DISUSUN OLEH :
ELVINA CALISTA
1906112289
AGROTEKNOLOGI-C 2019
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Ekosistem Padang Lamun”.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Ir. Erlida Ariani, M.Si selaku dosen mata kuliah Agroekologi yang sudah
memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas makalah ini.
Serta penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah
membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis menerima
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan penulis buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang
khususnya bagi para pembaca. Penulis sangat berharap makalah ini dapat
bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan juga wawasan. Penulisi mohon
maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian Ekosistem Padang Lamun............................................................3
2.2 Ciri - Ciri Ekosistem Padang Lamun.............................................................4
2.3 Peranan Penting, Fungsi, dan Pemanfaatan Ekosistem Padang Lamun.........5
2.4 Habitat dan Sebaran Padang Lamun..............................................................7
2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Padang Lamun.................................................8
2.6 Permasalahan Pada Ekosistem Padang Lamun..............................................9
2.7 Dampak yang Ditimbulkan Dari Kegiatan yang Menyebabkan Hilang atau
Rusaknya Ekosistem Padang Lamun.................................................................13
2.8 Pengelolaan Ekosistem Padang Lamun........................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................18
3.1 Kesimpulan...................................................................................................18
3.2 Saran.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut
Indonesia kaya akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas
serta keragaman jasad– jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk
dinamika kehidupan di laut yang saling berkesinambungan.
1
Ekosistem lamun merupakan salah satu sumber daya laut yang cukup
potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis lamun
mempunyai bebrapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan
produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber
makanan penting bagi banyak organisme. Biomassa padang lamun secara kasar
berjumlah 700 g bahan kering/m2, sedangkan produktifitasnya adalah 700 g
karbon/m2/hari.
1.3 Tujuan
2
6. Untuk mengetahui permasalahan pada ekosistem padang lamun.
7. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari kegiatan yang
menyebabkan hilang atau rusaknya ekosistem padang lamun.
8. Untuk mengetahui pengelolaan ekosistem padang lamun.
BAB II
PEMBAHASAN
3
Gambar 1. Ekosistem padang lamun
4
lamun dapat menghalangi pemangsaan fauna bentos sehingga kerapatan dan
keanekaragaman fauna bentos tinggi.
5
Sebagai produsen primer : Lamun memiliki tingkat produktifitas primer
tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada dilaut
dangkal seperti ekosistem terumbu karang.
Sebagai habitat biota : Lamun memberikan tempat perlindungan dan
tempat menempel berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga).
Disamping itu, padang lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah
asuhan, padang pengembalaan dan makanan berbagai jenis ikan herbivora
dan ikan-ikan karang (coral fishes).
Sebagai penangkap sedimen : Daun lamun yang lebat akan memperlambat
air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan disekitarnya
menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan
dan mengikat sedmen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar
permukaan. Jadi, padang lamun disini berfungsi sebagai penangkap
sedimen dan juga dapat mencegah erosi.
Sebagai pendaur zat hara : Lamun memegang peranan penting dalam
pendauran berbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka dilingkungan
laut. Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit.
6
Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi.
Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai
makanan.
7
Ekosistem padang lamun memiliki nilai pelestarian fungsi ekosistem serta
manfaat lainnya di masa mendatang sesuai dengan perkembangan teknologi, yaitu
produk obat-obatan dan budidaya laut. Beberapa negara telah memanfaatkan
lamun untuk pupuk, bahan kasur, makanan, stabilisator pantai, penyaring limbah,
bahan untuk pabrik kertas, bahan kimia, dan sebagainya.
Lamun tumbuh subur terutama di daerah terbuka pasang surut dan perairan
pantai yang dasarnya bio berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang mati,
pendukung lain adalah kecerahan perairan yang tinggi, suhu yang stabil, dengan
kedalaman sekitar 1– 10 meter. Pada perairan yang sangat jernih, beberapa jenis
lamun ditemukan tumbuh di kedalaman 8 hingga 15 meter.
Hampir semua tipe substrat dapat ditumbuhi lamun, mulai dari substrat
berlumpur sampai berbatu. Namun padang lamun yang luas lebih sering
ditemukan di substrat lumpur-berpasir yang tebal antara hutan rawa mangrove dan
terumbu karang. Sedangkan bioti (organisasi) ekologi padang lamun yang terdiri
dari komponen biotik dan biotic disebut Ekosistem Lamun (Seagrass ecosystem).
8
Habitat tempat hidup lamun adalah perairan dangkal agak berpasir dan sering juga
dijumpai di terumbu karang.
1. Temperatur
9
2. Salinitas
3. Intensitas cahaya
4. Arus
10
Sumber oksigen terlarut biasanya berasal dari difusi oksigen yang terdapat
di atmosfer sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air termasuk dan
fitoplankton.
