Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU USAHATANI

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH


DESA SOPO TINJAK,KECAMATAN BATANG
NATAL,KABUPATEN MANDAILING NATAL,SUMUT

PENGASUH :
RIANI,S.P., M.Si.

DI SUSUN OLEH
AHMAD ALWI PILIANG
(190320050)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan izin-Nya sehingga saya dapat melaksanakan praktikum lapangan
mata kuliah Ilmu usahatani di Desa Sopotinjak, Kecamatan Batang
Natal,Kabupaten Mandailing Natal,Sumut yang dimulai dari Tanggal 30
Mei 2020 sampai dengan 1 Juni 2020 dapat berjalan dengan lancar.
Laporan ini saya susun untuk memenuhi salah satu tugas dalam
kegiatan Praktikum Lapangan sebagai bahan acuan yang telah dilaksanakan.
Dalam laporan ini penulis mengangkat beberapa topik, yaitu karakteristik
responden, struktur pengeluaran responden, struktur pendapatan responden,
serta analisis usahatani usahatani padi sawah di Desa Sopotinjak,Kecamatan
Batang Natal. Pelaksanaan praktikum lapangan ini tidak lepas dari dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak baik dosen, mahasiswa, maupun masyarakat.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu,saya
meminta kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan.
Saya berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang menulis dan
yang membacanya
Sopotinjak, 01Juni 2020

Penulis
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................3
1.2 Tujuan................................................................................................5
1.3 Manfaat..............................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Usahatani.........................................................................7
2.2 Pengertian Usahatani Padi.................................................................8
2.2 Analisis Biaya dan Pendapatan.........................................................9

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM


3.1 Metode Pemilihan Lokasi..................................................................13
3.2 Metode Penentuan Sampel Responden.............................................13
3.3 Teknik Pengumpulan Data................................................................13
3.4 Metode Analisis Data........................................................................14

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTIKUM


4.1 Letak dan Keadaan Wilayah ............................................................15
4.2 Luas Lahan dan Penggunaan.............................................................15
4.3 Keadaan Penduduk............................................................................17
4.4 Prasarana dan Sarana.........................................................................18

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Karakteristik Petani Padi Sawah.......................................................20
5.2 Biaya-Biaya Usahatani Padi Sawah..................................................22
5.3 Efisiensi Ekonomi R/C Ratio............................................................26

BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan........................................................................................27
6.2 Saran..................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan nasional saat ini diprioritaskan pada bidang
perekonomian sehingga pemerintah selalu berusaha untuk menerapkan
kebijaksanaan dalam peningkatan hasil produksi pertanian. Karena negara
kita terkenal dengan negara agraris yang mempunyai areal pertanian yang
cukup luas, dengan sumber daya alam yang masih sangat perlu digali dan
dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan manusia.
Sasaran utama pembangunan pertanian saat ini adalah peningkatan
produksi pertanian dan pendapatan petani, karena itu kegiatan di sektor
pertanian diusahakan agar dapat berjalan lancar dengan peningkatan produk
pangan baik melalui intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi pertanian
yang diharapkan dapat memperbaiki taraf hidup petani, memperluas lapangan
pekerjaan bagi golongan masyarakat yang masih tergantung pada sektor
pertanian.
Tingkat pendapatan petani secara umum dipengaruhi oleh beberapa
komponen yaitu : jumlah produksi, harga jual, dan biaya-biaya yang
dikeluarkan petani dalam pertaniannya. Ini berarti bahwa perhatian
pemerintah terhadap sektor pertanian merupakan usaha untuk memperbaiki
taraf kehidupan sebagian besar penduduk yang terolong miskin.
Padi merupakan salah satu komoditi yang mempunyai prospek
pengembangan guna menambah pendapatan para petani. Hal tersebut dapat
memberi motivasi tersendiri bagi petani untuk lebih mengembangkan dan
meningkatkan produksinya dengan tujuan agar pada saat panen usaha
memperoleh hasil penjualan tinggi guna memenuhi kebutuhannya. Namun
kadang kala dalam kenyataan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Ketika panen tiba, hasil melimpah tetapi harga mendadak turun, dan lebih
parah lagi jika hasil produksi yang telah di prediksikan jauh melenceng dari
jumlah produksi yang dihasilkan, produksi minim, harga rendah dan tidak
menentu membuat petani padi kadang merasa kecewa bahkan patah semangat
untuk tetap megembangkan usaha pertaniannya. Hal ini disebabkan karena
setiap kegiatan pengolahan sawah mutlak petani mengeluarkan biaya untuk
kegiatan produksi, mulai dari pengadaan bibit, pupuk, pengolahan, pestisida
dan biaya lainnya yang tidak terduga.
Untuk memperoleh pendapatan yang memuaskan petani, maka petani
dituntut kecermatannya dalam mempelajari perkembangan harga sebagai
solusi dalam menentukan pilihan, apakah ia memutuskan untuk menjual atau
menahan hasil produksinya. Namun bagi petani yang secara umumnya
menggantungkan hidupnya dari bertani, maka mereka senantiasa tidak
memiliki kemampuan untuk menahan hasil panen kecuali sekedar untuk
konsumsi sehari-hari dan membayar biaya produksi yang telah dikeluarkan.
Untuk itu pada mata kuliah ilmu usaha tani, saya melakukan wawancara
kepada petani padi sawah di desa Sopotinjak,Kecamatan Batang
Natal,Kabupaten Mandailing Natal mengenai biaya yang dikeluarkan pada
saat awal produksi hingga pendapatan setelah panen serta bagaimana
pemasarannya. Selain itu juga kita dapat mengetahui kehidupan sehari – hari
serta pertanian yang ada di desa tersebut.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui besarnya biaya dan pendapatan dari suatu usaha tani padi
sawah yang ada di Desa Sopotinjak,Kecamatan Batang
Natal,Kabupaten Mandailing Natal
2. Menganalisa efisiensi dari suatu usaha tani yang ada di Desa
Sopotinjak,Kecamatan Batang Natal,Kabupaten Mandailing Natal
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dalam pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan untuk
meningkatkan produktivitas padi sawah yang ada di Desa
Sopotinjak,Kecamatan Batang Natal,Kabupaten Mandailing Natal.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi mahasiswa yang ingin meneliti padi
sawah yang ada di Desa Sopotinjak,Kecamatan Batang
Natal,Kabupaten Mandailing Natal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Usahatani


