Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH AGROEKOLOGI

EKOSISTEM PADANG LAMUN

DOSEN PEMBIMBING : Ir. ERLIDA ARIANI, M.Si

DISUSUN OLEH :

ELVINA CALISTA
1906112289
AGROTEKNOLOGI-C 2019

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Ekosistem Padang Lamun”.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Ir. Erlida Ariani, M.Si selaku dosen mata kuliah Agroekologi yang sudah
memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas makalah ini.
Serta penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah
membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis menerima
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan penulis buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang
khususnya bagi para pembaca. Penulis sangat berharap makalah ini dapat
bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan juga wawasan. Penulisi mohon
maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Pekanbaru, 24 Maret 2020

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian Ekosistem Padang Lamun............................................................3
2.2 Ciri - Ciri Ekosistem Padang Lamun.............................................................4
2.3 Peranan Penting, Fungsi, dan Pemanfaatan Ekosistem Padang Lamun.........5
2.4 Habitat dan Sebaran Padang Lamun..............................................................7
2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Padang Lamun.................................................8
2.6 Permasalahan Pada Ekosistem Padang Lamun..............................................9
2.7 Dampak yang Ditimbulkan Dari Kegiatan yang Menyebabkan Hilang atau
Rusaknya Ekosistem Padang Lamun.................................................................13
2.8 Pengelolaan Ekosistem Padang Lamun........................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................18
3.1 Kesimpulan...................................................................................................18
3.2 Saran.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ekosistem padang lamun..................................................................................4

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia yang memiliki panjang garis pantai 81.000 km, mempunyai


padang lamun yang luas bahkan terluas di daerah tropika. Luas padang lamun
yang terdapat di perairan Indonesia mencapai sekitar 30.000 km2. Jika dilihat
dari pola zonasi lamun secara horisontal, maka dapat dikatakan ekosistem lamun
terletak di antara dua ekosistem bahari penting yaitu ekosistem mangrove dan
ekosistem terumbu karang. Dengan letak yang berdekatan dengan dua ekosistem
pantai tropik tersebut, ekosistem lamun tidak terisolasi atau berdiri sendiri tetapi
berinteraksi dengan kedua ekosistem tersebut.

Oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut
Indonesia kaya akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas
serta keragaman jasad– jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk
dinamika kehidupan di laut yang saling berkesinambungan.

Pada tahun belakangan ini, perhatian terhadap biota laut semakin


meningkat dengan munculnya kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat
akan pentingnya lautan. Laut sebagai penyedia sumber daya alam yang produktif
baik sebagai sumber pangan, tambang mineral, dan energi, media komunikasi
maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Karena itu wilayah pesisir dan lautan
merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan di masa
datang. Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat
dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis lamun mempunyai bebrapa
fungsi penting di daerah pesisir.

1
Ekosistem lamun merupakan salah satu sumber daya laut yang cukup
potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis lamun
mempunyai bebrapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan
produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber
makanan penting bagi banyak organisme. Biomassa padang lamun secara kasar
berjumlah 700 g bahan kering/m2, sedangkan produktifitasnya adalah 700 g
karbon/m2/hari.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu ekosistem padang lamun?


2. Bagaimanakah ciri-ciri ekosistem padang lamun?
3. Apa saja peranan penting, fungsi dan pemanfaatan ekosistem padang
lamun?
4. Bagaimanakah habitat dan sebaran padang lamun?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi padang lamun?
6. Apa saja permasalahan pada ekosistem padang lamun?
7. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dari kegiatan yang
menyebabkan hilang atau rusaknya ekosistem padang lamun.
8. Bagaimanakah pengelolaan ekosistem padang lamun?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian ekosistem padang lamun.


2. Untuk mengetahui ciri-ciri ekosistem padang lamun.
3. Untuk mengetahui peranan penting, fungsi dan pemanfaatan ekosistem
padang lamun.
4. Untuk mengetahui habitat dan sebaran padang lamun.
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi padang lamun.

2
6. Untuk mengetahui permasalahan pada ekosistem padang lamun.
7. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari kegiatan yang
menyebabkan hilang atau rusaknya ekosistem padang lamun.
8. Untuk mengetahui pengelolaan ekosistem padang lamun.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekosistem Padang Lamun

Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang


paling produktif. Padang lamun (Seagrass bed) yaitu  hamparan vegetasi lamun
yang menutup suatu area pesisir/laut dangkal, terbentuk dari satu jenis atau lebih
dengan kerapatan padat atau jarang. Lamun umumnya membentuk padang lamun
yang luas di dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh cahaya matahari yang
memadai bagi pertumbuhannya. Lamun hidup di perairan yang dangkal dan
jernih, dengan sirkulasi air yang baik. Air yang bersirkulasi diperlukan untuk
menghantarkan zat-zat hara dan oksigen, serta mengangkut hasil metabolisme
lamun ke luar daerah padang lamun.