6. Substrat
Padang lamun hidup diberbagai tipe sedimen, mulai dari lumpur sampai
sedimen dasar yang terdiri dari 40% endapan lumpur dan fine mud. Semua tipe
substrat dihuni oleh tumbuhan lamun mulai dari lumpur lunak sampai batu-
batuan, tetapi lamun yang paling luas dijumpai pada substrat yang lunak.
Berdasarkan tipe karakteristik tipe substratnya padang lamun yang tumbuh di
perairan Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 6 kategori, yaitu : 1) Lumpur, 2)
Lumpur pasiran, 3) Pasir, 4) Pasir lumpuran, 5) Puing karang dan 6) Batu karang.
Pengelompokkan tipe substrat ini berdasarkan ukuran partikelnya dengan
menggunakan Segitiga Milla.
11
2.6 Permasalahan Pada Ekosistem Padang Lamun
12
Lamun menghadapi berbagai gangguan dan ancaman. Gangguan dan
ancaman terhadap lamun pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua golongan yakni
gangguan alam dan gangguan dari kegiatan manusia (antropogenik), diantaranya
ialah :
1. Gangguan Alam
Fenomena alam seperti tsunami, letusan gunung api, siklon, dapat
menimbulkan kerusakan pantai, termasuk juga terhadap padang lamun. Tsunami
yang dipicu oleh gempa bawah laut dapat menimbulkan gelombang dahsyat yang
menghantam dan memorak-perandakan lingkungan pantai, seperti terjadi dalam
tsunami Aceh (2004).
Gempa bumi, seperti gempa bumi Nias (2005) mengangkat sebagian dasar
laut hingga terpapar ke atas permukaan dan menenggelamkan bagian lainnya lebih
dalam. Debu letusan gunung api seperti letusan Gunung Tambora (1815) dan
Krakatau (1883) menyelimuti perairan pantai sekitarnya dengan debu tebal,
hingga melenyapkan padang lamun di sekitarnya.
Siklon tropis dapat menimbulkan banyak kerusakan pantai terutama di
lintang 10 - 20⁰ Lintang Utara maupun Selatan, seperti yang sering menerpa
Filipina dan pantai utara Australia. Kerusakan padang lamun di pantai utara
Australia karena diterjang siklon sering dilaporkan. Indonesia yang berlokasi tepat
di sabuk katulistiwa, bebas dari jalur siklon, tetapi dapat menerima imbas dari
siklon daerah lain(Siklon Lena 1993), di Samudra Hindia misalnya, lintasannya
mendekati Timor dan menimbulkan kerusakan besar pada lingkungan pantai di
Maumere.
Selain kerusakan fisik akibat aktivitas kebumian, kerusakan lamun karena
aktivitas hayati dapat pula menimbulkan dampak negatif pada keberadaan lamun.
Sekitar 10 – 15 % produksi lamun menjadi santapan hewan herbivor, yang
kemudian masuk dalam jaringan makanan di laut. Di Indonesia, penyu hijau,
beberapa jenis ikan, dan bulubabi, mengkonsumsi daun lamun. Duyung tidak saja
memakan bagian dedaunannya tetapi juga sampai ke akar dan rimpangnya.
13
2. Gangguan dari aktivitas manusia
Pada dasarnya ada empat jenis kerusakan lingkungan perairan pantai yang
disebabkan oleh kegiatan manusia, yang bisa memberikan dampak pada
lingkungan lamun :
o Fisik yang menyebabkan degradasi lingkungan, seperti penebangan mangrove,
perusakan terumbu karang dan atau rusaknya habitat padang lamun;
o Pencemaran laut, baik pencemaran asal darat, maupun dari kegiatan di laut;
o Penggunaan alat tangkap ikan yang tak ramah lingkungan;
o Tangkap lebih, yakni eksploitasi sumberdaya secara berlebihan hingga
melewati kemampuan daya pulihnya karang dari padang lamun untuk bahan
konstruksi, atau untuk membuka usaha budidaya rumput laut. Demikian pula
terjadi di Teluk Lampung. Di Bintan (Kepulauan Riau) pembangunan resor
pariwisata di pantai banyak yang tak mengindahkan garis sempadan pantai,
pembangunan resor banyak mengorbankan padang lamun.
14
sedimen ke laut. Bahan pencemar asal darat dialirkan ke laut lewat sungai-sungai
atau limpasan (runoff).
Masukan hara (terutama fosfat dan nitrat) ke perairan pantai dapat
menyebabkan eutrofikasi atau penyuburan berlebihan, yang mengakibatkan
timbulnya ledakan populasi plankton (blooming) yang mengganggu pertumbuhan
lamun. Epiffit yang hidup menempel di permukaan daun lamun juga dapat
tumbuh kelewat subur dan menghambat pertumbuhan lamun. Kegiatan
penambangan didarat, seperti tambang bauksit di Bintan, limbahnya terbawa ke
pantai dan merusak padang lamun di depannya.
Pencemaran dari kegiatan di laut dapat terjadinya misalnya pada tumpahan
minyak di laut, baik dari kegiatan perkapalan dan pelabuhan, pemboran,
debalasting muatan kapal tanker. Bencana yang amat besar terjadi saat kecelakaan
tabrakan atau kandasnya kapal tanker yang menumpahkan muatan minyaknya ke
perairan pantai, seperti kasus kandasnya supertanker Showa Maru yang merusak
perairan pantai Kepuluan Riau.
3) Penggunaan alat tangkap tak ramah lingkungan.
Beberapa alat tangkap ikan yang tak ramah lingkungan dapat
menimbulkan kerusakan pada padang lamun seperti pukat harimau yang
mengeruk dasar laut. Penggunaan bom dan racun sianida juga ditengarai
menimbulkan kerusakan padang lamun. Di Lombok Timur dilaporkan kegiatan
perikanan dengan bom dan racun yang menyebabkan berkurangnya kerapatan dan
luas tutupan lamun.
4) Tangkap lebih
Salah satu tekanan berat yang menimpa ekosistem padang lamun adalah
tangkap lebih (over fishing), yakni eksploitasi sumberdaya perikanan secara
berlebihan hingga melampaui kemampuan ekosistem untuk segera memulihkan
diri. Tangkap lebih bisa terjadi pada ikan maupun hewan lain yang berasosiasi
dengan lamun. Banyak jenis ikan lamun yang kini semakin sulit dicari, dan
ukurannya pun semakin kecil.
15
2.7 Dampak yang Ditimbulkan Dari Kegiatan yang Menyebabkan Hilang
atau Rusaknya Ekosistem Padang Lamun
16
2. Menyadarkan masyarakat agar mengambil peran yang lebih besar dalam
menjaga dan mengelola sumberdaya padang lamun.
3. Pengaturan penggunaan alat tangkap yang sudah terbukti merusak
lingkungan ekosistem padang lamun seperti potasium sianida, sabit dan
gareng diganti dengan alat tangkap yang tidak merusak lingkungan (ramah
lingkungan) seperti pancing.
4. Perlunya pembuatan tempat penampungan limbah dan sampah organik.
17
4) Penangkapan ikan dengan “trawl” dan kegiatan penangkapan lainnya
yang merusak seharusnya dimodifikasi untuk meminimalkan pengaruh buruk
terhadap padang lamun selama operasi penangkapan.
18
suatu pengembangan lingkungan hidup di pesisir dan laut dalam lingkungan
pembangunan.
19
Dalam pengelolaan ekosistem padang lamun berbasis masyarakat ini, yang
dimaksud dengan masyarakat adalah semua komponen yang terlibat baik secara
langsung maupun tak langsung dalam pemanfaatan dan pengelolaan ekosistem
padang lamun, diantaranya adalah masyarakat lokal, LSM, swasta, Perguruan
Tinggi dan kalangan peneliti lainnya. Dalam konteks pengelolaan sumberdaya
ekosistem padang lamun berbasis masyarakat, kedua komponen masyarakat dan
pemerintah sama-sama diberdayakan, sehingga tidak ada ketimpangan dalam
pelaksanaannya.
Pendekatan Kebijakan
1) Keterpaduan wilayah/ekologis
2) Keterpaduan sektoral
4) Keterpaduan stakeholders (pemakai)
20
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air laut,
berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan tunas.
Ekosistem padang lamun memiliki fungsi ekologi dan ekonomi. Peranan
ekosistem padang lamun adalah sebagai produsen primer, sebagai habitat biota,
sebagai penangkap sedimen dan sebagai pendaur zat hara. Di Indonesia terdapat
12 jenis lamun di antaranya Enhalus acoroides, Halophila decipiens, H. minor, H.
ovalis, H. spinulosa, Thalassia hemprichii, Cymodocea serrulata, Halodule
pinifolia, H. uninervis, Syringodium isoetifolium, Thalassodendron ciliatum dan
Ruppia maritima. Permasalahan utama yang mempengaruhi ekosistem padang
lamun adalah akibat pengaruh dari alam dan pengaruh dari manusia.
3.2 Saran
22
lamun dan melakukan hal-hal yang dapat mengurangi kerusakan pada padang
lamun.
Bengen, D.G. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Institut
Pertanian Bogor : Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan.
Kikuchi dan J.M. Peres. 1977. Consumer Ecology of Seagrass Beds, pp. 147-193.
In P. McRoy and C.Helferich (eds). Seagrass ecosystem. A scientific
perspective. Mar.Sci.Vol 4. New York : Marcel Dekker Inc.
23