ASISTEN :
Eva Nurjanah
Qurrata A'yun
AGROTEKNOLOGI-C 2019
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Prinsip Agroekologi Dalam Pengembangan Sistem
Pertanian”.
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Eva Nurjanah dan Qurrata A’yun selaku asisten dosen mata kuliah Praktikum
Agroekologi yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk
menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka
menambah pengetahuan juga wawasan. Kami pun menyadari bahwa di dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami menerima adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah
yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua
orang khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya
jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................4
2.1 Definisi Dan Penerapan Agroekologi.......................................................................4
2.2 Agroekologi sebagai alternatif dalam penyediaan pangan........................................5
2.3 Manfaat Ekonomi Dan Lingkungan Penerapan Agroekologi...................................7
2.4 Pengertian Pertanian Sistem Berkelanjutan..............................................................7
2.5 Prinsip Dasar Sistem Pertanian Berkelanjutan.......................................................10
2.6 Perkembangan Pembangunan Pertanian Yang Berkelanjutan................................11
2.7 Pengembangan Pembangunan Pertanian Yang Berkelanjutan Berbasis
Agroekologi.................................................................................................................12
2.8 Prinsip-prinsip Pengembangan Sistem Pertanian secara Agroekologis..................14
2.9 Dukungan Kebijakan Ekonomi Dalam Pembangunan Pertanian Berbasis
Agroekologi.................................................................................................................20
BAB III PENUTUP........................................................................................................24
3.1 Kesimpulan............................................................................................................24
3.2 Saran......................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mendapatkan produktivitas optimal, lestari dan serbaguna, dan memperbaiki
kondisi lahan atau lingkungan.
Sistem pertanian berkelanjutan ditujukan untuk mengurangi kerusakan
lingkungan, mempertahankan produktivitas pertanian, meningkatkan pendapatan
petani dan meningkatkan stabilitas dan kualitas kehidupan masyarakat di
pedesaan. Tiga indikator besar yang dapat dilihat dari lingkungannya lestari,
ekonominya meningkat (sejahtera) dan secara sosial diterima oleh masyarakat
petani.
Definisi komprehensif bagi pertanian berkelanjutan meliputi
komponen-komponen fisik, biologi dan sosial ekonomi, yang direpresentasikan
dengan sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan
kimia dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi tanah terkendali, dan
pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan bahan-
bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan
nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan
pertanian.
Dalam pengelolaannya, sistem pertanian berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya alam
secara optimal, lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang.
Pemilihan komoditas dan areal usaha yang cocok merupakan kunci dalam
pelaksanaan pembangunan pertanian berkelanjutan, komoditas harus yang
menguntungkan secara ekonomis, masyarakat sudah terbiasa
membudidayakannya, dan dibudidayakan pada lahan yang tidak bermasalah dari
segi teknis, ekologis dan menguntungkan secara ekonomis.
2
3. Apa saja manfaaat ekonomi dan lingkungan penerapan agroekologi?
4. Apa yang dimaksud sistem pertanian berkelanjutan?
5. Apa saja prinsip dasar system pertanian berkelanjutan?
6. Bagaimana berkembangnya pembangunan pertanian yang berkelanjutan?
7. Bagaimanakah pengembangan pembangunan pertanian yang berkelanjutan
berbasis agroekologi?
8. Apa saja prinsip-prinsip pengembangan sistem pertanian secara
agroekologis?
9. Bagaimanakah dukungan kebijakan ekonomi dalam pembangunan pertanian
berbasis agroekologi?
1.3 Tujuan
Dengan adanya rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka
diperoleh tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui defenisi dan penerapan dari agroekologi.
2. Untuk mengetahui agroekologi sebagai alternatif dalam penyediaan pangan.
3. Untuk mengetahui manfaaat ekonomi dan lingkungan penerapan
agroekologi.
4. Untuk mengetahui definisi sistem pertanian berkelanjutan.
5. Untuk mengetahui prinsip dasar sistem pertanian berkelanjutan.
6. Untuk mengetahui perkembangan pembangunan pertanian yang
berkelanjutan.