3
Gambar 1. Ekosistem padang lamun

Padang lamun adalah ekosistem pesisir yang ditumbuhi oleh lamun


sebagai vegetasi yang dominan. Lamun (seagrass) adalah kelompok tumbuhan
berbiji tertutup (Angiospermae) dan berkeping tunggal (Monokotil) yang mampu
hidup secara permanen di bawah permukaan air laut. Komunitas lamun berada di
antara batas terendah daerah pasang surut sampai kedalaman tertentu dimana
cahaya matahari masih dapat mencapai dasar laut.

Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya,


dengan keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem, ini hidup
beraneka ragam biota laut seperti ikan, krustasea, moluska ( Pinna sp, Lambis sp,
Strombus sp), Ekinodermata (Holothuria sp, Synapta sp, Diadema sp, Arcbaster
sp, Linckia sp) dan cacing (Polichaeta).

Secara ekologis padang lamun memiliki peranan penting bagi ekosistem.


Lamun merupakan sumber pakan bagi invertebrata, tempat tinggal bagi biota
perairan dan melindungi mereka dari serangan predator. Lamun juga menyokong
rantai makanan dan penting dalam proses siklus nutrien serta sebagai pelindung
pantai dari ancaman erosi ataupun abrasi.

Ekosistem Padang Lamun memiliki diversitas dan densitas fauna yang


tinggi dikarenakan karena gerakan daun lamun dapat merangkap larva
invertebrata dan makanan tersuspensi pada kolom air. Alasan lain karena batang

4
lamun dapat menghalangi pemangsaan fauna bentos sehingga kerapatan dan
keanekaragaman fauna bentos tinggi.

Daerah Padang Lamun dengan kepadatan tinggi akan dijumpai fauna


bentos yang lebih banyak bila dibandingkan dengan daerah yang tidak ada
tumbuhan lamunnya. Menurut Romimohtarto dan Juwana (1999), ekosistem
lamun memiliki kerapatan fauna keanekaragaman sebesar 52 kali untuk epifauna
dan sebesar 3 kali untuk infauna dibandingkan pada daerah hamparan tanpa
tanaman lamun.

2.2 Ciri - Ciri Ekosistem Padang Lamun


Ekosistem padang lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat khusus
dan berbeda dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Ciri-ciri ekologis
padang lamun antara lain adalah :
1. Terdapat di perairan pantai yang landai, di dataran lumpur/pasir.
2. Pada batas terendah daerah pasang surut dekat hutan bakau atau di
dataran terumbu karang.
3. Mampu hidup sampai kedalaman 30 meter, di perairan tenang dan
terlindung.
4. Sangat tergantung pada cahaya matahari yang masuk ke perairan.
5. Mampu melakukan proses metabolisme secara optimal jika keseluruhan
tubuhnya terbenam air termasuk daur generatif.
6. Mampu hidup di media air asin.
7. Mempunyai sistem perakaran yang berkembang baik.
2.3 Peranan Penting, Fungsi, dan Pemanfaatan Ekosistem Padang Lamun

Ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang


kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, sebagai berikut :

5
 Sebagai produsen primer : Lamun memiliki tingkat produktifitas primer
tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada dilaut
dangkal seperti ekosistem terumbu karang.
 Sebagai habitat biota : Lamun memberikan tempat perlindungan dan
tempat menempel berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga).
Disamping itu, padang lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah
asuhan, padang pengembalaan dan makanan berbagai jenis ikan herbivora
dan ikan-ikan karang (coral fishes).
 Sebagai penangkap sedimen : Daun lamun yang lebat akan memperlambat
air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan disekitarnya
menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan
dan mengikat sedmen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar
permukaan. Jadi, padang lamun disini berfungsi sebagai penangkap
sedimen dan juga dapat mencegah erosi.
 Sebagai pendaur zat hara : Lamun memegang peranan penting dalam
pendauran berbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka dilingkungan
laut. Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit.

Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif,


ekosistem lamun pada perairan dangkal berfungsi sebagai :

 Menstabilkan dan menahan sedimen–sedimen yang dibawa melalui


tekanan tekanan dari arus dan gelombang.
 Daun-daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta
mengembangkan sedimentasi.
 Memberikan perlindungan terhadap hewan–hewan muda dan dewasa yang
berkunjung ke padang lamun.
 Daun–daun sangat membantu organisme-organisme epifit.