Usaha adalah kegiatan dengan mengerahkan tenaga pikiran atau badan
untuk mencapai suatu maksud. Tani adalah mata pencaharian dalam bentuk
bercocok tanam atau mata pencarian dalam bentuk mengusahakan tanah
dengan tanam-menanam.
Pengertian Usahatani Menurut Prawirokusumo (1990) : Ilmu usahatani
merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana
membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha
pertanian, perikanan atau peternakan. Menurut Ken Suratiyah (2002) :
Pengetahuan terapan tentang cara-cara petani atau peternak dalam
menentukan, mengorganisasikan serta mengkoordinasikan penggunaan
faktor-faktor produksi secara efektif dan efisien sehingga memberikan
pendapatan maksimal. Menurut Mosher (1968) : Mengartikan usahatani
sebagai himpunan dari sumber-sumber alam yang ada di tempat itu yang
diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan-
perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan
yang didirikan di atas tanah itu dan sebagainya. Menurut Soekartawi (2006) :
Usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Menurut Soeharjo
dan Patong (1973) : Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor
produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan
oleh perorangan atau sekumpulan orang untuk menghasilkan output yang
dapat memenuhi kebutuhan keluarga ataupun orang lain disamping bermotif
mencari keuntungan.
Menurut Hernanto (1989) : Usahatani adalah sebagai organisasi alam,
kerja, modal dan pengelolaan yang ditujukan kepada produksi di lapangan
pertanian.
Input (faktor produksi) adalah semua korbanan yang diberikan pada
tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan
baik. Soeharsono (1989), menyatakan bahwa usahatani yang bagus sebagai
usahatani yang produktif dan efisien sering dibicarakan sehari-hari. Usahatani
yang produktif berarti usahatani itu produktivitasnya tinggi. Peningkatan
usahatani padi bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan dan
pendapatan petani. Kedua faktor tersebut merupakan penentu bagi seorang
petani untuk mengambil keputusan dalam usahatani. Petani akan
meningkatkan produksi bila petani tahu betul bahwa penambahan faktor
produksi akan memberikan hasil tambahan terhadap produksi usahatani.
Pelaksanaan usahatani memerlukan suatu pengelolaan yang baik agar
diperoleh hasil yang memuaskan baik dari segi kualitas maupun kuantitas
karena tujuan yang ingin dicapai petani adalah memperoleh pandapatan atau
keuntungan, dimana untuk mencapai tujuan tersebut petani menghadapi
beberapa kendala sehingga petani dituntut untuk mengambil keputusan dalam
mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai. Keuntungan maksimum akan tercapai apabila semua faktor
produksi telah dialokasikan secara optimal dan efisien.

2.2 Pengertian Usahatani Padi


Usahatani padi adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi
yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan oleh
perorangan atau sekumpulan orang untuk menghasilkan output berupa padi
yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga ataupun orang lain disamping
bermotif mencari keuntungan.
Usahatani padi sawah atau biasa disebut dengan budidaya padi
sawah merupakan salah satu usaha tani utama di Indonesia. Padi di Indonesia
merupakan tanaman penting sebagai sumber bahan makanan pokok penduduk
Indonesia yaitu nasi.
Klasifikasi botani tanaman padi sawah (Oriza sativa) adalah sebagai
berikut:
Divisi                             : Spermatophyta
Sub divisi                       : Angiospermae
Kelas                              : Monotyledonae
Keluarga                        : Gramineae (Poaceae)
Genus                            : Oryza
Spesies                           : Oryza spp.
Terdapat 25 spesies Oryza yang dikenal adalah O. sativa dengan dua
sub spesies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica
(padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang
ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan
penggenangan.Dan di Kelurahan Kemumu ini adalah padi sawah dengan
sumber penggenangan air adalah dari irigasi.

