jika petani dapat memperoleh keuntungan yang besar
dari usahataninya, misalnya karena pengaruh harga maka petani tersebut dapat dikatakan
mengalokasikan faktor produksinya secara efisiensi harga. Sedangkan efisiensi ekonomis tercapai
pada saat mampu meningkatkan produksi dengan harga faktor produksi yang rendah tetapi hasil
produksi dapat dijual dengan harga tinggi sehingga dapat menghasilkan keuntungan maksimum.
Dengan demikian, apabila petani menerapkan efisiensi teknis dan efisiensi harga maka
produktivitas akan semakin tinggi [ CITATION Soe02 \l 1057 ].

[ CITATION Cal84 \l 1057 ] menyebutkan pengukuran efisiensi pemasaran dapat dilakukan dengan
mengukur indeks efisiensi teknis dan indeks efisiensi ekonomis.

a. Indeks Efisiensi Teknis (IET) yaitu biaya variabel pemsaran per berat yang dikirim per jarak
yang ditempuh, dirumuskan menjadi:

Indeks Efisiensi Teknis (IET) = Vij/Wij/d

15
b. Indeks Efisiensi Ekonomis (IEE) yaitu total keuntungan pemasaran per biaya pemasaran atau
dapat dirumuskan menjadi:

Indeks Efisiensi Ekonomis (IEE) = ∑πijk/Vij

Keterangan:

IET = Indeks Efisiensi Teknis

IEE = Indeks Efisiensi Ekonomis

Wij = Jumlah akhir yang dikirimkan

Vij = Total biaya pemasaran variabel

Πijk = Keuntungan pemasaran

d = Jarak total yang ditempuh komoditi

16
BAB III. PROFIL RESPONDEN

A. Profil Petani

Pada praktikum lapangan yang dialakukan untuk menganalisis saluran pemasaran komoditi
cabai di Desa Pleret, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, kami memperoleh 20 petani
sebagai responden. Adapun profil petani adalah sebagi berikut:

Tabel 1. Profil Petani Desa Pleret, Panjatan, Kulon Progo

Kriteria Jumlah (Jiwa) Presentase (%)


Usia 28 – 39 Tahun 7 35
40 – 51 Tahun 8 40
52 – 63 Tahun 5 25
Jenis Kelamin Laki-Laki 13 65
Perempuan 7 35
Tingkat SD 9 45
Pendidikan SMP 4 20
SMA 5 25
PT 2 10
Pengalaman 4 - 14 Tahun 6 30
Kerja 15 - 25 Tahun 11 55
26 - 36 Tahun 3 15
Pekerjaan Pokok Petani 19 95
PNS 1 5
Pekerjaan Buruh Tani 2 10
Sampingan Peternak Sapi 2 10
Petani 1 5
Tidak Ada 15 75 %
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa petani cabai di desa Pleret, Panjatan, Kulon
Progo sebagian besar berumur 40 - 51 tahun, dengan presentase sebesar 40 %. Hal ini dikarenakan
pada usia sekitar 40 -51 tahun banyak warga yang rata-rata menganggur, sehingga mereka lebih
memilih untuk bertani. Sebagian besar petani di desa Pleret, Panjatan, Kulon Progo berjenis
kelamin laki-laki dengan presentase sebesar 65 %. Tingkat pendidikan yang dienyam petani cabai
17
di desa Pleret, Panjatan, Kulon Progo rata-rata adalah lulusan SD, yaitu sebesar 45 %. Selanjutnya
disusul dengan lulusan SMA sebesar 25 %, lalu SMP sebesar 20 %, dan yang terakhir adalah
lulusan Perguruan Tinggi yaitu sebesar 10 %. Sebagian besar petani cabai di desa Pleret, Panjatan,
Kulon Progo tidak memiliki pekerjaan sampingan, dengan presentase sebesar 75%. Karena tidak
memiliki pekerjaan sampingan, dapat diketahui bahwa sebagian besar hidup mereka digantungkan
pada pertanian.

L. Profil Pedagang

Pedagang adalah orang atau instusi yang memperjual belikan produk atau barang, kepada
konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam ekonomi, pedagang dibedakan
menurut jalur distribusi yang dilakukan dapat dibedakan menjadi : pedagang distributor (tunggal),
pedagang partai besar, dan pedagang eceran.