6
 Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi.
 Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai
makanan.

Selain itu secara ekologis padang lamun mempunyai beberapa fungsi


penting bagi wilayah pesisir, yaitu :

 Produsen detritus dan zat hara.


 Mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak, dengan system
perakaran yang padat dan saling menyilang.
 Sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan memijah
bagi beberapa jenis biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya di
lingkungan ini.
 Sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari
sengatan matahari.

Lamun juga sebagai komoditi yang sudah banyak dimanfaatkan oleh


masyarakat, diantaranya :

 Dimanfaatkan sebagai pupuk atau kompos


 Cerutu dan mainan anak-anak.
 Dianyam menjadi keranjang.
 Pembuat kasur (sebagai isi kasur).
 Dibuat jaring ikan.

7
Ekosistem padang lamun memiliki nilai pelestarian fungsi ekosistem serta
manfaat lainnya di masa mendatang sesuai dengan perkembangan teknologi, yaitu
produk obat-obatan dan budidaya laut. Beberapa negara telah memanfaatkan
lamun untuk pupuk, bahan kasur, makanan, stabilisator pantai, penyaring limbah,
bahan untuk pabrik kertas, bahan kimia, dan sebagainya. 

2.4 Habitat dan Sebaran Padang Lamun

Tanaman lamun bio hidup normal dalam keadaan terbenam, dan


mempunyai bioti perakaran jangkar ( biotic) yang berkembang baik. Pada
dasarnya tak berbeda dengan tanaman darat, lamun punya keunikan yaitu
memiliki bunga dan buah yang kemudian berkembang menjadi benih. Semuanya
dilakukan dalam keadaan terbenam di perairan laut. Hal ini yang menjadi
perbedaan nyata lamun dengan tumbuhan yang hidup terbenam di laut lainnya
seperti makro-alga atau rumput laut (seaweed).

Lamun tumbuh subur terutama di daerah terbuka pasang surut dan perairan
pantai yang dasarnya bio berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang mati,
pendukung lain adalah kecerahan perairan yang tinggi, suhu yang stabil, dengan
kedalaman sekitar 1– 10 meter. Pada perairan yang sangat jernih, beberapa jenis
lamun ditemukan tumbuh di kedalaman 8 hingga 15 meter.

Hampir semua tipe substrat dapat ditumbuhi lamun, mulai dari substrat
berlumpur sampai berbatu. Namun padang lamun yang luas lebih sering
ditemukan di substrat lumpur-berpasir yang tebal antara hutan rawa mangrove dan
terumbu karang. Sedangkan bioti (organisasi) ekologi padang lamun yang terdiri
dari komponen biotik dan biotic disebut Ekosistem Lamun (Seagrass ecosystem).

8
Habitat tempat hidup lamun adalah perairan dangkal agak berpasir dan sering juga
dijumpai di terumbu karang.

Tumbuhan lamun merupakan tumbuhan laut yang mempunyai sebaran


cukup luas mulai dari benua Artik sampai kebenua Afrika dan Selandia Baru.
Jumlah jenis tumbuhan ini mencapai 58 jenis di seluruh dunia, dengan konsentrasi
utama didapatkan di wilayah Indo-Pasifik. Dari jumlah tersebut diantaranya
ditemukan di perairan Asia Tenggara, dimana jumlah jenis terbesar ditemukan di
perairan Filipina (16 jenis) atau semua jenis yang ada di perairan Asia Tenggara
ditemukan di Filipina.

2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Padang Lamun

Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap distribusi dan


kestabilan ekosistem padang lamun adalah :

1. Temperatur

Lamun akan berfotosintesis secara maksimal pada kisaran suhu 28°-30°C.


Semakin jauh suhu perairan dari suhu optimal ini, semakin berkurang kemampuan
lamun untuk berfotosintesis.

9
2. Salinitas

Tiap-tiap jenis lamun mempunyai kisaran salinitas berbeda-beda. Namun


secara umum, lamun membutuhkan salintias sebesar 10-40 o/oo. Sedangkan
rusaknya padang lamun saat ini salah satunya disebabkan oleh meningkatnya
salinitas karena berkurangnya suplai air tawar dari sungai.

3. Intensitas cahaya

Lamun memerlukan cahaya untuk berfotosintesis, sehingga semakin


sedikit cahaya, semakin kurang berkembang lamunnya.

4. Arus

Produktivitas padang lamun juga dipengaruhi oleh kecepatan arus


perairan. Pada saat kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik, jenis Thallassia testudium
mempunyai kemampuan maksimal untuk tumbuh.