2.3 Analisis Biaya dan Pendapatan


Biaya produksi adalah pengeluaran yang dilakukan selama proses
produksi, meliputi seluruh dana yang dikeluarkan untuk pembelian input-
input dan jasa yang dipakai dalam suatu proses produksi. Dalam jangka
pendek biaya proses produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
Sedangkan untuk jangka panjang seluruh pengeluaran adalah biaya variabel,
sebab semua input yang dicapai bersifat variabel.Macam-macam biaya terdiri
dari :
a) Biaya tetap total (Total fixed cost) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk biaya faktor-faktor produksi tetap dalam suatu proses produksi.
Besarnya biaya ini tidak tergantung dari besarnya volume yang akan
dihasilkan.
b) Biaya Variabel (Total variable cost) adalah seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk pengadaan faktor-faktor produksi variabel suatu proses
produksi. Besarnya biaya ini tergantung dari jumlah produksi yang akan
dihasilkan. Cara menghitung dengan cara mengalikan antara jumlah input
dengan harga input.TVC = Px . X
c) Biaya total (Total cost) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam
proses produksi yang terdiri dari biaya varioabel dan biaya tetap.TC =
TFC + TVC
d) Biaya tetap rata-rata (Average fixed cost) adalah biaya tetap total (TFC)
dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan (Y) pada tiap tingkat
produksi.
e) Biaya variabel rata-rata (Average variable cost) adalah biaya variabel total
(TVC) dibagi dengan jumlah produksi yang dihasilkan (Y). AVC
merupakan kebalikan produk fisik rata-rata (APP).
f) Biaya Marginal (Marginal cost) adalah perubahan biaya total (ΔTC)
dibagi dengan kenaikkan output yang dihasilkan (ΔY). Berarti biaya
marginal merupakan biaya untuk memproduksi kenaikan satu unit output.
g) Penerimaan tunai usahatani (farm receipt) didefinisikan sebagai nilai uang
yang diterima dari penjualan produk usahatani. Pengeluaran tunai
usahatani (farm payment) didefinisikan sebagai jumlah uang yang
dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani. Penerimaan
tunai usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani.
Nilai produk usahatani yang dikonsumsi tidak dihitung sebagai
penerimaan tunai usahatani dan nilai kerja yang dibayar dengan benda
tidak dihitung sebagai pengeluaran tunai usahatani. Penerimaan usahatani
adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual
(Soekartawi, 1986). Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:
TR = Py.Y
Keterangan: TR : Total Penerimaan; Y: Produksi yang diperoleh dalam
usahatani; Py : Harga Produksi
Dengan demikian penerimaan usahatani adalah hasil produksi baik
berupa barang maupun berupa uang untuk melihat apakah usahatani
menguntungkan, maka penerimaan tersebut harus dapat digunakan untuk
menutupi seluruh biaya yang di keluarkan.

Selisih antara penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran tunai


usahatani disebut pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow) dan
merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai.
Jumlah uang tunai yang dihasilkan usahatani dan berguna untuk keperluan
rumah tangga dapat dicari dengan cara membuat perhitungan terhadap
pendapatan tunai usahatani.penerimaan tunai usahatani yang tidak berasal
dari penjualan produk usahatani seperti, pinjaman tunai, harus ditambahkan,
dan pengeluaran tunai usahatani yang tidak ada kaitannya dengan pembelian
barang dan jasa, seperti bunga pinjaman dan uang pokok, harus dikurangkan.
Neraca ini adalah kelebihan uang tunai usahatani (farm cash surplus) dan
merupakan uang tunai yang dihasilkan usahatani untuk keperluan rumah
tangga. Kelebihan uang tunai usahatani ditambah dengan penerimaan tunai
rumah tangga seperti upah kerja yang diperoleh dari luar usahatani
didefinisikan sebagai pendapatan tunai rumah tangga (household net cash
income). Jumlah ini adalah uang tunai yang tersedia bagi keluarga petani
untuk pembayaran-pembayaran yang tidak ada kaitannya dengan usahatani.
Menurut Winardi (1986), pendapatan atau penghasilan adalah hasil
berupa uang atau material lainnya yang dicapai dari penggunaan jasa-jasa
manusia. Pada hakekatnya, petani didalam usahataninya menjalankan
perusahaan pertanian, karena itu tujuan utama setiap petani adalah
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya agar kebutuhan keluarga
dapat dipenuhi. Didalam perusahaan pertanian, pendapatan diperoleh
melalui kegiatan produksi yaitu berupa hasil produksi itu sendiri. Menurut
Sumardi (1985), pendapatan adalah seluruh penerimaan seseorang atau
kelompok baik berupa uang maupun barang, baik dari sumber sendiri
maupun dari pihak lain yang dinilai dengan uang berdasarkan atas harga
yang berlaku dalam jangka waktu tertentu. Analisis pendapatan
mempunyai tujuan untuk menggambarkan keadaan sekarang dari suatu
kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari
perencanaan atau tindakan.
Pendapatan keluarga petani berasal dari tiga unsur yaitu pendapatan
dari usaha taninya sendiri, non-pertanian dan kegiatan dari buruh tani di lahan
petani lain. Pendapatan dari usaha tani sendiri terutama ditentukan oleh
produktivitas lahan dan produktivitas tenaga kerja petani yang tersedia dalam
keluarga petani. Usahatani yang dilakukan oleh petani pada hakekatnya,
menyangkut kemampuan petani sendiri dalam memanfaatkan sumberdaya
pertanian yang dimilikinya secara efektif dan efisien (Syam, 1996). Menurut
Soekartawi (1995), pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan
total dan total biaya yang dikeluarkan. Selanjutnya Soekartawi, dkk (1986),
menjelaskan bahwa pendapatan usaha tani adalah selisih antara pendapatan
kotor usahatani dan pengeluaran total usaha tani. Pendapatan kotor usaha tani
didefinisikan sebagai nilai produksi total usaha tani dalam jangka waktu
tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual.
Melakukan analisis pendapatan usahatani diperlukan dua keterangan
pokok, yaitu keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka
waktu tertentu yang telah ditetapkan. Pengeluaran adalah semua biaya yang
dikeluarkan selama proses usaha tani berlangsung. Analisis pendapatan juga
berguna untuk mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari
penggunaan faktor-faktor produksi kerja, modal milik sendiri atau modal
pinjaman, dan pengelolaan yang diinvestasikan ke dalam usahatani, karena itu
analisis pendapatan merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat
dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usaha tani (Soekartawi,
1995). Secara matematis pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Pd = TR – TC
Keterangan: Pd : Pendapatan; TR :Total revenue (total penerimaan); TC :
Total cost (total biaya)