Pada praktikum lapangan kami mengidentifikasi saluran pemasaran komoditi cabai terhadap
20 responden petani di desa Pleret dan terdapat 4 pedagang. Berikut adalah data pedagang dari
responden petani di desa Pleret, Panjatan, Kulon Progo.

18
Tabel 2. Profil PedagangDesa Pleret, Panjatan, Kulon Progo

Kriteria Jumlah (Jiwa) Presentase


Usia 35 – 44 Tahun 2 40 %
45 – 54 Tahun 3 60 %
Jenis Kelamin Laki – Laki 2 40 %
Perempuan 3 60 %
Tingkat Pendidikan SMP 1 20 %
SMA 4 80 %
Pengalaman Kerja 8 - 14 Tahun 2 40 %
15 – 21 Tahun 3 60%
Pekerjaan Pokok Pengepul 2 40 %
Pedagang/ 2 40 %
Pengecer
Petani 1 20 %
Pekerjaan Sampingan Pengepul 1 20 %
Pelelang 1 20 %
Pengecer 1 20 %
Ternak Ayam 1 20 %
Pedagang Obat 1 20 %
dan Pupuk

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa usia pedagang di desa Pleret, Panjatan,
Kulon Progo berkisar antara 35-44 tahun mendapati presentase 40% dengan jumlah pedagang 2
orang dan yang berkisar antara 45 - 54 tahun mendapati presentase lebih tinggi yaitu 60%
dengan jumlah pedagang sebanyak 3 orang. Hal ini dikarenakan pedagang disana sudah lama
berkecimpung di dunia perdagangan sehingga mereka menjadikannya pekerjaan tetap. Jumlah
pedagang di desa Pleret, Panjatan, Kulon Progo yang kami survey berjumlah 5 orang. 2 orang
diantaranya berjenis kelamin laki-laki dengan presentase 40% dan 3 orang yang lain berjenis
kelamin perempuan dengan presentase 60%. Untuk tingkat pendidikan sebagian besar dari
mereka bersekolah minimalnya sampai SMP dengan presentase 20% dari 5 orang yang

19
bersekolah, dan sisanya yaitu 4 orang lainnya bersekolah sampai SMA dengan presentase 80%.
Pengalaman bekerja bisa jadi menjadi salah satu kriteria yang menjadi acuan pedagang besar
atau konsumen untuk membeli produk dari petani. Pengalaman bekerja antara 8-14 tahun
memiliki presentase sebanyak 40% yang berarti ada 2 pedagang. Dan yang pengalaman bekerja
dengan presentase 60% ada 3 orang dengan lama pengalaman bekerja antara 15-21 tahun. Dari
5 pedagang yang kita survey menjadikannya semuanya menjadi pekerjaan tetap. Pedagang
pengepul mendapat presentase 40% karena 2 dari 5 pedagang menjadi seorang pengepul. 2
orang yang lain menjadi seorang pedagang atau pegecer dan mendapati presentase 40% juga.
Dan untuk pelelang mendapati presentase 20% karena hanya 1 orang yang menjadikannya
pekerjaan tetap. Pekerjaan sampingan bisa jadi dijalani untuk mengisi waktu senggang. Dari 5
pedagang itu mereka memiliki pekerjaan sampingan masing-masing dan menyebabkan setiap
pekerjaan sampingan mendapati presentase 20%. Pekerjaan sampingan yang mereka lakukan
ada bermacam-macam seperti menjadi pengepul, petani, pengecer, ternak ayam dan pedagang
obat dan pupuk.