5. Kandungan Oksigen (DO)

Suhu, salinitas, dan turbulensi air mempengaruhi kadar oksigen terlarut


dalam air. Kadar oksigen terlarut berkurang dengan meningkatnya suhu,
ketinggian, altitude dan berkurangnya tekanan atmosfer.

Selain itu kandungan oksigen terlarut juga mempengaruhi


keanekaragaman hayati suatu ekosistem perairan seperi padang lamun. Perairan
yang diperuntukkan bagi kepentingan perikanan sebaiknya memilih kadar oksigen
tidak kurang dari 5mg/l. Kadar oksigen terlarut kurang dari 4 mg/l mengakibatkan
efek yang kurang menguntungkan bagi hampir semua organisme akuatik.

10
Sumber oksigen terlarut biasanya berasal dari difusi oksigen yang terdapat
di atmosfer sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air termasuk dan
fitoplankton.

6. Substrat

Tumbuhan lamun membutuhkan dasar yang lunak untuk ditembus oleh


akar-akar dan rimpangya guna menyokong tumbuhan ditempatnya. Lamun dapat
memperoleh nutrisi baik dari air permukaan melalui helai daun-daunnya, maupun
dari sedimen melalui akar dan rimpangnya.

Kesesuaian substrat yang paling utama bagi perkembangan lamun ditandai


dengan kandungan sedimen yang cukup. Semakin tipis substrat (sedimen)
perairan akan menyebabkan kehidupan lamun yang tidak stabil, sebaliknya
semakin tebal substrat, lamun akan tumbuh subur yaitu berdaun panjang dan
rimbun serta pengikatan dan penangkapan sedimen semakin tinggi. Peranan
kedalaman substrat dalam stabilitas sedimen mencakup dua hal, yaitu : 1)
pelindung tanaman dari arus laut. 2) tempat pengolahan dan pemasok nutrien.

Padang lamun hidup diberbagai tipe sedimen, mulai dari lumpur sampai
sedimen dasar yang terdiri dari 40% endapan lumpur dan fine mud. Semua tipe
substrat dihuni oleh tumbuhan lamun mulai dari lumpur lunak sampai batu-
batuan, tetapi lamun yang paling luas dijumpai pada substrat yang lunak.
Berdasarkan tipe karakteristik tipe substratnya padang lamun yang tumbuh di
perairan Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 6 kategori, yaitu : 1) Lumpur, 2)
Lumpur pasiran, 3) Pasir, 4) Pasir lumpuran, 5) Puing karang dan 6) Batu karang.
Pengelompokkan tipe substrat ini berdasarkan ukuran partikelnya dengan
menggunakan Segitiga Milla.

11
2.6 Permasalahan Pada Ekosistem Padang Lamun

Keberadaannya yang berada di daerah estuaria dan pesisir, yang


merupakan perbatasan antara daratan dan lautan, menyebabkan padang lamun
terancam oleh berbagai faktor yang disebabkan oleh manusia, selain juga oleh
perubahan iklim global saat ini.
Padang lamun sebagai salah satu habitat yang rentan terhadap kerusakan.
Aneka kegiatan manusia diketahui memberikan dampak negatif yang merusak
padang lamun. Kegiatan pembangunan yang pesat dan perubahan peruntukan
lahan di wilayah pantai telah meningkatkan masuknya sedimen ke laut dan
menimbulkan eutrofikasi. Bertambahnya pelumpuran, menaikkan konsentrasi
lumpur, bahan organik, dan nutrien, serta telah meningkatkan kekeruhan air laut,
yang pada gilirannya mengurangi kedalaman laut yang dapat dicapai cahaya
matahari. Semua hal tersebut berpengaruh buruk bagi ekosistem padang lamun.
Masuknya lumpur serta berjenis-jenis bahan organik yang dihasilkan
aktivitas manusia ke laut juga telah meningkatkan jumlah dan jenis nutrien yang
masuk ke padang lamun. Sementara sebagian nutrien dibutuhkan untuk
tumbuhnya lamun, sebagian nutrien yang lain mungkin menghasilkan efek racun
bagi lingkungan lamun. Nutrien yang semakin banyak dalam air juga
meningkatkan pertumbuhan alga epifitik yang tumbuh menempel di daun-daun
lamun, dan mengurangi kemampuan lamun berfotosintesis. Untuk menyebutkan
bahwa pelumpuran dan naiknya jumlah liat (clay) dalam air laut melebihi ambang
tertentu, akan menurunkan secara tajam kekayaan spesies dan biomassa daun
komunitas padang lamun. Sensitivitas jenis-jenis lamun berbeda-beda terhadap
gangguan tersebut, mulai dari Syringodium yang paling sensitif hingga Enhalus
sebagai jenis yang paling tahan. Enhalus cukup terpengaruh oleh pelumpuran
dengan berkurangnya pembungaan dan pembentukan buah pada air yang
meningkat kekeruhannya. Kematian rumpun-rumpun Enhalus karena siltasi
diduga dapat menurunkan kapasitas reproduksi Enhalus lebih jauh, mengingat
pembentukan buah Enhalus berlangsung baik pada kepadatan rumpun yang cukup
tinggi.