7. Untuk mengetahui pengembangan pembangunan pertanian yang
berkelanjutan berbasis agroekologi.
8. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengembangan sistem pertanian secara
agroekologis
9. Untuk mengetahui dukungan kebijakan ekonomi dalam pembangunan
pertanian berbasis agroekologi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
tanaman pohon-pohonan dan tanaman hutan secara bersama-sama pada lahan
yang sama. Petanian ini juga menerapkan pengelolaan sesuai kebudayaan
setempat. Penerapan agroekologi di Indonesia lebih cenderung kepada pertanian
tradisional. Pertanian tradisional adalah pertanian yang bersumber dari tradisi
pertanian keluarga yang menghargai, menjamin, dan melindungi keberlanjutan
alam untuk mewujudkan kembali budaya pertanian (SPI, 2010). Penerapan
pertanian ini bertujuan memutus ketergantungan petani terhadap ketergantungan
input eksternal.
5
mikro (yaitu mikrobia), pada faktor lahan meliputi kodisi fisiografi (kelerengan
dan ketinggian tempat), tanah, air, dan tanaman, sedangkan pada faktor iklim
terdiri dari sinar matahari, suhu, kelembapan, angin, dan curah hujan. Masing –
masing komponen tersebut dikaji lebih mendalam lagi mengenai sifat dan
karakteristiknya, kemudian interaksi antar komponen dengan pola manajemen
yang tepat dalam mengendalikan kondisi agroekologi di suatu tempat. Konsep
agroekologi mengenal model pengelolaan berdasr kondisi agroekologi yang
bersifat spesifik, masing – masing lokasi dapat berbeda agroekologinya sehingga
memerlukan pengelolaan yang berbeda, konsep pengelompokkan agroekologi
ini sering disebut sebagai Zone Agroekologi (Agroecological Zone).
Pengelolaan lahan berdasarkan kondisi agroekologi sangatlah penting
untuk dilakukan terutama pada pengembangan wilayah yang terkait dengan
bidang pertanian secara luas, seperti budidaya tanaman pangan dan hortikultura,
perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Pengelolaan lahan yang
berdasar pada kondisi agroekologi dapat dilihat pada penerapan:
1. Agroforestry / Wanatani dan
2. Agrocomplex / Biocyclofarming
Bentuk aplikasi yang lainnya juga dapat dilihat pada penerapan kebijakan dalam
pengembangan wilayah, seperti lahan yang subur tetap dipertahankan untuk
pertanian, perkebunan, dan kehutanan, pengembangan komoditas tanaman
berdasrkan tingkat kesesuaiaan lahan (land suitability),dll. Dan juga aktifitas
bisnis di bidang pertanian (agribisnis) juga perlu mendasarkan pada kondisi
agroekologi setempat yang berbasis pada kearifan lokal.
Pada penyempitan lahan atau alih fungsi lahan dari hutan menjadi hutan
produksi, kemudian hutan produksi berubah menjadi lahan perkebunan atau
pertanian, dan kemudian lahan pertanian beralih fungsi menjadi lahan industri
non pangan dan property. Hal ini dapat terlihat karena adanya keterkaitan antara
kondisi lahan dengan kualitas produk pertanian dan juga kondisi lahan dengan
jalur transportasi ke pasar. Penyusutan hutan selama 50 tahun terakhir sangat
luar biasa dari 240 juta hektar menjadi 130 juta hektar, sehingga alih fungsi dan
deforestry sangat mempengaruhi lingkungan dan kebijakan baik pusat maupun
daerah. Buffer Zone dan Run Off adalah sebgai penyangga yang banyak
6
memberikan pengaruh terhadap agroekologi, dan aplikasi ini masih
dipertahankan oleh masyarakat adat yang menganut tiga zone tentang hutan,
yaitu hutan tutupan, hutan larangan, dan hutan titipan. Dan tumpang tindih
dalam regulasi tentang pengelohan hasil hutan non kayu sudah ada dalam
masyarakat adat dalam pengelolaan agroekologi.