20
BAB IV. HASIL LAPANGAN

A. Saluran Pemasaran dan Lembaga Pemasaran

a. Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran yang terkait dalam proses pemasaran cabai yang ada di Desa
Pleret, Panjatan, Kulon Progo antara lain yaitu:

1. Petani

2. Pedagang Pengepul

3. Pedagang Pengecer

4. Konsumen

b. Saluran Pemasaran

Gambar 1. Alur Pemasaran

21
Berdasarkan gambar 1 terdapat 25 alur dan terdapat 2 saluran bentuk Pemasaran cabai yang
ada di Desa Pleret, Panjatan, Kulon Progo antara lain yaitu:

1. Saluran 1

eP Pn e g Pn e g d a g a Kn os
nt a i ue pl pb e ns a g r e / c um
e r e n
1) Petani1 –Pengepul 2 – Pedagang besar – konsumen

2) Petani 2 – Pengepul 1 - Pedagang besar – konsumen

3) Petani 3 – Pengepul 3 - Pengecer – konsumen

4) Petani 4 – Pengepul 3 - Pengecer – konsumen

5) Petani 5 – Pengepul 1 – Pedagang besar – konsumen

6) Petani 6 – Pengepul 1 – Pedagang besar – konsumen

7) Petani 7 – Pengepul 1 – Pedagang besar – konsumen

8) Petani 8 – Pengepul 3 - Pengecer – konsumen

9) Petani 9 – Pengepul 1 – Pedagang besar – konsumen

10) Petani 10 – Pengepul 1 – Pedagang besar – konsumen

11) Petani 11 – Pengepul 1 – Pedagang besar – konsumen

12) Petani 12 – Pengepul 1 – Pedagang besar – konsumen

13) Petani 13 – Pengepul 2 – Pedagang besar – konsumen

14) Petani 14 – Pengepul 3 - Pengecer – konsumen

15) Petani 15 – Pengepul 3 - Pengecer – konsumen

16) Petani 16 – Pengepul 1 – Pedagang besar – konsumen

17) Petani 18 – Pengepul 1 – Pedagang besar – konsumen


22
Ptaiugel/pnKosm
18) Petani 19 – Pengepul 1 – Pedagang besar – konsumen

19) Petani 20 – Pengepul 1 – Pedagang besar – konsumen

2. Saluran 2

1) Petani 17 – Pelelang – Konsumen

2) Petani 3 – Pengepul 3 – konsumen

3) Petani 4 – Pengepul 3 - konsumen

4) Petani 8 – Pengepul 3 - konsumen

5) Petani 14 – Pengepul 3 - konsumen

6) Petani 15 – Pengepul 3 –konsumen

B. Fungsi Pemasaran

Dalam kegiatan pemasaran cabai keriting yang ada di Desa Pleret, Panjatan, Kulon Progo
terdapat tiga fungsi pemasaran yang dilakukan yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi
fasilitas. Fungsi pemasaran yang pertama ialah fungsi pertukaran, dimana dalam fungsi ini kegiatan
yang dilakukan ialah fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Fungsi penjualannya dalam bentuk
petani menjual cabe keriting ke pedagang pengepul. Selanjutnya pedagang pengepul menjual cabai
keriting yang sudah di beli ke pedagang besar dan ke pedagang pengecer, pedagang pengecer
menjual ke konsumen. Selanjutnya pembelian, dimana fungsi pembelian yang dilakukan ialah
pedagang pengepul membeli cabai keriting dari petani, dengan mendatangi pengepul untuk menjual
cabai keriting, pengecer dan pedagang besar membeli dari pedagang pengepul, lalu konsumen

23
membeli dari pedagang pengecer. Kedua fungsi ini tujuannya sama yaitu pertukaran, dimana petani
ataupun penjual mendapatkan uang dari proses perdagangan dan pedagang mendapatkan cabai
keriting dari petani.

Fungsi pemasaran yang ke dua adalah fungsi fisik, terdapat tiga kegiatan pada fungsi fisik
yaitu pengangkutan atau bongkar muat, penyimpanan dan pengolahan. Kegiatan pengangkutan ini
dilakukan oleh semua lembaga baik itu, pengepul, pedagang besar dan pengecer. Petani
mengangkut hasil panen mereka dan membawa kepengepul yang dipilih. Kemudian hasil panen
ditimbang oleh pengepul dan berat cabai ditukar dengan uang. Selanjutmya pada pedagang
pengecer, pengangkutan yang dilakukan ialah datang ke pedagang pengepul untuk membeli cabai
keriting yang sudah terkumpul dari petani dan menjual cabai keriting ke pasar atau konsumen.
Selanjutnya kegiatan penyimpanan, dimana hanya dilakukan oleh pedagang pengepul, hanya
disimpan dalam karung goni atau ditumpuk ditempat terbuka sembari menunggu pedagang besar
datang untuk mengambil cabai, dimana pedagang mengumpulkan cabai keriting terlebih dahulu
sebelum dijualnya ke pedagang besar dan pengecer.