12
Lamun menghadapi berbagai gangguan dan ancaman. Gangguan dan
ancaman terhadap lamun pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua golongan yakni
gangguan alam dan gangguan dari kegiatan manusia (antropogenik), diantaranya
ialah :
1. Gangguan Alam
Fenomena alam seperti tsunami, letusan gunung api, siklon, dapat
menimbulkan kerusakan pantai, termasuk juga terhadap padang lamun. Tsunami
yang dipicu oleh gempa bawah laut dapat menimbulkan gelombang dahsyat yang
menghantam dan memorak-perandakan lingkungan pantai, seperti terjadi dalam
tsunami Aceh (2004).
Gempa bumi, seperti gempa bumi Nias (2005) mengangkat sebagian dasar
laut hingga terpapar ke atas permukaan dan menenggelamkan bagian lainnya lebih
dalam. Debu letusan gunung api seperti letusan Gunung Tambora (1815) dan
Krakatau (1883) menyelimuti perairan pantai sekitarnya dengan debu tebal,
hingga melenyapkan padang lamun di sekitarnya.
Siklon tropis dapat menimbulkan banyak kerusakan pantai terutama di
lintang 10 - 20⁰ Lintang Utara maupun Selatan, seperti yang sering menerpa
Filipina dan pantai utara Australia. Kerusakan padang lamun di pantai utara
Australia karena diterjang siklon sering dilaporkan. Indonesia yang berlokasi tepat
di sabuk katulistiwa, bebas dari jalur siklon, tetapi dapat menerima imbas dari
siklon daerah lain(Siklon Lena 1993), di Samudra Hindia misalnya, lintasannya
mendekati Timor dan menimbulkan kerusakan besar pada lingkungan pantai di
Maumere.
Selain kerusakan fisik akibat aktivitas kebumian, kerusakan lamun karena
aktivitas hayati dapat pula menimbulkan dampak negatif pada keberadaan lamun.
Sekitar 10 – 15 % produksi lamun menjadi santapan hewan herbivor, yang
kemudian masuk dalam jaringan makanan di laut. Di Indonesia, penyu hijau,
beberapa jenis ikan, dan bulubabi, mengkonsumsi daun lamun. Duyung tidak saja
memakan bagian dedaunannya tetapi juga sampai ke akar dan rimpangnya.

13
2. Gangguan dari aktivitas manusia
Pada dasarnya ada empat jenis kerusakan lingkungan perairan pantai yang
disebabkan oleh kegiatan manusia, yang bisa memberikan dampak pada
lingkungan lamun :
o Fisik yang menyebabkan degradasi lingkungan, seperti penebangan mangrove,
perusakan terumbu karang dan atau rusaknya habitat padang lamun;
o Pencemaran laut, baik pencemaran asal darat, maupun dari kegiatan di laut;
o Penggunaan alat tangkap ikan yang tak ramah lingkungan;
o Tangkap lebih, yakni eksploitasi sumberdaya secara berlebihan hingga
melewati kemampuan daya pulihnya karang dari padang lamun untuk bahan
konstruksi, atau untuk membuka usaha budidaya rumput laut. Demikian pula
terjadi di Teluk Lampung. Di Bintan (Kepulauan Riau) pembangunan resor
pariwisata di pantai banyak yang tak mengindahkan garis sempadan pantai,
pembangunan resor banyak mengorbankan padang lamun.