7
meningkatkan dan mempertahankan basil pada aras yang optimal;
mempertahankan dan meningkatkan keanekaragaman hayati dan ekosistem; dan
yang lebih penting untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
penduduk dan makhluk hidup lainnya. Berarti dapat disimpulkan bahwa pertanian
berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pertanian yang meliputi komponen-
komponen fisik, biologi, sosial ekonomi, lingkungan dan manusia yang berjalan
secara ideal untuk saat ini dan yang akan datang.
Kebijakkan pemerintah saat itu memang secara jelas merekomondasaikan
penggunaan energi luar yang dikenal dengan paket Panca Usaha Tani, yang salah
satunya menganjurkan penggunaan pupuk kimia dan pestisida. Terminologi
pertanian berkelanjutan (susitainable agriculture) sebagai padanan istilah
agroekosistem pertama kali dipakai sekitar awal tahun 1980-an oleh pakar
pertanian FAO (Food Agriculture Organization) Argoekosistem sendiri mengacu
pada modifikasi ekosistem alamiah dengan sentuhan campurtangan manusia untuk
menghasilkan bahan pangan, serat, dan kayu, untuk memenuhi kebutuhan dan
kesejahteraan manusia. Conway (1984) juga menggunakan istilah pertanian
berkelanjutan dengan agro ekosistem yang berupaya memadukan antara
produktivit (productivity), stabilitas (Stability), Pemerataan (equlity), jadi
semakin jelas bahwa konsep agroekosistem atau pertanian berkelanjutan adalah
jawaban kegamangan dampak green revolution anatara lain di tenggarai oleh
semakin merosotnya produktivitas pertanian (leaffing off).
Saat ini, negara-negara barat dilanda gelombang budaya teknologi tinggi
(information technology) yang disertai pesatnya penggunaan teknologi super
canggih dalam bidang telekomunikasi, misalnya penemuan internet, telepon
seluler, dan lain sebagainya. Ada dua peristiwa penting yang melahirkan
paradigma baru sistem pertanian berkelanjutan, peristiwa pertama adalah laporan
Brundland dari komisi Dunia tentang Lingkungan dan Pembangunan pada tahun
1987, yang mendefinisikan dan beru paya mempromosikan paradigma
pembangunan berkelanjutan. Peristiwa kedua adalah konfrensi dunia di Rio de
Jeneri Brazil pada tahun 1992, yang memuat pembahasan agenda 21 dengan
mempromosikan Sustainable Agriculture and Rural Development (SARD) yang
membawa pesan moral pada dunia bahwa ”without better enviromental
8
stewardship, development will be undermined” berbagai agenda penting termasuk
pembahasan bidang yang termasuk dalam pembahasan bidang pertanian dalam
konferensi tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Menjaga kontinuitas produksi dan keuntungan usaha dibidang pertanian
dalam arti yangluas (pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan,
peikanan, dan peternakan) untuk jangka panjang, bagi kelangsungan
kehidupan manusia.
2. Melakukan perawatan dan penigkatan SDA yang berbasis pertanian.
3. Memenimalkan damapak negatif aktivitas usaha pertanian yang dapat
merugikan bagi kesuburan lahan dan kesehatan manusia.
4. Mewujudkan keadilan sosoal antardesa dan antar sektor dengan
pendekatan pembangunan pertanian berkelanjutan.
9
dari aspek sosial dapat memberikan aspek yang kurang baik misalnya,
pencemaran udara karena bau kotoran ayam.
Norma-norma sosial dan budaya harus diperhatikan, apalagi dalam sistem
pertanian berkelanjutan di Indonesia biasanya jarak antara perumahan penduduk
dengan areal pertanian sangat berdekatan. Didukung dengan tingginya nilai sosial
pertimbangan utama sebelum merencanakan suatu usaha
pertanian dalam arti luas.
Lima kriteria untuk mengelola suatu sistem pertanian berkelanjutan
1. Kelayakan ekonomis (economic viability)
2. Bernuansa dan bersahabat dengan ekologi (accologically sound and
friendly)
3. Diterima secara sosial (Social just)
4. Kepantasan secara budaya (Culturally approiate)
5. Pendekatan sistem holistik (sistem and hollisticc approach)
10
3. Prinsip Sosial ekonomis
Prinsip ini menekankan pada penerimaan model pertanian secara
sosial dan secara ekonomis menguntungkan petani. Selain itu juga mendorong
berkembangnya kearifan lokal, kesetaraan antara perempuan dan laki-laki, dan
mendorong kemandirian petani.