Fungsi pemasaran yang ke tiga ialah fungsi fasilitas, dimana dalam fungsi ini terdapat
sortasi, transportasi, penyusutan, pengemasan dan retribusi. Pada hal sortasi hanya dilakukan oleh
pedagang pengepul 2 yaitu pak Eko Widodo karena pengepul 2 menjual keluar kota sehingga perlu
adanya pengemasan ke dalam kardus, dalam hal ini tujuanya untuk menyimpan dan memilah cabai
yang merah dan cabai yang hijau. Pada fungsi transportasi dilakukan oleh semua lembaga
pemasaran, dimana dalam hal ini untuk melakukan proses jual beli baik atar pedagang maupun ke
konsumen langsung atau untuk mendukung fungsi pertukaran. Pada hal penyusutan, ini ditanggung
oleh semua lembaga pemasaran.

24
C. Biaya Pemasaran, Harga, Margin Pemasaran, dan Keuntungan Pemasaran

a. Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan pedagang dalam melakukan


kegiatan pemasaran

Tabel 3. Biaya Pemasaran Lembaga

Biaya Pemasaran

Pedagang Pengepul Pengepul Pelelang Pengepul Pengecer

1 2 3

Transportasi - Rp. 2.700.000 - - Rp. 50.000

Pengemasan - - - - -

Sortasi - - - - -

Biaya
- - -
Penyusutan - Rp. 9.000.000

Pajak/
- - -
restribusi - -

Jumlah - Rp. 2.700.000 - - Rp. 9.050.000

25
Tabel 4. Biaya Pemasaran Saluran

Biaya Saluran 1 Saluran 2

Transportasi Rp 2,700,000.00 Rp 50,000.00

Pengemasan - -

Sortasi/ greding - -

Biaya Penyusutan - Rp 9,000,000.00

Pajak/restribusi - -

Jumlah Rp 2,700,000.00 Rp 9,050,000.00

Dari data diatas dapat diketahui bahwa tidak semua pedagang mempunyai biaya
pemasaran karena biaya-biaya tersebut sudah termasuk dengan harga per kilo cabai dan juga
ditanggung oleh pedagang besar diluar kota, dan juga oleh konsumen. Selain itu pengepul
kebanyakan tidak menghitung biaya-biaya yang dikeluarkan.Seperti yang tertera didalam table
jumlah biaya pemasaran dari saluran 1 yaitu Rp. 27.000.000,- yang dapat diambil dari
perhitungan pengepul 1 dan pengepul 2. Saluran ke 2 mempunyai biaya pemasaran sebesar
kurang lebih juta-an termasuk biaya lain lain. Saluran ke-2 terdiri dari lemabga pemasaran
pengepul 3, pelelang dan pengecer.

b. Harga Pemasaran

Harga pemasaran adalah harga adalah nilai suatu barang yang diukur berdasarkan jumlah
uang yag harus dibayarkan konsumen untuk membeli suatu barang dari produsen.

Tabel 5. Harga Ditingkat Petani

No Nama Harga

1 Daryati Rp 9,000

2 Hariyono Rp 9,000

26
3 Wajiyo Rp 8,000

4 Mulyono Rp 10,000

5 Sri Waluyo Rp 9,000

6 Eko Widodo Rp 8,000

7 Rozi Rp 9,000

8 Sarjono Rp 10,000

9 Nur Rp 8,000

10 Sujatmoko Rp 10,000

11 Darmiyati Rp 8,000

12 Rasina Rp 10,500

13 Joko Rp 9,000

14 Mugiyati Rp 10,000

15 Ratijo Rp 9,000

16 DwiPujiAstuti Rp 8,000

17 Angga Rp 8,000

18 Miftahudin Rp 10,000

19 Sulis Pramono Rp 9,000

20 Sumaryanto Rp 10,500

Jumlah Rp 182,000

Tabel 6. Harga Pedagang

NO Harga Harga
Nama Pedagang
. pembelian Penjualan

1 Hartini Rp. 13,000 Rp. 25,000

27
2 Sri hartini Rp. 10,500 Rp. 27,000

3 EkoWidodo Rp. 13,000 Rp. 16,000

4 Nurjanah Rp. 11,800 Rp. 12,000

5 Didik Rp. 11,800. Rp 12,000

c. Margin Pemasaran

Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga antara harga yang dibayarkan konsumen
dengan harga yang diterima petani.