Analisis R/C ratio digunakan untuk mengetahui kelayakan usahatani


dengan memperbandingkan antara Total Penerimaan dengan Total Biaya
dengan kriteria R/C-Ratio >1 = Untung, R/C-Ratio = 1 = Impas (tidak rugi
dan tidak untung, dan R/C-Ratio < 1 = Rugi.
BAB III
METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Metode Penentuan Lokasi


Lokasi yang saya pilih menjadi lokasi pelaksanaan praktikum adalah di
Desa Sopotinjak, Kecamatan Batang Natal,Kabupaten Mandailing Natal.
Dimana metode penentuan lokasi adalah dipilih secara purposive (sengaja)
dengan pertimbangan bahwa desa ini merupakan wilayah dataran tinggi yang
sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang
membudidayakan tanaman padi sawah. Dan karena lokasi ini adalah lokasi
yang tepat dengan kebutuhan praktikum saya.

3.2 Metode Penentuan Sampel Responden


Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
teknik Purposive Sampling, yaitu teknik sampling yang didasarkan pada
pertimbangan dan kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian, yaitu
populasi petani padi sawah. Dimana populasi petani padi sawah yang ada
sesuai dengan kebutuhan praktikan yakni 1 kuesioner per praktikan dengan
satu kelompok terdiri dari 1 orang praktikan sehingga dibutuhkan 1 kuesioner
dengan 1 kuesioner membutuhkan 1 orang responden.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada praktikum
Ilmu Usahatani ini adalah metode wawancara dengan menggunakan alat
bantu kuesioner yang disesuaikan dengan kebutuhan data dan informasi yang
diperlukan. Data yang digunakan adalah dengan menggunakan data primer
yakni data yang diperlukan adalah data primer tentang karakteristik petani,
biaya serta penerimaan usaha tani yang diperoleh secara langsung dari petani.
Data diperoleh secara langsung dari masyarakat setempat, perangkat desa
maupun dari data lain yang diperoleh dari wawancara. Data sekunder yakni
data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait, berupa data atau
arsip kantor kepala desa atau kelurahan dalam bentuk monografi desa.
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan didalam laporan praktikum ini
adalah sebagai berikut :
1. Metode deskriptif analisis, maksudnya adalah bahwa metode ini berusaha
memberi arti terhadap data dengan menggambarkannya sesuai keadaan
aktual, data tersebut disusun, dianalisis, dijelaskan kemudian diambil
kesimpulannya.
2. Tabulasi data dimaksudkan sebagai pengelompokkan data-data
berdasarkan kriteria tertentu, sehingga data yang dikumpulkan menjadi
tidak rancu
3. Persentase dan rata-rata yakni metode yang dilakukan dengan
menghitung persentase dari setiap data yang telah dihitung rata-ratanya
dari 15 orang responden tiap satu kelompok
4. Pendapatan diperoleh dari penerimaan usahatani dikurangi dengan biaya
yang dikeluarkan. Dengan rumus Pd = TR – TC
Dimana Pd = Pendapatan
TR = Total revenue (total penerimaan )
TC = Total cost (total biaya)
5. Analisis R/C adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui efisiensi
usahatani yang diperoleh dari perbandingan antara penerimaan usahatani
dengan biaya usahatani.
Dengan kriteria R/C ratio adalah :
R/C-Ratio >1 = Untung
R/C-Ratio = 1 = Impas (tidak rugi dan tidak untung )
R/C-Ratio < 1 = Rugi
BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTIKUM

4.1 Letak dan Keadaan Wilayah


Lokasi praktikum berada di Desa Sopotinjak, Kecamatan Batang
Natal,Kabupaten Mandailing Natal dan berbatasan dengan Kota
Panyabungan. Desa Sopotinjak mempunyai jarak dengan Ibu kota Kabupaten
sejauh ± 28 KM. Berdasarkan letak geografis Desa Sopotinjak mempunyai
batas wilayah:
Sebelah Utara : Aek Nangali
Sebelah Barat : Desa Muara Soma
Sebelah Selatan : Desa Simpanggambir
Sebelah Timur : Desa Kayu laut (Hutan Lindung)
Kelurahan tersebut memiliki luas wilayah 815 Ha dan dibagi menjadi 2
wilayah, yaitu lingkungan I: 398 Ha, dan lingkungan II : 417 Ha

4.2 Luas Lahan dan Penggunaan


Tabel 1. Luas Lahan yang Telah Diolah

Penggunaan Lahan Luas lahan ( Ha )


Sawah 368
Tegalan atau Ladang 69.15
Perikanan atau Kolam 4.50
Jalan desa 1
Lapangan 1
Tanah makam 0.6
Perumahan bangungan umum 4.5
Perumahan penduduk 61.75
Kebun 280
Luas lahan yang telah diolah di Desa Sopotinjak adalah seluas 790.5
Ha. Dengan penggunaan lahan terluas adalah sebagai lahan sawah.
Tabel 2. Luas Lahan yang Belum Diolah

Penggunaan lahan Luas ( Ha )


Hutan 18
Rawa 4
Padang alang-alang 2.5
Sumber : Data Sekunder Desa Sopotinjak tahun 2019
Luas lahan yang belum diolah pada Desa Sopotinjak adalah sebesar
24.5 Ha. Dapat dilihat bahwa pengunaan lahan yang belum diolah lebih kecil
dibanding lahan yang telah diolah.