4. Prinsip Politik
Prinsip ini mengutamakan adanya kebijakan yang tidak bertentangan
dengan upaya pengembangan pertanian berkelanjutan. Kebijakan ini baik dalam
upaya produksi, kebijakan harga, maupun adanya pemasaran yang adil.
11
komponen dasar agroekosistem tersebut memadukan antara produktivitas
(productivity), stabilitas (Stability), Pemerataan (equlity).
Secara sederhana, pembangunan pertanian yang berkelanjutan
merupakan hasil resultante dari pembangunan nasional dan ekonomi ditambah
dengan ekologi yang berkelanjutan. Dengan yang sederhana ini maka terdapat
empat prinsip yang perlu diperhatikan untuk menuju suatu kesamaan (hak dalam
memanfaatkan sumber daya alam) antar generasi yaitu:
Prinsip efisiensi (the principle of efficiency) sumber daya, yang
menekankan agar sumber daya tidak dieksploitasi secara berlebihan
sehingga menjadi tidak bermanfaat.
Prinsip sufisiensi (the principle of sufficiency) yang menekankan adanya
pembatasan pemanfaatan sebagai upaya dalam penyediaan sumber daya
pada generasi yang akan datang.
Prinsip konsistensi (the principle of consistency) yang menekankan
perlunya kompatibilitas antar sub sistem dengan superior sistem yang
secara keseluruhan mengacu pada ekosistem dalam alam.
Prinsip pencegahan (the principle of precaution) yang mengarah pada
upaya melindungi alam dari proses degradasi.
Dalam proses pembangunan berkelanjutan pembangunan sektor
pertanian pada dasarnya merupakan bagian dari pembangunan sektor lainnya.
dengan demikian kondisi ekologi dapat berlanjut bila ada keseimbangan
pembangunan antar sektor. Penyeimbangan ini hanya mungkin dapat dilakukan
oleh pusat kekuasaan yang mempunyai daya kekuatan politis.
12
3. Secara lingkungan tidak merusak dan berkelanjutan (environmentally sound
and sustainable).
4. Secara sosial dan budaya dapat diterima (socially and culturally acceptable).
Penjabarannya dalam bentuk agenda pelaksanaannya dapat difokuskan
pada : (1) demensi sosial dan ekonomi, (2) sumber daya sebagai aset produksi
dalam pembangunan, (3) peningkatan peranan masyarakat, (4) program
implementasi yang realistis.
Dari empat dimensi tersebut disusun tiga agenda sebagai berikut :
1. Agenda pada dimensi sosial ekonomi, perlu ditekankan kearah :
Mengatasi kemiskinan (pemenuhan kebutuhan ekonomi (material) manusia
baik untuk generasi sekarang mauun generasi mendatang.
Keseimbangan produksi dan konsumsi.
Keseimbangan demografi.
Kesehatan masyarakat.
Penataan hunian yang manusiawi
Keseimbangan lingkungan dan pembangunan
Sumber daya alam sebagai asset produksi perlu dipahami bentuk,
keberadaan, dan karakternya sehingga dalam agenda pemanfaatannya mengarah
pada :
• Prinsip kesamaan hak antar generasi atas sumber daya
• Keseimbangan pemanfaatan, preservasi dan konservasi
• Peningkatan kemanfaatan untuk generasi yang akan datang
2. Agenda pemberdayaan masyarakat mencangkup :
Pemanfaatan pengetahuan dan teknologi asli (indigenous knownledge and
technology).
Kesetaraan akses sumber produksi.
Pengakuan otoritas local.
Kebijakan pemerintah antar sector yang berpihak pada sector pertanian
13
3. Agenda program aksi / implementasi yang realistis mencangkup :
Pendanaan dan meakanisme termasuk keberpihakan pada sektor
pertanian
Peningkatan nilai tambah teknologi asli untuk dijadikan sebagai bagian
dari keunggulan kompetitif
Transfer teknologi
Dukungan keilmuan melalui penelitian yang terkoordinatif
Peningkatan kemampuan sumber daya manusia
Peingkatan kerja sama internasional
Dukungan instrumen legal
Proses pengambilan keputusan yang transparan
14
baik sebagai pembangkit listrik, sumber fotosintesis, panas yang dapat
mengeringkan, dll.