M = Pr – Pf

Keterangan :

M : Marjin

Pr : Harga di tingkatkonsumen (Rp)

Pf : Harga di tingkatprodusen (Rp)

Tabel 7. Margin Pemasaran

Saluran1 Saluran 2
NO. Lembaga
Harga Margin Harga Margin

1 Petani Rp 9,473.70 Rp 9,187.50

2 Pengepul 3 Rp25,000.00 Rp 15,526.30 Rp 25,000.00 Rp 15,812.50

3 Pengepul 1 Rp27,000.00 Rp 17,526.30

4 Pengepul 2 Rp16,000.00 Rp 6,526.30

5 Pengecer Rp12,000.00 Rp 2,526.30

6 Pelelalang Rp12,000.00 Rp 2,526.30 Rp 12,000.00 Rp 2,812.50

Jumlah Rp 44,631.49 Rp 18,625.00

28
d. Keuntungan Pemasaran

Keuntungan pemasaran merupakan penguarangan dari Marjin pemasaran dan Biaya


pemasaran yang dikeluarkan. Berikut merupakan Keuntungan Pemasaran yang ada pada tiap
saluran pemasaran cabai keriting yang ada di Desa Pleret, Panjatan, Kulon Progo

Tabel 8. Keuntungan Pemasaran

NO. Uraian Saluran 1 Saluran 2


1 Margin Rp 44,631.49 Rp 18,625.00
2 Biaya Rp 540.00 Rp 3,050.00
Jumlah Rp 44,091.49 Rp 15,575.00

Menurut data table 8. Dapat dilihat bahwa keuntungan akan diperoleh lebih besar jikasa
luran pemasarannya pendek karena biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar. Dan akan lebih
menguntungkan jika menjual dalam jumlah volume besar, karena dalam perhitungan kerugiannya
kecil. Data diatas membuktikan bahwa keuntungan yang lebih besar diperoleh oleh salauran ke-1
mendapatkan jumlah Rp. 44,091.49.

D. Farmer Share
Farmer share adalah persentase harga yang diterima oleh petani sebagai imbalan dari
kegiatan usaha tani yang dilakukan dalam menghasilkan suatu komoditas. Berikut ini merupakan
farmer share yang di peroleh petani dalam beberapa saluran pemasaran cabai di Desa Pleret,
Panjatan, Kulon Progo.

Tabel 9. Farmer Share

Harga saluran saluran 1 saluran 2


pemasaran
Petani Rp.9,473.70 Rp.9,187.50
Pengepul 1 Rp.27,000.00
Pengepul 2 Rp.16,000.00
Pengepul 3 Rp.25,000.00 Rp.25,000.00
Pengecer Rp.12,000.00
Pelelalang Rp12,000.00
FS (%) 78.95 76.56
29
Berdasarkan tabel 9 farmer shere yang terbesar terdapat pada saluran ke- 1 karena saluran 1
mendapatkan 78.95 % selisih 2.39 % dari saluran ke-2.

A. Efisiensi Pemasaran
Indikator lain untuk menentukan efisiensi pemasaran suatu saluran yaitu dengan
menetapkan Indeks Efisiensi Ekonomi (IEE) dan Indeks Efisiensi Teknis (IET).

a. Indeks Efisiensi Teknis (IET) = Vij/Wij/d


b. IndeksEfisiensiEkonomis (IEE) = ∑πijk/Vij
Keterangan:
IET = Indeks Efisiensi Teknis
IEE = Indeks Efisiensi Ekonomis
Wij = Jumlah akhir yang dikirimkan
Vij = Total biaya pemasaran variabel
Πijk = Keuntungan pemasaran
d = Jarak total yang ditempuh komoditi

Nilai IEE digunakan untuk mementukan keuntungan setiap mengeluarkan biaya


pemasaran sebesar satu rupiah. Berikut nilai IEE saluran pemasaran cabai keriting saluran 1 dan
2, Desa Pleret, Panjatan, Kulon Progo.