Tabel 3. Tanah Inventaris Kelurahan

Penggunaan lahan Luas ( Ha )


Tanah bengkok 1
Tanah pasar 0.25
Tanah perkebunan 2
Tanah makam 0.75
Tanah masjid 0.5
Tanah musholla 0.45
Balai dan kantor 1.6
Taman kanak-kanak 0.4
Sumber : Data Sekunder Desa Batang Natal tahun 2019
Dari data berikut dapat dilihat bahwa luas lahan untuk penggunaan
inventaris Desa sebesar 6.95 Ha. Dengan penggunaan tanah inventaris
kelurahan terluas adalah sebagai balai dan kantor.

Tabel 4 : Luas Tanah Pertanian di Kelurahan Kemumu

Penggunaan lahan Luas ( Ha )

Sawah teknis 315


Sawah ½ teknis 53
Tegalan 69.15
Kebun karet 100
Kebun kopi 20
Kebun cengkeh 0.5
Kebun kelapa 59
Kebun merica 1
Kebun kayumanis 2
Kebun damar 4
Kebun bambu 70
Kebun buah-buahan 57
Kebun sayur-sayuran 6
Sumber : Data Sekunder Desa Sopotinjak tahun 2019
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa luas seluruh tanah pertanian di
Desa Sopotinjak adalah sebesar 756.65 Ha. Dengan luas lahan pertanian
terbesar adalah lahan sawah teknis sebesar 315 Ha.
4.3 Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk di Kelurahan adalah bahwa Desa Sopotinjak
memiliki jumlah penduduk 2.510 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki
1.183 jiwa dan perempuan 1.227 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga 625
KK dan mayoritas penduduknya adalah Penduduk Lokal.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jenis kelamin Jumlah ( jiwa )


Laki-laki 1183
Perempuan 1227
Sumber : Data Sekunder Desa Sopotinjak tahun 2019
Dari data diatas menunjukkan bahwa penduduk menurut jenis kelamin
adalah bahwa penduduk wanita lebih banyak dibandingkan penduduk laki-
laki. Dimana jumlah perempuan adalah sebanyak 1227 orang.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan


Tingkat Pendidikan Jumlah ( jiwa)
Tidak Sekolah 43
Tidak tamat SD 29
Tamat SD/Sederajat 427
SLTP/Sederajat 275
SLTA/Sederajat 98
Perguruan tinggi 51
Jumlah 923
Sumber : Data Sekunder Desa Sopotinjak tahun 2019
Dari data diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang masih
tergolong rendah dimana jumlah penduduk melihat tingkat pendidikan
terbesar adalah dari tamatan SD dengan jumlah 427 orang.
Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Jenis Mata pencaharian Jumlah
Pertanian 386
Peternakan 320
Hasil Hutan 28
Kerajinan 4
Perusahaan Jasa 4
Pedagang 45
PNS 67
Jumlah 854
Sumber : Data Sekunder Desa Sopotinjak tahun 2019
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penduduk Desa Sopotinjak
mayoritas bermatapencaharian di sektor pertanian dengan total masyarakat
yang bekerja di pertanian adalah sebanyak 386 orang.

Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Agama yang Dianut


Agama Jumlah
Islam 2270
Protestan 2
Budha 0
Jumlah 2272
Sumber : Data Sekunder Desa Sopotinjak tahun 2019
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penduduk Desa Sopotinjak
mayoritas beragama islam dengan jumlah 2270 orang.

4.4 Prasarana dan Sarana Desa


Tabel 9. Prasarana Produksi yang Ada di Desa Sopotinjak

Prasarana Jumlah (unit)


Bendungan 1
Irigasi : 3
Teknis 1/2 teknis 1
Irigasi desa 2
RMU 7
Sumber : Data Sekunder Desa Sopotinjak tahun 2019
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penduduk Desa Sopotinjak
memiliki 1 bendungan.
Tabel 10. Sarana Pendidikan Desa Sopotinjak
Sarana Jumlah Jenis Guru Jumlah Jenis Murid
Pendidikan Guru Laki-laki Perempuan murid Laki-laki Perempuan
SDN 19 8 11 352 179 183
SLTP 28 5 23 379 187 192
TK 1 - 1 18 11 7
PAUD 1 - 1 21 10 11

Sumber : Data Sekunder Desa Sopotinjak tahun 2019

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pendidikan di Desa Sopotinjak


memiliki staf pengajar terbanyak di tingkat SLTP
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Petani Padi Sawah