Menggunakan penyubur tanah dan pemerbanyak nitrogen (nitrogen
fixation) biologis, baik tanaman maupun hewan serta mikroorganisme.
Tanaman legum dapat ditanam secara tumpangsari atau dalam rotasi
tanaman untuk menambahkan nitrogen pada tanah. Bahan-bahan organik
dapat digunakan sebagai sumber pupuk organik cair maupun kompos.
Menggunakan input bahan alami setempat daripada bahan sintetis atau
buatan pabrik (manufaktur). Dengan demikian kita memberdayakan
ekonomi lokal, meningkatkan kemanfaatan sumberdaya lokal, mengurangi
terjadinya sampah, mengurangi ketergantungan pada transportasi,
sumberdaya tenaga kerja, bahan bakar fosil, menghemat waktu, dll.
Mendayagunakan sumberdaya pertanian pada lahan sebanyak mungkin.
Artinya kita dapat melipatgandakan lahan dengan membuat bedengan atau
bidang tanam, seperti hugelkultur, memanfaatkan lahan seefisien mungkin
untuk pertanian, mengembangkan pertanian vertikal dan gantung,
memprioritaskan peruntukan lahan untuk area pertanian, meningkatkan
prosentase pemanfaatan lahan untuk pertanian, dll.
Mendaur ulang hara dan nutrisi lahan setempat pada lahan itu sendiri.
Pembuatan kompos dapat dilakukan di dekat lahan pertanian, dengan
kubangan, pemulsaan, banana circle, dll.
2. Meminimalkan racun
Mengurangi atau mengeliminasi penggunaan bahan-bahan atau material-
material yang berpotensi merusak lingkungan atau kesehatan petani,
pekerja, konsumen, dll
Mempraktekkan pertanian yang dapat mengurangi polusi nitrat, gas
beracun, air terkontaminasi, atau lain-lain bahan yang dapat
menyebarluaskan racun baik dengan pembakaran atau sistem pertanian
yang berlebihan pupuk dan hara.
Mengkonservasi sumberdaya. Setiap sumberdaya dapat dirancang
sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan maksimal. Air yang digunakan
untuk mandi dan mencuci dapat digunakan untuk menyiram tanaman, dan
15
dikumpulkan kembali ke kolam untuk disaring dan dikembalikan lagi
menyiram kebun, dan seterusnya.
3. Konservasi tanah
Mempertahankan hara tanah dan sediaan bahan organik
Meminimalkan erosi dengan sengkedan dan teras dan penanaman pohon
Menanam tanaman berumur panjang (perennial), bambu dan pohon
Mendayagunakan lahan tanpa cangkulan atau metode mengurangi
penyangkulan pada lahan
Memberikan mulsa terus menerus
4. Mengkonservasi air
Pertanian lahan kering yang efisien penggunaan air.
Menggunakan sistem irigasi dan drainase yang efisien
5. Konservasi energi
Menggunakan teknologi-teknologi yang efisien dan mengefisiensi
penggunaan energi
6. Konservasi sumberdaya genetik
Menyimpan benih
Merawat lahan setempat dan bibit lokal
Menggunakan bibit lokal dan varietas galur
7. Mengkonservasi modal
Menyimpan di bank dengan jumlah minimal dan menggunakan jasa bank
seminimal mungkin
Mengurangi pengeluaran dan menambal kebocoran
8. Mengelola silaturahmi ekologis
Mengembangkan kembali silaturahmi ekologis yang terjadi secara alamiah
dalam kebudayaan pertanian daripada menguranginya dengan
mensimplifikasi (seperti penggunaan pestisida)
Mengelola hama, penyakit tanaman dan gulma daripada mengendalikan
mereka.
Menggunakan pertanian tumpang sari (intercropping) dan pemanfaatan
tanaman mulsa hidup secara masif (cover cropping).