Tabel 10. Nilai IEE

Saluran Vij Wij Jarak IET


SALURAN 1 Rp. 5,400,000.00 Rp. 16,100.00 Rp. 605.00 Rp. 0.55
SALURAN 2 Rp. 106,000.00 Rp. 2,100.00 Rp. 27.00 Rp. 1.87

Nilai IET digunakan untuk mengetahui besaran biaya pemasaran yang dikeluarkan
setiap satu kilometer. Berikut data nilai IET saluran pemasaran 1 dan 2.

Tabel 11. Nilai IET

Saluran ∑πIJK Vij IEE


SALURAN 1 Rp. 395,638,224.00 Rp 5,400,000.00 Rp 73.27
SALURAN 2 Rp. 93,450,000.00 Rp 106,000.00 Rp 881.60

30
BAB V. PEMBAHASAN

Dari hasil lapangan di atas dapat dilihat bahwa saluran pemasaran komoditi cabai keriting terdapat 2
saluran pemasaran, yaitu:

1. Petani – Pengepul – Pedagang Besar/Pengecer – Konsumen

2. Petani – pengepul/Pelelang – Konsumen

Pada saluran 1 petani menjual cabai keriting kepada pengepul, kemudian ke pedagang
besar/pengecer lalu menjulan kepada konsumen. Sedangkan pada saluran 2 petani menjual cabai
keriting kepada pengepul/pelelang lalu menjualnya kepada konsumen.

Harga cabai pada saluran 1 ditingkat petani dengan pengepul dan pedagang besar/pengecer jelas
berbeda, yaitu pada tingkat petani harga cabai sebesar Rp. 9.473, pada tingkat pengepul 1 harga jualnya
Rp. 27.000, pengepul 2 harga jualnya Rp. 16.000, pengepul 3 harga jualnya Rp. 25.000, pengecer harga
jualnya Rp. 12.000, dan pelelang Rp. 12.000. Harga cabai pada saluran 2 ditingkat petani sebesar Rp
9.187, harga jual pada pengepul 3 sebesar Rp 25.000, dan harga jual dipelelang sebesar Rp 12.000.

Marjin dapat dihitung setelah harga ditingkat petani dan pengepul sudah diketahui. Jadi, margin
pada saluran satu diperoleh dari harga ditingkat pengepul dikurangi harga ditingkat petani, marjin pada
saluran 1 sebesar Rp. 44.631. Begitu juga dengan marjin pada saluran 2, haga cabai keriting ditingkat
pengepul dikurangi harga ditingkat petani dan diperoleh marjin sebesar Rp. 18.625. dari data tersebut
dapat diketahui margin lembaga pada saluran 1 lebih besar daripada marjin pada saluran 2.

Biaya pada saluran 1 lebih besar dari pada saluran 2, pada saluran 1 biaya diperoleh sebesar Rp.
5.222 dan pada saluran 2 biaya yang diperoleh sebesar Rp. 4.481. kemudian setelah marjin lembaga
pada saluran 1 dan saluran 2 sudah diketahui begitupun dengan biayanya, maka kita dapat menghitung
keuntungan pada masing-masing saluran. Biaya pemasaran setiap saluran meliputi biaya transportasi
dan biaya penyusatan.

Berdasarkan data nilai keuntungan pada saluran 1 lebih besar dibandingkan saluran 2. Saluran 1
sebesar Rp. 44.091 dan saluran 2 sebesar Rp15.575. Keuntungan dari setiap saluran pemasaran
dipengaruhi oleh besarnya margin dan biaya pemasaran.

Farmer share atau besarnya bagian yang diterima petani (%) dipengaruhi oleh besar kecilnya
marjin, semakin kecil nilai margin pada suatu saluran pemasaran maka semakin besar farmer share

31
yang akan diterima, dan begitu pula sebaliknya. Pada saluran pemasaran 1 diperoleh presentase farmer
share sebesar 78.95 %, sedangkan pada saluran 2 diperoleh farmer share sebesar 76.56 %.