Karakteristik responden yang diamati adalah umur, Tingkat
pendidikan,pengalaman berusahatani, pendidikan, dan penguasaan lahan.
Tabel 11 : Karakteristik Petani
Frekuensi
No Variabel Range Persentase (%) Rata-Rata
(Orang)
1. Umur (tahun)
1. <48 8 53,3
4 45
2. 48-51 6 40
3. >51 1 6,7
2. Pendidikan Formal
1. <7 9 60
7
2. 7-9 3 3 20
3. >9 3 20
Pengalaman Usaha
3.
Tani (Tahun)
1. <16 7 7 47 17
2. 16-22 6 40
3. >22 2 13
Penguasaan Lahan
4.
(Ha)
1. <0,5 0,25 2 13 0.67
2. 0,5-0,75 9 60
3. >0,75 4 27
Sumber : Data Sekunder Desa Sopotinjak tahun 2019.
Karakteristik umur Petani Padi Sawah di di Desa Sopotinjak,
Kecamatan Batang Natal,Kabupaten Mandailing Natal yang dibagi kedalam 3
kategori yakni umur muda yang berumur kurang dari 48 tahun dengan jumlah
8 orang, umur sedang yang berumur 48-51 tahun dengan jumlah petani
sebanyak 6 orang, dan umur tua yang berumur lebih besar dari 51 tahun
dengan jumlah petani sebesar 1 orang. Dimana umur ketiganya masih
dalam rentang umur produktif dimana umur produktif adalah umur yang
berada pada umur 15-60 tahun. Dimana pada usia produktif petani
mempunyai kemampuan berfikir dan bekerja yang optimal khususnya dalam
berusahatani.
Pada tingkat pendidikan Petani Responden bahwa umur petani
digolongkan kedalam 3 kategori yakni tingkat pendidikan kurang dari 7 tahun
yang berjumlah 9 orang dengan persentase 60 %, tingkat pendidikan 7 sampai
9 tahun berjumlah 3 orang dengan persentase 20 %dan tingkat pendidikan
lebih besar dari 9 tahun berjumlah 3 orang dengan persentase 20% . Dapat
dikatakan bahwa tingkat pendidikan petani responden digolongkan dengan
rata-rata 7 tahun artinya adalah bahwa tingkat pendidikan petani responden
masih tergolong rendah dimana telah tamat pendidikan sekolah dasar (SD),
namun belum tamat sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP).
Untuk pengalaman usahatani petani padi sawah di Desa Sopotinjak,
Kecamatan Batang Natal,Kabupaten Mandailing Natal bahwa rata-rata
pengalaman usahatani padi sawah selama 17 tahun, yang dibagi kedalam 3
kategori yakni pengalaman usahatani kurang dari 16 tahun sebanyak 6 orang,
pengalaman usahatani selama 16-22 tahun sebanyak 6 orang, dan pengalaman
usahatani selama lebih dari 22 tahun sebanyak 2 tahun. Artinya adalah bahwa
petani responden termasuk kedalam petani yang berpengalaman dalam
berusaha tani padi sawah, karena para petani responden telah menggeluti
usahatani padi tersebut lebih dari belasan tahun.
Sedangkan untuk penguasaan lahan usahatani bahwa petani responden
digolongkan kedalam 3 kategori yakni penguasaan lahan kurang dari 0.5 Ha
sebanyak 2 orang, penguasaan lahan antara 0.5 sampai 0.75 Ha sebanyak 9
orang dan penguasaan lahan lebih dari 0.75 sebanyak 4 orang. Dapat dilihat
bahwa petani responden termasuk kedalam petani dengan penguasaan lahan
sempit karena petani responden masih memiliki rata-rata penguasaan lahan
sebesar 0.67 Ha.
5.2 Biaya-Biaya Usahatani Padi Sawah
A. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang dipengaruhi oleh produksi usahatani.
Biaya variabel yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 12: Biaya Variabel Usahatani Padi Sawah

No Jenis Fisik (kg) Rupiah/UT/MT Rupiah/Ha/MT


1. Bibit 21 63000 94030

2. Pupuk : 386667 577115


- Urea 125 105333 157213
- TSP 26 176400 263284
- Ponska 49
30000 44776
3. Pestisida : 10000 14925
- Danke 1 3333 4795
- Lindomin 0.2 5333 7960
- Skor 0.13 8000 11940
- Pugar 0.26 16667 24876
- Manufer 0.26 30000 44776
- Dursban 0.33 778333 1161691
- Decis 0.4 1023333 1527363