16
Mengintegrasikan dengan ternak
Meningkatkan biota yang bermanfaat
Pada tanah (mycorrhizae, Rhizobia dan makhluk hidup yang memperbaiki
nitrogen, baik tanaman maupun hewan)
Serangga bermanfaat
Memberikan ruang hidup bagi serangga dan biota bermanfaat
Meningkatan populasi biota bermanfaat dengan tempat bertelur dan
tempat beraktivitas yang bebas
Mendaur ulang hara
Pergeseran dari manajemen nutrisi lintas (input dari luar dan
transportasi nutrisi) menjadi proses daur ulang nutrisi setempat.
Mengembalikan residu tanaman (melalui mulsa atau kompos) dan kotoran
ternak (melalui umbaran atau kompos) kembali ke tanah.
Manakala diperlukan input dari luar, dan terdapat justifikasi
terhadapnya, berusaha mempertahankan manfaatnya dengan mendaur
ulang mereka terus menerus
Meminimalkan perubahan atau gangguan
Menggunakan metode pertanian tanpa menyangkul atau meminimalkan
penyangkulan
Mendayagunakan mulsa berkelanjutan
Menggunakan tanaman perennial
9. Mengadaptasikan diri pada lingkungan lokal
Menyesuaikan pola tanam dan varietas tanaman menjadi produktif dan
potensial dengan keterbatasan fisik dan tapak lanskap lahan
Biota beradaptasi dan belajar menyesuaikan diri. Tanaman dan ternak
diadaptasikan dengan kondisi ekologis yang ada pada area pertanian
daripada memodifikasi lahan pertanian agar dapat memenuhi kebutuhan
tanaman dan ternak
10. Menganekaragamkan pertanian
a. Keanekaragaman tapak lanskap
Mempertahankan dan zona penyangga (buffer) tanpa gangguan
17
Menggunakan garis dan kontur penanaman
Mempertahankan zona penyangga tepian
Menggunakan rotasi umbaran
b. Keanekaragaman biota
Tumpangsari
Rotasi tanaman
Menggunakan pendekatan polikultur (beraneka tanaman)
Mengintegrasikan ternak di dalam sistem
Menggunakan spesies multifungsi pada tanaman dan ternak
Menggunakan beraneka varietas dan tanaman dan ternak lokal pada
pertanian
c. Ekonomi
Hindari ketergantungan pada satu komoditas atau produk atau tanaman
Mengembangkan pasar alternatif
Pengembangan jejaring pasar organik
Pengembangan pertanian yang didukung komunitas
Pemasaran kebun “Petik sendiri”
Memberikan nilai tambah pada produk-produk pertanian
Memproses makanan sebelum dijual
Mencari alternatif sumber pendapatan
Agrotourisme (integrasi pariwisata dengan pertanian)
Hindari ketergantungan pada subsidi dan sumberdaya luar (listrik, air, dll)
Gunakan beraneka tanaman untuk mendiversifikasi waktu musiman pada
produksi tanaman selama setahun
11. Memberdayakan masyarakat
Memastikan masyarakat setempat terlibat dan mengendalikan proses
pembangunan di antara mereka
Mendayagunakan pengetahuan dan kearifan lokal indigenous
Mendukung transfer pengetahuan multi arah, sebagai ganti pendekatan
pendidikan satu arah (dari atas ke bawah). Mengajari pakar dan petani
18
untuk berbagi pengetahuan, bukan dengan “memaksa” tahu dengan sistem
ini.
Bekerja sama dengan dan menggunakan pendekatan pembangunan
berpusat masyarakat
Meningkatkan partisipasi petani. Menghubungkan petani dengan
konsumen
Memperkuat masyarakat
Mendorong kerjasama lokal antara orang-orang dengan kelompok-
kelompok pembangunan.
Memastikan keadilan antar generasi
Menjamin kehidupan tenaga kerja petani
Memastikan kesetaraan dan hubungan baik antara pekerja dan petani
Mengajarkan prinsip-prinsip agroekologi dan keberlanjutan dengan
pengalaman dan pembelajaran berkelanjutan
12. Mengelola sebuah sistem holistik
Menggunakan proses-proses perencanaan yang dapat digunakan atau dapat
dilakukan, dengan beraneka skala dan pendekatan dalam sistem pertanian
setempat (Tapak Lanskap, Rumah tangga, Pertanian, Komunitas atau
masyarakat, Kawasan hayati, Bangsa)
Meminimalkan dampak dari ekosistem tetangga yang mempengaruhi kita
13. Memaksimalkan manfaat jangka panjang
Memaksimalkan manfaat lintas generasi, dan tidak hanya manfaat
keuntungan tahunan
Memaksimalkan perikehidupan dan kualitas kehidupan masyarakat
terutama pedesaan
Memfasilitasi proses transfer generasi
Menggunakan strategi-strategi jangka panjang. Mengembangkan
perencanaan yang dapat diubahsuai (disesuaikan dan diadaptasikan) dan
dievaluasi ulang seiring periode waktu
Mengikutsertakan keberlanjutan jangka panjang ke dalam desain sistem
pertanian dan dalam manajemen
19
Membangun tanah subur sepanjang waktu dan lestari. Membangun bahan
organik pembentuk tanah
14. Menghargai tinggi kesehatan
Kesehatan manusia
Kesehatan budaya
Kesehatan lingkungan (hidup) → Menghargai dan mempertimbangkan
kesehatan secara menyeluruh dalam sistem pertanian dan tidak hanya pada
sistem tanaman atau pada musim tertentu saja. → Mengeliminasi polusi
lingkungan dan racun serta surplus nutrien
Kesehatan ternak dan binatang
Kesehatan tanaman
20
Beberapa artikel yang memaparkan kebijakan- kebijakan ekonomi
pemerintah dalam agroekologi sebagai basis dalam pembangunan pertanian,
diantaranya yaitu :
Peraturan Pemerintah no 12 tahun 2012 yang dikeluarkan tanggal 9
Januari 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan. Semoga peraturan ini bukan hanya peraturan yang
dipahami oleh satu pihak namun tidak dipahami oleh pihak lain. Artinya
bahwa peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah ini harus menjadi
acuan peraturan-peraturan lain yang terkait. Baik terkait langsung
maupun tidak langsung. Pemerintah perlu membangun alur kerja yang
jelas berdasar perencanaan yang terukur dan mencakup output dalam
jangka pendek dan jangka panjang. Penetapan strategi yang tepat dan
penuh perhitungan dalam pengembangan sistem tentunya harus
melibatkan banyak pihak. Posisi masyarakat atau petani yang menjadi
ujung tombak pelaksanaan dilapangan sudah tidak pantas lagi dijadikan
obyek. Mereka adalah subjek sebagaimana tataran pembuat peraturan.
Beberapa rumusan kebijakan pembangunan sektor pertanian yang penting
yang disusun berdasarkan hasil kajian sebagai berikut:
1. Kebijakan Pengendalian Konversi Lahan Sawah ke Penggunaan Non
Pertanian;
2. Kebijakan Reservasi Lahan Sawah di Jawa;
3. Kebijakan Kemandirian Pangan Nasional;
4. Kebijakan Penentuan Harga Dasar Pembelian Gabah;
5. Kebijakan Peningkatan Tarif Gula untuk Meningkatkan Pendapatan
Petani Tebu;
6. Kebijakan Harga Air Irigasi;
7. Kebijakan Tarif Impor Paha Ayam dalam Melindungi Industri
Perunggasan Nasional;
8. Kebijakan Tata Niaga dan Distribusi Pupuk Bersubsidi di Indonesia;
9. Kebijakan Percengkehan Nasional.
Arah kebijakan pembangunan pertanian di Indonesia saat ini tentang
pentingnya pembangunan pertanian khususnya di pedesaan seringkali
21
didengung-dengungkan, namun dalam kenyataannya tetap saja pemberdayaan
petani masih kurang diperhatikan. Melihat kondisi pertanian saat ini dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Pendapatan petani masih rendah baik secara nominal maupun secara relatif
dibandingkan dengan sektor lain.
22
7. Terdapat senjang produktivitas dan mutu yang cukup besar sehingga daya
saing produk pertanian Indonesia masih mempunyai peluang yang sangat
besar untuk ditingkatkan.