Kerusakan Padang Lamun di Indonesia akibat gangguan alam dan


aktivitas manusia, adalah sebagai berikut :
1) Kerusakan fisik
Kerusakan fisik terhadap padang lamun telah dilaporkan terjadi di
berbagai daerah di Indonesia. Di Pulau Pari dan Teluk Banten, kerusakan padang
lamun disebabkan oleh aktivitas perahu-perahu nelayan yang mengeruhkan
perairan dan merusak padang lamun. Reklamasi dan pembangunan kawasan
industri dan pelabuhan juga telah melenyapkan sejumlah besar daerah padang
lamun seperti terjadi di Teluk Banten. Di Teluk Kuta (Lombok) penduduk
membongkar karang.
2) Pencemaran laut
Pencemaran laut dapat bersumber dari darat (land based) ataupun dari
kegiatan di laut (sea based). Pencemaran asal darat dapat berupa limbah dari
berbagai kegiatan manusia di darat seperti limbah rumah tangga, limbah industri,
limbah pertanian, atau pengelolaan lahan yang tak memperhatikan kelestarian
lingkungan seperti pembalakan hutan yang menimbulkan erosi dan mengangkut

14
sedimen ke laut. Bahan pencemar asal darat dialirkan ke laut lewat sungai-sungai
atau limpasan (runoff).
Masukan hara (terutama fosfat dan nitrat) ke perairan pantai dapat
menyebabkan eutrofikasi atau penyuburan berlebihan, yang mengakibatkan
timbulnya ledakan populasi plankton (blooming) yang mengganggu pertumbuhan
lamun. Epiffit yang hidup menempel di permukaan daun lamun juga dapat
tumbuh kelewat subur dan menghambat pertumbuhan lamun. Kegiatan
penambangan didarat, seperti tambang bauksit di Bintan, limbahnya terbawa ke
pantai dan merusak padang lamun di depannya.
Pencemaran dari kegiatan di laut dapat terjadinya misalnya pada tumpahan
minyak di laut, baik dari kegiatan perkapalan dan pelabuhan, pemboran,
debalasting muatan kapal tanker. Bencana yang amat besar terjadi saat kecelakaan
tabrakan atau kandasnya kapal tanker yang menumpahkan muatan minyaknya ke
perairan pantai, seperti kasus kandasnya supertanker Showa Maru yang merusak
perairan pantai Kepuluan Riau.
3) Penggunaan alat tangkap tak ramah lingkungan.
Beberapa alat tangkap ikan yang tak ramah lingkungan dapat
menimbulkan kerusakan pada padang lamun seperti pukat harimau yang
mengeruk dasar laut. Penggunaan bom dan racun sianida juga ditengarai
menimbulkan kerusakan padang lamun. Di Lombok Timur dilaporkan kegiatan
perikanan dengan bom dan racun yang menyebabkan berkurangnya kerapatan dan
luas tutupan lamun.
4) Tangkap lebih
Salah satu tekanan berat yang menimpa ekosistem padang lamun adalah
tangkap lebih (over fishing), yakni eksploitasi sumberdaya perikanan secara
berlebihan hingga melampaui kemampuan ekosistem untuk segera memulihkan
diri. Tangkap lebih bisa terjadi pada ikan maupun hewan lain yang berasosiasi
dengan lamun. Banyak jenis ikan lamun yang kini semakin sulit dicari, dan
ukurannya pun semakin kecil.

15
2.7 Dampak yang Ditimbulkan Dari Kegiatan yang Menyebabkan Hilang
atau Rusaknya Ekosistem Padang Lamun

Terdapat beberapa dampak yang timbul, diantaranya ialah :


 Dampak sekunder pada perairan dengan meningkatnya kekeruhan air, dan
terlapisnya insan hewan air.
 Terjadinya akumulasi logam berat padang lamun melalui proses biological
magnification.
 Penurunan kandungan oksigen terlarut.
 Dapat menjadi eutrofikasi yang mengakibatkan blooming perifiton yang
menempel di daun lamun, dan juga meningkatkan kekeruhan yang dapat
menghalangi cahaya matahari.
 Pencemaran pestisida dapat mematikan hewan yang berasosiasi dengan
padang lamun.
 Pencemar pupuk dapat mengakibatkan eutrofikasi.
 Lapisan minyak pada daun lamun dapat menghalangi proses fotosintesis.

2.8 Pengelolaan Ekosistem Padang Lamun

Pelestarian ekosistem padang lamun merupakan suatu usaha yang sangat


kompleks untuk dilaksanakan, karena kegitan tersebut sangat membutuhkan sifat
akomodatif terhadap segenap pihak baik yang berada sekitar kawasan maupun di
luar kawasan. Pada dasarnya untuk mengatasi masalah-masalah perusakan dan
untuk menjaga serta melindungi sumberdaya alam dan ekosistem padang lamun
secara berkelanjutan, diperlukan suatu pengelolaan yang tepat. Beberapa hal yang
dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah :

1. Penyuluhan akan pentingnya peranan ekosistem padang lamun di


lingkungan pesisir.

16
2. Menyadarkan masyarakat agar mengambil peran yang lebih besar dalam
menjaga dan mengelola sumberdaya padang lamun.
3. Pengaturan penggunaan alat tangkap yang sudah terbukti merusak
lingkungan ekosistem padang lamun seperti potasium sianida, sabit dan
gareng diganti dengan alat tangkap yang tidak merusak lingkungan (ramah
lingkungan) seperti pancing.
4. Perlunya pembuatan tempat penampungan limbah dan sampah organik.

 Pedoman pengelolaan padang lamun

1) Pengerukan dan penimbunan seharusnya menghindari lokasi yang


didominasi oleh padang lamun, sebaiknya dijaga agar tidak terjadi pengaliran
endapan pada lokasi padang lamun. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti memasang penghalang Lumpur atau dengan strategi pengerukan yang
menjamin adanya mekanisme yang membuat sirkulasi air dan pasang surut dapat
membewa endapan untuk menjauhi daerah padang lamun.

2) Usulan pembangunan di wilayah pesisir (seperti pelabuhan,


dermaga/jetty) yang mengubah pola sirkulasi air seharusnya didesain untuk
menghindari dan meminimalkan erosi atau penimbunan di daerah sekitar padang
lamun. Struktur desain seharusnya didasarkan pada keadaan lokal yang spesifik.

3) Prosedur pembuangan limbah cair seharusnya diperbaharui dan


dimodifikasi sesuai kebutuhan untuk mencegah limbah yang merusak masuk ke
dalam padang lamun. Limbah tersebut seperti limbah industri, limbah air panas,
limbah garam, air buangan kapal dan limpasan air. Pada umumnya solusi
alternatif tersebut diantaranya termasuk pemilihan lokasi yang berbeda untuk
lokasi pembuangan seperti pemilihan lokasi pipa pembuangn.

17
4) Penangkapan ikan dengan “trawl” dan kegiatan penangkapan lainnya
yang merusak seharusnya dimodifikasi untuk meminimalkan pengaruh buruk
terhadap padang lamun selama operasi penangkapan.

5) Skema-skema pengalihan aliran air yang dapat merubah tingkat


salinitas alamiah harus dipertimbangkan akibat terhadap komunitas padang lamun
dan biota-biota yang berasosiasi dengannya. Pengaturan yang tepat terhadap
jadwal pelepasan air dapat menjaga tingkat salinitas dalam kisaran yang
diinginkan.

6) Lakukan tindakan untuk mencegah tumpahan minyak untuk mencemari


komunitas padang lamun. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan pengukuran,
program monitoring dan rencana untuk menanggulangi kemungkinan terjadi
tumpahan minyak.

7) Inventarisasi, identifikasi dan pemetaan sumberdaya padang lamun


sebelum berbagai jenis proyek dan aktivitas dilakukan di lokasi tersebut.

8) Rekonstruksi padang lamun di perairan dekat tempat yang sebelumnya


ada padang lamun, atau membangun padang lamun baru di lokasi yang ada
padang lamunnya untuk mengganti lamun alami di suatu tempat.

9) Pengelolaan Berwawasan Lingkungan, dalam perencanaan


pembangunan pada suatu sistem ekologi pesisir dan laut yang berimplikasi pada
perencanaan pemanfaatan sumberdaya alam, perlu diperhatikan kaidah-kaidah
ekologis yang berlaku untuk mengurangi akibat-akibat negatif yang merugikan
bagi kelangsungan pembangunan itu sendiri secara menyeluruh. Perencanaan dan
pengelolaan sumberdaya alam pesisir dan laut perlu dipertimbangkan secara
cermat dan terpadu dalam setiap perencanaan pembangunan, agar dapat dicapai

18
suatu pengembangan lingkungan hidup di pesisir dan laut dalam lingkungan
pembangunan.

 Pengelolaan Berbasis Masyarakat

Pengelolaan ekosistem padang lamun pada dasarnya adalah suatu proses


pengontrolan tindakan manusia agar pemanfaatan sumberdaya alam dapat
dilakukan secara bijaksana dengan mengindahkan kaidah kelestarian lingkungan
maka pengelolaan sumberdaya padang lamun tidak dapat dilakukan sendiri-
sendiri, tetapi harus dilakukan secara terpadu oleh beberapa instansi terkait.
Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah menjadikan masyarakat
sebagai  komponen utama penggerak pelestarian areal padang lamun. Oleh karena
itu, persepsi masyarakat terhadap keberadaan ekosistem pesisir perlu untuk
diarahkan kepada cara pandang masyarakat akan pentingnya sumberdaya alam
persisir.

Konsep pengelolaan berbasis masyarakat memiliki beberapa aspek positif, yaitu :

a. Mampu mendorong timbulnya pemerataan dalam pemanfaatan sumberdaya


alam,
b. Mampu merefleksi kebutuhan-kebutuhan masyarakat lokal yang spesifik,
c. Mampu meningkatkan efisiensi secara ekologis dan teknis,
d. Responsif dan adaptif terhadap perubahan kondisi sosial dan lingkungan lokal,
e. Mampu meningkatkan manfaat lokal bagi seluruh anggota masyarakat,
f. Mampu menumbuhkan stabilitas dan komitmen,
g. Masyarakat lokal termotivasi untuk mengelola secara berkelanjutan.

19
Dalam pengelolaan ekosistem padang lamun berbasis masyarakat ini, yang
dimaksud dengan masyarakat adalah semua komponen yang terlibat baik secara
langsung maupun tak langsung dalam pemanfaatan dan pengelolaan ekosistem
padang lamun, diantaranya adalah masyarakat lokal, LSM, swasta, Perguruan
Tinggi dan kalangan peneliti lainnya. Dalam konteks pengelolaan sumberdaya
ekosistem padang lamun berbasis masyarakat, kedua komponen masyarakat dan
pemerintah sama-sama diberdayakan, sehingga tidak ada ketimpangan dalam
pelaksanaannya.

 Pendekatan Kebijakan

Perumusan kebijaksanaan pengelolaan ekosistem padang lamun


memerlukan suatu pendekatan yang dapat diterapkan secara optimal dan
berkelanjutan melalui pendekatan keterpaduan. Pendekatan kebijakan ini mengacu
kepada pendekatan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu, yaitu
pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang ada di
wilayah pesisir. Hal ini dapat dilakukan dengan cara penilaian menyeluruh,
menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan, serta merencanakan kegiatan
pembangunan. Pengelolaan ekosistem padang lamun secara terpadu mencakup
empat aspek, yaitu :

1) Keterpaduan wilayah/ekologis

2) Keterpaduan sektoral

3) Keterpaduan disiplin ilmu

4) Keterpaduan stakeholders (pemakai)

20
21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air laut,
berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan tunas.
Ekosistem padang lamun memiliki fungsi ekologi dan ekonomi. Peranan
ekosistem padang lamun adalah sebagai produsen primer, sebagai habitat biota,
sebagai penangkap sedimen dan sebagai pendaur zat hara. Di Indonesia terdapat
12 jenis lamun di antaranya Enhalus acoroides, Halophila decipiens, H. minor, H.
ovalis, H. spinulosa, Thalassia hemprichii, Cymodocea serrulata, Halodule
pinifolia, H. uninervis, Syringodium isoetifolium, Thalassodendron ciliatum dan
Ruppia maritima. Permasalahan utama yang mempengaruhi ekosistem padang
lamun adalah akibat pengaruh dari alam dan pengaruh dari manusia.

Ekosistem padang lamun adalah ekosistem dimana terdapat banyak jenis


biota dan cenderung seperti antara ekosistem mangrove dan terumbu karang.
Padang lamun memiliki peranan yang cukup penting dalam kehidupan. Padang
lamun merupakan habitat bagi beberapa organisme laut, lamun digunakan sebagai
perlindungan dan persembunyian dari predator dan kecepatan arus yang tinggi dan
juga sebagai sumber bahan makanan baik daunnya mapupun epifit atau detritus.

3.2 Saran

Padang lamun memiliki peran yang sangat penting sehingga kegiatan


pemerintah sebaiknya harus didukung yaitu dalam menjaga kelestarian padang

22
lamun dan melakukan hal-hal yang dapat mengurangi kerusakan pada padang
lamun.

Masyarakat sebaiknya menjaga laut karena ekosistem yang ada di


dalamnya sangat mempunyai keanekaragaman hayati yang banyak dan
pembangunan di wilayah pesisir diharapkan ke depannya lebih memperhatikan
keberlanjutan ekosistem padang lamun karena fungsinya yang sangat penting pada
laut dangkal dan sekitarnya
DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D.G. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Institut
Pertanian Bogor : Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan.

Fahruddin. 2002. Pemanfaatan, Ancaman, dan Isu-isu Pengelolaan Ekosistem


Padang Lamun. Institut Pertanian Bogor : Program Pasca Serjana.

Kikuchi dan J.M. Peres. 1977. Consumer Ecology of Seagrass Beds, pp. 147-193.
In P. McRoy and C.Helferich (eds). Seagrass ecosystem. A scientific
perspective. Mar.Sci.Vol 4. New York : Marcel Dekker Inc.

Husni. 2003. Ekosistem Lamun Produsen Organik Tinggi. Pusat Penelitian


Oseanografi : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

23

Anda mungkin juga menyukai