4. Tenaga Kerja :
- TKDK
- TKLK 250000 250000
- TK Mesin
Sumber : Data Primer Desa Sopotinjak tahun 2019.
Penggunaan biaya variabel oleh petani responden adalah untuk biaya
bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Untuk biaya bibit, petani responden
menggunakan rata rata bibit sebanyak 21 kg dengan rata-rata biaya permusim
tanam nya adalah seharga 63.000. Artinya adalah bahwa penggunaan pupuk
dari suatu usahatani adalah 21 kg dengan rata-rata luas lahan petani
responden seluas 0.67 Ha, dan dengan bibit 21 kg dapat melakukan usatani
padi sawah.
Biaya variabel untuk pupuk, petani responden hanya menggunakan 3
jenis pupuk yakni ure, ponska, dan TSP. Dimana rata-rata penggunaan pupuk
urea sebesar 125 kg, rata-rata penggunaan pupuk TSP sebesar 26 kg, dan rata-
rata penggunaan pupuk ponska sebesar 49 kg, dapat dilihat bahwa dari ketiga
pupuk tersebut petani responden lebih banyak menggunakan pupuk urea
dibanding pupuk Ponska dan TSP dikarenakan harga pupuk urea yang paling
murah diantara keduanya. Petani responden dalam mengusahakan lahannya
menggunakan sepasang pupuk ada yang Urea dan TSP, ada yang urea dan
ponska. Petani responden selalu membuat urea dan membuat tambahan dalam
setiap usahatani nya.
Penggunaan biaya variabel pestisida juga dikeluarkan oleh petani
responden dimana petani responden menggunakan pestisida jenis herbisida
dan insektisida diantaranya Pestisida danke dengan rata-rata penggunaan
sebanyak 1 botol, lindomin dengan rata-rata penggunaan sebanyak 0.2 botol,
skor dengan rata-rata penggunaan sebanyak 0.13 botol, pugar dengan rata-rata
penggunaan sebanyak 0.26 botol, manufer dengan rata-rata penggunaan
sebanyak 0.26 botol, dursban dengan rata-rata penggunaan sebanyak 0.33
botol, dan decis dengan rata-rata penggunaan sebanyak 0.4 botol. Petani
responden paling banyak menggunakan danke sebesar 1 botol.
Penggunaan biaya variabel juga dikeluarkan petani sebagai upah
tenaga kerja. Tenaga kerja dibagi kedalam 3 kategori yakni tenaga kerja
dalam keluarga, tenaga kerja luar keluarga serta tenaga kerja mesin.
Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga disebut biaya unriil yakni biaya
yang tidak nyata dikeluarkan petani dalam usahatani yang dilakukan, namun
dalam analisis usahatani biaya unriil tetap dihitung/diperhitungkan, dimana
dalam setiap musim tanam petani responden mengeluarkan biaya tenaga kerja
dalam keluarga sebesar Rp. 778,333. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga
disebut biaya real atau biaya yang benar dikeluarkan dalam usahatani tersebut
dimana dalam satu musim tanam usahatani petani responden mengeluarkan
biaya upah tenaga kerja sebesar Rp. 1,023,333 dan penggunaan tenaga kerja
mesin yang juga merupakan biaya riil atau biaya yang benar dikeluarkan
dalam usahatani.
Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga meliputi seluruh proses
kegiatan usahatani mulai dari penyemaian, persiapan lahan, penanaman,
perawatan, panen dan pasca panen. Alasan petani responden menggunakan
tenaga kerja dalam keluarga adalah agar semakin ringan/murahnya biaya
yang dikeluarkan jika petani ikut bekerja dalam setiap proses usahatani.
Sedangkan pada penanaman dan panen petani responden menggunakan
tenaga kerja dari luar keluarga dikarenakan dalam proses usahatani ini
memerlukan banyak tenaga sehingga harus menggunakan tenaga kerja luar
keluarga, dan penggunaan tenaga kerja mesin diperlukan pada saat
pengolahan tanah dengan menggunakan traktor dimana petani reponden
mengeluarkan biaya tenaga kerja mesin sebesar Rp. 250,000 setiap musim
tanam.

B. Biaya Tetap Usahatani Padi Sawah


Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh besarnya
produksi.
Tabel 13: Biaya Tetap Usahatani Padi Sawah

No Jenis Rupiah/UT/MT Rupiah/Ha/MT


1. Biaya 49630 74075
Penyusutan
Alat 6667 9951
Biaya pajak
Sumber : Data Primer Desa Sopotinjak tahun 2019
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa biaya tetap yang dikeluarkan petani
responden dalam usahatani padi sawah adalah biaya penyusutan alat, dan
biaya pajak lahan usahatani. Biaya tetap untuk biaya penyusutan alat adalah
sebesar 49630 per musim tanam nya, dimana biaya penyusutan alat yang
dimiliki petani adalah biaya penyusutan sabit, cangkul, parang, dan hand
sprayer. Sedangkan untuk biaya pajak lahan usahatani petani responden
adalah rata-rata sebesar Rp. 6,667 permusim tanam.
C. Produksi dan Penerimaan Usahatani
Produksi adalah hasil yang diperoleh dalam suatu usahatani.
Sedangkan penerimaan adalah hasil produksi yang diterima dalam satu
usahatani baik melalui produk utama usahatani maupun produk sampingan,
dalam hal ini produk utama adalah gabah basah, dan produk sampingan
adalah beras dan dedak.
Tabel 14 : Produksi dan Penerimaan Usahatani

No Produksi Jumlah produksi total (kg) Total penerimaan


1 Gabah basah 1356
2 Dijual 730 3650000
3 Produk beras 183 1620000
4 Dedak 190 336667
Sumber : Data Primer Desa Sopotinjak tahun 2019
Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa produksi rata-rata petani
responden adalah sebesar 1356 kg gabah basah sebagai produk utama
usahatani, dan produk utama tersebut ada yang langsung dijual sebesar 730
kg dengan total penerimaan dari hasil penjualan sebesar Rp. 3,650,000 ada
yang diolah menjadi beras untuk menambah harga jual sebesar 183 kg dengan
total penerimaan dari hasil penjualan sebesar Rp. 1,620,000, dan dari hasil
pengolahan beras diperoleh dedak sebesar 190 kg dengan total penerimaan
dari hasil penjualan sebesar Rp. 336,667. Dengan perbandingan tersebut para
petani responden lebih banyak langsung menjual produk utama daripada
mengolah produk utama dikarenakan bahwa dengan langsung menjual produk
utama dalam bentuk gabah basah tidak mengeluarkan biaya tambahan.