Efisinsi pemasaran dibedakan menjadi 2 yaitu, indeks efisisensi ekonomi (IEE) dan indeks efisiensi
teksnis (IET). Berdasarakan perhitungan yang telah dilakukan saluaran pemasaran 1 memiliki nilai IEE
sebesar Rp. 73,27 dan nilai IET Rp. 0,55. Sedangkan untuk saluran pemasaran 2 memiliki nilai IEE Rp.
881.60 dan niali IET sebesar Rp. 1.87.

32
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum lapangan pemasaran cabai keriting di desa Pleret, Panjatan, Kulon
Progo terdapat 4 lembaga pemasaran yang terlibat, yaitu petani, pedagang pengepul, pedagang
pengecer, dan konsumen. Saluran pemasaran yang terjadi disana yaitu ada 2 saluran pemasaran,
yaitu :

1. Petani – pengepul – pedagang besar/pengecer – konsumen


2. Petani – pengecer/pelelang – konsumen

Saluaran pemasaran 1 memiliki marjin yang paling besar yaitu Rp 44.632. Biaya
pemasaran yang paling besar adalah padasaluran 2 yaitu sebesarRp 9.050.000. Keuntungan yang
tertinggi terdapat pada saluaran 1 yaitu sebesr Rp. 39.409. Farmer share tertinngi terdapat pada
saluran 1 yaitu sebesar 78.95 %, yang artinya semakin besar farmer sharenya makan keuntungan
yang didapat petani lebih besar.

Efisiensi pemasaran dibedakan menjadi 2 yaitu ineks efisiensi teknis (IET) dan indeks
efisinsi ekonomi (IEE). Saluran pemasaran 1 nilai IEE nya lebih kecil dari pada saluran 2. IEE
saluran 1 sebesar Rp 0.55. sedangkan nilai IET saluaran 1 lebih kecil dari pada saluran 2, yaitu
sebesar Rp 73,27.

B. Saran

Berdasarkan kegiatan praktikum pemasaran pertanian yang telah dilakukan di desa Pleret,
Panjatan, Kulon Progo menurut kami data yang dikumpulkan belum maksimal karena pedagang
yang dapat di cari datanya tidak sampai ke konsumen akhir. Salin itu dengan pendeknya saluran
pemasaran, maka cabai keriting akan lebih cepat sampai ke tangan konsumen dengan harga yang
tidak terlal tinggi.

33
DAFTAR PUSTAKA

Calkin, P. H. dan Humei, W. 1984. Improving Marketing of Perishable Commodities: A Case Study of
Selected Vegetables in Taiwan. Taiwan : Asian Vegetable Research and Development Center,
1984.

Hanafiah, A M dan A, M Saefudin. 1983. Tata Niaga Hasil Perikanan. Jakarta : Universitas
Indonesia Press, 1983.

Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta : PT.Macanan Jaya Cemerlang, 2009.

Philip, Kotler dan Gary, Amstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta : Erlangga, 2001.

Rahim dan Hastuti Diah, Retno Dwi. 2007. Ekonomika Pertanian (Pengantar, Teori dan Kasus).
Jakarta : Penebar Swadaya, 2007.

Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993.

—. 1990. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb Douglass. Jakarta : CV.
Rajawali, 1990.

Soekarwati. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian (Teori dan Aplikasi). Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada , 1993.

Stanton, William J. 1993. Prinsip Pemasaran jilid 2. Jakarta : Erlangga, 1993.

Sudiyono dan Armand. 2002. Pemasaran Pertanian. Malang : UMM Press, 2002.

Swastha, Basu dan Irawan. 1997. Manajemen Pemasaran. Yogyakarta : BPFE, 1997.

—. 1997. Manajemen Pemasaran : Analisa Perilaku Konsumen. Yogyakarta : BPFE, 1997.

Tjiptono, Fandy. 2008. Setrategi Pemasaran. Yogyakarta : ANDI, 2008.

Wiliem, J Stanton. 1984. Prinsip Pemasaran. Jakarta : Erlangga, 1984.

34

Anda mungkin juga menyukai