8. Pangsa pasar ekspor produk pertanian Indonesia masih kecil dan
sementara kapasitas dan potensi yang dimilikinya lebih besar.
9. Kegiatan agroindustri masih belum berkembang. Produk–produk
perkebunan semenjak zaman Belanda masih berorentasi pada ekspor
komoditas primer (mentah)
10. Terjadinya degradasi kualitas sumberdaya pertanian akibat pemanfaatan
yang tidak mengikuti pola-pola pemanfaatan yang berkelanjutan .
11. Masih lemahnya kelembagaan usaha dan kelembagaan petani. Usaha
agribisnis skala rumahtangga, skala kecil dan agribisnis skala besar belum
terikat dalam kerjasama yang saling membutuhkan , saling memperkuat
dan saling menguntungkan. Yang terjadi adalah penguasaan pasar oleh
kelompok usaha yang kuat sehingga terjadi distribusi margin keuntungan
yang timpang (skewed) yang merugikan petani.
12. Lemahnya peran lembaga penelitian, sehingga temuan atau inovasi benih/
bibit unggul sangat terbatas
13. Lemahnya peran lembaga penyuluhan sebagai lembaga transfer teknologi
kepada petani, setelah era otonomi daerah.
14. Kurangnya pemerintah memberdayakan stakeholder seperti perguruan
tinggi, LSM, dalam pembangunan pertanian.
15. Lemahnya dukungan kebijakan makro ekonomi baik fiscal maupun
moneter seperti kemudahan kredit bagi petani, pembangunan irigasi
maupun pasar, dll.
1.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembangunan pertanian berkelanjutan (sustanaible agricultre) pada
dasarnya merupakan salah satu penajabaran yang lebih spesifik dari konsep
pembangunan berkelanjutan (the concept of sustanaible development). Wilayah
Indonesia yang bercirikan kepulauan dengan iklim muson tropis secara
mendasar memberikan kekayaan alam biomasa yang luar biasa. Melimpahnya
jumlah hujan dan radiasi matahari menjadi sumber energi untuk: (1) Proses
pembentukan tanah subur, (2) Tumbuhnya berbagai macam keanekaragaman
biologis, baik flora dan fauna, serta perikanan darat dan laut. Dalam konteks
inilah maka pembangunan pertanian berkelanjutan yang berbasis agroekologi
perlu menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi politik.
Pembangunan pertanian berkelanjutan berbasis agroekologi yan
diusulkan diarahkan pada usaha mempertahankan dan/ atau memperbaiki
produksi dengan bertumpu pada pilar: (1) Secara ekonimi fisibel (economically
feasible) dengan bentuk sistem produksi jangka panjang, (2) Penggunaan
teknologi yang sepadan (technologucally appropriate), (3) Secara lingkungan
tidak merusak dan berkelanjutan (enviromentally sound and sustainable), (4)
Secara sosial dan budaya dapat diterima (socially and culturally acceptable).
Dalam pembangunan pertanian yang berbasis agroekologi
diperlukannya suatu kebijakan ekonomi yang dibuat oleh pemerintah, agar
dalam skala nasional sektor pertanian mampu memberikan konstribusi dalam
pertumbuhan Negara Indonesia itu sendiri, sehingga sector pertanian dapat maju.
3.2 Saran
Dengan berkembang pesatnya teknologi informasi seperti komputer,
informasi apapun yang tersedia dapat digunakan untuk melakukan analisis dan
simulasi untuk dapat memperoleh informasi agroekologi yang lebih baik.
Dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence)
seperti sistem informasi geografi atau teknik penginderaan jauh, maka dapat
24
disusun suatu sistem untuk mengevaluasi sistem produksi yang tepat untuk
suatu lahan dan mencari alternatif komoditas untuk diusahakan dengan cepat
dan tepat. Menghadapi masalah lingkungan dan perdagangan bebas, maka
upaya perencanaan penataan pertanian berkelanjutan dengan memanfaatkan
hasil analisis zone agroekologi atau agroekosistem adalah salah satu cara yang
dapat menjadi solusi pembangunan pertanian saat ini.
25
DAFTAR PUSTAKA
26