D. Pendapatan
Pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan biaya
total (biaya variabel + biaya tetap)
Tabel 15 : Pendapatan Usahatani Padi Sawah

No Total biaya tetap Total biaya Penerimaan Total


variabel pendapatan
1 2699400 56297 5606667 2850970
Sumber : Data Primer Desa Sopotinjak tahun 2019
Dapat dilihat dari tabel bahwa Pendapatan petani responden sebesar Rp
2850970, dimana pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi
dengan biaya total (biaya variabel + biaya tetap) yaitu bahwa penerimaan
sebesar Rp 5606667, total biaya tetap sebesar Rp 2699400, dan total biaya
tetap sebesar Rp 56297.

5.3 Efisiensi Ekonomi R/C Ratio


Efisien ekonomi, R/C Ratio adalah analisis yang mengukur layak
tidaknya suatu usahatani untuk diusahakan dengan pertimbangan melalui
kriteria yang ada.
Tabel 16: Efisiensi Ekonomi, R/C ratio
No Kriteria Jumlah (Rp) Rata-rata
1 Biaya Total UT (TC) 41.335.446 2.755.696
2 Penerimaan (TR) 84.100.000 5.606.667
3 Pendapatan (TR-TC) 42.764.554 2.850.970
4 RC Ratio=TR/TC 2,034573426
Sumber : Data Primer Desa Sopotinjak tahun 2019
Biaya total usahatani (TC) responden padi sawah di Kelurahan
Kemumu Kecamatan Arma Jaya Kabupaten Bengkulu Utara adalah sebesar
Rp.41.335.446, dengan penerimaan (TR) sebesar 84.100.000. Pendapatan
usahatani di Kelurahan Kemumu Kecamatan Arma Jaya sebesar
Rp.42.764.554 yang diperoleh dari penerimaan (TR) dikurangi dengan biaya
total (TC). Sehingga efisiensi usahatani dapat dihitung dengan analisis R/C
ratio digunakan untuk mengetahui kelayakan usahatani dengan
memperbandingkan antara total penerimaan dengan total biaya dengan
kriteria jika R/C-Ratio >1 = “Untung” berarti bahwa usahatani padi sawah
layak untuk diusahakan, jika R/C-Ratio = 1 = “Impas” yang berarti tidak rugi
dan tidak untung atau bahwa usahatani padi tidak mengalami kerugian, dan
R/C-Ratio < 1 = “Rugi” artinya adalah bahwa usahatani padi tidak layak
diusahakan. Sesuai dengan analisis efisiensi tersebut, maka didapat bahwa
usahatani padi sawah di Kelurahan Kemumu Kecamatan Arma Jaya
Kabupaten Bengkulu Utara adalah efisien. Usahatani di daerah ini memiliki
R/C-Ratio >1 =”Untung” yang berarti bahwa usahatani padi sawah di
Kelurahan Kemumu layak untuk diusahakan, dengan penerimaan (TR)
sebesar Rp 84.100.000 dibagi dengan biaya total (TC) sebesar Rp 41.335.446
sehingga didapat hasil R/C ratio adalah sebesar 2,034573426.
BAB V
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Biaya dan pendapatan dari usaha tani padi sawah yang ada di Desa
Sopotinjak, Kecamatan Batang Natal,Kabupaten Mandailing Natal
dapat disimpulkan bahwa besarnya biaya pendapatan lebih besar
dibanding biaya yang dikeluarkan dalam usahatani, yang artinya
adalah bahwa usahatani untung dan layak diusahakan.
2. Keadaan usahatani padi sawah yang ada di Desa Sopotinjak,
Kecamatan Batang Natal,Kabupaten Mandailing Natal adalah efisien,
dengan R/C Ratio sebesar 2,034573426 (R/C-Ratio > 1)

6.2 Saran
Saran dari adanya laporan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Agar para praktikan praktikum lapangan lebih serius didalam
melaksanakan praktikum lapangan.
2. Menjadi bahan pertimbangan untuk angkatan tahun depan yang akan
melakukan praktikum lapangan agar memilih lokasi yang berbeda
sehingga dapat dibandingkan produktivitas yang ada antara daerah
satu dengan daerah yang lain.
3. Pemerintah dan lembaga terkait sebaiknya mendukung intensifikasi
usahatani padi sawah di Desa Sopotinjak melalui penyediaan sarana
dan prasarana yang mendukung usahatani padi.
DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga. 1982. Ekonomi Pertanian Indonesia. Angkasa. Bandung.


Dumairy. 1999. Bunga Rampai Pembangunan Pertanian. Universitas Sebelas
Maret Press. Surakarta.

Fadholi. 1989. Manajemen Usahatani Daerah Tropis. LP3ES. Jakarta.


Herwanto. 1993. Dasar-dasar Usahatani di Indonesia. Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta.

Mosher. 1968. Ekonomi Pertanian Indonesia. Universitas Sebelas Maret


Press. Surakarta.

Mulyadi. 2007. Pengantar Ekonomi pertanian. LP3ES. Jakarta.


Nila. 2006. Analisis Pendapatan Usahatani Padi. Universitas Indonesia.
Jakarta
.
Ratang. 1995. Ilmu Usahatani dan Penelitian dan Pengembangan Petani
Kecil. UI Press. Jakarta.

Simangunsong. 2004. Biaya Total, Total Penerimaan, Total Pendapatan


Usahatani Padi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Soekarwati. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.


Soemartono, dkk. 1992. Bercocok Tanam Padi. C.V. Yasaguna. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai